Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN ANTARA

PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

KATA PENGANTAR

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang Tahun Anggaran 2022
0341-4379940
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN ANTARA
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

KATA PENGANTAR
Sehubungan dengan paket pekerjaan ”PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI
TROTOAR JALAN BHAYANGKARA ” antara Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang,
Perumahan Dan Kawasan Permukiman Kota Mojokerto dengan CV. Geosentris
Nusantara, maka dengan ini disampaikan:

LAPORAN ANTARA
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN
BHAYANGKARA

Laporan ini merupakan produk yang dimaksudkan untuk menyajikan laporan antara
pelaksanaan pekerjaan. Adapun substansi laporan berisikan proses dan program kerja dari
konsultan dalam melaksanakan pekerjaan serta metode-metode yang digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan. Demikian Laporan ANTARA ini kami susun. Atas perhatian dan
kerjasamanya, Kami mengucapkan terima kasih.

Malang, Desember 2022

CV. GEOSENTRIS NUSANTARA

WIJAYANTO,S.T.
Direktur

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 i
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

DAFTAR ISI

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang Tahun Anggaran 2022
0341-4379940
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

DAFTAR ISI

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang ii
0341-4379940
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

DAFTAR TABEL

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang iii
0341-4379940
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

DAFTAR GAMBAR

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang iv
0341-4379940
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

BAB 1
PENDAHULUAN

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang Tahun Anggaran 2022
0341-4379940
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sektor prasarana jalan merupakan salah satu urat nadi dalam pertumbuhan
ekonomi wilayah, sehingga ketepatan penyediaannya melalui besarnya investasi
adalah suatu hal yang sangat penting. Berkaitan dengan perkembangan ekonomi,
investasi jalan dan atau jembatan memiliki pengaruh yang luas baik bagi pengguna
jalan dan/atau jembatan maupun bagi wilayah secara keseluruhan. Untuk itu,
diperlukan kebijakan yang tepat dalam penyelenggaraan jalan sehingga dapat
mendukung pengembangan wilayah dan pertumbuhan ekonominya. Salah satu
keberhasilan pembangunan kota adalah tersedianya sarana dan prasarana
transportasi yang baik di daerah tersebut untuk mendukung arus lalu lintas dalam
rangka menunjang kelancaran kegiatan sosial ekonomi dan perkembangan fisik di
daerah yang bersangkutan. Trotoar sebagai bagian dari bangunan pelengkap jalan
memegang peranan penting untuk memaksimalkan fungsi dan kemantapan jalan.
Trotoar sebagai bagian dari koridor jalan berfungsi membantu kelancaran lalu lintas
agar tidak terpengaruh atau terganggu oleh lalu lintas pejalan kaki.
Di masa kini fungsi trotoar telah disesuaikan dengan perkembangan kota,
selain digunakan sebagai jalur pejalan kaki juga dijadikan sebagai unsur keindahan
kota dan media interaksi sosial masyarakat. Kota Mojokerto dengan misi kota
dengan salah satu misinya adalah mewujudkan ekonomi daerah yang mandiri,
berdaya saing, berkeadilan dan berbasis pada ekonomi kerakyatan melalui
peningkatan fasilitas pembangunan infrastruktur daerah.
Untuk mendukung misi tersebut maka Pemerintah Kota Mojokerto selalu
berupaya untuk memberikan layanan yang terbaik kepada warga kotanya yang
salah satu diantaranya pada prasarana jalan yaitu Rehabilitasi Trotoar Jalan
Bhayangkara. Untuk lebih mengoptimalkan kegiatan peningkatan prasarana jalan
tersebut maka Pemerintah Kota Mojokerto melalui Dinas Pekerjaan Umum,
Penataan Ruang, Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman memandang perlu
adanya perencanaan yang sistematis dan tepat guna pada kegiatan tersebut di atas,
dengan harapan agar didapat hasil perencanaan matang yang memenuhi

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 1
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

persyaratan dan kaidah-kaidah teknis dan dapat diaplikasikan di lapangan sebagai


bagian dari kegiatan pembangunan transportasi yang berkualitas untuk mendukung
geliat dan mobilisasi perekonomian masyarakat Kota Mojokerto..

1.2. Rumusan Masalah


Terdapat dua poin utama yang akan dibahas pada perencanaan ini, yaitu
permasalahan fisik koridor dan nonfisik/sosial yang sebenarnya sekaligus dapat
dimanfaatkan dalam melakukan penataan pada koridor ini. Jadi, untuk
mewujudkan penataan tersebut terdapat tiga pertanyaan perencanaan, yaitu:
1. Bagaimana kriteria khusus penataan yang diperoleh dari hasil identifikasi
dan analisis permasalahan fisik dan sosial pada Jalan Bhayangkara Kota
Mojokerto?
2. Bagaimana konsep desain untuk menata Koridor Jalan Kota Mojokerto sehingga
memiliki karakter tersendiri?
3. Bagaimana penerapan konsep desain untuk menata Koridor Jalan Kota Mojokerto
sehingga memiliki karakter tersendiri?

1.3 Tujuan
Perancangan ini bertujuan untuk menata Koridor Jalan Bhayangkara Kota
Mojokerto sehingga menjadi koridor yang berhasil perencanannya baik secara fisik,
maupun secara sosial sekaligus menjadi koridor yang khas dengan karakternya
sendiri. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan langkah-langkah sebagai berikut
:
1. Merumuskan kriteria khusus penataan yang diperoleh dari mengidentifikasi
permasalahan fisik dan sosial pada Koridor Jalan Bhayangkara Kota Mojokerto.
2. Merumuskan konsep desain untuk menata Koridor Jalan Bhayangkara Kota
Mojokerto sehingga memiliki karakter tersendiri.
3. Menerapkan konsep desain untuk menata Koridor Jalan Bhayangkara Kota
Mojokerto sehingga memiliki karakter tersendiri.

1.4 Lingkup Pekerjaan


1. Ruang lingkup pekerjaan meliputi:
a. Persiapan atau penyusunan konsep perencanaan, seperti mengumpulkan data
dan informasi, membuat interpretasi secara garis besar terhadap Kerangka Acuan Kerja,

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 2
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

program kerja perencanaan, konsep perencanaan, sketsa gagasan, dan konsultasi dengan
pemerintah
daerah setempat mengenai peraturan daerah/ perizinan bangunan;

• Pekerjaan survey meliputi :

- Survey pendahuluan atau reconnaissance survey adalah survey yang


dilakukan pada awal pekerjaan di lokasi pekerjaan, yang bertujuan untuk
memperoleh data awal sebagai bagian penting bahan kajian teknis untuk bahan
pekerjaan selanjutnya, survey ini diharapkan mampu memberikan gambaran tentang
perencanaan yang akan dilakukan, sehingga hasilnya dapat sesuai yang diharapkan.

- Survey kondisi tanah

• Penyusunan pra-rencana, seperti Pengukuran topografi lokasi jalan utuk


mendapatkan profil permukaan jalan dan daerah milik jalan.

• Review ulang geometrik jalan eksisting agar tercapai kenyamanan dari


geometrik jalan nantinya untuk pengguna jalan.

b. Penyusunan pengembangan rencana, seperti membuat :

• rencana arsitektur;

• rencana struktur, beserta uraian konsep dan perhitungannya;

• garis besar spesifikasi teknis (outline specifications);

• perkiraaan biaya.

c. Penyusunan rencana detail berupa uraian lebih terinci seperti: membuat gambar-
gambar detail, rencana kerja dan syarat-syarat, rincian volume pelaksanaan
pekerjaan, rencana anggaran biaya pekerjaan konstruksi, dan menyusun laporan
perencanaan.

d. Menyusun laporan akhir pekerjaan perencanaan yang terdiri atas perubahan


perencanaan pada masa pelaksanaan konstruksi, petunjuk penggunaan, dan
pemeliharaan bangunan.

e. Membantu dalam proses pelelangan yang meliputi :

• Membantu Kepala Satuan Kerja/Kuasa Pengguna Anggaran di dalam


menyusun dokumen pelelangan, dan membantu panitia pelelangan dalam menyusun

program dan pelaksanaan pelelangan;

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 3
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

• Membantu panitia pelelangan pada waktu penjelasan pekerjaan, termasuk


menyusun Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, membantu Panitia Pelelangan dalam
melaksanakan evaluasi penawaran, menyusun kembali dokumen pelelangan, dan
melaksanakan tugas-tugas yang sama apabila terjadi lelang ulang;

2. Rujukan meliputi ketentuan dan peraturan yang dipakai sebagai dasar pelaksanaan
pekerjaan perencanaan yang terdiri dari :

a. Rujukan utama

• Keputusan Presiden RI No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan


Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah beserta perubahannya;

• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 Tentang


Jalan;

• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 19/Prt/M/2011 Tentang


Persyaratan Teknis Jalan Dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan;

• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 28 tahun


2016 tentang Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum

beserta perubahannya;

• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 01 tahun


2022 tentang Pedoman Penyusunan Perkiraan Biaya Pekerjaan Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;

• Petunjuk Perencanaan Trotoar, No. 07/T/BNKT/1990;

• SNI 03-2443-1991, Spesifikasi Trotoar;

• Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan, SK. SNI T-22-1991-03;

• Peraturan Menteri nomor 12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem


Drainase Perkotaan;

• Petunjuk Perencanaan Marka Jalan, No. 21/T/BNKT/1990;

• Tata Cara Perencanaan Persimpangan Sederhana Jalan Perkotaan, No.


002/T/BNKT/1991;

• Standar Perencanaan Geometrik Jalan Perkotaan, Maret 1992;

• Peraturan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa


Komponen, SNI;

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 4
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

• Petunjuk / Tata Cara Standar lainnya yang berhubungan;

• Hukum Perburuhan di Indonesia dan Peraturanperaturan perburuhan yang

berlaku.

b. Rujukan Tambahan.

Apabila ada hal-hal yang tidak termuat dalam SNI tetapi harus dikerjakan,
maka dapat dipakai Standard/Peraturan/Pedoman yang sebelum lahirnya SNI
tersebut seperti SKSNI T-15-1991-03, bahkan bisa dari PBBI 1971 NI-2 selama tidak
bertentangan dengan SNI atau standard lain yang banyak digunakan masyarakat
konstruksial tidak bertentangan dengan SNI tersebut diatas, misal seperti ACI318-99,
UBC 1977, AISC 1994, dsb, atas persetujuan pengawas.

3. Lokasi Pengadaan Jasa Konsultansi Perencanaan Teknis Rehabilitasi Trotoar Jalan


Bhayangkara adalah di DPUPRPERAKIM Kota Mojokerto, Jl. By Pass – Kedundung,
Magersari, Mojokerto.

4. Data dan Fasilitas penunjang dalam pengadaan jasa Perencanaan Teknis ini yang dapat
disediakan oleh Pengguna Anggaran adalah :

a. Data Harga Satuan Pekerjaan Konstruksi dan Standart Harga Satuan Barang
Pemerintah Kota Mojokerto sebagai pembanding jenis pekerjaan dan harga;

b. Pengadaan Jasa Perencanaan Teknis dilaksanakan dengan cara Pengadaan


Barang dan Jasa Metode Seleksi Umum dengan dasar Peraturan Presiden No 12 Tahun
2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Tentang
Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah.

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 5
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 Tahun Anggaran 2022
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Pemahaman Umum Tentang Koridor Jalan


2.1.1. Pengertian Koridor Jalan
Suatu Koridor biasanya pada sisi kiri dan kanannya telah ditumbuhi
bangunan – bangunan yang berderet memanjang di sepanjang ruas jalan
(Moughtin,1992,hal 41). Keberadaan bangunan – bangunan tersebut secara
langsung maupun tidak langsung menampilkan kualitas fisik ruang pada lingkungan
tersebut. Koridor dibentuk oleh dua deretan massa (bangunan atau pohon ) yang
membentuk sebuah ruang untuk menghubungkan dua kawasan atau wilayah kota
secara netral (Zahnd,2012,hal110). Dapat disimpulkan bahwa koridor merupakan ruang
berupa plasa,jalan,atau lorong memanjangn yang terbentuk oleh deretah pohon atau
bangunan untuk menghubungkan dua kawasan dan menampiolkan kualitas fisik ruang
tersebut.

2.1.2. Tipologi Koridor Jalan


Keberadaan suatu koridor sebagai pembentuk arsitektur kawasan kota tidak
akan lepas dari elemen – elemen pembentuk citra koridor tersebut. Elemen –
elemen pembentuk koridor menurut Krier (1979),yaitu :

a. Wujud Bangunan
Wujud bangunan merupakan wajah atau tampak dan bentuk bangunan yang
ada di sepanjang koridor. Wajah dan bentuk bangunan tersebut merupakan tapak
keseluruhan dari suatu koridor yang mampu mewujudkan identitas dan citra
arsitektur suatu kawasan. Namun Krier dalam bukunya yang lain Architectural
Composition(1988). Menjelaskan wujud bangunan mempengaruhi bentuk koridor
secara geometri. Kink dan bend ( tikungan) adalah elemen yang terbentuk oleh
wujud atau keberadaan bangunan di suatu koridor. Terdapat dua bentuk kink.
b. Figure Ground
Figure Ground merupakan hubungan penggunaan lahan untuk massa
bangunan dan ruang terbuka.Figure Ground adalah pola massa dalam
sebuah koridor yang dapat membantu untuk mengidentifikasikan sebuah
JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06
Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 1
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

tekstur dan pola tata ruang. Selain itu juga masalah pembentukan dinding
koridor (Trancik,1986) Figure Ground pada suatu koridor dapat digunakan
sebagai dasar untuk :

1. Membentuk ruang luar yang mempunyai hirarki. Struktur jalan dan


plasa merupakan suatu susunan serta bangunan yang ada
mengikuti pola tersebut.
2. Merencakanan kota agar lebih terintegrasi karena terdapat struktur
jalan dan ruang terbuka yang mempengaruhi orientasi bangunan.\
3. Mengupayakan agar terbentuk ruang fisik yang teratur.
Istilah Figure adalah untuk massa yang dibangun (biasanya dalam gambar –
gambar ditunukkan dengan warna hitam). Ground adalah istilah untuk semua ruang
di luar massa itu (biassanya ditunjukkan dengan warna putih). Terkadang sebuah
Figure Ground juga digambarkan dengan warna sebaliknya supaya dapat
mengekspresikan efek tertentu.
Pola tekstur sebuah tempat sangat penting di dalam perancangan kota dan
secara teknis sering disebut serbagai landasan pengumpulan informasi. Pola – pola
tekstur perkotaan dapat berbeda karena perbedaan tekstur pola – pola tersebut
mengungkapkan perbedaan rupa kehidupan dan kegiatan masyarakat perkotaan
secara arsitektural.
Di dalam pola – pola kawasan secara tekstural mengekspresikan rupa
kehidupan dan kegiatan perkotaan secara arsitektural dapat diklasifikasikan dalam
tiga kelompok:

1. Susunan kawasan bersifat homogeny,dimana hanya ada satu pola


penataan.
2. Susunan kawasan yang bersifat heterogen,terdapat dua atau lebih
pola berbenturan.
3. Susunan kawasan yang bersifat menyebar dengan kecenderungan
kacau atau tidak jelas.
Figure Groudn didasarkan atas dua komponen utama yaitu :

1. Solid (Figure) merupakan blok – blok dari massa bangunan berupa


elemen massif (bangunan) yang berfungsi sebagai wadah kegiatan
manusia.

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 2
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

2. Void (Ground) merupakan ruang luar berupa ruang terbuka ( Open


Space) yang terbentuk diantara blok – blok tersebut. Elemen Void
terdiri dari:

a. Internal Void, yaitu ruang terbuka yang berada di dalam lingkup


suatu bangunan. Kualitas Internal Void dipengaruhi oleh
konfigurasi bangunan serta keunikan dari fasad interior
bangunan yang melingkupinua.
b. Eksternal Void, yaitu ruang terbuka yang berasal dari luar
lingkup banguan dan bersifat Public Domain. Kualitas ruang
yang ditimbulkan oleh bentuk dan fasad – fasad bangunan yang
melingkupinya,sehingga dikatakan bersifat konstektual.
Sistem hubungan di dalam tekstur Figure Ground mengenai dua kelompok elemen
yaitu Solid dan Void. Ada tiga elemen dasar yang bersifat Solid yaitu blok
tungkal,blok sisi dan blok medan.

1. Elemen solid blok tunggal bersifat agak individual,elemen ini juga dapat
dilihat sebagai bagaian dari satu unit yang lebih besar,dimana elemen
tersenti sering memiliki sifat penting(misalnya sebagai penentu
sudut,hirarki atau penyambung).
2. Elemen solid blok yang sisi : berfungsi sebagai pembatas secara
linier,pembatas tersebut dapat dibentuk olhe elemen ini dari satu,dua,atau
tiga sisi.
3. Elemen solid blok medan: blok ini memiliki bermacam-macam massa dan
bentuk,namun masing – masing tidak dapat dilihat secara individu –
individu,melainkan harus dilihat keseluruhan massanya secara
bersamaan.
c. Street and Pedestrian Ways
Koridor jalan dan jalur pejalan kaki merupakan ruang pergerakan linier
sebagai sarana sirkulasi dan aktivitas manusia dengan skala padat.

2.1.3. Jenis Koridor


Menurut Bishop (1989) Terdapat dua macam koridor perkotaan,yaitu:
a. Comercial Corridor (Koridor Komersial)

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 3
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

Bentuk koridor ini dimulai dari area – area dan pusat – pusat pelayanan jasa
perdagangan yang terbentuk di sepanjang koridor disertai kondisi aktivitas padat.
Koridor komersila termasuk di dalamnya memiliki jalur pedestrian untuk aktivitas dan
pergerakan manusia dan jalan untuk transportasi kendaraan utama yang melewati
kawasan kota.
b. Scenic Koridor
Bentuk koridor ini kurang umum jika dibandingkan dengan koridor komersial
di kawasan perkotaan. Scence Koridor ini memberikan pemandangan alam natural
yang unik dan melalui pengalaan rekreasi bagi pengendara kendaraan saat mereka
melawati jalan tersebut. Meskipun scenic koridor kebanyakan terdapat di area
pedesaan,beberapa komunitas masyarakat mengenali keunikan bentuk koridor ini
karena memberikan kesempatan pemandangan yang menarik selama perjalanan
dengan kendaraan.
c. Pergerakan dan Keramahan Pedestrian
Pergerakan dan keramahan pedestrian merupakan faktor penting untuk
mengantisipasi pergerakan orang dari satu fasilitas publik ketempat lainnya.
Fasilitas ini dulunya diabaikan, sekarang sudah mulai diperhitungkan karena
mengandung nilai kualitas lingkungan yang baik dan harus didesain sesuai citra
kawasan. Keramahan pedestrian akan memberi kenyamanan bagi masyarakat
dalam melakukan pergerakan.

d. Skala Manusia dan Kepadatan


Skala manusia dan kepadatan akan mempengaruhi kualitas ruang publik.
Suatu desain harus memikirkan skala manusia agar lebih manusiawi,
keterlingkupan yang lebih erat, aksesoris kota yang lebih menarik, utilitas kota yang
berfungsi dengan baik. Intinya semua aspek dirancang lebih manusiawi dan
aksebilitas bagi penyandang cacat sekalipun. Kepadatan merupakan kondisi yang
tidak seimbang antara fasilitas yang tersedia dan masyarakat yang menggunakan.

e. Struktur, Kejelasan dan Identitas


Struktur, kejelasan dan identitas memberi pemahaman dengan cepat kepada
masyarakat akan keberadaan ruang publik. Sebelum memulai perencanaan secara
integral, wajib mengenali struktur kawasan kota yang akan dirancang, daerah mana
yang perlu dikembangkan, ruang terbuka mana yang bisa dipakai dan
JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06
Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 4
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

bagaimana mengatur aksebilitasnya. Hal ini untuk kejelasan manajemen


transportasi kawasan terhadap kota. Identitas merupakan unsur penting yang dapat
menarik perhatian dikawasan revitalisasi, karena orang akan mudah terkesan dan
selalu ingat apa yang pernah dilihat.

f. Kerapian, Keamanan dan Kenyamanan


Kerapian, keamanan dan kenyamanan merupakan elemen penting dalam
peningkatan kualitas ruang publik. Kerapian yang menyangkut infrastruktur,
bangunan, utilitas dan aksesoris kota sehingga banyak keluhan masyarakat karena
merasa tidak nyaman, terganggu dan tidak aman.

g. Manajemen Kota
Mananejen kota sangat diperlukan dalam menjaga dan meningkatkan
kualitas ruang publik. Manajemen suatu kota sering tidak jelas siapa yang harus
bertanggung jawab, siapa yang berperan menggerakkan masyarakat menyadari
akan partisipasi terhadap pengelolaan kota. Peran stakeholder sangat penting
dalam manajemen kota, karena beban ini tidak dapat sepenuhnya diberikan pada
pemerintah kota karena berbagai keterbatasan.

h. Beragam Visual Menarik


Beragam visual menarik yang ada dikawasan revitalisasi sangat diperlukan untuk
menambah nilai pemandangan (vista) yang dapat meningkatkan daya Tarik dan
nilai estetika kawasan menjadi berkualitas. Supaya nilai kawasan tersebut leboh
positif maka dalam perencanaan penataan kawasan harus memperhatikan potensi
yang ada, dan menciptakan karakter yang berjati diri kawasan setempat.
Menurut Shirvani (1985) dalam urban design dikenal enam elemen fisik yang
digunakan untuk membuat kebijakan, rencana, paduan desain dan program.
Elemen fisik tersebut antara lain system ketertarikan ruang (sirkulasi, Aksesibilitas
dan parkir), jalur pejalan kaki (pendestrian ways), aktivitas penunjang (activity
support) dan street furniture.
Elemen-elemen fisik tersebut juga didukung oleh activity support yaitu
menghubungkan dua atau lebih pusat-pusat kegiatan umum dan menggerakkan
fungsi kegiatan umum kota menjadi lebih hidup, menerus dan ramai. Aktivitas

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 5
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

penunjang ini tentu saja dapat menunjang ruang publik, sebab antara aktivitas dan
elemen fisik selalu saling melengkapi.
Menurut Huat dan Edward (1992) dalam suatu ruang kota dibutuhkan elemen-
elemen pendukung (street furniture) untuk penataan ruang publik, sebagai berikut:
a. Lampu, dimana standart penerangan untuk skala jalur pedestrian secara
umum adalah ketinggian maksimum 12 kaki dan penerangan maksimum 75watt
dengan jarak masing – masing penerangan 50 meter.
b. Signage, berupa tanda-tanda yang diperhatikan untuk menunjukkan
identitas jalur pedestrian, arah, rambu lalu lintas serta memberi informasi lokasi
atau aktivitas.
c. Ground cover, berupa penggunaan paving block atau aspal yang
harus diperhatikan dalam perencanaan jalur pendestrian.
d. Bangku, digunakan untuk mengantisipasi kegiatan pejalan kaki untuk
beristirhat atau menikmati suasana sekitarnya.
e. Kios, peneduh (shelter) dan kanopi, keberadaan kios dapat memberi
petunjuk jalan dan menarik perhatian pejalan kaki sehingga mereka mau
menggunakan jalur pendestrian dan menjadikan jalur tersebut hidup, tidak monoton.
f. Tanaman peneduh, disamping untuk mempercantik kawasan, juga sebagai
vegetasi untuk mengurangi polusi udara.
g. Tempat sampah perlu untuk menjaga kebersihan jalur pendestrian
sehingga pejalan kaki merasa nyaman dan tidak terganggu.
Menurut Arifin (2006), dalam perancangan taman sebagai ruang publik perlu
dilakukan pemilihan dan penataan secara detail elemen – elemennya, agar taman
dapat fungsional dan estetis. Elemen dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Berdasarkan jenis dasar elemen:


1. Elemen alami
2. Elemen non alami (buatan)
b. Berdasarkan kesan yang ditimbulkan:
1. Elemen lunak (soft material) seperti tanaman, air dan satwa
2. Elemen keras (hard material) seperti paving, pagar, patung, pergola,
bangku taman, kolam, lampu taman, dan sebagainya.
c. Berdasarkan kemungkinan perubahan:

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 6
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

Taman dalam skala besar (dalam konteks lansekap), memiliki elemen perancangan
yang lebih beragam yang memiliki perbedaan dalam hal kemungkinan dirubah.
Elemen tersebut diklasifikasikan menjadi:
1. Elemen mayor (elemen yang sulit diubah), seperti sungai, gunung, pantai,
hujan, kabut, suhu, kelembaban udara, radiasi matahri, angina, petir dan
sebagainya.
2. Elemen minor (elemen yang dapat diubah), seperti sungai kecilo, bukit kecil,
tanaman, dan sebagainya serta elemen buatan manusia.
Jenis elemen – elemen taman kota terdiri dari:
a. Material Lansekap atau vegetasi yang termasuk dalam elemen lansekap
antara lain: Pohon: Tanaman kayu keras dan tumbuh tegak, berukuran besar
dengan percabangan yang kokoh. Yang termasuk dalam jenis pohon ini
adalah asam kranji, lamrotung, akasia, dan lainnya.
Perdu: jenis tanaman seperti pohon terapi berukuran kecil, batang cukup
berkayu tetapi kurang tegak dan kurang kokoh, yang termasuk dalam jenis
perdu adalah bougenville, kol banda, kembang sepatu, dan lainnya.
Semak: Tanaman yang agak kecil dan rendah, tumbuhnya melebar atau
merambat.
Yang termasuk dalam jenis semak adalah teh – tehan, dan lainnya.
Tanaman penutup tanah: Tanaman yang lebih tinggi rumputnya, berdaun dan
berbunga indah. Yang termasuk dalam jenis ini adalah krokot, nanas hias
dan lainnya.
Rumput : jenis tanaman pengalas, merupakan tanaman yang persisi berada
diatas tanah. Yang termasuk dalam jenis ini adalah rumput jepang, rumput
gajah , dan lainnya.
b. Material Pendukung atau elemen keras, yang termasuk dalam
material pendukung adalah:
1. Kolam
Kolam dibuat dalam rangka menunjang fungsi gedung atau merupakan
bagian taman yang memiliki estetika sendiri. Kolam sering dipadukan dengan
batuan tebing dengan permainan air yang menambah kesan dinamis. Kolam
akan tampil hidup bila ada permainan air didalamnya. Taman dengan kolam
akan mampu meningkatkan kelembaban lingkungan sehingga dapat
berfungsi sebagai penyejuk lingkungan.
JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06
Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 7
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

2. Tebing Buatan
Tebing buatan atau artificial banyak diminati oleh penggemar taman. Tebing
ini dibuat untuk memberikan kesan alami, menyatu dengan alam, tebing dibuat
dengan maksud untuk menyembunyikan tembok pembatas dinding yang licin
massif, agar tidak menyilaukan pada saat matahari bersinar sepanjang siang.
Penambah air kolam terjun pada tebing buatan akan menambah suasana sejuk dan
nyaman.
3. Batuan
Batuan tidak baik bila diletakkan ditengah taman, sebaiknya diletakkan agak
menepi atau pada salah satu sudut taman. Sebagian batu yang terpendam didalam
tanah akan memberikan kesan alami dan terlihat menyatu dengan taman akan
terlihat lebih indah bila ada penambahan koloni taman pada sela – sela batuan.
4. Gazebo
Gazebo adalah bangunan peneduh atau rumah kecil di taman yang
berfungsi sebagai tempat beristirahat menikmati taman. Sedangkan bangku taman
adalah bangku panjang yang disatukan dengan tempat duduknya dan
ditempatkan di gazebo atau tempat – tempat teduh untuk beristirahat sambil
menikmati taman. Bahan pembuatan gazebo atau bangku taman tidak perlu
berkesan mewah, tetapi lebih ditekankan pada nilai keindahan, kenyamanan dalam
suasana santai, akrab, dan tidak resmi. Gazebo atau bangku taman bisa terbuat
dari kayu, bambu , besi atau bahan lain yang lebih kuat dan tahan terhadap kondisi
taman. Atapnya dapat bermacam – macam, mulai dari genting, ijuk, alang – alang
dan bahan lain yang berkesan tahan sederhana.
5. Jalan Setapak (Stepping Stone)
Jalan setapak atau stepping stone dibuat agar dalam pemeliharaan taman
tidak merusak rumput dan tanaman, selain itu jalan setapak berfungsi sebagai unsur
variasi elemen penunjang taman.
6. Perkerasan
Perkerasan pad ataman dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
macam bahan , seperti tegel, paving , aspal, batu bata, dan bahan lainnya. Tujuan
perkerasan adalah untuk para pejalan kaki (pendestrian) atau sebagai pembatas.

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 8
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

7. Lampu Taman
Lampu taman merupakan elemen utama sebuah taman dan dipergunakan
untuk menunjang suasana di malam hari. Lampu berfungsi sebagai penerang taman
dan sebagai nilai artestik taman.
2.1.4. Peran dan Fungsi Ruang Publik
Ruang publik adalah suatu wadah yang menampung suatu aktivitas
masyarakat disuatu wilayah maupun tempat tertentu, sehingga ruang publik dapat
memberikan dampak yang positif bagi suatu masyarakat maupun kelompok
individu, Menurut Hakim (1987) ruang publik memiliki fungsi antara lain :
a. Sebagai tempat bermain
b. Tempat berolahraga
c. Tempat bersantai
d. Tempat komunikasi sosial
e. Tempat peralihan, tempat menunggu
f. Sebagai ruang terbuka untuk mendapatkan udara segar dengan lingkungan.
g. Sebagai sarana penghubung antara satu tempat dengan tempat lain
h. Sebagai pembatas / jarak diantara massa bangunan
i. Fungsi ekologis, meliputi penyegaran udara, penyerap air hujan,
pengendalian banjir, pelembut arsitektur bangunan maupun memelihara ekosistem.

Menurut Darmawan (2009), fungsi ruang publik dalam perencanaan kota :


a. Sebagai pusat interaksi, komunikasi masyarakat baik formal maupun
informal. Kegiatan informal seperti konser music, demo dan kegiatan lainnya.
b. Sebagai tempat kegiatan bagi pedagang kaki lima yang menjual
makanan, minuman, souvenir dan jasa foto bagi pengunjung.
c. Sebagai paru- paru kota yang dapat menyegarkan udara kawasan
tersebut, sekaligus sebagai ruang evakuasi apabila terjadi bencana.
d. Sebagai ruang terbuka yang menampung koridor – koridor, jalan menuju
kearah ruang terbuka publik dan sebagai ruang pengikat dilihat dari struktur kota
yang sekaligus sebagai pembagi ruang-ruang fungsi bangunan disekitarnya.

2.1.5. Faktor – Faktor Kualitas Ruang Publik


JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06
Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 9
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

Faktor lain yang mendasari perencanaan peningkatan kualitas ruang publik


menurut Darmawan (2009) antara lain: keamanan, kenyamanan, pencapaian,
vitalitas dan citra (image). Faktor keamanan menjadi penting karena dapat memberi
kenikmatan bagi para pengguna. Faktor kenyamanan dapat dilakukan dengan
memberikan fasilitas – fasitas pada ruang publik seperti: tempat-tempat duduk yang
terlindung dari matahari, tempat – tempat pemberhentian yang nyaman untuk
menunggu bus dan sebagainya. Kenyaman juga bisa dicapai dengan melakukan
pelebaran trotoar yang sesuai dengan kebutuhan.
Faktor pencapaian sangat penting terutama bagi pejalan kaki atau pemakai
kendaraan bermotor, misalnya: transit mall yang mempermudah orang menyebrang
jalan dan memperlancar sirkulasi kendaraan/bus. Vitalitas artinya bahwa ruang
publik seharusnya lebih diramaikan dengan adanya café, pedagang kaki lima dan
kegiatan lain yang menggunakan ruang publik misalnya festival-festival yang akan
menghidupkan suatu kawasan. Image dapat diciptakan sesuai keinginan
perencana atau pengelola dengan menampilkan elemen-elemen yang dapat
memberi kesan khusus sehingga dapat menarik para pengunjung.
Ruang publik yang menarik akan selalu dikunjungi oleh masyarakat luas
dengan berbagai tingkat kehidupan sosial. ekonomi, etnik, tingkat pendidikan,
perbedaan umur dan motivasi atau tingkat kepentingan yang berlainan. Kriteria
ruang publik secara esensial menurut Carr (1992) ada tiga macam yaitu:
1. Responsive
Ruang publik yang responsif adalah ruang yang diciptakan dan diatur untuk
melayani kebutuhan penggunanya. Kebutuhan yang mendasar adalah seseorang
mencari kepuasan dalam public space untuk kenyamanan, santai, keterkaitan
secara aktif dan pasif serta adanya penemuan pengalaman baru. Santai dapat
memberikan kelegaan beraktivitas rutin setiap hari.
Adanya kaitan anatara keterlibatan aktif dan pasif harus diupayakan
saling berhubungan dengan baik terhadap orang lain atau kelompok lain agar
tercipta suatu keseimbangan kegiatan privat atau publik. Public space dapat juga
ditata dari aktivitas fisik dan mental, misal melalui pembangunan taman bersama
dan konservasi.
Hubungan antar ruang secara fisik dan fungsional dapat merupakan tatanan yang
menarik. Kualitas tempat akan mendorong vitalitas dari sebuah tempat. Tempat
yang berkualitas akan mendorong hidupnya suatu tempat, dan dapat menjadi
JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06
Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 10
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

suatu temuan baru baik dari diri sendiri maupun orang lain sebagai tahap awal
untuk mengenal dunia luar.
Kontak fisik dan visual dengan alam dan elemen lansekap dapat menciptakan
kesehatan dan mendapatkan keuntungan bagi manusia. Pada dasarnya kebutuhan
adalah hal yang mendasar yang harus direspon pemenuhannya.

2. Democratic
Ruang publik yang democratic (Democratic Space) adalah ruang publik yang
dapat melindungi hak – hak kelompok penggunanya. Aksebilitas untuk semua
golongan dan memberi kebebasan untuk bergerak termasuk terhadap tuntutan
sementara tentang masalah pengakuan dan hak pemakaian (ownership).
Ruang publik dapat menjadi ruang publik untuk bertindak lebih luas berkarya lebih
bebas dan hal itu tidak didapatkan dirumah dan tempat kerja. Pada kebanyakan
tempat kenyataannya bahwa ruang publik tidak hanya mengakomodasi
kepentingan publik namun juga merespon kegiatan privat. Namun kondisi ini
menunjukkan bahwa kualitas ruang publik dapat teruji apabila pemakai ruang
secara democratis dapat terwujud tanpa ada salah satu pihak yang merasa
dirugikan hak – hak penggunaannya. Disinilah keseimbangan antara kegiatan
publik dan kegiatan privat dapat saling bersinergi dan saling mengntungkan.
3. Meaningful
Ruang yang meaningful adalah ruang yang memberikan suatu hubungan
yang kuat antara ruang (place), kehidupan pribadi dan dunia yang lebih luas.
Keduanya dihubungkan oleh kontes fisik dan kualitas sosial. Hubungan ini dapat
menjadi sejarah bagi suatu kelompok masyarakat tertentu dan masa depan
kelompok tertentu pula. Dengan demikian makna mempunyai keterkaitan dengan
aspek sejarah, budaya, kondisi biologis dan psikologis serta dunia yang lebih luas.
Dari pernyataan Carr, maka siapapun tanpa membedakan anak, dewasa,
atau orang tua, kaya atau miskin, berpendidikan tinggi atau rendah, atasan atau
bawahan , dapat memanfaatkan ruang publik kota untuk segala macam kegiatan
individual atau berkelompok. Kebebasan bagi masyarakat untuk melakukan
kegiatan itulah kadang – kadang perlu pengendalian aktivitas – aktivitas yang
terjadi, perlu pengaturan fungsi ruang, sirkulasi lalu lintas dan parkir kendaraan
bermotor, perlu penempatan pedagang kaki lima dan sebagainya.
JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06
Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 11
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

2.1.6. Pemanfaatan Ruang Publik


Pemanfaatan ruang publik adalah penggunaan ruang publik sebagai ruang
yang melayani kebutuhan fisik, mental, memberikan pengetahuan kepada
pengunjungnya, serta juga sebagai simpul dan sarana komunikasi pengikat sosial
untuk menciptakan interaksi antar kelompok masyarakat (Carr,1992). Pemanfaatan
ruang terbuka publik oleh masyarakat, antara lain sebagai tempat untuk bersantai,
bermain, berjalan – jalan dan membaca.
Menurut Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007, pemanfaatan ruang
adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan
tata ruang melalui penyusunan dan pelaksaan program beserta pembiayaannya.
Dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan ruang adalah suatu proses atau cara
untuk memanfaatkan suatu ruang yang kita butuhkan.
Perilaku ataupun aktivitas manusia terhadap penggunaan ruang publik
ditimbulkan karena adanya kebutuhan dari manusia tersebut untuk mempergunakan
ruang publik. Secara psikologis, manusia membutuhkan tempat dimana dia dapat
beraktivitas dan berinterkasi sesame manusia lainnya. Aktivitas ini berbagai macam
dapat berupa olahraga, jalan-jalan, duduk-duduk maupun berkumpul bersama
teman atau keluarga. Perilaku ataupun aktivitas manusia terhadap penggunaan
ruang terbuka ditimbulkan karena adanya kebutuhan dari manusia tersebut untuk
mempergunakan ruang terbuka. Secara psikologis, manusia membutuhkan tempat
dimana dia dapat beraktivitas dan berinteraksi sesame manusia lainnya. Aktivitas itu
berbagai macam, dapat berupa olahraga, jalan – jalan, duduk – duduk maupun
berkumpul bersama teman atau keluarga. Menurut Haryadi dan Setiawan (1995),
kegiatan selalu mengandung empat hal pokok yaitu pelaku, macam kegiatan,
tempat dan waktu berlangsungnya kegiatan.
Menurut Brignull dan Rogers (2000) ada beberapa aktivitas yang dilakukan oleh
pelaku yaitu:
2. Apa (What)
Aktivitas – aktivitas apa saja yang paling sering dilakukan individu dan
memperhatikan karakteristik tingkah laku manusia.
3. Siapa (Who)

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 12
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

Siapa saja pelaku aktivitas dan memperhatikan tipe pelaku, yang dilihat dari segi
kebudayaan, kelas sosial, usia, kebiasaan, jenis kelamin.

4. Dimana (Where)
Memperhatikan karakteristik tempat khusus dimana saja aktivitas berlangsung.
5. Kapan (When)
Kapan aktivitas tersebut dilaksanakan dan kecenderungan minat seseorang pada
waktu tertentu untuk melakukan aktivitas.
6. Mengapa (Why)
Berupa alasan mengapa suatu aktivitas berlangsung disuatu tempat
Menurut Rustam Hakim dan Hardi Utomo (2004) pemanfaatan ruang publik
lebih ditekankan dari sisi aspek fungsional yang mencakup kegunaan dan
pemanfaatan, waktu kegiatan dan dari segi aspek estetika yang mencakup
bentuk desain, ukuran / dimensi, penggunaan bahan/material, keamanan
konstruksi terhadap Aksesibilitas pendestrian pejalan kaki, Aksesibilitas
kendaraan, area parkir dan bangunan kios.
1. Ruang Publik Menurut Beberapa Ahli
Bagian ini akan membahas mengenai tinjauan pustaka yang memuat hasil –
hasil penelitian yang didapat oleh peneliti yang relevan dengan penelitian.
Peran ruang publik bagi masyarakat kota sangat penting selain menyangkut
tata ruang fisik lingkungan, ruang publik juga mengemban fungsi dan makna sosial
dan kultural yang sangat tinggi seperti yang dikemukakan oleh Budiharjo dan
Sujarto (1999:34), ruang publik merupakan; tempat dimana masyarakat dapat
melakukan aktivitas sehubungan dengan kegiatan rekreasi dan hiburan, bahkan
dapat pula mengarah pada jenis kegiatan hubungan sosial lainnya seperti untuk
jalan-jalan, melepas lelah, duduk bersantai santai, pertemuan akbar pada saat
tertentu atau juga digunakan untuk upacara-upacara resmi, dapat pula dipadukan
dengan tempat-tempat perdagangan. Di sisi lain, mimimnya ruang terbuka publik
yang dapat menampung aktivitas bersama dapat mengakibatkan masalah sosial
sebagai akibat kurangnya bersama dan sosialisasi antar masyarakat, anak-anak
tidak lagi memiliki tempat di ruang luar, sehingga toleransi semakin berkurang dan
budaya kebersamaan semakin hilang. Taman Kota mutlak dibutuhkan bagi
masyarakat kota, karena terdapat unsur-unsur seperti keserasian, reaksi aktif, pasif,
nuansa rekreatif, terjadinya keseimbangan mental (psikologis) dan fisik manusia,
JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06
Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 13
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

habitat, keseimbangan ekosistem. Hal yang dapat dipakai dalam penelitian ini
adalah ide tentang ruang publik sebagai tempat aktivitas sosial masyarakat dapat
dipadukan dengan tempat perdagangan sehingga terjadi keseimbangan mental
dan fisik manusia.
Ir. Edy Darmawan..MEng (2003) mengatakan bahwa ruang publik
merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat kota sehingga bisa terjalin
interaksi sosial di masyarakat kota itu sendiri. Ruang publik secara umum terdapat
beberapa fungsi yang antara lain adalah :
a. Sebagai pusat Interaksi untuk kegiatankegiatan masyarakat baik formal
maupun informal atau digunakan untuk event-event tertentu seperti upacara
kenegaraan, sholat hari raya, acara hiburan dan lain-lain.
b. Sebagai ruang terbuka yang menampung koridor-koridor jalan yang menuju
kearah ruang publik tersebut dan sebagai ruang pengikat dilihat dari struktur kota
serta sebagai pembagi ruang-ruang fungsi bangunan disekitarnya dan ruang untuk
transit.
c. Sebagai tempat usaha bagi pedagang kaki lima.
d. Sebagai paru-paru kota yang semakin padat.
Hal yang dapat diacu dari penelitian ini adalah bahwa ruang publik bisa
menjadi ruang publik yang baik jika menjadi pusat interaksi kegiatan, ruang
pengikat dan pembagi fungsi ruang, tempat usaha PKL dan paru – paru kota.
Karya Widyawati, et.al (2011) mengatakan bahwa Ruang terbuka publik
dalam suatu kawasan berfungsi sebagai pusat orientasi, sarana interaksi dan
identitas kawasan dimana didalamnya terdapat aktivitas interaksi dari budaya
masyarakatnya. Untuk itu ruang terbuka publik sebagai salah satu produk arsitektur
kota yang dapat mewadahi aktifitas individu (rekreasi dan hiburan) dan kegiatan
hubungan sosial, mempunyai peranan dalam upaya meningkatkan solidaritas dan
kepedulian masyarakat. Hal yang dapat dikutip yaitu ruang publik harus bisa
mewadahi aktivitas individu dan sosial.
Nurhijrah, Hanson E. Kusuma (2014) menyatakan bahwa Ruang publik
merupakan ruang yang dapat diakses secara langsung oleh masyarakat.
Penggunaan ruang publik sangat beragam tergantung dari apa yang ditawarkan
oleh ruang publik tersebut. Hal penting yang dapat diambil dari penelitian ini adalah
ruang publim yang baik harus bisa diakses langsung oleh masyarakat.

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 14
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

Desti Rahmiati, et.al (2013) Jurnal Arsitektur Universitas Bandar Lampung,


Juni 2013 menyebutkan bahwa Ruang terbuka publik merupakan elemen vital
dalam sebuah ruang kota, keberadaannya tidak langsung berpengaruh pada
kawasan di sekitarnya. Begitu pula dengan keberadaan ruang terbuka publik pasif
dalam suatu kawasan yang secara tidak langsung berpengaruh pada kawasan
tersebut, sehingga apabila terjadi perubahan fungsi ruang terbuka publik pasif
menjadi ruang terbuka publik aktif maka akan terjadi pula perubahan pada
pengaruh yang ditimbulkan pada kawasan di sekitarnya. Hal yang dapat
disimpulkan dari penelitian ini adalah bahwa perubahan pada ruang publik akan
berpengaruh pada kawasan disekitarnya
Menurut Carr (1992:3) Ruang Terbuka Publik (Public space) adalah
panggung dimana drama kehidupan masyarakat terbentang. Ruang yang dinamis
merupakan penyeimbang antara tempat yang tetap dan rutinitas kerja juga
kehidupan dirumah; yang memberikan aliran-aliran pergerakan, titik-titik komunikasi,
dan taman umum untuk bermain dan relaksasi. Disini jelas bahwa ruang terbuka
publik adalah merupakan salah satu tempat yang dibutuhkan dalam kawasan
perumahan, sebagai tempat relaksasi dan rekreasi murah lepas dari rutinitas kerja
dan kehidupan sehari-hari di rumah. Untuk itu ruang terbuka publik harus bisa
menciptakan suasana yang dinamis dengan aliran-aliran pergerakannya serta
tersedianya fasilitas-fasilitas berkomunikasi dan rekreasi. Hal yang dapat
disimpulkan yaitu karena ruang publik merupakan tempat relaksasi bagi
masyarakat, makan harus bisa menciptakan suasana yang dinamis dalam ruang
publik tersebut.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penataan ruang publik
yang baik bagi masyarakat yaitu:
a. Objek ruang publik
Dalam rangka melakukan survei dan mengevaluasi objek ruang publik sangat
penting untuk memahami jenis-jenis daya tarik dan aktivitas yang harus
dipertimbangkan dalam penataan ruang publik dan bagaimana hal ini dapat
dikategorikan untuk tujuan analisis (inskeep, 1991, dan kajian literatur). Menurut
International Council Of Societies Of Industrial Design (ICSID, 1977 dan kajian
literature) Ada beberapa komponen yang dapat menarik minat penduduk untuk
menikmati ruang publik yang ditawarkan oleh pemerintah tersebut yaitu:

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 15
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

Aktivitas, misalnya bersepeda, jogging (berolah raga), tempat bersantai (inetaksi


sosial), pemancingan, PKL, tempat menunggu dan refreshing.
Struktur buatan manusia, misalnya bangunan yang tertata dengan baik
dan taman- taman yang indah, arsitektur dan arkeologi, galeri dan museum.
Peristiwa atau acara khusus, misalnya pagelaran seni dan budaya, pameran dapat
dijadikan sebagai daya tarik pengunjung untuk periode singkat (Inskeep, 1991).
Fisik alam, misalkan ruang publik yang berada di tepi pantai atau sungai,
hutan, danau, dan lembah (Fenomena alam yang ditawarkan).
b. Sarana Ruang Publik
Adapun yang dimaksud dengan sarana adalah pelayanan yang diberikan kepada
pengguna atau pengunjung ruang publik, baik secara langsung maupun secara
tidak langsung.
1. Tempat Parkir
Sarana parkir, berpengaruh terhadap kelancaran lalu lintas maupun sirkulasi
pergerakan di sekitar lingkungan ruang publik tersebut, adanya kemacetan akibat
sembrawutnya aturan parkir atau keluar masuk kendaraan. Perlu disediakan ruang
parkir yang cukup untuk menangani kendaraan yang berhenti supaya jalan tidak
dipadati oleh kendaraan yang parkir on street, terutama pada jam-jam ramai
(Inskeep,
1991:317). Tempat parkir dapat berupa parkir terbuka ataupun parkir tertutup, dan
berdasarkan letaknya, tempat parkir dapat berupa parkir pinggir jalan (on street)
dan parkir khusus pada lahan yang merupakan bagian dari lahan bagunan fasilitas
tertentu (off street). Lokasi dan rancangan parkir di luar jalan harus mendapatkan
perhatian khusus bagi para pemarkir yang akan menggunakannya (Ditjen
Perhubungan Darat,
1995:116).
2. Sarana Transportasi
Sarana transportasi adalah pengangkutan yang dapat membawa para
pengunjung ruang publik dari tempat dimana ia biasanya tinggal, ketempat yang
merupakan daerah tujuan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengguanakan mobil,
motor, sepeda, dan kendaraan lainnya.hubungan antara satu lokasi dengan
lokasi lain merupkan komponen penting dalam suatu system (Gunn, 1998:71).
Untuk menciptakan ruang publik yang baik maka perlu adanya sarana dan prasrana
yang memadai. Dalam kaitannya dengan ruang publik sarana tersebut harus
JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06
Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 16
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

disesuaikan dengan keberadaannya disuatu lokasi. Artinya elemen-elemen


tersebut harus memiliki daya tarik dan berperan dalam mendukung aktivitas ruang
publik.
3. Fasilitas Umum
Selain-sarana yang telah di sebutkan diatas, ruang publik juga memerlukan
fasilitas umum yang biasa tersedia di tempat-tempat umum.

2.2. Karakteristik Ruang Publik


2.2.1. Pengguna Ruang Publik
Pada suatu ruang publik, pengguna adalah faktor yang mempengaruhi ruang
tersebut berhasil atau tidak, karena ruang publik yang banyak dikunjungi dan
dimanfaatkan seluruh fasilitas dan layanannya dapat dikatakan ruang tersebut
berhasil. Pada pemanfaatan ruang publik, masyarakat sebagai pengguna ruang
menjadi pelaku utama yang memanfaatkan ruang. Pengguna yang mengunjungi
suatu objek atau tempat wisata masing-masing memiliki karakteristik dan pola
kunjungan, kebutuhan ataupun alasan untuk melakukan kunjungan ke objek dan
tempat wisata tersebut. Oleh karena itu, perlu diketahui karakteristik dari penggguna
yang mengunjungi suatu objek wisata atau tempat wisata agar dapat diketahui minat
dan kebutuhan pengguna.
Whyte (1979) mengatakan bahwa karakteristik pengguna turut
mempengaruhi penilaian kualitas ruang terbuka publik. Sebuah ruang terbuka yang
dapat mewadahi berbagai jenis pengguna (Laki-Laki, Perempuan, Anak – Anak,
Remaja dan Dewasa) akan menunjukkan tingkat kualitas ruang terbuka yang baik.
Menurut Smith (1989), karakter pengunjung dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu karakteristik sosial ekonomi dan karakter pola kunjungan.
Karakter sosial ekonomi meliputi:
a. Jenis kelamin yang dikelompokkan menjadi laki – laki dan perempuan
b. Usia, yaitu umur pengunjung pada saat melakukan survey
c. Kota atau daerah asal adalah daerah tempat tinggal pengunjung
d. Tingkat pendidikan pengunjung
e. Status pekerjaan pengunjung
f. Status perkawinan pengunjung
g. Pendapatan perbulan pengunjung

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 17
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

Sedangkan karakteristik pola kunjungan merupakan alasan utama perjalanan


adalah motif atau tujuan utama dilakukannya perjalanan tersebut meliputi:
e. Tujuan atau maksud kunjungan yang merupakan tujuan utama melakukan
kunjungan.
f. Frekuensi kunjungan adalah banyaknya kunjungan ke objek wisata yang pernah
dilakukan oleh pengunjung.
g . T eman seperjalanan adalah orang yang Bersama-sama dengan pengunjung
melakukan kunjungan.
h. Lama waktu kunjungan adalah jumlah waktu yang dihasilkan pengunjung selama
berada di ruang publik.
i. Waktu berkunjung
j. Besar pengeluaran adalah jumlah pengeluaran atau biaya selama melakukan
perjalanan.
Menurut Hermawan (2006), pengguna ruang dapat dikelompokkan dalam beberapa
kelompok umur, yaitu orang tua, dewasa, remaja, dan anak-anak. Pada
pemanfaatan ruan g publik, masyarakat sebagai pengguna ruang menjadi pelaku
utama yang memanfaatkan ruang. Masyarakat sebagai pengguna ruang memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Menurut Altman dan Zube (1987) karakteristik
pengguna ruang adalah:
a. Golongan umur, pengguna dikelompokkan dalam empat golongan yaitu anak-
anak, remaja, dewasa dan orang tua.
b. Jenis kelamin, terbagi dua yaitu laki-laki dan perempuan
c. Pekerjaan, terbagi menjadi tenaga ahli, jasa dan tidak bekerja
d. Motivasi kunjungan, terbagi menjadi beberapa hal yaitu rekreasi, berbelanja.
olahraga, istirahat dan lain sebagainya.
Selain itu juga, dalam Public space and Publik Life – City Of Adelaide (2002)
dikemukakan bahwa terdapat tipe – tipe pengguna ruang publik, yaitu:
a. Pengguna sehari-hari: orang-orang yang bekerja di ruang publik dan sekitarnya
atau orang yang sekedar melewati ruang publik untuk menuju ketempat kerja dalam
kesehariannya.
b. Pengunjung: orang yang mengujungi ruang publik dikarenakan fungsinya.
c. Pengunjung rekreasi/wisatawan: pengunjung yang menggunakan ruang publik
dengan tujuan untuk rekreasi, olahraga, bermain dan lain-lain.

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 18
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

d. Pengunjung dalam suatu acara: orang yang mengunjungi ruang publik


dikarenakan terdapat acara / event yang terjadi didalam ruang tersebut.
Kualitas suatu ruang terbuka publik berdasarkan karakteristik pengguna juga dapat
dilihat dari perbedaan jumlah pengguna berdasarkan jenis kelamin. Jika jumlah
persentase wanita pada penggunaan ruang terbuka publik sedikit maka ada
sesuatu yang salah pada ruang tersebut, sebaiknya jika presentasi jumlah
wanitanya lebih banyak maka dapat dikatakan bahwa ruang terbuka publik tersebut
baik. Hal ini disebabkan wanita cenderung diskriminatif dalam pemilihan ruang
terbuka publik.

2.2.2. Perilaku / Aktivitas Pengguna Ruang Publik


Menurut Haryadi dan Setiawan (1995), perilaku dioperasionalkan sebagai
kegiatan manusia yang membutuhkan wadah kegiatan yang berupa ruang.
Berbagai kegiatan manusia saling berkaitan dalam suatu system kegiatan. Menurut
Rapoport (1997), ada pengaruh antara karakteristik lingkungan fisik dengan perilaku
manusia. Pengaruh tersebut dalam latar belakang yang berbeda akan membentuk
perilaku yang berbeda. Dengan kata lain, perilaku manusia cenderung berubah
atau beragam, tergantung pada latar dimana manusia berada. Kegiatan-kegiatan
yang berada diruang terbuka pada dasarnya mempunyai pola – pola tertentu
(Whyte, 2011). Berdasarkan sifatnya, kegiatan yang mengisi ruang dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1. Kegiatan bersifat spontan (manifest): kegiatan ini merupakan bagian dari
aktivitas keseharian atau aktivitas rekreasi, dan untuk menunjang kegiatan
didalamnya disediakan sarana dan prasarana penunjang. Kegiatan ini sudah
menjadi kebiasaan dan dilakukan berulang-ulang pada waktu dan tempat yang
sama. Kegiatan ini seperti olahraga, jalan, duduk, menunggu, bermain dan
berjualan.
2. Kegiatan bersifat terorganisasi (laten): suatu kegiatan yang tersembunyi
dibalik kegiatan manifest, dimana kegiatannya ini tidak terduga atau tidak
termasuk dalam perencanaan suatu tempat pada ruang serta biasanya muncul
diantara setiap kegiatan utama. Kegiatan ini bersifat terencana dan tidak
dilakukan berulang-ulang, dengan pemakaian ruang dan waktu yang tidak tetap.
Kegiatan ini biasanya dilakukan jika ada suatu event atau acara seperti konser
music atau pameran.
JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06
Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 19
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

Selain itu, terdapat juga beberapa aktivitas yang dilakukan pengguna ruang
publik (Public space and Publik Life-City Of Adelaide, 2002):
1. Aktivitas keseharian: berjalan-jalan riruang publik dan berjalan dari ke dan
melalui ruang publik.
2. Aktivitas rekreasi sehari-hari: digunakan sebagai area istirahat, pada jam kerja
atau area melepas lelah sehari-hari oleh masyarakat.
3. Aktivitas rekreasi: ruang publik yang digunakan sebagai area wisata atau ajang
tempat bermain namun tidak dilakukan dalam kegiatan sehari-hari.
4. Aktivitas terencana: aktivitas yang dilakukan jika ada event atau acara seperti
konser music, tahun baru atau kegiatan sosial dan lingkungan.
Menurut Haryadi dan Setiawan (2010), pemetaan perilaku merupakan salah satu
metode atau teknik yang digunakan untuk menggambarkan perilaku sesorang
dalam menggunakan ruang.
2.2.3. Pola Pemanfaatan
Pola pemanfaatan ruang adalah persebaran kegiatan-kegiatan budidaya dan
perlindungan beserta keterkaitannya untuk mewujudkan sasaran-sasaran
pembangunan sosial, budaya dan ekonomi sesuai dengan potensi sumber daya
alam, manusia dan buatan.
Pola pemanfataan berhubungan dengan segala aspek aktivitas manusia dan
penggunaan lahan pada lokasi tersebut. Menurut Hakim (2002), pola pemanfaatan
ruang adalah:
a. Lokasi (ruang), pola pergerakan pada ruang terbuka memberikan nilai
estetika yang dibatasi oleh pepohonan, semak dan tumbuhan. Ruang tidak sebatas
tempat yang mewadahi sesuatu, akan tetapi juga apa yang terwadahi baik fisik
maupun non fisik. Ruang dapat dikatakan berfungsi sebagai wadah kegiatan
manusia apabila didalamnya terdapat elemen fisik sebagai penunjang.
b. Tujuan, pola pergerakan menurut tujuan ini dibedakan menjadi (dengan
karakteristik perjalanannya) berkelok – kelok, istirahat, sosialisasi, olahraga.
c. Usia, pengguna ruang dapat dikelompokkan dalam beberapa kelompok umur,
yaitu dewasa, remaja dan anak – anak.
d. Waktu berlangsungnya kegiatan ini dapat berupa kegiatan harian,
mingguan, bulanan atau hanya sekali saja berlangsung. Kegiatan juga dapat
dilakukan pada pagi, siang, sore dan malam hari. Komponen kegiatan ini akan
menjadi arahan pengamatan menyeluruh bagi suatu kegiatan.
JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06
Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 20
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

e. Frekuensi kunjungan, merupakan jumlah tindakan (rekreasi) yang dilakukan oleh


individu selama periode waktu tertentu. Dengan mengetahui frekuensi rekreasi
yang dilakukan oleh masyarakat maka akan diketahui seberapa sering kebiasaan
memanfaatkan ruang terbuka dilakukan.
Pemanfataan ruang publik dikatakan akan berhasil jika ruang tersebut dapat
dimanfaatkan oleh pengguna dan ketika setting (ruang) yang ada menjadi bagian
dari kehidupan mereka, baik secara individu maupun berkelompok.

2.3. Ruang Terbuka Hijau


Ruang terbuka hijau diperkotaan terdiri dari Ruang Terbuka Hijau dan Ruang
Terbuka Non Hijau. Ruang terbuka hijau adalah bagian dari ruang terbuka suatu
wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman dan vegetasi guna
mendukung manfaat ekologis, sosial budayadan arsitektural yang dapat
memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakatnya. Sementara ruang terbuka non
hijau berupa area terbuka yang diperkeras maupun ruang terbuka biru berupa
sungai, danau maupun areal – areal yang diperuntukkan sebagai kawasan
genangan.

2.2.1. Pengertian Ruang Terbuka Hijau


Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2008, RTH
merupakan area memanjang / jalur dan suatu atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tenaman, baik yang tumbuh
alami atau yang sengaja di tanam. RTH Kota merupakan perkembangan dari ruang
terbuka yang disebut Taman Kota, yang berada diluar atau diantara beberapa
bangunan dilingkungan perkotaan sebagai ruang luar dan dalam pemanfaatannya
terdapat kegiatan interaksi yang dapat mendekatkan orang – orang yang tertinggal
disekitar RTH tersebut.

2.2.2. Fungsi dan Manfaat Ruang Terbuka Hijau


Keberadaan RTH sangat penting karena banyak fungsi dan manfaat yang
berguna bagi manusia baik secara langsung ataupun tidak. Hellen Wooley (2003)
mengelompokkan fungsi dan manfaat dari ruang terbuka hijau perkotaan dalam
empat kategori, yaitu:
1. Fungsi Sosial
JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06
Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 21
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

Berupa pemberian kesempatan pada anak untuk bermain, rekreasi aktif dan
rekreasi pasif.
2. Fungsi Kesehatan
Berkonstribusi bagi kesehatan fisik dan kesehatan mental berupa kesempatan
untuk berolahraga dan nuansa alam yang memberikan efek penyembuhan.
3. Fungsi Lingkungan
Sebagai pengatur iklim secara makro seperti memperbaiki aliran angin, mereduksi
polusi udara, mereduksi kenaikan suhu, mereduksi radiasi dan sinar matahari dan
kebisingan dengan tanaman atau ruang hijau.
4. Fungsi Ekonomi
Tidak memberikan manfaat secara langsung bagi ekonomi akan tetapi dengan
keberadaan ruang terbuka memberikan pengaruh yang kuat bagi nilai suatu
property.
Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas manfaat langsung seperti
mendapatkan bahan – bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga), kenyamanan fisik
(teduh, segar), keinginan dan manfaat tidak langsung (perlindungan tata air dan
konservasi hayati).

2.4. Taman
2.4.1. Pengertian Taman
Taman kota secara tradisonal merupakan alun – alun dan taman raja,
pamong praja yang terbuka juga untuk umum. Baru pada zaman modern
dengan perancangan tata kota, taman merupakan tempat umum yang dikehendaki
masyarakat untuk beristirahat dekat perumahan dan sebagai pengatur iklim
dikampung (Mulyani, 2006). Taman diartikan sebagai sebidang tanah terbuka
dengan luasan tertentu didalamnya ditanami pepohonan, perdu, semak, dan
rerumputan yang dapat dikombinasikan dengan kreasi dari bahan lainnya. Taman
(Lanscape) adalah wajah dan karakter atau tapak bagian muka bumi dengan segala
kehidupan dan apa saja yang ada didalamnya, baik yang bersifat alami maupun
buatan manusia, yang merupakan bagian atau total lingkungan hidup manusia
beserta makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang, sejauh segenap indera
dapat menangkap, sejauh imajinasi dapat membayangkan.
Sehingga dapat diartikan bahwa Taman adalah ruang umum (public space)
yang selain memenuhi fungsi sebagai tempat (places) beraktivitas juga memiliki
JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06
Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 22
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

arti yang sangat penting bagi cermin kehidupan masyarakat pada kota dimana
ruang tersebut berada. Ruang yang mencerminkan keindahan dan senantiasa
dijaga kesenangannya. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum,Nomor
05/PRT/M/2008, dinyatakan bahwa Taman Kota termasuk dalam RTH. RTH Taman
Kota dapat dimanfaatkan penduduk untuk melakukan berbagai kegiatan sosial pada
satu kota atau bagian wilayah kota yang dilengkapi dengan fasilitas olahraga,
taman bermain anak dan balita, fasilitas rekreasi, taman khusus lansia, taman
bunga, dan semua fasilitas ini terbuka untuk umum.

2.4.2. Syarat dan Fungsi Taman


Fungsi Taman pada ruang terbuka hijau kota yaitu sebagai paru – paru
kota , saran resapan air, tempat rekreasi, olahraga dan bermain, serta tempat
berkumpulnya penduduk kota. Maka dari itu fungsi taman sangat besar karena
berusaha menciptakan suatu ruang yang manusiawi bagi penduduk kota.
Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum,Nomor 05/PRT/M/2008
dikatakan bahwa taman kota dapat melayani minimal 480.000 penduduk dengan
standart minimal 144.000 m². taman merupakan lapangan hijau yang dilengkapi
dengan fasilitas rekreasi, dan olahraga dengan minimal RTH 80% - 90%.

2.4.3. Taman Sebagai Ruang Publik


Oleh Carr (1992) dikatakan bahwa ruang publik yang baik memiliki tiga prisip
utama, yaitu tanggap terhadap kebutuhan pengguna, bersifat demokratis dan
bermakna. Ruang publik sebaiknya ditata dan didesain serta dikelola untuk memiliki
kebutuhan para pengguna. Semua warga kota maupun pendatang dapat
menjangkau ruang publik ini dan bebas untuk beraktivitas kapan pun. Aktivitas
dapat berlangsung individu maupun berkeompok. Dengan demikian ruang publik
kota tidak memihak pada kepentingan tertentu, bersifat demokratis. Tatanan
aktivitas maupun tempat sebaiknya mudah diidentifikasi oleh pengunjung maupun
pengguna ruang publik.
Dari paparan diatas maka dapat dikatakan bahwa Taman mengarah pada
bentukan ruang publik. Ruang yang mampu mewadahi berbagai aktivitas, sebagai
ruang untuk berinteraksi yang dapat memberikan kenyamanan bagi penggunanya.
2.5. Variabel Ruang Publik Yang Berhasil
Tabel 2.1. Kriteria Ruang Publik
JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06
Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 23
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

Kriteria Ruang Publik Yang Berhasil


Carr Tanggap terhadap kebutuhan pengguna
Bersifat demokratis dan Bermakna.

Shirvani Pencapaian (Access) Kecocokan (Compatible)


Pemandangan (View) Identitas (Identity)
Rasa (Sense) Kenyamanan

Tibbals Variasi dan keanekaragaman


Struktur ulang kawasan dapat dicapai secara visual,

fungsional dan psikologis


Desain ruang publik jelas
Berusaha untuk tidak mengatur atau mengatur kembali
kota
Prioritas pada pejalan kaki, anak-anak dan lansia.
Tempat perlu menawarkan keanekaragaman

2.6. Pedestrian
Istilah pejalan kaki atau pedestrian berasal dari bahasa Latin
pedesterpedestris yaitu orang yang berjalan kaki atau pejalan kaki. Pedestrian juga
berasal dari kata pedos bahasa Yunani yang berarti kaki sehingga pedestrian dapat
diartikan sebagai pejalan kaki atau orang yang berjalan kaki.
Pedestrian juga diartikan sebagai pergerakan atau sirkulasi atau perpindahan
orang atau manusia dari satu tempat ke titik asal (origin) ketempat lain sebagai
tujuan (destination) dengan berjalan kaki (Rubenstein, 1992). Jalur pedestrian
merupakan daerah yang menarik untuk kegiatan sosial, perkembangan jiwa dan
spiritual, misalnya untuk bernostalgia, pertemuan mendadak, berekreasi, bertegur
sapa dan sebagainya. Jadi jalur pedestrian adalah tempat atau jalur khusus bagi
orang berjalan kaki. Jalur pedestrian pada saat sekarang dapat berupa trotoar,
pavement, sidewalk, pathway, plaza dan mall.
Trotoar adalah jalur pejalan kaki yang terletak pada daerah milik jalan yang
diberi lapisan permukaan dengan elevasi yang lebih tinggi dari permukaan
perkerasan jalan, dan pada umumnya sejajar dengan jalur lalu lintas kendaraan
(Direktorat Bina Teknik Kota Direktorat Jenderal Bina Marga, 1995).

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 24
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

Jalur pedestrian yang baik harus dapat menampung setiap kegiatan pejalan
kaki dengan lancar dan aman. Persyaratan ini perlu dipertimbangkan di dalam
perancangan jalur pedestrian. Agar dapat menyediakan jalur pedestrian yang dapat
menampung kebutuhan kegiatan-kegiatan tersebut maka perancang perlu
mengetahui kategori perjalanan para pejalan kaki dan jenis-jenis titik simpul yang
ada dan menarik bagi pejalan kaki.
Menurut Murtomo dan Aniaty (1991) jalur pedestrian di kota-kota besar
mempunyai fungsi terhadap perkembangan kehidupan kota, antara lain adalah:
a. Pedestrianisasi dapat menumbuhkan aktivitas yang sehat sehingga mengurangi
kerawanan kriminalitas
b. Pedestrianisasi dapat merangsang berbagai kegiatan ekonomi sehingga akan
berkembang kawasan bisnis yang menarik
c. Pedestrianisasi sangat menguntungkan sebagai ajang kegiatan promosi,
pameran, periklanan, kampanye dan lain sebagainya
d. Pedestrianisasi dapat menarik bagi kegiatan sosial, perkembangan jiwa dan
spiritual
e. Pedestrianisasi mampu menghadirkan suasana dan lingkungan yang spesifik,
unik dan dinamis di lingkungan pusat kota
f. Pedestrianisasi berdampak pula terhadap upaya penurunan tingkat
pencemaran udara dan suara karena berkurangnya kendaraan bermotor yang
lewat
Fungsi jalur pedestrian yang disesuaikan dengan perkembangan kota adalah
sebagai fasilitas pejalan kaki, sebagai unsur keindahan kota, sebagai media
interaksi sosial, sebagai sarana konservasi kota dan sebagai tempat bersantai serta
bermain.
Sedangkan kenyamanan dari pejalan kaki dalam berjalan adalah adanya fasilitas-
fasilitas yang mendukung kegiatan berjalan dan dapat dinikmatinya kegiatan
berjalan tersebut tanpa adanya gangguan dari aktivitas lain yang menggunakan
jalur tersebut.
Fungsi jalur pedestrian yang sesuai dengan kondisi kawasan Jl. Jenderal
Sudirman Pekanbaru adalah jalur pedetrian dapat menumbuhkan aktivitas yang
sehat sehingga mengurangi kerawanan kriminalitas, menguntungkan sebagai
sarana promosi dan dapat menarik bagi kegiatan sosial serta pengembangan jiwa
dan spiritual.
JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06
Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 25
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

Shirvani (1985), mengatakan bahwa jalur pejalan kaki harus dipertimbangkan


sebagai salah satu perancangan kota. Jalur pejalan kaki adalah bagian dari kota
dimana orang bergerak dengan kaki, biasanya di sepanjang sisi jalan. Fungsi jalur
pejalan kaki adalah untuk keamanan pejalan kaki pada waktu bergerak dari satu
tempat ke tempat yang lain.
2.7. Karakteristik Pedestrian
Karakteristik pedestrian terbagi menjadi beberapa bagian antara lain:
1. Kebutuhan Pedestrian
Dalam penciptaan area pedestrian hal yang perlu diperhatikan adalah
bahwa area tersebut harus memberi kesempatan bagi pedestrian untuk
mengembangkan rasa sosialisai, rekreasi, dan kebebasan. Untuk itu diperlukan
adanya rasa aman, nyaman, dan kemudahan akses, sebagai berikut:
a. Rasa Aman
Pedestrian perlu mendapatkan perlindungan dari kecelakaan lalu lintas
kendaraan, ancaman kriminal, dan bahaya ancaman fisik yang lain.
Kecelakaan lalu lintas adalah merupakan ancaman yang perlu diperhatikan
secara sungguh-sungguh. Selain itu perlu perlindungan dari kecelakaan jatuh karena
tersandung atau adanya perbedaan ketinggian antara permukaan elemen jalan.
b. Rasa Nyaman
Pergerakan pedestrian tidak akan terpisahkan dengan keadaan
lingkungannya. Banyak para pejalan kaki berjalan sambil berekreasi. Untuk itu
mereka membutuhkan lingkungan yang nyaman. Rasa nyaman akan timbul bila
lingkungannya menarik, menyenangkan, terpelihara, dan memberi kesempatan
untuk terjadinya outdoor activities. Lingkungan akan memberi rasa nyaman bila
dilengkapi dengan elemen-elemen yang memungkinkan kegiatan pedestrian untuk
berjalan, berdiri, dan duduk secara bebas.
c. Kemudahan Akses
Pedestrian berbeda dengan pengendara mobil. Tanpa tergantung jenis
kelamin, umur, dan kemampuan fisik pengendara mobil bisa berjalan dengan
kecepatan dan jarak yang sama. Tidak demikian bagi pedestrian,
kemampuan mereka berjalan akan tergantung kepada jenis kelamin, umur, dan
kondisi fisik. Anak muda akan mampu berjalan lebih cepat dan lebih jauh daripada
orang tua. Oleh karena itu lingkungan bagi pedestrian harus dibuat semudah
mungkin bagi berbagai golongan dan kondisi pedestrian.
JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06
Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 26
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

2. Dimensi Pedestrian
a. Dimensi Badan
Ukuran badan pedestrian ditentukan oleh lebar bahu dan tebal tubuh.
Menurut observasi yang dilakukan oleh Fruin (1971) menyatakan bahwa 99%
manusia berukuran lebar bahu sekitar 52,5 cm dengan tolerasnsi 3,8 cm, dan tebal
tubuh sekitar 33 cm. selanjutnya ia merekomendasikan untuk memakai ukuran
sekitar 45,7 cm x 61 cm atau ekuivalen dengan ellips seluas 0,21 m2 untuk
memberi kesempatan bergerak bebas dengan kondisi membawa bawaan di tangan
kanan dan kiri. Untuk orang Indonesia dimensi tersebut mestinya sudah amat
memadai.

Gambar 2.1 Ukuran Badan Pedestrian (Fruin, 1971; Neufert, 1980)

b. Teritori Bubbles
Pedestrian mempunyai ruang pribadi yang terbentuk antara seorang pejalan
kaki dengan orang lain di depannya di dalam suatu kerumunan orang. Apabila
kapasitas rendah dan ruang longgar maka pedestrian bebas memilih ruang yang
nyaman untuk menghindari terjadinya kontak dengan orang lain. Bila kapasitas
semakin padat maka kebebasan pedestrian untuk berjalan, belok, memperlambat
langkah, maupun berhenti semakin berkurang, dan ruang pribadi juga semakin
mengecil. Ruang yang terbentuk antara satu pedestrian dengan yang lainnya ini oleh

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 27
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

Untermann (1984) disebut sebagai Teritori Bubbles (Territory Bubbles). Ruang ini
menggelembung dalam bentuk telur dengan sebagian besar ruang berada di dekat
si pedestrian yang bersangkutan. Besarnya bervariasi tergantung kepadatan
kerumunan orang, yaitu antara jarak pandang ke depan sejauh 183 cm untuk
situasi padat seperti berjalan di pusat pertokoan, dan membesar sampai 1.067
cm untuk situasi yang longgar, seperti berjalan-jalan di taman.

Gambar 2.2 Jarak Pandang ke Depan (Untermann, 1984)

c. Jarak Ruang
Di dalam area pedestrian jarak ruang diperlukan untuk berkomunikasi jika
seseorang sedang dalam keadaan duduk atau sedang berdiri. Jarak ruang tersebut
akan semakin mengecil seiring dengan meningkatnya intensitas ruang atau
meningkatnya mutual interest antara seseorang dengan yang lain, dan sebaliknya.
Jarak ruang juga bisa dipengaruhi oleh pandangan, pendengaran, bahu/pundak,
rasa, dan rabaan yang bervariasi. Secara umum jarak ruang bisa dibagi
menurut keperluannya, sebagai berikut: jarak ruang yang diperlukan untuk
hubungan intim (0-45 cm), jarak hubungan pribadi (45-130 cm), jarak hubungan
sosial (130-375 cm), dan jarak hubungan publik (>375 cm) (Edward T. Hall dalam
Gehl, 1987).

d. Ruang Pandang
Manusia mempunyai kemampuan pandang dalam memperkirakan kecepatan,
jarak, dan arah dari orang lain dalam kegiatan berjalan. Kemampuan ini membuat
pedestrian bisa menangkap berbagai informasi visual, termasuk rambu lalu lintas,
kemungkinan bertubrukan dengan orang lain yang berpapasan, dan sebagainya.

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 28
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

Ruang pandang manusia berbentuk sudut mulai dari 3 derajat sampai dengan 70
derajat dengan sudut tertinggi yang masih dalam batas nyaman sebesar 60
derajat. Untuk mengamati hal-hal yang detail sudut pandang berkisar antara 3-5
derajat. Untuk mengamati orang lain mulai kepala sampai kaki diperlukan jarak
pandang sejauh 2,1 meter.

Gambar 2.3 Ruang Pandang Manusia (Fruin, 1971)

e. Ruang Untuk Mendahului dan Bersimpangan


Ruang yang diperlukan bagi pedestrian di dalam arus pejalan kaki adalah
fungsi dari kepadatan jumlah pejalan kaki. Bila kepadatan meningkat maka
pedestrian dipaksa untuk mempertahankan pola ruang yang telah ada untuk
keperluan pergerakan. Agar pergerakan bisa dilakukan dengan baik minimum ruang
yang tersedia seluas 2,3 m2. Bila kurang dari itu pedestrian harus mengatur kembali
posisinya.
Pada keadaan yang padat pedestrian cenderung untuk mengurangi longiudinal
spacing mereka daripada lateral spacingnya yang bisa menyebabkan
bersenggolan dengan orang disampingnya.

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 29
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

Gambar 2.4 Rata-rata Longitudinal dan Lateral Spacing Pedesrian di Arus Satu Arah
(Fruin, 1971)

Pada arus pertemuan maka papasan akan bertambah sulit bila kecepatan
pedestrian meningkat. Menurut Fruin (1971) probability untuk saling bertubrukan
atau bersenggolan adalah 100% pada situasi luas ruang per pedestrian hanya
1,4 m2. Untuk luas selebihnya probability menurun tajam sampai 65%, dan
pada luas 3,25 m2 menjadi 50% dan selebihnya kemungkinan menjadi 0%.

Gambar 2.5 Kemungkinan Arus Pedestrian Saling Berpapasan

3. Kegiatan Berjalan
a. Kecepatan berjalan
Kecepatan berjalan kaki pada keadaan tidak terhalang normalnya adalah
sekitar 4,8 km per jam, atau sekitar 79,25 m per menit, meningkat sedikit untuk laki-
laki dan sebaliknya untuk perempuan. Penurunan kecepatan bisa dikarenakan
jalannya menanjak atau terhalang oleh kerumunan orang lain, tanda lalu lintas, atau
halangan lain. Halangan tersebut bisa memperlambat sekitar 25%.

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 30
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

Gambar 2.6 Kecepatan Berjalan Kaki (Untermann, 1984)

b. Jarak Tempuh
Jarak tempuh pejalan kaki yang masih memadai untuk dilakukan adalah
sekitar 400-500 meter. Untuk anak kecil, orang tua, dan orang cacat mempunyai
jarak tempuh yang lebih pendek. Gehl (1987) menyatakan bahwa jarak tempuh yang
masih mmemadai untuk dilakukan selain diukur dengan physical distance juga
dengan experience distance. Pada gambar di bawah ini, jarak A yang sebetulnya
sama jauhnya dengan jarak B (500 m) akan terasa lebih jauh, karena rutenya lurus
tanpa variasi dan absennya titik-titik yang menarik perhatian seperti yang ada pada
B.

Gambar 2.7 Experience Distance

c. Rute Naik Turun


Secara umum pedestrian tidak menyukai pergantian ketinggian pada rute
yang dijalani, karena jalan menanjak dan menurun akan terasa lebih menguras
JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06
Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 31
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

energi dan mengganggu irama langkah. Gehl (1987) menyarankan apabila hal ini
harus dilakukan, maka lebih baik dimulai dengan langkah menurun daripada langkah
menanjak. Dengan begini paling tidak pedestrian diajak memulai perjalanan dengan
tidak usah mengeluarkan tenaga ekstra.

4. Kegiatan Berdiri
Kegitan berdiri meliputi beberapa hal sebagai berikut:
a. Tempat Untuk Berdiri
Pedestrian pada umumnya suka mengamati orang-orang lain, oleh karena itu
mereka cenderung memilih tempat yang terlindung dari pandangan orang lain
maupun arus pejalan kaki atau lalu lintas kendaraan agar bisa secara aman
melakukan pengamatan. Tempat seperti ini biasanya ada di dekat street funiture
atau tempat-tempat teduh di sepanjang tembok bangunan.
b. Elemen Pendukung Untuk Berdiri
Secara umum pedestrian cenderung menyukai berdiri di dekat elemen
lingkungan seperti kolom, pohon, tiang lampu, dan sebagainya. Hal ini dikarenakan
orang tidak mau dirinya terekspose seperti apabila mereka harus berdiri sendirian di
tempat yang kosong dan terbuka. Elemen-elemen tersebut mempunyai ruang
“imaginary” yang bisa melindunginya. Selain itu tempat yang disukai untuk berdiri
adalah yang terdapat elemen penyangga yang bisa digunakan untuk
bersandar, bertopang, dan sebagainya.
Selain itu kebutuhan fasilitas pejalan lain yang berdasarkan Direktorat Bina
Teknik Kota Direktorat Jenderal Bina Marga tahun 1995, fasilitas pejalan kaki harus
direncanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Pejalan kaki harus mencapai tujuan dengan jarak sedekat mungkin, aman dari
lalu lintas yang lain dan lancar.
2. Terjadinya kontinuitas fasilitas pejalan kaki yang menghubungkan daerah yang
satu dengan yang lain.
3. Apabila jalur pejalan kaki memotong arus lalu lintas yang lain harus
dilakukan pengaturan lalu lintas, baik dengan lampu pengatur ataupun dengan
marka penyeberangan, atau tempat penyeberangan yang tidak sebidang. Jalur
pejalan kaki yang memotong jalur lalu lintas berupa penyeberangan (Zebra Cross),
marka jalan dengan lampu pengatur lalu lintas (Pelican Cross), jembatan
penyeberangan dan terowongan.
JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06
Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 32
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

4. Fasilitas pejalan kaki harus dibuat pada ruas-ruas jalan di pertokoan atau pada
tempat-tempat dimana volume pejalan kaki memenuh syarat atau ketentuan-
ketentuan untuk pembuatan fasilitas tersebut.
5. Jalur pejalan kaki sebaiknya ditempatkan sedemikian rupa pada jalur lalu lintas
yang lainnya, sehingga keamanan pejalan kaki lebih terjamin.
6. Dilengkapi dengan rambu atau pelengkap jalan lainnya, sehingga pejalan kaki
leluasa untuk berjalan, terutama bagi pejalan kaki yang tuna daksa.
7. Perencanaan jalur pejalan kaki dapat sejajar, tidak sejajar atau memotong jalur
lalu lintas yang ada.
8. Jalur pejalan kaki harus dibuat sedemikian rupa, sehingga apabila hujan
permukaannya tidak licin, tidak terjadi genangan air serta disarankan untuk
dilengkapi dengan pohon-pohon peneduh.
9. Untuk menjaga keamanan dan keleluasaan pejalan kaki, harus dipasang
kerbjalan sehingga fasilitas pejalan kaki lebih tinggi dar permukaan jalan.

Adapun fasilitas pejalan kaki dapat dipasang dengan kriteria sebagai berikut:
1. Fasilitas pejalan kaki harus dipasang pada lokasi-lokasi dimana
pemasangan fasilitas tersebut memberikan manfaat yang maksimal, baik dari segi
keamanan, kenyamanan ataupun kelancaran perjalanan bagi pemakainya.
2. Tingkat kepadatan pejalan kaki, atau jumlah konflik dengan kendaraan dan jumlah
kecelakaan harus digunakan sebagai factor dasar dalam pemilihan fasilitas pejalan
kaki yang memadai.
3. Pada lokasi-lokasi/kawasan yang terdapat sarana dan prasarana umum.
4. Fasilitas pejalan kaki dapat ditempatkan disepanjang jalan atau pada suatu
kawasan yang akan mengakibatkan pertumbuhan pejalan kaki dan
biasanya diikuti oleh peningkatan arus lalu lintas serta memenuhi syarat- syarat
atau ketentuan-ketentuan untuk pembuatan fasilitas tersebut. Tempat-tempat
tersebut antara lain:
a. Daerah-daerah industri.
b. Pusat perbelanjaan
c. Pusat pertokoan
d. Sekolah
e. Terminal bus
JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06
Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 33
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

f. Perumahan
g. Pusat hiburan
5. Fasilitas pejalan kaki yang formal terdiri dari beberapa jenis sebagai berikut:
1) Jalur Pejalan Kaki yang terdiri dari:
a) Trotoar
b) Penyeberangan
(a) Jembatan Penyeberangan
(b) Zebra Cross
(c) Pelican Cross
(d) Terowongan
c) Non Trotoar
2) Pelengkap Jalur Pejalan Kaki yang terdiri dari:
a) Lapak Tunggu
b) Rambu
c) Marka
d) Lampu Lalu Lintas
e) Bangunan Pelengkap

2.8. Pejalan Kaki


Pejalan kaki merupakan orang atau sekelompok orang yang melakukan
pergerakan dengan berjalan kaki (termasuk pengguna kursi roda) dengan
menggunakan jalur khusus seperti trotoar, selasar, maupun bagian dari badan
jalan.
Dirjen Perhubungan Darat (1999 : 205) menyatakan bahwa pejalan kaki
adalah suatu bentuk transportasi yang penting di daerah perkotaan. Pejalan kaki
merupakan kegiatan yang cukup esensial dari sistem angkutan dan harus
mendapatkan tempat yang selayaknya. Pejalan kaki pada dasarnya lemah, mereka
terdiri dari anak-anak, orang tua, dan masyarakat yang berpenghasilan rata-rata
kecil.
Perjalanan dengan angkutan umum selalu diawali dan diakhiri dengan
berjalan kaki. Apabila fasiliats pejalan kaki tidak disediakan dengan baik, maka
masyarakat akan kurang berminat menggunakan angkutan umum. Hal yang perlu
diperhatikan dalam masalah fasilitas adalah kenyamanan dan keselamatan, serta
harus diingat bahwa para pejalan kaki bukan masyarakat kelas dua.
JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06
Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 34
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

Pejalan kaki sering dijumpai, baik hanya untuk jalan-jalan maupun untuk
suatu kebutuhan dengan pertimbangan untuk menghemat biaya transportasi
ataupun pertimbangan jarak yang dekat. Pejalan kaki mempunyai hak untuk
mendapatkan kenyamanan menggunakan jalan, sesuai dengan PP No. 43 Tahun
1993 Tahun 1993 Bab 1 Pasal 2 Ayat 11, yang menyatakan bahwa hak utama
adalah untuk didahulukan sewaktu menggunakan jalan. Oleh karena itu
pemerintah membuat prasarana jalan untuk kendaraan bermotor maupun pejalan
kaki.
Menurut Dirjen Perhubungan Darat (1999:1) pejalan kaki adalah bentuk
transportasi yang penting di perkotaan. Pejalan kaki terdiri dari:
a. Mereka yang keluar dari tempat parkir mobil menuju tempat tujuan
b. Mereka yang menuju atau turun dari angkutan umum sebaghian besar masih
memerlukan kegiatan berjalan kaki
c. Mereka yang melakukan perjalanan kurang dari 1 kilometer (km), sebagian
besar dilakukan dengan berjalan kaki
Melihat pentingnya sarana untuk pejalan kaki, maka perlu disediakan fasilitas untuk
keselamatan pejalan kaki. Karena adanya hubungan yang erat ataupun konflik
antara pejalan kaki dengan kendaraan bermotor, maka fasilitas yang diberikan
kepada pejalan kaki terletak di pinggir jalur jalan kendaraan.
Secara umum pejalan kaki memiliki karakter:
a. Berada pada sisi jalan dengan jalur tertentu.
b. Pejalan kaki secara perorangan atau berkelompok.
c. Pejalan kaki bergerak dengan cepat pada jam-jam puncak kegiatan, akan tetapi
menjadi pergerakan perlahan cenderung santai pada obyek wisata atau suasana
rileks.
d. Pria umumnya berjalan lebih cepat dari wanita.
e. Pada kondisi memungkinkan pejalan kaki akan menggunakan jalur pintas.
f. Pejalan kaki yang membawa barang bawaan akan memiliki keterbatasan dalam
pergerakannya.
Pola perjalanan atau pergerakan adalah macam/aneka ragam perjalanan yang
dilakukan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas sehari-hari misalnya ke
sekolah, ke tempat belanja, kantor dan lain-lain. Pemilihan rute, moda/jenis
angkutan, kepentingan perjalanan juga mempengaruhi pola perjalanan penduduk.

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 35
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

Pola perjalanan pejalan kaki di kawasan Sudirman City Walk Pekanbaru yang
dibahas disini adalah perjalanan yang dilakukan dengan berjalan kaki dengan rute
yang bergerak dari zona asal yaitu tempat pejalan kaki turun dari kendaraan
umum/pribadi ke zona tujuan di dalam daerah tertentu dan selama periode waktu
tertentu.
Pola perjalanan pejalan kaki akan menjadi masalah bila perjalanan itu menumpu
pada tujuan yang sama di dalam daerah dan pada waktu yang bersamaan.
Jarak tempuh pejalan kaki terkait dengan waktu berlangsungnya aktifitas pejalan
kaki. Jarak tempuh juga terkait dengan kenikmatan berjalan antara lain dengan
penyediaan area berjalan kaki yang berkualitas. Juga terkait dengan cuaca. Cuaca
semakin buruk memperpendek jarak tempuh. Orang enggan berjalan pada ruang
terbuka, terkait waktu siang atau malam hari juga berpengaruh. Dalam suasana
normal, pejalan kaki masih nyaman bergerak pada jarak:
a. Jarak kurang dari 300 meter merupakan jarak yang cukup mudah dicapai dan
menyenangkan.
b. Jarak lebih dari 450 meter pada cuaca tertentu dan suasana arsitektur. c. Jarak
diatas 450 meter , orang lebih suka menggunakan kendaraan.
Dalam model pemilihan rute pejalan kaki sangat diperlukan untuk
mengetahui faktor-faktor yang terdapat didalamnya. Proses pemilihan rute
bertujuan memodel perilaku pelaku pergerakan dalam memilih rute yang menurut
pemakai jalan merupakan rute terbaiknya. Proses pemilihan rute atau Trip
Assignment adalah pergerakan antara dua zona yang didapat dari tahap sebaran
pergerakan untuk moda tertentu yang didapat dari pemilihan mode dibebankan ke
rute tertentu yang terdiri dari ruas jaringan jalan tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemilihan rute adalah sebagai berikut:

a. Faktor Tata Guna Lahan


Dalam proses pemilihan rute, kondisi tata guna lahan akan sangat
berpengaruh dalam menentukan potensi besaran atau jumlah orang yang akan pergi
ke suatu zona ataupun yang berasal dari suatu zona.
b. Faktor Perilaku Pengguna Jaringan Jalan
Perilaku pengguna jaringan jalan adalah perilaku umum orang pada saat
yang bersangkutan menggunakan jaringan jalan (berupa memilih rute perjalanan)
dalam melakukan perjalanannya dari tempat asal dari tempat tujuan. Perilaku orang
JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06
Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 36
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

dalam memilih rute akan sangat tergantung dari persepsi yang bersangkutan
tentang perjalanan itu sendiri, yaitu perjalanan tersebut harus mudah dan
menyenangkan.
c. Faktor Struktur Jaringan Jalan
Struktur jaringan jalan adalah tata letak ataupun konfigurasi ruas-ruas jalan
dalam membentuk jaringan. Makin banyak ruas yang ada untuk
membentuk jaringan maka makin komplek struktur jaringan jalan. Bagi pengguna
jalan faktor struktur jaringan jalan sangat mempengaruhi perilaku rute. Makin
besar ataupun makin rumit struktur jaringan maka berarti makin banyak pula
alternatif rute yang tersedia bagi pemenuhan perjalannya. Hal ini berarti bahwa
perjalanan akan lebih tersebar di banyak ruas, yaitu arus lalu lintas akan
tersebar atau arus yang timbul pada masing-masing ruas akan kecil. Demikian
juga sebaliknya.
d. Faktor Kondisi Fisik Ruas Jalan
Kondisi ruas jalan adalah kondisi fisik objektif dari ruas yang
bersangkutan, terutama ditinjau dari seberapa mudah suatu ruas dilewati oleh
pengguna jalan seperyi kondisi permukaan jalan.

2.9. Trotoar
Trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas
kendaraan yang khusus dipergunakan oleh pejalan kaki (pedestrian). Untuk
keamanan pejalan kaki maka trotoar ini harus dibuat terpisah dari jalur lalu lintas
kendaraan, oleh struktur fisik berupa kerb. Kerb adalah batas yang ditinggikan yang
terbuat dari bahan yang kaku, terletak antara pinggir jalur lalu lintas dan trotoar yang
berpengaruh terhadap dampak hambatan samping pada kapasitas dan kecepatan.
Trotoar adalah bagian dari rekayasa jalan yang disediakan bagi pejalan kaki
yang biasanya sejajar dengan jalan dan dipisahkan dari jalur lalu lintas oleh kereb.
Lebar trotoar menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 65 Tahun 1993,
seperti terlihat pada tabel 2.1 sebagai berikut :
Tabel 2.1. Lebar Trotoar Menurut Kep. Menhub. No KM. 65/1993

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 37
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

Bila jumlah pejalan kaki yang melalui suatu jalan tinggi, maka lebar trotoar yang
dianjurkan adalah menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 65
Tahun 1993, seperti terlihat pada tabel 2.2 sebagai berikut :

Perlu atau tidaknya trotoar disediakan sangat tergantung bagi volume pedestrian
dan volume lalu lintas pemakai jalan tersebut. Adapun ketentuan dalam
pemasangan trotoar (Direktorat Bina Teknik Kota Direktorat Jenderal Bina
Marga, 1995) adalah sebagai berikut:
1. Trotoar hendaknya ditempatkan pada sisi luar bahu jalan atau sisi luar jalur lalu
lintas. Trotoar hendaknya dibuat sejajar dengan jalan, akan tetapi trotoar dapat
tidak sejajar dengan jalan bila keadaan topografi atau keadaan setempat yang
tidak memungkinkan.
2. Trotoar hendaknya ditempatkan pada sisi dalam saluran drainase terbuka atau
diatas saluran drainase yang telah ditutup dengan plat beton yang memenuhi syarat.
3. Trotoar pada pemberhentian bus harus ditempatkan berdampingan/sejajar
dengan jalur bus. Trotoar dapat ditempatkan didepan atau dibelakang halte.
Trotoar dapat juga direncanakan pada ruas jalan yang terdapat volume pejalan kaki
lebih dari 300 orang per 12 jam (jam 06.00-18.00) dan volume lalu lintas lebih dari
1000 kendaraan per 12 jam (jam 06.00-18.00). Ruang bebas trotoar tidak kurang
dari 2,5 meter dan kedalaman bebas tidak kurang dari satu meter dan permukaan
trotoar. Kebebasan samping tidak kurangdan 0,3 meter. Perencanaan pemasangan

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 38
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

utilitas selain harus memenuhi ruangbebas trotoar juga harus memenuhi ketentuan-
ketentuan dalam buku petunjuk pelaksanaan pemasangan utilitas.
Lebar trotoar harus dapat melayani volume pejalan kaki yang ada. Lebar minimum
trotoar sebaiknya seperti yang tercantum dalam tabel 2 sesuai dengan klasifikasi
jalan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.3.
Tabel 2.3 Lebar Trotoar Minimum

Keterangan:
Lebar minimum digunakan pada jembatan dengan panjang 50 meter atau lebih pada
daerah terowongan dimana volume lalu-lintas pejalan kaki (300 -
500 orang per 12 jam).

2.10. Lebar Jalur Pejalan Kaki


Adapun langkah-langkah menentukan lebar jalur pejalan kaki sebagai berikut:
a. Lebar efektif minimum ruang pejalan kaki berdasarkan kebutuhan orang dalah 60
cm ditambah 15 cm untuk bergoyang tanpa membawa barang, sehingga kebutuhan
total minamal untuk 2 orang pejalan kaki berpapasan tanpa terjadi berpapasan
menjadi 150 cm.
b. Dalam keadaan ideal untuk mendapatkan lebar minimum Jalur Pejalan
Kaki (W) dipakai rumus dari Direktorat Bina Teknik Kota Direktorat
Jenderal Bina Marga tahun 1999 sebagai berikut:

Keterangan:
P = Volume Pejalan Kaki (orang/menit/meter)
W = Lebar Jalur Pejalan Kaki
N = Lebar Tambahan sesuai dengan keadaan setempat (meter)
dapat dilihat pada tabel 2.4 dibawah ini

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 39
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

Tabel 2.4 Lebar Tambahan sesuai keadaan setempat

c. Lebar jalur pejalan kaki harus ditambah, bila pada jalur tersebut terdapar
perlengkapan jalan (road funiture) seperti patok rambu lalu lintas, kotak surat, pohon
peneduh atau fasilitas umum lainnya.
d. Penambahan lebar jalur pejalan kaki apabila dilengkapi fasilitas dapat dilihat
seperti pada tabel 2.5 dibawah ini.
Tabel 2.5 Penambahan Lebar Jalur Pejalan Kaki

e. Jalur Pejalan Kaki harus diperkeras dan apabila mempunyai perbedaan tinggi
dengan sekitarnya harus diberi pembatas yang dapat berupa kerb atau batas
penghalang.
f. Perkerasan dapat dibuat dari blok beton, perkerasan aspal atau plesteran.
g. Permukaan harus rata dan mempunyai kemiringan melintang 2-3% supaya tidak
terjadi genangan air. Kemiringan memanjang disesuaikan dengan kemiringan
memanjang jalan, yaitu maksimum 7%.
Lebar trotoar disarankan tidak kurang dari 2 meter. Pada keadaan tertentu
Lebar trotoar dapat direncanakan sesuai dengan batasan lebar minimum pada table
2.6 dibawah ini.
Tabel 2.6 Lebar minimum trotoar menurut penggunaan lahan sekitarnya

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 40
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

2.11. Pendukung Kegiatan


Pendukung kegiatan (activity support) pada dasarnya muncul berupa ruang
pada kondisi dimana terdapat dua buah atau lebih pusat kegiatan dan terjadi
pergerakan (terutama pejalan kaki) dengan berbagai kelengkapannya diantara dua
buah pusat kegiatan tersebut. Pendukung kegiatan ini perlu mempertimbangkan
fungsi utama dan penggunaan elemen-elemen kota yang dapat menggerakkan
aktivitas. Dengan demikian, maka pendukung kegiatan akan menggerakkan fungsi
kegiatan utama kota menjadi lebih hidup, menerus dan ramai.
Pendukung kegiatan dapat berbentuk:
a. Ruang terbuka, berupa: jalur pedestrian, kumpulan pedagang makanan kecil,
kawasan pedagang kaki lima, area rekreasi, taman, ruang terbuka, plaza-plaza,
taman budaya, termasuk kelompok hiburan tradisional/lokal.
b. Gedung atau bangunan untuk kepentingan umum, bias berupa pertokoan,
perkantoran, pusat perbelanjaan, bahkan perpustakaan.
Perancangan pendukung kegiatan harus kontekstual terhadap lingkungan mereka,
sehingga serasi dan selaras dengan karakter lingkungan yang dirancang. Beberapa
aspek terkait perancangan pendukung kegiatan dapat berupa:
a. Pada kawasan yang dirancang perlu menghadirkan keragaman dan
memiliki ciri karakter lokal.
JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06
Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 41
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

b. Memiliki kesesuaian dengan lingkungan sekitar.


c. Perancangan memiliki konteks kawasan yang dikembangkan dan aspek cultural
kawasan.
d. Dilengkapi dengan fasilitas yang diperlukan, seperti jalur pejalan kaki, pedagang
kaki lima atau kelengkapan perbelanjaan, termasuk peneduh dan tempat istirahat.
e. Memiliki area yang cukup sehingga memungkinkan interaksi antar pengguna.

2.12. Kenyamanan
Kenyamanan merupakan salah satu nilai vital yang selayaknya harus
dinikmati oleh manusia ketika melakukan aktifitas-aktifitas di dalam suatu ruang.
Menurut Rustam Hakim dan Hardi Utomo (2003 : 185) kenyamanan adalah segala
sesuatu yang memperlihatkan penggunaan ruang secara sesuai dan harmonis, baik
dengan ruang itu sendiri maupun dengan berbagai bentuk, tekstur, warna, simbol
mapun tanda, suara dan bunyi kesan, intensitas dan warna cahaya ataupun bau,
atau lainnya. Kenyamanan dapat pula dikatakan sebagai kenikmatan atau
kepuasan manusia dalam melaksanakan kegiatannya.
Suatu hubungan yang harmonis merupakan integralitas dalam keragaman
melalui pemenuhan keinginan dan kebutuhan yang harusnya tersedia, sehingga
kenyamanan merupakan suatu kepuasan psikis manusia dalam melakukan
aktifitasnya. Selain itu, karena kenyamanan pada dasarnya juga sangat terkait
dengan faktor yang mendukung keamanan dan keselematan diri manusia di dalam
suatu ruang.
Penataan sistem sirkulasi antar ruang, terutama dalam hal penempatan serta
penggunaan fungsi yang tepat, sangat mempengaruh kenyamanan pola pergerakan
antar ruang itu sendiri. Hubungan sirkulasi antar ruang yang tidak komprehensif
serta tanpa koordinasi yang menyeluruh dapat mengakibatkan sirkulasi antar
ruang yang kurang nyaman bagi penggunanya terutama pada pencapaian atau
akses yang tidak terencana dengan baik.
Pola penataan sepotong-potong dan tumpang tindihnya suatu fungsi fasilitas
sosial, menyebabkan sirkulasi antar ruang menjadi kurang nyaman sehingga
mengakibatkan berjalan kaki dari satu lokasi ke lokasi lain, sungguh sangat
terganggu dan bahkan dapat menciptakan pola penataan yang tidak lagi
memperhatikan manfaat sosial atau kepentingan masyarakat umum.

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 42
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

Ian Bentley (1988 : 70) menyatakan bahwa hampir semua jalan dirancang
untuk penggunaan gabungan dari kendaraan bermotor dan pejalan kaki. Jalan
hendaknya dirancang terperinci sehingga kendaraan bermotor tidak akan
mengalahkan pejalan kaki.
Karena fungsi jalan cukup berpengaruh terhadap proses aktifitas pergerakan
manusia, maka sarana dan prasarana jalan harus benar-benar memadai dan
tersistem demi mendukung kelancaran aktifitas masyarakat pada umumnya. Aktifitas
masyarakat yang berjalan akseleratif dan sinergis menuntut efektifitas serta fasilitas-
fasilitas pendukung yang terkonsep dengan memperhatikan kenyamanan, sehingga
para pejalan kaki bisa melakukan kerja-kerja yang lebih produktif.
Hakim dan Utomo (2003 : 186) mengemukakan bahwa faktor – faktor yang
mempengaruhi kenyamanan antara lain ;
a. Sirkulasi
Jalan berperan sebagai prasarana lalu lintas dan ruang transisi (transitional
space), selain itu juga tidak tertutup kemungkinan sebagai ruang beraktivitas (activity
area) yang merupakan sebagai ruang terbuka untuk kontak sosial, wadah kegiatan,
rekreasi, dan bahkan untuk aktifitas perekonomian masyarakat.
Kenyamanan suatu ruang dapat berkurang akibat sirkulasi yang tidak
tertata dengan benar, misalnya kurang adanya kejelasan sirkulasi, tiadanya hierarki
sirkulasi, tidak jelasnya pembagian ruang dan fungsi ruang, antara sirkulasi pejalan
kaki (pedestrian) dengan sirkulasi kendaraan bermotor (Hakim dan Utomo, 2003 :
186).
Untuk itu diperlukan penataan ruang yang fungsionalis demi terciptanya
kelancaran masing-masing aktifitas sirkulasi, baik itu sirkulasi transitional space
(untuk sirkulasi kendaraan bermotor dan pejalan kaki) maupun sirkulasi activity area
(misalnya, untuk pedagang kaki lima, parkir, dan lain sebagainya).
b. Iklim atau Kekuatan Alam
Faktor iklim adalah faktor kendala yang harus mendapat perhatian serius
dalam merekayasa sistem jalan yang terkonsep. Salah satu kendala iklim yang
muncul adalah curah hujan, faktor ini tidak jarang menimbulkan gangguan terhadap
aktifitas para pejalan kaki, terutama di musim penghujan. Oleh karena itu perlu
disediakan tempat berteduh apabila terjadi hujan, seperti shelter dan gazebo.
Trotoar sebagai fasilitas pedestrian tidak akan bermanfaat secara optimal
apabila tidak didukung fasilitas penunjang lainnya. Selain faktor keamanan bagi
JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06
Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 43
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

pejalan kaki, juga harus diperhatikan perlunya perlindungan terhadap radiasi sinar
matahari. Radiasi ini mampu mengurangi rasa nyaman terutama pada daerah tropis
seperti Kota Semarang, untuk itu maka diperlukan adanya sarana peneduh sebagai
perlindungan dari terik sinar matahari. Karyono dalam Pamungkas (2003 : 18)
menyatakan bahwa bahwa ruas-ruas jalan (yang didominasi oleh perkerasan
bahan aspal dan beton) perlu dilindungi dari sengatan radiasi matahari langsung
yakni dengan penanaman pohon- pohon sepanjang tepi jalan yang memungkinkan.
c. Kebisingan
Tingginya tingkat kebisingan suara kendaraan bermotor yang lalu lalang, juga
menjadi masalah vital yang dapat mengganggu kenyamanan bagi lingkungan sekitar
dan pengguna jalan, terutama pejalan kaki. Oleh sebab itu untuk meminimalisir
tingkat kebisingan yang terjadi, dapat dipakai tanaman dengan pola dan ketebalan
yang rapat serta tersusun teratur. Namun kebisingan yang muncul dari faktor -
faktor lain (seperti suara musik dan transaksi perdagangan dari PKL, kebisingan
parkir liar, dan sebagainya) akan sulit dihindari, kecuali adanya pengalokasian yang
tepat bagi activity area yang seperti itu.
d. Aroma atau Bau-bauan
Aroma atau bau-bauan yang tidak sedap bisa terjadi karena beberapa
sebab, seperti bau yang keluar dari asap knalpot kendaraan, atau bak-bak sampah
yang kurang terurus yang tersedia di sepanjang pinggir trotoar. Selain itu, kadang
terdapat areal pembuangan sampah yang tidak jauh dari daerah perlintasan jalan,
maka bau yang tidak menyenangkan akan tercium oleh para pengguna jalan, baik
yang berjalan kaki maupun para pemakai kendaraan bermotor.
Untuk mengurangi gangguan aroma yang kurang sedap tersebut, maka trotoar bisa
diberikan sekat penutup tertentu sebagai pandangan visual serta dihalangi oleh
tanaman, pepohonan yang cukup tinggi, maupun dengan peninggian muka tanah.
e. Bentuk
Bentuk elemen landscape furniture harus disesuaikan dengan ukuran standar
manusia agar skala yang dibentuk mempunyai rasa nyaman (Hakim dan Utomo,
2003 : 190). Sebagai contoh, misalnya permukaan lantai trotoar mempunyai fungsi
yang memberi kemudahan dan sesuai dengan standar kemanfaatan.
Seringkali ditemui bahwa trotoar-trotoar yang telah disediakan tidak
mempunyai pembatas yang jelas (kereb) dengan jalur kendaraan bermotor. Jalur
trotoar dan jalur kendaraan memiliki ketinggian permukaan lantai (dasar) yang
JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06
Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 44
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

sama. Bentuk yang semacam itu akan mengakibatkan, jalur trotoar menjadi
dimanfaatkan untuk lahan parker - parkir liar.
f. Keamanan
Tanudjaja dalam Pamungkas (2003 : 19) menyatakan bahwa manusia
memiliki jenjang kebutuhan, yang salah satunya adalah safety need. Safety need
merupakan kebutuhan manusia yang berkaitan dengan keselamatan atau
keamanan, supaya dirinya merasa terlindungi dari setiap gangguan.
Sedangkan Hakim dan Utomo (2003 : 190) mengemukakan bahwa keamanan
merupakan masalah yang mendasar, karena masalah ini dapat menghambat
aktivitas yang dilakukan. Pengertian dari keamanan dalam perencanaan ini, bukan
mencakup dari segi kriminal, tetapi tentang kejelasan fungsi sirkulasi, sehingga
pejalan kaki terjamin keamanan atau keselamatannya dari bahaya terserempet
maupun tertabrak kendaraan bermotor.
Untermann mengemukakan bahwasanya jalan yang tidak terkonsep akan
menyebabkan dominasi mobil terhadap pejalan kaki dan mampu menciptakan apa
yang disebut dengan no man’s land. (Pamungkas, 2003 : 19). Keamanan
(keselamatan) pejalan kaki serta kendaraan bermotor itu sendiri bisa
berkurang akibat sirkulasi yang kurang baik, misal tidak adanya pembagian ruang
untuk sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki serta penyalahgunaan fasilitas yang
telah disediakan. Maka untuk menghindari hal tersebut hendaknya diperhatikan
mengenai pembagian sirkulasi antara kendaraan dan manusia.
Perencanaan keamanan antara pejalan kaki dengan kendaraan bermotor
perlu diutamakan sehingga harus disediakan fasilitas bagi pedestri, yakni jalur
trotoar jalan. Sukiman dalam Pamungkas (2003 :19) menyebutkan trotoar
merupakan jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas yang khusus
dipergunakan untuk pejalan kaki (pedestrian). Untuk keamanan pejalan kaki
maka trotoar hatus dibuat terpisah dari jalur lalu lintas kendaraan, oleh struktur
fisik berupa kereb. Lebar trotoar yang dibutuhkan oleh volume pejalan kaki, tingkat
pelayanan pejalan kaki yang diinginkan, dan fungsi jalan, adalah dengan lebar 1,5 –
3,0 Meter merupakan ukuran yang umum dipergunakan.
Ian Bentley (1988 : 69) mengemukakan bahwa jalur setapak mempunyai
peran dalam menunjang penggunaan pejalan kaki terhadap dampak lalu lintas yang
menghambat. Lebar zona pejalan kaki harus sesuai bagi tingkat pejalan kaki yang
terlibat, di antara zona pejalan kaki dengan ruang kendaraan harus disediakan
JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06
Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 45
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

daerah untuk fasilitas pejalan kaki seperti pohon jalan, tempat duduk, shelter,
telepon umum, dan fasilitas-fasilitas lainnya.
Pemanfaatan trotoar sebagaimana fungsinya menjadi sangat penting bagai
keamanan pejalan kaki. Banyak dari pengendara bermotor yang mengendarai
dengan kecepatan tinggi atau di atas 50 km/jam. Hal ini sangat
membahayakan keselamatan para pejalan kaki, jika berjalan di bahu jalan jalur
kendaraan bermotor. Hal ini terjadi karena fasilitas trotoar yang sudah ada, ternyata
beralih fungsi menjadi berbagai aktifitas lain (seperti transaksi pedagang kaki lima,
parkir) dan tempat-tempat bangunan permanen maupun non permanen (seperti kios
dan gerai PKL, pos polisi, kotak atau bis surat, telepon umum, dan sejenisnya) yang
sangat mengganggu lalu lintas pejalan kaki, sehingga torotoar tidak bisa di
manfaatkan secara optimal, dan pejalan kaki terpaksa berjalan di bahu jalan jalur
kendaraan bermotor.
g. Kebersihan
Daerah yang terjaga kebersihannya akan menambah daya tarik khusus,
selain menciptakan rasa nyaman serta menyenangkan orang-orang yang melalui
jalur trotoar. Untuk memenuhi kebersihan suatu lingkungan perlu disediakan bak-bak
sampah sebagai elemen lansekap dan sistem saluran air selokan yang terkonsep
baik. Selain itu pada daerah tertentu yang menuntut terciptanya kebersihan tinggi,
pemilihan jenis tanaman hias dan semak, agar memperhatikan kekuatan daya
rontok daun, buah, dan bunganya.
h. Keindahan
Keindahan suatu ruang perlu diperhatikan secara serius untuk memperoleh
suasana kenyamanan. Keindahan harus selalu terkontrol penataannya, meskipun
dalam suatu ruang terdapat berbagai ragam aktivitas manusia yang berbeda-beda.
Keindahan mencakup persoalan kepuasan bathin dan panca indera manusia.
Demikian juga pada eksistensi keindahan di suatu jalur jalan raya (termasuk jalur
trotoar), harus selalu terhindar dari ketidakberaturan bentuk, warna, atau pula
aktifitas manusia yang ada di dalamnya. Untuk memperoleh kenyamanan yang
optimal maka keindahan harus dirancang dengan memerhatikan dari berbagai
segi, baik itu segi bentuk, warna, komposisi susunan tanaman dan elemen
perkerasan, serta diperhatikan juga faktor-faktor pendukung sirkulasi kegiatan
manusia.

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 46
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

2.13. Aktivitas di Jalur Pejalan Kaki


Jalur pejalan kaki merupakan bagian dari sistem sirkulasi perkotaan secara
keseluruhan yang sekaligus merupakan elemen penting dalam perancangan kota.
Adanya jalur pedestrian membuat kota tidak hanya berorientasi pada keindahan
semata, karena kenyamanan merupakan pertimbangan utama dalam perencanaan
jalur pejalan kaki. Di dalam jalur pejalan kaki tidak hanya aktivitas para pejalan kaki
yang ditemukan tetapi terdapat aktivitas-aktivitas lain, yaitu:
a. Pedagang Kaki Lima
Secara umum pedagang kaki lima (PKL) adalah orang-orang yang berdagang
sebagai kelompok golongan ekonomi lemah, yang berjualan barang
kebutuhan sehari-hari, dengan modal yang relatif kecil, yang berjualan di tepi jalan
yang lebarnya lima kaki. Lokasi yang dipilih umumnya adalah trotoar, depan toko
atau berkelompok pada pusat kegiatan tertentu.
Karakter pedagang kaki lima (PKL) memiliki cirri sebagai berikut:
1. Pedagang dapat menetap maupun berpindah-pindah.
2. Sebagian pedagang juga berfungsi sebagai produsen.
3. Menggunakan perlengkapan yang sederhana, seperti: pikulan, kereta dorong,
stand yang tidak permanen serta bongkar pasang, maupun dengan menggelar
barang dagangan.
4. Modal relatif kecil terkadang juga merupakan hasil pinjaman atau sekedar tenaga
penjual.
5. Tidak memiliki standar kualifikasi barang.
6. Skala usaha kecilsering membentuk usaha keluarga.
7. Barang yang diperjual belikan bias berupa barang baru maupun barang bekas,
dan dalam pelaksanaan perdagangan berciri tradisional diikuti tawar menawar
harga.
8. Pada kondisi tertentu sering menggunakan fasilitas umum sehingga rawan
terkena penertiban.
c. Penggunaan Lahan Parkir
Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat
sementara (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996). Fasilitas lahan parkir
dibangun berasamaan dengan pembangunan gedung untuk memfasilitasi
kendaraan pengguna gedung. Pemilihan lahan parkir yang dibuat menurut
penempatannya dikelompokkan sebagai berikut:
JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06
Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 47
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

1. Parkir di badan jalan (On street parking)


Tempat yang biasanya paling jelas dan biasanya paling cocok bagi
pengemudi kendaraan bermotor untuk memarkirkan kendaraannya ialah di tepi
jalan, akan tetapi parkir seperti ini mempunyai banyak kerugian, pertama arus lalu
lintas sepanjang jalan menjadi terhambat yang akhirnya menimbulkan kemacetan
dan kelambatan pada seluruh kendaraan. Pada kondisi parkir yang berhimpit akan
lebih terlihat penurunan kelancaran lalu lintasnya. Parkir di jalan juga
mengakibatkan peningkatan jumlah kecelakaan akibat gerakan membuka pintu
mobil, tingkah pengendara sepeda motor yang tidak menentu, dan pejalan kaki yang
muncul diantara kendaraan parkir. Penggunaan jalur pejalan kaki sebagai lahan
parkir juga sering terjadi akibat badan jalan yg tidak dapat menampung kendaraan
bermotor yang parkir.
2. Parkir di luar badan jalan (Off street parking)
Dikebanyakan kawasan pusat kota, parkir di pinggir jalan sangat dibatasi
sehingga diperlukan penyediaan fasilitas di luar daerah jalan. Ada beberapa
klasifikasi parkir di luar daerah jalan yaitu, pelataran parkir dipermukaan tanah,
garasi bertingkat, garasi bawah tanah, gabungan, garasi mekanis dan drive in
(F.D. Hoobs, 1995). Pedoman perencanaan untuk parkir off street didasarkan pada
ukuran kendaraan rencana, luas lahan parkir, kapasitas parkir, serta tata
letak kendaraan untuk memudahkan kendaraan masuk dan keluar parkir.

2.14 Pedestrian Jalur Khusus (Penyandang Cacat)


Jumlah penyandang cacat di Indosenia menurut survey WHO (World Healt
Organitation) sekitar 7% - 10% dari total populasi. Aksesibilitas fisik untuk
penyandang cacat terbagi dua yaitu, aksesibilitas pada bangunan umum dan
lingkungan serta aksesibilitas pada sarana transportasi. Jalur pedestrian
merupakan salah satu akses sarana transportasi pada penyandang cacat, seperti
cacat fisik yang menggunakan kursi roda dan tongkat yang memerlukan jalan yang
lebih lebar untuk menggunakan kursi roda mereka. Di jepang jalur pedestrian
dan zebra cross dilengkapi dengan jalur-jalur timbul memanjang yang dikhususkan
untuk penyandang tuna netra. Jadi jalur pedestrian juga harus dilengkapi dengan
kebutuhan para penyandang cacat untuk memudahkan mereka melakukan
pergerakan.

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 48
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

Menurut Joseph De Chiara dan Lee E. Koppelman dalam Standar


Perencanaan Tapak ramp tepi jalan merupakan perubahan pada permukaan jalan
ke trotoar dan trotoar ke jalan masuk menuju bangunan akan menimbulkan
persoalan paling banyak pada para penyandang cacat. Untuk memudahkan
pergerakan diatas penyangga yang rendah sebuah ramp tepi harus dipasang.
permukaannya tidak boleh licin tetapi tidak boleh dibuat alur, karena alur ini dapat
terisi air yang menjadikan ramp tersebut licin. Pembuatan ramp tepi jalan harus
mempertimbangkan:
a. Pembuatan tepi tidak boleh menghasilkan penyangga yang tidak perlu
terhadap para penyandang cacat, apabila dibuat penyangga maka tepi jalan yang
sudah dibangun sebelumnya harus dibongkar atau diberi ramp.
b. Pembuatan tepi tidak boleh tinggi dari tinggi maksimum satu anak tangga
atau 6½ inci. Hal ini penting, terutama apabila terdapat lalu lintas pejalan kaki yang
melaluinya atau kendaraan yang parkir didekatnya.
c. Tepi yang berundak menyulitkan bagi para penyandang cacat untuk
menjalaninya dan ketika gelap akan membahayakan semua pejalan kaki. Ramp
berundak memungkinkan bahaya terpeleset seperti halnya tangga.
Karena itu permukaannya harus diberi bahan anti-peleset, baik yang alamiah
maupun buatan. Untuk keamanan dalam perubahan ketinggian yang diterapkan di
luar ruangan, maka rancangan untuk ramp dan ramp berundak harus mencakup
sifat-sifat sebagai berikut:
a. Ramp, kemiringan yang diinginkan adalah antara 7 sampai 15 derajat dan
maksimum 20 derajat.
b. Ramp berundak
- Ketinggian bagian naik maksimum 5 inci,
- Lebar bagian datar minimum 5 inci,
- Kemiringan ramp maksimum 1 derajat (¼ inci per kaki atau 2%); minimum ½
derajat,
- Panjang ramp satu atau tiga putaran roda (diusulkan 3 atau 6 kaki),
- Kemiringan keseluruhan 15 derajat (3¼ inci perkaki atau 27,1 persen) atau
serendah 10 derajat dengan bagian naik 4 inci dan bagian datar 1 persen.

2.15. Street Furniture

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 49
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

Harris dan Dines (1988) menyatakan bahwa street furniture atau perabot jalan
adalah semua elemen yang ditempatkan secara kolektif pada suatu lanskap jalan
untuk kenyamanan, kesenangan, informasi, control sirkulasi perlindungan dan
kenikmatan pengguna jalan. Elemen ini harus merefleksikankarakter dari lingkungan
setempat dan menyatu dengan keadaan sekitar. Menurut Departemen Pekerjaan
Umum Direktorat Jenderal Bina Marga tahun 1995 street furniture/ perabot jalan
adalah fasilitas yang ditempatkan sepanjang jalan yang merupakan pelengkap atau
pendukung bagi jalur pejalan kaki. Penyediaannya disesuaikan dengan jenis
kawasan yang menggunakan jalur pejalan kaki.
Kriteria elemen yang digunakan meliputi bahan yang mudah didapat, kuat
terhadap cuaca, mudah dalam perawatan, mudah dalam perbaikan, kuat dan aman
bagi pengguna jalan maupun lingkungan sekitarnya (Harris dan Dines, 1998).
Sarana pelengkap jalan ini sangat dibutuhkan untuk memenuhi fungsi sebagai
berikut:
a. Fungsi keamanan dan kenyamanan adalah lampu, halte, jalan penyebrangan,
rambu-rambu lalu lintas, unsure tanaman sebagai peneduh, fire hydran, gardu
polisi dan jalur pejalan kaki.
b. Fungsi pelengkap adalah tempat duduk, tempat sampah, telepon, kotak
surat, wadah tanaman, informasi dan lain-lain.
c. Fungsi estetik dapat diperoleh dari jenis elemen yang digunakan baik soft
material maupun hard material dilihat dari bentuk tekstur dan warnanya.

2.15.1 Rambu Jalan


Menurut Dirjen Bina Marga tahun 1990 rambu merupakan alat utama yang
mengatur, member peringatan, dan mengarahkan terhadap pengguna jalan agar
pengguna jalan dapat dengan mudah terarah pada suatu tempat yang dituju.
Rambu yang efektif yakni memenuhi ketentuan yang dapat dipenuhi oleh
pengguna. rambu yang efektif yakni memenuhi kebutuhan, menarik perhatian dan
mendapat respek pengguna jalan, memberikan pesan yang sederhana dan mudah
dimengerti, dan juga menyediakan waktu yang cukup bagi pengguna jalan dalam
memberikan respon (Dirjen Bina Marga, 1990).

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 50
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

Berdasarkan Dirjen Bina Marga tahun 1990 untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
pertimbangan-pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pembuatan konsep dan
pemasangan rambu adalah:
- Keseragaman bentuk dan ukuran rambu; untuk mempermudah tugas
pengemudi mengenal, memahami dan memberikan respon. Konsisten dalam
penerapan bentuk dan ukuran rambu akan menghasilkan konsistensi
presepsi dan respon pengemudi.
- Desain rambu: warna, bentuk, ukuran dan tingkat retrorefleksi yang memenuhi
standar akan menarik perhatian pengguna jalan.
- Lokasi rambu; penempatan rambu harus disesuaikan dengan jarak pengguna
jalan.
- Pemeliharaan rambu; diperlukan agar dapat berfungsi dengan baik.
2.15.2 Halte
Harris dan Denis (1988) mengemukakan bahwa persyaratan untuk halte bis
adalah memiliki kebebasan pandangan ke arah kedatangan kendaraan baik dalam
posisi berdiri maupun duduk di halte dan zona perhentian bis harus merupakan
bagian dari jaringan akses pejalan kaki. Di dalam Keputusan Menteri Perhubungan
No. KM 65 Tahun 1993 juga menyebutkan bahwa fasilitas halte harus dibangun
sedekat mungkin dengan fasilitas penyeberangan pejalan kaki. Halte dapat
ditempatkan di atas trotoar atau bahu jalan dengan jarak bagian paling depan dari
halte sekurang-kurangnya 1 meter dari tepi jalur lalu lintas. Persyaratan struktur
bangunan memiliki lebar minimal 2 meter, panjang 4 meter dan tinggi bagian atap
yang paling bawah minimal 2,5 meter dari lantai.

2.13.3 Lampu Jalan


Menurut Harris dan Dines (1988), penerangan jalan bertujuan untuk
mengakomodasikan pergerakan yang aman bagi pejalan kaki dan kendaraan.
Dalam pergerakan, pemakai jalan dapat dibantu orientasinya untuk mengenai zona
yang berbeda dari penggunaan suatu tapak melalui hirarki efek penerangan yang
tepat. Hirarki penerangan terlihat dari perbedaaan jarak, ketinggian dan warna
cahaya lampu yang digunakan. Penerangan juga harus cocok secara fungsional dan
dalam skala yang sesuai baik bagi pejalan kaki maupun jalur kendaraan. Untuk
JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06
Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 51
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

penerangan jalur pejalan kaki dapat digunakan lampu dengan ketinggian yang relatif
rendah agar memberikan skala manusia dan menerangi kanopi bawah dari pohon
tepi jalan. Sifat penerangan untuk pedestrian walk sebaiknya tidak seragam
sepanjang jalan, sebaliknya untuk jalur kendaraan harus seragam secara
keseluruhan. Lampu penerangan jalan rata-rata memiliki ketinggian 6 - 15,2 meter,
sedangkan untuk jalur pejalan kaki, distribusi pencahayaan vertikal harus mencapai
2 meter agar penglihatan ke arah pejalan kaki lain tetap jelas. Fasilitas penerangan
jalan sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Perhubungan No KM 65
Tahun 1993 Pasal 2 huruf e, harus memenuhi persyaratan:
a. Ditempatkan ditepi sebelah kiri jalur lalu lintas menurut arah lalu lintas,
b. Jarak tiang penerangan jalan sekurang- kurangnya 0,60 meter dari tepi jalur lalu
lintas,
c. Tinggi bagian yang paling bawah dari lampu penerangan jalan
sekurangkurangnya 5,00 meter dari permukaan jalan.

2.15.4 Bangku Jalan


Bangku jalan adalah bangku yang ditempatkan dipinggir jalan sebagai
bagian dari perabot jalan, yang ditempatkan di kawasan pejalan kaki khususnya di
kawasan wisata atau pertokoan, maupun taman kota. Jenis bangku dapat
dikelompokan menjadi bangku duduk untuk sendiri dan bangku duduk untuk
berkelompok. Pemilihan bentuk, bahan, dan warna disesuaikan dengan
ketersediaan, fungsi dan 8 suasana lingkungan. Pertimbangan dalam
perencanaan bangku adalah memenuhi kriteria nyaman, bentuknya sederhana,
mudah pemeliharaannya, tahan terhadap vandalisme dan memiliki ketahanan yang
tinggi. Penempatan bangku harus mempertimbangkan beberapa hal antara lain,
letaknya terlindung dari angin, posisinya strategis, dan ditempatkan di luar jalur jalan
(Harris dan Dines, 1988). Bangku taman yang nyaman juga mempertimbangkan
standar dimensi, yaitu tinggi bangku dari permukaan tanah
+37,5 cm, lebar bangku antara 37,5 – 45 cm, dan panjang bangku bervariasi
tergantung kebutuhan. Bangku dapat dilengkapi juga dengan sandaran tangan dan
sandaran belakang yang bentuk dan ukurannya dapat divariasikan sesuai kebutuhan
(Harris dan Dines 1988).

2.15.5 Tempat Sampah


JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06
Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 52
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

Tempat sampah (waste container) adalah tempat untuk menampung sampah


secara sementara, yang biasanya terbuat dari logam atau plastik. Untuk menjaga
lingkungan sebaiknya tempat sampah ditempatkan dalam jumlah yang banyak.
Pertimbangan merencanakan tempat sampah adalah mudah di lihat, bentuknya
mudah dikenali, terjangkau, ditempatkan lebih banyak pada titik-titik yang terdapat
banyak aktivitas manusia. Tempat untuk menampung sampah juga sebaiknya
memiliki ukuran yang cukup lebar untuk menampung jumlah sampah, bahan yang
langsung menyentuh sampah hendaknya tahan air dan dilengkapi dengan penutup.
Ukuran untuk satu tempat sampah adalah tinggi +91,5 cm dan diameter maksimal
76 cm (Harris dan Dines, 1988).

2.15.6 Papan Penunjuk Jalan dan Informasi


Papan petunjuk jalan dan informasi adalah papan yang memberikan
petunjuk kepada pemakai jalan mengenai arah, tempat dan informasi, yang meliputi
rambu pendahuluan, rambu jurusan (arah), tempat dan informasi, yang meliputi
rambu penegasan, rambu petunjuk batas wilayah dan rambu lain yang memberikan
keterangan dan fasilitas yang bermanfaat bagi pemakai jalan (Ditjen Binamarga
dan Direktorat Pembinaan Jalan Kota, 1991). Papan informasi (signage)
diletakan pada jalur amenitas, pada titik interaksi sosial, pada jalur dengan arus
pedestrian padat, dengan besaran sesuai kebutuhan, dan bahan yang digunakan
terbuat dari bahan yang memiliki durabilitas tinggi, dan tidak menimbulkan efek silau
(Direktorat Penataan Ruang Nasional, 1993).

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 53
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

BAB 3
DATA SURVEY

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 Tahun Anggaran 2022
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

BAB III
DATA SURVEY

3.1. Tenaga Ahli

CV. GEOSENTRIS NUSANTARA telah menyusun jadwal penugasan


personiluntuk PekerjaanPerencanaan Teknis Rehabilitasi Trotoar
JalanBhayangkara, sepertiditunjukkan oleh tabel berikut:
JADWAL PENUGASAN PERSONIL

Pekerjaan : Perencanaan Teknis Rehabilitasi Trotoar Jalan Bhayangkara


Lokasi : Kota Mojokerto
Waktu Pelaksanaan : 1,5 bulan atau 45 (Empat Puluh Lima) hari kalender
Tahun Anggaran : 2022

3.2. Gambaran Umum Koridor Jalan Bhayangkara


Koridor Jalan Bhayangkara memiliki fungsi publik, area ini adalah jalan
utama yang bersinggungan langsung dengan kawasan Stasiun Mojokerto. Selain
stasiun,di daerah ini terdapat kawasan perbelanjaan dan Kantor kedinasan seperti
Kantor Satuan Pamong Praja, Kantor Badan Pertahanan Nasional, dan Kementrian
Agama Kota Mojokerto. Lebar jalan yang terdapat di jalan ini relative sempit namun
terdapat 2 jalur di daerah tersebut.

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 1
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

Gambar 3.1. Lokasi Koridor jalan Bhayangkara


Sumber: Google MAPS
Titik awal jalan ini berada di persimpangan antara jalan Gajahmada dan jalan
Pahlawan menuju di pertigaan jalan Majapahit dan K.H Wachid Hasyim. Daerah ini
memiliki intensitas lalu lintas yang cukup padat. Bahu jalan di daerah ini memiliki
lebar yang kurang untuk fasilitas pejalan kaki.

Gambar 3.2. Tampak Eksisting Koridor Bhayangkara


Sumber: Hasil Eksplorasi Penulis

Di area Dinas dan perkantoran ini terdapat saluran riol kota yang terbuka dan
saluran tersebut cukup besar. Jalur pedestrian di area ini tidak terlalu lebar
dikarenakan lebar jalan yang relative kecil. Area Stasiun dan Pasar ini memiliki lebar
bahu jalan yang lebar. Di area ini sudah memiliki fasilitas pedestrian yang sudah
baik. Di area pertokoan butuh peremajaan kawasan karena pada pedestrian kurang
layak untuk digunakan.

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 2
cv.geosentris.nusantara@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI TROTOAR JALAN BHAYANGKARA

Gambar 3.3. Kondisi Eksisting Jalan Bhayangkara


Sumber: Survey
Dengan hasil survey yang lebih akurat, Team telah melakukan survey topografi agar
hasil data untuk jalan lebih akurat dan memberikan patokan untuk pengerjaan agar
mempermudah pelaksanaan nantinya. Hasil topografi ini juga mempermudah data
untuk dijadikan gambar kerja nantinya.

Gambar 3.4. Kondisi Eksisting Jalan Bhayangkara


Sumber: Survey

JI. TumapelGG.V RT.03 RW.06


Kel.PagentanKec.SingosariKab.Malang
0341-4379940 3
cv.geosentris.nusantara@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai