Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis. Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk
dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta
fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat. Upaya kesehatan merupakan setiap
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu,
terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah
dan/atau masyarakat (UU No. 36 Tahun 2009).
Apoteker merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki dasar
pendidikan serta keterampilan di bidang farmasi dan diberi wewenang serta
tanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, seorang apoteker dituntut untuk
melaksanakan pelayanan kepada pasien didasarkan pada standar profesi, etika
dan norma yang berlaku.
Perwujudan profesionalisme apoteker dalam menjalankan profesinya
dilaksanakan melalui peningkatan sumber daya manusia. Upaya tersebut
dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan bagi calon tenaga kesehatan. Salah
satu di antaranya, yaitu Praktik Kerja Profesi (PKP) Apoteker di Puskesmas.
Berdasarkan Surat Keputusan Majelis Asosiasi Pendidikan Tinggi Indonesia
(APTFI) Nomor: 002/APTFI/MA/ 2008 tentang Standar Praktek Kerja Profesi
Apoteker, peran apoteker dalam rangka Praktek kerja profesi di lembaga
pemerintah terutama untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang
peran apoteker dalam penentuan kebijakan obat, baik nasional maupun

1
regional; pengelolaan, distribusi dan ketersediaan obat sampai sarana
pelayanan kesehatan yang terendah; pengawasan dan pengaturan obat serta
perbekalan farmasi lainnya.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 74 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Apoteker sebagai penanggung
jawab pelayanan kefarmasian di puskesmas diharapkan dapat melaksanakan
pelayanan kefarmasian sesuai standar dalam rangka peningkatan mutu
pelayanan dan keselamatan pasien.
1.2. Tujuan PKP Apoteker di Puskesmas
1. Tujuan Umum
Tujuan umum PKP Apoteker di Puskesmas adalah sebagai berikut:
a. Pengenalan Tupoksi apoteker di Puskesmas.
b. Praktek Manajemen sistem pengadaan perbekalan farmasi di tingkat
Puskesmas serta mampu mengkomunikasikannya dengan Dinas
Kesehatan Kota/Kabupaten serta Gudang Farmasi.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus PKP Apoteker di Puskesmas adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui secara umum mengenai visi dan misi, struktur organisasi,
program-program, alur pemerintahan/sistem birokrasi dan distribusi
obat serta peranan dan fungsi apoteker di Puskesmas.
b. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi,
posisi dan tanggung jawab apoteker di Puskesmas
c. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian di Puskesmas
d. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai
tenaga kerja farmasi yang profesional, dalam kaitan dengan peran,
tugas dan fungsi apoteker dalam bidang kesehatan masyarakat
e. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan (problem-solving)
praktek dan pekerjaan kefarmasian di puskesmas.

2
1.3. Manfaat PKP Apoteker di Puskesmas
a. Mengetahui, memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam
menjalankan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas
b. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di
Puskesmas
c. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi apoteker yang profesional
d. Membekali calon apoteker agar memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap-
perilaku (profesionalime) serta wawasan dan pengalaman nyata (reality)
untuk melakukan praktek profesi dan pekerjaan kefarmasian di puskesmas.
e. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat dan mempelajari
strategi dan pengembangan praktek profesi apoteker di puskesmas.
f. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan (problem-solving) praktek
dan pekerjaan kefarmasian di puskesmas.
1.4. Pelaksanaan PKP Apoteker di Puskesmas
Pelaksanaan PKP Apoteker di Dinas Kesehatan, UPTD Instalasi
Farmasi Kota Denpasar, dan UPTD Puskesmas Denpasar Barat I berlangsung
selama kurang lebih 3 minggu yaitu dari tanggal 10 Maret 2023 s/d 4 April
2023. Kegiatan yang dilaksanakan selama PKP Apoteker adalah sebagai
berikut:
a. Kegiatan PKP Apoteker pada tanggal 10 Maret 2023 dilaksanakan
pembekalan PKPA di Dinas Kesehatan Kota Denpasar.
b. Kegiatan PKP Apoteker pada tanggal 13-15 Maret 2023 dilaksanakan
PKPA (Praktek Kerja Profesi Apoteker) di UPTD Pengelolaan Farmasi,
Perbekalan Kesehatan, dan Pelayanan Kalibrasi Kota Denpasar.
c. Kegiatan PKP Apoteker pada tanggal 16 Maret – 5 April 2023
dilaksanakan PKP Apoteker di UPTD Puskesmas I Dinas Kesehatan
Kecamatan Denpasar Barat yang dibimbing oleh apt. I Gusti Agung Ayu
Wiadnyani, S.Farm terkait pengelolaan obat dan pelayanan farmasi klinik
di Puskesmas I Denpasar Barat.

3
Tabel 1.1. Rincian Pelaksanaan Kegiatan PKPA di Puskesmas
Minggu Alokasi
Bahan Kajian Topik
Ke- Waktu
1, 2, 3 2 x 170 Pembekalan praktek Pembekalan tentang:
menit kerja profesi apoteker 1. Ruang lingkup
(PKPA) di Puskesmas : kegiatan PKPA di
Pendahuluan tentang Puskesmas.
pelaksanaan PKPA di 2. Penjelasan kegiatan
Puskesmas, RPS dan lapangan dan
konrak kuliah bimbingan.
3. Penjelasan kegiatan
PKPA di masing-
masing Puskesmas,
penugasan dan shift
kegiatan.

4 x 170 Puskesmas dan ruang Survey dan menyusun


menit lingkupnya sesuai Survey dan Menyusun
dengan Peraturan rangkuman mengenai
Menteri Kesehatan RI 1. Pengertian Puskesmas
No. 75 Tahun 2014 2. Prinsip
penyelenggaraan
Puskesmas
3. Tugas, fungsi dan
wewenang Puskesmas
4. Persyaratan
didirikannya
Puskesmas
5. Kategori Puskesmas
6. Perizinan dan
Registrasi
7. Penyelenggaraan
Puskesmas (struktur
organisasi)
8. Jaringan pelayanan
Puskesmas
9. Pembinaan dan
pengawasan
4 x 170 Tugas dan fungsi Survey dan Menyusun
menit Apoteker serta rangkuman mengenai
Kompetensi Apoteker 1. Sumber Daya
di Puskesmas sesuai Kefarmasian
dengan Peraturan 2. Kebutuhan Apoteker
perundang-undangan 3. Syarat seorang
yang berlaku Apoteker di Puskesmas

4
4. Tugas dan Fungsi
Apoteker
5. Kompetensi Apoteker
di Puskesmas
3 x 170 Standar pelayanan Ruang Lingkup
menit kefarmasian di Pelayanan Kefarmasian
Puskesmas sesuai di Puskesmas:
dengan Petunjuk Teknis 1. Pengelolaan sediaan
Standar Pelayanan farmasi dan cakupan
Kefarmasian di secara umum
Puskesmas (Kementerian 2. Pelayanan farmasi
Kesehatan RI 2019) klinik dan cakupan
secara umum

16 x 170 Pengelolaan Sediaan Melakukan praktek


menit Farmasi dan BMHP: dengan supervisi dari
Perencanaan; Pengadaan; preseptor mengenai:
Penerimaan, 1. Perencanaan kebutuhan
Penyimpanan; (Tahapannya dan
Pendistribusian; Metode yang
Pemusnahan dan digunakan untuk
penarikan; Pengendalian; perencanaan)
Administrasi 2. Pengadaan (Permintaan
dan Pembelian sendiri)
3. Penerimaan (hal yang
perlu diperhatikan pada
saat penerimaan)
4. Penyimpanan (Aspek
umum dan Aspek
khusus yang perlu
diperhatikan)
5. Pendistribusian (Sistem
distribusi, Langkah
pendistribusian, dan
Pengendalian
distribusi)
6. Pemusnahan dan
penarikan (Sediaan
Farmasi dan BMHP
apa saja yang perlu
dilakukan tindakan ini
dan Ketentuan
pemusnahan resep)
7. Pengendalian
8. Administrasi

5
22 x 170 Pelayanan Farmasi Melakukan praktek
menit Klinis : praktek dengan supervisi dari
pelayanan farmasi klinis preseptor mengenai:
di unit rawat inap, rawat 1. Pengkajian dan
jalan serta unit lainnya di pelayanan Resep
Puskesmas 2. Pelayanan Informasi
Obat (PIO)
3. Konseling
4. Visite Pasien (khusus
puskesmas rawat inap)
5. Pemantauan Terapi
Obat (PTO)
6. Evaluasi Penggunaan
Obat (EPO)
7. Pemantauan Terapi
Obat (PTO)
8. Pelayanan Kefarmasian
di Rumah (Home
Pharmacy Care)
9. Monitoring Efek
Samping Obat (MESO)
4 3 x 170 Pengelolaan sediaan 1. Penyimpanan terkait
menit farmasi dan BMHP: obat dengan High Alert
penyimpanan terkait obat 2. Penyimpanan terkait
dengan High Alert dan obat LASA
LASA
3 x 170 Pengelolaan sediaan Studi kasus LPLPO
menit farmasi dan BMHP: metode konsumsi
penyusunan LPLPO
(Studi Kasus)
3 x 170 Pelayanan farmasi Studi kasus berupa resep
menit klinik: Konseling kepada (pelayanan resep dan
pasien terkait resep yang konseling)
diberikan (Studi Kasus)
3 x 170 Pelayanan farmasi Melakukan praktek
menit klinik: pelayanan dengan supervisi dari
informasi obat preseptor mengenai:
1. Menjawab pertanyaan
baik lisan maupun
tulisan tentang obat,
2. Membuat dan
menyebarkan
brosus/leaflet
3. Informasi dan edukasi
kepada pasien.

6
4. Dokumentasi
pelayanan informasi
obat
1 x 170 Ujian Praktek PKPA Ujian kasus OSCE lokal
menit Puskesmas: OSCE lokal topik mengenai PKPA
Puskesmas

7
BAB II
TINJAUAN MENGENAI DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR,
INSTALASI FARMASI KOTA DENPASAR DAN PUSKESMAS
DENPASAR BARAT 1

2.1. Profil Dinas Kesehatan Kota Denpasar


Secara geografis, Kota Denpasar memiliki luas wilayah 127,78 km 2.
Secara administrasi, Kota Denpasar terdiri dari empat wilayah kecamatan,
yaitu Kecamatan Denpasar Utara, Denpasar Barat, Denpasar Selatan, dan
Denpasar Timur. Adapun Dinas Daerah Kabupaten/Kota yang merupakan
unsur pelaksana pemerintah Kabupaten/Kota dengan pemimpin seorang
Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota
melalui Sekretaris Daerah. Dinas Daerah Kabupaten/Kota mempunyai tugas
melaksanakan kewenangan desentralisasi. Penanggung jawab utama
penyelenggaraan seluruh pembangunan kesehatan di wilayah
Kabupaten/Kota adalah Dinas Kesehatan Kota Denpasar, sedangkan
Puskesmas bertanggung jawab hanya sebagian upaya pembangunan
kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kota Denpasar sesuai
dengan kemampuannya (Dinas Kesehatan Kota Denpasar, 2022).
Dinas Kesehatan Kota Denpasar bertempat di Jl. Maruti No. 8,
Denpasar. Fasilitas kesehatan yang berada di wilayah kerja Dinas Kesehatan
Kota Denpasar secara umum terbagi atas puskesmas dan rumah sakit.
Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan yang mengutamakan upaya kesehatan
promotif dan preventif di mana terdapat 11 unit puskesmas induk di wilayah
Kota Denpasar yang telah memiliki kemampuan gawat darurat serta
laboratorium, 25 unit puskesmas pembantu serta 11 unit puskesmas keliling
(Dinkes Kota Denpasar, 2022). Selain fasilitas kesehatan yang tergolong
sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) di bidang kesehatan, Dinas
Kesehatan Kota Denpasar membawahi UPTD lainnya, salah satunya UPTD
Instalasi Farmasi yang akan bekerja sama dengan seksi kefarmasian di Dinas
Kesehatan Kota Denpasar.

8
Dinas Kesehatan Kota Denpasar memiliki Visi, yaitu “Denpasar Sehat
yang Kreatif, Mandiri dan Berkeadilan”. Hal ini merupakan gambaran
masyarakat kota Denpasar di masa depan yang ditandai oleh penduduknya
dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sehingga mampu
meningkatkan kualitas dirinya, menjaga keseimbangan hubungan dengan
lingkungan hidupnya serta menciptakan kedamaian dan kesejahteraan lahir
dan batin (Dinas Kesehatan Kota Denpasar, 2022).
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka disusunlah misi Dinas
Kesehatan Kota Denpasar dengan mempertimbangkan isu-isu strategis yang
berkembang selama lima tahun sebelumnya, misi Dinas Kesehatan Kota
Denpasar dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Mengoptimalkan sumber daya kesehatan untuk peningkatan pelayanan
kesehatan masyarakat dan menciptakan tata kelola pemerintahan yang
baik.
b. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan.
c. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan
masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani.
d. Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam berperilaku hidup bersih
dan sehat.
e. Menggerakkan pembangunan daerah berwawasan kesehatan dan
berperan aktif menunjang pelaksanaan pembangunan kesehatan yang
berskala nasional.
(Dinas Kesehatan Kota Denpasar, 2022)

9
2.2. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Denpasar
Dinas Kesehatan Kota Denpasar dalam menyelenggarakan tugas dan
fungsinya dipimpin oleh seorang Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar
yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota Kota
Denpasar melalui Sekretaris Daerah (Menkes RI, 2016). Dinas Kesehatan
Kota Denpasar saat ini dipimpin oleh dr. Anak Agung Ayu Agung
Candrawati M. Kes sebagai Kepala Dinas. Bidang-bidang di Dinas Kesehatan
Provinsi Bali dipimpin oleh Kepala Bidang yang berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas. Dinas Kesehatan Kota
Denpasar termasuk ke dalam tipe A, dimana dalam hal ini jumlah unit kerja
pada daerah kota tipe A mempunyai unit kerja yang terdiri atas: satu (1)
Sekretariat dengan paling banyak 3 (tiga) sub bagian dan empat (4) bidang
dengan masing-masing bidang paling banyak 3 (tiga) seksi. Dinas kesehatan
terdiri dari beberapa bidang, yaitu:
a. Bidang Kesehatan Masyarakat, terdiri dari:
1) Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi
2) Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat
3) Seksi Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja
b. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, terdiri dari:
1) Seksi Survailan dan Imunisasi
2) Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
3) Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan
Kesehatan Jiwa
c. Bidang Pelayanan Kesehatan, terdiri dari:
1) Seksi Pelayanan Kesehatan Primer
2) Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan
3) Seksi Pelayanan Kesehatan Tradisional
d. Bidang Sumber Daya Kesehatan, terdiri dari:
1) Seksi Kefarmasian
2) Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
3) Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan.

10
Adapun struktur organisasi Dinas Kesehatan Kota dapat dilihat pada
Gambar 2.1 di bawah ini.

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Dinas Kota Denpasar

2.3. Tugas dan Fungsi Dinas Kesehatan Kota Denpasar


Tugas Dinas Kesehatan Kota Denpasar adalah membantu Walikota
Denpasar melaksanakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan yang
menjadi kewenangan daerah, serta tugas pembantuan yang diberikan kepada
Kota Denpasar. Adapun Fungsi Dinas Kesehatan Kota Denpasar adalah:
a. Perumusan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan
pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan Rumah Tangga (PKRT),
serta sumber daya kesehatan.
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan
pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, kefarmasian, alat
kesehatan, dan Perbekalan Kefarmasian Rumah Tangga (PKRT) serta
sumber daya kesehatan.
c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan masyarakat,
pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan,

11
kefarmasian, alat kesehatan, dan perbekalan kesehatan rumah tangga
(PKRT) serta sumber daya kesehatan.
d. Pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Daerah Kota
Denpasar terkait bidang Kesehatan.
2.4. Profil Umum UPTD Pengelolaan Farmasi, Perbekalan Kesehatan, dan
Pelayanan Kalibrasi Kota Denpasar
UPTD Pengelolaan Farmasi, Perbekalan Kesehatan, dan Pelayanan
Kalibrasi Kota Denpasar merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas
Kesehatan Kota Denpasar yang mempunyai tugas dan menjadi pusat dalam
pengelolaan dan pendistribusian sediaan farmasi, alat Kesehatan, dan BMHP
kepada berbagai fasilitas kesehatan yang berada di wilayah Kota Denpasar.
UPTD Pengelolaan Farmasi, Perbekalan Kesehatan, dan Pelayanan Kalibrasi
Kota Denpasar terletak di Jalan Gunung Soputan, Gang Farmasi, No. 3,
Padang Sambian Klod, Denpasar Barat.
Visi dari UPTD Pengelolaan Farmasi, Perbekalan Kesehatan, dan
Pelayanan Kalibrasi Dinas Kesehatan Kota Denpasar yaitu menjadikan
UPTD pengelolaan farmasi, perbekalan kesehatan dan pelayanan kalibrasi
Dinas Kesehatan Kota Denpasar sebagai sarana yang bermutu, aman, dan
nyaman dalam mengelola kefarmasian, perbekalan kesehatan, dan pelayanan
kalibrasi. Misi dari UPTD Pengelolaan Farmasi, Perbekalan Kesehatan, dan
Pelayanan Kalibrasi Dinas Kesehatan Kota Denpasar yaitu:
1. Menjaga mutu, keamanan, dan kualitas perbekalan farmasi.
2. Melaksanakan penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian
perbekalan farmasi sesuai standar.
3. Meningkatkan pencatatan dan pelaporan perbekalan farmasi dengan
pemanfaatan teknologi informasi.
4. Melaksanakan pelayanan kalibrasi yang memadai.

12
Struktur organisasi UPTD Instalasi Farmasi Kota Denpasar terdiri dari
Kepala UPT, Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Jabatan Fungsional, Bagian
Kepegawaian, Bagian Logistik, dan Bendahara. Adapun susunan organisasi
dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Struktur Organisasi UPTD Instalasi Farmasi Kota Denpasar


2.5. Tugas dan Fungsi UPTD Pengelolaan Farmasi, Perbekalan Kesehatan,
dan Pelayanan Kalibrasi Kota Denpasar
Menurut Peraturan Walikota Denpasar Nomor 70 Tahun 2019, UPTD
pada Dinas atau Badan memiliki tugas melaksanakan kegiatan teknis
operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang serta urusan Pemerintahan
yang bersifat pelaksanaan dari organisasi induknya yang pada prinsipnya
tidak bersifat pembinaan serta tidak berkaitan langsung dengan perumusan
dan penetapan kebijakan daerah. UPTD Pengelolaan Farmasi, Perbekalan
Kesehatan dan Pelayanan Kalibrasi memiliki tugas untuk melaksanakan
pengelolaan obat, perbekalan kesehatan, reagen laboratorium dan vaksin serta
pelayanan kalibrasi secara berkala terhadap alat-alat kesehatan. Berdasarkan
Peraturan Walikota Denpasar (2019) Pasal 18B ayat 1, Kepala UPTD

13
Pengelolaan Farmasi, Perbekalan Kesehatan dan Pelayanan Kalibrasi
mempunyai tugas sebagai berikut:
a. Menetapkan Program Kerja UPTD sesuai dengan rencana strategis dinas
sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas;
b. Mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab masing-masing untuk kelancaran pelaksanaan tugas;
c. Membimbing pelaksanaan tugas bawahan sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab yang diberikan agar pekerjaan berjalan tertib dan lancar;
d. Memeriksa hasil kerja bawahan sesuai dengan prosedur dan peraturan
yang berlaku agar terhindar dari kesalahan;
e. Melaksanakan perencanaan terhadap obat, perbekalan kesehatan, reagen
laboratorium dan vaksin berdasarkan LPLPO dari puskesmas;
f. Melaksanakan pengelolaan obat, perbekalan kesehatan, reagen
laboratorium dan vaksin, berupa penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian melalui aplikasi e-barcode;
g. Melaksanakan kegiatan pelaporan ketersediaan melalui e-logistik yang
terintegrasi langsung dengan Ditjen Farmalkes RI serta pelaporan
ketersediaan 20 item obat esensial dan vaksin serta pelaporan obat PKD;
h. Melaksanakan pengelolaan obat-obat kadaluwarsa;
i. Melaksanakan pelayanan kalibrasi secara berkala terhadap alat-alat
kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan;
j. Melaksanakan perawatan secara berkala terhadap alat-alat kesehatan
pada fasilitas pelayanan kesehatan;
k. Mengevaluasi pelaksanaan tugas dengan cara mengidentifikasi hambatan
yang ada dalam rangka perbaikan kinerja di masa mendatang;
l. Menyusun laporan pelaksanaan tugas sesuai dengan prosedur dan
peraturan yang berlaku untuk pertanggungjawaban dan rencana yang
akan datang;
m. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan baik
lisan maupun tertulis.
(Wali Kota Denpasar, 2021)

14
2.6. Tata Cara Pengelolaan Obat dan Perbekalan Farmasi di UPTD
Pengelolaan Farmasi, Perbekalan Kesehatan, dan Pelayanan Kalibrasi
Kota Denpasar
Tata cara pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP pada UPTD
Pengelolaan Farmasi, Perbekalan Kesehatan dan Pelayanan Kalibrasi Kota
Denpasar didasarkan oleh pedoman operasional. Pedoman operasional ini
dimaksudkan agar menjadi suatu panduan bagi UPTD Pengelolaan Farmasi,
Perbekalan Kesehatan dan Pelayanan Kalibrasi Kota Denpasar dalam hal
pengurusan sediaan farmasi dan BMHP yang mencakup penerimaan,
penyimpanan, pemeliharaan, pendistribusian, penghapusan, dan pelaporan.
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan berdasarkan pedoman ini ialah untuk
menjamin mutu sediaan farmasi dan BMHP yang disimpan serta dapat
tercapainya ketepatan penyerahan, kondisi yang terjamin, ketepatan nilai
barang, dan ketepatan jenis barang yang diserahkan. Alur pengelolaan
sediaan farmasi dan BMHP di UPTD Pengelolaan Farmasi, Perbekalan
Kesehatan dan Pelayanan Kalibrasi Kota Denpasar dapat dilihat dalam
Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Alur Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di UPTD


Pengelolaan Farmasi, Perbekalan Kesehatan dan
Pelayanan Kalibrasi Kota Denpasar

15
Alur pengelolaan pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP di UPTD
Pengelolaan Farmasi, Perbekalan Kesehatan dan Pelayanan Kalibrasi Kota
Denpasar wajib dikelola secara optimal agar ketersediaan dan kualitasnya
dapat terjamin. Dalam penerimaan obat dan perbekalan kesehatan baik dari
Dinkes Provinsi ataupun PBF hal pertama yang dilakukan yaitu memastikan
ketepatan obat dan perbekalan kesehatan yang datang sesuai dengan Surat
Pesanan online yang sudah dikirimkan oleh rekanan atau RKO dari dinas.
Apabila obat dan perbekalan kesehatan yang diterima telah sesuai maka akan
diperiksa kembali oleh pihak Dinkes Kota Denpasar lalu selanjutnya akan
dibuat dokumen berita acara serah terima. Selanjutnya dilakukan pencatatan
stok dan deskripsi obat melalui sistem e-barcode. Sistem e-barcode ini telah
diterapkan oleh UPTD Pengelolaan Farmasi, Perbekalan Kesehatan dan
Pelayanan Kalibrasi Kota Denpasar. Salah satu keuntungan dari penggunaan
sistem e-barcode ini ialah dalam pencatatan stok obat dan perbekalan
kesehatan tidak lagi dilakukan secara manual sehingga hal ini akan
mempermudah dalam pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan yang
terintegrasi dalam suatu sistem. Pencatatan stok obat dan perbekalan
kesehatan dengan e-barcode akan memuat nama obat, no bets, expired date,
serta jumlah dengan satuan terkecil. Selanjutnya obat dan perbekalan
kesehatan yang disimpan siap diedarkan sesuai dengan alokasi
pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan untuk puskesmas dan fasilitas
kesehatan UPTD Kota Denpasar dengan membuat surat bukti barang keluar
sehingga alur pendistribusian obat dapat diketahui keberadaannya. Pedoman
operasional barang di UPTD Pengelolaan Farmasi, Perbekalan Kesehatan dan
Pelayanan Kalibrasi Kota Denpasar ialah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Alur perencanaan barang di UPTD Pengelolaan Farmasi,
Perbekalan Kesehatan dan Pelayanan Kalibrasi Kota Denpasar yaitu
pertama dengan pengumpulan dan rekapitulasi Rencana Kebutuhan Obat
(RKO) Puskesmas, lalu dilakukan verifikasi Laporan Pemakaian dan
Lembar Perrmintaan Obat (LPLPO) dan terakhir dilakukan penghitungan

16
pemberian obat ke puskesman sesuai RKO dan pemantauan masa
kadaluwarsa obat.
b. Penerimaan
Penerimaan sediaan farmasi, alkes dan BMHP di UPTD perlu
diperhatikan secara optimal agar obat dan perbekalan farmasi yang
datang dari berbagai sumber sesuai dengan dokumen penerimaan yang
ada. Penerimaan sediaan farmasi, alkes dan BMHP yang dilakukan dari
UPTD Instalasi Farmasi dapat berasal dari pihak PBF, pemberi program
yaitu untuk obat program yang diadakan oleh pihak Dinas Kesehatan
Kota Denpasar dan Dinas Kesehatan Provinsi Bali (Gudang Dinas
Kesehatan Provinsi Bali). Pelaksanaan penerimaan sediaan farmasi,
alkes dan BMHP di UPTD secara umum didelegasikan oleh pihak Kepala
UPTD kepada apoteker/asisten apoteker pelaksana.
Penerimaan pada UPTD menggunakan dokumen BAST (Berita
Acara Serah Terima). Persiapan yang diperlukan pada proses penerimaan
sediaan farmasi, alkes, dan BMHP mencakup keberadaan ruang
penerimaan, troli, pallet, alat tulis, kartu stok, dan kalkulator. Sediaan
farmasi, alkes dan BMHP yang datang dilakukan verifikasi dokumen
penerimaan barang terlebih dahulu dengan menyesuaikan barang yang
datang dengan SP online yang sebelumnya telah dikirimkan pihak PBF
atau RKO yang berasal dari Dinkes. Pada saat penerimaan sediaan
farmasi, alkes dan BMHP wajib dilakukan pemeriksaan kondisi fisik
barang seperti kondisi kemasan kesesuaian nama, bentuk, jumlah,
kekuatan, isi sediaan, no bets, dan expired date. Jika sudah sesuai maka
akan diperiksa kembali oleh pihak Dinkes Kota Denpasar dan dibuatka
dokumen BAST.
Unit terkait penerimaan sediaan farmasi, alkes dan BMHP ialah
Dinas Kesehatan Kota Denpasar dan pengirim. Uraian prosedur yang
dilakukan ialah sebagai berikut:
1) Pihak UPTD menerima informasi dari rekanan atau pengirim bahwa
obat akan datang.

17
2) Pihak UPTD menerima obat datang beserta bukti penerimaan obat
dari rekanan (SP online).
3) Cek kesesuaian antara obat dengan SP online. Jika ada yang tidak
sesuai, laporkan kepada DKK (Dinas Kesehatan Kota).
4) Pihak UPTD melakukan cek mutu obat dan kesesuaian antara obat
dengan tanda terima, meliputi, bentuk sediaan obat, kemasan, jumlah
obat, dan masa kadaluarsa.
5) Obat yang telah sesuai lalu disimpan di area karantina.
6) Pihak UPTD memberi informasi ke Dinas Kesehatan Kota Denpasar
bahwa obat telah datang untuk kemudian dilaksanakan pemeriksaan.
7) Pihak Dinas Kesehatan Kota Denpasar melakukan pemeriksaan obat
yang berada di area karantina.
8) Apabila telah sesuai maka dilakukan penerimaan Berita Acara Serah
Terima Obat.
9) Jika obat dan perbekes yang diterima telah lengkap, maka dilakukan
pencatatan stok secara online (e-barcode) meliputi nama obat, no
batch, tanggal kadaluwarsa, jumlah satuan terkecil.
c. Penyimpanan
Penyimpanan sediaan farmasi, alkes dan BMHP dilakukan untuk
menyimpan berbagai barang yang telah diterima sesuai dengan ketentuan
dalam rangka menjamin kualitas sediaan farmasi, alkes dan BMHP
selama proses penyimpanan. Prosedur penyimpanan sediaan farmasi,
alkes dan BMHP dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1) Pencatatan segala penerimaan dan pengeluaran obat di sistem kartu
stok.
2) Obat dikelompokkan menurut sumber dana pengadaan obat.
3) Obat-obatan yang mempunyai batas waktu pemakaian maka perlu
dilakukan rotasi stok agar obat tersebut tidak selalu berada di
belakang yang dapat menyebabkan kadaluwarsa.

18
4) Obat yang perlu disimpan pada suhu dingin dimasukkan dalam
lemari pendingin dan harus dilindungi dari kemungkinan putusnya
aliran listrik.
5) Obat dalam jumlah kecil disusun dalam rak.
6) Pisahkan obat dalam (per oral) dengan obat untuk pemakaian luar
(per eksternal) dan obat dengan syarat penyimpanan tertentu.
7) Susun obat yang berjumlah besar di atas pallet secara rapi dan
teratur.
8) Cantumkan nama masing-masing obat pada setiap ruangan.
9) Pengaturan obat dilakukan berdasarkan prinsip FEFO (First Expired
First Out) sehingga obat yang memiliki expired date terdekat
terlebih dahulu dikeluarkan.
10) Ruangan dilengkapi dengan alat pengatur dan alat pengukur suhu
ruangan. Suhu ruangan diatur sesuai dengan kriteria suhu
penyimpanan obat.
11) Bahan mudah terbakar seperti alkohol dan eter harus disimpan dalam
ruangan khusus.
d. Pendistribusian
Pelaksanaan pendistribusian obat dan perbekalan farmasi yang
telah didelegasikan oleh Kepala UPTD kepada apoteker/asisten apoteker
pelaksana merupakan kebijakan yang telah ditetapkan. Persiapan yang
dibutuhkan untuk distribusi obat, yaitu ruang penyiapan, troli, masker,
cutter, lakban, tas kresek, kardus, cooling box, dan mobil pengiriman.
Unit terkait prosedur pendistribusian obat dan perbekalan farmasi, yaitu
Dinas Kesehatan Kota Denpasar, Puskesmas Kota Denpasar, dan Rumah
Sakit di Kota Denpasar. Prosedur yang dilakukan dalam pendistribusian
yaitu:
1) Petugas menerima permintaan obat dari Puskesmas melalui LPLPO
atau dari rumah sakit yang berupa surat permintaan obat program
dengan persetujuan pemegang program di Dinas Kesehatan Kota
Denpasar.

19
2) Petugas menghitung jumlah obat yang akan diberikan
3) Mengisi jumlah pemberian obat di LPLPO atau dokumen
pengiriman.
4) Membuat tanda terima obat yang akan diberikan.
5) Menyiapkan obat yang akan didistribusikan.
6) Mengecek kesesuaian jumlah obat yang telah disiapkan dengan
tanda terimanya yang meliputi jenis dan jumlah obat, kualitas dan
kondisi obat, no bets, expired date, isi kemasan, dan kelemgkapan
dan kebenaran dokumen pengiriman obat.
7) Petugas menghubungi pengelola obat di puskesmas bahwa akan
dilaksanakan pengiriman obat.
8) Jika sudah lengkap, maka obat dapat dikirimkan.
e. Pemusnahan dan Penarikan
Pemusnahan dan penarikan obat setiap puskesmas merekap dan
melaporkan obat dan BMHP yang sudah kadaluwarsa. Setelah itu, UPTD
merekap semua obat yang kadaluwarsa dan mengajukan SK
penghapusan aset ke pihak Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
(BPKAD) Kota Denpasar, kemudian pemusnahan obat dan BMHP akan
dilakukan oleh pihak ketiga yang berada di luar Bali.
f. Pengendalian
Pengendalian obat di UPTD dilakukan dengan cara menganalisa
hasil stock opname untuk obat yang masih tersedia, obat kosong, dan
obat yang mendekati tanggal kadaluwarsa. Stok opname dilakukan setiap
1 bulan yang dilaksanakan sekali pada awal bulan atau akhir bulan.
g. Pelaporan
Administrasi yang dilakukan di UPTD meliputi administrasi pada
penerimaan dan distribusi. Administrasi yang dibutuhkan pada
penerimaan adalah sebagai berikut:
• SBBK (Surat Bukti Barang Keluar) dari Dinkes dan UPT;
• BAST (Berita Acara Serah Terima) antara Kepala Dinkes dengan
UPTD ataupun UPTD dengan Puskesmas;

20
• LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) yang
tetap menjadi dasar penggunaan dan sisa stok obat;
• RKO (Rencana Kebutuhan Obat) berisi perkiraan kebutuhan obat 1
tahun berikutnya dan menjadi dasar acuan permintaan obat dari
puskesmas;
• Surat Alokasi khusus untuk obat program dari Dinkes (contohnya
TBC dan HIV);
• Surat Permintaan diluar RKO dan Alokasi seperti penyakit hepatitis
dan ibu hamil di luar obat rutin.
2.7. Tinjauan Umum Puskesmas
2.7.1. Pengertian dan Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas Secara Umum
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019
Tentang Puskesmas, Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya Kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif di
wilayah kerjanya.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan
untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Dalam
menyelenggarakan hal itu maka Puskesmas memiliki prinsip
penyelenggaraan Puskesmas yaitu sebagai berikut:
a) Paradigma sehat yakni Puskesmas mendorong seluruh pemangku
kepentingan berpartisipasi dalam upaya mencegah dan mengurangi
risiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
b) Pertanggungjawaban wilayah, dimana Puskesmas menggerakan dan
bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya.
c) Kemandirian masyarakat yakni Puskesmas dapat mendorong
kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.

21
d) Ketersediaan akses pelayanan kesehatan yakni Puskesmas
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat diakses dan
terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil
tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya, dan
kepercayaan.
e) Teknologi tepat guna; prinsip ini dimaksudkan untuk Puskesmas dapat
menyelengarakan pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan teknologi
yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan, dan
tidak memiliki dampak buruk bagi lingkungan.
f) Keterpaduan dan kesinambungan dilakukan dengan integrasi dan
koordinasi penyelenggaraan UKM dan UKP lintas program dan lintas
sektor oleh Puskesmas serta melaksanakan sistem rujukan yang
didukung dengan manajemen Puskesmas.
(Menkes RI, 2019).
2.7.2. Profil UPTD Puskesmas Denpasar Barat
UPTD Puskesmas I Dinas Kesehatan Kecamatan Denpasar Barat
berada di Jl. Gunung Rinjani No 65, Tegal Harum, Kecamatan Denpasar
Barat dengan luas wilayah 10,62 km2. UPTD Puskesmas I Dinas Kesehatan
Kecamatan Denpasar Barat didirikan pada tanggal 10 Oktober 1990. UPTD
Puskesmas I Dinas Kesehatan Kecamatan Denpasar Barat mewilayahi dua
kelurahan dan tiga desa yang terdiri dari 63 banjar yaitu Kelurahan Padang
Sambian (Desa Padang Sambian Kaja) dan Kelurahan Pemecutan (Desa
Tegal Kerta dan Desa Tegal Harum).
Visi, Misi, Motto, Kebijakan Mutu, dan Tata Nilai UPTD Puskesmas
I Dinas Kesehatan Kecamatan Denpasar Barat, yaitu:
a) Visi
“Prima Dalam Pelayanan Kesehatan Menuju Masyarakat Sehat
Mandiri”
b) Misi
Misi UPTD Puskesmas I Dinas Kesehatan Kecamatan Denpasar Barat

22
dijabarkan berdasarkan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan yang dilaksanakan. Adapun misi UPTD Puskesmas I
Dinas Kesehatan Kecamatan Denpasar Barat yaitu sebagai berikut:
1) Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
2) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan bermutu.
3) Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.
4) Meningkatkan sumber daya menusia (SDM) dan profesionalisme.
5) Memelihara dan meningkatkan semangat kebersamaan dalam
memberikan pelayanan.
c) Motto
“Kepuasan dan Kesehatan Masyarakat adalah Tujuan Pelayanan Kami”
d) Kebijakan Mutu
Untuk mencapai visi dan misi tersebut, UPTD Puskesmas I Dinas
Kesehatan Kecamatan Denpasar Barat menetapkan Kebijakan Mutu
yaitu sebagai berikut:
e) Tata Nilai
Tata Nilai di UPTD Puskesmas I Dinas Kesehatan Kecamatan Denpasar
Barat, yaitu “CERIA” yang terdiri atas beberapa aspek yaitu sebagai
berikut:
• Cepat: Pelayanan yang cepat dan segera
• Efisien: Pelayanan dengan biaya minimal dengan hasil yang
maksimal
• Ramah: Pelayanan secara tulus dengan senyum, sapa, dan salam
• Indah: Memberikan suasana lingkungan dalam puskesmas yang rapi
dan indah
• Aman: Memberikan rasa aman dan nyaman baik secara fisik, mental
dan emosional.

23
2.7.3. Struktur Organisasi UPTD Puskesmas I Dinas Kesehatan Kecamatan
Denpasar Barat
UPTD Puskesmas I Dinas Kesehatan Kecamatan Denpasar Barat
dalam penyelenggaraan tugas dan fungsinya dipimpin oleh seorang Kepala
Puskesmas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
Walikota Kota Denpasar melalui Sekretaris Daerah. Kepala Puskesmas
merupakan penanggung jawab atas seluruh penyelenggaraan kegiatan di
Puskesmas, pembinaan kepegawaian di satuan kerjanya, pengelolaan
keuangan dan pengelolaan bangunan, prasarana dan peralatan. Adapun
struktur organisasi UPTD Puskesmas I Dinas Kesehatan Kecamatan
Denpasar Barat dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Struktur Organisaasi UPTD Puskesmas I Denpasar Barat

2.8. Tugas dan Fungsi Puskesmas Denpasar Barat 1


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43
Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, tugas Puskesmas yaitu
melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya. Untuk menjalankan tujuan pembangunan di
wilayah kerjanya, puskesmas mengintegrasikan program yang
dilaksanakannya dengan pendekatan keluarga. Pendekatan keluarga ini
merupakan salah satu cara puskesmas mengintegrasikan program untuk

24
meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan akses pelayanan
kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. Fungsi
Puskesmas sebagai berikut:
a) Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama
di wilayah kerjanya.
b) Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama
di wilayah kerjanya.
c) Puskesmas dapat berfungsi sebagai wahana pendidikan bidang kesehatan,
wahana program internsip, dan/atau sebagai jejaring rumah sakit
pendidikan.
(Menkes RI, 2019).
2.9. Program Puskesmas Denpasar Barat 1
Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan
Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya (Menkes RI, 2019). UKM adalah setiap
kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga,
kelompok, dan masyarakat. UKP adalah kegiatan pelayanan kesehatan yang
ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, dan
pengurangan penderitaan akibat penyakit, dan memulihkan kesehatan
perseorangan.
UKM tingkat pertama dan UKP tingkat pertama harus diselenggarakan
untuk pencapaian standar pelayanan minimal Kabupaten/Kota bidang
kesehatan, program Indonesia Sehat dan kinerja Puskesmas dalam
penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Dalam melaksanakan
UKM dan UKP, Puskesmas harus menyelenggarakan kegiatan manajemen
puskesmas, pelayanan kefarmasian, pelayanan keperawatan kesehatan
masyarakat, pelayanan laboratorium dan kunjungan keluarga.

25
Program UKM tingkat pertama meliputi UKM esensial dan UKM
pengembangan. UKM esensial meliputi pelayanan promosi kesehatan,
pelayanan kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan keluarga, pelayanan
gizi, pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit. Sedangkan UKM
pengembangan merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya
bersifat inovatif dan/atau disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan,
kekhususan wilayah kerja, dan potensi sumber daya yang tersedia di
puskesmas (Menkes RI, 2019)
Program UKP tingkat pertama dilaksanakan oleh Dokter, Dokter Gigi,
dan Dokter Layanan Primer, serta tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan
kompetensi dan kewenangannya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Pelayanan kesehatan UKP tingkat pertama yakni:
a) Rawat jalan, baik kunjungan sehat maupun kunjungan sakit.
b) Pelayanan gawat darurat.
c) Pelayanan persalinan normal.
d) Perawatan di rumah (home care).
e) Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.
Adapun Upaya pengembangan yang dilakukan UPTD Puskesmas I
Dinas Kesehatan Kecamatan Denpasar Barat yaitu pelayanan kesehatan jiwa,
pelayanan kesehatan gigi masyarakat, pelayanan kesehatan tradisional
komplementer, pelayanan kesehatan olahraga, pelayanan kesehatan indera,
pelayanan kesehatan lansia, pelayanan kesehatan kerja, pelayanan kesehatan
lainnya (Menkes RI, 2019).
UPTD Puskesmas I Dinas Kesehatan Kecamatan Denpasar Barat dalam
melaksanakan UKM dan UKP harus menyelenggarakan upaya penunjang
yang meliputi kegiatan berikut:
a) Manajemen Puskesmas;
b) Pelayanan kefarmasian;
c) Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat;
d) Pelayanan laboratorium; dan
e) Kunjungan keluarga.

26
2.10. Kompetensi Apoteker di Puskesmas Denpasar Barat 1
Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki seorang tenaga
kesehatan berdasarkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap
profesional dalam menjalankan praktik. Apoteker memiliki kewenangan
untuk melakukan pekerjaan kefarmasian (Presiden RI, 2014). Dalam
pelaksanaan kompetensi di Puskesmas, Apoteker bertanggung jawab dalam
pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP dimulai dari perencanaan,
permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan
penarikan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan juga Apoteker di
Puskesmas mempunyai tanggung jawab untuk melakukan pelayanan farmasi
klinik yang meliputi pengkajian dan pelayanan resep, PIO, konseling, visite
pasien (khusus Puskesmas rawat inap), MESO, PTO, dan evaluasi
penggunaan obat (Menkes, 2016). Sehingga dalam melaksanakan tugasnya,
seorang Apoteker harus memiliki kompetensi seperti memiliki kemampuan
dalam memimpin, mempunyai kemampuan dan kemauan untuk mengelola
dan mengembangkan pelayanan kefarmasian, mempunyai kemampuan untuk
mengembangkan diri, memiliki kemampuan komunikasi kepada pasien
maupun tenaga kesehatan lainnya, mampu membangun kerjasama yang baik
dengan teman sejawat, serta memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi,
mencegah, menganalisa dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan
pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP sehingga dapat memberikan capaian
kerja yang maksimal dalam pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP
sedangkan dalam pelayanan farmasi klinik kepada pasien, Apoteker mampu
meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan kefarmasian di
Puskesmas, memberikan pelayanan yang menjamin efektivitas, keamanan,
dan efisiensi obat dan BMHP serat meningkatkan penggunaan obat secara
rasional.
Apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian harus memiliki
sertifikat kompetensi profesi. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, sertifikat kompetensi
adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi tenaga kesehatan untuk

27
dapat menjalankan praktik di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi.
Uji kompetensi ini ditujukan untuk mencapai standar kompetensi lulusan
yang memenuhi standar kompetensi kerja yang telah disusun oleh organisasi
profesi dan konsil masing-masing tenaga kesehatan yang ditetapkan oleh
Menteri (Presiden RI, 2014). Selanjutnya setiap tenaga kefarmasian yang
melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia wajib memiliki Surat Tanda
Registrasi Apoteker atau STRA. STRA adalah bukti tertulis yang diberikan
oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi. STRA berlaku selama
5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu 5 (lima) tahun
apabila memenuhi syarat (Presiden RI, 2009).
2.11. Prasarana dan Sarana di Puskesmas Denpasar Barat 1
Prasarana dan sarana sangat penting diperlukan di puskesmas sebagai
pendukung pelayanan kesehatan. Prasarana dan sarana yang terdapat di
puskesmas harus dilakukan pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan
secara berkala agar tetap layak fungsi (Menkes RI, 2014). UPTD Puskesmas
I Dinas Kesehatan Kecamatan Denpasar Barat memberikan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat salah satunya pelayanan kefarmasian. Adapun
sarana dan prasarana yang dimiliki UPTD Puskesmas I Dinas Kesehatan
Kecamatan Denpasar Barat untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kefarmasian yaitu sebagai berikut:
a) Ruang Layanan Farmasi
Ruang Layanan Farmasi meliputi tempat penerimaan resep, tempat
pelayanan resep, tempat peracikan obat, dan tempat penyerahan obat.
Tempat penerimaan resep terdapat keranjang resep beserta meja. Tempat
penerimaan resep ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah
terlihat oleh pasien. Pada tempat pelayanan resep dan peracikan obat
terdapat rak obat dan meja peracikan. Di meja peracikan disediakan
peralatan peracikan seperti mortir, stamper, sudip, lap, air mineral untuk
pengencer sirup kering, dan bahan pengemas obat. Peralatan yang
diperlukan untuk pelayanan resep meliputi etiket, klip plastik obat, dan
alat tulis. Pada tempat peracikan diatur agar mendapat cahaya dan

28
sirkulasi udara yang cukup. Terdapat pula lemari penyimpanan khusus
psikotropika, rak untuk menyimpan file atau arsip-arsip laporan, kursi,
meja, dan komputer untuk input data resep pasien. Pada ruang pelayanan
obat digunakan pendingin ruangan (air conditioner) untuk mengontrol
suhu penyimpanan obat.
b) Ruang Gudang Farmasi
Ruang gudang farmasi diperuntukkan untuk penyimpanan stok-stok
obat sehingga harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,
kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk ruang
farmasi dilengkapi dengan rak/lemari obat untuk menyimpan stok obat-
obatan dan kartu stok untuk memantau stok obat yang ada di gudang
farmasi.
2.12. Pengelolaan Obat di Puskesmas Denpasar Barat 1
Dalam pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP di Puskesmas terdiri
dari kegiatan perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan, serta pemantauan
dan evaluasi. Tujuan pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP adalah untuk
menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan sediaan farmasi
dan BMHP yang efisien, efektif, rasional; meningkatkan
kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian; mewujudkan sistem informasi
manajemen; melaksanakan pengendalian mutu pelayanan (Menkes RI, 2016).
a) Perencanaan
Perencanaan merupakan kegiatan seleksi sediaan farmasi dan BMHP
untuk menentukan jenis dan jumlah sediaan farmasi dan BMHP dalam
memenuhi kebutuhan Puskesmas. Tujuan kegiatan perencanaan adalah
untuk memperkirakan jenis dan jumlah sediaan farmasi dan BMHP,
meningkatkan penggnaan obat secara rasional, serta meningkatkan
efisiensi penggunaan obat. Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan
BMHP di Puskesmas dilaksanakan setiap periode oleh Apoteker atau
Tenaga Teknis Kefarmasian pengelola ruang farmasi (Menkes RI, 2016;

29
Menkes RI, 2019). Tahapan perencanaan obat dan BMHP di Puskesmas
meliputi:
• Pemilihan jenis sediaan farmasi dan BMHP sesuai dengan kebutuhan,
baik untuk pemenuhan kebutuhan obat rutin, obat program ataupun
dari Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Proses pemilihan obat
dilakukan dalam rangka perencanaan permintaan obat ke Dinas
Kesehatan Kota Denpasar serta pembuatan Formularium Puskesmas.
Pemilihan obat di puskesmas mengacu pada Formularium Nasional
(FORNAS). Dalam rangka menjaga ketersediaan obat, apoteker
bersama tim tenaga kesehatan di Puskesmas I Denpasar Barat
menyusun Formularium Puskesmas, yang dilakukan proses revisi
pada tiap tahunnya
• Data yang dibutuhkan adalah data penggunaan obat pada periode
sebelumnnya (data konsumsi), data morbiditas, sisa stok, dan usulan
kebutuhan obat dari semua jaringan pelayanan.
• Memperkirakan kebutuhan periode selanjutnya ditambah stok
penyangga (buffer stock). Buffer stock ditentukan dengan
mempertimbangkan waktu tunggu (lead time), penerimaan obat,
perubahan pola penyakit, dan kenaikan jumlah kunjungan.
• Menyusun dan menghitung rencana kebutuhan obat (RKO) dengan
menggunakan metode yang sesuai.
• Data pemakaian, sisa stok dan permintaan kebutuhan obat di
Puskesmas dicantumkan dalam Laporan Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat (LPLPO) Puskesmas.
• Laporan pemakaian berisi mengenai jumlah pemakaian obat dan
lembar permintaan berisi jumlah kebutuhan obat dalam satu periode.
• LPLPO Puskesmas digunakan sebagai dasar dalam perencanaan
kebutuhan obat di Puskesmas dan digunakan sebagai data pengajuan
kebutuhan obat ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
(Menkes RI, 2019).

30
b) Pengadaan
Pengadaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai (BMHP)
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sediaan farmasi dan BMHP di
Puskesmas. Pengadaan dilakukan berdasarkan perencanaan kebutuhan
obat yang telah dibuat. Pengadaan Obat dan BMHP di Puskesmas dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan melakukan permintaan ke dinas
kesehatan kabupaten/kota dan pengadaan mandiri (pembelian).
1) Permintaan
Sumber penyediaan obat di Puskesmas berasal dari dinas Kesehatan
kabupaten/kota. Obat yang disediakan harus sesuai dengan FORNAS
dan Formularium Puskesmas. Permintaan dibagi menjadi 2 yaitu:
• Permintaan Rutin, dilakukan sesuai dengan jadwal yang
dikeluarkan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai degan
kebutuhan dan kondisi masing-masing puskesmas.
• Permintaan Khusus, dilakukan diluar jadwal distribusi rutin,
permintaan khusus ini dilakukan apabila kebutuhan obat
meningkat, terjadi kekosongan obat dan terdapat kejadian luar
biasa (KLB/Bencana)
(Menkes RI, 2019)
2) Pengadaan Mandiri
Pengadaan mandiri dilakukan oleh UPTD Puskesmas I Dinas
Kesehatan Kecamatan Denpasar Barat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. UPTD Puskesmas I Dinas Kesehatan
Kecamatan Denpasar Barat umumnya akan melakukan pembelian
obat ke distributor atau rekanan berupa PBF, seperti pada obat-obatan
dengan sumber dana yang berasal dari Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN). Selain itu, pemenuhan kebutuhan dapat dilakukan dengan
berkoordinasi pada pihak puskesmas lainnya yang berada di Kota
Denpasar. Hal ini ditujukan untuk mengetahui ada tidaknya
puskesmas lain yang memiliki kebutuhan stok obat tertentu, dalam
jumlah yang banyak sehingga tidak merugikan puskesmas tersebut

31
karena mampu mempercepat kekosongan stok obat. Secara umum,
berdasarkan peraturan yang berlaku, pembelian dapat dilakukan
dengan dua mekanisme yaitu sebagai berikut:
• Puskesmas dapat membeli obat hanya untuk memenuhi
kebutuhan obat yang diresepkan oleh dokter.
• Apabila letak puskesmas jauh dari apotek, maka puskesmas dapat
menggunakan surat pesanan (SP).
(Menkes RI, 2019)
c) Penerimaan
Penerimaan sediaan farmasi, alkes dan BMHP adalah kegiatan menerima
sediaan farmasi dan BMHP dari instalasi farmasi kabupaten/kota atau
pengadaan yang dilakukan secara mandiri sesuai dengan permintaan yang
telah dibuat. Dalam proses penerimaan sediaan farmasi dan BMHP di
UPTD Puskesmas I Dinas Kesehatan Kecamatan Denpasar Barat, tenaga
kefarmasian wajib melakukan pengecekan terhadap sediaan farmasi dan
BMHP yang diserahkan meliputi pengecekan label, jenis, jumlah sediaan
farmasi, keadaan fisik sediaan farmasi, bentuk sediaan farmasi sesuai
dengan isi dokumen RKO dan SBBK (Surat Bukti Barang Keluar),
ditandatangani oleh tenaga kefarmasian dan diketahui oleh kepala
Puskesmas. Penerimaan di UPTD Puskesmas I Dinas Kesehatan
Kecamatan Denpasar Barat umumnya dilakukan pada pertengahan tahun,
atau secara berkala sesuai dengan ketersediaan stok obat di UPTD
Instalasi Farmasi. Setiap obat yang diterima kemudian dicatat jenis,
jumlah dan tanggal kedaluwarsanya dalam buku penerimaan dan kartu
stok obat (Menkes RI, 2016; Menkes RI, 2019).
d) Penyimpanan
Penyimpanan sediaan farmasi, alkes dan BMHP adalah kegiatan
pengaturan terhadap sediaan farmasi yang diterima agar aman, terhindar
dari kerusakan fisik ataupun kimia dan mutu obat tetap terjamin, sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan. Tujuan penyimpanan adalah untuk
memelihara mutu sediaan farmasi, menghindari penggunaan yang tidak

32
bertanggung jawab, menjaga ketersediaan, memudahkan pencarian dan
pengawasan. Dalam penyimpanan sediaan farmasi dan BMHP terdapat
dua aspek yang perlu diperhatikan yaitu aspek umum dan aspek khusus.
1) Aspek umum yang perlu diperhatikan
• Persediaan obat dan BMHP puskesmas disimpan di gudang obat
yang dilengkapi lemari dan rak-rak penyimpanan obat.
• Suhu ruang penyimpanan harus dapat menjamin kestabilan obat.
• Sediaan farmasi dalam jumlah besar (bulk) disimpan diatas pallet,
teratur dengan memperhatikan tanda-tanda khusus.
• Penyimpanan sesuai alfabet atau kelas terapi dengan sistem, First
• Expired First Out (FEFO), high alert dan life saving (obat
emergency).
• Sediaan psikotropik dan narkotik disimpan dalam lemari terkunci
dan kuncinya dipegang oleh apoteker atau tenaga teknis
kefarmasian yang dikuasakan.
• Sediaan farmasi dan BMHP yang mudah terbakar, disimpan di
tempat khusus dan terpisah dari obat lain. Contoh: alkohol, chlor
etil dan lain-lain.
• Tersedia lemari pendingin untuk penyimpanan obat tertentu yang
disertai dengan alat pemantau dan kartu suhu yang diisi setiap
harinya.
• Jika terjadi pemadaman listrik, dilakukan tindakan pengamanan
terhadap obat yang disimpan pada suhu dingin. Sedapat mungkin,
tempat penyimpanan obat termasuk dalam prioritas yang
mendapatkan listrik cadangan (genset).
• Obat yang mendekati kadaluarsa (3 sampai 6 bulan sebelum
tanggal kadaluarsa tergantung kebijakan puskesmas) diberikan
penandaan khusus dan diletakkan ditempat yang mudah terlihat
agar bisa digunakan terlebih dahulu sebelum tiba masa kadaluarsa.

33
• Inspeksi/pemantauan secara berkala terhadap tempat penyimpanan
obat.
2) Aspek khusus yang perlu diperhatikan
• Obat High Alert
Obat High Alert adalah obat yang perlu diwaspadai karena dapat
menyebabkan terjadinya kesalahan atau kesalahan serius (sentinel
event), dan berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak
diinginkan (adverse outcome). Obat yang perlu diwaspadai terdiri
atas:
- Obat Risiko Tinggi, yaitu obat yang bila terjadi kesalahan
(error) dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan seperti
insulin, atau obat antidiabetik oral.
- Obat dengan nama, kemasan, label, penggunaan klinik
tampak/kelihatan sama (look alike) dan bunyi ucapan sama
(sound alike) biasa disebut LASA, atau disebut juga Nama Obat
dan Rupa Ucapan Mirip (NORUM).
Penyimpanan obat LASA atau NORUM tidak saling berdekatan
dan diberi label khusus sehingga petugas dapat lebih mewaspadai
adanya obat LASA atau NORUM (Menkes RI, 2019).
• Obat Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Obat Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi harus
disimpan dalam lemari khusus dan menjadi tanggungjawab
Apoteker penanggung jawab. Lemari khusus tempat penyimpanan
narkotika, psikotropika dan prekusor farmasi memiliki 2 (dua)
buah kunci yang berbeda, satu kunci dipegang oleh apoteker
penanggung jawab, satu kunci lainnya dipegang oleh tenaga teknis
kefarmasian atau tenaga kesehatan lain yang dikuasakan.
• Obat Kegawatdaruratan Medis
Penyimpanan obat kegawatdaruratan medis harus diperhatikan dari
sisi kemudahan, ketepatan dan kecepatan reaksi bila terjadi
kegawatdaruratan. Obat kegawatdaruratan medis digunakan hanya

34
pada saat emergensi dan ditempatkan di ruang pemeriksaan, kamar
suntik, poli gigi, ruang imunisasi, ruang bersalin dan di Instalasi
Gawat Darurat.
e) Pendistribusian
Pendistribusian sediaan farmasi, dan BMHP merupakan kegiatan
pengeluaran dan penyerahan yang dilaksanakan secara merata dan teratur
untuk memenuhi kebutuhan sub unit atau satelit farmasi yang terdapat di
puskesmas dan jejaring puskesmas yang ada di wilayah kerjanya. Adapun
yang termasuk ke dalam sub unit puskesmas yaitu sebagai berikut:
• Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas.
• Puskesmas Pembantu.
• Puskesmas Keliling.
• Posyandu.
• Polindes (Pondok Bersalin Desa).
f) Pemusnahan dan Penarikan
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan BMHP yang tidak dapat
digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Sediaan Farmasi dan BMHP yang
kedaluwarsa, rusak atau ditarik dari peredaran dikembalikan ke lnstalasi
Farmasi Pemerintah dengan disertai Berita Acara Pengembalian (Menkes
RI, 2019). Pemusnahan resep dilakukan oleh apoteker atau
penanggungjawab dan disaksikan oleh sekurangkurangnya petugas
kesehatan lain dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang
dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep dan selanjutnya
dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Menkes RI, 2019).
Puskesmas I Denpasar Barat belum mendapatkan izin dalam
melaksanakan pemusnahan. Sebagai alternatif, barang yang tidak
memenuhi syarat mutu ataupun kedaluwarsa akan dikumpulkan terlebih
dahulu dan dipisahkan dari barang lainnya. Untuk sediaan farmasi, alkes
dan BMHP yang pengadaannya menggunakan sumber dana pemerintah,
maka barang tersebut dapat dikirimkan kepada pihak UPTD Instalasi

35
Farmasi, yang selanjutnya akan mengelola pelaksanaan pemusnahan
tersebut bersama dengan pihak ketiga. Namun, untuk barang yang
menggunakan sumber dana mandiri, hingga saat ini belum dilaksanakan
pemusnahan dan hanya disimpan secara terpisah. Penarikan sediaan
farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan perundang-
undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah
penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi
sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap
memberikan laporan kepada Kepala BPOM. Penarikan Alat Kesehatan
dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang izin
edarnya dicabut oleh Menteri (Menkes RI, 2019).
g) Pengendalian
Pengendalian persediaan merupakan suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program
yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan
atau kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar. Pengendalian
Sediaan Farmasi terdiri dari:
1) Pengendalian Ketersediaan
Apoteker bertanggung jawab untuk mencegah dan mengatasi
kekosongan/kekurangan obat di puskesmas. Secara umum,
ketersediaan obat di puskesmas dikendalikan melalui pelaksanaan
stock opname yang dilaksanakan secara berkala baik di apotek
ataupun gudang di puskesmas. Pelaksanaan stock opname dilakukan
setiap awal bulan, dan dibuktikan dengan adanya berita acara stock
opname. Hal-hal yang dapat dilakukan dalam mengendalikan
ketersediaan obat yaitu sebagai berikut:
• Melakukan substitusi obat dalam satu kelas terapi dengan
persetujuan dokter.
• Mengajukan permintaan obat ke dinas kesehatan kabupaten/kota.
• Apabila obat yang dibutuhkan di Puskesmas tidak dapat dipenuhi
oleh Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota dan tidak tercantum

36
dalam FORNAS atau e-catalog obat, maka dapat dilakukan
pembelian obat sesuai dengan Formularium Puskesmas dengan
persetujuan Kepala Puskesmas.
• Mekanisme pengadaan obat di luar Formularium Nasional dan e-
katalog obat dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
(Menkes RI, 2019)
2) Pengendalian Penggunaan
Pengendalian penggunaan obat dilakukan untuk mengetahui jumlah
penerimaan dan pemakaian obat sehingga dapat memastikan jumlah
kebutuhan obat dalam satu periode. Kegiatan pengendalian
penggunaan mencakup beberapa aspek sebagai berikut:
• Memperkirakan atau menghitung pemakaian rata-rata periode
tertentu sehingga jumlah stok ini disebut stok kerja.
• Menentukan stok optimum, stok pengaman, waktu tunggu (lead
time), dan waktu kekosongan obat
(Menkes RI, 2019)
3) Penanganan Sediaan Farmasi Hilang, Rusak, dan Kadaluwarsa
• Pemusnahan dan penarikan obat yang tidak dapat digunakan
harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
• Pemusnahan narkotika, psikotropika dan prekursor dilakukan
oleh apoteker penanggungjawab dan disaksikan oleh Dinas
Kesehatan Kab/Kota dan dibuat berita acara pemusnahan
• Penarikan obat yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan
perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar
berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall)
atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar
(voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan kepada
Kepala BPOM. Penarikan BMHP dilakukan terhadap produk
yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.

37
• Pemusnahan dilakukan untuk sediaan farmasi apabila produk
tidak memenuhi persyaratan mutu/rusak, telah kadaluarsa atau
dicabut izin edarnya
(Menkes RI, 2019)
h) Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh rangkaian kegiatan dalam
pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai, baik sediaan
farmasi dan BMHP yang diterima, disimpan, didistribusikan dan
digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan lainnya. Tujuan pencatatan
dan pelaporan yaitu sebagai bukti bahwa pengelolaan sediaan farmasi dan
BMHP telah dilakukan, sebagai sumber data untuk melalukan pengaturan
dan pengendalian, dan untuk pembuatan laporan (Menkes RI, 2016).
• Pencatatan atau dokumentasi merupakan suatu kegiatan yang
bertujuan untuk memonitor keluar dan masuknya obat di Puskesmas.
Pencatatan dapat dilakukan dengan menggunakan bentuk digital
maupun manual. Pada umumnya pemasukan dan pengeluaran obat
dicatat dalam buku catatan pemasukan dan pengeluaran obat dan kartu
stok.
• Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan
administrasi sediaan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan
yang disajikan kepada pihak yang berkepentingan. Jenis laporan yang
dibuat oleh tenaga kefarmasian Puskesmas meliputi:
- LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat)
- Laporan Obat Rusak/Kedaluwarsa
- Laporan Nakotika dan Psikotropika
- Laporan Persediaan serta Laporan Mutasi Obat Rutin
- Laporan Persediaan Obat dengan Sumber Dana JKN
- Laporan pelayanan kefarmasian (PIO dan konseling)
- Laporan Penggunaan Obat Rasional (POR)
- Laporan obat program
- Laporan Kepatuhan terhadap Formularium Nasional.

38
i) Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan sediaan farmasi, alkes dan BMHP
dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk mengendalikan dan
menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan sediaan farmasi,
alkes dan BMHP sehingga dapat menjaga kualitas maupun pemerataan
pelayanan, memperbaiki secara terus menerus pengelolaan sediaan
farmasi, alkes dan BMHP, serta memberikan penilaian terhadap capaian
kinerja pengelolaan (Menkes RI, 2016).
2.13. Kegiatan Farmasi Klinis di Puskesmas Denpasar Barat 1
Pelayanan farmasi klinis adalah bagian dari pelayanan kefarmasian
yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan obat
dan bahan medis habis pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan farmasi klinik di
Puskesmas harus didasarkan menurut Permenkes Nomor 74 Tahun 2016
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
Pelayanan farmasi klinis yang dilakukan meliputi pengkajian dan
pelayanan resep, pelayanan informasi obat (PIO), konseling, visite,
monitoring efek samping obat (MESO), pemantauan terapi obat (PTO),
pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care), dan evaluasi
penggunaan obat (Menkes RI, 2019).
a) Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pengkajian dan pelayanan resep adalah suatu rangkaian kegiatan yang
terdiri dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian resep,
penyiapan termasuk peracikan obat, dan penyerahan disertai pemberian
informasi. Kegiatan pengkajian dan pelayanan resep ini dilakukan sebagai
upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat (medication
error). Selain itu, pengkajian resep bertujuan untuk menganalisa adanya
masalah terkait obat (Menkes RI, 2019). Apoteker harus melakukan
pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetis,
dan persyaratan klinis.

39
b) Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) adalah kegiatan pelayanan yang
dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas
dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya
dan pasien (Menkes RI, 2019). Tujuan dari pelayanan informasi obat yaitu
menyediakan informasi mengenai obat kepada tenaga kesehatan lain di
lingkungan puskesmas, pasien dan masyarakat, kemudian menyediakan
informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan obat
seperti kebijakan permintaan obat oleh jaringan dengan
mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat penyimpanan yang
memadai, serta menunjang penggunaan obat yang rasional (Menkes RI,
2016).
c) Konseling
Konseling merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan
penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat
pasien rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien. Tujuan
dilakukannya konseling adalah memberikan pemahaman yang benar
mengenai obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan
pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan obat, efek
samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan obat.
Karena kurangnya sumber daya manusia, maka tidak semua pasien dapat
diberikan konseling. Terdapat beberapa kriteria pasien yang diutamakan
untuk dilakukan konseling, yaitu:
• Pasien rujukan dokter.
• Pasien dengan penyakit kronis.
• Pasien dengan obat yang berindeks terapetik sempit dan polifarmasi.
• Pasien geriatrik.
• Pasien pediatrik.
• Pasien pulang sesuai dengan kriteria diatas.

40
d) Visite Pasien (Khusus Puskesmas Rawat Inap)
Visite pasien merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang
dilakukan secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya
terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, dan lain-lain dengan tujuan sebagai
berikut:
• Memeriksa obat pasien.
• Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan Obat
dengan mempertimbangkan diagnosis dan kondisi klinis pasien.
• Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan
penggunaan Obat.
• Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi kesehatan
dalam terapi pasien.
e) Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan
pemantauan setiap respons terhadap obat yang merugikan atau tidak
diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia
untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi
fisiologis. Kegiatan yang dilaksanakan:
• Menganalisis laporan efek samping obat.
• Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai risiko tinggi
mengalami efek samping obat.
• Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
• Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional
melalui website https://e-meso.pom.go.id.
f) Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan
terapi obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping yang bertujuan untuk mendeteksi masalah
yang terkait dengan obat serta memberikan rekomendasi penyelesaian
masalah yang terkait dengan obat. Pemantauan terapi obat dilakukan pada
pasien dengan kriteria:

41
• Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
• Menerima obat lebih dari 5 (lima) jenis.
• Adanya multi diagnosis.
• Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
• Menerima obat dengan indeks terapi sempit.
• Menerima obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi obat yang
merugikan.
g) Evaluasi Penggunaan Obat
Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan obat secara
terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat yang digunakan
sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional) yang bertujuan
untuk mendapatkan gambaran pola penggunaan obat pada kasus tertentu
dan melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan obat tertentu.
Setiap kegiatan pelayanan farmasi klinik, harus dilaksanakan sesuai
standar prosedur operasional.

42
BAB III
KEGIATAN PKP APOTEKER DAN PEMBAHASAN

3.1. Kegiatan PKPA di Dinas Kesehatan Kota Denpasar


Kegiatan PKP Apoteker di Dinas Kesehatan Kota Denpasar
diselenggarakan secara luring (offline) pada hari Jumat, 10 Maret 2023, dan
dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Denpasar yang berlokasi di Jl. Maruti No.
8, Denpasar. Kegiatan yang dilaksanakan berupa pengarahan dan pembekalan
materi yang dilaksanakan oleh Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan yaitu
ibu dr. Gusti Ayu Sri Yuniari, M.Kes. bersama Seksi Kefarmasian yaitu ibu
apt. Ni Made Nariyuni, S.Si. Materi yang diberikan seperti pengenalan tentang
profil dan struktur organisasi Dinas Kesehatan Kota Denpasar, tata tertib yang
berlaku selama kegiatan PKPA, penjelasan mengenai jam kerja di UPTD
Pengelolaan Farmasi. Adapun rincian pelaksanaan PKP Apoteker di Dinas
Kesehatan Kota Denpasar disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Kegiatan PKP Apoteker di Dinas Kesehatan Kota Denpasar
Tanggal
Bidang Materi Uraian Kegiatan
Kegiatan
Jumat, 10 Puskesmas Pembekalan praktek kerja 1. Pengarahan teknis kegiatan
Maret 2023 dan ruang profesi apoteker (PKPA) PKP Apoteker yang akan
lingkupnya di Puskesmas dilaksanakan oleh mahasiswa di
1. meliputi Pendahuluan UPTD Pengelolaan Farmasi,
tentang pelaksanaan Perbekalan Kesehatan dan
PKPA di Puskesmas, Pelayanan Kalibrasi Kota
2. RPS dan kontrak Denpasar serta puskesmas
kuliah: induk yang berada di wilayah
a. Ruang lingkup Kota Denpasar. Pada kegiatan
kegiatan PKPA di ini, mahasiswa diberikan
Puskesmas; penjelasan mengenai jumlah
b. Penjelasan keseluruhan puskesmas yang
kegiatan lapangan berada di Denpasar. Terdapat
dan bimbingan; sebelas unit puskesmas induk
c. Penjelasan yang berada di wilayah Kota
kegiatan PKPA di Denpasar yang tersebar di
masing-masing empat kecamatan.
Puskesmas, 2. Pembekalan materi terkait
penugasan dan Dinas Kesehatan Kota Denpasar
shift kegiatan serta ruang lingkupnya, yaitu

43
berupa profil umum, visi dan
misi, struktur organisasi, serta
tugas dan fungsi dari Dinas
Kesehatan Kota Denpasar. Pada
pembekalan materi tersebut,
dipaparkan bahwa peran
apoteker di Dinas Kesehatan
Kota Denpasar yaitu pada posisi
Seksi Kefarmasian yang berada
di bawah Bidang Sumber Daya
Kesehatan yaitu dalam
pengelolaan sediaan farmasi,
alkes dan BMHP terutama
dalam aspek perencanaan,
pengadaan, penerimaan dan
pelaporan.

Dinas Kesehatan Kota Denpasar menaungi UPTD Pengelolaan Farmasi,


Perbekalan Kesehatan dan Pelayanan Kalibrasi Kota Denpasar serta 11
Puskesmas yang tersebar di seluruh wilayah kota Denpasar. Adapun 11
Puskesmas yang dinaungi oleh Dinas Kesehatan Kota Denpasar, yaitu:
1) UPTD Puskesmas I Denpasar Utara
2) UPTD Puskesmas II Denpasar Utara
3) UPTD Puskesmas III Denpasar Utara
4) UPTD Puskesmas I Denpasar Timur
5) UPTD Puskesmas II Denpasar Timur
6) UPTD Puskesmas I Denpasar Barat
7) UPTD Puskesmas II Denpasar Barat
8) UPTD Puskesmas I Denpasar Selatan
9) UPTD Puskesmas II Denpasar Selatan
10) UPTD Puskesmas III Denpasar Selatan
11) UPTD Puskesmas IV Denpasar Selatan

44
3.2. Kegiatan PKPA di Instalasi Farmasi Kota Denpasar
Kegiatan PKPA di UPTD Pengelolaan Farmasi, Perbekalan Kesehatan,
dan Pelayanan Kalibrasi Dinas Kesehatan Kota Denpasar dilakukan selama 3
hari, terhitung mulai dari tanggal 13 Maret 2023 sampai dengan 15 Maret 2023.
Adapun uraian kegiatan PKPA di UPTD Pengelolaan Farmasi, Perbekalan
Kesehatan, dan Pelayanan Kalibrasi Dinas Kesehatan Kota Denpasar dapat
dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Kegiatan PKP Apoteker di UPTD Pengelolaan Farmasi,
Perbekalan Kesehatan dan Pelayanan Kalibrasi Dinas
Kesehatan Kota Denpasar
Tanggal
Bidang Materi Uraian Kegiatan
Kegiatan
Senin 13 Aspek Umum 1. Kunjungan ke Gudang 1.Kegiatan PKPA hari pertama di
Maret 2023 Kesehatan Farmasi Kota UPTD Pengelolaan Farmasi,
dan Pekerjaan Denpasar Perbekalan Kesehatan, dan
Kefarmasian 2. Mendapatkan Pelayanan Kalibrasi Dinas
Informasi mengenai Kesehatan Kota Denpasar yaitu
Pengelolaan obat di penerimaan oleh Kepala UPT
Gudang Farmasi Kota Farmasi, Perbekalan dan
Denpasar Kalibrasi Dinas Kesehatan Kota
Denpasar, Bapak A.A Ngurah
Tarumawijaya, S.KM.
2.Kegiatan selanjutnya yaitu
pembahasan dan pemberian
materi mengenai pekerjaan
kefarmasian dimulai dari
penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pemusnahan
dan penarikan obat,
pengendalian, dan pelaporan.
Kegiatan ini bertujuan untuk
menjamin mutu sediaan farmasi,
alkes dan BMHP yang disimpan
di Gudang farmasi serta
ketepatan dalam penyerahan
atau pendistribusian barang.
3.Pelaksanaan diskusi mengenai
pekerjaan kefarmasian serta
penjelasan mengenai Tupoksi
apoteker di UPTD Pengelolaan
Farmasi, Perbekalan Kesehatan,

45
dan Pelayanan Kalibrasi Dinas
Kesehatan Kota Denpasar
4.Kegiatan selanjutnya yaitu
melihat langsung penyimpanan
obat, alkes, dan BMHP di
gudang farmasi serta pengenalan
tiap-tiap ruangan penyimpanan.
5.Pemberian tugas oleh Apoteker
yaitu melakukan review
terhadap salah satu jurnal
kefarmasian.
Selasa, 14 Aspek Umum Informasi mengenai 1.Kegiatan PKPA hari kedua di
Maret 2023 Kesehatan kegiatan pengelolaan UPTD Pengelolaan Farmasi,
dan Pekerjaan sediaan farmasi di UPTD Perbekalan Kesehatan, dan
Kefarmasian Pengelolaan Farmasi, Pelayanan Kalibrasi Dinas
Perbekalan Kesehatan Kesehatan Kota Denpasar
dan Pelayanan Kalibrasi dilakukan diskusi dengan
Dinas Kesehatan Kota preseptor. Adapun uraian diskusi
Denpasar. yaitu Penjelasan lanjutan
mengenai alur dan tata cara
pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai (BMHP) mulai dari
Penerimaan, Penyimpanan
Pendistribusian, Pengendalian,
Pemusnahan, serta pencatatan
dan pelaporan Obat
2.Pemberian tugas membuat
Laporan Praktek Kerja Profesi
(PKP) Apoteker Di UPTD
Pengelolaan Farmasi,
Perbekalan Kesehatan, Dan
Pelayanan Kalibrasi Dinas
Kesehatan Kota Denpasar
Rabu, 15 Aspek Umum Penutupan kegiatan PKP 1. Pelaksanaan diskusi, revisi dan
Maret 2023 Kesehatan Apoteker di UPTD ACC tugas Laporan Praktek
dan Pekerjaan Pengelolaan Farmasi, Kerja Profesi (PKP) Apoteker Di
Kefarmasian Perbekalan Kesehatan, UPTD Pengelolaan Farmasi,
dan Pelayanan Kalibrasi Perbekalan Kesehatan, Dan
Dinas Kesehatan Kota Pelayanan Kalibrasi Dinas
Denpasar Kesehatan Kota Denpasar yang
dilaksanaan oleh apt. Emmy
Triyantini, S.Farm.
2. Penutupan PKP Apoteker di
UPTD Pengelolaan Farmasi,
Perbekalan Kesehatan, dan

46
Pelayanan Kalibrasi Dinas
Kesehatan Kota Denpasar yang
dilaksanakan oleh Kepala UPT
Farmasi, Perbekalan dan
Kalibrasi Dinas Kesehatan Kota
Denpasar, Bapak A.A Ngurah
Tarumawijaya, S.KM.

Pada hari Senin, 5 September 2022 dilaksanakan pembekalan awal


mengenai UPTD oleh bapak A.A Ngurah Tarumawijaya selaku Sekretaris
UPTD Pengelolaan Farmasi, Perbekalan Kesehatan dan Pelayanan Kalibrasi
Dinas Kesehatan Kota Denpasar yang berlokasi di Jalan Gunung Soputan Gang
Farmasi, Denpasar Barat. Pembekalan diawali dengan sambutan oleh Bapak
A.A Ngurah Tarumawijaya kemudian pengarahan teknis mengenai UPTD oleh
Apoteker yang melakukan praktik kerja di UPTD Kota Denpasar. Pada UPTD
Kota Denpasar terdapat 14 Orang yang bekerja, dimana terdiri dari Kepala
UPT, Kepala Sub. Bagian Tata Usaha, Jabatan Fungsional, Bagian
Kepegawaian, Bagian Logistik, Bendahara. UPTD merupakan organisasi yang
melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang
tertentu pada dinas/badan daerah.
UPTD instalasi farmasi merupakan organisasi yang melaksanakan
kegiatan operasional yang berkaitan dengan kefarmasian. Adapun yang
dikelola di UPTD seperti Vaksin, Obat umum, Alat Kesehatan, dan Bahan
Obat. Terdapat juga obat terprogram yang ada di UPTD seperti obat untuk TBC
dan HIV. Untuk penataan obat dibedakan dengan cara FIFO (First In-First Out)
dan FEFO (First Expired First Out) selain itu terdapat obat – obat dengan
ruangan penyimpanan khusus, ruangan obat untuk obat terprogram, ruang
pendingin (cool room) yang biasa digunakan untuk menyimpan vaksin,
ruangan untuk penyimpanan bahan mudah terbakar dan area karantina, serta
ruangan untuk penyimpanan obat rutin.
Praktik Kefarmasian yang dilakukan di UPTD Kota Denpasar meliputi
Penerimaan, Penyimpanan, Pendistribusian, Pengendalian, Pemusnahan, serta
pencatatan dan pelaporan Obat. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut

47
mengenai praktik kefarmasian yang dilakukan di UPTD Pengelolaan Farmasi,
Perbekalan Kesehatan dan Pelayanan Kalibrasi Dinas Kesehatan Kota
Denpasar, yaitu:
1. Penerimaan
Penerimaan obat dan pemeriksaan obat-obatan yang baru datang dari
distributor pada UPTD. Pengelolaan Farmasi, Perbekalan Kesehatan, dan
Pelayanan Kalibrasi Kota Denpasar dilaksanakan menggunakan Berita
Acara Serah Terima (BAST). Adapun persiapan saat penerimaan obat dan
perbekalan kesehatan, yaitu ruang penerimaan, troli, kalkulator, alat tulis,
dan SP Online. Penerimaan sediaan farmasi dan BMHP yang dilaksanakan,
petugas harus memeriksa kondisi kemasan kesesuaian nama, bentuk,
jumlah, kekuatan, isi sediaan, nomor batch, dan tanggal kadaluarsa obat
yang diterima. Penerimaan obat dapat berasal dari PBF, pemberi program
(obat program), Dinas Kesehatan (Gudang Dinas Kesehatan Provinsi).
Adapun alur penerimaan perbekalan farmasi di UPTD Pengelolaan Farmasi,
Perbekalan Kesehatan, dan Pelayanan Kalibrasi Kota Denpasar dapat dilihat
pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Alur Penerimaan Perbekalan Farmasi Dinkes Kota Denpasar

48
Dinas Kesehatan Kota Denpasar dan pengirim dalam hal ini
merupakan unit terkait yang melaksanakan penerimaan barang dan
perbekalan farmasi dengan prosedur sebagai berikut:
a. Pihak UPTD. Pengelolaan Farmasi, Perbekalan Kesehatan, dan
Pelayanan Kalibrasi menerima informasi dari rekanan/pengirim bahwa
obat akan datang.
b. Pihak UPTD. Pengelolaan Farmasi, Perbekalan Kesehatan, dan
Pelayanan Kalibrasi menerima obat datang beserta bukti penerimaan
obat dari rekanan (SP online).
c. Cek kesesuaian antara obat dengan SP online. Jika ada yang tidak
sesuai, laporkan kepada DKK (Dinas Kesehatan Kota).
d. Pihak UPTD. Pengelolaan Farmasi, Perbekalan Kesehatan, dan
Pelayanan Kalibrasi melakukan cek mutu obat dan kesesuaian antara
obat dengan tanda terima, meliputi, bentuk sediaan obat, kemasan,
jumlah obat, dan masa kadaluarsa
e. Obat yang telah sesuai lalu disimpan di area karantina
f. Pihak UPTD. Pengelolaan Farmasi, Perbekalan Kesehatan, dan
Pelayanan Kalibrasi memberi informasi ke Dinas Kesehatan Kota
Denpasar bahwa obat telah datang untuk kemudian dilaksanakan
pemeriksaan.
g. Pihak Dinas Kesehatan Kota Denpasar melakukan pemeriksaan obat
yang berada di area karantina.
h. Apabila telah sesuai maka dilakukan penerimaan Berita Acara Serah
Terima Obat (BAST).
i. Jika obat dan perbekes yang diterima telah lengkap, maka dilakukan
pencatatan stok secara online (e-barcode) meliputi nama obat, no batch,
tanggal kadaluarsa, jumlah satuan terkecil.
2. Penyimpanan
Kegiatan penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai (BMHP) di UPTD Pengelola Farmasi, Perbekalan
Kesehatan dan Pelayanan Kalibrasi Dinas Kesehatan Kota Denpasar

49
dilakukan untuk menyimpan berbagai barang yang sudah diterima oleh
UPTD sesuai dengan ketentuan, dalam rangka menjamin kualitas sediaan
farmasi dan BMHP selama proses penyimpanan. Persiapan yang dibutuhkan
dalam penyimpanan sediaan farmasi, alkes dan BMHP di UPTD Pengelola
Farmasi, Perbekalan Kesehatan dan Pelayanan Kalibrasi Dinas Kesehatan
Kota Denpasar meliputi ruang penyimpanan yang terpisah (baik untuk obat
rutin, obat program, bahan mudah terbakar, psikotropika, vaksin, obat high
alert dan area karantina untuk barang yang diterima, dalam jumlah yang
belum lengkap sesuai dengan Surat Permintaan, troli, pallet, kulkas, rak dan
lemari psikotropika.
Ruang penyimpanan obat dan BMHP di UPTD. Pengelolaan Farmasi,
Perbekalan Kesehatan, dan Pelayanan Kalibrasi sendiri terbagi pada dua
gedung yaitu gedung utama dan gedung barang kadaluwarsa. Di dalam
gedung utama terdapat dua lantai. Ruang pertama di lantai 1 merupakan
tempat menyimpan obat-obatan secara umum. Di lantai satu ini ruangan
terbagi lagi dalam beberapa area dan ruangan yaitu:
a. Ruang utama: ruang utama merupakan ruang tempat menyimpan obat-
obat pada umumnya atau obat-obat yang tidak membutuhkan perhatian
khusus seperti pengendalian suhu, rata-rata obat seperti ini disimpan
pada suhu berkisar antara 25-30°C.
b. Ruang karantina: merupakan area bergaris merah yang menandakan
bahwa obat-obat atau BMHP didalamnya adalah komoditas yang belum
diinput dalam sistem kartu stok atau komoditas yang jumlah nya belum
sesuai dengan surat pesanan yang diharapkan. Ruang ini dibutuhkan
agar petugas tidak salah mendistribusikan komoditas yang masih
kurang pengirimannya dalam hal jumlah yang tertera pada surat
pesanan.
c. Ruangan obat program: Ruangan yang di khususnya untuk obat-obat
yang dibutuhkan untuk 20 program yang dijalankan oleh seluruh
fasilitas kesehatan Se-kota Denpasar. Pada ruangan ini, hal yang perlu
diperhatikan yaitu semua obat disimpan pada suhu di bawah 25°C.

50
d. Ruang khusus bahan mudah terbakar: ruangan ini diperuntukkan untuk
komoditas yang memang mengandung bahan-bahan mudah terbakar
seperti pemutih bayclin dan alcohol.
e. Ruang penyimpanan khusus: ruang yang diperuntukkan untuk
menyimpan obat-obat injeksi, salep, krim, tetes mata atau tetes telinga.
Di ruangan ini pula terdapat lemari penyimpanan psikotropika dan
narkotika.
f. Ruang vaksin: ruang yang di khususkan untuk menyimpan sediaan
vaksin terutama pada masa pandemi covid-19. Beberapa jenis vaksin
hanya bisa di simpan 2/4 minggu sehingga penyimpanan berdasarkan
sistem FIFO.
g. Cold Room dan Cold Chain: Cold room merupakan ruangan yang
digunakan untuk menyimpan vaksin sesuai dengan suhu yang
dibutuhkan antara 2-8 derajat selsius. Selain Cold Room terdapat 3 Cold
Chain untuk menyimpan berbagai macam vaksin masing-masing Cold
Chain memiliki suhu berbeda tergantung vaksin yang disimpan
didalamnya. Untuk Cold Chain yang menyimpan vaksin moderna
dibutuhkan suhu -20 derajat selsius, untuk vaksin atrazeneca dan pfizer
membutuhkan suhu -30 derajat selsius.
Lantai 2 merupakan tempat penyimpanan untuk BMHP khususnya
produk seperti alat kesehatan berupa masker, sarung tangan karet, APD,
kapas, dan sejenisnya. Ruang ketiga merupakan ruang penyimpanan produk
kadaluwarsa yang gedungnya terpisah dari gedung utama. Gedung ini
diperuntukkan dalam menyimpan seluruh obat dan BMHP yang telah
kadaluarsa selama hingga 1 tahun sebelum nantinya akan dikirimkan ke
pihak ketiga untuk dimusnahkan dan untuk memudahkan dalam pencatatan
dan pelaporan barang yang sudah kadaluwarsa.
Prosedur penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Apoteker atau TTK melakukan pencatatan segala penerimaan dan
pengeluaran barang di sistem.

51
b. Barang yang diterima dikelompokkan menurut sumber dana pengadaan
obat.
c. Dipisahkan obat-obatan yang dikonsumsi per oral dengan obat
pemakaian luar (non-peroral) dan obat dengan syarat penyimpanan
khusus.
d. Disusun barang yang berjumlah besar di atas pallet secara rapi dan
teratur.
e. Disusun barang yang berjumlah kecil dalam rak yang tersedia.
f. Ruangan dilengkapi dengan alat pengatur dan pengukur suhu ruangan
yang telah diatur sesuai dengan kriteria suhu penyimpanan sediaan
farmasi.
g. Sediaan farmasi yang perlu disimpan pada suhu dingin dimasukkan
dalam lemari pendingin dan harus dilindungi dari kemungkinan
putusnya aliran listrik
h. Bahan mudah terbakar seperti alkohol dan eter harus disimpan dalam
ruangan khusus.
i. Sediaan farmasi yang mempunyai batas waktu pemakaian maka perlu
dilakukan rotasi stok agar sediaan farmasi tersebut tidak selalu berada
di belakang yang dapat menyebabkan barang kadaluarsa, mengalami
peningkatan jumlah seiring waktu.
3. Pendistribusian
Kebijakan pendistribusian Sediaan Farmasi, alat kesehatan, dan
BMHP di UPTD Pengelola Farmasi, Perbekalan Kesehatan dan Pelayanan
Kalibrasi Dinas Kesehatan Kota Denpasar umumnya dalam pelaksanaannya
telah didelegasikan oleh kepala UPTD kepada pihak Apoteker atau TTK
yang ditunjuk. Sediaan Farmasi, alkes, dan BMHP yang disimpan, siap
diedarkan sesuai dengan alokasi pendistribusian yang telat ditetapkan, baik
untuk Puskesmas, ataupun rumah sakit yang termasuk dalam pihak
pemegang program Dinas Kesehatan Kota Denpasar. UPTD Pengelola
Farmasi, Perbekalan Kesehatan dan Pelayanan Kalibrasi Dinas Kesehatan
Kota Denpasar, menyiapkan Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) sesuai

52
dengan Rencana kebutuhan obat (RKO) yang telah ditetapkan per tahun
oleh Puskesmas ataupun surat permintaan obat program dari rumah sakit,
sehingga barang tersebut siap didistribusikan. Persiapan yang dibutuhkan
untuk distribusi obat yaitu ruang penyimpanan, troli, cutter, lakban, tas
kresek, kardus, cooling box dan mobil pengiriman. Prosedur yang dilakukan
dalam pendistribusian yaitu sebagai berikut:
a. Petugas menerima permintaan obat: dari Puskesmas melalui LPLPO
dan dari rumah sakit, berupa surat permintaan obat program dengan
persetujuan pemegang program di Dinas Kesehatan Kota Denpasar.
b. Petugas menghitung jumlah obat yang akan diberikan.
c. Petugas mengisi jumlah pemberian obat yang akan diberikan.
d. Petugas membuat tanda terima berupa surat bukti barang keluar
(SBBK) yang akan diberikan kepada Puskesmas ataupun rumah sakit.
e. Petugas menyiapkan barang yang akan didistribusikan.
f. Petugas mengecek kesesuaian barang yang telah disiapkan dengan
tanda terimanya, yaitu sebagai berikut:
• Jenis dan jumlah obat
• Kualitas dan kondisi obat
• Batch Number
• Expired Date
• Isi Kemasan
• Kelengkapan serta kebenaran dokumen pengiriman.
g. Petugas menghubungi pengelola obat di Puskesmas ataupun rumah
sakit bahwa akan dilaksanakan pengiriman obat.
h. Jika sudah lengkap, maka obat dapat dikirimkan kepada Puskesmas
ataupun rumah sakit.
i. Pengendalian selama proses pendistribusian tetap dilakukan dengan
tujuan menjamin kualitas barang selama proses distribusi, sebagai
contoh dengan kontrol suhu termometer yang terdapat di dalam cool
box sebagai tempat menyimpan vaksin, untuk memastikan bahwa
vaksin tersebut tetap disimpan sesuai suhu penyimpanan yang telah

53
ditetapkan dan mencegah kerusakan dari produk vaksin yang
didistribusikan.
4. Pemusnahan
Untuk pemusnahan obat, setiap puskesmas mencatat, merekap dan
melaporkan sediaan farmasi seperti obat, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai (BMHP) yang sudah melewati masa kadaluwarsanya kepada
UPTD Pengelolaan Farmasi, Perbekalan Kesehatan dan Pelayanan Kalibrasi
Dinas Kesehatan Kota Denpasar. Selanjutnya UPTD merekap semua obat
yang kadaluwarsa dan mengajukan SK penghapusan aset ke Badan
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD), Setelah aset tersebut
dihapus, maka dilakukan tender pihak ketiga yang bersedia melakukan
pemusnahan barang tersebut. Setelah disepakati mulai dari jumlah dan berat
barang yang dimusnahkan, serta kesesuaian antara harga dengan alokasi
dana, maka barang tersebut akan dikirimkan oleh UPTD kepada pihak
ketiga yang berada di luar Bali, sehingga pihak ketiga tersebut dapat
melakukan pemusnahan barang yang telah kadaluwarsa.
5. Pengendalian
Untuk pengendalian obat di UPTD dilakukan dengan cara
menganalisa hasil stock opname (untuk obat yang masih tersedia, obat
kosong dan obat yang mendekati tanggal kedaluwarsa). Stock opname
dilakukan setiap satu bulan yang dilaksanakan sekali pada awal bulan atau
akhir bulan. Untuk obat rutin diadakan sesuai dengan RKO yang sudah
dibuat oleh masing-masing puskesmas dengan menggunakan katalog
elektronik Selain itu, untuk obat program akan dihubungi pihak pemegang
program di Dinas Kesehatan Kota Denpasar terkait penggunaan stok obat
program yang masih tersedia di UPTD Instalasi Farmasi Kota Denpasar,
apakah akan dikirimkan kepada pihak puskesmas ataupun dikembalikan
kepada rekanan (PBF) sesuai perjanjian awal.

54
6. Pencatatan dan Pelaporan
Aspek administrasi juga dilakukan di UPTD. Administrasi yang
dilakukan di UPTD meliputi administrasi pada penerimaan dan distribusi.
Adapun administrasi yang dibutuhkan pada penerimaan seperti SBBK
(Surat Bukti Barang Keluar) dari Dinkes dan UPT dan BAST (Berita Acara
Serah Terima) antara Kepala Dinkes dengan UPTD ataupun UPTD dengan
Puskesmas. Adapun juga administrasi yang dibutuhkan pada
pendistribusian seperti LPLPO (Laporan Pemakaian & Lembar Permintaan
Obat) yang tetap menjadi dasar penggunaan dan sisa stok obat, RKO
(Rencana Kebutuhan Obat) berisi perkiraan kebutuhan obat 1 tahun
berikutnya dan menjadi dasar acuan permintaan obat dari Puskesmas, Surat
Alokasi khusus untuk obat program dari Dinkes (Seperti TBC dan HIV),
dan Surat Permintaan diluar RKO dan Alokasi seperti penyakit hepatitis dan
ibu hamil di luar obat rutin. Pelaporan terkait Sediaan Farmasi seperti obat,
alat kesehatan, maupun BMHP yang sudah melewati masa kedaluwarsa juga
dilakukan secara berkala yaitu 1 tahun sekali dengan disertai
pertanggungjawaban kepada Dinas Kesehatan terkait Sediaan Farmasi
maupun alat kesehatan yang kedaluwarsa.
3.3. Praktik Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas I Denpasar Barat
Kegiatan PKPA di UPTD Puskesmas I Dinas Kesehatan Kecamatan
Denpasar Barat dilakukan mulai dari tanggal 16 Maret 2022 sampai dengan 5
April 2023. Adapun uraian kegiatan PKPA di UPTD Puskesmas I Dinas
Kesehatan Kecamatan Denpasar Barat dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Kegiatan PKP Apoteker di UPTD Puskesmas I Dinas Kesehatan


Kecamatan Denpasar Barat
Tanggal
Bidang Materi Uraian Kegiatan
Kegiatan
Kamis, 16 Pengelolaan Melakukan praktek • Perencanaan kebutuhan sediaan
Maret 2023 Sediaan dengan supervisi dari Farmasi dan BMHP di
Farmasi dan preseptor mengenai: Puskesmas I Denpasar Barat
BMHP Perencanaan, dilakukan setiap bulan,
Permintaan/Pengadaan, berdasarkan Formularium
dan Penerimaan Puskesmas, Formularium

55
Nasional (FORNAS), dan Daftar
Obat Esensial Nasional (DOEN).
• Permintaan dilakukan dengan
membuat LPLPO saat
perencanaan, kemudian diajukan
ke Dinas Kesehatan Kota
Denpasar. Dinas Kesehatan Kota
Denpasar membuat RKO
(Rencana Kebutuhan Obat),
kemudian diteruskan ke UPTD
Pengelolaan Farmasi,
Perbekalan Kesehatan, dan
Pelayanan Kalibrasi.
• Apabila sumber dana berasal
dari JKN, maka PBF
mengeluarkan SBBK (Surat
Bukti Barang Keluar) untuk tim
JKN. Sedangkan sumber dana
yang berasal dari APBD, APBN,
dan DAK, maka Gudang
Farmasi kota Denpasar yang
mengeluarkan SBBK.
Jumat, 17 Pengelolaan Melakukan praktek • Hal yang harus diperhatikan
Maret 2023 Sediaan dengan supervisi dari pada penyimpanan, yaitu suhu,
Farmasi dan preseptor mengenai: alfabet, FIFO/FEFO, LASA,
BMHP Penyimpanan, obat High Alert, dan lemari obat
Pendistribusian, dan psikotropika.
Pengendalian • Pendistribusian melalui 1 pintu,
yaitu ruang Farmasi ke unit-unit
pelayanan Kesehatan, Pustu,
Pusling, dan Posyandu dengan
bukti SBBK.
• Pengendalian dilakukan dengan
Stock Opname setiap bulan,
meliputi formular stock opname
dan berita acara stock opname.
Sabtu, 18 Pengelolaan Melakukan praktek • Pencatatan dan pelaporan unit
Maret 2023 Sediaan dengan supervisi dari layanan berupa kartu stock
Farmasi dan preseptor mengenai: harian dan LPLPO ruang
BMHP Pencatatan dan Pelaporan layanan.
serta Pemantauan dan • Ruang Farmasi (Gudang
Evaluasi Farmasi) berupa LPLPO
puskesmas, laporan persediaan,
laporan obat expire date, dan
SBBK pengeluaran barang.

56
• Pemantauan dan Evaluasi
dilakukan monev bulanan,
pemeriksaan ITWIL, dan
pemeriksaan BPOM.
Senin, 20 Pengelolaan Melakukan praktek Mahasiswa melakukan rencana
Maret 2023 Sediaan dengan supervisi dari pengadaan tahun 2023
Farmasi dan preseptor mengenai: berdasarkan data pemakaian rata-
BMHP Studi Kasus RKO rata per bulan selama tahun 2021
untuk mengetahui rencana
kebutuhan obat di Puskesmas I
Denpasar Barat Tahun 2023.
Jumat, 24 Pelayanan Melakukan praktek • Pengkajian resep dan pelayanan
Maret 2023 Farmasi dengan supervisi dari resep dimulai dari skrining resep,
Klinik preseptor mengenai: penyiapan obat, penulisan aturan
Pengkajian dan pakai obat, pada etiket,
Pelayanan Resep penyerahan langsung ke pasien
serta memberikan informasi
mengenai indikasi, aturan pakai,
jumlah obat, penyimpanan, dan
efek samping.
• Pada pelayanan resep terdapat
pula resep obat racikan, yaitu
Paracetamol dan CTM yang
diracik dalam kemasan puyer.
Sabtu, 25 Pelayanan Melakukan praktek Pada praktek PIO dilakukan
Maret 2023 Farmasi dengan supervisi dari pemberian informasi obat kepada
Klinik preseptor mengenai: pasien. Mahasiswa melakukan PIO
Pelayanan Informasi Obat kepada pasien saat penyerahan
obat. Sebelum menyerahkan obat
petugas memanggil nama pasien
dan memastikan identitas pasien
sesuai dengan obat yang akan
diberikan. Informasi yang
diberikan harus jelas dan mudah
dipahami pasien.
Senin, 27 Pelayanan Melakukan praktek
Maret 2023 Farmasi dengan supervisi dari
Klinik preseptor mengenai:
Konseling
Selasa, 28 Pelayanan Melakukan praktek
Maret 2023 Farmasi dengan supervisi dari
Klinik preseptor mengenai:
Konseling
Rabu, 29 Pelayanan Melakukan praktek
Maret 2023 Farmasi dengan supervisi dari
Klinik preseptor mengenai:

57
Pemantauan Terapi Obat
(PTO)
Kamis, 30 Pelayanan Melakukan praktek
Maret 2023 Farmasi dengan supervisi dari
Klinik preseptor mengenai:
Evaluasi Penggunaan
Obat
Jumat, 31 Pelayanan Melakukan praktek
Maret 2023 Farmasi dengan supervisi dari
Klinik preseptor mengenai:
Monitoring Efek
Samping Obat (MESO)
Sabtu, 1 Studi Kasus Review Jurnal
April 2023 Pelayanan
Farmasi
Klinik
Senin, 3 Studi Kasus 1. Penyimpanan terkait
April 2023 Pengelolaan obat dengan High
Sediaan Alert
Farmasi dan 2. Penyimpanan terkait
BMHP obat LASA
Selasa, 4 Studi Kasus Studi kasus pengkajian
April 2023 Pelayanan dan pelayanan resep
Farmasi
Klinik
Rabu, 5 Studi Kasus Studi Kasus pembuatan
April 2023 Pengelolaan LPLPO
Sediaan
Farmasi dan
BMHP

58

Anda mungkin juga menyukai