Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

PENCEMARAN LINGKUNGAN

Pengaruh Deterjen terhadap Pertumbuhan Akar Bawang merah (Allium Cepa)

dan Perkecambahan Kacang Hijau

Mata Kuliah Praktikum IPA SD

Dosen Pengampu: Hery Kresnadi, M.Pd

Oleh kelompok 8:

1. Juliani (F1081211039)
2. Zahwa Chairunnisa (F1081211052)
3. Ahmad Rofi’ul Fakruddin (F1081191077)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2023
LAPORAN PRATIKUM IPA SD

PENCEMARAN LINGKUNGAN

A. Tujuan Pengamatan
1. Mengamati penggaruh deterjen terhadap pertumbuhan akar bawang merah
2. Mengamti pengaruh deterjen terhadap perkecambahan (kacang hijau)

B. Alat dan Bahan Percobaan 1: Pengaruh deterjen terhadap pertumbuhan akar


bawang merah (Allium cepa)
1. Tabung Reaksi 14 buah
2. Gelas Kimia 1000 ml 7 buah
3. Pengaduk 7 buah
4. Mistar dengan skala mm 1 buah
5. Kertas untuk label secukupnya
6. Air ledeng/air PDAM
7. Bawang Merah 14 Siung
8. Deterjen serbuk 1 gram

Alat dan Bahan Percobaan 2: Pengaruh deterjen terhadap perkecambahan


kacang hijau

1. Neraca analitik/sendok the 1 buah


2. Gelas kimia 600 mL 10 buah
3. kertas saring/tissue secukupnya
4. Kertas timah secukupnya
5. Gelas kimia 1000 mL 1 buah
6. Air ledeng secukupnya
7. Mistar dengan skala mm 1 buah
8. Kertas untunk lebel secukupnya
9. Deterjen serbuk 1 gram

C. Landasan Teori
Pertumbuhan penduduk semakin hari semakin pesat, perumbuhan ini
menyebabkan kebutuhan akan pangan, papan dan papan juga ikut meningkat,
sedangkan lingkungan alam yang ada semakin hari semakin berkurang dan tercemar
akibat adanya aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan. Dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dimiliki membuat perubahan terasa semakin cepat,
kehidupan di pedesan dan perkotaan sangat jauh berbeda, baik tingkat kepadatan
penduduk, polusi, makanan dan lain sebagianya yang sudah tidak aman bagi
kesehatan tubuh maupun lingkungan. Masalah-masalah yang timbul merupakan
dampak dari adanya aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan, seperti
penggunaan pestisida untuk tanaman, asap kendaraan yang semakin tinggi, pabrik,
bahan-bahan kimia lainnya yang bisa termakan lewat makanan-makanan instan atau
dampak tidak langsung lainnya yang sangat fatal bagi keberlangsungan kesehatan
lingkungan yang ada. Banyak korban yang ditimbulkan, baik yang disengaja maupun
yang tidak disengaja yang dapat mengancam keseimbangan ekosistem (lingkungan)
termasuk manusia, hewan dan tumbuhan yang hidup didalmnya (Maman Rumanta
dkk, 2.3).
Pencemaran lingkungan bukan merupakan hal yang baru. Namun yang
senantiasa baru itu adalah peristiwa pencemarannya terhadap lingkungan. Pencemaran
lingkungan bukan sebuah fenomena melainkan fakta. Bahkan kita pun ikut
mencemari, baik secara sadar ataupun tidak. Udara, air dan tanah tercemar, yang
merupakan tempat kita hidup atau wadah yang disebut dengan lingkungan.
Pencemaran terjadi sudah berlangsung sekian lama dan kita masih menempati tempat
yang sama. (Indang Dewata dan Yun Hendri Danhas, 1-2)
Pencemaran setelah perang dunia ke II terjadi pertumbuhan yang mengejutkan
di bidang industry yang menggunkan bahan-bahan kimia sintetik. Banyak dari bahan-
bahan ini kimia ini telah menjadi pencemaran terhadap lingkungan air. Limbah cair
adalah bahan sisa dari kegiatan perumahan maupun industry yang memakai bahan
baku air dan mempunyai suatu karakteristik yang di tentukan oleh sifat fisik, kimia
dan biologi limbah (Britton, 1994) dalam (Ir. I ketut Irianto M.Si, 2015). Pencemaran
yang terjadi didominasi dengan adanya bahan kimia, baik yang berasal dari bahan
kimia alami, maupun melalui proses yang membuat reaksi kimia yang terjadi,
misalnya penggunaan bahan bakar pada kendaran yang akan menghasilkan
karbondioksida yang menjadi pencemaran udara.
Menurut Abel (1989) dan Jayadiningrat (1990) limbah yang dikelurakan
tergantung dari jenis kegiatan dan standar kualitas kehidupan, dalam (Ir. I ketut
Irianto M.Si, 2015). Standar kulitas kehidupan dapat dilihat dari tingkat kesadaran
seseorang akan lingkungan, bagaimana ia memanfaatkan sumber daya yang ada
dengan baik dan benar, menggunakan produk yang ramah lingkungan, berperilaku
bersih, sedemikian rupa meminimalisir penggunaan bahan kimia, pola hidup yang
sehat dan peduli dengan lingkungan.
Dalam air limbah ditemui dua kelompok zat, yaitu zat terlarut seperti garam
dan molekul organic, zat padat tersupsensi dan koloidal seperti tanah liat, kwarts
(Sugiharto, 1987 dan Fardiaz, 1992). Perbedaan pokok dari kedua kelompok zat ini,
ditentukan melalui ukuran/diameter partikel-partikel tersebut. kelompok zat terlarut
dan zat padat tersupsensi dan koloidal juga dapat ditemukan dari limbah buangan
limbah cair rumah sakit, kelompok zat tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut;
1. Bahan buangan padat
2. Bahan buangan organik
3. Bahan buangan anorganik
4. Bahan buangan olahan bahan makanan
5. Bahan buangan cairan berminyak
6. Bahan buangan zat kimia

D. Prosedur Percobaan 1: Pengaruh derterjen terhadap pertumbuhan akar


bawang merah (Allium cepa)
1. Sediakan larutan deterjen serbuk 100%, pengenceran 50%, pengenceran 25%,
pengenceran 12,5%, pengenceran 6,25%, pengenceran 3,1% serta kontrol yang
berupa air ledeng/air PDAM saja. Lalu simoan larutan yang telah diberi label,
sebagai berikut:
Label 1: 100%
Label 2: 50%
Label 3: 25%
Label 4: 12,50%
Label 5: 6,25%
Label 6: 3,10%
Label kontrol: air ledeng/air PDAM saja
2. Cara menyediakan larutan
a. Larutkan satu gram deterjen serbuk ke dalam air ledeng/PDAM hingga
1000 mL, kemudian beri label 100%
b. Ambil 500 mL larutan deterjen 100%, lalu tambahkan air ledeng/PDAM
hingga 1000 mL. Kemudian beri label 50%
c. Ambil 500 mL larutan deterjen 50%, lalu tambahkan air ledeng/PDAM
hingga 1000 mL. Kemudian beri label 25%
d. Ambil 500 mL larutan deterjen 25% lalu tambahkan air ledeng/PDAM
hingga 1000 mL. Kemudian beri label 12,50%
e. Ambil 500 mL larutan deterjen 12,50%, lalu tambahkan air ledeng/PDAM
hingga 1000 mL. Kemudian beri label 6,25%
f. Ambil 500 mL larutan deterjen 6,25%, lalu tambahkan air kedeng/PDAM
hingga 1000 mL. Kemudian beri label 3,10%
3. Sediakan bawang merah berukuran sama, yang memiliki diameter hampir sama
dengan diameter lubang tabung reaksi berjumlah 14 buah. Kupas kulit epidermis
untuk menghindari bahan kimia tersisa yang terdapat di kulit epidermis tersebut.
Kupas juga bagian akar primordial yang berwarna kecoklatan dar bawang merah
tersebut. Hati-hati agar lingkaran primordial itu tetap tersisa untuk pertumbuhan
akar.
4. Isikan larutan deterjen yang sudah disediakan ke dalam tabung reaksi hingga
penuh. Setiap konsentrasi larutan yang sama di isikan ke dalam dua tabung reksi.
5. Letakan bawang merah dengan posisi calon akar primordial terletak di bawah
hingga menyentuh larutan deterjen.
6. Letakan pula bawang merah dengan posisi yang sama dengan bawang merah lain
di atas tabung kontrol (yang hanya berisi air ledeng/PDAM).
7. Amati pertumbuhan akarnya setiap 24 jam, bila larutannya tampak berkurang
tambahkan lagi hingga penuh.
8. Setelah 72 jam, angkat bawang merah tersebut lalu hitung Panjang akarnya. Rata-
ratakan panjang akar yang diperoleh untuk setiap perlukan. Bila ada Panjang akar
mencolok perbedaanya dia abaikan (tidak usah dii rata-ratakan). Tuliskan hasil
pengamatan Anda pada tebel.
9. Hitung hambatan pertumbuhannya untuk setiap konsentrasi larutan dengan
menggunakan rumus:

rata−rata panjang akar kontrol−rata−rata panjang akar konsentrasi x


IG x 100 %
rata−rata panjang akar kontrol
10. Buatlah grafik IG 50/hambatan pertumbuhannya pada grafik 2.1 dalam lembar
kerja.

Prosedur Percobaan 2 (Pengaruh deterjen terhadap perkecambahan kacang hijau)

1. Sediakan larutan deterjen 100%, 50%, 25%, 12,50%, 6,25%, dan 3,10% serta
kontrol yang berupa air ledeng/PDAM. Lalu simpan cairan dengan gelas kimia
yang telah diberi label sebagai berikut;
a. Label I = 100%
b. Label II = 50%
c. Label III = 25%
d. Label IV = 12,50%
e. Label V = 6,25%
f. Lebel VI = 3,1%
g. Label kontrol = air ledeng/PDAM
2. Cara menyedikan larutan sama seperti melakukan pada percobaan 1. Pengaruh
deterjen terhadap pertumbuhan akar bawang merah (Allium cepa).
3. Sediakan 6 gelas kimia lain, beri lebel kontrol I, II, III, IV, V, dan VI. Masing-
masing diberi lingkaran kertas saring/kertas tissue.
4. Masukan kacang hijau kedalam air pada gelas kimia. Buanglah kacang yang
mengapung, sementara kacang hijau yang tenggelam yang digunakan dalam
percobaan ini (kacang hijau terpilih)
5. Dari kacang hijau terpilih, ambil 10 butir lalu rendam dalam larutan I, 10 butir
dalam larutan II, 10 butir dalam larutan III, 10 butir dalam larutan IV, 10 butir
dalam larutan V, 10 butir dalam larutan VI dan 10 butir dalam larutan kontrol air
ledeng/PDAM. Biarkan rendamans selama 5 menit.
6. Aturlah kacang hijau dalam gelas kimia dengan label yang sesuai. Atur yang baik
agar hilum mengarah ke bawah.
7. Isilah gelas kimia yang telah di isi kacang hijau tersebut dengan larutan yang
berlabel sama, kira-kira 100 mL
8. Tutup kelima gelas tadi dengan kertas timah sehingga tidak ada cahaya yang dapat
masuk.
9. Lakukan pengamatan setelah 24 jam dan 48 jam. Pada seitap pengamatan, ukurlah
panjang akar dengan mistar dari luas gelas piala. Kacang hijau yang tidak tumbuh
akarnya dinggap memiliki Panjang akar = 0 mm. Jika pada pengamatan 2 hari (48
jam) tidak tumbuh akarnya (0 mm), angap kacang hijau mati. Catatlah hasil
pengamatan Anda pada lembar kerja
10. Buatlah grafik rata-rata pertumbuhan kecambah per konsentrasi setalah 24 jam
dan 48 jam dengan warna yang berbeda, misalnya 24 jam dengan warna merah
dan 48 jam dengan warna hitam.

E. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Percobaan 1
Percobaan 1: Pengaruh deterjen terhadap pertumbuhan akar bawang merah (Allium
Cepa)

No Konsentrasi Rata-rata Panjang akar (cm) 1 G (%)


1 Kontrol 4 0
2 3,1% 3 25
3 6,25% 2 50
4 12,50% 1 75
5 25% 0 100
6 50% 0 100
7 100% 0 100

Grafik 1.1 Percobaan 1


Grafik hambatan pertumbuhan akar bawang merah (Allium cepa)
Tabel 1.2 Percobaan 2
Percobaan 2: Pengaruh deterjen terhadap perkecambahan kacang hijau

Konsentrasi Larutan Deterjen


hari ke-1 (24 jam)
No 100% 50% 25% 12,50% 6,25% 3,10% Kontrol
1 0 0 2 2 1 2 5
2 0 0 1 2 3 3 3
3 0 0 2 0 3 0 3
4 0 0 2 0 1 2 3
5 0 0 3 0 1 2 3
6 0 0 1 0 2 2 2
7 0 0 2 0 1 0 1
8 0 0 2 0 1 1 2
9 0 0 1 1 0 2 1
10 0 0 1 1 0 3 2
Jumlah 0 0 6 15 12 17 26
Rata-rata 0 0 0,6 1,5 1,2 1,7 2,6
Konsentrasi Larutan Deterjen
Hari ke-2 (48 jam)
No 100% 50% 25% 12,50% 6,25% 3,10% Kontrol
1 0 3 5 4 4 5 15
2 0 2 4 4 6 6 6
3 0 1 3 3 5 5 6
4 0 3 3 4 4 4 6
5 0 1 3 5 3 5 6
6 0 0 0 3 5 5 4
7 0 0 0 4 3 2 3
8 0 0 0 4 3 3 5
9 0 0 3 2 0 4 3
10 0 0 2 2 0 7 4
Jumlah 0 14 24 35 33 46 58
Rata-rata 0 1,4 2,4 3,5 3,3 4,6 5,8

Grafik 1.2
Grafik rata-rata pertumbuhan kecambah per konsentrasi

F. Pembahasan
Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi yang dimaksud adalah
bahan pencemar air yang berupa sabun (deterjen, sampo dan bahan pembersih
lainnya). Adanya bahan buangan zat kimia yang berupa sabun (deterjen, sampo dan
bahan pembersih lainnya) yang berlebihan di dalam air ditandai dengan timbulnya
buih-buih sabun pada permukaan air (Darmono, 2001) Sabun yang berasal dari asam
lemak (stearate, palmitat, atau obat) yang redaksikan dengan busa Na(OH) atau
K(OH), berdasarkan reaksi kimia berikut ini:
C17H35COOH + Na(OH) → C17H25COONa + H2O
Asam Sterat Basaa Sabun
Deterjen dibuat dari senyawa petrokimia. Bahan deterjen yang biasanya digunakan
adalah Dodecyl Benzen Sulfonat. Bahan buangan berupa sabun dan deterjen di dalam
air lingkungan dapat menaikan pH lingkungan air (Arya, 1995) dalam (Ir. I Ketut
Irianto M.Si, 9).

Pencemaran air dapat ditunjukan oleh perubahan sifat fisik, kimia, dan biologi
perairan. Sifat fisik yang dimaksudkan adalah suhhu, warna, bau, kedalaman, kecerahan,
kekeruhan dan padatan tersupsensi total (Efendi, 2003) dalam (Ir. I Ketut Irianto M.Si, 10).
Menurut peraturan Menteri Kesehatan, yang dimaksud dengan buangan rumah tangga adalah
buangan yang berasal bukan dari industri melainkan berasal dari rumah tangga, kantor, hotel,
restoran, tempat ibadah, tempat hiburan, pasar, pertokoan dan rumah sakit. Limbah domestik
sering kali mengandung deterjen.
Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu
pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan
sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih
baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.
Pada umumnya deterjen mengandung surfaktan, builder, filler dan aditif. Surfaktan
(surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda
yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi
menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang
menempel pada permukaan bahan. Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan
efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab
kesadahan air. Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai
kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium
sulfat. Dan aditif merupakan bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih
menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung
dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi
produk. Contoh : Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).
Deterjen mempunyai sifat fisis antara lain polar dan non polar.. Bila terhadap jasad
renik rantai C yang lurus bersifat biogradable dan rantai C yang bercabang bersifat
unbiogradable. Sifat kimianya dapat melarutkan lemak dan tidak dipengaruhi oleh
kesadahan air.
Tanpa mengurangi makna manfaat deterjen dalam memenuhi kebutuhan sehari-
hari, harus diakui bahwa bahan kimia yang digunakan pada deterjen dapat
menimbulkan dampak negatif baik terhadap kesehatan maupun lingkungan. Dua bahan
terpenting dari pembentuk deterjen yakni surfaktan dan builders, diidentifikasi
mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap manusia dan
lingkungannya.
Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya kelembaban alami
yang ada pada permukan kulit dan meningkatkan permeabilitas permukaan luar. Hasil
pengujian memperlihatkan bahwa kulit manusia hanya mampu memiliki toleransi
kontak dengan bahan kimia dengan kandungan 1 % LAS dan AOS dengan akibat iritasi
‘sedang’ pada kulit. Surfaktan kationik bersifat toksik jika tertelan dibandingkan dengan
surfaktan anionik dan non-ionik. Sisa bahan surfaktan yang terdapat dalam deterjen
dapat membentuk chlorbenzene pada proses klorinisasi pengolahan air minum PDAM.
Chlorbenzene merupakan senyawa kimia yang bersifat racun dan berbahaya bagi
kesehatan.
Pada awalnya surfaktan jenis ABS banyak digunakan oleh industri deterjen. Namun
karena ditemukan bukti-bukti bahwa ABS mempunyai risiko tinggi terhadap
lingkungan, bahan ini sekarang telah digantikan dengan bahan lain yaitu LAS.
Ada dua ukuran yang digunakan untuk melihat sejauh mana produk kimia aman di
lingkungan yaitu daya racun (toksisitas) dan daya urai (biodegradable). ABS dalam
lingkungan mempunyai tingkat biodegradable sangat rendah, sehingga deterjen ini
dikategorikan sebagai ‘non-biodegradable’. Dalam pengolahan limbah konvensional,
ABS tidak dapat terurai, sekitar 50% bahan aktif ABS lolos dari pengolahan dan masuk
dalam sistem pembuangan. Hal ini dapat menimbulkan masalah keracunan pada biota
air dan penurunan kualitas air. LAS mempunyai karakteristik lebih baik, meskipun
belum dapat dikatakan ramah lingkungan. LAS mempunyai gugus alkil lurus / tidak
bercabang yang dengan mudah dapat diurai oleh mikroorganisme.
Dalam laporan lain disebutkan deterjen dalam badan air dapat merusak insang dan
organ pernafasan ikan yang mengakibatkan toleransi ikan terhadap badan air yang
kandungan oksigennya rendah menjadi menurun. Keberadaan busa-busa di permukaan
air menjadi salah satu penyebab kontak udara dan air terbatas sehingga menurunkan
oksigen terlarut. Dengan demikian akan menyebabkan organisme air kekurangan
oksigen dan dapat menyebabkan kematian.
Builders, salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam deterjen adalah
phosphate. Phosphate memegang peranan penting dalam produk deterjen, sebagai
softener air. Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion
kalsium dan magnesium. Berkat aksi softenernya, efektivitas dari daya cuci deterjen
meningkat. Phosphate yang biasa dijumpai pada umumnya berbentuk Sodium Tri Poly
Phosphate (STPP). Phosphate tidak memiliki daya racun, bahkan sebaliknya
merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk hidup. Tetapi dalam
jumlah yang terlalu banyak, phosphate dapat menyebabkan pengkayaan unsur hara
(eutrofikasi) yang berlebihan di badan air, sehingga badan air kekurangan oksigen
akibat dari pertumbuhan algae (phytoplankton) yang berlebihan yang merupakan
makanan bakteri. Populasi bakteri yang berlebihan akan menggunakan oksigen yang
terdapat dalam air sampai suatu saat terjadi kekurangan oksigen di badan air dan pada
akhirnya justru membahayakan kehidupan mahluk air dan sekitarnya. Di beberapa
negara, penggunaan phosphate dalam deterjen telah dilarang. Sebagai alternatif, telah
dikembangkan penggunaan zeolite dan citrate sebagai builder dalam deterjen.
Bawang merah termasuk sayuran umbi yang multiguna paling utama kegunaannya
adalah sebagai bumbu penyedap masakkan. Kegunaan lain bawang merah adalah
sebagai obat tradisional, bawang merah dikenal sebagai obat karena mengandung efek
antiseptik dari senyawa alliin atau allisin yang oleh enzim alliin liase diubah menjadi
asam piruvat, ammonia dan allisin anti mikroba yang bersifat bakterisida. Dalam dunia
industri makanan bawang merah sering diawetkan dalam kaleng (canning), sous, sop
kalengan, tepung bawang dan lain-lain.
Tanaman bawang merah mengalami beberapa fase pertumbuhan yang penting. 
Pertumbuhan bawang merah dimulai dengan fase awal pertumbuhan, fase pertumbuhan
vegetatif, fase pertumbuhan umbi dan fase pematangan umbi. Fase awal pertumbuan
dimulai sejak umbi ditanam sampai semua umbi tumbuh seragam.  Pada fase ini
bawang merah relatif banyak memerlukan air, yang berguna untuk mempercepat
pertumbuhan yang serempak. Fase pertumbuhan vegetatif berlangsung selama tanaman
membentuk tunas dan daun, energi/unsur hara yang tersedia digunakan untuk
membentuk tunas dan daun.  Pada fase pembentukan dan pematangan umbi, pola
pertumbuhannya berupa energi/unsur hara yang tersedia dialihkan untuk pembentukan
umbi.
Tanaman bawang merah dalam taksonominya digolongkan ke dalam famili
Liliaceae. Tanaman ini merupakan tanaman sayuran semusim yang berumbi lapis
(bulb), berakar serabut dan berdaun bentuk silindris. Pangkal daun bersatu membentuk
batang semu yang berubah bentuk dan fungsinya, membengkak membentuk seperti
umbi, sehingga menghasilkan umbi bawang merah. Daun bawang merah hanya
memiliki satu permukaan berbentuk bulat memanjang yang di dalamnya terdapat
rongga udara/ruangan seperti pipa dimana semakin jauh dari akar, semakin runcing.
Limbah domestik yang selama ini sering kali digunakan dalam kehidupan sehari-
hari adalah deterjen. Deterjen mengandung zat -zat yang berbahaya. Mempunyai
pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap manusia dan lingkungannya. Percobaan
ini menggunakan tanaman bawang merah karena bawang merupakan salah satu tanaman
yang sangat mudah diamati karena bisa langsung diamati dengan bantuan mikroskop dan
tahapan pembelahan selnya bisa terlihat jelas. Bagian yang digunakan adalah akar karena
pada akar primordial merupakan meristem yang masih berkembang dengan baik
sehingga masih mudah untuk diamati. Dari data pengamatan dapat dilihat bahwa makin
tinggi konsentrasi deterjen menyebabkan terhambatnya pertumbuhan akar primordial
bawang merah. Dari percobaan yang dilakukan dan berdasar hasil pengamatan didalam
tabel, kecambah yang berada pada konsentrasi tinggi mengalami hambatan untuk tumbuh
dan berwarna hitam. Namun semakin rendah konsentrasi deterjen pada air, kecambah
masih bisa untuk tumbuh dan kecambah yang disimpan didalam gelas air kontrol tidak
memiliki hambatan untuk tumbuh karna air kontrol bersifat netral dari deterjen. Hal ini
karena deterjen merupakan pecemaran pada percobaan ini, pencemaran lingkungan
menimbulkan banyak kerugian bagi manusia serta lingkungan

G. Kesimpulan
Pada dasarnya, pertumbuhan membutuhkan air. Maka, pemberian air terhadap
tanaman khususnya bawang merah perlu diperhatikan. Karena, bila air terkontaminasi
deterjen dalam kadar berapapun akan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan
bawang merah. Perlu diketahui bahwa air deterjen merupakan limbah yang
mempunyai berbagai dampak negative terhadap pertumbuhan ataupun perkembangan
tumbuhan. Jadi, deterjen menghambat pertumbuhan tumbuhan.

I. Lampiran

Alat dan bahan percobaan 1

Dokumentasi cara kerja percobaan 1


Alat dan bahan percobaan 2
Dokumentasi cara kerja percobaan 2

Daftar Pustaka

Danhas, I. D. (2018). Konsep Pencemaran Lingkungan. Depok: PT RajaGrafindo Persada,


Depok.
Ir. I ketut Irianto M.Si, 2. (2015). Karakteristik Pencemaran dan Jenis-jenis Bahan Pencemar.
Provinsi Bali: Yayasan Kesejahteraan Korpri Provinsi Bali Universitas Warmadewa.

Rumanta, M. (2007). Pencemaran Lingkungan. Universitas Terbuka.

Rumanta, Maman dkk. 2008. Praktikum IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai