Anda di halaman 1dari 2

hidupnya untuk “selamat”.

Hal itu terjadi dan terlaksana dalam diri Yesus Kristus


(Redemptor Hominis).

Manusia Baru

Dengan penebusan dan pengampunan dosa oleh Yesus Kristus, setiap pribadi
memiliki identitas baru. Ia disebut ciptaan baru; yang lama sudah berlalu,
sesungguhnya yang baru sudah datang. Takut akan Allah berarti, melayani Allah dan
melayani sesama (2Kor 5, 11-17). Ia menjadi ciptaan baru karena saling membantu,
bukan penonjolan diri atau perendahan orang lain (Gal 6, 1-18). Dengan penebusan
dan pengampunan dosa, manusia menjadi Putera Allah; berasal dari padaNya, hidup
karenaNya, dan menuju kepadaNya (LG 3).
Karena setiap pribadi dipanggil untuk membentuk persekutuan, masing-
masing mengambil bagian dalam persekutuan itu. Ia yang sudah ditebus dan diampuni
dosanya adalah subyek dari hak dan kewajiban baru dalam persekutuan anak-anak
Allah, yakni Gereja. Demikian Kitab Hukum Kanonik menyampaikan secara rinci
hak dan kewajibannya:
- Kan. 208: Persamaan martabat dan nilai kegiatan sesuai dengan kondisi dan
fungsinya ( yakni: bentuk hidup yang dipilihnya dengan bebas dan peranan
yang menyertainya) dalam pembangunan Tubuh Kristus.
- Kan. 209, $1: Menjaga kesatuan dengan Gereja. $2: Melaksanakan
tanggungjawab dengan baik terhadap Gereja Universal dan Partikular.
- Kan. 210: Mengusahakan hidup suci dan mengembangkan Gereja serta karya
penyuciannya sesuai dengan kekhasan masing-masing.
- Kan. 211: Hak dan kewajiban bergiat dalam pewartaan Kabar Keselamatan
sehingga menjangkau semakin banyak orang kapan pun dan di mana pun.
- Kan. 212, $1: Ketaatan kristiani kepada Gembala Suci sebagai wakil Kristus
dalam hal iman atau ajaran (sebagai Guru dan Pemimpin Gereja). $2:
Menyatakan dan menyampaikan kebutuhannya (khususnya hal-hal spiritual)
dan keinginannya kepada pimpinan Gereja. $3: Menyatakan pendapat sesuai
dengan pengetahuan dan keahliannya demi kebaikan Gereja. Dasarnya:
integritas iman, moral, hormat kepada orang lain, dengan memperhatikan
martabat orang lain.
- Kan. 213: Berhak menerima pelayanan rohani, khususnya Sabda Tuhan dan
sakramen-sakramen.
- Kan. 214: Berhak berpartisipasi dalam peribadatan sesuai ritus masing-masing
yang disahkan oleh Gereja dan bentuk kerohanian yang tidak bertentangan
dengan Gereja.
- Kan. 215: Kebebasan mendirikan dan mengurus perserikatan dengan tujuan:
amal-kasih atau kesalehan, pengembangan panggilan kristiani dalam dunia.
Bebas berserikat/berkumpul untuk tujuan pada umumnya.
- Kan. 216: Hak untuk berinisiatif untuk memajukan hidup kerasulan sesuai
dengan kondisi dan statusnya. Nama katolik boleh dipakai atas persetujuan
Gereja.
- Kan. 217: Hak atas pendidikan kristiani demi kedewasaan manusiawi dan
pengertian untuk menghayati Misteri Keselamatan.
- Kan. 218: hak untuk mengadakan penyelidikan dan mengungkapkan pendapat
sesuai dengan bidangnya dan tetap mentaati kewenangan Magisterium Gereja.
- Kan. 219: Bebas memilih bentuk hidup (klerus, religius, laicus single atau
menikah).
- Kan. 220: Hak atas nama baik dan privacy.
- Kan. 221, $1: Menggugat dan mempertahankan hak dalam Gereja kepada
forum Pengadilan Gereja sesuai dengan hukum yang berlaku. $2: Kesamaan di
depan hukum yang berlaku. $3: Hak untuk diadili dan dijatuhi hukuman
kanonik sesuai dengan norma hukum yang berlaku.
- Kan. 222: Berkewajiban memenuhi kebutuhan Gereja untuk berbagai
kepentingan: peribadatan, karya kerasulan dan amal-kasih, dan kesejahteraan
para pelayan rohani (Clerus). $2: Berkewajiban menciptakan keadilan dan
membantu orang miskin dengan miliknya sendiri.
- Kan. 223, $1: Secara pribadi atau kelompok harus memperhatikan
kepentingan umum Gereja, hak-hak, dan kewajiban kepada orang lain. $2:
Demi kepentingan umum (Bonum Comune/Common Good) Gereja dapat
membatasi pelaksanaan hak orang beriman kristiani.

Secara khusus, umat beriman kepada Kristus yang memilih bentuk hidup
sebagai awam menikmati hak dan kewajibannnya sebagai berikut:
- Kan. 225, $1: Pewartaan iman, khususnya di tempat yang hanya mungkin
melalui mereka. $2: Menjiwai tatanan dunia dengan nilai-nilai kristiani (hal ini
merupakan kekhasan dan kekhususan kaum awam).
- Kan. 226, $1: Yang menikah memiliki tugas khusus, yakni membangun umat
Allah (Keluarga = “Sel utama” dan “Jalan” Gereja, masyarakat pada
umumnya). $2: Karena melahirkan, maka berkewajiban akan dilaksanakannya
Pendidikan Katolik kepada kelahiran baru.
- Kan. 227: Memiliki kebebasan seperti warga negara pada umumnya. Harus
tetap diperhatikan nilai-nilai Kitab Suci dan ajaran Magisterium Gereja
(pendapat pribadi bukan ajaran Gereja).
- Kan. 228, $1: Keikutsertaan dalam tugas dan fungsi gerejani sesuai dengan
norma yang berlaku bagi yang layak dan mampu. $2: Dapat menjadi seorang
ahli dan penasehat bagi Gereja sesuai dengan norma yang berlaku.
- Kan. 229, $1: Berkewajiban dan berhak mengerti ajaran Gereja sesuai dengan
kemampuan dan statusnya, sehingga dapat menghayati, mewartakan, dan
mempertahankannya serta dapat berperan aktif dalam karya kerasulan. $2:
Berhak mempelajari ilmu-ilmu suci dan menyandang gelar akademis. $3:
Kalau memenuhi persyaratan yang ada, ia dapat menjadi pengajar ilmu-ilmu
suci.
- Kan. 230, $1: Kalau memenuhi syarat umur dan kualitas tertentu laki-laki
dapat diangkat menjadi lektor atau akolit tetap (tak berhak mendapat gaji atau
upah). $2: Dapat menjadi lektor, komentator, penyanyi, atau pelayan lain
sesuai dengan hukum yang berlaku. $3: Kalau kebutuhan Gereja mendesak
dan ada kekurangan imam, dapat menjadi pelayan Sabda, pemimpin doa-doa
liturgi, membabtis, mengantar komuni kepada orang sakit atau lanjut usia
(viaticum) sesuai dengan norma yang berlaku.
- Kan. 231, $1: Yang diangkat menjadi pelayan tetap atau temporal wajib
mendapat pendidikan atau pembinaan yang memadai untuk menjalankan
tugasnya dan wajib menjalankannya dengan penuh kesadaran, semangat, dan
giat. $2: Selain memperhatikan kan. 230, $1, ia berhak mendapat upah sesuai
dengan kelayakan (aturan sipil harus diperhatikan).

Anda mungkin juga menyukai