Pengaruh Residu Pupuk P Pada MT I Terhadap Status
Pengaruh Residu Pupuk P Pada MT I Terhadap Status
ABSTRACT
ABSTRAK
Lahan kering yang dikonversi menjadi sawah, dan diberi pupuk secara intensif selama 30 tahun
menyebabkan kadar hara fosfor (P) tanah menjadi sangat tinggi dan tanaman tidak respon terhadap pemupukan P.
Residu pupuk P yang diberikan pada musim tanam sebelumnya perlu dikaji pemanfaatannya untuk tanaman
berikutnya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh residu pupuk P pada MT I pada lahan sawah berstatus
P tinggi terhadap status P tanah dan hasil padi sawah pada MT II di Kabupaten Dharmasraya. Penelitian
dilaksanakan dari bulan Agustus - Desember 2013 pada sawah baru mapan di Kabupaten Dharmasraya dengan jenis
tanah Typic Hapludults. Hasil pengkajian menunjukkan pemberian pupuk P pada MT I dengan dosis tinggi pada
sawah dengan status P tinggi, terbukti masih bisa dimanfaatkan tanaman pada MT II. Namun demikian, untuk
mendapatkan produktivitas tanaman yang tinggi masih diperlukan tambahan pupuk P. Residu pupuk P pada MT I
masih dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan hasil pada MT II sebesar 8,46% dari 4.444 kg GKG/ha menjadi
4.820 kg GKG/ha. Peningkatan takaran pupuk P selanjutnya tidak lagi berpengaruh nyata terhadap peningkatan
hasil gabah kering giling.
Kata kunci: padi sawah, pemupukan, fosfor, pengaruh residu.
Pengaruh Residu Pupuk P Pada MT I Terhadap Status P Tanah dan Hasil Padi Sawah Pada MT II di Kabupaten
63
Dharmasraya Sumatera Barat (Ismon. L dan Widia Siska)
PENDAHULUAN (Vogeler et al., 2009). Efisiensi pemupukan P
dalam tanah hanya berkisar antara 15 – 25 %
yang dipengaruhi oleh tekstur tanah, aerasi,
Lahan sawah di Sumatera Barat pada
kepadatan tanah, temperatur dan pH tanah
tahun 2014 tercatat seluas 225.165 ha (BPS,
(Memon, 2001) dan (Zhu et al., 1994).
2000). Berdasarkan Peta Status P skala
Penggunaan pupuk P yang terus menerus setiap
1:250.000 terdapat 37.389 ha (17%) berstatus P
musim tanam selama dua dasawarsa
rendah, 95.983 ha (42%) berstatus P sedang dan
menyebabkan terjadinya akumulasi hara P
91.793 ha (41%) berstatus P tinggi. Kriteria
dalam tanah (Adiningsih et al., 2000) ;
penilaian tinggi adalah > 40 mg /100 g P2O5
(Hartono et al., 2015). Di Kabupaten Sijunjung,
terekstrak HCL 25%, P sedang 20-40 mg /100 g
penggunaan 100-150 kg TSP/MT/ha selama 8-
P2O5, dan rendah < 20 mg /100 g) (Syofyan et
10 tahun telah menyebabkan akumulasi P
al., 2000). Pada tahun 2014, luas lahan sawah di
dengan kadar P total terekstark HCL 25 %
Sumatera Barat bertambah menjadi 229.125 Ha
berkisar dari tinggi sampai sangat tinggi
(BPS, 2014). Penambahan luas sawah tersebut
(Burbey, 2007). Pada sawah di Kabupaten
terjadi karena adanya cetak sawah baru yang
Dharmasraya yang kandungan P nya tinggi
telah dimulai sejak 30 tahun yang lalu
tanaman padi tidak respon terhadap pemupukan
bersamaan dengan Program Transmigrasi.
P (Ismon, 2016). Beberapa penelitian
Secara bertahap pencetakan sawah baru di
sebelumnya pada tanah sawah terakumulasi
Sumatera Barat tetap dilakukan dengan target
pupuk P juga menunjukkan bahwa pemberian
tahun 2016 seluas 603 Ha, tersebar di kabupaten
pupuk P tidak berpengaruh terhadap kenaikan
Dharmasraya, Sijunjung, Limapuluh Kota dan
hasil. Kenaikan hasil tidak sebanding dengan
Solok Selatan (Dinas Pertanian Tanaman
nilai pupuk yang diberikan sehingga terjadi
Pangan Provinsi Sumatera Barat, 2016).
penurunan efisiensi pemupukan P dan benefit-
Dalam kurun waktu 1980-1987, melalui cost ratio (Setyorini et al., 2003).
program transmigrasi di Kabupaten
Tingginya respon tanaman terhadap
Dharmasraya dicetak sawah lebih kurang 25 ribu
pemupukan pada lahan sawah yang baru dicetak,
ha berasal dari lahan kering dengan jenis tanah
mendorong petani memberikan pupuk dalam
Ultisol (Sugiarto, 1990). Pada tahun 2005-2009
jumlah yang tinggi, melampaui rekomendasi. Di
melalui proyek Irigasi Batang Hari dicetak lagi
Kabupaten Dharmasraya, ada kecenderungan
sawah baru seluas 12 ribu ha (Biasreka, 2005).
petani yang kemampuan ekonomi tinggi,
Sawah yang dicetak melalui program
semakin intensif pemberian pupuk buatannya
transmigrasi saat ini telah menjadi sawah mapan
sehingga status hara P nya tinggi sampai sangat
yang merupakan daerah sentra produksi padi
tinggi (Ismon, 2016). Penelitian ini bertujuan
sawah di kabupaten Dharmasraya. Jenis tanah
untuk menguji pengaruh residu pupuk P pada
pada areal ini termasuk ordo Typic Hapludults
MT I pada lahan sawah berstatus P tinggi
(Nippon et al., 2000). Meskipun mempunyai
terhadap status P tanah dan hasil padi sawah
jenis tanah yang sama dan telah dikonversi
pada MT II di Kabupaten Dharmasraya.
menjadi sawah selama 30 tahun, namun hasil
yang diperoleh petani masih beragam.
Kandungan P-total (ekstrak HCl 25%) berkisar METODOLOGI PENELITIAN
dari rendah – tinggi (Ismon, 2016).
Terjadinya perbedaan status hara P pada Pengkajian dilaksanakan bulan Agustus
lahan sawah tersebut salah satunya disebabkan – Desember 2013.Lokasi kajian yakni di lahan
pemberian pupuk yang intensif serta adanya petani (Typic Hapludults) Desa Piruko
variasi jenis dan dosis pupuk P yang digunakan Kecamatan Sitiung Kabupaten Dharmasraya.
petani (Murni, 2006). Beberapa hasil penelitian Lokasi tersebut berada pada kawasan 250 ha
menunjukkan bahwa 50-80 % pupuk P yang yang menjadi sentra produksi padi.
diaplikasikan diserap (adsorbed) oleh tanah
Pengaruh Residu Pupuk P Pada MT I Terhadap Status P Tanah dan Hasil Padi Sawah Pada MT II di Kabupaten
65
Dharmasraya Sumatera Barat (Ismon. L dan Widia Siska)
Tabel 1. Daftar sidik ragam
Sumber F tabel
Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat
Keragaman F hit
(DB) (JK) Tengah (KT) 5% 1%
(SK)
Kelompok (r-1) JKr JKr/r-1 KTr/Kta
Perlakuan (t-1) JKt JKt/r-1 KTt/Kta
Acak (r-1) (t-1) JKa Jka/(r-1) (t-1)
Total (rt-1)
analisis dilanjutkan denganDuncan Multiple akan menunjukkan berbeda nyata bila F hitung
Range Test (DMRT) pada taraf 5%(Gomez lebih besar dari F tabel pada taraf uji 5 persen
dan Gomez, 1984). dan menunjukkan perbedaan sangat nyata bila F
hitung lebih besar dari F tabel pada taraf uji 1
Model matematik untuk pengkajian persen serta tidak berbeda nyata bila nilai F
ini adalah sebagai berikut : hitung lebih kecil dari F tabel pada taraf uji 5
persen.
Yij = μ + α i + β j + ∑ ij
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dimana:
μ = Nilai rata-rata
Pengaruh ulangan atau Sifat Kimia Tanah Lokasi Pengkajian
αi =
kelompok Berdasarkan klasifikasi Soils Taxonomy
βj = Pengaruh perlakuan pupuk tanah di lokasi penelitian termasuk great group
∑ ij = Kesalahan percobaan Typic Hapludults (Nippon et al., 2000). Hasil
Perbedaan dari masing-masing analisis kimia tanah disajikan dalam Tabel 2.
perlakuan dapat diketahui melalui perbandingan
antara F hitung dan F tabel. Perlakuan tersebut
Tabel 2. Rata-rata hasil analisis awal sifat kimia tanah lokasi penelitian
Sifat Kimia Tanah Nilai Harkat*)
pH (H2O) 5,76 Agak Masam
pH (KCl) 5,26 Agak Masam
C-organik (%) 2,57 Sedang
N-total (%) 0,25 Sedang
P-HCl 25% (mg/100 g) 52,50 Tinggi
K- HCl 25% (mg/100 g) 20,63 Sedang
P-Olsen (ppm) 47,64 Tinggi
Ca-dd (me/100 g) 4,51 Rendah
Mg-dd (me/100 g) 1,98 Sedang
K-dd (me/100 g) 0,34 Sedang
Na-dd (me/100 g) 0,35 Sedang
Al-dd (me/100 g) TU Rendah
H-dd (me/100 g) 0,50 -
KTK (me/100 g) 22,10 Sedang
Pengaruh Residu Pupuk P Pada MT I Terhadap Status P Tanah dan Hasil Padi Sawah Pada MT II di Kabupaten
67
Dharmasraya Sumatera Barat (Ismon. L dan Widia Siska)
Tabel 3.Pengaruh pemberian pupuk P pada MT1 terhadap status P tanah pada MT2 pada sawah berstatus
P tinggi.
Kadar Hara P(mg /100 g
Uraian Status Hara P *)
tanah)
MT1
Takaran Pupuk P MT1 52,50 Tinggi
(kg P2O5/ha)
MT2
0 22,66 Sedang
18 34,78 Sedang
36 37,71 Sedang
72 41,47 Tinggi
144 55,51 Tinggi
*)Harkat berdasarkan (Evianti dan Suleman, 2012)
tanam dan adanya pengembalian dari jerami ke halnya dengan pemberian pupuk P dengan
lahan sawah. takaran 18 dan 36 kg P2O5/ha kadar hara P juga
turun berturut-turut menjadi 34,78; 37,71 mg
Kandungan Fe tanah masih tergolong
P2O5/100 g tanahdan cadangan hara berkurang
sangat tinggi dan masih berpotensi terjadinya
masing-masingnya sebesar 17.72 dan 14,79
keracunan besi seperti umumnya yang dialami
mg/100 g tanah, serta status P berubah dari
sawah bukaan baru yang berasal dari lahan
tinggi menjadi sedang. Pemberian 72 kg P2O5/ha
kering. Unsur Fe diekstrak dengan cara
kadar hara P juga turun menjadi 41,47 mg
pengabuan basah menggunakan campuran asam
P2O5/100 tanah dan cadangan hara berkurang
pekat HNO3 dan HClO4 , dan kadar Fe diukur
sebesar 11.03 mg P2O5/100 g tanah, tetapi status
dengan menggunakan AAS. Berdasarkan
P masih tergolong tinggi (Tabel 3).
karakteristik kimia tanah terlihat jelas adanya
transisi dan transformasi karakteristik kimia Berkurangnya cadangan hara dalam
tanah dari lahan sawah bukaan baru menuju tanah disebabkan terangkut panen baik berupa
sawah mapan. Batas kritis K terekstrak HCL 25 gabah maupun sisa tanaman yang diangkut
% sebesar 10 mg K20/100 g (Makaramim et al., keluar petakan,dimana setiap ton gabah yang
2003);(Setyorini et al., 2007) dan batas kritis K dihasilkan akan menyerap hara P sebesar 2,6 kg
dapat dipertukarkan untuk padi sawah adalah P/ha (Dobermann dan Fairhurst, 2000).
0,20 me/100 g (Wihardjaka et al., 2002). Pada Peningkatan takaran pupuk P menjadi 144 kg
tanah ini kandungan hara K sudah berada di atas P2O5/ha dapat meningkatkan kadar P tanah dari
batas kritis kebutuhan tanaman padi sawah. 52,50 mg P2O5/100 g tanah menjadi 55,51 mg
P2O5/100 g tanah, dengan tambahan cadangan
Perubahan Kadar Hara P dalam Tanah
hara sebesar 3,01 mg P2O5/100 g tanah/MT/ha
Hasil analisis tanah awal pada tahun setara 60.2 kg P2O5/Ha/MT.
2013didapatkan kadar hara P terekstrak HCl
25% 52,50 mg P2O5/100 g tanah. Hasil analisis
Pengaruh Residu Pupuk P Terhadap Tinggi
tanah setelah panen menunjukkan bahwa terjadi
Tanaman dan Komponen Hasil
penurunan kadar hara P, kecuali pada perlakuan
144 kg P2O5/ha. Tanpa diberi pupuk P kadar hara
P turun dari 52,50 mg P2O5/100 g tanah menjadi Residu pupuk P tidak berpengaruh nyata
22,66 mg P2O5/100 g tanah, sehingga cadangan terhadap tinggi tanaman, namun nyata
hara P berkurang sebesar 29,84 mg P2O5/100 g meningkatkan jumlah anakan produktif, jumlah
tanah yang meyebabkan status P tanah berubah gabah per malai dan persentase gabah bernas.
dari tinggi menjadi sedang. Demikian juga Pemberian pupuk P dengan takaran 18 kg
P2O5/ha setara dengan 39 kg TSP/ha, residunya
pada musim tanam berikutnya nyata sebelumnya, memberikan pengaruh yang nyata
meningkatkan jumlah anakan produktif, jumlah terhadap hasil pada musim tanam berikutnya.
gabah per malai dan persentase gabah Tanpa pemberian pupuk P selama dua MT pada
bernas.Peningkatan takaran pupuk P selanjutnya sawah berstatus P tinggi, kandung P dalam tanah
tidak lagi memberikan pengaruh yang nyata masih tergolong sedang (22,66 mg/100 tanah),
(Tabel 4). tetapi tanpa pemberian pupuk P selama dua MT
menyebabkan hasil berkurang secara signifikan.
Peningkatan jumlah anakan produktif,
Dibandingkan dengan tanpa pupuk P selama 2
jumlah gabah per malai dan persentase gabah
MT, pemberian pupuk P sebanyak 18 kg P2O5/ha
bernas erat kaitannya dengan residu pupuk P
setara dengan 50 kg SP-36/ha pada musim
yang dapat dimanfaatkan tanaman dalam proses
tanam sebelumnya, meningkatkan hasil sebasar
pembentukan anakan dan pengisian biji.Hara P
8,46 % yaitu dari 4.444 kg GKG/ha
diperlukan tanaman sejak awal pertumbuhan,
menjadi4.820 kg GKG/ha. Peningkatan takaran
bersifat mobil dan berperan penting dalam
pupuk P pada MT sebelumnya menjadi 36 dan
tansfer energi melalui pembentukan rantai
72 kg P2O5/ha meningkatan hasil sebesar 11,00
pyrophospate. Senyawa-senyawa fosfat dalam
dan 9,72 % dan tidak berbedanyata dengan hasil
bentuk ADP dan ATP sangat berperan sebagai
yang diperoleh pada perlakuan 18 kg P2O5/ha.
energi dalam pembentukan sel tanaman (Meena
Peningkatan takaran P menjadi 144 kg P2O5
et al., 2007). Hara P berfungsi dalam menunjang
peningkatan hasil berkurang menjadi 3,04%
pertumbuhan akar, pembentukan anakan,
(Tabel 5).
pembungaan, pengisian dan pematangan biji
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
(Khalili et al., 2008) dan (Suhendrata dan
residu pupuk P dari pertanaman padi sawah
Subagyono, 2012). Defisiensi P mengakibatkan
sebelumnya untuk satu MT masih dapat
berkurangnya cadangan energi tanaman dalam
dimanfaatkan oleh tanaman padi sawah musim
bentuk ATP, sehingga tanaman tidak
tanaman berikutnya. Residu pupuk P masih
mempunyai energi untuk menyerap Nitrogen
dapat mendukung proses pembentukan anakan,
Nitrat (N-NO3) (GAJ dan GORSKI, 2014).
pengisian biji dan peningkatan hasil, meskipun
Tanaman yang kekurangan hara P tumbuh lebih
takaran yang diberikan pada MT sebelumnya
kerdil, daun berwarna gelap, anakan sedikit,
relatif rendah (50 kg SP-36/ha). Hasil yang
batang tipis, dan jumlah biji permalai lebih
hampir sama juga didapatkan oleh (Munir et al.,
sedikit (Makaramim et al., 2003).
2004) bahwa peningkatan takaran pupuk P pada
musim tanam sebelumnya meningkatkan
Pengaruh Residu Pupuk P Terhadap Hasil akumulasi P dalam tanah. Peningkatan
dan Peningkatan Hasil. akumulasi P berpengaruh nyata terhadap
Residu pupuk P yang berasal dari peningkatan serapan hara P dan hasil tanaman
pemberian pupuk SP-36 pada musim tanam sorgum yang ditanam pada musim tanam
Pengaruh Residu Pupuk P Pada MT I Terhadap Status P Tanah dan Hasil Padi Sawah Pada MT II di Kabupaten
69
Dharmasraya Sumatera Barat (Ismon. L dan Widia Siska)
produktivitas tanaman yang tinggi masih
Tabel 5. Pengaruh residu pupuk P terhadap diperlukan tambahan pupuk P.
tinggi tanaman saat panen dan nilai
komponen hasil padi sawah pada Residu pupuk P pada MT I masih dapat
lahan sawah berstatus P-tinggi pada dimanfaatkan untuk meningkatkan hasil pada
MT2. MT II sebesar 8,46% dari 4.444 kg GKG/ha
menjadi4.820 kg GKG/ha. Peningkatan takaran
Takaran P Residu pupuk P selanjutnya tidak lagi berpengaruh
Hasil (Kg Indek
MT 1 (kg Pupuk P nyata terhadap peningkatan hasil gabah kering
GKG/ha) Hasil
P2O5/ha (mg/100 g)
giling.
0 22,66 4.444 c 100,00
18 34,78 4.820 ab 108,46
36 37,71 4.933 a 111,00 UCAPAN TERIMA KASIH
72 41,47 4.876 a 109,72
144 55,51 4.579 bc 103,04 Ucapan terima kasih disampaikan
CV (%) 17,4 kepada Syahril, BSc dan Darmawi yang telah
Angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf kecil membantu pelaksanaan penelitian di lapangan,
yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% DMRT serta Masril yang telah membantu persiapan
contoh tanah di laboratorium BPTP Sumatera
Barat.
berikutnya. Menurut (De Datta et al., 1990)
sebagian besar hara P yang diberikan
terakumulasi dalam tanah dan hanya 15 – 20 % DAFTAR PUSTAKA
yang dapat diserap tanaman. Sisa pupuk P yang
tidak terserap tersebut akan menjadi P potensial Adiningsih, J.S., Syofyan, A., Nursyamsi, D.,
yang dapat tersedia untuk tanaman berikutnya. 2000. Lahan Sawah dan Pengelolaannya,
Menurut (Dobermann dan Fairhurst, 2000) hara in: Penyunting Admihardja. A., L.I.
P dalam tanah berasal dari pemberian pupuk Amien, F. Agus, dan D. Djaenuddin. Pusat
baik anorganik dan organik, serta pemanfaatan Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor,
timbunan hara P dari residu pupuk sebelumnya Indonesia.
yang tidak terserap oleh tanaman. Jumlah hara
yang diserap pada bagian tanaman padi varietas Biasreka, P.T., 2005. Laporan Tanah dan Tata
unggul hanya 2,6 kg/ton gabah yang terdiri dari Guna Lahan Sekarang. Batang Hari
0,8 kg dalam jerami dan 1,8 kg dalam gabah Irigation Project. Dirjen Sumberdaya Air.
(Fairhust dan Witt, 2005). Dalam penelitian ini Departemen Permukiman dan Prasarana
terlihat kecendrungan kelebihan kadar hara di Wilayah, Jakarta, Indonesia.
atas kebutuhan tanaman menyebabkan BPS, 2014. Sumatera Barat Dalam Angka.
peningkatan kadar hara P dalam tanah tidak lagi Badan Pusat Statistik Sumbar. 647 hal.
berpengaruh terhadap peningkatan hasil.
Terlihat kecendrungan kandungan hara P di atas BPS, 2000. Sumatera Barat Dalam Angka.
41,47 mg P2O5/100 tanah hasil cenderung Badan Pusat Statistik Sumbar. 647 hal.
berkurang, yang diduga erat kaitannya dengan Burbey, 2007. Status hara P dan K lahan sawah
ketidakseimbangan hara dalam tanah. Kecamatan Koto VII Kabupaten
Sawahlunto Sijunjung. J. Ilm. Tambua,
KESIMPULAN Univ. Mahaputra Muhammad Yamin VI
279–284.
Pengaruh Residu Pupuk P Pada MT I Terhadap Status P Tanah dan Hasil Padi Sawah Pada MT II di Kabupaten
71
Dharmasraya Sumatera Barat (Ismon. L dan Widia Siska)
bukaan baru. dalam Tanah Sawah Bukaan. Sutanto, R., 1995. Pedogenesis, Fisika Kim. ed.
Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Jurusan Ilmu Tanah.Faperta.Universitas
Pertanian, Bogor, Indonesia. Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia.
Setyorini, D., Suriadikarta, D.A., Nurjaya, 2007. Syofyan, A., Sediarso, M., Nurjaya, Suryono, J.,
Rekomendasi pemupukan padi sawah 2000. Laporan Akhir Penelitian Status
bukaan baru, in: Pertanian, B.B.L.S.L. Hara P dan K Lahan Sawah Sebagai Dasar
(Ed.), dalam Tanah Sawah Bukaan. Balai Penggunaan Pupuk yang Efisien pada
Besar Litbang Sumberdaya Lahan Tanaman Pangan. Bagian Proyek
Pertanian, Bogor, Indonesia. Sumberdaya Lahan dan Agroklimat.
Puslittanak, Bogor.
Setyorini, D., Widowati, L.R., Rochayati, S.,
2003. Uji tanah sebagai Dasar Penyusunan Tan, K.H., 1993. Principles of soil chemestry.
Rekomendasi Pemupukan, in: Sumberdaya Marcel Dekker, Inc, New York, USA.
Tanah Indonesia. Pusat Penelitian Tanah
Toha, H.M., Permadi, K., Munarso, S.J., 2002.
dan Agroklimat, Bogor, Indonesia.
Pengaruh pemberian pupuk Kalium dan
Sugiarto, 1990. Kontribusi Program Nitrogen terhadap hasil padi dan mutu
Transmigrasi dalam Pembangunan Sawah beras varietas IR64. Penelit. Pertan.
Bukaan Baru, Dalam Prosiding Seminar Tanam. Pangan 21 (1), 20–29.
Pengelolaan Sawah Bukaan Baru, Prospek
Vogeler, I., Rogasik, J., Funder, U., Paten, K.,
dan Masalah. Jakarta, Indonesia.
Schnug, E., 2009. Effect of tillage systems
Suhendrata, T., Subagyono, K., 2012. Pengaruh and P-fertilization on soil physical and
pemupukan P terhadap pertumbuhan dan chemical properties, crop yield and
produktivitas vareitas Inpari 1 pada lahan nutrient uptake. Soil Tillage Res. 103,
sawah tadah hujan dengan status P rendah 137–143.
di Kabupaten Sragen, Prosiding Seminar
Wihardjaka, A., Idris, K., Rachim, A.,
Nasional Hasil Penelitian Padi 2011.
Partohardjono, S., 2002. Pengelolaan
Jakarta, Indonesia.
jerami dan pupuk kalium pada tanaman
Sumarno, Kartasasmita, U.G., Pasaribu, D., padi di lahan sawah tadah hujan. J. Penelit.
2009. Pengayaan kandungan bahan Pertan. 4, 26–32.
organik tanah mendukung keberlanjutan
Zhu, X., Cao, C.Y., Shi, R.H., Zhu, X.P., 1994.
sdistem produksi padi sawah. Iptek Tanam.
Estimating residual phosphate in
Pangan 4. No.1, 1–112.
calcareous soils in Xuzhou– Huaiyin
district. J. Nanjing Agri. Univ. 17, 60–5.