Anda di halaman 1dari 60

Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banjir di Wila

yah Jabodetabek-Punjur

K
KAATTA
APPEEN
NGGA
ANNTTA
ARR

Terjadinya bencana banjir di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya pada


bulan Februari 2002 yang lalu menunjukkan lemahnya upaya-upaya
penataan ruang di Kawasan Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi-
Puncak-Cianjur (Jabodetabek-Punjur).

Upaya fungsionalisasi ruang kawasan resapan air antara lain dilakukan


melalui penanganan penyimpangan pemanfaatan ruang di Kawasan
Jabodetabek-Punjur. Upaya tersebut tidak akan berhasil jika hanya
dilakukan oleh pemerintah saja, namun perlu dilakukan pula oleh
masyarakat di kawasan tersebut. Untuk itu perlu diterbitkan pedoman
yang merupakan acuan bagi aparat pemerintah
Kabupaten/Kota/Propinsi dan masyarakat dalam pengendalian
pemanfaatan ruang di kawasan banjir.

Pedoman ini disusun khusus untuk menanggulangi bencana banjir di


wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Oleh karena itu pedoman
tersebut telah dirancang untuk dapat dioperasikan di wilayah
Jabodetabek-Punjur. Meskipun demikian, wilayah lain yang
mempunyai karakteristik yang sama dapat memanfaatkan pedoman
ini dengan beberapa penyesuaian.

Selanjutnya kami berharap pedoman ini dapat dimanfaatkan dengan


sebaik-baiknya dan disebarluaskan kepada seluruh pelaku
pembangunan agar tujuan utama dari diterbitkannya pedoman ini
dapat dirasakan oleh semua pihak.

Kami tetap terbuka dalam menerima masukan, kritik, maupun koreksi


bagi penulisan pedoman ini. Terima kasih.

Direktur Jenderal Penataan Ruang

Ir. Sjarifuddin Akil

i
Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banjir di Wila
yah Jabodetabek-Punjur

D
DAAFFTTA
ARR IISSII
KATA PENGANTAR …………………………………………… i
DAFTAR ISI ……………………………………………………. ii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………. iv
DAFTAR TABEL ……………………………………………….. v
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………….. vii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pedoman …………………….. I–1
1.2 Tujuan dan Sasaran Pedoman ……………… I–2
1.3 Manfaat Pedoman ………………………………. I–3
1.4 Kedudukan Pedoman ………………………….. I–3
1.5 Sistematika Pedoman ………………………….. I–5

BAB II KETENTUAN UMUM

BAB III PEMANFAATAN RUANG DI KAWASAN BENCANA


BANJIR
3.1 Rencana Tata Ruang Jabodetabek-Punjur.. III – 1
3.1.1 Kawasan Jabodetabek ……………… III – 2
3.1.2 Kawasan Bopunjur……………………. III – 3
3.1.3 Kawasan Banten ……………………… III – 4
3.2 Pemanfaatan Ruang di Kawasan
Jabodetabek-Punjur …………………………….. III – 6
3.2.1 Kawasan Jabodetabek ……………… III – 6
3.2.2 Kawasan Bopunjur …………………… III – 9
3.2.3 Kawasan Banten ……………………… III – 10
3.3 Permasalahan di Kawasan Jabodetabek-
Punjur…………………………………………………. III – 11
3.3.1 Kondisi Sarana dan Prasarana……. III – 12
3.3.2 Kondisi Daerah Aliran Sungai III – 13
(DAS) ……………………………………..

BAB IV PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DI


KAWASAN BENCANA BANJIR
4.1 Ruang Lingkup Pendekatan Pengendalian
Pemanfaatan Ruang di Jabodetabek-
Punjur ………………………………………………… IV – 1

ii
Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banjir di Wila
yah Jabodetabek-Punjur

4.2 Variabel Pedoman Pengendalian


Pemanfaatan Ruang di Jabodetabek-
Punjur ………………………………………………… IV – 10
4.3 Matriks Arahan Pengendalian
Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana
Banjir di Wilayah Jabodetabek-Punjur ……. IV – 11
4.3.1 Matriks Arahan Pengendalian
Pemanfaatan Ruang Kawasan
Bencana Banjir (Kawasan
Lindung)………………………………….. IV – 11
4.3.2 Matriks Arahan Pengendalian
Pemanfaatan Ruang Kawasan
Bencana Banjir (Kawasan
Budidaya) ……………………………….. IV – 12
4.4 Rekayasa Teknis ………………………………….. IV – 12

BAB V KELEMBAGAAN DAN PERIJINAN DALAM


PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DI
KAWASAN BENCANA BANJIR
5.1 Kelembagaan ………………………………………. V – 1
5.2 Pelibatan Masyarakat …………………………… V – 2
5.2.1 Umum ……………………………………. V – 2
5.2.2 Hak dan Kewajiban Masyarakat
dalam Penataan Ruang ……………. V – 3
5.2.3 Bentuk Peran Serta Masyarakat
dalam Pemanfaatan Ruang
Wilayah Kabupaten …………………. V – 4
5.2.4 Bentuk Peran Serta Masyarakat
dalam Pengendalian Pemanfaatan
Ruang Wilayah Kabupaten ……….. V – 5
5.2.5 Prosedur Peran Serta Masyarakat. V – 5
5.3 Perijinan …………………………………………….. V – 6
5.3.1 Ijin Lokasi ………………………………. V -
5.3.2 Pengadaan Tanah bagi
Pelaksanaan untuk Kepentingan
Umum (Keppres no.55/1993) ……. V -
5.3.3 Ijin Bangunan …………………………. V -
5.4 Pembinaan ………………………………………….. V -

iii
Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banjir di Wila
yah Jabodetabek-Punjur

D
DAAFFTTA
ARRG
GAAM
MBBA
ARR
Gambar 1.1 Kedudukan Pedoman Pengendalian
Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana
Banjir di Wilayah Jabodetabek-Punjur ……… I–4

Gambar 3.1 Pertumbuhan Rasio Penutupan Lahan oleh


Bangunan di Jabodetabek berdasarkan
Analisis Citra Landsat 1972, 1983, 1991,
dan 1997 ………………………………………………. III – 11

Gambar 3.2 Penurunan Rasio Penutupan Lahan oleh


Ruang Terbuka Hijau di Jabodetabek
berdasarkan Analisis Citra Landsat
1972,1982,1991,dan 1997 ……………………… III – 12

Gambar 4.1 Kerangka Berpikir untuk Pembagian


Kawasan Pedoman Pengendalian
Pemanfaatan Ruang ………………………………. IV – 4

Gambar 4.2 Overlay dengan menggunakan Teknik GIS.. IV – 5

Gambar 4.3 Informasi Ketinggian Lahan yang digunakan


dalam Overlay dengan menggunakan
Teknik GIS ……………………………………………. IV – 6

Gambar 4.4 Informasi Geologi yang digunakan dalam


Overlay dengan menggunakan Teknik GIS… IV – 7

Gambar 4.5 Pembagian Kawasan dengan Teknik GIS …. IV – 8

Gambar 4.6 Pembagian Kawasan Pesisir,Dataran,dan


Perbukitan di Wilayah Jabodetabek …………. IV – 9

Gambar 5.1 Prosedur Ijin Lokasi ……………………………….. V – 11

Gambar 5.2 Diagram Prosedur Pengurusan IMB di


Kabupaten/Kota …………………………………….. V – 12

iv
Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banjir di Wila
yah Jabodetabek-Punjur

D
DAAFFTTA
ARR TTA
ABBEELL
Tabel III.1 Rencana Pemanfaatan Lahan di Kawasan
Bopunjur …………………………………………………. III – 4
Tabel III.2 Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Jabotabek. III – 7
Tabel III.3 Perubahan Lahan Jabodetabek 1992-2001 -
Rakeppres ……………………………………………….. III – 8
Tabel III.4 Penggunaan Lahan Tahun 1993, 1997 dan
Akhir Tahun Perencanaan Keppres
no.114/1999 di Kawasan Bopunjur …………….. III – 9
Tabel III.5 Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya di
Propinsi Banten ………………………………………… III – 10
Tabel IV.1 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang di
Kawasan Bencana Banjir (Kawasan Lindung-
Pesisir) ……………………………………………………. IV – 14
Tabel IV.2 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang di
Kawasan Bencana Banjir (Kawasan Lindung-
Dataran) ………………………………………………….. IV – 15
Tabel IV.3 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang di
Kawasan Bencana Banjir (Kawasan Lindung-
Perbukitan) ………………………………………………. IV – 16
Tabel IV.4 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang di
Kawasan Bencana Banjir (Kawasan Budidaya-
Pesisir)……………………………………………………… IV – 17
Tabel IV.5 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang di
Kawasan Bencana Banjir (Kawasan Budidaya-
Dataran) ………………………………………………….. IV – 18
Tabel IV.6 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang di
Kawasan Bencana Banjir (Kawasan Budidaya-
Perbukitan) ……………………………………………… IV – 19

v
Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banjir di Wila
yah Jabodetabek-Punjur

D
DAAFFTTA
ARR LLA
AMMP
PIIR
RAAN
N
Lampiran I Rekayasa Teknis dalam Pengendalian Pemanfaatan
Ruang Kawasan Bencana Banjir di Wilayah
Jabodetabek-Punjur (DKI JAKARTA)

Lampiran II Rekayasa Teknis dalam Pengendalian Pemanfaatan


Ruang Kawasan Bencana Banjir di Wilayah
Jabodetabek-Punjur (BOGOR)

Lampiran III Rekayasa Teknis dalam Pengendalian Pemanfaatan


Ruang Kawasan Bencana Banjir di Wilayah
Jabodetabek-Punjur (DEPOK)

Lampiran IV Rekayasa Teknis dalam Pengendalian Pemanfaatan


Ruang Kawasan Bencana Banjir di Wilayah
Jabodetabek-Punjur (TANGERANG)

Lampiran V Rekayasa Teknis dalam Pengendalian Pemanfaatan


Ruang Kawasan Bencana Banjir di Wilayah
Jabodetabek-Punjur (BEKASI)

Lampiran VI Pembagian Kecamatan berdasarkan Geomorfologi

vi
Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur

B
BAAB
B 1
P
PEEN
NDDA
AHHU
ULLU
UAAN
N

1.1 Latar Belakang Pedoman

Jabodetabek-Punjur merupakan integrasi dari dua kawasan


tertentu, yaitu Jabodetabek dan Bopunjur, yang keseluruhannya
terdiri dari 9 (sembilan) wilayah administrasi otonomi. Kawasan
ini secara geomorfologi terdiri dari 3 ekosistem besar yakni
ekosistem pesisir, ekosistem dataran dan ekosistem
perbukitan/pegunungan, yang secara ekologi memiliki
kesinambungan dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Pesatnya pembangunan dan tingginya pertumbuhan ekonomi di


kawasan ini dipacu oleh keberadaan DKI Jakarta sebagai ibukota
negara. Dinamika di wilayah ini memacu pembangunan wilayah
di sekitarnya. Aktifitas sosial ekonomi manusia yang berubah
begitu cepat di kawasan Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi-
Puncak-Cianjur (Jabodetabek-Punjur) dan pembangunan di
wilayah tersebut sering tidak memperhatikan aspek lingkungan
dan daya dukung lahan, sehingga berimplikasi pada pemanfaatan
ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

Pertumbuhan kepadatan penduduk yang pesat menekan


eksploitasi sumberdaya alam dan lingkungan, sehingga daya
dukung dan daya tampung lingkungan berpeluang terlampaui.
Hal ini mendorong adanya perambahan pemanfaatan ruang pada
kawasan yang seharusnya dikonservasi dan dilindungi, seperti
konversi lahan pertanian sawah dan bantaran sungai menjadi
perumahan dan industri.

Dengan demikian, pemanfaatan ruang dan konversi lahan pada


kawasan Jabodetabek-Punjur ini harus didasarkan pada aspek
ekonomi dan ekologi dalam rangka mencegah kerusakan
lingkungan yang lebih parah dikemudian hari (Zain, 2002).

1/17/2006 - 7:33 PM - BAB 1 final I-1


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur

Konversi lahan berfungsi lindung yang tidak terkendali berakibat


pada penurunan fungsi lindung kawasan, seperti penurunan
fungsi serapan air pada kawasan resapan air, dan penurunan
daya alir drainase (alam/sungai ataupun buatan/kanal), sehingga
menimbulkan bencana banjir, yang tidak hanya merusak harta
benda namun dapat pula menelan korban jiwa.

Untuk itu, maka perubahan keseimbangan lingkungan yang


disebabkan aktifitas sosial ekonomi manusia perlu dikendalikan,
agar tercapai keseimbangan lingkungan. Pengendalian
pemanfaatan ruang untuk meminimalisasi dampak banjir tersebut
harus disusun dalam suatu pedoman yang bermanfaat dalam
proses pengawasan dan penertiban pemanfaatan ruang.

1.2 Tujuan dan Sasaran Pedoman

Tujuan pedoman ini adalah sebagai acuan bersama bagi


stakeholders (pemerintah) dan shareholders (masyarakat)
pembangunan di wilayah Jabodetabek-Punjur, dalam rangka:
a. Mengendalikan pemanfaatan ruang baik kawasan lindung
maupun kawasan budidaya;
b. Mengevaluasi prosedur pemberian ijin.

Sasaran dari pedoman ini adalah:


a. Terciptanya pengendalian pemanfaatan ruang kawasan
bencana banjir di wilayah Jabodetabek-Punjur, termasuk di
dalamnya mekanisme pengendalian ruang di kawasan banjir;
b. Prosedur perijinan pemanfaatan ruang kawasan bencana
banjir di wilayah Jabodetabek-Punjur yang sesuai dengan
rencana pemanfaatan ruang kawasan bencana banjir dan
dapat diterapkan.

1/17/2006 - 7:33 PM - BAB 1 final I-2


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur

1.3 Manfaat Pedoman

Pedoman ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :


1. Pemerintah Daerah dalam mengendalikan pemanfaatan
ruang, baik kawasan lindung maupun kawasan budidaya, dan
sebagai masukan dalam pemberian ijin pemanfaatan ruang
kawasan banjir, serta sebagai masukan dalam normalisasi
pemanfaatan ruang kawasan banjir yang telah dilandasi
perijinan yang memadai di wilayah Jabodetabek-Punjur;
2. Pemerintah Daerah sebagai acuan dalam penyusunan
peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah di
daerahnya masing-masing;
3. Pemerintah Daerah dan masyarakat (stakeholders dan
shareholders pembangunan) sebagai acuan bersama dalam
pengendalian perijinan dan normalisasi pemanfaatan ruang
pada kawasan banjir di wilayah Jabodetabek-Punjur;
4. Pemerintah Daerah dan masyarakat (stakeholders dan
shareholders pembangunan) sebagai acuan bersama dalam
pengendalian pemanfaatan ruang, baik kawasan lindung dan
kawasan budidaya, pada kawasan pengaruh yang berpotensi
mendorong terjadinya banjir di wilayah Jabodetabek-Punjur.

1.4 Kedudukan Pedoman

Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana


Banjir di Wilayah Jabodetabek-Punjur ini merupakan penjabaran
dari UU no. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang yang
menyatakan bahwa penataan ruang terdiri dari tiga tahapan yaitu
perencanaan, pemanfaatan ruang berdasarkan rencana, dan
pengendalian pemanfaatan ruang

Penataan ruang pada intinya merupakan satu kesatuan sistem


yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya, yaitu kegiatan
penyusunan rencana tata ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang. Selesainya satu kegiatan harus
segera diikuti dengan kegiatan berikutnya, atau seluruh kegiatan

1/17/2006 - 7:33 PM - BAB 1 final I-3


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur

harus dilaksanakan secara bersama-sama (simultan) dengan


tetap berpijak pada sistem yang terpadu.
Gambar 1.1
Kedudukan Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Kawasan Bencana Banjir di Wilayah Jabodetabek-Punjur

Kepmen Kimpraswil
No. 327/KPTS/M/2002

RTRWK
- Rencana Struktur
- Rencana Umum

4
3
2 Pedoman Pengendalian
11 RDTRK Pemanfaatan Ruang
Kawasan Bencana Banjir

1.4
1.3
1.2
2
1
1.1 RTRK

Pedoman ini merupakan pelengkap dari 6 pedoman bidang


penataan ruang (Kepmen no. 327/KPTS/M/2002) yaitu Pedoman
Penyusunan RTRW Propinsi, Pedoman Peninjauan kembali RTRW
Propinsi, Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten, Pedoman
Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten, Pedoman Penyusunan
RTR Kawasan Perkotaan, dan Pedoman Peninjauan Kembali RTR

1/17/2006 - 7:33 PM - BAB 1 final I-4


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur

Kawasan Perkotaan. Dengan demikian Pedoman Pengendalian


Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banjir di Wilayah
Jabodetabek-Punjur ini diharapkan dapat lebih menyempurnakan
pelaksanaan penataan ruang di daerah.

Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana


Banjir di Wilayah Jabodetabek-Punjur ini disusun berdasarkan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, seperti :
• UU no. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang;
• UU no. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
• UU no. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
• UU no. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah;
• PP no. 69 tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban
serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam
Penataan Ruang;
• PP no. 47 tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (RTRWN);
• PP no. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom;
• Permendagri no. 9 tahun 1998 tentang Tata Cara Peran Serta
Masyarakat dalam Perencanaan Tata Ruang Daerah.

1.5 Sistematika Pedoman

Pedoman ini terdiri dari 5 (lima) bab, yaitu:

Bab I PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang pedoman, tujuan dan
sasaran pedoman, manfaat pedoman, kedudukan
pedoman, dan sistematika pedoman.

Bab II KETENTUAN UMUM


Bab ini memuat pengertian umum yang digunakan dalam
pedoman ini.

1/17/2006 - 7:33 PM - BAB 1 final I-5


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur

Bab III PEMANFAATAN RUANG DI KAWASAN BENCANA


BANJIR
Bab ini memuat kajian umum rencana tata ruang
Jabodetabek-Punjur, pemanfaatan ruang di kawasan
Jabodetabek-Punjur, serta permasalahan di kawasan
Jabodetabek-Punjur.

Bab IV PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DI


KAWASAN BENCANA BANJIR
Bab ini memuat ruang lingkup pendekatan pengendalian
pemanfaatan ruang kawasan bencana banjir di
Jabodetabek-Punjur, variabel pedoman pengendalian
pemanfaatan ruang kawasan bencana banjir di
Jabodetabek-Punjur, matriks arahan pengendalian
pemanfaatan ruang kawasan bencana banjir di
Jabodetabek-Punjur, serta rekayasa teknis pengendalian
pemanfaatan ruang.

Bab V KELEMBAGAAN DAN PERIJINAN DALAM


PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DI
KAWASAN BENCANA BANJIR
Bab ini memuat kelembagaan, pelibatan masyarakat,
perijinan, dan pembinaan dalam pengendalian
pemanfaatan ruang di wilayah Jabodetabek-Punjur.

1/17/2006 - 7:33 PM - BAB 1 final I-6


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur

B
BAABB 2
K
KEETTEEN
NTTU
UAAN
NUUM
MUUM
M

Pedoman adalah acuan yang bersifat umum yang harus


dijabarkan lebih lanjut dan dapat disesuaikan dengan
karakteristik dan kemampuan Daerah setempat.

Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat


daerah otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah.

Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan,


dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia
dan mahluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta
memelihara kelangsungan hidupnya.

Tata Ruang adalah wujud dari struktur dan pola pemanfaatan


ruang, baik direncanakan maupun tidak direncanakan.

Penataan Ruang adalah proses perencanaan tata ruang,


pemanfaatan ruang, dan pengendalian ruang.

Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan struktur dan


pola pemanfaatan ruang. Adapun yang dimaksud dengan struktur
pemanfaatan ruang adalah susunan unsur-unsur pembentuk
lingkungan secara hirarkis dan saling berhubungan satu dengan
lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan pola pemanfaatan
ruang adalah tata guna tanah, air, udara, dan sumber daya alam
lainnya dalam wujud penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan
tanah, air, udara, dan sumber daya alam lainnya.

Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis


beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya
ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek
fungsional.

1/17/2006 - 7:34 PM - BAB 2 final II - 1


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur
Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung atau
budidaya.

Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan


fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang
mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.

Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan


fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi
sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya
buatan.

Pesisir adalah dataran rendah yang elevasi muka tanahnya lebih


rendah atau sama dengan elevasi air laut pasang rata-rata (mean
sea level/msl) dan menjadi tempat bermuara sungai-sungai.
Batuan penyusunnya adalah batuan api kwarter yang lebih muda
dari kawasan perbukitan, juga berupa endapan aluvial sungai.
Penggunaan lahannya untuk hutan konservasi, kawasan lindung,
sawah, tambakan, industri setempat, rawa-rawa, muara sungai,
pematang pantai, dan delta.

Dataran adalah kawasan yang mempunyai kelerengan kurang


dari 5%, elevasi antara 0 – 75 m di atas permukaan air laut (dpl)
dengan torehan alur sungai membentuk lembah dangkal tapi
lebar. Penggunaan lahan terdiri dari permukiman, sawah,
perkebunan/pertanian, dan industri.

Perbukitan adalah kawasan yang mempunyai kelerengan antara


5% atau lebih, pada ketinggian 75 m di atas permukaan air laut
(dpl) atau lebih, serta mempunyai ciri khas torehan/gerusan alur
sungai dengan membentuk lembah-lembah sungai dalam dan
lebar. Lahan penyusunnya terdiri dari batuan gunung api kwarter.
Penggunaan lahannya berupa hutan campuran, tegalan,
penambangan dan permukiman setempat.

Zona adalah kawasan dengan peruntukan khusus yang memiliki


potensi atau permasalahan yang mendesak untuk ditangani
dalam mewujudkan tujuan perencanaan dan pengembangan
kawasan.

1/17/2006 - 7:34 PM - BAB 2 final II - 2


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur

Area adalah bagian (sub-sistem) dari kawasan fungsional.

Tipologi Kawasan adalah penggolongan kawasan sesuai


karakter dan kualitas kawasan, lingkungan, pemanfaatan ruang,
penyediaan prasarana dan sarana lingkungan, yang terdiri dari
kawasan mantap, dinamis, dan peralihan.

Bencana Alam adalah fenomena atau proses alamiah (yang


sering dipengaruhi oleh aktivitas manusia) yang mengakibatkan
terjadinya korban jiwa atau kerugian pada manusia.

Kawasan Rawan Bencana Alam adalah kawasan yang sering


atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam.

Banjir adalah aliran air di permukaan tanah (surface water) yang


relatif tinggi dan tidak dapat ditampung oleh saluran drainase
atau sungai, sehingga melimpah ke kanan dan kiri serta
menimbulkan genangan/aliran dalam jumlah melebihi normal dan
mengakibatkan kerugian pada manusia.

Daerah Rawan Banjir adalah kawasan yang potensial untuk


dilanda banjir yang diindikasikan dengan frekuensi terjadinya
banjir (pernah atau berulangkali).

Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan


pengaliran air mulai dari mata air sampai muara, dengan dibatasi
garis sempadan di kanan-kirinya, sepanjang pengalirannya.

Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat


dibangunnya bangunan sungai, dalam hal ini bangunan
bendungan, dan terbentuk pelebaran alur/badan/palung sungai.

Situ adalah suatu wadah genangan air di atas permukaan tanah


yang terbentuk secara alamiah dan atau buatan yang airnya
berasal dari air tanah dan atau air permukaan sebagai bagian dari
siklus hidrologi, dan merupakan salah satu bagian yang juga
berperan potensial sebagai kawasan lindung.

1/17/2006 - 7:34 PM - BAB 2 final II - 3


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur
Wilayah Sungai (WS) adalah kesatuan wilayah tata pengairan
sebagai pengembangan satu atau lebih daerah pengaliran sungai.

Daerah Pengaliran Sungai (DPS) adalah kesatuan wilayah


tata air yang terbentuk secara alamiah, dimana air meresap
dan/atau mengalir ke permukaan tanah melalui sungai, anak-
anak sungai dalam wilayah tersebut.

Daerah Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri


kanan saluran/sungai termasuk sungai buatan/kanal/saluran
irigasi primer, yang berperan dalam mempertahankan kelestarian
fungsi sungai.

Daerah Manfaat Sungai adalah mata air, palung sungai daerah


sempadan yang telah dibebaskan.

Daerah Penguasaan Sungai adalah dataran banjir, daerah


retensi, bantaran atau daerah sempadan yang telah dibebaskan.

Bantaran Sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang


palung sungai dihitung dari tepi sungai sampai dengan kaki
tanggul sebelah dalam.

Peran Serta Masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat


yang timbul atas kehendak dan keinginan sendiri di tengah
masyarakat, untuk berminat dan bergerak dalam
penyelenggaraan tata ruang.

Air adalah semua air yang terdapat di dalam dan atau berasal
dari sumber-sumber air, baik yang terdapat di atas maupun di
bawah permukaan tanah, tidak termasuk air yang terdapat di
laut.

Sumber-sumber Air adalah tempat-tempat dan wadah-wadah


air, baik yang terdapat di atas maupun di bawah permukaan
tanah.

Pendayagunaan Sumber Daya Air adalah semua upaya untuk


mewujudkan kemanfaatan sumber daya air secara berdaya guna,

1/17/2006 - 7:34 PM - BAB 2 final II - 4


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur
berhasil guna, dan berkelanjutan, untuk kepentingan manusia
dan mahluk hidup lainnya yang meliputi kegiatan peruntukan,
pengembangan, pemanfaatan dan pengusahaan dari air, sumber-
sumber air dan prasarana pengairan.

Pengelolaan Sumber Daya Air adalah semua upaya untuk


merencanakan, melaksanakan, menyelenggarakan,
mengendalikan, menggunakan, mengeksploitasi, memelihara,
dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi, pendayagunaan
dan pengendalian daya rusak air serta mewujudkan
ketersediaannya di setiap waktu, pada lokasi yang diperlukan,
dengan jumlah yang memadai, dengan mutu yang memenuhi
syarat, dan memberikan manfaat pada masyarakat.

Konservasi Sumber Daya Air adalah semua upaya untuk


mengawetkan, melindungi, mengamankan, mempertahankan,
melestarikan, dan memberlanjukan keberadaan sumber daya air
yang serasi, seimbang, selaras dan berguna sepanjang masa.

Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah angka perbandingan


jumlah luas lantai dasar terhadap luas tanah perpetakan yang
sesuai dengan rencana kota.

Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah angka perbandingan


jumlah luas seluruh lantai terhadap luas tanah perpetakan yang
sesuai dengan rencana kota.

Izin Lokasi adalah izin yang diberikan kepada perorangan atau


Badan Hukum/perusahaan untuk memperoleh tanah yang
diperlukan dalam rangka penanaman modal yang berlaku pula
sebagai izin pemindahan hak atas tanah dan untuk menggunakan
tanah sesuai dengan tata ruang wilayah.

Prasarana dan Sarana adalah bangunan fisik yang terkait


dengan kepentingan umum dan keselamatan umum seperti:
prasarana dan sarana perhubungan, prasana dan sarana sumber
daya air, prasarana dan sarana permukiman, serta prasarana dan
sarana lainnya.

1/17/2006 - 7:34 PM - BAB 2 final II - 5


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur

B
BAABB 3
P
PEEM
MA AN
NFFA
AA ATTA
ANNRRUUAANNGG
D
DII K
KAAW
WA ASSAANNB NC
BEEN CAANNA
ABBA
ANNJJIIR
R

Pemanfaatan ruang di dalam suatu kawasan atau wilayah


dilakukan dan dilaksanakan dengan mengacu kepada rencana
tata ruang. Rencana Tata Ruang pada hakekatnya menjadi
arahan pemanfaatan ruang yang mengupayakan terwujudnya
keserasian dan keselarasan pemanfaatan ruang untuk kawasan
lindung dan budidaya.

Pemanfaatan ruang yang senantiasa memperhatikan dan


mengacu kepada rencana tata ruang dengan sendirinya akan
dapat mewujudkan kelestarian lingkungan. Dengan demikian
Rencana Tata Ruang juga berfungsi sebagai pengendalian
pemanfaatan ruang agar supaya senantiasa mengindahkan
aspek-aspek keselarasan dan kelestarian lingkungan hidup.

Tidak konsistennya pemanfaatan ruang yang dilakukan; baik oleh


pemerintah maupun masyarakat dalam arti luas; dalam bentuk
konversi lahan yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang
menjadi faktor utama penyebab bencana banjir pada musim
hujan dan kekeringan pada musim kemarau.

Dalam bagian ini akan diuraikan perihal konsistensi Rencana Tata


Ruang dan pemanfaatan ruang yang meliputi alokasi rencana dan
pemanfaatan ruang kawasan lindung dan budidaya serta rencana
dan implementasi pembangunan sarana dan prasarana wilayah.

3.1 Rencana Tata Ruang Jabodetabek-Punjur (2010)

Berdasarkan PP no. 47 tahun 1997, Kawasan Jabodetabek dan


Bopunjur telah ditetapkan sebagai Kawasan Tertentu dan
Kawasan Andalan.

1/17/2006 - 7:35 PM - BAB 3 final III - 1


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur
Fungsi ruang Kawasan Jabodetabek dan Bopunjur dalam Tata
Ruang Wilayah Nasional adalah :
9 Sebagai pusat kegiatan nasional dan wilayah pelayanan
untuk mendukung fungsi pemerintahan dan ekonomi
nasional;
9 Dikembangkan sebagai Kawasan Tertentu dengan fungsi-
fungsi di atas;
9 Sebagai satu kesatuan ekologis DAS yang mencakup ekologi
pegunungan sampai pada ekologi pantai/pesisir.

3.1.1 Kawasan Jabodetabek

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta tahun 2010


(Perda DKI Jakarta no. 6/1999 tentang RTRW DKI Jakarta)
disebutkan bahwa pembangunan Kota Jakarta diarahkan dengan
visi mewujudkan Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik
Indonesia yang sejajar dengan kota-kota besar negara maju,
dihuni oleh masyarakat yang sejahtera dan berbudaya dalam
lingkungan kehidupan yang berkelanjutan.

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka arahan penataan


ruang wilayah akan ditujukan untuk melaksanakan 3 (tiga) misi
utama :
a. membangun Jakarta yang berbasis pada masyarakat;
b. mengembangkan lingkungan kehidupan perkotaan yang
berkelanjutan;
c. mengembangkan Jakarta sebagai kota jasa skala nasional
dan internasional.

Kebijakan pengembangan tata ruang Kota Jakarta adalah :


a. memantapkan fungsi Kota Jakarta sebagai kota jasa skala
nasional dan internasional;
b. memproritaskan arah pengembangan kota ke arah koridor
timur, barat, utara dan membatasi pengembangan ke arah
selatan agar tercapai keseimbangan ekosistem;
c. melestarikan fungsi dan keserasian lingkungan hidup di
dalam penataan ruang dengan mengoptimalkan daya dukung
dan daya tampung lingkungan hidup;

1/17/2006 - 7:35 PM - BAB 3 final III - 2


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur
d. mengembangkan sistem prasarana dan sarana kota yang
berintegrasi dengan sistem regional, nasional dan
internasional.

Sementara itu, berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Jawa


Barat tahun 2010, Bodebek diarahkan menjadi kawasan unggulan
industri manufaktur, pariwisata dan jasa yang mempunyai
keterkaitan dengan sumber daya lokal, berdaya saing,
berorientasi ekspor dan ramah lingkungan , dengan tujuan :
a. Meningkatkan daya saing kegiatan industri dan peluang pasar
global;
b. Mempertahankan kawasan lindung serta situ-situ yang
berfungsi sebagai resapan air (tengah dan selatan);
c. Mengendalikan dan mengefektifkan pembangunan Bodebek
sebagai kawasan perkotaan dan industri yang ramah
lingkungan;
d. Menata kembali penyediaan infrastruktur wilayah dalam satu
kesatuan sistem.

3.1.2 Kawasan Bopunjur

Bopunjur dalam RTRW Jawa Barat 2010 diarahkan menjadi


kawasan unggulan agrobisnis dan agrowisata dengan
memberdayakan masyarakat setempat dan tetap
mempertahankan fungsi konservasi, dengan tujuan :
a. Meningkatkan potensi agribisnis sebagai komoditas andalan;
b. Meningkatkan potensi agrowisata sebagai komoditas
andalan;
c. Memberdayakan masyarakat setempat untuk menunjang
kegiatan agribisnis dan agrowisata;
d. Mempertahankan kawasan Bopunjur sebagai kawasan
konservasi, melalui reboisasi, rehabilitasi lahan kering dan
konservasi sumber daya alam.

Konsep penataan ruang Bopunjur diarahkan untuk menjamin


berlangsungnya konservasi air dan tanah di kawasan Bopunjur
dan menjamin tersedianya air tanah, air permukaan dan
penanggulangan banjir bagi kawasan Bopunjur dan daerah
hilirnya. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka Rencana Tata

1/17/2006 - 7:35 PM - BAB 3 final III - 3


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur
Ruang Kawasan Bopunjur berdasarkan Keppres no. 114/1999
(sampai dengan tahun 2014) mengarahkan sebagian besar
kawasannya untuk berfungsi sebagai daerah resapan yaitu seluas
83,88%, sedangkan kawasan yang berfungsi sebagai kawasan
perkotaan seluas 16,12% (lihat tabel III.1).

Tabel III.1
Rencana Pemanfaatan Lahan di Kawasan Bopunjur

No Jenis Penggunaan Luas Persentase


(Ha) (%)
1 Kawasan Perkotaan 19.500 16,12
2 Kawasan Lahan Basah/Sawah 18.600 15,37
3 Kawasan Hutan Lindung 19.475 16,10
4 Cagar Alam 550 0,45
5 Taman Nasional 3.500 2,89
6 Taman Wisata Alam 450 0,37
7 Kawasan Lainnya 59.020 48,70
Total 121.095 100,00
Sumber : RTR Kawasan Bopunjur
Keterangan : Kawasan lainnya adalah perkebunan, pertanian lahan
kering, tegalan, dll

Untuk dapat menjamin terwujudnya fungsi konservasi tersebut,


konsep penataan ruang Bopunjur juga merumuskan pokok-pokok
pengendalian kawasan Bopunjur melalui kegiatan pengawasan
pembangunan meliputi kegiatan pemantauan, penelitian,
pelaporan, dan evaluasi secara rutin

3.1.3 Kawasan Banten

Pada Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Banten 2001-2016,


disebutkan bahwa visi Propinsi Banten 2020 adalah “Propinsi
Pelabuhan terkemuka di Indonesia tahun 2020 didukung
Masyarakat Madani yang Relijius”. Sedangkan misi Propinsi
Banten adalah :
1. membangun pelabuhan-pelabuhan di seluruh wilayah
Propinsi Banten sebagai pusat perniagaan dan pusat
pertumbuhan ekonomi;

1/17/2006 - 7:35 PM - BAB 3 final III - 4


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur
2. merealisasikan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat
untuk membangun masyarakat Banten menjadi masyarakat
madani yang relijius dan sejahtera;
3. menjalin hubungan antara UMARO, ULAMA, masyarakat dan
pelaku pembangunan lainnya secara harmonis melalui
kemitraan yang sinergis untuk mencapai keunggulan
komparatif dan keunggulan kompetitif;
4. membangun potensi seluruh wilayah Banten yang
berkeadilan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan
tanpa merusak sumber daya alam dan lingkungan;
5. mewujudkan aparatur pemerintah yang profesional dan
kemampuan manajerial pemerintahan yang tangguh serta
berdedikasi tinggi dalam rangka memberikan pelayanan
secara prima kepada masyarakat.

Arah kebijakan pembangunan daerah di Propinsi Banten adalah :


1. pembangunan dan peningkatan kapasitas, fungsi, dan
pelayanan pelabuhan-pelabuhan di seluruh wilayah Banten
agar dapat menjadi pusat perniagaan;
2. peningkatan kualitas sumber daya manusia dan
pemberdayaan masyarakat untuk membangun masyarakat
madani yang relijius;
3. percepatan pemulihan perekonomian daerah melalui
pemberdayaan ekonomi rakyat dan kemitraan sinergis
seluruh komponen pelaku pembangunan;
4. pembangunan sektor unggulan atau core business, meliputi
agribisnis dan agro industri (pertanian, perikanan,
peternakan, perkebunan), industri, pariwisata, serta jasa dan
perdagangan (termasuk sektor informal) di setiap daerah;
5. pembangunan sarana dan prasarana dasar;
6. peningkatan kinerja aparatur pemerintah dan kerja sama
antar Kabupaten/Kota;
7. pembangunan politik dan sistem keamanan daerah serta
penegakan supremasi hukum;
8. pemasyarakatan dan peningkatan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi;
9. pembangunan sistem manajemen informasi daerah dan
sistem jaringan kerja sama.

1/17/2006 - 7:35 PM - BAB 3 final III - 5


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur
3.2 Pemanfaatan Ruang di Kawasan Jabodetabek-
Punjur
3.2.1 Kawasan Jabodetabek

Berdasarkan analisis daya dukung lingkungan dan potensi


pengembangan wilayah Jabodetabek, pola pemanfaatan ruang
kawasan tahun 2015 yang tertuang dalam Rakeppres Jabotabek
2015 terbagi atas 7 (tujuh) zona pemanfaatan dengan kriteria
sebagaimana dapat dilihat pada tabel III.2

Tabel III.2
Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Jabotabek

Kode Nama Luas Zona Arahan


Zona Zoning (Ha)
(N1) Lindung 29.261,20 a. Tidak diperkenankan bagi kegiatan budidaya
(4,32%) b. Difungsikan sebagai kawasan pengamanan elemen-
elemen geografi dan ekosistem
c. Kegiatan budidaya yang telah terlanjur, dalam jangka
panjang harus dikeluarkan dari zona ini
d. Hutan lindung
e. Hutan wisata
f. Hutan riset
g. Hutan suaka margasatwa
h. Taman nasional laut
(N2) Suaka 18.025,25 a. Tidak diperkenankan bagi kegiatan budidaya
alam/ b. Hutan sempadan sungai, danau, laut, dan lereng terjal
Budaya/ c. Hutan perlindungan badan air
Sejarah d. Pertanian terbatas tanaman keras (tahunan) dengan jenis
(2,66%) komoditi yang sesuai dengan fungsi pengaman
e. Kawasan preservasi dan konservasi
B-1 Budidaya–1 132.886,30 a. Perumahan hunian padat (perkotaan)
(19,64%) b. Perdagangan dan jasa
c. Industri ringan non polutan dan berorientasi pasar
B-2 Budidaya–2 102.513,50 a. Perumahan hunian rendah (perdesaan)
(15,15%) b. Pertanian/ladang
c. Industri berorientasi tenaga kerja
B-3 Budidaya–3 41.370,60 a. Perumahan hunian rendah
(6,11%) b. Pertanian/ladang
B-4 Budidaya–4 283.242,10 a. Perumahan hunian rendah
(41,85%) b. Pertanian lahan basah/kering
c. Perkebunan, perikanan, peternakan, agroindustri
B-5 Budidaya–5 69.480,50 a. Pertanian lahan basah (irigasi teknis)
(10,27%)
Sumber : Rancangan Keppres Rencana Tata Ruang Kawasan Jabotabek, 2001

1/17/2006 - 7:35 PM - BAB 3 final III - 6


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur
Dari hasil pengamatan diperoleh fakta-fakta yang menunjukkan
adanya perubahan penggunaan lahan yang cukup signifikan pada
penggunaan lahan untuk permukiman pada tahun 1992 dan 2001
(lihat Tabel III.3)

1/17/2006 - 7:35 PM - BAB 3 final III - 7


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banjir di Wilayah Jabodetabek-Punjur

Tabel III.3
Perubahan Lahan Jabodetabek 1992-2001 – Rakeppres

No Penggunaan lahan Satelit TM th1992 **) Satelit TM th 2001 **) Arahan *) Pemanfaatan Penyimpangan (1992) Penyimpangan (2001)
Ruang Rakeppres terhadap Rakeppres terhadap Rakeppres
(Ha) (%) (Ha) (%) (Ha) (%) (Ha) (%) (Ha) (%)
1 N1 Kawasan Lindung 171,397.01 23.94 55,532.22 7.76 69,372.15 9.22 102,024.87 147.07 -13,839.92 -19.95
2 N2 Danau, Laut, Kawasan Preservasi 52,746.64 7.37 63,696.27 8.90 36,743.30 4.88 16,003.33 43.55 26,952.96 73.35
& Konservasi, difungsikan sebagai
kawasan pengaman elemen-
elemen geografi & ekosistem
3 B1 Perumahan hunian padat, pusat 44,471.77 6.21 91,126.11 12.73 149,682.30 19.89 -105,210.53 -70.29 -58,556.19 -39.12
perdagangan dan jasa, industri
ringan non polutn, prasarana dan
sarana memadai
4 B2 Perumahan hunian rendah 176,614.65 24.67 183,534.75 25.64 102,513.50 13.62 74,101.15 72.28 81,021.25 79.03
(perdesaan), pertanian/ladang,
industri berorientasi tenaga kerja
5 B3 Perumahan terbatas, pertanian 23,263.66 3.25 27,592.67 3.85 41,370.60 5.50 -18,106.94 -43.77 -13,777.93 -33.30
6 B4 Perumahan hunian rendah, 143,152.75 20.00 190,242.04 26.58 283,242.10 37.64 -140,089.35 -49.46 -93,000.06 -32.83
pertanian lahan basah/kering,
perikanan, peternakan, agroindustri,
hutan produksi
7 B5 Kawasan yang mempunyai jaringan 104,186.43 14.55 104,108.85 14.54 69,480.50 9.23 34,705.93 49.95 34,628.35 49.84
irigasi teknis, pertanian lahan basah
715,832.91 100.0 715,832.91 100.0 752,404.45 100.0
*) Luas Jabodetabek termasuk Wilayah Bopunjur yang berada di Jabodetabek
**) Luas tidak termasuk Kepulauan Seribu

1/17/2006 - 7:35 PM - BAB 3 final III - 8


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur
3.2.2 Kawasan Bopunjur

Pemanfaatan ruang dalam kawasan Bopunjur, menunjukkan


adanya konversi lahan yang cukup signifikan, dimana
pemanfaatan lahan tidak bisa secara utuh memenuhi rencana
tata ruang yang tercantum dalam perencanaan ruang yang
tercantum dalam Keppres no. 114/1999 di Kawasan Bopunjur.

Tabel III.4
Penggunaan Lahan Tahun 1993, 1997 dan Akhir Tahun
Perencanaan Keppres no. 114/1999 di Kawasan Bopunjur

No Jenis Tahun 1993 Tahun 1997 Keppres


Penggunaan 114/1999
(Ha) % (Ha) % (Ha) %
1 Kawasan Perkotaan 16.985 14,03 20.500 16,93 19.500 16,12
2 Kawasan Lahan 20.448 16,89 18.500 15,28 18.600 15,37
Basah / Sawah
3 Kawasan Hutan 12.308 10,16 15.000 12,39 19.475 16,10
Lindung
4 Cagar Alam 550 0,45 550 0,45 550 0,45
5 Taman Nasional 3.500 2,89 3.500 2,89 3.500 2,89
6 Taman Wisata Alam 450 0,37 450 0,37 450 0,37
7 Kawasan Lainnya 66.854 55,21 62.595 51,69 59.020 48,70
Total 121.095 100 121.095 100 121.095 100
Sumber :
- Strategi Pengembangan Kawasan Bopunjur dan sekitarnya, 1996/1997
- Peta Penggunaan Tanah, 1997
- Lampiran Keppres no. 114/1999

3.2.3 Kawasan Banten

Berdasarkan hasil analisis (2001), kawasan yang ditetapkan


berfungsi lindung di Propinsi Banten adalah seluas 709.674 ha
atau sekitar 16% dari luas wilayah propinsi. Pada tabel III.5
terlihat bahwa kawasan perlindungan setempat dan kawasan
rawan bencana merupakan sub kawasan lindung yang paling

1/17/2006 - 7:35 PM - BAB 3 final III - 9


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur
besar. Sedangkan pada kawasan budidaya, dominasi terbesar
adalah kawasan pertanian, khususnya pada sub kawasan
pertanian lahan basah dan lahan kering, dengan luas total ± 60%
dari luas wilayah propinsi.

Tabel III.5
Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya
di Propinsi Banten

NO JENIS KAWASAN LUAS %


(ha)
A KAWASAN LINDUNG 1.774.185 40
1 Kawasan yang tidak dapat 709.674 13,00
dibudidayakan
a. Kawasan hutan lindung 240.402 5,42
b. Kawasan resapan air 260.805 5,88
c. Kawasan suaka alam 208.467 4,70
2 Kawasan yang dapat dibudidayakan 1.064.510 24
dengan persyaratan tertentu
Kawasan perlindungan setempat dan kawasan 1.064.510 24
rawan bencana
B KAWASAN BUDIDAYA 2.661.277 60
1 Pertanian basah 1.197.575 27
2 Pertanian lahan kering 1.064.510 24
3 Perkotaan 399.191 9
JUMLAH 4.435.461 100
Sumber : Hasil Analisis, 2001

3.3 Permasalahan di Kawasan Jabodetabek-Punjur

Salah satu permasalahan yang menjadi pemicu terjadinya


peningkatan masalah banjir di kawasan ini adalah adanya
pemanfaatan ruang yang didominasi oleh bangunan dengan
merambah pada ruang terbuka hijau. Hasil penelitian Zain (2002)
dengan menggunakan data Citra Landsat tahun 1972, 1983, 1991
dan 1997 menunjukkan bahwa tingginya urbanisasi di

1/17/2006 - 7:35 PM - BAB 3 final III - 10


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur
Jabodetabek menyebabkan pertumbuhan bangunan yang pesat
(gbr. 3.1), yang diikuti dengan penurunan ruang terbuka hijau di
kawasan ini (gbr. 3.2).

Gambar 3.1
Pertumbuhan Rasio Penutupan Lahan oleh Bangunan
di Jabodetabek berdasarkan Analisis Citra Landsat
1972, 1983, 1991 dan 1997

Rasio
50
40
30 y = 0.5411x - 1050.5
(% )

20
10
0
1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000
Tahun
Sumber : Hasil analisis (Zain, 2002)

Keterangan :
Kondisi eksisting penutupan lahan oleh bangunan
Garis model peningkatan penutupan lahan oleh bangunan

1/17/2006 - 7:35 PM - BAB 3 final III - 11


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur

Gambar 3.2
Penurunan Rasio Penutupan Lahan oleh
Ruang Terbuka Hijau di Jabodetabek
berdasarkan Analisis Citra Landsat
1972, 1983, 1991 dan 1997

Rasio (%)

100
80
( )

60 y = -0.8842x + 1822.8
40
p

20
0
1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000

Tahun

Sumber : Hasil analisis (Zain, 2002)

Keterangan :
Kondisi eksisting penutupan lahan oleh bangunan
Garis model penurunan penutupan lahan oleh bangunan

3.3.1 Kondisi Sarana dan Prasarana

Di kawasan Jabodetabek-Punjur, kondisi sarana prasarana yang


berpengaruh langsung pada pemanfaatan ruang di kawasan
bencana banjir, adalah sebagai berikut :
a. System drainase di seluruh kawasan Jabodetabek-Punjur
belum terpadu;
b. Masterplan drainase belum dimiliki oleh seluruh wilayah di
kawasan Jabodetabek-Punjur;

1/17/2006 - 7:35 PM - BAB 3 final III - 12


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur
c. Pembangunan drainase dilakukan secara terpisah dan tidak
mengacu pada masterplan yang ada;
d. Kondisi drainase yang ada belum memadai;
e. Kapasitas banjir kanal barat menurun;
f. Banjir kanal timur belum terbangun;
g. Pintu air yang ada tidak seluruhnya berfungsi dengan baik;
h. Pembangunan perumahan skala besar tidak dilengkapi
dengan sarana dan prasarana yang ramah lingkungan;
i. Jaringan irigasi yang tidak berfungsi menyebabkan terjadinya
alih fungsi lahan;
j. Kurangnya drainase dengan sistem polder di lokasi yang
memerlukan;
k. Sarana jalan di perkotaan tidak dilengkapi dengan drainase;
l. Kurangnya injection well dan sumur resapan sehingga run off
menjadi lebih tinggi.

3.3.2 Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS)

Wilayah DKI Jakarta dilewati 13 sungai besar dan kecil yang


keseluruhannya bermuara di Teluk Jakarta dan sebagian di
antaranya mempunyai hulu di daerah perbukitan di kawasan
Jabodetabek-Punjur. Kondisi DAS saat ini adalah sebagai berikut :
a. Master Plan pengendalian banjir DKI Jakarta tahun 1997
belum diimplementasikan;
b. Permukiman sepanjang sungai di kawasan perkotaan
terganggu dengan adanya pembangunan perumahan secara
ilegal;
c. Penggundulan hutan dan pembangunan daerah hulu yang
tidak terkendali;
d. Kurang terpeliharanya tempat parkir air alami seperti danau
dan situ sehingga daya tampung air menjadi berkurang.

1/17/2006 - 7:35 PM - BAB 3 final III - 13


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur

B
BAABB 4
P
PEEN
NGGEEN
NDDAALLIIA
ANNPPEEM
MAAN
NFFA
AAATTA
ANNRRU
UAAN
NGG
DII K
D KAAW
WAASSAANNB BEEN
NCCA
ANNA
ABBAAN
NJJIIR
R

Pemanfaatan ruang yang tidak mengindahkan Rencana Tata


Ruang pada gilirannya akan berpotensi menyebabkan terjadinya
kerusakan lingkungan. Untuk mengendalikan pemanfaatan ruang
yang telah menyimpang dari Rencana Tata Ruang yang telah
digariskan, maka perlu dilakukan berbagai upaya baik di kawasan
budidaya maupun di kawasan lindung, dengan menerapkan
norma dan standar ruang, pembangunan sarana/prasarana (baru
dan perbaikan), serta dengan mengembalikan habitat kepada
asalnya dengan penanaman vegetasi.

Di samping uoaya-upaya di atas, maka upaya lainnya adalah


dengan melakukan rekayasa teknis (pendekatan teknologi), baik
pada skala lingkungan perumahan maupun perkotaan.

Upaya-upaya pengendalian yang dilakukan dengan pendekatan


ekosistem tersebut tidak hanya dilakukan di kawasan pesisir yang
menjadi daerah bencana banjir, tetapi juga di daerah dataran dan
juga di daerah pegunungan dan perbukitan.

4.1 Ruang Lingkup Pendekatan Pengendalian


Pemanfaatan Ruang di Jabodetabek-Punjur

Pengendalian pemanfaatan tata ruang merupakan rangkaian


kegiatan pengelolaan tata ruang yang tercantum dalam UU No.
24/1992 tentang Penataan Ruang, yang melingkupi proses
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang. Pengendalian pemanfaatan tata ruang
merupakan suatu proses yang sangat penting dilakukan sebagai
sebuah proses evaluasi terhadap pelaksanaan sebuah
perencanaan tata ruang.

1/17/2006 - 7:35 PM - BAB 4 final IV - 1


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur
Pengendalian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan
penangulangan banjir di DKI Jakarta dan sekitarnya tidak dapat
dilakukan hanya di daerah bencana banjir, namun perlu dilakukan
secara menyeluruh dari kawasan perbukitan hingga kawasan
pesisir.

Dengan demikian, untuk mengendalikan pemanfaatan ruang


pada kawasan Jabodetabek-Punjur yang telah terbangun
diperlukan rekayasa teknis dan pendekatan kelembagaan serta
pelibatan masyarakat. Hal ini dilakukan untuk menghindari
inefesiensi pemanfaatan ruang yang telah ada.

Dalam lingkup wilayah Jabodetabek-Punjur, pemanfaatan tata


ruang yang melingkupi kawasan lindung dan kawasan budidaya
mengalami banyak pergeseran dari perencanaan yang telah
ditetapkan. Hal ini berakibat pada terjadinya dampak-dampak
lingkungan yang kurang baik, seperti meluasnya areal banjir yang
melanda wilayah Jabodetabek ketika faktor alami curah hujan
melebihi curahan normal.

Sebagai satu kesatuan wilayah yang secara ekologis saling


berhubungan, pergeseran pemanfaatan ruang dari rencana yang
telah ditetapkan pada suatu wilayah akan berkibat pada
menurunnya fungsi ekologis di wilayah lainnya. Sehingga dengan
demikian perlu dilakukan suatu kajian yang secara integral dapat
memberikan pedoman pada proses pengendalian pemanfaatan
tata ruang.

Penataan ruang dalam wilayah studi dibagi menjadi 2 kawasan


utama, yakni KAWASAN LINDUNG dan KAWASAN BUDIDAYA.
Khusus untuk kasus JABODETABEK-PUNJUR, pembuatan
pedoman pengendalian dilakukan dengan membagi wilayah ini
menjadi 3 (tiga) kawasan berdasarkan tipikal ekosistemnya,
yakni:
9 Kawasan Pesisir;
9 Kawasan Dataran;
9 Kawasan Berbukit dan bergunung.

1/17/2006 - 7:35 PM - BAB 4 final IV - 2


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur
Pembagian ketiga kawasan tersebut didasarkan pada metode
yang memanfaatkan tehnik Geographic Information System
(GIS), yakni suatu teknologi informasi yang digunakan untuk
menganalisis ruang.

Kerangka berpikir untuk pembagian kawasan yang dilakukan


dalam pembuatan Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Kawasan Bencana Banjir di Wilayah Jabodetabek-Punjur dapat
dilihat pada Gambar 4.1.

Penentuan kecamatan-kecamatan yang ada dalam kawasan


Jabodetabek-Punjur berdasarkan ketiga kawasan yang telah
disebutkan di atas (pesisir, dataran, dan berbukit/bergunung),
dilakukan dengan menggunakan teknik overlay GIS (lihat Gambar
4.2), yaitu suatu teknik yang mengintegrasikan informasi spasial
dari ketinggian (lihat Gambar 4.3), tipe geologi (lihat Gambar 4.4)
dan informasi spasial kecamatan. Pembagian kecamatan di
wilayah Jabodetabek-Punjur dapat dilihat pada Gambar 4.5.
Adapun pembagian kecamatan-kecamatan berdasarkan
pembagian geomorfologi tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.6
dan Lampiran VI.

1/17/2006 - 7:35 PM - BAB 4 final IV - 3


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur
Gambar 4.1
Kerangka Berpikir untuk Pembagian Kawasan dalam
Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Kawasan Pesisir

Kawasan
Lindung Kawasan Dataran

Kawasan Perbukitan

JABODETABEK-
PUNJUR
Kawasan Pesisir

Kawasan Kawasan Dataran


Budidaya

Kawasan Perbukitan

1/17/2006 - 7:35 PM - BAB 4 final IV - 4


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur
Gambar 4.2
Overlay dengan menggunakan Teknik GIS
untuk Pembagian Kawasan
dalam Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Inf. Ketinggian Landform:


Pesisir
Geology type Dataran
Perbukitan

Inf.
Kabupaten/kota

1/17/2006 - 7:35 PM - BAB 4 final IV - 5


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur
Gambar 4.3
Informasi Ketinggian Lahan yang digunakan dalam
Overlay dengan menggunakan Teknik GIS untuk
Pembagian Kawasan dalam Pedoman Pengendalian
Pemanfaatan Ruang

N
PETA KETINGGIAN
JABOTABEK W E

Kontur_pol.shp
0-25
100-200
1000-1100
1100-1200
1200-1300
1300-1400
1400-1500
1500-1600
1600-1700
1700-1800
1800-1900
1900-2000
200-300
2000-2100
2100-2200
2200-2300
2300-2400
2400-2500
25-50
2500-2600
300-400
400-500
50-100
500-600
600-700
700-800
30 0 30 60 Kilometers 800-900
900-1000

1/17/2006 - 7:35 PM - BAB 4 final IV - 6


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur
Gambar 4.4
Informasi Geologi yang digunakan dalam Overlay dengan
menggunakan Teknik GIS untuk Pembagian Kawasan
dalam Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang

PETA GEOLOGI N

JABOTABEK W E

Geologi
alluvium
miocene volcanic
miocene,batu gamping
miocene,sedimentary facies
old volcanic materials
pleicone,sedimentary facies
pleistocene volcanic facies
pleistocene,sedimentary facies
young volcanic materials

30 0 30 60 Kilometers

1/17/2006 - 7:35 PM - BAB 4 final IV - 7


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur
Gambar 4.5
Pembagian Kawasan dalam Pedoman Pengendalian
Pemanfaatan Ruang di Kawasan Jabodetabek
per-kecamatan (Teknik GIS)

1/17/2006 - 7:35 PM - BAB 4 final IV - 8


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur
Gambar 4.6
Pembagian Kawasan Pesisir, Dataran, dan Perbukitan di
Wilayah Jabodetabek

DKI
TANGGERANG
JAKARTA BEKASI

BOGOR

Zona :
Pesisir
Dataran

Perbukitan
10 0 10

Kilometer

1/17/2006 - 7:35 PM - BAB 4 final IV - 9


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur
4.2 Variabel Pedoman Pengendalian Pemanfaatan
Ruang di Wilayah Jabodetabek-Punjur

Pada keenam peubah kawasan seperti yang tercantum dalam


gambar 4.1, pedoman dibuat berdasarkan beberapa variabel
yang dinilai cukup siginifikan dalam mempengaruhi pola tata
ruang dalam kaitannya dengan kasus banjir di wilayah Jakarta.
Variabel-variabel yang digunakan dibuat berdasarkan karakteristik
existing land use di wilayah studi. Secara garis besar pembagian
fungsi lahan (land use) adalah:

Kawasan Lindung terdiri dari :


9 Resapan Air;
9 Daerah Aliran Sungai (DAS);
9 Danau;
9 Rawan Bencana;
9 Hutan Lindung;
9 Cagar Budaya;
9 Cagar Alam.

Kawasan Budidaya terdiri dari :


9 Permukiman;
9 Industri;
9 Perdagangan;
9 Persawahan;
9 Kebun Campuran/Perkebunan;
9 Tambak.

Adapun variabel yang digunakan dalam pedoman pengendalian


pemanfaatan ruang adalah :
ƒ Standar Ruang
Mencakup tata letak, struktur dan pola tata ruang.
ƒ Sarana & Prasarana
Mencakup konstruksi, drainase dan infrastruktur.
ƒ Vegetasi
Mencakup pemilihan alternatif vegetasi dan pengendalian
terhadap lahan tidur.

1/17/2006 - 7:35 PM - BAB 4 final IV - 10


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur
4.3 Matriks Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Kawasan Bencana Banjir di Wilayah Jabodetabek-
Punjur

Pedoman pengendalian pemanfaatan ruang kawasan bencana


banjir di wilayah Jabodetabek-Punjur dapat dilihat pada matriks
arahan pengendalian pemanfaatan ruang di bawah ini, sesuai
dengan variabel yang telah diuraikan pada sub bab di atas.

4.3.1 Matriks Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang


Kawasan Bencana Banjir (Kawasan Lindung)

Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Banjir dirumuskan


dari hasil analisis data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh pada waktu survei dan pengamatan lapang ke
beberapa sektor kegiatan yang sedang berlangsung dalam
kawasan yang berbeda pola bentang lahan, kesesuaian lahan,
peruntukan dan rona lingkungan pada umumnya. Data sekunder
berasal dari kajian pustaka, diskusi dengan para pakar penyusun
tata ruang, masukan dari rapat dan seminar tentang perencanaan
tata ruang. Analisis diarahkan pada fungsi pokok kawasan
lindung, sebagai kawasan konservasi, yang fungsinya memberi
perlindungan kepada sumber daya alam dan lingkungan, sebagai
salah satu unsur dalam sistem penyangga kehidupan, untuk
mengatur tata air, mengendalikan erosi, menjaga dan
meningkatkan kesuburan tanah dan mencegah banjir.

Dalam penyusunan pedoman pengendalian, telaahan difokuskan


pada aspek fungsi lahan (land-use) dengan memperhatikan
variabel-variabel yang menjadi ciri khas pemanfaatan kawasan
terkini, yakni : (i) Standard Ruang, (ii) Sarana & Prasarana, dan
(iii) Vegetasi. Sedangkan kawasan yang ditelaah dibagi menjadi
bagian-bagian berdasar fungsi ekosistemnya. Ekosistem
dimaksud adalah: Resapan Air, Daerah Aliran Sungai (DAS),
Danau, Rawan Bencana, Hutan Lindung, Cagar Budaya dan Cagar
Alam.

Matriks arahan pengendalian pemanfaatan ruang di Kawasan


Lindung dapat dilihat pada Tabel IV.1 – IV.3.

1/17/2006 - 7:35 PM - BAB 4 final IV - 11


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur
4.3.2 Matriks Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Kawasan Bencana Banjir (Kawasan Budidaya)

Sebagaimana halnya dengan Kawasan Lindung, variabel yang


memberikan karakteristik Kawasan Budidaya adalah juga: (i)
Standard Ruang, (ii) Sarana & Prasarana, dan (iii) Vegetasi.
Telaahan variabel-variabel tersebut didasarkan atas pembagian
kawasan menurut ekosistemnya. Ekosistem tersebut adalah:
Permukiman, Industri, Perdagangan, Persawahan, Kebun
Campuran/Perkebunan dan Tambak. Upaya-upaya pengendalian,
selain untuk tujuan konservasi sumber daya alam dan
lingkungan, juga dimaksudkan untuk mencegah terjadinya banjir
di sektor-sektor kawasan yang dimanfaatkan dengan rekayasa
teknis. Rekayasa teknis ini disusun berdasar kemampuan/daya
dukung teknis tanah, intensitas curah hujan, koefisien limpasan
air di permukaan tanah dan sistem pengendalian banjir dengan
sistem polder dan “bendung kendali aliran air sungai” serta
pengelolaan air limbah dan sampah, kestabilan lereng dan
bencana alam.

Untuk kawasan budidaya, pengendalian juga ditujukan untuk


pemantapan pelaksanaan/realisasi rencana tata ruang yang
“terpadu” dan pelaksanaan analisis mengenai dampak
lingkungan. Dengan melaksanakan sistem pengendalian yang
dirumuskan dalam pedoman maka upaya untuk menjaga
keserasian dan keseimbangan tata guna tanah, tata guna air, tata
guna sumber daya alam, termasuk di dalamnya aspek sosial
budaya dan kesehatan masyarakat, dapat terlaksana.

Matriks arahan pengendalian pemanfaatan ruang di Kawasan


Budidaya dapat dilihat pada Tabel IV.4 – IV.6.

4.4 Rekayasa Teknis

Rekayasa teknis adalah upaya-upaya secara teknis yang


dilakukan manusia untuk melindungi, memperbaiki serta
menggunakan sumber daya alam menurut prinsip-prinsip

1/17/2006 - 7:35 PM - BAB 4 final IV - 12


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur
ekonomi maupun sosial yang dapat memberikan keuntungan
yang maksimum dan lestari.

Dalam kaitannya dengan pengendalian pemanfaatan ruang


kawasan bencana banjir, rekayasa teknis yang dimaksud lebih
diarahkan pada upaya-upaya memasukkan air permukaan ke
dalam tanah dengan cara mempercepat aliran air permukaan
hingga dapat meresap ke dalam tanah yang memiliki kelulusan
air yang palimg optimal.

Rekayasa meresapkan air untuk air tanah dangkal dapat


dilakukan dengan dua cara yaitu :
1. Metode Konservasi Vegetatif
2. Metode Konservasi Non Vegetatif

Metode konservasi vegetatif dilakukan dengan cara


memanfaatkan media tanaman dan lubang-lubang cacing sebagai
upaya untuk meresapkan air tanah, sedangkan metode
konservasi non vegetatif dilakukan dengan cara mengatur aliran
air permukaan sehingga tidak terjadi perusakan tanah pada
musim basah dan terdapat cukup air pada musim kering.

Terdapat dua cara non vegetatif, yaitu dengan cara mekanis dan
cara kimiawi. Cara kimiawi tidak dianjurkan karena bahan kimia
yang dipakai mahal dan kemungkinan menambah polusi.
Sedangkan cara mekanis dianggap lebih cocok untuk konservasi
air tanah dangkal. Prinsip dasar cara mekanis adalah :
1. Menampung dan menyalurkan air permukaan ke dalam
lapisan pembawa air melalui bangunan tertentu.
2. Menghambat aliran air permukaan tanah ke dalam tanah
dengan membuat bangunan penghambat.
3. Mengatur penggunaan air tanah secara optimal.

Upaya-upaya rekayasa teknis dalam pedoman ini dimaksudkan


untuk memberikan solusi beberapa hal yang berkaitan dengan
pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan bencana banjir.
Uraian mengenai rekayasa teknis ini tetap berpedoman pada
pembagian wilayah menjadi tiga yaitu kawasan perbukitan,
dataran dan pesisir.

1/17/2006 - 7:35 PM - BAB 4 final IV - 13


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur

Di dalam uraian rekayasa teknis dijelaskan penggunaan lahannya,


penyebab banjir, solusi/alternatif penanganan, bentuk riil
kegiatan serta contoh acuan yang telah dibakukan dalam SNI
(Standar Nasional Indonesia) dalam kaitannya dengan rencana
kegiatan riil yang dapat dilakukan.

Uraian detil rekayasa teknis yang berkaitan dengan pengendalian


pemanfaatan ruang di kawasan bencana banjir disajikan secra
rinci pada tabel IV-7 berikut.

1/17/2006 - 7:35 PM - BAB 4 final IV - 14


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur

B
BAABB 5
K
KEELLEEM
MBBAAG
GAAA ANN DDAAN
N PPEER
RIIJJIIN
NAANN D
DAALLA
AMM
PEEN
P NGGEEN
NDDAALLIIA
ANN PPEEMMA
ANNFFA
AA ATTAANN R
RUUAAN
NGG
DII K
D KAAW
WAASSAANNB BEEN
NCCAAN
NAABBAANNJJIIRR
.

5.1 Kelembagaan

Pengendalian pemanfaatan ruang dalam rangka upaya


penanggulangan banjir DKI Jakarta dan sekitarnya dilakukan
dengan memperkuat kelembagaan di masing-masing tingkat
pemerintahan di kawasan Jabodetabek-Punjur, baik di tingkat
pemerintahan propinsi maupun pada tingkat pemerintah
Kabupaten/Kota.

Penguatan kelembagaan dilakukan dengan memberikan visi dan


misi serta tugas pokok lengkap dengan rincian tugasnya yang
jelas dan tanggung jawab lembaga di dalam pengendalian
pemanfaatan ruang, baik pada aspek pengawasan maupun
penertiban.

Di dalam aspek penertiban, perlu melibatkan multi instansi. Maka


penguatan kelembagaan dilakukan dengan memperkuat
kemampuan lembaga untuk melakukan koordinasi dengan
lembaga lain. Dalam kegiatan penertiban pemanfaatan ruang
yang telah menyimpang dari rencana tata ruang, maka lembaga
terkait harus melakukan operasi yang multikompleks.

Penguatan kelembagaan dalam pengawasan dilakukan pemberian


tugas dan tanggung jawab yang jelas dalam monitoring,
pemantauan, dan pembuatan laporan yang menerus.

Dalam rangka menunjang kegiatan rutin yang sangat penting ini,


maka pemerintah propinsi dan kabupaten/kota perlu
mengalokasikan dana rutin. Pemenuhan biaya dalam rangka
pengendalian pemanfaatan ruang pada dasarnya tidak menyalahi

1/18/2006 - 6:07 PM - BAB 5 final V-1


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur
aturan manapun, bahkan merupakan penunjang terhadap
kegiatan yang tercantum dalam UU no. 24/1992 tentang
Penataan Ruang.

Untuk itu, perlu dikaji kembali tugas pokok fungsi lembaga


pengelola penataan ruang, kemudian diangkat dan diperjelas
tugasnya berkaitan dengan kondisi lapangan di wilayah masing-
masing.

Peningkatan kemampuan sumber daya manusia selaku pelaksana


pengendalian pemanfaatan ruang perlu terus ditingkatkan, antara
lain melalui pelatihan, mengingat permasalahan pemanfaatan
ruang semakin kompleks dan sulit diatasi sehingga dapat
diperoleh hasil yang optimal.

5.2 Pelibatan Masyarakat

5.2.1 Umum

Sebagaimana dijelaskan dalam UU No. 24 tahun 1992 tentang


Penataan Ruang, bahwa penyelenggaraan penataan ruang
dilakukan oleh pemerintah dengan peran serta masyarakat. Peran
serta masyarakat merupakan hal yang sangat penting dalam
penataan ruang karena pada akhirnya hasil penataan ruang
adalah untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat, serta
untuk tercapainya tujuan penataan ruang yaitu terselenggaranya
pemanfatan ruang berwawasan lingkungan, terselenggaranya
pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan
budidaya, serta tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas.

Penataan ruang diselenggarakan oleh berbagai instansi


pemerintah dengan melibatkan masyarakat yang dilakukan secara
terkoordinasi. Masyarakat tersebut adalah masyarakat hukum
adat, masyarakat ulama, masyarakat intelektual yang dalam
pelaksanaannya harus dilakukan scara terkoordinasi, baik antara
instansi pemerintah maupun antara pemerintah dan masyarakat
sehingga kesenjangan penanganan ataupun penanganan yang
tumpang tindih dapat dihindari.

1/18/2006 - 6:07 PM - BAB 5 final V-2


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur

Dalam penyelenggaraan penataan ruang, pelaksanaan hak dan


kewajiban dan peran serta masyarakat sangat diperlukan untuk
memperbaiki mutu perencanaan, membantu terwujudnya
pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang telah
ditetapkan, serta mentaati keputusan-keputusan dalam rangka
penertiban pemanfaatan ruang.

Masyarakat sebagai mitra pemerintah diharapkan


mendayagunakan kemampuannya secara aktif sebagai sarana
untuk melaksanakan peran sertanya dan sebagai perwujudan dari
hak dan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang. Peran
serta masyarakat dapat dilakukan oleh orang seorang, kelompok
orang, dan badan hukum seperti Badan Usaha Milik Negara dan
badan usaha swasta.

Masyarakat yang makin maju menuntut keterlibatan yang lebih


besar dalam penyelenggaraan penataan ruang. Oleh karena itu
diharapkan pemerintah lebih memberikan peluang bagi seluruh
lapisan masyarakat untuk berperan serta dalam penataan ruang.
Masyarakat diharapkan tidak terlalu terkekang oleh peraturan
yang membatasi kegiatan orang seorang, kelompok orang, atau
badan hukum yang hendak berperan serta. Pemerintah
diharapkan dapat lebih mendorong masyarakat untuk berperan
serta dalam penataan ruang.

5.2.2 Hak dan Kewajiban Masyarakat dalam Penataan


Ruang

Dalam kegiatan penataan ruang, masyarakat mempunyai hak


sebagai berikut :
a. Berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang;
b. Mengetahui secara terbuka rencana tata ruang wilayah,
rencana tata ruang kawasan, melalui lokakarya dan
saresehan;
c. Menikmati manfaat ruang dan atau pertambahan niali ruang
sebagai akibat dari penataan ruang;

1/18/2006 - 6:07 PM - BAB 5 final V-3


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur
d. Memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang
dialaminya sebagai akibat pelaksanaan kegiatan
pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang.

Untuk mewujudkan hak masyarakat tersebut, maka Rencana Tata


Ruang diundangkan dan dimuat dalam :
a. Lembaran Negara, untuk Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional dan Kawasan Tertentu;
b. Lembaran Daerah Propinsi, untuk Rencana Tata Ruang
Wilayah Propinsi;
c. Lembaran Daerah Kabupaten, untuk Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten.

Sementara itu, kewajiban masyarakat dalam penataan ruang


adalah :
a. Menjaga, memelihara dan meningkatkan kualitas ruang lebih
ditekankan pada keikutsertaan masyarakat untuk lebih
mematuhi dan mentaati segala ketentuan normatif yang
ditetapkan dalam rencana tata ruang, dan mendorong
terwujudnya kualitas ruang yang lebih baik;
b. Berlaku tertib dalam keikutsertaannya pada proses
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan mentaati
rencana tata ruang yang telah ditetapkan.

5.2.3 Bentuk Peran Serta Masyarakat dalam


Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten

a. Pemanfaatan ruang daratan dan ruang udara berdasarkan


peraturan perundang-undangan, agama, adat atau kebiasaan
yang berlaku;
b. Bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan
wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang di kawasan
perkotaan dan perdesaan;
c. Penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan
rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
d. Konsolidasi pemanfaatan tanah, air, udara dan sumber daya
alam lainnya untuk tercapainya pemanfaatan ruang yang
berkualitas;

1/18/2006 - 6:07 PM - BAB 5 final V-4


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur
e. Perubahan atau konversi pemanfaatan ruang sesuai dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;
f. Pemberian masukan untuk penetapan lokasi pemanfaatan
ruang;
g. Kegiatan menjaga, memelihara, dan meningkatkan
kelestarian fungsi lingkungan.

5.2.4 Bentuk Peran Serta Masyarakat dalam


Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah
Kabupaten

a. Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang wilayah


Kabupaten, termasuk pemberian informasi atau laporan
pelaksanaan pemanfaatan ruang;
b. Bantuan pemikiran atau pertimbangan untuk penertiban
kegiatan pemanfaatan ruang dan peningkatan kualitas
pemanfaatan ruang.

5.2.5 Prosedur Peran Serta Masyarakat

Prosedur peran serta masyarakat untuk merealisasikan langkah-


langkah pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten dapat diuraikan
sebagai berikut :
a. Peran serta masyarakat pada tingkat Kabupaten dapat
berupa penyampaian data atau informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan, disampaikan kepada Bupati
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah
disosialisasikan dan diadaptasikan;
b. Pemberian masukan tersebut dapat dilakukan secara tertulis,
dan tembusannya disampaikan kepada Ketua DPRD atau
secara lisan yang dicatat dan dtuangkan dalam berita acara
yang dibuat oleh Bappeda Kabupaten;
c. Pemberian masukan tersebut dapat dilakukan melalui seluruh
media komunikasi yang tersedia;
d. Untuk menerima saran, pertimbangan, pendapat, tanggapan,
keberatan atau masukan dari masyarakat, informasi tentang
penentuan arah pengembangan, dibahas dalam forum
pertemuan yang lebih luas dengan melibatkan para pakar
dan tokoh masyarakat bersama Bupati yang dibantu oleh Tim

1/18/2006 - 6:07 PM - BAB 5 final V-5


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur
Koordinasi Penataan Ruang Daerah Kabupaten dan instansi
terkait;
e. Program pemanfaatan ruang yang disusun tidak boleh
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, agama maupun adat dan budaya setempat;
f. Apabila dengan mekanisme tersebut masih terjadi konflik
antar stakeholder dalam memanfaatkan ruang, maka
diupayakan cara-cara musyawarah, untuk tujuan akhir
kemaslahatan warga yang terkena dampak, tetapi dengan
tidak meninggalkan manfaat yang lebih luas.

5.3 Perijinan

5.3.1 Ijin Lokasi

Tata Cara Pengurusan Ijin Lokasi

a. Pemohon mengajukan permohonan Ijin Lokasi kepada Bupati


melalui Kantor Pertanahan/Kantor Agraria/Dinas
Pertanahan/Dinas Agraria Kabupaten sebagai Sekretariat;
b. Permohonan ijin lokasi harus dilampiri dengan :
o Informasi usaha;
o Jenis produk;
o Dampak usaha/kegiatan;
o Letak tanah yang dimaksud;
o Luas kebutuhan tanah;
o Jumlah karyawan;
o Jenis dan kebutuhan tenaga;
o Dan persyaratan lain yang ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah setempat.
c. Bupati atau pejabat yang ditunjuk untuk memimpin Rapat
Koordinasi dengan :
o Kantor Pertanahan / Kantor Agraria / Dinas Pertanahan /
Dinas Agraria;
o Bappeda;
o Instansi terkait;
o Camat;
o Lurah;

1/18/2006 - 6:07 PM - BAB 5 final V-6


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur
o Pemilik tanah;
o LSM;
o Pejabat lainnya.
d. Kantor Pertanahan/Kantor Agraria/Dinas Pertanahan/Dinas
Agraria Kabupaten melalui pengolahan data yang diajukan
oleh pemohon;
e. Dilakukan survey dan identifikasi lapangan untuk
mengadakan pengecekan:
o Dimana letak tanahnya;
o Siapa pemiliknya;
o Ukuran;
o Luasnya;
o Harga pasaran;
o Kualitas tanah;
o Status tanah;
o Adat istiadat;
o Budaya.
f. Apabila permohonan tersebut sesuai dengan RTRW
Kabupaten dan didukung data-data yang diperoleh dari
lapangan, dikeluarkan Surat Pernyataan Persetujuan Lokasi
(SPPL) dengan memperhatikan saran dan pertimbangan yang
disampaikan oleh msyarakat desa, kelirahan, dan kecamatan;
g. Atas dasar persetujuan lokasi tersebut pemohon membayar
retribusi yang besarnya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku;
h. Surat Keputusan Ijin Lokasi selesai, dapat diambil oleh
pemohon dengan menunjukkan tanda lunas membayar
retribusi;
i. Setelah pemohon memperoleh Ijin Lokasi, pelaksanaan
pembebasan tanahnya dilakukan dengan ketentuan-
ketentuan sebagai berikut :
o Luas tanah sampai 25 ha Æ 1 tahun;
o Luas tanah 25 – 50 ha Æ 2 tahun;
o Luas tanah > 50 ha Æ 3 tahun;
o Apabila dalam kurun waktu tersebut pembebasan
tanahnya belum selesai, diperpanjang 1 tahun dengan
ketentuan apabila pembebasannya telah mencapai 50%;

1/18/2006 - 6:07 PM - BAB 5 final V-7


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur
o Apabila sampai dengan batas waktu yang ditentukan
pembebasan tanahnya belum selesai, area tersebut
diberikan ke perusahaan lain yang berminat.

5.3.2. Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan


Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
(Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 ).

a. Pengadaan tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan


tanah dengan cara memberikan ganti kerugian kepada yang
berhak atas tanah tersebut.
b. Pelepasan atau penyerahan hak atas tanah adalah kegiatan
melepaskan hubungan hukum antara pemegang hak atas
tanah dengan tanah yang dikuasainya dengan memberikan
ganti kerugian atas dasar musyawarah.
c. Kepentingan umum adalah kepentingan seluruh lapisan
masyarakat.
d. Musyawarah adalah proses atau kegiatan saling mendengar
dengan sikap saling menerima pendapat dan keinginan yang
didasarkan atas kesukarelaan antara pihak pemegang hak
atas tanah dan pihak yang memerlukan tanah, untuk
memperoleh kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya
ganti kerugian.
e. Ganti kerugian adalah penggantian atas nilai tanah berikut
bangunan, tanaman dan atau benda-benda lain yang terkait
dengan tanah sebagai akibat pelepasan atau penyerahan hak
atas tanah.

5.3.3. Ijin Bangunan.

A. Ijin Mendirikan Bangunan.


1. Permohonan Ijin Bangunan
a. Permohonan ijin dapat diajukan oleh perorangan,
badan hukum, yayasan dan lain-lainnya, baik sendiri-
sendiri maupun kuasanya yang sah.
b. Permohonan ijin dilakukan secara tertulis dengan
mengisi formulir yang disediakan di bagian
pelayanan IMB.

1/18/2006 - 6:07 PM - BAB 5 final V-8


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur
c. Permohonan ijin untuk rumah tinggal perorangan
dilampiri dengan :
o Fotokopi KTP.
o Fotokopi kepemilikan tanah.
o Gambar rencana bangunan.
o Fotokopi tanda lunas PBB tahun terakhir.
o Syarat-syarat lain yang ditentukan oleh Bupati /
Walikota setempat.
d. Permohonan ijin untuk perumahan, perdagangan
dan lain-lain dilampiri dengan :
o Fotokopi KTP pemohon.
o Foto kopi tanda lunas PBB tahun terakhir.
o Fotokopi tanda bukti pemilikan tanah.
o Surat pernyataan ijin tetangga untuk bangunan
dua lantai.
o Ijin lokasi dan site plan.
o Gambar rencana bangunan
o Upaya pengelolaan lingkungan (AMDAL, UPL,
UKL, SPPL, PIL Banjir).
o Memperhatikan substansi Undang-undang
Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.
o Syarat-syarat lain yang ditentukan oleh Bupati /
Walikota setempat
e. Permohonan ijin yang lengkap persyaratannya
selanjutnya diproses oleh dinas tehnik, sedangkan
permohonan yang kurang lengkap dikembalikan
kepada pemohon untuk dilengkapi.

2. Putusan permohonan Ijin Mendirikan


Bangunan
a. Dinas teknik terkait mengambil keputusan
terhadap permohonan ijin dalam waktu 14 hari
kerja setelah permohonan diterima lengkap,
dan dapat diperpanjang selama 2 (dua) x 14 hari
kerja.
b. Pemohon membayar retribusi yang besarnya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Ijin dapat diambil oleh pemohon dengan
menunjukan telah lunas membayar retribusi.

1/18/2006 - 6:07 PM - BAB 5 final V-9


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur
3. Penolakan Ijin Mendirikan Bangunan
a. Penolakan ijin harus disertai dengan alasan-
alasan mengenai penolakan tersebut.
b. Permohonan ijin ditolak apabila :
1. Bertentangan dengan Undang-undang,
Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan
Daerah Kabupaten / Kota.
2. Bertentangan dengan rencana dan atau
perluasan kota.

4. Pencabutan Ijin Mendirikan Bangunan


Bupati / Walikota dapat mencabut ijin yang telah
diberikan apabila: :
a. Pemegang ijin menjadi tidak berkepentingan
lagi.
b. Dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah ijin
diberikan belum melakukan permulaan
pekerjaan.
c. Pekerjaan telah dihentikan selama 3 (tiga) bulan
dan ternyata tidak dilanjutkan.
d. Ijin yang telah diberikan ternyata berdasarkan
data-data yang tidak benar.
e. Pembangunan ternyata menyimpang dari
rencana yang telah disahkan.

B. Ijin Penggunaan Bangunan (IPB) atau Ijin Layak Huni


(ILH).

1. Permohonan Ijin Penggunaan Bangunan (IPB)


atau Ijin Layak Huni (ILH)
a. Permohonan ijin dapat diajukan oleh perorangan,
badan hukum, yayasan dan lain-lainnya, baik sendiri-
sendiri maupun kuasanya yang sah.
b. Permohonan ijin dilakukan secara tertulis dengan
mengisi formulir yang disediakan di bagian pelayanan
IPB/ILH
c. Permohonan ijin untuk rumah tinggal perorangan
dilampiri dengan :
o Foto kopi KTP.

1/18/2006 - 6:07 PM - BAB 5 final V - 10


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur
Fotokopi kepemilikan tanah.
o
Gambar rencana bangunan.
o
Fotokopi tanda lunas PBB tahun terakhir.
o
Fotokopi IMB.
o
Syarat-syarat lain yang ditentukan oleh Bupati /
o
Walikota setempat.
d. Permohonan ijin untuk perumahan, perdagangan
dan lain-lain dilampiri dengan :
o Fotokopi KTP pemohon.
o Fotokopi tanda lunas PBB tahun terakhir.
o Fotokopi tanda bukti pemilikan tanah.
o Surat pernyataan ijin tetangga untuk bangunan
dua lantai keatas.
o Ijin lokasi dan site plan.
o Gambar rencana bangunan
o Upaya pengelolaan lingkungan (AMDAL, UPL,
UKL, SPPL, PIL Banjir).
o Fotokopi IMB.
o Syarat-syarat lain yang ditentukan oleh Bupati /
Walikota setempat
e. Permohonan yang lengkap persyaratannya
selanjutnya diproses oleh dinas tehnik, sedangkan
permohonan yang kurang lengkap dikembalikan
kepada pemohon untuk dilengkapi.

2. Putusan permohonan Ijin Penggunaan


Bangunan/Ijin Layak Huni.
a. Dinas tehnik terkait mengambil keputusan terhadap
permohonan IPB atau ILH dalam waktu 14 hari kerja
setelah permohonan ijin diterima lengkap, dan dapat
diperpanjang selama 2 (dua) x 14 hari kerja.
b. Putusan IPB atau ILH dapat diambil oleh pemohon .

3. Penolakan Ijin Penggunaan Bangunan/Ijin Layak


Huni.
a. Penolakan IPB atau ILH harus disertai dengan
alasan-alasan mengenai penolakan tersebut.
b. Permohonan IPB atau ILH ditolak apabila :

1/18/2006 - 6:07 PM - BAB 5 final V - 11


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur
1. Bertentangan dengan Undang-undang,
Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah
Kabupaten / Kota.
2. Bertentangan dengan rencana dan atau
perluasan kota.

5.4 Pembinaan

1. Menteri melakukan pembinaan dan peningkatan kemampuan


aparat Pemerintah Daerah dalam rangka pengendalian
pemanfaatan ruang kawasan bencana banjir;
2. Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam angka 1. dapat
berupa :
a. Penetapan kebijaksanaan tentang perencanaan teknis
dan pengendalian pemanfaatan ruang;
b. Penetapan pedoman teknis;
c. Desiminasi dan sosialisasi kebijakan untuk meningkatkan
pelayanan aparat di daerah;
d. Bantuan teknis dan tenaga operasional.
3. Pelaksanaan pembinaan yang dilakukan Pemerintah Daerah
sesuai dengan kewenangannya meliputi :
a. Pemberian bantuan teknis dan tenaga profesional yang
dibutuhkan masyarakat;
b. Bimbingan dan pelatihan teknis kepada masyarakat;
c. Arahan dan supervisi;
d. Pengawasan terhadap dipenuhinya pedoman dan standar
teknis.
4. Peraturan Daerah
a. Pelaksanaan Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Kawasan Bencana Banjir di Daerah perlu dibuatkan
Peraturan Daerah (PERDA);
b. Dalam hal daerah belum mempunyai Peraturan Daerah
sebagaimana dimaksud dalam huruf a., maka
pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang di daerah
diberlakukan ketentuan-ketentuan dalam Pedoman ini;
c. Daerah yang telah mempunyai Peraturan Daerah tentang
Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Bencana
Banjir sebelum Pedoman ini diberlakukan, maka

1/18/2006 - 6:07 PM - BAB 5 final V - 12


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banji
r di Wilayah Jabodetabek-Punjur
Peraturan Daerah tersebut disesuaikan dengan
ketentuan-ketentuan dalam pedoman ini;
d. Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud dalam huruf
a., dapat menetapkan sanksi administrasi terhadap
pelanggaran ketentuan-ketentuan pengendalian
pemanfaatan ruang.

1/18/2006 - 6:07 PM - BAB 5 final V - 13


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banjir di Wilayah Jabodetabek-Punjur

Gambar 5.1
Prosedur Ijin Lokasi (PMNA/KBPN No. 2 Tahun 1999)

Kantor Pertanahan /
RTR KAB / KOTA
PMA Sekretariat
PEMOHON
UU NO. 11/1970
SURVEY
WALIKOTA IZIN LOKASI
IDENTIFIKASI
PEMBANGUNAN LAINNYA BUPATI (IL) LAPANGAN

PMDN Tanah mana


RAKOR TANPA MELALUI IL LUAS DAN WAKTU Milik siapa
1. Walikota/Bupati 1. Tanah sendiri Ukuran
UU NO. 12/1970 2. BPN
PEMBEBASAN Luas
2. Sudah dikuasai
3. Bappeda 1. sampai 25 Ha – 1 thn Harga pasar
3. Kawasan industri Penggunaan
4. Instansi terkait 4. Otorita 2. luas 25-50 Ha – 2 thn Kualitas
5. Camat/Lurah/Kades 5. Perluasan usaha 3. lebih 50 Ha – 3 thn Status tanah
Adat istiadat
6. Kurang 15 Ha – Ru Bila dalam kurun waktu tsb tidak Budaya
7. Kurang 1 Ha – Ur selesai. Data lain
8. Tanah pemegang saham Diperpanjang 1 thn bila pembebasan
9. Surat keterangan perolehan dan areal mencapai 50%
PEMOHON penggunaan tanah oleh Kepala BILA TIDAK BERHASIL AREAL TSB
INVESTOR Kantor Pertanahan setempat DIBERIKAN KE PERUSAHAAN LAIN
1. KTP pemohon YANG BERMINAT
2. Akte Pertanahan
3. Proposal
4. NPWP PEMOHON DAN SURAT PERNYATAAN
5. Peta/skets lokasi INSTANSI TERKAIT PERSETUJUAN LOKASI
6. Pernyataan bersedia
membebaskan/ganti rugi
tanah
7. Data persyaratan lain yg PENGIRIMAN SK IL MASYARAKAT
ditetapkan oleh Pemerintah DESA/KELURAHAN/KECAMATAN
Kab/Kota setempat

PENERTIBAN SK IL PROSES SK IL

1/18/2006 - 6:07 PM - BAB 5 final V - 14


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banjir di Wilayah Jabodetabek-Punjur

Gambar 5.2
Diagram Prosedur Pengurusan IMB di Kabupaten/Kota

RTRW
Kabupaten/
Lengkap Proses Kota
Rapat
Dinas Teknis Evaluasi
terkait Advis
PEMOHON
planning
Tidak Lengkap

Penelitian
Persyaratan

Memenuhi Ditolak &


Dikembalikan

Membayar
retribusi

IMB

1/18/2006 - 6:07 PM - BAB 5 final V - 15


Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bencana Banjir di Wilayah Jabodetabek-Punjur

1/18/2006 - 6:07 PM - BAB 5 final V - 16

Anda mungkin juga menyukai