Langkah yang akan dilakukan setelah hasil evaluasi dilaporkan ke berbagai pihak adalah
memanfaatkan hasil evaluasi sebaik-baiknya untuk berbagai kepentingan. Hasil evaluasi tidak
akan memberikan manfaat yang banyak bila tanpa adanya refleksi atas apa yang telah terjadi
sebagai dasar untuk memperbaiki langkah evaluasi berikutnya. Kebanyakan guru memanfaatkan
hasil evaluasi hanya untuk mengisi buku rapor. Hal ini tidak salah tetapi bukan berarti hasil
evaluasi hanya untuk mengisi buku rapor. Seharusnya hasil evaluasi tesebut juga di manfaat kan
kepada pihak terkait yang ikut bertanggung jawab dan memiliki perhatian yang tinggi terhadap
proses pembelajaran peserta didik.
Salah satu manfaat hasil evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik (feed-back) kepada
semua pihak yang terlibat dalam pembelajaran, baik secara langsung maupun tidaklangsung,
Menurut QCA (2003)
“feedback is the mean by which teacher enable children toclose the gap in order to take learning
forward and improve children’s performance.”.
Umpan balik dapat di jadikan sebagai alat bagi guru untuk membantu peserta didik menjadi
lebih baik dan meningkatkan kinerjanya. Crooks (2001) menyimpulkan agar umpan balik dapat
bermanfaat untuk memotifasi peserta didik, maka harus difokuskan pada :
1. Umpan balik harus fokus pada tugas-tugas yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran,
dan bukan membandingkan dengan anak lain.
2. Guru menggunakan bahasa verbal dan non-verbal serta memberikan pesan yang baik
pada peserta didik tentang kemampuan yang mereka peroleh.
3. Penilaian setiap bagian pekerjaan dapat mengarah pada penurunan moril bagi peserta
didik yang mencapai prestasi rendah dan kepuasan bagi peserta didik yang
mencapai prestasi yang tinggi.
4. Penghargaan eksternal sama seperti grades.
5. Perlu memberikan umpan balik spesifik yang terfokus pada kesuksesan dan penigkatan
daripada mengoreksi.
6. Peserta didik perlu diberi kesempatan untuk meningkatkan kualitas pekerjaan mereka.
Pendapat Remmer ini menunjukan paling tidak ada tiga manfaat penting dari hasil evaluasi, yaitu
untuk membantu pemahaman peserta didik menjadi lebih baik, untuk menjelaskan pertumbuhan
dan perkembangan peserta didik kepada orang tua, dan membantu guru dalam membuat
perencanaan belajar.
B. Memanfaatkan Hasil Evaluasi
Dalam praktikumnya, masih terdapat guru-guru yan belum mengerti pemanfaatan hasil evaluasi,
sehingga evaluasi formatif atau sumatif (misalnya) banyak dimanfaatkan untuk menentukan
kenaikan kelas dan mengisi buku rapor. Berikut ini adalah pihak yang berkepentingan dalam
memantau pemanfaatan hasil evaluasi.
Hasil evaluasi dapat dimanfaatkan oleh peserta didik untuk membangkitkan minat dan motifasi
belajar. Hasil ini dapat dilakukan jika peserta didik mengetahui hasi evaluasi yang dicapainya.
Hasil evaluasi juga bisa dimanfaatkan peserta didik untuk memilih teknik belajar secara tepat
dan benar.
Hasil itu dapat membentuk sikap positif pendidik terhadap
mata pelajaran, termasuk juga kepada guru, proses pembelajaran, lingkungan dan evaluasi pembe
lajaran.
Manfaat hasil evaluasi yang lain adalah untuk menentukan kedudukan belajar dalam kelas. Hasil
evaluasi dapat juga dimanfaatkan guru untuk menentukan pengelompokan dan penempatan
peserta didik berdasarkan prestasi masing-masing.
Dalam perencanaan pembelajaran, guru dapat memanfaatkan hasil evaluasi, seperti merumuskan
kompetensi dasar dan indikator, menyusun tingkat keesulitan materi, menentukan strategi
pembelajaran yang tepat, dan mengembangkan alat evaluasi yang akurat.
Manfaat hasil evaluasi berikutnya adalah menentukan perlu
tidaknya pembelajaran remedial. Sehubungan dengan hal tersebut, maka guru harus melakukan
penafsiran terhadap prestasi kelompok.
Bagi orangtua, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan untuk mengetahui kemajuan
belajar peserta didik. Dengan hasil itu orang tua bisa memantau perkembangan dan kemajuan bel
ajar dari anaknya, baik fisik maupun mental, terutama yang berkaitan dengan
prestasi belajarnya. Melalui itu orang tua juga dapat menentukan langkah-langkah apa yang
harus ditempuh untuk memajukan prestasi belajar anaknya.
Bagi administrator sekolah, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan untuk
menentukan penempatan peserta didik sesuai dengan kemampuannya, untuk menentukan kenaik
an kelas dan pengelompokan peserta didik sesuai dengan kemampuannya. Maksud diadakannya
evaluasi dalam proses pengembangan sistem pembelajaran dimaksudkan untuk
keperluan perbaikan sistem pertanggung jawaban kepada pemerintah dan masyarakat, serta pene
ntuan tindak lanjut hasil pengembangan.
Dalam penerapan evaluasi pembelajaran kerap kali ditemukan kekurangan dan kelemahan,
mulai dari tahap perencanaan penyusunaan sampai tahap
pelaksanaan. Namun semakin banyak kesalahan yang didapat seseorang, diharapkan semakin sed
ikit kesalahan yang akan didapatkan untuk dikemudian harinya. Yang mana dalam pepatah lama
menyebutkan ”experience is the best teacher”.
Banyak orang yang keliru dalam menjalankan evaluasi, karena mereka selalu mengangggap
apa yang dilakukan
selalu pasti dan benar. Padahal setiap manusia mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Kekurangan tersebut ada yang disengaja dan ada yang tak disengaja. Begitu juga guru dalam
melakukan dalam penentuan hasil evaluasi pembelajaran. Guru selalu menuntut refleksi terhadap
hasil pembelajaran yang telah dilakukan, sehingga peningkatan hasil evaluasi dari masa kemasa
terus dipertingkatkan kualitasnya.
Dalam prosesnya peserta didik sering mengikuti tes, tugas, pekerjaan rumah ataupun latihan.
Setelah melewati proses tersebut. Peserta didik akan menempuh dua hal,
yaitu berhasil atau tidaknya dia dalam melakukan proses tersebut. Untuk mendapat suatu
keberhasilan seorang guru harus melakukan berbagai upaya, baik tega maupun pikiran, dorongan
dan kerja sama dengan orang tua.
Suatu keberhasilan dapat dilihat dari kriteria proses pembelajaran maupun hasil belajar.
Untuk melakukan hal tersebut, guru harus memahami terlebih dahulu tentang keberhasilan
pembelajaran, evaluasi diri terhadap proses pembelajaran. faktor-faktor penyebab kegagalan dan
pendukung keberhasilan dan optimalisasi proses hasil belajar.
D. Keberhasilan Pembelajaran
Keberhasilan pembelajran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor
guru dapat melaksanakan pembelajaran. Dimyanti dan Mudjiyono (1994) mengemukakan ada
tujuh prinsip pembelajaran yaitu : “perhatian dan motifasi, keaktifan, keterlibatan
langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan , perbaikan dan penguatan, dan perbedaaan
individual.
1. Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar, tanpa perhatiantidak
akan mungkin terjadi proses pembelajaran. MOtivasi adlah tenaga yang menggerakan
dan mengarahkan aktifitas seseorang. H. L. Petri (1968) “
Motivation isthe concept we use when we describe the forces acting on or within an
organism to irritate and direct behavior”.
Guru selalu berharap agar peserta didik tertarik dalam kegiatan intelektual dan estetik
setelah kegiatan belajar berakhir. Implikasinya adalah guru harus dapat mengarahkan
perhatian dan membangkitkan motifasi peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga
tujuan pembelajaran dapat dicapai optimal.
2. Keaktifan
Pada dasarnya peserta didik adalah manusia aktif yang mempunyai dorongan
untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Proses belajar
mungkin akan terjadi jika peserta didik berada dalam posisi aktif. Menurut teori kognitif,
belajar menunjukan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita
terima. Tidak sekedar menyimpan saja tanpa harus mengadakan transformasi.
Implikasinya guru harus melakukan berbagai upaya untuk membangkitkan keaktifan
peserta didik melalui berbagai pendekatan dan strategi pembelajaran, termasuk evaluasi
pembelajaran.
3. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Belajar berarti mengalami. Belajar tidak limpahkan pada orang lain. Belajar harus
dilakukan sendiri oleh Peserta didik Edgar mengemukakan “belajar yan paling baik
adalah belajar langsung dari pengalaman. Kegiatan belajar jangan diartikan dengan
kegiatan belajar dengan fisik semata, tetapi lebih dari itu, yaitu keterlibatan mental,
emosional dan intelektual. Implikasinya guru harus terlibat langsung dalam
proses belajar, seperti praktek di labolatoriun dan praktik lapangan.
Adanya keseimbangan dan proporsional antara teori dan praktik.
4. Pengulangan
Menurut teori psikologi, daya belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada jiwa
manusia seperti daya mengamati, mengingat, mengkhayal, merasakan dan berfikir.
Bentuk belajar yang menrapkan sistem pengolangan adalah metode drill
and stereotyping. Implikasibnya guru harus memberikan latihan dan tugas kepada
muridnya yan bertujuan untuk menyampaikan hal yang telah disampaikan sebelumnya
dalam proses pembelajaran.
5. Tantangan
Field theory dari Kurt Lewin mengemuakan bahwa peserta didik dalam situasi
belajar berada dalam suatu medan atau lapangan pisikologi. Dalam proses belajar, peserta
didik menghadapi suatu tujuan yang akan di capai, tetapi selalu terdapat hambatan, yaitu
mempelajari bahan belajar tersebut. Tantangan belajar tersebut ada yang dating dari
dalam atau luar diri individu, ada yang berat, tetapi ada juga yang ringan.
7. Perbedaan Individual
Setiap peserta didik memiliki perbedaaan antara yang ssatu dengan yang lainya.
Perbedaan tersebut terdapat dalam karakter fisik, kepribadian dan sifat-sifatnya.
Perbedaan ini dapat berpengaruh terhadap cara dan hasil belajar. Biasanya cara
tradisional, yaitu guru menganggap peserta didiknya memiliki kemampuan dengan rata-
rata yang sama. Sehingga hal tersebut tidak efektif. Untuk mengatasi hal tersebut adalah
dengan menggunakan multimode, multimedia, memberikan pelajaran tambahan
pengayaan bagi pesrta didik yang pandai dan memberian bimbingan belajar bagi peserta
didik yang kurang pandai. Selain itu guru juga harus memegang teguh prinsip-prinsip
pembelajaran, guru juga harus mengikuti tahap tahap pembelajaran yang sistematis, yaitu
:
a. Tahap orientasi : tahap dimana guru melakukan orientasi tehadap kelas, peserta didik,
dan lingkunganya. Ini bertujuan untuk mengetahui situasi kelas, kondisi pesreta didik
dan lingkungannnya.
b. Tahap implementasi : sutatu tahap dimana guru sudah memeulai melaksanakan
kegiatan pembelajaran. Ini bisa efektif jika guru menguasai materi dan metodologi
pembelajaran secara tepat termasuk pendekatanya.
c. Tahap evaluasi : tahap dimana guru melakukan evaluasi terhadap semua kegiatan
yang telah dilakukannya dalam prosees pembelajaran. Ini bertujuan untuk mengetahui
keefektifan dan efisiensi pembelajaran termasuk hasil belajar peserta didik sesuai
dengan tujuan yang telah dicapai.
d. Tahap tindak lanjut (follow up), yaitu suatu tahap dimana guru harus memikirkan
tentang perbaikan dan penyempurnaan proses pembelajaran, yaitu:
a. Perbaikan terhadap kelemahan dalam proses pembelajaran
b. Penyempurnaan proses pembelajaran selanjutnya
e. Keberhasilan pembelajaran dapat di tinjau dari proses belajar dan hasil belajar. Guru
yang baik adalah guru yang dapat mengantarkan peserta didiknya berhasil
dalam belajar. Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya peserta didik dalam proses be
lajar. Untuk mengetahui proses belajar dari pesrta didik guru dapat menggunakan
berbagai teknik, seperti mengamati keaktifan pesrta didik dalam belajar, baik secara
perseorangan maupun kerjasama antar kelompok, melakukan wawancara terhadap
peserta didik tentang kesulitan yang dihadapi. Pada proses akhir belajar, peserta didik
akan mendapatkan suatu hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu
interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri
dengan kegiatan penilaian hasil belajar, dari
sisi peserta didik hasil belajar merupakan peningkatan kemampuan mental pesrta didi
k. Hasil belajar tersebut dapat di bedakan menjadi (a) dampak pembelajaran (b)
dampak pengiring. Hasil belajar dapat timbul dalam berbagai jenis perbuatan atau
pembentukan tingkah laku peserta didik. Jenis tingkah laku tersebut diantaranya
adalah:
1. Kebiasaan, yaitu cara bertindak yang dimiliki peserta didik dan di peroleh
melalui belajar.
2. Keterampilan, yaitu perbuatan atau tingkah laku yang tampak sebagai akibat
kegiatan otot dan digerakan serta di koordinasikan oleh sistem saraf
3. Akumulasi persepsi, yaitu berbagai persepsi yang diperoleh peserta didik
melalui belajar.
4. Asosiasi dan hafalan, yaitu seperangkat ingatan mengenai sesuatu sebagai hasil
dari penguatan melalui asosiasi.
5. Pemahaman dan konsep, yaitu jenis hasil belajar yang diperoleh baik melalui
kegiatan belajar secara rasional.
6. Sikap, yaitu pemahaman, perasaan dan kecenderungan berprilaku peserta
didikterhadap sesuatu.
7.
Nilai, yaitu tolak ukur untuk membedakan antara yang baik dengan yang kurang baik
8. Moral dan agama. Moral merupakan penerapan nilai dalam kaitanya dengan
kehidupan, sedangkan agama yaitu penerapan nilai nilai manusia terhadap Tuhanya.
Guru juga harus memahami beberapa faktor yang meliputi secara langsung maupun
tidak langsung terhadap hasil belajar, antara lain :
1. Faktor peserta didik
2. Faktor sarana dan pra sarana
3. Faktor lingkungan
4. Faktor hasil belajar
Salah satu jenis penilaian yang dapat dilakukan guru dalam pembelajaran
adalah penilaian yang berfungsi mengedintifikasi faktor penyebab kegagalan atau
pendukung keberhasilan dalam pembelajaran. Jika guru tidak mengetahui faktor penyebab
kegagalan maka dia akan sulit untuk memperbaiki kualitas pembelajaranya.
Hasil evaluasi yang dilakukan sendiri memiliki kelemahan, antara lain kurang cermat dalam
menganalisis penilaian, kurang tepat memberikan makna atau penafsiran dan kurang tepat
menjelaskan hasil penilaian. Untuk mengatasi hal tersebut, guru bisa meminta bantuan guru lain
untuk mencermati proses pembelajaran yang kita lakukan, mendiskusikanya, memberikan
makna, dan menjelaskan serta mengedintifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan
pendukung keberhasilan.
H. Pembelajran Remedial