Anda di halaman 1dari 3

َّ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬

‫الطاعُونُ آ َي ُة الرِّ جْ ِز ا ْب َتلَى هَّللا ُ َع َّز َو َج َّل ِب ِه َناسًا مِنْ عِ َبا ِد ِه َفِإ َذا َسمِعْ ُت ْم ِب ِه َفاَل‬ َ ِ ‫ا َل َرسُو ُل هَّللا‬
‫ض َوَأ ْن ُت ْم ِب َها َفاَل َتفِرُّ وا ِم ْن ُه‬ ٍ ْ‫َت ْد ُخلُوا َعلَ ْي ِه َوِإ َذا َو َق َع ِبَأر‬

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tha’un (wabah penyakit


menular) adalah suatu peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk
menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka apabila kamu
mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke
negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada,
jangan pula kamu lari daripadanya.” (HR Bukhari dan Muslim dari Usamah bin
Zaid).

MADANINEWS.ID, JAKARTA — Secara umum hadis ini menjelaskan upaya-


upaya lahir dan batin ketika muncul wabah penyakit seperti Covid-19 yang
telah mewabah di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Kalimat “Dahulu, tha’un adalah azab yang Allah” menunjukkan bahwa wabah


penyakit yang terjadi pada zaman Rasulullah SAW hingga saat ini bukanlah
azab tetapi ujian atau cobaan yang Allah timpakan kepada orang-orang yang
Dia kehendak, maka kita tidak pantas menuduh orang yang terkena pandemi
Covid-19 sebagai orang yang terkena azab. Tak seorangpun yang mampu
menghindari dari wabah penyakit jika Allah telah taqdirkan, dan wabah tidak
akan menimpa orang yang Allah SWT lindungi. Sebaliknya, wabah tersebut
dijadikan sebagai rahmat bagi orang-orang yang senantiasa menyakini bahwa
tidak ada yang terjadi di alam semesta ini melainkan atas pengaturan Dzat
Yang Maha mengatur.
Dalam hadis tersebut, Rasulullah SAW memberikan tuntunan saat wabah,
antara lain:

Pertama: Tidak Keluar Rumah


Kalimat “kemudian ia menahan diri di rumah” merupakan sunnah yang
dicontohkan oleh Rasulullah SAW ketika merebak wabah penyakit.
Selogan #stay at home# merupakan salah satu metode memutus penyebaran
wabah Covid-19, karena jika kerumunan masyarakat tidak dibatasi, niscaya
penyebaran Covid-19 akan kian masif. Stay at home adalah pembatasan
pergerakan berskala kecil dalam lingkup keluarga namun efektif dalam
meminimalisir penyebaran Covid-19. Adapun dalam skala wilayah,
Pemerintah Daerah memberlakukan PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala
Besar. Dengan kebijakan ini, seluruh aktivitas manusia dipindahkan ke rumah
masing-masing. Murid/mahasiswa belajar di rumah, pekerja/ karyawan
bekerja di rumah, bahkan kegiatan ibadahpun dipindahkan ke rumah.
Beberapa masjid dan tempat ibadah lainnya yang berada di zona merah
sudah dibatasi penggunaannya untuk sementara waktu seperti shalat Jumat
diganti shalat Zhuhur di rumah, dan kegiatan peribadatan lainnya yang
memicu keramaian. Perlu kami tegaskan, bahwa kita tidak sedang
meninggalkan masjid/mushalla, tetapi ibadah shalat yang dilakukan di rumah
dalam rangka menjalankan sunnah saat wabah.
Kalimat “menahan diri di rumah” dimaknai sebagai larangan mendatangi
wilayah yang terdampak Covid-19 atau keluar dari wilayahnya yang
terdampak Covid-19 ke wilayah lain sebagaimana yang dicontohkan oleh
Rasulullah SAW. Salah satu implementasi hadis ini adalah larangan mudik
dari maupun ke wilayah yang terindikasi adanya penyebaran Covid-19.
Larangan mudik ini bagian dari sunnah sebagai solusi efektif untuk
menghentikan laju wabah virus corona dengan metode penguncian
(lockdown).
Kedua: Sabar
Kalimat “dengan sabar serta mengharapkan ridha-Nya” merupakan sunnah
atau tuntunan Nabi Muhammad SAW saat menahan diri di rumah. Sabar
dalam arti menahan diri untuk tidak keluar dari wilayah yang terkena wabah
sampai berakhir masa pandemi Covid-19 semata-mata mengharap ridha
Allah, serta menyakini bahwa wabah tersebut adalah suratan taqdir Allah
SWT tanpa mengeluh dan putus asa. Orang yang bertahan di rumah saat
wabah niscaya mendapatkan pahala syahid walaupun ia tidak sampai
meninggal dunia. Oleh karena itu, kita perlu menguatkan niat saat wabah
Covid-19 ini, seraya berbaik sangka kepada Allah, tidak meninggalkan ikhtiar
lahir maupun batin, dan kemudian bersabar serta bertawakkal kepada-Nya.
Sabar tidaklah dimaknai kepasrahan secara total, namun sabar harus
dibarengi dengan usaha lahiriyah dan bathiniyah secara maksimal untuk
mencegah penyebaran dan dampak buruk virus, antara lain: sering berwudhu,
menjaga kebersihan, rajin mencuci tangan, menjaga imunitas tubuh,
menerapkan jaga jarak (social/physical distancing), tidak keluar rumah kecuali
dalam keadaan yang mendesak, serta diiringi dengan tawakal kepada Allah
SWT.
Ketiga: Meningkatkan Ibadah
Kalimat “serta mengharapkan ridha-Nya” adalah sunnah berupa usaha bathin
dalam menghadapi wabah Covid-19. Selama masa karantina di rumah,
hendaklah kita meningkatkan kualitas ibadah dan selalu berdoa memohon
kepada Allah SWT agar pandemi Covid-19 segera lenyap dari Indonesia. Di
bulan suci ini, rumah dapat dijadikan sebagai sentral ibadah di saat wabah,
dimana segala rangkaian ibadah dapat dilakukan secara perorangan atau
berjamaah bersama anggota inti keluarga di rumah, seperti tilawah Al Qur’an,
shalat Dhuha, Shalat Tarawih dan Witir, berzikir, berbuka puasa, dan aktivitas
ibadah lainnya. Kita dapat memanfaatkan momentum Ramadhan saat Covid-
19 ini untuk menghiasi rumah dengan aktivitas ibadah sehingga rumah dapat
menjadi saksi ibadah dan menjadikan rumah penuh berkah. Sekali lagi,
beribadah di rumah tidak diniatkan meninggalkan masjid/mushalla namun
diniatkan dalam rangka menjalankan sunnah saat wabah.
Hadis ini ditutup dengan kalimat “niscaya ia akan memperoleh ganjaran
seperti pahala orang yang mati syahid”yaitu bagi siapapun yang berjuang
menghadapi wabah Covid-19 dengan tetap di rumah dengan penuh
kesabaran, ketawakkalan, dan menjalankan ibadah dengan baik niscaya
meraih pahala seperti pahala orang yang wafat berjuang membela agama
Allah SWT.
H. Subhan Nur, Lc, M.Ag
(Kepala Seksi Pengembangan Metode dan Materi Dakwah Dit. Penerangan
Agama Islam)

Anda mungkin juga menyukai