Anda di halaman 1dari 6

REVIEW JURNAL

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN PORANG (Amarphopallus ancophillus)


DI KECAMATAN BUNGAYA KABUPATEN GOWA

Rahajeng Shantika Lintang P. / 190025010188 / STELA B

Tanaman porang merupakan salah satu jenis tumbuhan umbi-umbian, berupa semak
(herba) yang dapat dijumpai tumbuh di daerah tropis dan sub-tropis. Tanaman ini belum banyak
dibudidayakan dan dapat ditemukan tumbuh liar di dalam hutan, di bawah rumpun bambu, di tepi
sungai dan di lereng gunung (pada tempat yang lembab). Porang dapat tumbuh di bawah naungan,
sehingga cocok dikembangkan sebagai tanaman sela di antara jenis tanaman kayu atau pepohonan
yang dikelola dengan sistem agroforestry. Budidaya porang merupakan upaya diversifikasi bahan
pangan serta penyediaan bahan baku industri yang dapat meningkatkan nilai komoditi ekspor di
Indonesia.
Kegiatan budidaya porang memerlukan lahan yang sesuai agar pertumbuhan dan
perkembangan tanamannya baik. Oleh karena itu diperlukan evaluasi kesesuaian lahan untuk
mendapatkan hasil yang akurat. Evaluasi lahan merupakan proses penilaian sumber daya lahan
untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Saidi
dan Suryani (2021), evaluasi kesesuaian lahan bermanfaat untuk menentukan lokasi yang memiliki
sifat-sifat positif dalam hubungannya dengan keberhasilan produksi atau penggunaannya,
pengelompokan lahan dengan sistematis kedalam satuan-satuan tertentu menurut sifat-sifat yang
merupakan potensi dan penghambat dalam penggunaan secara berkelanjutan. Tujuan evaluasi
kesesuaian lahan pertanian adalah untuk memprediksi potensi dan faktor pembatas untuk produksi
tanaman.
Upaya pemanfaatan lahan lebih produktif dalam usaha budidaya tanaman porang di
Kecamatan Bungaya diharapkan sesuai dengan kaidah penggunaan kemampuannya kerena pada
dasarnya dalam setiap unit lahan mempunyai sifat-sifat karakteristik lahan yang berbeda, baik dari
segi penggunaan lahannya, tutupan lahan, elevasi, kemiringan lahan, jenis tanah dan tofografinya.
karena di dalam klasifikasi kesesuain lahan di bagi menjadi tiga kelas yaitu sangat sesuai (S1),
cukup sesuai (S2) dan sesuai marginal (S3). Oleh karena itu dilakukan evaluasi kesesuaian lahan
aktual dan potensial serta faktor pembatas tanaman porang di Kecamatan Bungaya.
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juli sampai September 2021 di Kecamatan
Bungaya, Kabupaten Gowa. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu peta dasar yang
terdiri atas peta administrasi, peta penggunaan lahan, peta kemiringan lereng, dan peta jenis tanah
dengan skala 1:50.000, dan data curah hujan selama 5 tahun (2016- 2020). Alat yang digunakan
adalah meteran, kantong plastik, bor tanah, Global Positioning System (GPS), cangkul, gunting,
pisau, timbangan, kamera dan alat tulis menulis. Metode penelitian yang dihunakan adalah metode
survei ddan penentuan kelas kesesuaian lahan berdasarkan metode FAO dengan faktor pembatas
dan karakteristik lahan, yang meliputi empat tahap antara lain tahap pengumpulan data. tahap
pelaksanaan penelitian, analisis tanah, dan interpretasi data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Hasil Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan Aktuan dan Potensial Tanaman
Porang pada Jenis Tanah Inceptisol
Gambar 2. Hasil Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan Aktuan dan Potensial Tanaman
Porang pada Jenis Tanah Alfisol

Hasil evaluasi kesesuaian lahan aktual pada kedua gambar diatas termasuk sub kelas S3f
(sesuai marginal) dengan faktor pembatas retensi hara (C-organik). Sedangkan kesesuaian lahan
potensial termasuk sub kelas S2r (cukup sesuai) dengan faktor pembatas media perakaran (tekstur
tanah). Faktor pembatas untuk retensi hara dengan pH tanah 7,13 dapat dilakukan usaha perbaikan
dengan pemberian belerang atau sulfur sehingga pH tanah menjadi 5,0-7,0. Oksidasi belerang akan
menghasilkan H+, semakin tinggi kadar H+ dalam tanah akan membuat pH tanah menjadi masam
(Juita, 2020). Hal ini membuat tanah kembali netral namun membutuhkan waktu yang lama.
Utomo et al., (2019) menjelaskan bahwa pada tanah-tanah yang masam jumlah ion H+ lebih tinggi
daripada OH sedang pada tanah alkalis kandungan OH lebih banyak daripada H+. Semakin kecil
kejenuhan basa, maka semakin masam tanah tersebut dan pH nya semakin rendah.
Faktor pembatas retensi hara (C-Organik) dapat dilakukan usaha perbaikan yang dapat
dilakukan yaitu dengan pemberian pupuk organik, adanya penambahan bahan organik berbanding
lurus dengan peningkatan C-organik tanah dan penahan lengas tanah. pemupukan perlu adanya
keseimbangan jumlah unsur hara dalam tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman akan unsur hara
tersebut. Pemberian bahan organik bermanfaat dalam penyediaan unsur hara dan mengaktifkan
mikroorganisme tanah, sehingga struktur tanah menjadi remah. Struktur tanah yang remah
menyebabkan adanya perluasan jangkauan perakaran dalam serapan unsur hara dalam tanah
(Yuniarti et al., 2020).
Teknik penambahan bahan organik berkelanjutan dan lebih cepat terdekomposisi
merupakan salah satu solusi yang dapat diterapkan karena mampu meningkatkan pH tanah
sehingga kesuburan tanah meningkat. Asupan bahan organik tersebut akan mengalami proses
dekomposisi menghasilkan senyawa asam organik (asam humat dan asam fulvat) yang dapat
mengikat, dan mereduksi kation logam seperti Al, Fe dan Mn pada tanah masam sehingga dapat
memperbaiki kondisi kemasaman tanah melalui penurunan produksi ion H+ dari Al yang
terhidrolisis. aktivitasi ion OH- yang mampu menetralisasi konsentrasi ion H+ akan meningkat
melalui gugus hidroksil (OH-) dan karboksil (-COOH) yang dimiliki oleh asam organik (Farrasati
et al., 2019).
Faktor pembatas bahaya erosi usaha perbaikan yang dilakukan adalah penanaman tanaman
penutup tanah. Sarjono dan Guntoro (2019) menyebutkan bahwa lahan atau tanah yang tidak
tertutup oleh tumbuhan penutup tanah secara sempurna akan memiliki laju erosi yang lebih tinggi
karena mendapatkan benturan hujan dan aliran permukaan yang lebih besar daripada lahan yang
sudah tertutup oleh tumbuhan penutup tanah secara sempurna. penyebab utama terjadi erosi adalah
curah hujan yang tinggi dan sistem pertanian yang tidak disertai tindakan konservasi tanah dan air.
dengan pencegahan menggurangi laju erosi usaha konservasi tanah, yaitu: pembuatan teras,
penanaman sejajar kontur, penanaman tanaman penutup lahan.
Pengaruh vegetasi penutup terhadap erosi adalah: melalui fungsi melindungi, menurunkan
kecepatan air larian, menahan pertikel-partikel tanah pada tempatnya dan mempertahankan
kemantapan kapasitas tanah dalam menyerap air. Kelerengan yang sangat curam mempengaruhi
jumlah air hujan yang meresap atau ditahan oleh massa tanah, mempengaruhi dalamnya air tanah,
serta mempengaruhi besarnya erosi (surface run off).
Faktor pembatas kemiringan lereng usaha perbaikan yang dapat dilakukan adalah
konservasi (pembuatan teras) untuk mengubah permukaan permukaan tanah miring menjadi
bertingkat tingkat untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan dan menahan serta menampung
agar lebih banyak air yang meresap ke dalam tanah. Jenis teras kemiringan lahan adalah: 1. Teras
datar (kemiringannya < 5%), 2. Teras kridit (kemiringan 3-10% dengan maksud untuk membantu
peresapan air ke dalam tanah), 3. Teras bangku (kemiringan 15-50%), dan 4. Teras guludan
(kemiringannya antara 5-15% terdiri atas bibir teras, saluran teras dan bidang olahan serta
dilengkapi saluran pembuangan air disepanjang bagian atas guludan). Handayani dan Hani (2021)
menjelaskan bahwa lahan dengan kemiringan lereng tinggi ditanami dengan jenis tanaman yang
akarnya dapat menjangkar kuat tanah, seperti pohon atau tanaman berkayu jenis buah-buahan
disertai penanaman penutup tanah pada lereng.
Faktor pembatas kesesuaian lahan potensial adalah media perakaran (tekstur tanah) dapat
dilakukan perbaikan yang umumnya tidak bisa dengan skala besar. Faktor pembatas curah hujan
dilakukan upaya perbaikan dengan tingkat sedang yaitu pembuatan drainase sehingga dapat
dikategorikan menjadi kelas kesesuaian lahan potensial S1.

DAFTAR PUSTAKA

Farrasati, R., Pradiko, I., Rahutomo, S., Sutarta, E. S., Santoso, H., & Hidayat, F. (2019). C
organik tanah di perkebunan kelapa sawit Sumatera Utara: status dan hubungan dengan
beberapa sifat kimia tanah. Jurnal Tanah Dan Iklim, 43(2), 157-165.\

Handayani, W., & Hani, A. (2021). Kesesuaian lahan jenis-jenis tanaman untuk pembangunan
agroforestri pada lahan bekas perkebunan teh di Desa Cukangkawung, Kabupaten
Tasikmalaya. Jurnal Agroforestri Indonesia, 4(2), 115-130.

Juita, N. (2020). Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Pengembangan Kopi Robusta dengan
Pendekatan Parametrik Terbaru: Land Suitability Analysis for Robusta Coffee
Development with The Latest Parametric Approach. Jurnal Ecosolum, 9(2), 74-82.

Saidi, B. B., & Suryani, E. (2021). Evaluasi kesesuaian lahan untuk pengembangan kopi liberika
di kabupaten tanjung jabung timur jambi. Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi|
JIITUJ|, 5(1), 1-15.
Sarjono, A., & Guntoro, D. (2019). Perbandingan Arachis pintoi dengan Tanaman Kacang
kacangan Penutup Tanah Lain dalam Menekan Laju Erosi pada Lahan Kelapa Sawit
Berbukit. Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy), 47(1), 90-96.

Utomo, M. T., Repi, V. V. R., & Hidayanti, F. (2019). Pengatur Kadar Asam Nutrisi (pH) dan
Level Ketinggian Air Nutrisi pada Sistem Hidroponik Cabai. Jurnal Ilmiah GIGA, 21(1),
5-14.

Yuniarti, A., Damayani, M., & Nur, D. M. (2020). EFEK PUPUK ORGANIK DAN PUPUK N,
P, K TERHADAP C-Organik, N-Total, C/N, SERAPAN N, SERTA HASIL PADI
HITAM (Oryza sativa L. indica) PADA INCEPTISOLS. Jurnal Pertanian Presisi
(Journal of Precision Agriculture), 3(2), 90-105.

Anda mungkin juga menyukai