Anda di halaman 1dari 21

Rismiyati Nurindarwati; “PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS UPAYA

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PENYUSUNAN ADMINISTRASI


PEMBELAJARAN”

INSTITUT AGAMA ISLAM IMAM GHOZALI (IAIIG) CILACAP


LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat)
Al-Muqkidz : Jurnal Kajian Keislaman
Jl. Kemerdekaan Barat No.17 Kesugihan-Cilacap || https://ejournal.iaiig.ac.id/index.php/amk
Issn SK no. : 0005.235/JI.3.2/SK.ISSN/2012.07 || 0005.27158462/JI.3.1/SK.ISSN/2020.01

PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS UPAYA PENINGKATAN


KEMAMPUAN GURU DALAM PENYUSUNAN ADMINISTRASI PEMBELAJARAN

Rismiyati Nurindarwati
Pengawas Sekolah Madya, Unit Kerja Kankemenag Kota Surakarta
d.a. Puri Malangjiwan Indah 3 No. 26. Colomadu Karanganyar.
email: rirismiharjo@gmail.com

Naskah Diterima Abstrak: Salah satu tugas Pengawas adalah melaksanakan


5 Desember 2019 supervisi di sekolah yang menjadi tanggung jawabnya.
Supervisi sama sekali bukan penilaian unjuk kerja guru.
Publis Artikel
16 Januari 2020
Apalagi bila tujuan utama penilaiannya semata-mata hanya
dalam arti sempit, yaitu mengkalkulasi kualitas keberadaan
guru dalam memenuhi kepentingan akreditasi guru belaka. Hal
ini sangat berbeda dengan konsep supervisi, secara konseptual,
supervisi adalah serangkaian kegiatan membantu guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses
pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran. Supervisi
merupakan upaya membantu guru-guru mengembangkan
kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran. Dengan
demikian, berarti, esensi supervisi itu sama sekali bukan
menilai kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran,
melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan
profesionalismenya.
Meskipun demikian, supervisi tidak bisa terlepas dari penilaian
unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran. Apabila di
atas dikatakan, bahwa supervisi merupakan serangkaian
kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya
mengelola proses pembelajaran, maka menilai unjuk kerja
guru dalam mengelola proses pembelajaran merupakan salah
satu kegiatan yang tidak bisa dihindarkan prosesnya.
Penilaian kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran
sebagai suatu proses pemberian estimasi mutu kerja guru
dalam mengelola proses pembelajaran, merupakan bagian
integral dari serangkaian kegiatan supervisi kunjungan kelas.
Agar supervisi dapat membantu guru mengembangkan
kemampuannya, maka untuk pelaksanaannya terlebih dahulu
perlu diadakan penilaian kemampuan guru, sehingga bisa

Al-Muqkidz : Jurnal Kajian Keislaman p-issn: 2302-0547


vol: 8 no. 4 (Januari-April 2020) e-issn: 2715-8462

14
Rismiyati Nurindarwati; “PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS UPAYA
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PENYUSUNAN ADMINISTRASI
PEMBELAJARAN”

ditetapkan aspek yang perlu dikembangkan dan cara


mengembangkannya.

Kata Kunci: Pengawas, Supervisi dan Kinerja Guru

A. Supervisi Pendidikan
Pengertian supervisi ada bermacam-macam, secara historis mula-mula diterapkan konsep
supervisi yang tradisional, yaitu pekerjaan inspeksi, mengawasi dalam artian mencari kesalahan
dengan tujuan untuk diperbaiki. Perilaku tradisional ini disebut snoo pervision yaitu tugas untuk
memata-matai untuk menemukan kesalahan. Kemudian berkembang supervisi yang bersifat
ilmiah yang dicirikan oleh pelaksanaan yang sistematis, obyektif, dan menggunakan alat
pencatat, yang penjelasannya sebagai berikut:
1) sistematis, artinya dilaksanakan secara teratur berencana dan kontinu
2) obyektif, dalam pengertian ada data yang didapat berdasarkan observasi nyata bukan
berdasarkan tafsiran pribadi.
3) Menggunakan alat pencatat yang dapat memberikan informasi sebagai umpan balik untuk
mengadakan penelitian terhadap proses pembelajaran di kelas (Sahertian, 2000:16)
Dictionary of education board center (dalam Sahertian, 2000:17) menyatakan bahwa
supervisi pendidikan adalah usaha-usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-
guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimuli,
menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan
pendidikan bahan pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran.
Mc Nerney (dalam Sahertian, 2000:17) melihat supervisi sebagai suatu prosedur
membagi arah serta mengadakan penilaian secara kritis terhadap proses pengajaran. Pengertian
lain dikemukakan oleh Jones (dalam Pidarta, 1992:3) supervisi merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang ditujukan terutama untuk
mengembangkan keefektifan performance, personalia sekolah yang berhubungan dengan tugas-
tugas utama dalam usaha-usaha pendidikan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian supervisi
adalah suatu usaha pembinaan oleh pengawas terhadap bawahan (guru-guru dan petugas-
petugas lainnya) di sekolah sebagai upaya pembinaan dan perbaikan dalam proses belajar

Al-Muqkidz : Jurnal Kajian Keislaman p-issn: 2302-0547


vol: 8 no. 4 (Januari-April 2020) e-issn: 2715-8462

15
Rismiyati Nurindarwati; “PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS UPAYA
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PENYUSUNAN ADMINISTRASI
PEMBELAJARAN”

mengajar baik dilakukan secara individu maupun kelompok serta memberikan penilaian
terhadap proses pendidikan secara keseluruhan di sekolah.
Fungsi dan Tujuan Supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan kepada guru-
guru. Fungsi dan tujuan supervisi cukup sulit dibedakan sebab seringkali satu obyek dapat
diterangkan dari segi fungsi dan tujuan. Sehubungan dengan ini, maka tujuan dari supervisi
adalah memberikan layanan dan bantuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang
dilakukan guru di kelas. Dengan demikian jelas bahwa tujuan supervisi adalah layanan dan
bantuan untuk meningkatkan kualitas belajar siswa. Bukan saja memperbaiki kemampuan
mengajar tetapi juga untuk mengembangkan potensi kualitas guru (Sahertian, 2000:19). Olive
(dalam Sahertian, 2000:19) bahwa sasaran (domain) supervisi pendidikan ialah:
1. Mengembangkan kurikulum yang sedang dikembangkan di sekolah
2. Meningkatkan proses belajar mengajar di sekolah
3. Mengembangkan seluruh staf sekolah.
Fungsi supervisi menurut Pidarta (1992:15) dapat dibedakan menjadi dua bagian besar
yaitu:
1. Fungsi utama, ialah membantu pengawas yang sekaligus mewakili pemerintah dalam
usaha mencapai tujuan pendidikan yaitu membantu perkembangan individu para siswa.
2. Fungsi tambahan, membantu sekolah dalam membina guru-guru agar dapat bekerja dengan
baik dan dalam mengadakan kontak dengan masyarakat dalam rangka menyesuaikan diri
dengan tuntutan masyarakat serta mempelajari kemajuan masyarakat.
Sedangkan Chises Horois (dalam Sahertian, 2000:21) mengatakan bahwa fungsi utama
supervisi adalah membina program pengajaran yang ada sebaik-baiknya sehingga ada selalu
usaha perbaikan. Ada analisis yang lebih luas seperti yang dibahas dalam swearingin dalam
bukunya supervisor of instruction foundation and dimension (dalam Sahertian, 2000:21)
mengemukakan 8 fungsi supervisi:
1. Mengkoordinasi semua usaha sekolah
2. Memperlengkapi semua kepemimpinan sekolah
3. Memperluas pengalaman guru-guru
4. Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif
5. Membagi fasilitas dan penilaian yang terus-menerus

Al-Muqkidz : Jurnal Kajian Keislaman p-issn: 2302-0547


vol: 8 no. 4 (Januari-April 2020) e-issn: 2715-8462

16
Rismiyati Nurindarwati; “PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS UPAYA
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PENYUSUNAN ADMINISTRASI
PEMBELAJARAN”

6. Menganalisis situasi belajar mengajar


7. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf
8. Membagi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam merumuskan tujuan pendidikan
dan meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru.
Prinsip-Prinsip Supervisi Pendidikan dalam melaksanakan supervisi di lingkungan
pendidikan ialah bagaimana cara mengubah pola pikir yang bersifat otokrat dan korektif
menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif. Suatu sikap yang menciptakan situasi dan relasi
dimana guru-guru merasa aman dan merasa diterima sebagai subyek yang dapat berkembang
sendiri. Supervisi harus dilaksanakan berdasarkan data, fakta yang obyektif.
Sahertian (2000: 20), mengemukakan prinsip-prinsip supervisi yang dilaksanakan
adalah:
1. Prinsip ilmiah (scientific)
Prinsip ilmiah mengandung ciri-ciri ilmiah sebagai berikut
a. Kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan data obyektif yang diperoleh dalam
kenyataan pelaksanaan proses belajar mengajar.
b. Untuk memperoleh data perlu diterapkan alat perekam data seperti angket, observasi
percakapan pribadi dan seterusnya.
c. Setiap kegiatan supervisi dilaksanakan secara sistematis dan kontinu.
2. Prinsip demokratis
Servis dan bantuan yang diberikan pada guru berdasarkan hubungan kemanusiaan
yang akrab dan kehangatan sehingga guru-guru merasa aman untuk mengembangkan
tugasnya
3. Prinsip kerjasama
Mengembangkan usaha bersama dan memuat istilah supervisi sharing of idea,
sharing of experience memberi suport mendorong, menstimulasi guru sehingga mereka
merasa tumbuh bersama.
4. Prinsip Konstruktif dan Kreatif
Setiap guru akan termotivasi dalam mengembangkan potensi kreatifitas kalau
supervisi mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan melalui cara-cara
menakutkan.

Al-Muqkidz : Jurnal Kajian Keislaman p-issn: 2302-0547


vol: 8 no. 4 (Januari-April 2020) e-issn: 2715-8462

17
Rismiyati Nurindarwati; “PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS UPAYA
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PENYUSUNAN ADMINISTRASI
PEMBELAJARAN”

Teknik-Teknik Supervisi Pendidikan merupakan Usaha untuk membantu


meningkatkan potensi sumber daya guru dapat dilaksanakan dengan berbagai alat (device) dan
teknik supervisi. Menurut Sahertian (2000:52) teknik supervisi dapat dibedakan menjadi 2
macam, yaitu teknik yang bersifat individual dan teknik yang bersifat kelompok. Teknik yang
bersifat individual meliputi:
1. observasi kelas
2. Observasi kelas
3. Percakakan pribadi
4. Intervisitasi
5. Penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar
6. Menilai diri sendiri
Teknik yang bersifat kelompok meliputi:
1. Pertemuan orientasi bagi guru (orientation meeting for new teacher)
2. Panitia penyelenggara
3. Rapat guru
4. Studi kelompok antar guru
5. Diskusi sebagai proses kelompok
6. Tukar menukar pengalaman kelompok (sharing of experience)
7. Lokakarya (workshop)
8. Diskusi panel
9. Seminar
10. Simposium
11. Demonstrasi mengajar (demontration teaching)
12. Perpustakaan jabatan
13. Buletin supervisi
14. Membaca langsung (directed reading)
15. Mengikuti kursus
16. Organisasi jabatan (profesional organization)
17. Laboratorium kurikulum (curiculum laboratory)
18. Perjalanan sekolah untuk anggota staf (fiel trips)

Al-Muqkidz : Jurnal Kajian Keislaman p-issn: 2302-0547


vol: 8 no. 4 (Januari-April 2020) e-issn: 2715-8462

18
Rismiyati Nurindarwati; “PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS UPAYA
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PENYUSUNAN ADMINISTRASI
PEMBELAJARAN”

Dari teknik tersebut di atas, yang dipakai dalam supervisi adalah teknik observasi
kelas,
1. Teknik Observasi Kelas
Teknik observasi kelas ialah supervisor melakukan supervisi dengan
mengobservasi kelas yang sedang belajar di bawah bimbingan gurunya. Tujuannya adalah
ingin memperoleh data tentang segala sesuatu yang terjadi di dalam proses belajar
mengajar. Lama supervisor mengobserrvasi dalam satu pertemuan antara 1-3 jam berturut-
turut agar supervisor bisa mengamati secara lengkap segala sesuatu yang terjadi dalam
proses belajar mengajar.
2. Kunjungan Kelas
Pengawas atau supervisor datang ke kelas untuk melihat cara guru mengajar di
kelas. Tujuannya untuk memperoleh data mengenai keadaan sebenarnya selama guru
mengajar. Dengan data itu supervisor dapat berbincang-bincang dengan guru tentang
kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru-guru.
3. Pertemuan Informal
Yang dimaksud dengan pertemuan informal adalah pertemuan yang tidak
direncanakan waktu dan tempatnya. Pertemuan itu bisa terjadi sewaktu-waktu dan dimana
saja bila diperlukan. Dan pengikut pertemuan itu lebih kecil daripada pengikut pertemuan
formal. Dalam pertemuan itu guru-guru lebih bebas melakukan ekspresi dibandingkan
dengan pertemuan formal.
4. Pertemuan Formal
Pertemuan formal sengaja diadakan pada waktu tertentu yang dihadiri guru-guru
dengan supervisornya. Pertemuan ini bisa empat mata, bisa juga pertemuan supervisor
dengan pertemuan guru yang akan membahas topik yang sama. Topik yang dibahas bisa
berupa hasil observasi supervisor terhadap aktivitas guru dalam kelas, dapat juga topik-
topik lain yang pada waktu lampau belum dibahas atau pembahasannya belum tuntas.
5. Rapat Guru
Rapat guru berbeda dengan pertemuan formal, dalam rapat guru semua guru ikut
terlibat, dan dalam pertemuan formal belum tentu walaupun menurut sifatnya rapat guru
juga termasuk pertemuan formal.

Al-Muqkidz : Jurnal Kajian Keislaman p-issn: 2302-0547


vol: 8 no. 4 (Januari-April 2020) e-issn: 2715-8462

19
Rismiyati Nurindarwati; “PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS UPAYA
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PENYUSUNAN ADMINISTRASI
PEMBELAJARAN”

Rapat guru disiapkan oleh Pengawas dan wakilnya tetapi sering pula terjadi
persiapan dan pelaksanaan itu diserahkan pada satu panitia guru atau tim penasehat
Pengawas. Dalam rapat diusahakan semua guru aktif berpartisipasi mulai dari
mendengarkan, memberi tanggapan atas acara yang dibawakan, berdiskusi, mengeluarkan
ide-ide sampai pengambilan keputusan.
6. Supervisi yang Direncanakan Bersama
Supervisi ini direncanakan bersama oleh supervisor dan guru-guru yang
dibimbingnya. Menurut Pidarta (1999:236) dalam perencanaan itu sudah ditentukan dan
dibahas tentang:
a) Bidang studi apa dan atau pokok bahasan apa yang akan dikerjakan
b) Apa yang ingin dituju oleh bidang studi atau pokok bahasan tersebut
c) Konsep-konsep yang berhubungan dengan cara-cara mencapai tujuan tersebut
d) Kapan rencana itu akan dilaksanakan
e) Siapa saja yang akan dilibatkan dalam proses tersebut
f) Bagaimana prosedur supervisi yang akan dilaksanakan
Sesudah perencanaan selesai dibahas dengan matang, barulah aktivitas dilakukan,
dan aktivitas yang sudah dikerjakan oleh guru atau guru-guru kelas atau beberapa kelas
tertentu.
7. Supervisi Sebaya
Di dalam supervisi sebaya, guru-guru yang sukses dalam pekerjaannya diberi
kesempatan oleh supervisor membantu guru-guru yang lain dalam memperbaiki proses
belajar mengajar. Guru-guru yang sukses ini tidak selalu guru-guru senior yang sudah
berpengalaman, mungkin saja mereka masih yunior tetapi karena kecerdasan, ketekunan,
dan kesabaran mereka mampu berkarya dengan sukses.
Guru-guru tersebut di atas ditunjuk oleh supervisor sebagai partnernya dalam bidang
keahlian mereka untuk membantu guru-guru dalam proses belajar mengajar dan tugas guru-
guru itu sebatas hanya membantu guru yang membutuhkan pertolongan, mereka tidak diberi
wewenang keberhasilan guru yang dibantu.

Al-Muqkidz : Jurnal Kajian Keislaman p-issn: 2302-0547


vol: 8 no. 4 (Januari-April 2020) e-issn: 2715-8462

20
Rismiyati Nurindarwati; “PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS UPAYA
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PENYUSUNAN ADMINISTRASI
PEMBELAJARAN”

B. Supervisi Akademik Pengawas


Agar peranan guru dalam kaitan dengan tugas mendidik dapat berhasil dengan baik,
maka guru perlu mengadakan pembinaan dengan cara disupervisi oleh pengawas dan
Pengawas. Fungsi kepala sekolah dan Pengawas antara lain memberikan bimbingan dan
penyuluhan terhadap guru maupun staf tata usaha agar dapat melaksanakan tugasnya dengan
baik., dalam arti tugas itu dapat berhasil secara efektif.
Usaha dan kegiatan membimbing guru meliputi bimbingan di dalam kelas seperti
metode pemnyampaian, cara mengajar, hubungan siswa dengan guru, dan proses belajar
mengajar, evaluasi proses belajar mengajar, bimbingan di luar kelas meliputi teknik membuat
satuan pelajaran, menulis dan mereview satuan pelajaran, pengembangan proses instrumen
laporan, dan kepribadian guru. Tanggung jawab seorang supervisor adalah mengusahakan agar
guru itu mau melaksanakan tanggungjawabnya atau tugasnya sesuai dengan persyaratan-
persyaratan pekerjaan yang telah ditetapkan.
Tugas Pengawas adalah membantu guru dalam pembinaan dan peningkatan profesi
mengajar, pembinaan dan peningkatan sikap personal dan sikap profesional. Peran Pengawas di
SMP harus mampu menggerakkan guru dan staf tata usaha untuk melaksanakan pekerjaan
dengan baik. Ada perbedaan karakteristik antara peran Pengawas dengan peran lainya,
Sergiovani ( dalam Atmodiaso dan Totosiswanto, 1991) merinci: (1) sangat kuat kaitannya
dengan tugas-tugas seorang ahli (expert), (2) Perlunya hidup dalam dunia dan berbicara dalam
dua bahasa dan ( 3 ) keterbatasan dan kekuasaan.
Dalam hubungan tuntutan keahlian ( expert) dapat dijelaskan bahwa seorang supervisor
diharapkan ahli di bidang pendidikan dan tugas-tugas seorang supervisor sangat menonjol
dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi: (1) kurikulum dan tujuan mengajar, ( 2 ) isi program
pendidikan, koordinasi dan wawasan (3) alternatif dan pilihan (4) kurikulum dan inovasi
mengajar (5) pola-pola pengelompokan dan penjadwalan (6) pelayanan dan perencanaan unit
(7) evaluasi dan memilih bahan belajar (8) struktur pengetahuan (9) pola guru dan pengaruh
siswa di kelas (10) gaya mengajar, metode dan prosedur (11) iklim belajar di kelas (12) guru,
siswa dan evaluasi program dan ( 13 ) pengembangan kurikulum dan menghadapi evaluasi
pendidikan. Karakteristik kedua seorang supervisor ada dalam dunia, dunia guru dan dunia

Al-Muqkidz : Jurnal Kajian Keislaman p-issn: 2302-0547


vol: 8 no. 4 (Januari-April 2020) e-issn: 2715-8462

21
Rismiyati Nurindarwati; “PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS UPAYA
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PENYUSUNAN ADMINISTRASI
PEMBELAJARAN”

administrasi. Dengan demikian maka ia harus mempergunakan dua bahasa yaitu bahasa guru
dan bahasa administrator. Karakteristik ketiga adalah terbatasnya kekuasaan yang dimiliki.
Langkah-langkah yang dapat diambil oleh pengawas harus sistematis dan pragmatis,
yang berikut: (1) Tahap penemuan pendahuluan ( planning conference ) tahap ini meliputi:
saling mengerti yang mendalam ( mutually understanding ), suasana akrab (intimizad),
menum,buhkan rasa saling percaya, tentukan jenis yang akan dikontrol, pergunakan instrumen
yang tepat (2) tahap pengamatan (observation classroom); guru melaksanakan komponen-
komponen yang dikontrol, Pengawas melakukan analisis pendahuluan, bertanya tentang
perasaan dan kesan umum kepada guru ketika diamati, mereview target yang telah disepakati,
menunjukkan data hasil supervisi, bersama-sama menafsirkan data yang ditunjuk Pengawas,
bersama-sama menyimpulkan data berusaha memperbaiki hal-hal yang perlu ditingkatkan.
Syarat yang harus dimiliki oleh Pengawas harus memiliki kelebihan (super) dari orang
yang dikontrolnya walaupun relatif. Syarat-syarat itu diantaranya: (1) menguasai hal ihwal
supervisi (2) objektif dalam melakukan supervisi (3) komprehensif (berwawasan luas) (4) teliti
dalam melakukan tindakan (5) sistematis dalam bekerja (6) siap melayani guru yang dikontrol,
(7) sabar menghadapi permasalahan dengan terus berupaya memecahkannya (8) kooperatif,
mampu bekerja sama dengan guru yang dokontrol (9) percaya diri (self confident) (10) mampu
mengambil keputusan secara cepat dan tepat, dan (11) humoris (Boyd dalam Atmodiwiro dan
Tatosiswanto, 1991).
Sedangkan syarat guru yang dikontrol menurut Boyd (dalam Atmodiwiryo dan
Tatosiswanto, 1991 ) ialah sebagai berikut: (1) kesediaan dan terbuka (open minded) (2)
objektif dalam melihat permasalahan (3) berfikir dalam melihat permasalahaan (4) mempunyai
motivasi untuk berprestasi (5) berwawasan luas dan (6) kesiapan untuk dibantu/ dikontrol.
1. Supervisi sebagai inspeksi
Dalam inspeksi, supervisi semata-mata merupakan kegiatan meng-inspeksi
pekerjaan-pekerjaan guru atau bawahan. Orang-orang yang bertugas atau mempunyai
tanggungjawab tentang pekerjaan itu disebut inspektur. Istilah ini masih berlaku resmi dan
umum di negara kita meskipun sebenarnya dalam pelaksanaan sudah banyak mengalami
perubahan. Inspeksi bukanlah suatu kepengawasan yang berusaha menolong guru untuk
mengembangkan dan memperbaiki cara kerja pendidik dan pengajar.

Al-Muqkidz : Jurnal Kajian Keislaman p-issn: 2302-0547


vol: 8 no. 4 (Januari-April 2020) e-issn: 2715-8462

22
Rismiyati Nurindarwati; “PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS UPAYA
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PENYUSUNAN ADMINISTRASI
PEMBELAJARAN”

Inspeksi dijalankan terutama dimaksud untuk meneliti / mengawasi apakah guru


menjalankan apa-apa yang sudah diinstruksikan dan ditentukan oleh Pengawas atau tidak,
sampai dimana guru-guru atau bawahan menjalankan tugas-tugas yang telah ditentukan
atasannya, jadi inspeksi ialah kegiatan-kegiatan mencari kesalahan.
Untuk menentukan konduite baik buruknya guru dilihat semata-mata dari: sampai
dimana ketaatannya dan kebaikannya menjalankan tugas-tugas. Guru-guru tidak pernah
diminta pendapat, diajak merunding segala sesuatu yang berhubungan dengan tugasnya.
Musyawarah dan mufakat tidak berlaku dalam hal ini. Inilah ciri-ciri kepengawasan yang
khas yang berlaku di zaman kolonial dahulu, hingga kini masih juga terdapat sisa-sisanya
dalam dunia pendidikan kita. Inspeksi merupakan tipe Pengawas yang otokratis.
2. Laissez Faire
Kepengawsan yang bertipe laissez faire merupakan kepengawasan yang sama sekali
tidak konstruktif. kepengawasan Laissez faire membiarkan guru-guru / bawahan bekerja
sekehendaknya tanpa diberi petunjuk dan bimbingan. Guru-guru boleh menjalankan
tugasnya menurut apa yang mereka sukai, boleh mengajarkan apa yang mereka ingini dan
dengan cara mereka masing-masing. Sama halnya dengan Lissez faire pada sistem ekonomi,
tipe laissez faire pada supervisi adalah berdasarkan pandangan demokrasi yang tidak benar.
Seorang Pengawas yang masuk tipe ini sama sekali tidak memberikan bantuan,
Pengawasan dan koreksi terhadap pekerjaan-pekerjaan guru. Pembagian tugas dan kerja
sama diserahkan sepenuhnya kepada mereka masing-masing, tanpa petunjuk atau saran-
saran, tanpa ada koordinasi. Tidak heran jika dalam kepengawasan laissez faire ini sering
terjadi kesimpang siuran tanggungjawab antara guru-guru dan pegawai-pegawai lainnya,
mudah timbul perselisihan dan dan kesalahpahaman diantara mereka. Segala kegitan
dilakukan tanpa rencana dan bimbingan dari Pengawas. Para anggota tidak memiliki
pengertian yang tepat tentang batas-batas tanggung jawab mereka masing-masing. Dengan
demikian, sukar diharapkan adanya kerja sama yang harmonis yang sama-sama diarahkan ke
pada satu tujuan.
3. Coercive Supervision
Hampir sama dengan kepengawasan yang bersifat inspeksi, kepengawasan ini
bersifat otoriter. Di dalam tindakan kepengawasan si Pengawas bersifat memaksakan segala

Al-Muqkidz : Jurnal Kajian Keislaman p-issn: 2302-0547


vol: 8 no. 4 (Januari-April 2020) e-issn: 2715-8462

23
Rismiyati Nurindarwati; “PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS UPAYA
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PENYUSUNAN ADMINISTRASI
PEMBELAJARAN”

sesuatu yang dianggapnya benar dan baik menurut pendapatnya sendiri. Dalam hal ini
pendapat dan inisiatif guru tidak dihiraukan atau tidak dipertimbangkan. Yang penting guru
harus tunduk dan menuruti petunjuk-petunjuk yang dianggap baik oleh supervisor itu
sendiri.
4. Supervisi sebagai latihan bimbingan
Tipe supervisi ini lebih baik dibandingkan dengan tipe supervisi lainya. Tipe
supervisi ini berlandaskan suatu pandangan bahwa pendidikan itu merupkan suatu proses
pertumbuhan bimbingan. Juga berdasarkan pandangan bahwa orang-orang yang diangkat
sebagai guru pada umumnya telah mendapat pendidikan pre-survice di sekolah guru. Oleh
karena itu supervisi yang dilajutkan selanjutnya ialah untuk melatih (to train) dan memberi
bimbingan (to guide) kepada guru-guru tersebut dalam tugas pekerjaannya sebagai guru.
Tipe ini baik, terutama bagi guru-guru yang baru mulai mengajar, kelemahannya
mungkin kepengawasan, petunjuk-petunjuk, ataupun nasihat-nasihat yang diberikan dalam
rangka training dan bimbingan itu bersifat kolot, sudah tidak sesuai dengan perkembangan
pendidikan dan tun tutan zaman sehingga dapat terjadi kontradiksi antara pengetahuan yang
telah diperoleh guru dengan pendapat supervisor itu sendiri. Kontradiksi ini dapat pula
terjadi karena sebaliknya, pendapat supervisi itu lebih maju sedangkan pengetahuan yang
diperoleh guru bersifat konservatif.
5. Kepengawasan yang demokrasi
Dalam kepengawasan yang demokratis, kepengawasan atau supervisi bersifat
demokratis pula. Supervisi merupakan kepengawasan pendidikan secara kooperatif. Dalam
tingkat ini, supervisi bukan lagi suatu pekerjaan yang dipegang oleh seorang petugas,
melainkan merupakan pekerjaan bersama yang dikoordinasikan. Tanggungjawab tidak
dipegang sendiri oleh Pengawas, melainkan dibagi-bagikan kepada para anggota sesuai
dengan tingkat, keahlian, dan Kecakapannya masing-masing. Kerja sama yang esensial ialah
yang dapat menunjukkan/ mengembangkan; (1) pengertian yang mendalam pada individu
dan kelompok tentang tujuan-tujuan pendidikan, serta pengabdiannya terhadap tujuan-tujuan
itu (2) kesediaan dan kerelaan untuk menerima tanggungjawab pribadi dan kelompok bagi
tercapainya tujuan-tujuan bersama (3) Kecakapan untuk memberi sumbangan-sumbangan
secara efektif dan kreatif bagi terpecahkannya masalah-masalah yang bertalian dengan

Al-Muqkidz : Jurnal Kajian Keislaman p-issn: 2302-0547


vol: 8 no. 4 (Januari-April 2020) e-issn: 2715-8462

24
Rismiyati Nurindarwati; “PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS UPAYA
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PENYUSUNAN ADMINISTRASI
PEMBELAJARAN”

pencapaian tujuan-tujuan dan ( 4 ) koordinasi untuk kepentingan usaha bersama secara


keseluruhan.
Bentuk-bentuk kegiatan kerja sama yang sesuai dengan maksud-maksud tersebut
sangatlah banyak, akan tetapi, yang pokok dan sangat penting bagi fungsi kepengawasan ialah:
(1) kerjasama dalam merencanakan pekerjaan-pekerjaan terutama dalam merumuskan tujuan-
tujuan dan menentukan prosedur-prosedur pelaksanaannya (2) kerjasama dalam mebag sumber-
sumber tenaga dan tanggung jawab dalam berbagai aspek pekerjaan (3) kerja sama dalam
menilai pelaksanaan prosedur penilaian terhadap hasil-hasil pekerjaan.

C. Kemampuan guru Dalam Pembelajaran


Istilah kemampuan mengajar guru merupakan kemampuan guru dalam meningkatkan
kinerjanya melaksanakan pembelajaran di kelas. Kinerja dapat diterjemahkan dalam
perfomance atau unjuk kerja, artinya kemampuan yang ditampilkan seseorang terhadap
pekerjaannya pada tempat ia bekerja. Kinerja merupakan suatu kinerja yang esensial terhadap
keberhasilan suatu pekerjaan. Karena itu suatu kinerja yang efektif bagi setiap individu perlu
diciptakan sehingga tujuan lembaga dapat tercapai secara optimal.
Menurut Fattah (1996) kinerja diartikan sebagai ungkapan kemajuan yang didasari oleh
pengetahuan, sikap, keterampilan dan otivasi dalam menghasilkan suatu pekerjaan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja seseorang yang mencerminkan
prestasi kerja sebagai ungkapan pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Menurut Supriadi (1998) kinerja guru akan menjadi lebih baik, bila seorang guru
memiliki lima hal yakni:
1. Mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya.
2. Menguasai secara mendalam bahan mata pelajaran yang akan diajarkan serta cara
mengajarnya kepada siswa.
3. Bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi dan
4. Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar serta
pengalamannya.
Lebih lanjut Hamalik (2002) kemampuan dasar yang disebut juga kinerja dari seorang
guru teridiri dari: (1) kemampuan merencanakan pembelajaran, (2) kemampuan mengelola

Al-Muqkidz : Jurnal Kajian Keislaman p-issn: 2302-0547


vol: 8 no. 4 (Januari-April 2020) e-issn: 2715-8462

25
Rismiyati Nurindarwati; “PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS UPAYA
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PENYUSUNAN ADMINISTRASI
PEMBELAJARAN”

program belajar mengajar, (3) kemampuan menglola kelas (4) kemampuan menggunakan
media/sumber belajar, (5) kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar, (6) mampu
melaksanakan evaluasi belajar siswa.
Kinerja guru sangat terkait dengan efektivitas guru dalam melaksanakan fungsinya oleh
Medley dalam Depdikbud (1984) dijelaskan bahwa efektivitas guru yaitu: (1) memiliki pribadi
kooperatif, daya tarik, penampilan amat besar, pertimbangan dan kepemimpinan, (2) menguasai
metode mengajar yang baik, (3) memiliki tingkah laku yang baik saat mengajar, dan (4)
menguasai berbagai kompetensi dalam mengajar.
Evaluasi kinerja guru mutlak dilakukan, karena masih terdapat banyak kinerja guru
yang kurang memadai, di samping itu guru dituntut dapat mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni yang terus berkembang pula dengan pesat. Istilah kinerja
berasal dari bahasa inggris yaitu Performance, berarti hasil kena atau unjuk kerja yang dicapai
seseorang atau sekelompok orang/organisasi tertentu. Istilah kinerja dapat diterjemahkan dalam
unjuk kerja, artinya kemampuan yang ditampilkan seseorang terhadap pekerjaannya di tempat
ia bekerja. Kinerja merupakan suatu hal yang sangat esensial terhadap keberhasilan suatu
pekerjan. Pada hakikatnya orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan atas dorongan tertentu.
Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku, sedangkan tujuannya
berfungsi untuk menggerakkan perilaku. Karena itu suatu kinerja yang efektif bagi setiap
individu, perlu diciptakan sehingga tujuan lembaga dapat tercapai secara optimal.
Widyastono (1999) berpendapat bahwa terdapat empat gugus yang erat kaitannya
dengan kinerja guru, yaitu kemampuan (1) merencanakan KBM, (2) melaksanakan KBM, (3)
melaksanakan hubungan antar pribadi, dan (4) mengadakan penilaian. Sedangkan Suyud (2005)
mengembangkan kinerja guru profesional meliputi: (1) penguasaan bahan ajar, (2) pemahaman
karakteristik siswa, (3) penguasaan pengelolaan kelas, (4) penguasaan metode dan strategi
pembelajaran, (5) penguasaan evaluasi pembelajaran dan (6) kepribadian.
Dari pendapat tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan kinerja guru dalam
penelitian ini ialah: (1) penguasaan bahan ajar, (2) pemahaman karakteristik, (3) penguasaan
pengeloaan kelas, (4) penguasaan metode dan strategi pembelajaran, (5) penguasaan evaluasi
pembelajaran, dan (6) kepribadian.

Al-Muqkidz : Jurnal Kajian Keislaman p-issn: 2302-0547


vol: 8 no. 4 (Januari-April 2020) e-issn: 2715-8462

26
Rismiyati Nurindarwati; “PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS UPAYA
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PENYUSUNAN ADMINISTRASI
PEMBELAJARAN”

D. Tinjauan Tentang Administrasi Pembelajaran


1. Pengertian Administrasi
Kata administrasi berasal dari kata ad dan ministrare. Kata ad mempunyai arti yang
sama dengan kata to dalam bahasa Inggris, yang berarti “ke” atau “kepada”. Dan ministrare
sama artinya dengan kata to serve atau to conduct yang berati “melayani”, “membantu”,
atau “mengarahkan”. Dalam bahasa Inggris to administer berati pula “mengatur”,
“memelihari” (to look after), dan “mengarahkan”.
Jadi kata administasri dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau usaha untuk
membantu,melayani,mengarahkan,atau mengatur semua kegiatan dalam mencapai tujuan.
2. Adminitrasi Pembelajaran
Adalah segenap proses pengerahan dan pengitegrasian segala sesuatu,baik personil,
spiritual maupun material,yang bersangkut paut dengan pencapaian tujuan pembelajaran.
Jadi di dalam proses administrasi pembelajaran adalah segenap usaha guru yang terlibat di
dalam pencapaian tujuan pembelajaran di sekolah itu, diintegrasikan, dikoordinasi secara
efektif,dan semua materi yang akan diperlukan dan yang telah ada dimanfaatkan secara
efisien.
3. Fungsi Pokok Administrasi Pembelajaran
Fungsi administrasi pembelajaran meliputi fungi fungsi; perencanaan, organisasi,
koordinasi, komunikasi, suprvisi kepengawasan, pembiayaan, dan evaluasi. Kesemua fungsi
fungsi itu satu sama lain bertalian erat sangat erat.
a) Perencanaan (planning)
Perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap administrasi. Tanpa
perencanaan atau planning, pelakasanaan suatu kegiatan akan mengalami kesulitan dan
bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Perencanaan merupakan
kegiatan yang harus dilakukan pada permulaan dan selama kegiatan administrasi itu
berlangsung. Di dalam setiap perencanaan ada dua faktor yang harus diperhatikan, yaitu
faktor tujuan dan faktor sarana, baik saran personel maupun material.
Langkah-langkah dalam perencanaan meliputi hal-hal sebagai berikut:
(1) Menentukan dan merumuskan tujuan yang hendak dicapai.
(2) Meneliti masalah-masalah atau pekerjaan-pekerjaan yang akan dilakukan.

Al-Muqkidz : Jurnal Kajian Keislaman p-issn: 2302-0547


vol: 8 no. 4 (Januari-April 2020) e-issn: 2715-8462

27
Rismiyati Nurindarwati; “PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS UPAYA
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PENYUSUNAN ADMINISTRASI
PEMBELAJARAN”

(3) Mengumpulkan data dan informasi-informasi yang diperlukan.


(4) Menentukan tahap-tahap atau rangkaian tindakan.
(5) Merumuskan bagaimana masalah-masalah itu akan dipecahkan dan bagaimana
pekerjaan-pekerjaan itu akan diselesaikan.
Syarat-syarat perencanaan
(1) Perencanaan harus didasarkan atas tujuan yang jelas.
(2) Bersifat sederhana, realistis, dan praktis.
(3) Terinci, memuat segala uraian serta klasifikasi kegiatan dan rangkaian tindakan
sehingga mudah dipedomani dan dijalankan.
(4) Memiliki flesibilitas sehingga mudah disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi
dan situasi sewaktu-waktu.
(5) Terdapat perimbangan antara bermacam-macam bidang yang akan digarap dalam
perencanaan itu, menurut urgensinya masing-masing.
(6) Diusahakan adanya penghematan tenaga, biaya, dan waktu serta kemungkinan
penggunaan sumber-sumber daya dan dana yang tersedia dengan sebaik-baiknya.
(7) Diusahakan agar sedapat mungkin tidak terjadi adanya duplikasi pelaksanaan.
Merencanakan berarti pula memikirkan tentang penghematan tenaga,
penghematan biaya dan waktu, juga membatasi kesalahan-kesalahan yang mungkin
terjadi dan menghindari adanya duplikasi-duplikasi atau tugas-tugas/ pekerjaan rangkap
yang dapat menghambat jalannya penyelesaian.
Jadi, perencanaan ( planning ) sebagai suatu fungsi administrasi pendidikan dapat
disimpulkan “Perencanaan ( planning ) adalah aktivitas memikirkan dan memilih
rangkaian tindakan-tindakan yang tertuju pada tercapainya maksud-maksud dan tujuan
pendidikan”.
b) Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian merupakan aktivitas menyusun dan membentuk hubungan-
hubungan kerja antara orang-orang sehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalam
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Di dalam pengorganisasian terdapat
adanya pembagian tugas-tugas, wewenang dan tanggung jaqwab secara rinci menurut

Al-Muqkidz : Jurnal Kajian Keislaman p-issn: 2302-0547


vol: 8 no. 4 (Januari-April 2020) e-issn: 2715-8462

28
Rismiyati Nurindarwati; “PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS UPAYA
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PENYUSUNAN ADMINISTRASI
PEMBELAJARAN”

bidang-bidang dan bagian-bagian, sehingga terciptalah adanya hubungan-hubungan kerja


sama yang harmonis dan lancar menuju pencapaian tujuan yang yang telah ditetapkan.
Fungsi organisasi dapat diartikan bermacam-macam:
(1) Organisasi dapat diartikan sebagai memberi struktur, terutama dalam
penyusunan/penempatan personel, pekerjaan-pekerjaan, material, dan pikiran-pikiran
didalan struktur itu. Umpamanya dalam pembentukan suatu panitia: bagaimana
susunan atau organisasinya, siap yang menjadi pelindung, penasehat, ketua, panitera,
bendahara, komisaris, dan sebagainya.
(2) Organisasi dapat pula ditafsirkan sebagai menetapakan hubungan antar 0rang-orang.
Kewajiban-kewajiban, hak-hak, dan tanggung jawab masing-masing anggota disusun
menjadi pola-pola kegiatan yang tertuju pada tercapainya tujuan-tujuan atau maksud-
maksud kegiatan-kegiatan pendidikan dan pengajaran.
(3) Organisasi dapat juga diartikan semata-mata mengingat maksudnya, yakni sebagai
alat untuk untuk mempesatukan usaha-usaha untuk menyelesaikan pekerjaan-
pekerjaan.
Dengan demikian, organisasi sebagai salah satu fungsi administrasi pendidikan
dapat disimpulkan sebagai berikut:
c) Pengkoordinasian (cordinating)
Kita mengetahui bahwa rencana atau program-program pendidikan yang harus
dilaksanakan disekolah-sekolah sifatnya sangat kompleks dan mengandung banyak segi
yang saling bersangkut paut satu sama lain. Sifat kompleks yang dipunyai oleh program
pendidikan di sekolah menunjukkan sangat perlunya tindakan-tindakan yang
koordinasikan. Koordinasi ini perlu untuk mengatasi batas-batas perencanaan maupun
batas-batas persnel seperti untuk mengatasi kemungkinan adanya duplikasi dalam tugas,
perbuatan hak dan tanggung jawab, ketidakseimbangan dalam berat ringannya pekerjaan,
kesimpangsiuran dalam menjalankan tugas dan kewajiban dan sebagainya.
Jika kita simpulkan, maka, koordinasi adalah aktivitas membawa orang-orang,
material, pikiran-pikiran teknik-teknik dan tujuan-tujuan ke dalam hubungan yang
harmonis dan produktif dalam mencapai suatu tujuan.
d) Komunikasi dan Motivasi

Al-Muqkidz : Jurnal Kajian Keislaman p-issn: 2302-0547


vol: 8 no. 4 (Januari-April 2020) e-issn: 2715-8462

29
Rismiyati Nurindarwati; “PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS UPAYA
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PENYUSUNAN ADMINISTRASI
PEMBELAJARAN”

Komunikasi dalam setiap bentuknya adalah suatu proses yang hendak


mempengauhi sikap dan perbuatan orang-orang dalam struktur organisasi.
Didalam kegiatan komunikasi diperlukan adanya motivasi, terutama motivasi
intrinsik. Oleh karena itu, pemberian motivasi dalam rangka komunikasi hendaknya
memperhatikan bebrapa unsur sebagai berikut:
(1) Adanya keninginan untuk berhasil (achievement, succes)
(2) Kejelasan tentang tindakan yang harus diambil/dianjurkan
(3) Keyakinan bahwa perubahan yang dianjurkan akan membawa hasil positif.
(4) Keyakinan akan adanya kesempatan yang sama bagi semua anggota
(5) Keinginan akan adanya kebebasan untuk menetukan, menlak, ataupun menerima apa
yang dianjurkan.
(6) Adanya tendensi untuk menilai (berdasarkan moral dan etika, yang dianutnya) apa
yang dianjyrkan sebelum melaksanakan.
Dalam hubungan ini, maka didalam kegiatan administrasi pendidikan yang biasa
dilakukan oleh para pimpinan pendidikan, terutama oleh kepala sekolah, masalah
komunikasi, seperti telah diuraikan di atas, sangat perlu diperhatikan. Mengadakan
komunikasi tanpa memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil
komunikasi, seperti faktor situasi ( objektif dan subjektif ), kebutuhan pribadi, tuntutan
masyarakat terhadap seseorang, dan harapan pribadi dari masyarakat, sukar diharapkan
komunikasi itu akan berhasil dengan baik. Setiap guru ataupun pegawai sebagai pribadi
dan anggota masyarakat tidak luput dari pengarauh faktor-faktor tersebut. Di samping itu,
faktor mtivasi perlu mendapat perhatian pula. Dapat diterima atau tidaknya suatu
pengaruh ataupun instruksi dari pimpinan, akan bergantung pada motif-motif yang ada
pada diri seseorang, baik ia sebagai guru ataupun sebagai pegawai pendidikan lainnya.
e) Supervisi
Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau
supervisi. Pengawasan bertanggung jawab tentang keefektifan program itu. Oleh karena
itu, supervisi haruslah meneliti ada atau tidaknya kondisi-kondisi yang akan
memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
Jadi, fungsi supervisi yang terpenting adalah:

Al-Muqkidz : Jurnal Kajian Keislaman p-issn: 2302-0547


vol: 8 no. 4 (Januari-April 2020) e-issn: 2715-8462

30
Rismiyati Nurindarwati; “PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS UPAYA
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PENYUSUNAN ADMINISTRASI
PEMBELAJARAN”

(1) menentukan kondisi-kondisi/syarat-syarat apakah yang diperlukan dan


(2) memenuhi /mengusahakan syarat-syarat yang diperlukan itu.
Jadi jika disimpulkan maka Supervisi sebagai fungsi administrasi pendidikan
berarti aktivitas-aktiviatas untuk menentukan kondisi-kondisi /syarat-syarat yang esensial
yang akan mejamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan
f) Kepegawaian (Staffing)
Sebenarnya fungsi kepegawaian ini sudah dijalankan sejak penyusunan
perencanaan dan pengorganisasian. Didalam pengorganisasian telah dipikirkan dan
diusahakan agar untuk personal-personal yang menduduki jabatan-jabatan tertentu
didalam struktur organisasi itu dipilih dan diangkat orang-orang yang memiliki
kecakapan dan kesanggupan yang sesuai dengan jabatan yang dipegangnya. Dalam hal
ini prinsip the right man in right place selalu diperhatikan.
Masalah selanjutnya yang perlu diperhatikan didalam kegiatan -kegiatan
kepegawaian ialah pemberian motivasi kepada para pegawai agar selalu giat bekerja,
kesejahteraan pegawai ( jasmani maupun rohani ), insentif dan penghargaan atas jasa-jasa
mereka, konduite dan bimbingan untuk dapat lebih maju, adanya kesempatan untuk
meng-up-grade diri, masalah pemberhentian dan pensiun pegawai.
g) Pembiayaan (budgeting)
Demikian pula organisasi seperti halnya dengan lembaga pendidikan atau sekolah.
Setiap kebutuhan organisasi, baik personel maupun material, semua memerlukan adanya
biaya. Itulah sebabnya maka masalah pembiayaan ini harus sudah mulai dipikirkan sejak
pembuatan planning sampai dengan pelaksanaannya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam fungsi pembiayaan itu ialah:
(1) Perencanaan tentang berapa biaya yang diperlukan.
(2) Darimana dan bagaimana biaya itu dapat diperoleh/ diusahakan.
(3) Bagaimana penggunaannya.
(4) Siapa yang akan melaksanakannya.
(5) Bagaimana pembukuan dan pertanggung jawaban.
(6) Bagaimana pengawasannya, dll.

Al-Muqkidz : Jurnal Kajian Keislaman p-issn: 2302-0547


vol: 8 no. 4 (Januari-April 2020) e-issn: 2715-8462

31
Rismiyati Nurindarwati; “PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS UPAYA
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PENYUSUNAN ADMINISTRASI
PEMBELAJARAN”

h) Penilaian (evaluating)
Evaluasi sebagai fungsi administrasi pendidikan adalah aktivitas untuk meneliti
dan mengetahui sampai dimana pelaksanaan yang dilakukan di dalam proses keseluruhan
organisasi mencapai hasil sesuai dengan pencapainan tujuan pendidikan. Setiap kegiatan,
baik yang dilakukan oleh bawahan, memerlukan adanya evaluasi.
4. Administrasi Guru dalam Pembelajaran
Yang termasuk administrasi guru dalam pembelajaran di sekolah adalah meliputi
silabus mata pelajaran, RPP.
a) Pengembangan Silabus
(1) Pengertian Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/ atau kelompok mata
pelajaran/ tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber/ bahan/ alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar
kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/ pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
(2) Perinsip Pengembangan Silabus
(a) Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus
harus benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan.
(b) Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi
dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial,
emosional, dan spritual peserta didik.
(c) Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional
dalam mencapai kompetensi.

Al-Muqkidz : Jurnal Kajian Keislaman p-issn: 2302-0547


vol: 8 no. 4 (Januari-April 2020) e-issn: 2715-8462

32
Rismiyati Nurindarwati; “PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS UPAYA
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PENYUSUNAN ADMINISTRASI
PEMBELAJARAN”

(d) Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi
dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem
penilaian.
(e) Memadai
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar,
dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
(f) Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar,
dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni
mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
(g) Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman
peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan
tuntutan masyarakat.
(h) Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif,
afektif, psikomotor).
(4) Langkah Langkah Pengembangan Silabus
(a) Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
(b) Mengidentifikasi Materi Pokok/ Pembelajaran
(c) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
(d) Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
(e) Penentuan Jenis Penilaian
(f) Menentukan Alokasi Waktu
(g) Menentukan sumber belajar
b) Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan
prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar
yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana

Al-Muqkidz : Jurnal Kajian Keislaman p-issn: 2302-0547


vol: 8 no. 4 (Januari-April 2020) e-issn: 2715-8462

33
Rismiyati Nurindarwati; “PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS UPAYA
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PENYUSUNAN ADMINISTRASI
PEMBELAJARAN”

Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu)
indikator atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.
Langkah Menyusun RPP:
(1) Mengisi kolom identitas
(2) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan
(3) Menentukan SK, KD, dan Indikator yang akan digunakan yang terdapat pada
silabus yang telah disusun
(4) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD, dan Indikator yang telah
ditentukan
(5) Mengidentifikasi materi ajar berdasarkan materi pokok/ pembelajaran yang terdapat
dalam silabus. Materi ajar merupakan uraian dari materi pokok/ pembelajaran
(6) Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan
(7) Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti,
dan akhir.
(8) Menentukan alat/bahan/ sumber belajar yang digunakan
(9) Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, teknik penskoran, dll

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, I. 2000. Profesionalisme Guru: Analisis Wacana Reformsi Pendidikan dam Era Globalisasi.
Simposium Nasional Pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang, 25-26 Juli 2001.
Arikunto, Suharsini. 2004. Dasar – dasar Supervisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Atmodiwiro, Soebagio dan Soenarto Tatosiswanto, 1991. Kepemimpinan Pengawas, Kebumen:
Adhi Waskitho.
Bafadal Ibrahim, 1979. Supervisi Pengajaran Teori dan Aplikasinya dalam Membina Profesional
Guru, Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas RI 2007, Peraturan No 12 Tentang Kompetensi Pengawas. Jakarta: Depdiknas
____________2007, Peraturan Menteri No 13 Tentang Kompetensi Pengawas. Jakarta: Depdiknas.
____________2007, Peraturan Menteri No 19 Tentang Standar Pengelolaan Sekolah/ Madrasah.
Jakarta: Depdiknas
Dirjen PMPTK.2009. Bahan Belajar Mandiri Musyawarah kerja pengawas Dimensi Supervisi.
Jakarta: Dirjen PMPTK.
Semiawan, Conny. 1985. Bagaimana Cara Membina Guru Secara Profesional. Jurnal Pendidikan.
Jakarta.
Yusuf A. Hasan. 2002. Pedoman Pengawasan Untuk Madrasah dan Sekolah Umum. Jakarta: Mekar
Jaya.

Al-Muqkidz : Jurnal Kajian Keislaman p-issn: 2302-0547


vol: 8 no. 4 (Januari-April 2020) e-issn: 2715-8462

34

Anda mungkin juga menyukai