Anda di halaman 1dari 13

LKPI

LAPORAN KEGIATAN PRAKTIKUM


PENGARUH DETERJEN TERHADAP PERKECAMBAHAN

NURDIANA IKA RAMADHANIAH


858297568

UPBJJ BANJARMASIN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2021
A. JUDUL PERCOBAAN
Pengaruh Deterjen terhadap Perkecambahan

B. TUJUAN PERCOBAAN
Mengamati pengaruh deterjen terhadap perkecambahan kacang hijau

C. ALAT DAN BAHAN


1. Sendok teh 1 buah
2. Gelas air mineral 250 mL 7 buah
3. Kapas/tisu secukupnya
4. Mistar dengan skala mm 1 buah
5. Kertas untuk label secukupnya
6. Gelas ukur 1 buah
7. Baskom 2 buah
8. Air ledeng secukupnya
9. Deterjen serbuk 1 sendok teh
10. Kacang hijau 70 buah

D. LANDASAN TEORI
Dalam suatu pertumbuhan penduduk yang sangat pesat menyebabkan
meningkatkan kebutuhan hidup manusia, antar lain kebutuhan akan pangan,
pemukiman, pendidikan, rekreasi, dan kebutuhan-kebutuhan lain. Dengan
manfaat yang tidak sedikit. Dalam upaya memperoleh manfaat tersebut
ternyata juga dapat menyebabkan timbulnya masalah-masalah baru. Masalah
baru. Masalah baru ini mengancam keseimbangan ekosistem (lingkungan)
termasuk manusia, hewan dan tumbuhan yang hidup di dalamnya.
Untuk memenuhi kebutuhan akan pemukiman misalnya, manusia telah
melakukan pembukaan hutan. Dengan banyaknya hutan yang dibuka untuk
dijadikan tempat pemukiman diharapkan kesejahteraan hidup manusia dapat
meningkat, karna hal itu sejalan dengan pemenuhan kebutuhan akan papan bagi
kehidupan manusia. Namun fungsi hutan sebagai tanah serapan, penyimpan air
hujan penyangga perubahan suhu global dan tempat hidup hewan-hewan atau
tumbuhan tertentu menjadi berkurang, dan ini akan menimbulkan masalah baru
dalam kehidupan. Selain itu penebangan hutan dapat menyebabkan tanah
menjadi gersang dan tidak produktif. Untuk sementara waktu kesuburan ini
bisa dipulihkan dengan pemberian pupuk kimia. Tetapi pemberian pupuk ini
selain dapat meningkatkan produksi pertanian, juga dapat menyuburkan
tanaman pengganggu hama tanaman. Tanaman pengganggu dan hama tanaman
tentunya akan menyerang lahan pertanian karenanya diperlukan obat atau
racun yang dapat mengatasi hama tanaman tersebut. DDT dianggap sebagai
pestisida yang paling efektif dalam membasmi hama karna waktu yang relatif
cepat dalam membunuh serangga dan harganya relatif murah. Dari uraian di
atas, tampaklah bahwa kegiatan manusia baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat mempengaruhi lingkungan.
Akan tetapi sampah yang ditimbulkan dari penggunaan pestisida itu juga
cukup besar di antaranya dapat menyebabkan hama serangga residu dan dapat
membunuh spesies non target. Artinya makhluk hidup lain yang tidak
diharapkan karena akan turut mati terbunuh. Selain itu residu yang
dihasilkannya dapat bertahan di tanah sampai tahunan.
Selain penggunaan pestisida, penggunaan bahan-bahan kimia lain juga
dapat mengganggu keseimbangan ekosistem seperti penggunaan deterjen
sebagai pembasmi bibit penyakit, deterjen sebagai pembersih, bleaching
(bayclean) sebagai pemutih dan lain-lain
Limbah deterjen menjadi salah satu limbah yang banyak dibuang ke
perairan. Hal ini terjadi karena banyaknya rumah yang membuang limbah
deterjennya secara langsung ke saluran air yang berujung di sungai. Selain itu,
banyaknya usaha laundry di kawasan sekitar permukiman warga juga
menyebabkan bertambahnya jumlah limbah deterjen yang dibuang ke perairan.
Air limbah deterjen tersebut mengandung bahan-bahan berbahaya yang dapat
mengganggu ekosistem perairan. Natrium Dodecyl Benzen Sulfonat (NaDBS)
dan Sodium Tripolyphospat (STPP) yang menjadi bahan utama penyusun
deterjen tersebut sulit untuk didegradasi secara alami. Senyawa fosfat tersebut
akan menyebabkan proses eutrofikasi, yaitu pencemaran air yang disebabkan
adanya nutrisi berlebihan pada ekosistem perairan sehingga tanaman air
menjadi subur dan menutup permukaan air. Tertutupnya permukaan air
tersebut dapat menghalangi cahaya matahari untuk masuk ke dalam air
sehingga binatang-binatang di air tersebut akan mati.
Adapun bahaya limbah deterjen bagi lingkungan adalah sebagai berikut:
1. Memicu Eutrofikasi
Perairan sungai atau rawa yang tercemar limbah deterjen dapat memicu
timbulnya eutrofikasi. Eutrofikasi adalah suatu kondisi pesatnya pertumbuhan
tanaman eceng gondok dan ganggang. Jika kondisi ini dibiarkan maka
permukaan sungai atau rawa akan tertutup tanaman ini.
Dampak negatif akan dirasakan oleh biota air di bawahnya karena
eutrofikasi menghambat sirkulasi oksigen dan sinar matahari. Lalu tumbuhnya
ganggang yang pesat dapat meningkatkan unsur hara di dalamnya. Lama
kelamaan bukan tidak mungkin kondisi ini dapat menyebabkan biota di
dalamnya mati atau bahkan mengalami kepunahan.
2. Menyebabkan Pencemaran Air
Kondisi limbah deterjen yang tak terkendali akan menyebabkan
pencemaran air di got-got yang mengalir ke sungai lalu bermuara di laut.
Apabila debit limbah deterjen semakin besar maka sangat memungkinkan
terjadinya pencemaran terhadap air tanah. Padahal air tanah digunakan sebagai
sumber air minum masyarakat, sehingga zat kimia berbahaya penyusun
deterjen secara tidak langsung akan ikut terminum. Selain itu, adanya busa
sabun di permukaan perairan juga akan menghalangi cahaya matahari dan
sirkulasi oksigen sehingga dapat menyebabkan kematian biota air di bawahnya.
3. Mengandung Bahan yang Sulit Terurai
Salah satu zat penyusun deterjen adalah alkyl benzene sulfonate. Alkyl
benzene sulfonate bersifat sulit terurai di alam sehingga banyak Negara yang
sudah melarang penggunaan zat ini. Apabila jumlah limbah deterjen terus
bertambah maka kandungan alkyl benzene sulfonate juga akan semakin banyak
mencemari lingkungan. Namun saat ini terdapat alternatif penggantinya
yaitu linear alkyl sulfonate meskipun zat ini juga hanya mampu terurai 50
persennya saja.
4. Mengancam Ekosistem Air Laut
Limbah deterjen yang mengalir di sungai-sungai akan berujung di laut.
Sementara itu, deterjen mengandung banyak sekali bahan kimia berbahaya
seperti zat pewangi, pemutih, alkyl benzene sulfonate, nonylphenol
ethoxylates, surfaktan, dan fosfat. Semua zat kimia tersebut dapat mengancam
kelangsungan hidup biota laut.
Meskipun demikian, kita bisa melakukan berbagai upaya untuk
meminimalisir dampak deterjen terhadap kelestarian lingkungan dan
ekosistem. Hal sederhana yang bisa dilakukan adalah mengurangi takaran
jumlah penggunaan deterjen dan jumlah air pencucian karena kondisi pakaian
yang tidak terlalu kotor sebenarnya bisa menjadi bersih hanya dengan dikucek
saja. Upaya lain yang bisa dilakukan yaitu dengan mengganti produk deterjen
dengan bahan alami seperti baking soda atau cuka yang dicampur dengan
perasan air lemon.
Dalam kegiatan praktikum ini akan dapat menunjukkan satu bentuk
pencemaran perairan yang dapat menyebabkan oleh produk industri yang
banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari yaitu deterjen serbuk. Deterjen
dalam kadar tertentu dapat mengganggu kehidupan organisme target maupun
non target. Dalam kegiatan ini Anda akan mengembangkan ketrampilan
proses: mengamati, membuat hipotesis, mengukur dan menyimpulkan.

E. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Menyediakan larutan deterjen 100%, 50%, 25%, 12,50%, 6,25%, 3,10%
serta kontrol yang berupa air ledeng/PDAM. Lalu menyimpan cairan
dengan gelas kimia yang telah diberi label sebagai berikut.
a. Label I = 100%
b. Label II = 50%
c. Label III = 25%
d. Label IV = 12,5%
e. Label V = 6,25%
f. Label VI = 3,10%
g. Label kontrol = air ledeng/PDAM saja
2. Cara menyediakan larutan
a. Melarutkan 1 sendok deterjen serbuk ke dalam air ledeng/PDAM
1000 mL, sehingga menjadi larutan dengan konsentrasi 100%.
b. Mengambil 500 mL larutan deterjen 100%, lalu menambahkan air
ledeng/PDAM sebanyak 1000 mL sehingga menjadi larutan dengan
konsentrasi 50%.
c. Mengambil 500 mL larutan deterjen 50%, lalu menambahkan air
ledeng/PDAM sebanyak 1000 mL sehingga menjadi larutan dengan
konsentrasi 25%.
d. Mengambil 500 mL larutan deterjen 25%, lalu menambahkan air
ledeng/PDAM sebanyak 1000 mL sehingga menjadi larutan dengan
konsentrasi 12,5%.
e. Mengambil 500 mL larutan deterjen 12,5%, lalu menambahkan air
ledeng/PDAM sebanyak 1000 mL sehingga menjadi larutan dengan
konsentrasi 6,25%.
f. Mengambil 500 mL larutan deterjen 6,25%, lalu menambahkan air
ledeng/PDAM sebanyak 1000 mL sehingga menjadi larutan dengan
konsentrasi 3,10%.
3. Menyediakan tujuh gelas plastik lain, beri label kontrol I, II, III, IV, V, dan
VI. Masing-masing diberi kapas/kertas tisu.
4. Memasukkan kacang hijau ke dalam air pada gelas plastik. Membuang
kacang yang mengapung, sementara kacang hijau yang tenggelam yang
digunakan dalam percobaan ini (kacang hijau terpilih).
5. Mengambil 10 butir kacang hijau terpilih lalu merendamnya dalam larutan
I, 10 butir dalam larutan II, 10 butir dalam larutan III, 10 butir dalam
larutan IV, 10 butir dalam larutan V, 10 butir dalam larutan VI dan 10 butir
dalam larutan kontrol (air ledeng/PDAM). Membiarkan terendam selama
lima menit.
6. Mengatur kacang hijau dalam gelas plastik dengan label yang sesuai.
Mengaturnya dengan baik agar hilum mengarah ke bawah.
7. Mengisi gelas plastik yang telah diisi kacang hijau tersebut dengan larutan
yang berlabel sama, kira-kira 100 mL.
8. Menyimpan ketujuh gelas tadi ke dalam tempat tertutup sehingga tidak ada
cahaya yang dapat masuk.
9. Melakukan pengamatan setelah 24 jam dan 48 jam. Pada setiap
pengamatan, mengukur panjang akar dengan mistar dari luar gelas.
Kacang hijau yang tidak tumbuh akarnya dianggap memiliki panjang akar
= 0 mm. Jika pada pengamatan dua hari (48 jam) tidak tumbuh akarnya (0
mm), dianggap kacang hijau mati. Mencatat hasil pengamatan pada lembar
kerja tabel 2.10.
10. Membuat grafik rata-rata pertumbuhan kecambah per konsentrasi setelah
24 jam dan 48 jam (Grafik 2.2) dengan menggunakan warna yang berbeda.
Misal 24 jam dengan warna biru, 48 jam dengan warna oren.

F. HASIL PENGAMATAN
Tabel 2.10
Pengaruh Deterjen terhadap Tumbuhan
Konsentrasi larutan deterjen
No Hari ke-1 (24 jam)
100% 50% 25% 12,5% 6,25% 3,1% Kontrol
1 0,3 0,5 0,7 0,5 1 1,2 1,5
2 0 0,5 0,5 0,5 0,7 1,1 1,5
3 0 0,4 0,5 0,5 0,6 1,1 1,3
4 0 0,3 0,3 0,5 0,5 0,7 1,2
5 0 0,1 0,3 0,5 0,2 0,5 1
6 0 0 0,1 0,2 0,2 0,3 0,2
7 0 0 0 0,2 0 0,2 0
8 0 0 0 0 0 0 0
9 0 0 0 0 0 0 0
10 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 0,3 1,8 2,4 2,9 3,2 5,1 6,7
Rata-rata 0,03 0,18 0,24 0,29 0,32 0,51 0,67
Konsentrasi larutan deterjen
No Hari ke-2 (48 jam)
100% 50% 25% 12,5% 6,25% 3,1% Kontrol
1 1 2,1 3,4 2,5 3 2,8 4
2 0,7 1,9 2,6 2,4 2,8 2,8 3,4
3 0,7 1,5 2,2 2,3 2,6 2,3 3
4 0,5 1,2 1,8 2 2,3 2,3 2,5
5 0 1 1,7 1,9 2,1 2,2 2,5
6 0 1 1,7 1,8 1,7 2,1 1,8
7 0 1 1,7 1,6 1,3 2,1 1,6
8 0 0 1,4 1,5 1,3 2 1,5
9 0 0 0,2 1,3 1,2 1,8 1,4
10 0 0 0 0 0,3 0,6 0,8
Jumlah 2,9 9,7 16,7 17,3 18,6 21 22,5
Rata-rata 0,29 0,97 1,67 1,73 1,86 2,1 2,25

Grafik pengaruh deterjen terhadap perkecambahan


2,5
rata-rata pertumbuhan (cm)

1,5

0,5

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
jenis konsentrasi

rata-rata 24 jam rata-rata 48 jam

Grafik 2.2
Grafik rata-rata pertumbuhan kecambah

G. PERTANYAAN-PERTANYAAN
1. Apa fungsi larutan 0 (kontrol)?
Jawab:
Fungsi larutan 0 (kontrol) ialah sebagai pembanding dengan
konsentrasi larutan deterjen dan sebagai bukti bahwa larutan 0 (kontrol)
adalah larutan yang paling baik dalam pertumbuhan karena tidak
mengandung deterjen/tidak tercemar.
2. Apa kesimpulan Anda bila pada larutan 0 (kontrol) ada kacang hijau yang
mati?
Jawab:
Bila pada larutan 0 (kontrol) ada kacang hijau yang mati, maka
menandakan bahwa biji kacang hijau tersebut bukan merupakan bibit yang
unggul sehingga kemungkinan dapat tumbuh dengan baik sangat kecil.
3. Mengapa pertumbuhan kacang hijau di dalam gelas piala harus ditutup
dengan kertas timah?
Jawab:
Pertumbuhan kacang hijau di dalam gelas piala harus ditutup dengan
kertas timah adalah untuk mengurangi intensitas cahaya. Karena intensitas
cahaya sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan kacang hijau. Kacang
hijau yang mendapatkan cahaya yang cukup, ukurannya lebih kecil,
jaringan mesofilnya juga lebih kecil, dan pertumbuhannya akan lebih
lambat dari kacang hijau yang tidak mendapat cahaya.

H. PEMBAHASAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat dilihat pada Tabel
2.10 bahwa masing-masing larutan dengan konsentrasi yang berbeda dapat
mempengaruhi pertumbuhan biji kacang hijau. Pada pengamatan hari ke-1 (24
jam), diperoleh rata-rata pertumbuhan kacang hijau untuk Label I (Konsentrasi
100%) sebesar 0,03 cm, Label II (Konsentrasi 50%) sebesar 0,18 cm, Label III
(Konsentrasi 25%) sebesar 0,24 cm, Label IV (Konsentrasi 12,5 %) sebesar
0,29 cm, Label V (Konsentrasi 6,25%) sebesar 0,32 cm, Label VI (Konsentrasi
3,1%) sebesar 0,51 cm, dan Label Kontrol (Air PDAM) sebesar 0,67 cm.
Kemudian pada pengamatan hari ke-2 (48 jam), diperoleh rata-rata
pertumbuhan kacang hijau untuk Label I (Konsentrasi 100%) sebesar 0,29 cm,
Label II (Konsentrasi 50%) sebesar 0,97 cm dengan biji yang tumbuh sebanyak
7 biji, Label III (Konsentrasi 25%) sebesar 1,67 cm dengan biji yang tumbuh
sebanyak 9 biji, Label IV (Konsentrasi 12,5 %) sebesar 1,73 cm dengan biji
yang tumbuh sebanyak 9 biji, Label V (Konsentrasi 6,25%) sebesar 1,86 cm
dengan biji yang tumbuh sebanyak 10 biji, Label VI (Konsentrasi 3,1%)
sebesar 2,1 cm dengan biji yang tumbuh sebanyak 10 biji, dan Label Kontrol
(Air PDAM) sebesar 2,25 cm dengan biji tumbuh semua sebanyak 10 biji.
Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa semakin besar konsentrasi
deterjen yang ada pada media tanam, maka semakin sulit pula biji kacang hijau
bertumbuh bahkan ada beberapa biji yang tidak dapat tumbuh. Sedangkan,
pada media tanam dengan air PDAM sebagai larutan kontrol, biji kacang hijau
dapat tumbuh dengan cepat dan ukurannya juga jauh lebih besar, serta semua
biji dapat tumbuh dengan baik. Hal ini juga dapat dilihat pada Grafik 2.2 yang
menggambarkan bahwa pertumbuhan biji kacang hijau dipengaruhi oleh
konsentrasi larutan deterjen.

I. KESIMPULAN
Dari percobaan dapat disimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi
deterjen yang ada pada media tanam, maka semakin sulit pula biji kacang hijau
bertumbuh. Artinya, deterjen mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan
berdampak negatif. Kecambah pada kadar konsentrasi tertentu (rendah) masih
bisa mengalami pertumbuhan walaupun ada hambatan, tetapi pada konsentrasi
tinggi kecambah tumbuh namun tidak mengalami pertumbuhan dan pada
akhirnya akan mati.

J. DAFTAR PUSTAKA
Anitya, D. 2018. Fakta Bahaya Deterjen Lingkungan.
https://www.idntimes.com/. Diakses 8 November 2021.
Apriyanti, N. I. 2021. Pengolahan Deterjen dengan Tawas.
https://osf.io/bx5qd/. Diakses 8 November 2021.
Rumanta, M., dkk. 2020. Praktikum IPA di SD. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
K. KESULITAN YANG DIALAMI
Kesulitan yang dialami peneliti selama praktikum ini ialah membuat
larutan deterjen agar konsentrasinya sesuai dengan yang diharapkan, serta
membutuhkan banyak air untuk membuat larutan deterjen tersebut.

L. FOTO PRAKTIKUM
FOTO-FOTO BERSERI HASIL PRAKTIKUM

Judul Percobaan: Pengaruh Deterjen terhadap Perkecambahan

Tahap Awal/ Pembuka

Proses Kegiatan Praktikum


Tahap Akhir

Anda mungkin juga menyukai