Anda di halaman 1dari 47

PORTOFOLIO PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

BIDANG PUSKESMAS
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER
(PSPPA)
ANGKATAN IV

PUSKESMAS BATUA

NAMA : Deviani Widnesari


NIM : 23039070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER


(PSPPA)
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMARISAH MADANI
MAKASSAR
2023
PORTOFOLIO PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
PUSKESMAS
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER
(PSPPA)
ANGKATAN IV

PUSKESMAS BATUA
Jl. TAMANGAPA RAYA NO. 256 MAKASSAR

Disetujui oleh :

Pembimbing PKPA Puskesmas Pembimbing PKPA Puskesmas

Dr. apt. Maulita Indrisari, S.Si., M.Si apt. Fithriani Harry Yusuf,
S.Farm
Mengetahui :

Koordinator PKPA Puskesmas Ketua Program Studi

Dr. apt. Maulita Indrisari, S.Si., M.Si Dr. apt. Budiman Yasir, S.Si
PORTOFOLIO 1 – PKPA PUSKESMAS

SEJARAH, VISI MISI, STRUKTUR


ORGANISASI & TATA KERJA
PUSKESMAS TEMPAT PKPA
I. SEJARAH PUSKESMAS BATUA
A. Geografi
Luas wilayah kerja Puskesmas Batua adalah 6,02 Km 2 dengan
batas-batas administrasi sebagai berikut:
1. Sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Panaikang
2. Sebelah timur berbatasan dengan kelurahan Antang
3. Sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan Tamalate
4. Sebelah barat berbatasan dengan kelurahan Pandang dan kelurahan
Karampuang.
Wilayah kerja puskesmas Batua terdiri atas 3 kelurahan yaitu:
1. Kelurahan Batua terdapat 11 RW dan 53 RT
2. Kelurahan Borong terdapat 12 RW dan 58 RT
3. Kelurahan Tello baru terdapat 11 RW dan 48 RT
Sebelumnya Puskesmas Batua yang terletak di Jl. Abdullah Dg.
Sirua No. 338 Makassar mempunyai luas tanah 4.500 m2 , yang diatasnya
berdiri 2 gedung dengan luas bangunan 147 m 2 dan 422 m2 serta terdapat
3 rumah dinas. Oleh karena pengembangan Puskesmas Batua yang
direncanakan akan menjadi Rumah Sakit type C, maka pada bulan
Agustus 2017 gedung Puskesmas Batua dipindahkan , sehingga bangunan
diatas tanah lokasi Puskesmas Puskesmas berupa gedung Puskesmas da
rumah dinas diratakan, lokasi pindah Puskesmas Batua terletak di Jl.
Batua Raya 7 Kompleks Akademi Ilmu Gizi. Puskesmas Batua memiliki
30 posyandu balita, 20 posyandu lansia, 1 poskesdes dan 8 posbindu yang
tersebar di 3 kelurahan dan 1 mobil puskesmas keliling serta 1 unit mobil
Home care.
B. Keadaan Fasilitas Kesehatan
Untuk menunjang peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
maka sangat dibutuhkan fasilititas kesehatan. Fasilitas kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas Batua terdiri atas:
Sarana Kesehatan Puskesmas Batua
Puskesmas Batua yang sementara berlokasi di Kampus Akademi Gizi
Amanagappa Makassar tetap memberikan pelayanan Rawat Jalan dan
Rawat Inap serta pelayanan luar gedung; posyandu, puskesmas keliling,
P3K, Home care serta pelayanan kesehatan keluarga dan masyarakat
lainnya. Untuk di dalam gedung pelayanan berupa:
 Ruang Rawat Jalan, terdiri dari:
 Loket kartu
 Kamar periksa/Poli umum
 Poli Gigi
 Poli Tindakan
 Kamar Obat
 Ruang Imunisasi
 Ruang P2PL
 Laboratorium Sederhana
 Ruang KIA/KB
 Ruang Rawat Inap, terdiri dari:
 Rawat Inap Umum
- Kapasitas tempat tidur 3
- Tiang infus
- Kamar mandi
 Rawat Inap Bersalin
- Ruang bersalin dengan kapasitas 1 tempat tidur dan 1 kamar
mandi
- Ruang Nifas dengan kapasitas 4 tempat tidur
 Ruang UGD 24 jam bergabung dengan Rawat Inap Umum
 Dapur dengan 1 kamar mandi.
 30 Unit Posyandu:
 Kelurahan Batua : 11 Posyandu
 Kelurahan Borong : 12 Posyandu
 Kelurahan Tello Baru : 7 Posyandu
 20 Unit Posyandu Lansia
 Kelurahan Batua : 8 Posyandu
 Kelurahan Borong : 6 Posyandu
 Kelurahan Tello Baru : 6 Posyandu
 12 Unit Posbindu PTM
 1 Unit kendaraan roda empat sebagai ambulance
 1 Unit kendaraan roda empat sebagai Mobil Layanan Homecare
 4 Unit kendaraan roda dua (motor dinas)
 Sarana kesehatan lainnya:
 Rumah Sakit :1
 RSB :1
 Klinik :4
 Dokter praktek : 11
 Bidan praktek :3
 Pengobatan tradisional :4
 Apotek : 26
 Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Batua Tahun 2022
Jenis Tenaga Jumlah
Dokter Umum 3
Tata Usaha 1
Dokter Gigi 2
Dokter Spesialis 2
Apoteker 2
Perawat Umum 19
Asisten Apoteker 1
SMA 1
Sanitarian 2
Gizi 3
Perawat Gigi 1
Laboran 2
Bidan 8
Promkes 1
Kontrak Laskar Pelangi 1
Magang 13
Sumber Data: Tata Usaha PKM Batua
 150 kader kesehatan posyandu status aktif
 60 kader kesehatan posyandu lansia status aktif
 60 kader posbindu status aktif
II. VISI DAN MISI PUSKESMAS BATUA
A. Visi dan Misi
Untuk meningkatkan kinerja Puskesmas Batua, telah ditetapkan Visi dan
Misi untuk mendukung Rencana Strategis Depkes.
1. Visi
Menjadi puskesmas dengan pelayanan terbaik yang sehat, nyaman,
dan mandiri untuk semua.
2. Misi
a. Profesionalisme sumber daya manusia
b. Penyediaan sarana prasarana sesuai standar puskesmas
c. Penggunaan sistem informasi manajemen berbasis informasi
teknologi
d. Penajaman program pelayanan kesehatan dasar berupa upaya
promotif, preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitatif.
e. Pengembangan program inovasi unggulan
f. Peningkatan upaya kemandirian masyarakat
g. Pererat kemitraan lintas sektor.
III. STRUKTUR ORGANISASI & TATA KERJA PUSKESMAS

STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS BATUA


IV. DOKUMENTASI PUSKESMAS BATUA

Gambar 1. Gedung Puskesmas Batua


PORTOFOLIO 2 – PKPA PUSKESMAS

PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI


I. ALUR PERENCANAAN SEDIAAN FARMASI, ALKES DAN BAHAN
MEDIS HABIS PAKAI
ALUR PERENCANAAN
NO ALUR PROSES REGULASI TERKAIT PERAN APOTEKER
1 Pemilihan 1. Permenkes No. 74 Apoteker menyusun
Pemilihan obat di Tahun 2016 formularium puskesmas
Puskesmas Batua 2. Petunjuk Teknis bersama dengan Dokter
mengacu pada Daftar Standar Pelayanan dan tenaga kesehatan
Obat Esensial Nasional Kefarmasian di lainnya
(DOEN) dan Puskesmas
Formularium Nasional
(FORNAS).

2 Pengumpulan Data 1. Permenkes No. 74 Apoteker melakukan


Tahun 2016 pengumpulan data dengan
2. Petunjuk Teknis cara melihat data
Standar Pelayanan penggunaan obat periode
Kefarmasian di sebelumnya, data sisa
Puskesmas stok, data buffer stock,
pola penyakit dan
perkiraan kunjungan
3 Memperkirakan 1. Permenkes No. 74 Apoteker melalukan
kebutuhan periode yang Tahun 2016 perhitungan buffer stock.
akan datang ditambah 2. Petunjuk Teknis Buffer stock
dengan stok penyangga Standar Pelayanan mempertimbangkan waktu
(buffer stock) Kefarmasian di tunggu (lead time),
Puskesmas penerimaan obat dan
kenaikan jumlah
kunjungan.
4 Menyusun dan 1. Permenkes No. 74 Apoteker menghitung
menghitung rencana Tahun 2016 rencana kebutuhan obat
kebutuhan obat 2. Petunjuk Teknis dengan menggunakan
menggunakan metode Standar Pelayanan metode konsumsi dan
konsumsi dan metode Kefarmasian di metode epidemiologi.
epidemiologi. Puskesmas
5 Data pemakaian, sisa stok 1. Permenkes No. 74 Apoteker membuat
dan permintaan Tahun 2016 LPLPO berdasarkan data
kebutuhan obat 2. Petunjuk Teknis pemakaian, sisa stok dan
dituangkan dalam Standar Pelayanan permintaan kebutuhan
Laporan Pemakaian dan Kefarmasian di obat Puskesmas
Lembar Permintaan Obat Puskesmas
(LPLPO).
II. ALUR PERMINTAAN SEDIAAN FARMASI, ALKES DAN BAHAN
MEDIS HABIS PAKAI
ALUR PERMINTAAN
NO ALUR PROSES REGULASI TERKAIT PERAN APOTEKER
1 Menghitung pemakaian 1. Permenkes No. 74 Apoteker menghitung
obat perbulan Tahun 2016 pemakaian rata-rata
2. Petunjuk Teknis perbulan/tahun di
Standar Pelayanan Puskesmas dan seluruh unit
Kefarmasian di pelayanan untuk
Puskesmas menentukan stok kerja
2 Menghitung Stok 1. Permenkes No. 74 Apoteker menentukan stok
Optimum Tahun 2016 optimum yaitu jumlah stok
2. Petunjuk Teknis obat yang diserahkan
Standar Pelayanan kepada unit pelayanan agar
Kefarmasian di tidak mengalami
Puskesmas kekurangan/kekosongan
3 Menghitung Permintaan 1. Permenkes No. 74 Apoteker menghitung
Tahun 2016 permintaan obat dan bahan
2. Petunjuk Teknis medis habis pakai dengan
Standar Pelayanan rumus permintaan = SO-
Kefarmasian di Sisa Stok
Puskesmas
4 Melakukan permintaan 1. Permenkes No. 74 Apoteker membuat
ke Gudang Farmasi Tahun 2016 permintaan obat dan bahan
Kota 2. Petunjuk Teknis medis habis pakai secara
Standar Pelayanan rutin dengan menggunakan
Kefarmasian di LPLPO ke Gudang
Puskesmas Farmasi Kota setiap satu
bulan sekali
III. ALUR PENERIMAAN SEDIAAN FARMASI, ALKES DAN BAHAN
MEDIS HABIS PAKAI
ALUR PENERIMAAN
NO ALUR PROSES REGULASI TERKAIT PERAN APOTEKER
1 Penerimaan sediaan 1. Permenkes No. 74 Tahun Apoteker memeriksa
farmasi dan BMHP 2016 kesesuaian jenis, jumlah
dari Instalasi 2. Petunjuk Teknis Standar dan mutu obat yang
Farmasi Pelayanan Kefarmasian di meliputi pemeriksaan
Kabupaten/Kota Puskesmas label, kemasan dan bentuk
(IFK) dan sumber fisik obat pada dokumen
lainnya. penerimaan.
2 Mencatat obat yang 1. Permenkes No. 74 Tahun Apoteker mencatat jenis,
diterima 2016 jumlah dan tanggal
2. Petunjuk Teknis Standar kadaluarsanya dalam buku
Pelayanan Kefarmasian di penerimaan dan kartu stok
Puskesmas obat.
IV. ALUR PENYIMPANAN SEDIAAN FARMASI,ALKES DAN BAHAN
MEDIS HABIS PAKAI
ALUR PENYIMPANAN
NO ALUR PROSES REGULASI TERKAIT PERAN APOTEKER
1 Menyiapkan 1. Permenkes No. 74 Apoteker menyiapkan pengaturan
pengaturan Tahun 2016 penyimpanan obat dan BMHP
penyimpanan obat 2. Petunjuk Teknis untuk menjaga mutu obat dan
Standar Pelayanan BMHP
Kefarmasian di a. Lemari khusus yang memiliki
Puskesmas 2 (dua) buah kunci tempat
penyimpanan
narkotika/psikotropika
b. Lemari/rak tempat persediaan
: sirup, tablet, injeksi, cairan,
BMHP dan Alkes
c. Lemari pendingin untuk
vaksin/serum/suppositoria/ins
ulin
d. AC untuk menjaga kestabilan
suhu ruangan
e. Thermometer untuk
memantau suhu penyimpanan
2 Memeriksa 1. Permenkes No. 74 Apoteker memeriksa kondisi obat
kondisi obat Tahun 2016 sebelum disimpan
sebelum disimpan 2. Petunjuk Teknis dilemari/rak/palet untuk
dilemari/rak/palet Standar Pelayanan memastikan kemasan rusak atau
Kefarmasian di tidak
Puskesmas
3 Obat dan BMHP 1. Permenkes No. 74 Apoteker memastikan
disimpan/disusun Tahun 2016 penyimpanan obat dan BMHP
pada rak/lemari 2. Petunjuk Teknis berdasarkan :
Standar Pelayanan a. Obat BMHP disimpan diatas
Kefarmasian di palet jika diletakkan di lantai
Puskesmas b. Obat cairan dan padat
disimpan secara terpisah
c. Obat luar disimpan terpisah
dengan obat oral
d. Obat BMHP disusun
menurut abjad
e. Penyimpanan obat dirotasi
dengan Sistem FIFO dan
FEFO
4 Dilakukan 1. Permenkes No. 74 Apoteker mencatat jumlah, nomor
pencatatan dalam Tahun 2016 batch, sumber dan tanggal
kartu stok 2. Petunjuk Teknis kadaluarsa obat/BMHP yang
Standar Pelayanan diterima dalam kartu stok dan
Kefarmasian di meletakkan didekatnya
Puskesmas
5 Pemberian label 1. Permenkes No. 74 Apoteker memperhatikan obat
LASA dan High Tahun 2016 dengan nama, kemasan, label,
Alert 2. Petunjuk Teknis penggunaan klinik
Standar Pelayanan tampak/kelihatan sama (look
Kefarmasian di alike) dan bunyi ucapan sama
Puskesmas (sound alike) biasa disebut LASA
disimpan secara terpisah dan
diberi label “LASA”

Apoteker memperhatikan obat


yang memiliki resiko lebih tinggi
menyebabkan/menimbulkan
adanya komplikasi
membahayakan pasien secara
signifikan jika terdapat kesalahan
penggunaan disimpan secara
terpisah dan diberi label “HIGH
ALERT”
V. ALUR PENDISTRIBUSIAN SEDIAAN FARMASI DAN BAHAN
HABIS PAKAI
ALUR PENDISTRIBUSIAN
NO ALUR PROSES REGULASI TERKAIT PERAN APOTEKER
1 Menyiapkan LPLPO 1. Permenkes No. 74 Tahun Apoteker menyiapkan
unit-unit 2016 LPLPO unit-unit
2. Petunjuk Teknis Standar pelayanan
Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas
2 Menentukan jumlah, 1. Permenkes No. 74 Tahun Apoteker menentukan
jenis obat dan bahan 2016 jumlah, jenis obat dan
medis habis pakai 2. Petunjuk Teknis Standar bahan medis habis pakai
yang akan Pelayanan Kefarmasian di yang akan diberikan ke
didistribusikan Puskesmas unit-unit pelayanan
dengan
mempertimbangkan
permintaan, pemakaian
rata-rata per periode, sisa
stok, pola penyakit dan
jumlah kunjungan masing-
masing unit pelayanan
3 Menyiapkan dan 1. Permenkes No. 74 Tahun Apoteker menyiapkan
mencatat obat dan 2016 obat dan BMHP dari
BMHP dari gudang 2. Petunjuk Teknis Standar gudang dengan mencatat
yang akan Pelayanan Kefarmasian di obat dan bahan medis
didistribusikan Puskesmas habis pakai yang akan
didistribusikan dalam
kartu stok gudang dan
buku pengeluaran gudang
4 Mengirimkan 1. Permenkes No. 74 Tahun Apoteker mengirimkan
obat/BMHP 2016 obat/BMHP langsung ke
langsung ke unit 2. Petunjuk Teknis Standar unit pelayanan dan
pelayanan Pelayanan Kefarmasian di diterima oleh penanggung
Puskesmas jawab unit pelayanan
5 Melakukan 1. Permenkes No. 74 Tahun Apoteker melakukan
pengecekan bersama 2016 pengecekan bersama
dengan penanggung 2. Petunjuk Teknis Standar dengan penanggung jawab
jawab unit Pelayanan Kefarmasian di unit pelayanan terhadap
pelayanan terhadap Puskesmas kesesuaian obat yang
kesesuaian obat diserah terimakan dengan
yang LPLPO unit.
diserahterimakan
VI. ALUR PENGENDALIAN SEDIAAN FARMASI, ALKES DAN BAHAN
MEDIS HABIS PAKAI
ALUR PENGENDALIAN
NO ALUR PROSES REGULASI PERAN APOTEKER
TERKAIT
1 Melakukan substitusi 1. Permenkes No. Apoteker melakukan
obat 74 Tahun 2016 substitusi obat dalam satu
2. Petunjuk Teknis kelas terapi jika terjadi
Standar kekosongan obat dengan
Pelayanan persetujuan dokter/dokter
Kefarmasian di gigi penanggung jawab
Puskesmas pasien.
2 Mengisi kartu stok 1. Permenkes No. Apoteker mengisi kartu stok
74 Tahun 2016 setiap obat jika ada obat
2. Petunjuk Teknis yang masuk dan keluar.
Standar
Pelayanan
Kefarmasian di
Puskesmas
3 Melakukan penanganan 1. Permenkes No. 1. Apoteker menyusun
obat hilang 74 Tahun 2016 daftar jenis dan jumlah
2. Petunjuk Teknis obat yang hilang beserta
Standar Berita Acara Kehilangan
Pelayanan serta melaporkan kepada
Kefarmasian di Kepala Puskesmas
Puskesmas 2. Kepala Puskesmas
memeriksa dan
memastikan kejadian
tersebut
3. Apoteker mencatat jenis
dan jumlah obat hilang
pada kartu stok
4 Melakukan penanganan 1. Permenkes No. 74 1. Apoteker
obat Tahun 2016 mengidentifikasi obat
rusak/kadaluarsa/ditarik 2. Petunjuk Teknis yang sudah rusak, ditarik
atau kadaluarsa
Standar Pelayanan
2. Apoteker memisahkan
Kefarmasian di obat rusak, ditarik atau
Puskesmas kadaluarsa dan disimpan
pada ruang
karantina/tempat terpisah
dari penyimpanan obat
lainnya dan memberi
tanda OBAT
KADALUARSA ATAU
RUSAK
3. Apoteker membuat
catatan nama, jumlah
dan tanggal kadaluarsa
obat yang
rusak/ditarik/kadaluarsa
4. Apoteker melaporkan ke
Kepala Puskesmas
tentang adanya obat
kadaluarsa/rusak
5. Apoteker
mengembalikan obat
yang ditarik ke Gudang
Farmasi Kota Makassar
disertai Berita Acara
Pengembalian Obat
6. Apoteker memusnahkan
obat yang
rusak/kadaluarsa oleh
pihak ketiga disertai
Berita Acara
Pemusnahan Obat
VII. ALUR PENCATATAN, PELAPORAN, DAN PENGARSIPAN
SEDIAAN FARMASI, ALKES DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI
ALUR PENGENDALIAN
NO ALUR PROSES REGULASI TERKAIT PERAN APOTEKER
1 Membuat laporan 1. Permenkes No. 74 Tahun Apoteker mencatat
harian 2016 seluruh pengeluaran
2. Petunjuk Teknis Standar obat/BMHP di setiap unit
layanan di buku
Pelayanan Kefarmasian di
pengeluaran harian/secara
Puskesmas online di excel sheet
2 Membuat laporan 1. Permenkes No. 74 Tahun Apoteker melakukan stok
stok opname 2016 opname diakhir bulan
2. Petunjuk Teknis Standar sehingga didapat stok
akhir dan membuat
Pelayanan Kefarmasian di
laporan stok opname
Puskesmas

3 Membuat LPLPO 1. Permenkes No. 74 Tahun Apoteker membuat


2016 LPLPO setiap bulan.
2. Petunjuk Teknis Standar Untuk obat yang jumlah
stok akhirnya dibawah
Pelayanan Kefarmasian di
stok optimum, maka obat
Puskesmas dan bahan medis habis
pakai tersebut akan
diminta ke Gudang
Farmasi Kota.
4 Membuat laporan 1. Permenkes No. 74 Tahun Apoteker melakukan
penggunaan obat 2016 pelaporan melalui aplikasi
dan BMHP : 2. Petunjuk Teknis Standar SIMBAKDA setiap hari
SIMBAKDA kerja
Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas

5 Membuat laporan 1. Permenkes No. 74 Tahun Apoteker melakukan


ketersediaan obat 2016 pelaporan melalui aplikasi
Indikator : SELENA 2. Petunjuk Teknis Standar SELENA setiap bulan
Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas

6 Membuat laporan 1. Permenkes No. 74 Tahun 1. Pelaporan obat


penggunaan obat 2016 program
program 2. Petunjuk Teknis Standar vaksinasi/imunisasi
melalui aplikasi
Pelayanan Kefarmasian di
SMILE
Puskesmas 2. Pelaporan Obat TB
melalui aplikasi SITB
3. Pelaporan Obat HIV
AIDS melalui
aplikasi SIHA.
VIII. ALUR PEMANTAUAN DAN EVALUASI SEDIAAN FARMASI,
ALKES DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI
ALUR PEMANTAUAN DAN EVALUASI SEDIAAN FARMASI, ALKES DAN
BAHAN MEDIS HABIS PAKAI
NO ALUR PROSES REGULASI TERKAIT PERAN APOTEKER
1 Melakukan pengambilan 1. Permenkes No. 74 Apoteker melakukan
data stok opname 6 bulan Tahun 2016 evaluasi ketersediaan obat
sekali. 2. Petunjuk Teknis untuk menentukan sejauh
2 Mengumpulkan data jenis Standar Pelayanan mana ketersediaan obat
obat yang tersedia dari Kefarmasian di terhadap formularium
stok opname selama 1 Puskesmas telah tercapai.
tahun terakhir.
3 Mencatat dan menghitung
jumlah jenis obat yang
tersedia di puskesmas.
4 Mengumpulkan data dan
mencatat total jenis obat
di puskesmas yang
tercantum di formularium
daftar obat esensial
(DOEN).
5 Menghitung tingkat
ketersediaan obat dengan
membandingkan jumlah
obat yang tersedia di
puskesmas dengan jumlah
jenis obat yang tercantum
di formularium (DOEN) x
100%
6 Menyampaikan hasil
evaluasi ketersediaan obat
terhadap formularium
(DOEN) kepada kepala
puskesmas.
7 Kepala puskesmas
menindaklanjuti hasil
evaluasi ketersediaan obat
terhadap formularium
(DOEN) dengan
melaporkan kepada
kepala UPT Farmasi
Dinas Kesehatan Kota
Makassar.
IX. DOKUMENTASI

DOKUMEN TERKAIT ALUR PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI, ALKES DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI
1. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
Laporan pemakaian berisi jumlah pemakaian obat dalam satu periode dan lembar permintaan berisi jumlah kebutuhan obat
puskesmas dalam satu periode. LPLPO puskesmas menjadi dasar untuk rencana kebutuhan obat tingkat puskesmas dan
digunakan sebagai data pengajuan kebutuhan obat ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2. Buku permintaan obat dan BMHP
Permintaan tambahan menggunakan buku permintaan

3. Buku distribusi obat


4. Berita acara penerimaan obat
Berita acara serah terima obat merupakan bukti penerimaan obat yang ditandatangani oleh petugas penerima serta diketahui oleh
Kepala Puskesmas. Memverifikasi berita acara penerimaan yang meliputi nama obat, jumlah, no batch dan tanggal kadaluarsa.
5. Penyimpanan obat
Penyimpanan sesuai alphabet, kelas terapi, dan bentuk sediaan dengan sistem, First Expired First Out (FEFO), high alert dan life
saving (obat emergency). Sediaan psikotropik dan narkotik disimpan dalam lemari terkunci dan kuncinya dipegang oleh apoteker
atau tenaga teknis kefarmasian yang dikuasakan.

Gudang obat puskesmas Batua Lemari narkotika dan psikotropika Penyimpanan vaksin
6. Kartu stok
Kartu stok obat untuk mencatat jumlah penerimaan dan pengeluaran obat
termasuk kondisi fisik, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa obat. Data pada
kartu stok digunakan untuk menyusun laporan dan rencana kebutuhan obat
periode berikutnya.
7. Laporan Psikotropika dan Narkotika
Pelaporan Psikotropika dan Narkotika dilakukan melalui aplikasi SIPNAP.
PORTOFOLIO 3 – PKPA PUSKESMAS

PELAYANAN FARMASI KLINIK


1. PENGKAJIAN DAN PENYERAHAN RESEP DAN PEMBERIAN
INFORMASI OBAT

ALUR PENGKAJIAN DAN PENYERAHAN RESEP


DAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT
(tuliskan dalam bentuk bagan/diagram alir dan dilengkapi dengan formulir)

Menerima resep dan


memberi nomor
antrian

Mengkaji resep

Administratif Klinis Farmasetik

Mengisi ceklist telaah resep

Mengkonfirmasi ke dokter jika terdapat ketidaksesuaian

Dokter membubuhkan paraf pada obat dengan


dosis maksimum

Menulis etiket : NAMA PASIEN, TANGGAL


RESEP, ATURAN PAKAI, DAN INFORMASI
LAINNYA

Menyiapkan obat sesuai resep

Mengemas obat dan etiket ke dalam sak obat

Menyerahkan obat kepada pasien disertai


pemberian informasi obat
DOKUMENTASI
2. PELAYANAN INFORMASI OBAT (PIO)

ALUR PELAYANAN INFORMASI OBAT (PIO)


(tuliskan dalam bentuk bagan/diagram alir dan dilengkapi dengan formulir)

Apoteker menerima dan mencatat


pertanyaan lewat telepon, pesan
tertulis atau tatap muka

Mengidentifikasi penanya : nama, status (dokter,


perawat, pasien/keluarga pasien, masyarakat
umum) dan asal unit kerja penanya

Menanyakan secara rinci


data/informasi terkait pertanyaan

Menanyakan tujuan permintaan


informasi (perawatan pasien,
pendidikan, penelitian, umum)

Menetapkan urgensi pertanyaan

Memformulasikan jawaban

Menyampaikan jawaban kepada penanya


secara verbal atau tertulis
DOKUMENTASI
III. KONSELING
ALUR KONSELING
(tuliskan dalam bentuk bagan/diagram alir dan dilengkapi dengan formulir)
DOKUMENTASI
IV. PEMANTAUAN DAN PELAPORAN EFEK SAMPING OBAT
ALUR PEMANTAUAN DAN PELAPORAN EFEK SAMPING OBAT
DOKUMENTASI

FORMULIR PELAPORAN EFEK SAMPING OBAT


RESEP

RESEP 1

FARMAKOLOGI
a. Cefadroxil 500 mg
Cefadroxil merupakan antibiotika golongan Cefalosporin generasi pertama. Antibiotika ini
bekerja dengan cara mengikat 1 atau lebih protein pengikat penisilin (PBPs) yang pada
gilirannya menghalangi langkah transpeptidasi akhir sintesis peptidoglikan di dinding sel
bakteri, sehingga menghambat biosintesis dinding sel dan menahan perakitan dinding sel
yang mengakibatkan lisis bakteri. Antibiotik ini digunakan untuk mengatasi infeksi saluran
pernafasan, saluran kemih dan kelamin serta infeksi kulit dan jaringan lunak.
b. Chlorpheniramine Maleat (CTM) 4 mg
CTM 4 mg merupakan obat anti alergi yang mengandung zat aktif Chlorpheniramine
maleat. CTM bekerja secara antagonis terhadap efek histamin pada reseptor H1, dimana
dapat menyebabkan efek samping berupa mengantuk. Obat ini digunakan untuk mengatasi
gejala alergi seperti rhinitis alergi, urtikaria, bersin-bersin, mata berair, gatal pada mata,
hidung, tenggorokan atau kulit.
c. Methylprednisolone 4 mg
METHYLPREDNISOLONE 4 mg merupakan obat golongan glukokortikoid turunan
prednisolon yang mempunyai efek kerja dengan cara mengikat dan mengaktifkan reseptor
glukokortikoid intraseluler, reseptor glukokortikoid yang diaktifkan berikatan dengan
daerah promotor DNA (yang dapat mengaktifkan atau menekan transkripsi) dan
mengaktifkan faktor transkripsi yang mengakibatkan inaktivasi gen melalui deasetilasi
histon. Obat ini diindikasikan untuk keadaan alergi dan mengurangi peradangan atau
supresi inflamasi.
d. Asam Mefenamat 500 mg
ASAM MEFENAMAT atau MEFENAMIC ACID merupakan obat yang termasuk dalam
golongan anti infalamasi non steroid sebagai anti nyeri pada tingkat ringan hingga sedang,
dengan cara secara reversibel menghambat siklooksigenase-1 dan -2 (COX-1 dan -2),
sehingga mengakibatkan penurunan laju sintesis prostaglandin dan menunjukkan sifat
analgesik, anti-inflamasi serta antipiretik. Obat dengan kandungan Asam Mefenamat
diindikasikan untuk nyeri ringan sampai sedang seperti sakit kepala, sakit gigi, dismenore
primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri otot, dan nyeri pasca operasi.
FARMAKOKINETIK
a. Cefadroxyl 500 mg
- Absorbsi : Diserap dengan cepat dan hampir seluruhnya dari saluran cerna. Waktu
untuk mencapai konsentrasi plasma puncak: Sekitar 1-2 jam.
- Distribusi : Didistribusikan secara luas ke jaringan dan cairan tubuh. Melewati plasenta
dan masuk ke dalam ASI. Volume distribusi: 0,31 L/kg. Pengikatan protein plasma:
Sekitar 20%.
- Metabolisme : Cefadroxil diduga mengalami metabolisme yang sangat minimal. Hal
ini ditunjukkan oleh kadar obat di urin setelah konsumsi cefadroxil mencapai 90%
dalam bentuk yang tidak berubah
- Ekskresi: Melalui urin (>90% sebagai obat tidak berubah dalam waktu 24 jam). Waktu
paruh eliminasi: 1-2 jam; 20-24 jam (pasien gagal ginjal).
b. Chlorpheniramine Maleat 4 mg (CTM)
- Absorbsi : Obat chlorpheniramine diabsorpsi baik setelah konsumsi per oral.
Bioavailabilitas obat sekitar 25‒50%. Konsentrasi puncak tercapai dalam waktu 2‒3
jam. Masa kerja obat adalah sekitar 4‒6 jam.
- Distribusi : Sekitar 72% chlorpheniramine dalam plasma darah terikat protein.
- Metabolisme : Chlorpheniramine terutama dimetabolisme di hati, melalui enzim
sitokrom P450 (CYP450). Antihistamin H1 merupakan salah satu golongan obat yang
menginduksi enzim mikrosomal hepatik, dan dapat memfasilitasi metabolismenya
sendiri.
- Ekskresi : Waktu paruh obat dalam plasma darah, bervariasi sekitar 12‒15 jam, hingga
mencapai 27 jam. Waktu paruh dapat berdurasi sekitar tiga kali lebih lama daripada
efek terapeutiknya. Sebagian besar chlorpheniramine dikeluarkan oleh tubuh, melalui
urine.
c.Methylprednisolone 4 mg
- Absorbsi : Diserap dengan cepat atau baik dari saluran pencernaan. Diserap dari sendi
tetapi lebih lambat setelah injeksi IM dalam (sebagai metilprednisolon asetat).
Bioavailabilitas: 82-89%. Waktu untuk mencapai konsentrasi plasma puncak: Oral:
1,5-2,3 jam; IV: 0,8 jam (sebagai metilprednisolon Na suksinat).
- Distribusi : Lebih dari 90% dari methylprednisolone yang diabsorpsi berikatan dengan
protein plasma, terutama albumin dan globulin. Obat ini melewati plasenta. Volume
distribusi methylprednisolone mencapai 0,7 hingga 1,5 L/kg.
- Metabolisme : Dimetabolisme terutama di hati oleh isoenzim CYP3A4 dan pada
tingkat lebih rendah di ginjal menjadi metabolit tidak aktif.
- Ekskresi : Melalui urin (oral: 1,3%; IV: 9,2% sebagai obat yang tidak berubah [seperti
metilprednisolon Na suksinat]). Waktu paruh eliminasi: 1,8-5,2 jam.
d. Asam Mefenamat 500 mg
- Absorbsi : Cepat diserap dari saluran pencernaan. Waktu untuk mencapai konsentrasi
plasma puncak: 2-4 jam.
- Distribusi : Masuk ke dalam ASI (dalam jumlah kecil). Volume distribusi: 1,06 L/kg.
Pengikatan protein plasma: >90% ke albumin.
- Metabolisme : erutama dimetabolisme di hati oleh isoenzim CYP2C9 menjadi asam 3-
hidroksimetil mefenamat, yang dapat dioksidasi lebih lanjut menjadi asam 3-
karboksimefenamat; kedua metabolit tersebut mengalami konjugasi sekunder untuk
membentuk glukuronida.
- Ekskresi : Melalui urin (kira-kira 52%; 6% sebagai obat tidak berubah, 25% sebagai
asam 3-hidroksimetil mefenamat, 21% sebagai asam 3-karboksimefenamat); feses
(kira-kira 20%, terutama sebagai asam 3-karboksimefenamat tak terkonjugasi). Waktu
paruh eliminasi: Sekitar 2-4 jam.
KONTRAINDIKASI
a. Cefadroxil 500 mg
- Hipersensitivitas terhadap sefadroksil atau sefalosporin lainnya.
b. Chlorpheniramine Maleat 4 mg (CTM)
- Porfiria, serangan asma akut, anak < 1 tahun, bayi premature.
c. Methylprednisolone 4 mg
- Diabetes mellitus, tukak peptic/duodenum, infeksi berat, hipertensi, atau sistem
kardiovaskular lainnya.
d. Asam Mefenamat 500 mg
- Hipersensitivitas, ulkus peptic, kehamilan, anak < 14 tahun.
EFEK SAMPING
a. Cefadroxil 500 mg
- Gangguan saluran pencernaan (seperti kram perut, nyeri, mual, muntah, diare) dan
reaksi hipersensitivitas (seperti ruam kulit, gatal).
b. Chlorpheniramine Maleat 4 mg (CTM)
- Sedasi, nyeri kepala, mulut kering, pandangan kabur, gangguan saluran cerna, reaksi
alergi, hipotensi.
c. Methylprednisolone 4 mg
- Komplikasi yang timbul akibat penggunaan lama adalah hiperglikemia, osteoporosis,
pasien tukak peptic mungkin dapat mengalami perdarahan, miopati, moon face,
obesitas sentral.
d. Asam Mefenamat 500 mg
- Gangguan saluran cerna (dyspepsia, diare, gejala iritasi mukosa lambung), reaksi
hipersensitivitas (eritema kulit), bronkokontriksi.
INTERAKSI OBAT
Penggunaan methylprednisolone bersama asam mefenamat dapat meningkatkan risiko efek
samping pada saluran pencernaan seperti peradangan, pendarahan, ulserasi (ulkus GI), dan kadang
perforasi. Perforasi gastrointestinal adalah kondisi yang berpotensi fatal dan darurat medis di mana
lubang terbentuk di seluruh lambung atau usus. Tindakan yang dapat dilakukan yaitu dengan
pemberian jeda antara obat asam mefenamat dan metilprednisolon, penggunaan bersama kedua
obat ini harus selalu dipantau dan sebaiknya dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau
merekomendasikan obat-obatan untuk membantu melindungi lambung dan usus jika pasien tersebut
berisiko tinggi mengalami komplikasi gastrointestinal yang serius.
REFERENSI
Megawati & Hikmah. (2018). STUDI INTERAKSI OBAT DAN MANIFESTASI KLINIK PADA
PERESEPAN DI PUSKESMAS BONTOLEMPANGAN II KABUPATEN GOWA. Jurnal
Farmasi Sandi Karsa. 4(7): 11-15.
RESEP 2

FARMAKOLOGI
a. Haloperidol 5 mg
Haloperidol adalah suatu antipsikotik tipikal generasi pertama yang banyak digunakan
untuk skizofrenia. Secara farmakologi, haloperidol menghambat aktivitas reseptor
dopamin D2 dalam sistem mesolimbik otak, sehingga tidak terjadi neurotransmisi
dopamin, dan menyebabkan efek antidelusional dan antihalusinogen.
b. Alprazolam 0,5 mg
Alprazolam merupakan benzodiazepin kerja pendek yang memiliki afinitas tinggi
terhadap tempat pengikatan benzodiazepin di otak. Ini meningkatkan aksi
neurotransmitter penghambatan GABA, yang memediasi penghambatan sebelum dan
sesudah sinaptik di SSP.
c. Amitriptyline 25 mg
Amitriptyline adalah antidepresan trisiklik yang bekerja dengan menghambat mekanisme
pompa membran saraf yang bertanggung jawab atas pengambilan kembali serotonin (5-
HT) dan/atau norepinefrin, sehingga memperpanjang dan memperkuat aksinya di otak.
Mekanisme ini selanjutnya meningkatkan konsentrasi amina pada celah sinaptik dan
meregulasi suasana perasaan
FARMAKOKINETIK
a. Haloperidol 5 mg
- Absorbsi : Mudah diserap dari saluran pencernaan. Ketersediaan hayati: Sekitar 60-
70% (oral). Waktu untuk mencapai konsentrasi plasma puncak: 2-6 jam (oral); 20
menit (IM).
- Distribusi : Melewati penghalang darah-otak; memasuki ASI. Pengikatan protein
plasma: Sekitar 92%.
- Metabolisme: Dimetabolisme secara ekstensif di hati melalui dealkilasi oksidatif dan
akhirnya terkonjugasi dengan glisin.
- Ekskresi: Melalui urin (30%, 1% sebagai obat tidak berubah). Waktu paruh eliminasi:
Sekitar 12-38 jam (oral).
b. Alprazolam 0,5 mg
- Absorbsi : Mudah diserap. Ketersediaan hayati: 84-92% (pelepasan segera); sekitar
90% (rilis diperpanjang). Waktu untuk mencapai konsentrasi plasma puncak: 1-2 jam
(pelepasan segera); kira-kira 9 jam (rilis diperpanjang); 1,5-2 jam (tab hancur secara
oral).
- Distribusi : Melewati plasenta dan masuk ke dalam ASI. Volume distribusi: 0,84-1,42
L/kg (pelepasan segera). Pengikatan protein plasma: 80%, terutama pada albumin.
- Metabolisme : Dimetabolisme secara ekstensif di hati, terutama oleh CYP3A4 menjadi
2 metabolit aktif utama (4-hidroksialprazolam dan α-hidroksialprazolam), dan
metabolit benzofenon yang tidak aktif.
- Ekskresi : Terutama melalui urin, sebagai obat dan metabolit yang tidak berubah.
Waktu paruh eliminasi: 11,2 jam (kisaran: pelepasan segera: 6,3-26,9 jam; pelepasan
diperpanjang: 10,7-15,8 jam); tab hancur secara oral: 12,5 jam (kisaran: 7,9-19,2 jam).
c. Amitriptyline 25 mg
- Absorbsi : Diserap dari saluran pencernaan. Bioavailabilitas: Sekitar 43-46%. Waktu
untuk mencapai konsentrasi plasma puncak: Sekitar 2-5 jam.
- Distribusi : Didistribusikan secara luas ke seluruh tubuh. Melewati plasenta; memasuki
ASI (dalam jumlah kecil). Volume distribusi: Sekitar 18-22 L/kg. Pengikatan protein
plasma: >90%.
- Metabolisme : Dimetabolisme di hati oleh CYP3A4 dan CYP2C19 melalui demetilasi
dan oleh CYP2D6 melalui hidroksilasi, diikuti konjugasi dengan asam glukuronat
untuk membentuk metabolit, nortriptyline (metabolit aktif primer), hidroksi dan
turunan terkonjugasi. Mengalami metabolisme lintas pertama yang ekstensif.
- Ekskresi : Melalui urin (terutama sebagai metabolit konjugat glukuronida atau sulfat
dengan sejumlah kecil obat yang tidak berubah); feses (dalam jumlah kecil). Waktu
paruh eliminasi: Sekitar 13-36 jam.
KONTRAINDIKASI
a. Haloperidol 5 mg
- Koma karena depresan SSP, depresi sum-sum tulang, gangguan hati dan ginjal berat,
anak-anak <6 tahun.
b. Alprazolam 0,5 mg
- Pasien yang hipersensitif terhadap benzodiazepine, glaucoma, penyakit hati atau ginjal
kronik, serangan asma akut, trimester pertama kehamilan, depresi pernapasan,
persalinan.
c. Amitriptyline 25 mg
- Infark miokard yang baru, aritmia, mania, penyakit hati berat.
EFEK SAMPING
a. Haloperidol 5 mg
- Sindrom ekstrapiramidal (misalnya pseudoparkinsonisme, akathisia, tardive
dyskinesia, dystonia), depresi SSP, efek antikolinergik (misalnya sembelit, xerostomia,
penglihatan kabur, retensi urin), dismotilitas dan aspirasi esofagus, mengantuk,
hipotensi ortostatik, ketidakstabilan motorik atau sensorik, hiperprolaktinemia .
b. Alprazolam 0,5 mg
- Mengantuk, kelemahan otot, gangguan mental, amnesia, kepala terasa ringan hari
berikutnya, bingung. Kadang-kadang terjadi: nyeri kepala, vertigo, hipotensi, ruam,
gangguan penglihatan, retensi urin, gangguan saluran cerna, perubahan libido.
c. Amitriptyline 25 mg
- Mulut kering, sedasi, pandangan kabur, konstipasi, mual, sulit buang air kecil,
takikardia, berkeringat, tremor, ruam, gangguan perilaku (terutama anak), hipomania,
bingung (terutama lansia).
INTERAKSI OBAT
Amitriptyline dan Haloperidol merupakan interaksi obat yang mempunyai tingkat keparahan
mayor yang mempunyai efek meningkatkan konsentrasi serum Tricylic Antidepresant. Gejala tonic-
clonic dapat ditemukan pada setiap pasien. Hal tersebut dimungkinkan karena terjadinya penurunan
metabolisme dari Tricylic Antidepresant. Penanganan yang dilakukan adalah dengan meyakinkan
untuk selalu memonitor konsentrasi serum dan akibat yang ditimbulkan Tricylic Antidepresant
ketika pada saat yang sama seorang pasien meminum Haloperidol. Jika ditemukan peningkatan
konsentrasi serum maka segera hentikan pemberian haloperidol. Anjuran untuk segera
menyesuaikan dosis harus dilaksanakan. Secara klinis interaksi haloperidol dengan amitriptyline
tidak menunjukkan efek samping yang membahayakan. Namun demikian, tetap harus berhati-hati
karena setelah pemakaian 2 minggu secara bersamaan dapat menimbulkan efek tonik-klonik.
REFERENSI
Christiani dkk. (2010). Keamanan Obat Antipsikotik Bagi Penderita Skizofrenia di Rumah Sakit
Umum Daerah Banyumas Tahun 2009. Jurnal Pharmacy. 7(1): 8-23.
RESEP 3

FARMAKOLOGI

FARMAKOKINETIK

KONTRAINDIKASI

EFEK SAMPING

INTERAKSI OBAT

REFERENSI
PORTOFOLIO 4 – PKPA PUSKESMAS

VAKSIN
I. VAKSIN
Tempat
N Jenis- jenis
Gambar Penyimpanan Kegunaan
o Vaksin
(oC)
1 Vaksin 2°C - 8°C untuk memberikan
Hepatitis B kekebalan aktif terhadap
infeksi yang disebabkan
oleh virus Hepatitis B

2 Vaksin BCG (-15°C) - memberikan kekebalan


(Bacillus (-25°C) aktif terhadap bakteri
Calmette tuberkulosa
Guerin)

3 Vaksin Polio (-15°C) - Vaksin polio oral


(Oral Polio (-25°C) digunakan untuk
Vaccine = memberikan kekebalan
OPV) aktif terhadap
poliomyelitis

4 Inactivated 2°C - 8°C Vaksin polio digunakan


Poliomyelitis untuk memberikan
Vaccine (IPV) kekebalan aktif terhadap
poliomyelitis
5 Vaksin DPT- 2°C - 8°C Vaksin DPT-HB-Hib
HB-Hib digunakan untuk
memberikan kekebalan
aktif terhadap penyakit
difteri, pertusis, tetanus,
Hepatitis B dan
haemophilus infliuenza
tipe B (Hib) yang paling
umum adalah meningitis
dan pneumonia
6 Vaksin Td 2°C - 8°C Vaksin Td digunakan
(Tetanus untuk memberikan
difteri) kekebalan terhadap
tetanus dan difteri

7 Vaksin (-15°C) - untuk memberikan


Campak kekebalan secara aktif
(-25°C)
terhadap penyakit
campak.

8 Vaksin HPV 2°C - 8°C Untuk mencegah Human


(Human PapillomaVirus atau
Papillomavirus mencegah kanker leher
Vaccine) Rahim (kanker serviks)
pada wanita.
9 Rotavirus 2°C - 8°C Untuk mencegah diare
Vaccine berat dan komplikasinya
yang disebabkan oleh virus
Rota.

10 Pneumococcal Untuk mencegah penyakit


Conjugate radang paru, radang
Vaccine (PCV) selaput otak, radang
telinga yang disebabkan
oleh bakteri
Pneumococcus.

Anda mungkin juga menyukai