BIDANG PUSKESMAS
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER
(PSPPA)
ANGKATAN IV
PUSKESMAS BATUA
PUSKESMAS BATUA
Jl. TAMANGAPA RAYA NO. 256 MAKASSAR
Disetujui oleh :
Dr. apt. Maulita Indrisari, S.Si., M.Si apt. Fithriani Harry Yusuf,
S.Farm
Mengetahui :
Dr. apt. Maulita Indrisari, S.Si., M.Si Dr. apt. Budiman Yasir, S.Si
PORTOFOLIO 1 – PKPA PUSKESMAS
DOKUMEN TERKAIT ALUR PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI, ALKES DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI
1. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
Laporan pemakaian berisi jumlah pemakaian obat dalam satu periode dan lembar permintaan berisi jumlah kebutuhan obat
puskesmas dalam satu periode. LPLPO puskesmas menjadi dasar untuk rencana kebutuhan obat tingkat puskesmas dan
digunakan sebagai data pengajuan kebutuhan obat ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2. Buku permintaan obat dan BMHP
Permintaan tambahan menggunakan buku permintaan
Gudang obat puskesmas Batua Lemari narkotika dan psikotropika Penyimpanan vaksin
6. Kartu stok
Kartu stok obat untuk mencatat jumlah penerimaan dan pengeluaran obat
termasuk kondisi fisik, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa obat. Data pada
kartu stok digunakan untuk menyusun laporan dan rencana kebutuhan obat
periode berikutnya.
7. Laporan Psikotropika dan Narkotika
Pelaporan Psikotropika dan Narkotika dilakukan melalui aplikasi SIPNAP.
PORTOFOLIO 3 – PKPA PUSKESMAS
Mengkaji resep
Memformulasikan jawaban
RESEP 1
FARMAKOLOGI
a. Cefadroxil 500 mg
Cefadroxil merupakan antibiotika golongan Cefalosporin generasi pertama. Antibiotika ini
bekerja dengan cara mengikat 1 atau lebih protein pengikat penisilin (PBPs) yang pada
gilirannya menghalangi langkah transpeptidasi akhir sintesis peptidoglikan di dinding sel
bakteri, sehingga menghambat biosintesis dinding sel dan menahan perakitan dinding sel
yang mengakibatkan lisis bakteri. Antibiotik ini digunakan untuk mengatasi infeksi saluran
pernafasan, saluran kemih dan kelamin serta infeksi kulit dan jaringan lunak.
b. Chlorpheniramine Maleat (CTM) 4 mg
CTM 4 mg merupakan obat anti alergi yang mengandung zat aktif Chlorpheniramine
maleat. CTM bekerja secara antagonis terhadap efek histamin pada reseptor H1, dimana
dapat menyebabkan efek samping berupa mengantuk. Obat ini digunakan untuk mengatasi
gejala alergi seperti rhinitis alergi, urtikaria, bersin-bersin, mata berair, gatal pada mata,
hidung, tenggorokan atau kulit.
c. Methylprednisolone 4 mg
METHYLPREDNISOLONE 4 mg merupakan obat golongan glukokortikoid turunan
prednisolon yang mempunyai efek kerja dengan cara mengikat dan mengaktifkan reseptor
glukokortikoid intraseluler, reseptor glukokortikoid yang diaktifkan berikatan dengan
daerah promotor DNA (yang dapat mengaktifkan atau menekan transkripsi) dan
mengaktifkan faktor transkripsi yang mengakibatkan inaktivasi gen melalui deasetilasi
histon. Obat ini diindikasikan untuk keadaan alergi dan mengurangi peradangan atau
supresi inflamasi.
d. Asam Mefenamat 500 mg
ASAM MEFENAMAT atau MEFENAMIC ACID merupakan obat yang termasuk dalam
golongan anti infalamasi non steroid sebagai anti nyeri pada tingkat ringan hingga sedang,
dengan cara secara reversibel menghambat siklooksigenase-1 dan -2 (COX-1 dan -2),
sehingga mengakibatkan penurunan laju sintesis prostaglandin dan menunjukkan sifat
analgesik, anti-inflamasi serta antipiretik. Obat dengan kandungan Asam Mefenamat
diindikasikan untuk nyeri ringan sampai sedang seperti sakit kepala, sakit gigi, dismenore
primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri otot, dan nyeri pasca operasi.
FARMAKOKINETIK
a. Cefadroxyl 500 mg
- Absorbsi : Diserap dengan cepat dan hampir seluruhnya dari saluran cerna. Waktu
untuk mencapai konsentrasi plasma puncak: Sekitar 1-2 jam.
- Distribusi : Didistribusikan secara luas ke jaringan dan cairan tubuh. Melewati plasenta
dan masuk ke dalam ASI. Volume distribusi: 0,31 L/kg. Pengikatan protein plasma:
Sekitar 20%.
- Metabolisme : Cefadroxil diduga mengalami metabolisme yang sangat minimal. Hal
ini ditunjukkan oleh kadar obat di urin setelah konsumsi cefadroxil mencapai 90%
dalam bentuk yang tidak berubah
- Ekskresi: Melalui urin (>90% sebagai obat tidak berubah dalam waktu 24 jam). Waktu
paruh eliminasi: 1-2 jam; 20-24 jam (pasien gagal ginjal).
b. Chlorpheniramine Maleat 4 mg (CTM)
- Absorbsi : Obat chlorpheniramine diabsorpsi baik setelah konsumsi per oral.
Bioavailabilitas obat sekitar 25‒50%. Konsentrasi puncak tercapai dalam waktu 2‒3
jam. Masa kerja obat adalah sekitar 4‒6 jam.
- Distribusi : Sekitar 72% chlorpheniramine dalam plasma darah terikat protein.
- Metabolisme : Chlorpheniramine terutama dimetabolisme di hati, melalui enzim
sitokrom P450 (CYP450). Antihistamin H1 merupakan salah satu golongan obat yang
menginduksi enzim mikrosomal hepatik, dan dapat memfasilitasi metabolismenya
sendiri.
- Ekskresi : Waktu paruh obat dalam plasma darah, bervariasi sekitar 12‒15 jam, hingga
mencapai 27 jam. Waktu paruh dapat berdurasi sekitar tiga kali lebih lama daripada
efek terapeutiknya. Sebagian besar chlorpheniramine dikeluarkan oleh tubuh, melalui
urine.
c.Methylprednisolone 4 mg
- Absorbsi : Diserap dengan cepat atau baik dari saluran pencernaan. Diserap dari sendi
tetapi lebih lambat setelah injeksi IM dalam (sebagai metilprednisolon asetat).
Bioavailabilitas: 82-89%. Waktu untuk mencapai konsentrasi plasma puncak: Oral:
1,5-2,3 jam; IV: 0,8 jam (sebagai metilprednisolon Na suksinat).
- Distribusi : Lebih dari 90% dari methylprednisolone yang diabsorpsi berikatan dengan
protein plasma, terutama albumin dan globulin. Obat ini melewati plasenta. Volume
distribusi methylprednisolone mencapai 0,7 hingga 1,5 L/kg.
- Metabolisme : Dimetabolisme terutama di hati oleh isoenzim CYP3A4 dan pada
tingkat lebih rendah di ginjal menjadi metabolit tidak aktif.
- Ekskresi : Melalui urin (oral: 1,3%; IV: 9,2% sebagai obat yang tidak berubah [seperti
metilprednisolon Na suksinat]). Waktu paruh eliminasi: 1,8-5,2 jam.
d. Asam Mefenamat 500 mg
- Absorbsi : Cepat diserap dari saluran pencernaan. Waktu untuk mencapai konsentrasi
plasma puncak: 2-4 jam.
- Distribusi : Masuk ke dalam ASI (dalam jumlah kecil). Volume distribusi: 1,06 L/kg.
Pengikatan protein plasma: >90% ke albumin.
- Metabolisme : erutama dimetabolisme di hati oleh isoenzim CYP2C9 menjadi asam 3-
hidroksimetil mefenamat, yang dapat dioksidasi lebih lanjut menjadi asam 3-
karboksimefenamat; kedua metabolit tersebut mengalami konjugasi sekunder untuk
membentuk glukuronida.
- Ekskresi : Melalui urin (kira-kira 52%; 6% sebagai obat tidak berubah, 25% sebagai
asam 3-hidroksimetil mefenamat, 21% sebagai asam 3-karboksimefenamat); feses
(kira-kira 20%, terutama sebagai asam 3-karboksimefenamat tak terkonjugasi). Waktu
paruh eliminasi: Sekitar 2-4 jam.
KONTRAINDIKASI
a. Cefadroxil 500 mg
- Hipersensitivitas terhadap sefadroksil atau sefalosporin lainnya.
b. Chlorpheniramine Maleat 4 mg (CTM)
- Porfiria, serangan asma akut, anak < 1 tahun, bayi premature.
c. Methylprednisolone 4 mg
- Diabetes mellitus, tukak peptic/duodenum, infeksi berat, hipertensi, atau sistem
kardiovaskular lainnya.
d. Asam Mefenamat 500 mg
- Hipersensitivitas, ulkus peptic, kehamilan, anak < 14 tahun.
EFEK SAMPING
a. Cefadroxil 500 mg
- Gangguan saluran pencernaan (seperti kram perut, nyeri, mual, muntah, diare) dan
reaksi hipersensitivitas (seperti ruam kulit, gatal).
b. Chlorpheniramine Maleat 4 mg (CTM)
- Sedasi, nyeri kepala, mulut kering, pandangan kabur, gangguan saluran cerna, reaksi
alergi, hipotensi.
c. Methylprednisolone 4 mg
- Komplikasi yang timbul akibat penggunaan lama adalah hiperglikemia, osteoporosis,
pasien tukak peptic mungkin dapat mengalami perdarahan, miopati, moon face,
obesitas sentral.
d. Asam Mefenamat 500 mg
- Gangguan saluran cerna (dyspepsia, diare, gejala iritasi mukosa lambung), reaksi
hipersensitivitas (eritema kulit), bronkokontriksi.
INTERAKSI OBAT
Penggunaan methylprednisolone bersama asam mefenamat dapat meningkatkan risiko efek
samping pada saluran pencernaan seperti peradangan, pendarahan, ulserasi (ulkus GI), dan kadang
perforasi. Perforasi gastrointestinal adalah kondisi yang berpotensi fatal dan darurat medis di mana
lubang terbentuk di seluruh lambung atau usus. Tindakan yang dapat dilakukan yaitu dengan
pemberian jeda antara obat asam mefenamat dan metilprednisolon, penggunaan bersama kedua
obat ini harus selalu dipantau dan sebaiknya dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau
merekomendasikan obat-obatan untuk membantu melindungi lambung dan usus jika pasien tersebut
berisiko tinggi mengalami komplikasi gastrointestinal yang serius.
REFERENSI
Megawati & Hikmah. (2018). STUDI INTERAKSI OBAT DAN MANIFESTASI KLINIK PADA
PERESEPAN DI PUSKESMAS BONTOLEMPANGAN II KABUPATEN GOWA. Jurnal
Farmasi Sandi Karsa. 4(7): 11-15.
RESEP 2
FARMAKOLOGI
a. Haloperidol 5 mg
Haloperidol adalah suatu antipsikotik tipikal generasi pertama yang banyak digunakan
untuk skizofrenia. Secara farmakologi, haloperidol menghambat aktivitas reseptor
dopamin D2 dalam sistem mesolimbik otak, sehingga tidak terjadi neurotransmisi
dopamin, dan menyebabkan efek antidelusional dan antihalusinogen.
b. Alprazolam 0,5 mg
Alprazolam merupakan benzodiazepin kerja pendek yang memiliki afinitas tinggi
terhadap tempat pengikatan benzodiazepin di otak. Ini meningkatkan aksi
neurotransmitter penghambatan GABA, yang memediasi penghambatan sebelum dan
sesudah sinaptik di SSP.
c. Amitriptyline 25 mg
Amitriptyline adalah antidepresan trisiklik yang bekerja dengan menghambat mekanisme
pompa membran saraf yang bertanggung jawab atas pengambilan kembali serotonin (5-
HT) dan/atau norepinefrin, sehingga memperpanjang dan memperkuat aksinya di otak.
Mekanisme ini selanjutnya meningkatkan konsentrasi amina pada celah sinaptik dan
meregulasi suasana perasaan
FARMAKOKINETIK
a. Haloperidol 5 mg
- Absorbsi : Mudah diserap dari saluran pencernaan. Ketersediaan hayati: Sekitar 60-
70% (oral). Waktu untuk mencapai konsentrasi plasma puncak: 2-6 jam (oral); 20
menit (IM).
- Distribusi : Melewati penghalang darah-otak; memasuki ASI. Pengikatan protein
plasma: Sekitar 92%.
- Metabolisme: Dimetabolisme secara ekstensif di hati melalui dealkilasi oksidatif dan
akhirnya terkonjugasi dengan glisin.
- Ekskresi: Melalui urin (30%, 1% sebagai obat tidak berubah). Waktu paruh eliminasi:
Sekitar 12-38 jam (oral).
b. Alprazolam 0,5 mg
- Absorbsi : Mudah diserap. Ketersediaan hayati: 84-92% (pelepasan segera); sekitar
90% (rilis diperpanjang). Waktu untuk mencapai konsentrasi plasma puncak: 1-2 jam
(pelepasan segera); kira-kira 9 jam (rilis diperpanjang); 1,5-2 jam (tab hancur secara
oral).
- Distribusi : Melewati plasenta dan masuk ke dalam ASI. Volume distribusi: 0,84-1,42
L/kg (pelepasan segera). Pengikatan protein plasma: 80%, terutama pada albumin.
- Metabolisme : Dimetabolisme secara ekstensif di hati, terutama oleh CYP3A4 menjadi
2 metabolit aktif utama (4-hidroksialprazolam dan α-hidroksialprazolam), dan
metabolit benzofenon yang tidak aktif.
- Ekskresi : Terutama melalui urin, sebagai obat dan metabolit yang tidak berubah.
Waktu paruh eliminasi: 11,2 jam (kisaran: pelepasan segera: 6,3-26,9 jam; pelepasan
diperpanjang: 10,7-15,8 jam); tab hancur secara oral: 12,5 jam (kisaran: 7,9-19,2 jam).
c. Amitriptyline 25 mg
- Absorbsi : Diserap dari saluran pencernaan. Bioavailabilitas: Sekitar 43-46%. Waktu
untuk mencapai konsentrasi plasma puncak: Sekitar 2-5 jam.
- Distribusi : Didistribusikan secara luas ke seluruh tubuh. Melewati plasenta; memasuki
ASI (dalam jumlah kecil). Volume distribusi: Sekitar 18-22 L/kg. Pengikatan protein
plasma: >90%.
- Metabolisme : Dimetabolisme di hati oleh CYP3A4 dan CYP2C19 melalui demetilasi
dan oleh CYP2D6 melalui hidroksilasi, diikuti konjugasi dengan asam glukuronat
untuk membentuk metabolit, nortriptyline (metabolit aktif primer), hidroksi dan
turunan terkonjugasi. Mengalami metabolisme lintas pertama yang ekstensif.
- Ekskresi : Melalui urin (terutama sebagai metabolit konjugat glukuronida atau sulfat
dengan sejumlah kecil obat yang tidak berubah); feses (dalam jumlah kecil). Waktu
paruh eliminasi: Sekitar 13-36 jam.
KONTRAINDIKASI
a. Haloperidol 5 mg
- Koma karena depresan SSP, depresi sum-sum tulang, gangguan hati dan ginjal berat,
anak-anak <6 tahun.
b. Alprazolam 0,5 mg
- Pasien yang hipersensitif terhadap benzodiazepine, glaucoma, penyakit hati atau ginjal
kronik, serangan asma akut, trimester pertama kehamilan, depresi pernapasan,
persalinan.
c. Amitriptyline 25 mg
- Infark miokard yang baru, aritmia, mania, penyakit hati berat.
EFEK SAMPING
a. Haloperidol 5 mg
- Sindrom ekstrapiramidal (misalnya pseudoparkinsonisme, akathisia, tardive
dyskinesia, dystonia), depresi SSP, efek antikolinergik (misalnya sembelit, xerostomia,
penglihatan kabur, retensi urin), dismotilitas dan aspirasi esofagus, mengantuk,
hipotensi ortostatik, ketidakstabilan motorik atau sensorik, hiperprolaktinemia .
b. Alprazolam 0,5 mg
- Mengantuk, kelemahan otot, gangguan mental, amnesia, kepala terasa ringan hari
berikutnya, bingung. Kadang-kadang terjadi: nyeri kepala, vertigo, hipotensi, ruam,
gangguan penglihatan, retensi urin, gangguan saluran cerna, perubahan libido.
c. Amitriptyline 25 mg
- Mulut kering, sedasi, pandangan kabur, konstipasi, mual, sulit buang air kecil,
takikardia, berkeringat, tremor, ruam, gangguan perilaku (terutama anak), hipomania,
bingung (terutama lansia).
INTERAKSI OBAT
Amitriptyline dan Haloperidol merupakan interaksi obat yang mempunyai tingkat keparahan
mayor yang mempunyai efek meningkatkan konsentrasi serum Tricylic Antidepresant. Gejala tonic-
clonic dapat ditemukan pada setiap pasien. Hal tersebut dimungkinkan karena terjadinya penurunan
metabolisme dari Tricylic Antidepresant. Penanganan yang dilakukan adalah dengan meyakinkan
untuk selalu memonitor konsentrasi serum dan akibat yang ditimbulkan Tricylic Antidepresant
ketika pada saat yang sama seorang pasien meminum Haloperidol. Jika ditemukan peningkatan
konsentrasi serum maka segera hentikan pemberian haloperidol. Anjuran untuk segera
menyesuaikan dosis harus dilaksanakan. Secara klinis interaksi haloperidol dengan amitriptyline
tidak menunjukkan efek samping yang membahayakan. Namun demikian, tetap harus berhati-hati
karena setelah pemakaian 2 minggu secara bersamaan dapat menimbulkan efek tonik-klonik.
REFERENSI
Christiani dkk. (2010). Keamanan Obat Antipsikotik Bagi Penderita Skizofrenia di Rumah Sakit
Umum Daerah Banyumas Tahun 2009. Jurnal Pharmacy. 7(1): 8-23.
RESEP 3
FARMAKOLOGI
FARMAKOKINETIK
KONTRAINDIKASI
EFEK SAMPING
INTERAKSI OBAT
REFERENSI
PORTOFOLIO 4 – PKPA PUSKESMAS
VAKSIN
I. VAKSIN
Tempat
N Jenis- jenis
Gambar Penyimpanan Kegunaan
o Vaksin
(oC)
1 Vaksin 2°C - 8°C untuk memberikan
Hepatitis B kekebalan aktif terhadap
infeksi yang disebabkan
oleh virus Hepatitis B