Anda di halaman 1dari 18

Prosedur Pengelolaan Tenaga Kerja, Termasuk

Mekanisme Penanganan Aduan dan Kode Etik 1


Penyusun:
Tim PMU, REP-MEQR

Desain:
MAK Unggulan Informatika

Dipublikasikan oleh:
Project Management Unit
Proyek Realizing Education’s Promise –
Madrasah Education Quality Reform (REP-MEQR)

Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI


Jl Lapangan Banteng Barat No. 3-4
Jakarta Pusat 10710
Telepon (021) 3812344, 34833981

Informasi selengkapnya, silakan kontak:


Madrasah Digital Care
Hotline WA 081147402020
Email: helpdesk.madrasah@kemenag.go.id

Prosedur Pengelolaan Tenaga Kerja, Termasuk


Mekanisme Penanganan Aduan dan Kode Etik 3
DAFTAR ISI
.............................................................................................................................................................................. 1

DAFTAR ISI ............................................................................................................................................................ ii


A. TENAGA KERJA PROYEK ................................................................................................................................... 1
B. JUMLAH TENAGA KERJA PROYEK .................................................................................................................... 1
C. TIPE TENAGA KERJA ........................................................................................................................................ 2
D. KOMPETENSI TENAGA KERJA .......................................................................................................................... 4
E. STRUKTUR ORGANISASI .................................................................................................................................. 6
F. PENILAIAN RISIKO DAN PENGELOLAANNYA.................................................................................................... 6
G. PERATURAN TENAGA KERJA: SYARAT DAN KETENTUAN ................................................................................ 7
H. KEBIJAKAN TENAGA KERJA: KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA SERTA KESIAPSIAGAAN DAN
PENANGANAN KEDARURATAN ....................................................................................................................... 9
I. PIHAK YANG BERTANGGUNG JAWAB ............................................................................................................. 9
J. KEBIJAKAN DAN PROSEDUR YANG TERKAIT.................................................................................................. 10
K. MEKANISME ADUAN/KELUHAN .................................................................................................................... 10
L. KODE ETIK ..................................................................................................................................................... 13

Prosedur Pengelolaan Tenaga Kerja, Termasuk


Mekanisme Penanganan Aduan dan Kode Etik ii
A. TENAGA KERJA PROYEK

Proyek Realizing Education’s Promise – Madrasah Education Quality Reform (REP-MEQR)


dilaksanakan di bawah tanggung jawab Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag).
Kemenag bertanggung jawab untuk menyusun perencanaan, melaksanakan dan memonitor
serta mengevaluasi pelaksanaan 4 Komponen Proyek. Dalam upaya mendukung operasional,
Proyek menyeleksi dan merekrut tenaga kerja guna mengoptimalkan operasional ke-empat
komponen. Proyek akan berjalan selama lima tahun dan telah dimulai efektif pada 26
November 2019.

Untuk mendukung operasional kegiatan, Proyek akan menggunakan tenaga kerja dari
lingkungan Kementerian Agama sendiri dan Kementerian terkait lainnya, juga akan
melakukan seleksi dan merekrut tenaga kerja dari luar. Saat ini Proyek telah mempekerjakan
beberapa tenaga kerja untuk mendukung operasional Proyek dengan mengacu pada
Prosedur Pengelolaan Tenaga Kerja yang telah disusun oleh Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam pada April 2019 sebagai salah satu persyaratan Bank Dunia dalam Penyiapan Proyek.

Dengan berjalannya waktu, Prosedur Pengelolaan Tenaga Kerja memerlukan revisi untuk
disesuaikan dengan perkembangan yang ada. Revisi Prosedur tetap mengacu pada Standar
Lingkungan dan Sosial 2 (ESS 2-Environmental & Social Standard) tentang Tenaga Kerja dan
Kondisi Kerja Proyek dan Kerangka Kerja Lingkungan dan Sosial Bank Dunia (ESF-
Environmental & Social Framework) dan peraturan perundangan Indonesia yang berlaku.

B. JUMLAH TENAGA KERJA PROYEK

Saat ini Proyek diperkirakan menggunakan 87 orang tenaga kerja di tingkat pusat yang aktif
pada tahap operasional. Proyek juga menggunakan tenaga kerja daerah dan tenaga kerja
lainnya dengan perkiraan jumlah total sebanyak 8.023 orang (detail lihat di Bab C). Jumlah
ini jauh lebih besar dari perencanaan April 2019 pada saat Prosedur Pengelolaan Tenaga
Kerja pertama kali disiapkan yang diperkirakan sebanyak 68 orang untuk tenaga kerja di
pusat dan belum ada perkiraan untuk tenaga kerja lainnya. Peningkatan secara signifikan
jumlah tenaga kerja ini disebabkan besarnya cakupan proyek dan luasnya area sasaran di
seluruh Indonesia.

Prosedur Pengelolaan Tenaga Kerja, Termasuk


Mekanisme Penanganan Aduan dan Kode Etik 1
C. TIPE TENAGA KERJA

Tipe tenaga kerja yang terlibat dalam Proyek ini adalah sebagai berikut:
1. Tenaga Kerja Langsung
Fungsional pusat
Tenaga kerja langsung adalah seluruh tim fungsional dan staf pendukung yang berasal
dari Aparatur Sipil Negara (ASN). Jumlahnya sebanyak 39 orang, yang terdiri dari:

a. Tim Pengarah, beranggotakan antar kementerian/lembaga: Kementerian Keuangan,


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Kementerian Koordinator
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan/Kemenko PMK, dan Kementerian Agama
(kurang lebih 10 orang);
b. PMU, Kementerian Agama (8 orang);
c. Koordinator masing-masing Komponen, Kementerian Agama (4 orang);
d. Staf pendukung, Kementerian Agama (kurang lebih 15 orang).
e. Kelompok Kerja (Pokja) pengadaan barang/jasa pemerintah.
Fungsional daerah
Tenaga kerja fungsional daerah adalah tenaga kerja langsung yang berkedudukan di
Provinsi yang disebut Provincial Coordinating Unit (PCU) dan di Kabupaten/Kota disebut
dengan District Coordinating Unit (DCU). Mereka berasal dari Aparatur Sipil Negara
(ASN) Kementerian Agama tingkat Kantor Wilayah dan Kantor Kabupaten/Kota.

Tugas dan Tanggung Jawab PCU dan DCU adalah mendukung tugas-tugas PMU dalam
perencanaan dan pencapaian target yang mengacu pada dokumen monitoring proyek
(Result Framework); mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan di tingkat propinsi dan
kabupaten/kota; serta melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan di
daerah termasuk yang dilaksanakan oleh penyedia jasa (LSP/Logistic Service Provider)
atau panitia kegiatan.

Tenaga kerja kontrak individu

Tenaga kerja individu yang dikontrak langsung oleh Unit Pengelola Proyek (PMU/ Project
Management Unit) untuk membantu pengelolaan proyek dalam rangka mencapai
sasaran dan tujuan Proyek. Di tingkat pusat terdapat 17 orang tenaga kontrak inti
(konsultan) dan tenaga pendukung program yang bertugas sesuai dengan spesialisasinya
dan berkedudukan di Kantor Pusat Kementerian Agama di Jakarta. Adapun di tingkat
daerah terdapat 1 orang tenaga kontrak yang bertugas di masing-masing Kantor
Wilayah Kementerian Agama.

Prosedur Pengelolaan Tenaga Kerja, Termasuk


Mekanisme Penanganan Aduan dan Kode Etik 2
Rincian tenaga kerja yang dikontrak secara individual adalah sebagai berikut:

a. Konsultan Manajemen Inti (7 orang)


1) Ahli Manajemen Proyek (1 orang).
2) Ahli Manajemen Keuangan (1 orang)
3) Ahli Pengadaan Barang dan Jasa (1 orang)
4) Ahli Sosial dan Lingkungan (1 orang)
5) Ahli Manajemen Sistem Informasi (1 orang)
6) Ahli Monitoring dan Evaluasi (1 orang)
7) Ahli Manajemen Risiko (1 orang)

b. Konsultan per-Komponen (10 orang)


1) Komponen 1: Ahli e-RKAM (1 orang), Ahli Kualitas Manajemen Pendidikan (1
orang), Ahli Penjaminan Kualitas (1 orang), Ahli Pengembangan Materi Pelatihan
Online (2 orang)
2) Komponen 2: Ahli Peningkatan Manajemen Madrasah dan Kemenag (1 orang)
3) Komponen 3: Ahli Peningkatan Kapasitas Guru (3 orang)
4) Komponen 4: Ahli Manajemen Data Pendidikan (1 orang), Ahli Penjaminan
Kualitas Madrasah Swasta (1 orang).

c. Asisten Program (10 orang)


1) Asisten Senior Teknis Komunikasi (1 orang)
2) Asisten Kreatif dan Pengembangan Konten Digital (1 orang)
3) Asisten Layanan Penanganan Pengaduan (3 orang)
4) Asisten Pengadaan (3 orang)
5) Asisten Keuangan (2 orang)
6) Asisten Pengembangan Pembelajaran dan Teknologi Informasi (1 orang)
7) Asisten Akademik (1 orang)

d. Staf (10 orang)


1) Staf PMU (5 orang)
2) Staf Komponen 1 (1 orang)
3) Staf Komponen 2 (2 orang)
4) Staf Komponen 3 & Komponen 4 (2 orang)

Prosedur Pengelolaan Tenaga Kerja, Termasuk


Mekanisme Penanganan Aduan dan Kode Etik 3
2. Tenaga Kerja Kontrak
Tenaga kerja kontrak adalah tenaga kerja yang terlibat dalam Proyek melalui kontrak
kerja yang dilakukan oleh pihak ketiga. Mereka terdiri dari:
a. Tenaga Ahli yang dikontrak oleh perusahaan jasa konsultansi.
b. Tenaga kerja dari Logistic Service Provider (LSP) yang dikontrak untuk mendukung
penyelenggaraan kegiatan proyek.
c. Konsultan di tingkat Provinsi yang diadakan melalui kontrak dengan perusahaan
konsultan manajemen.
3. Tenaga Kerja Masyarakat
Madrasah penerima bantuan afirmasi (Komponen 1) untuk pekerjaan renovasi kecil di
lokasi madrasah dapat melaksanakan kegiatan secara swakelola dengan melibatkan
tenaga kerja dari masyarakat.

Masyarakat yang terlibat dalam pekerjaan swakelola akan diikat dalam bentuk
kesepakatan yang mencakup sistem kerja, waktu kerja, kompensasi kerja (jika ada), dan
panduan-panduan kerja yang terdiri dari: Panduan Keselamatan, Kesehatan dan
Keberlanjutan Kerja (K4) serta Pencegahan Kasus Berbasis Gender/Anak—termasuk
Kode Etik; Protokol Pencegahan Covid-19; Panduan Kesiapsiagaan dan Kedaruratan; dan
Formulir Pengecekan Mitigasi Risiko Pekerjaan Konstruksi Kecil (Renovasi/Rehabilitasi).

D. KOMPETENSI TENAGA KERJA

1. Semua tenaga kerja diseleksi dan direkrut sesuai dengan kompetensi atau keahlian yang
dibutuhkan Proyek. Ketersediaan tenaga kerja di Indonesia cukup memadai dan Proyek
tidak akan mengalami kesulitan untuk mendapatkannya. Namun tetap diharapkan
jumlah tenaga kerja perempuan dapat mencapai 40% dari tenaga yang dibutuhkan.
Sesuai aturan kebijakan di Indonesia melalui UU No.13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, semua tenaga kerja yang direkrut berusia minimal atau di atas 18
tahun.
2. Mengacu pada UU 13/2003 tersebut, setiap pekerja berhak memperoleh perlakuan dan
kesempatan yang sama tanpa diskriminasi. Proyek berkomitmen untuk menaati
peraturan perundangan Indonesia, tidak ada diskriminasi dalam seluruh aspek
hubungan kerja, seperti perekrutan, upah, kondisi kerja dan ketentuan kerja, akses ke
pelatihan, dan pemutusan hubungan kerja.

Prosedur Pengelolaan Tenaga Kerja, Termasuk


Mekanisme Penanganan Aduan dan Kode Etik 4
3. Langkah-langkah berikut dijalankan untuk memastikan perlakuan yang adil bagi seluruh
tenaga kerja proyek:

a. Prosedur perekrutan mengedepankan transparansi, tidak diskriminatif, dan bersifat


inklusif sehubungan dengan etnis, agama, seksualitas, gender, ataupun disabilitas.
b. Pengajuan lamaran pekerjaan hanya dapat dipertimbangkan jika melalui prosedur
resmi yang ditetapkan oleh PMU.
c. Deskripsi pekerjaan yang jelas akan diberikan sebelum perekrutan dan PMU akan
menjelaskan keterampilan yang diperlukan untuk setiap posisi/jabatan/pekerjaan.
d. Semua tenaga kerja harus menyepakati kontrak/kesepakatan tertulis yang
menjelaskan kondisi kerja dan isi kesepakatan lainnya termasuk kode etik sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
e. Penugasan, pengaturan, dan penghentian tugas tenaga kerja langsung pada (C.1)
poin a dan b yang berasal dari Kementerian mengikuti UU No.5 Tahun 2004 tentang
Aparatur Sipil Negara.
f. Penugasan, pengaturan, dan pemutusan kontrak tenaga kerja langsung pada (C.1)
poin c akan mengikuti ketentuan UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
g. Perekrutan, pengaturan, dan pemutusan tenaga kerja kontrak (C.2) LSP dan
kontraktor akan mengikuti ketentuan pengadaan pihak ketiga.
h. Perekrutan, pengaturan, dan penghentian tenaga kerja masyarakat (C.3) untuk
pekerjaan rehab/renovasi kecil madrasah yang bersifat swakelola diatur berdasarkan
kebijakan Madrasah.

Prosedur Pengelolaan Tenaga Kerja, Termasuk


Mekanisme Penanganan Aduan dan Kode Etik 5
E. STRUKTUR ORGANISASI

Semua tenaga kerja dipilih dan direkrut bekerja sesuai tugas masing-masing dalam
organisasi manajemen Proyek dengan struktur sebagai berikut:

Gambar 1. Struktur Organisasi

F. PENILAIAN RISIKO DAN PENGELOLAANNYA

1. Penilaian Risiko
Setiap pekerjaan dan kegiatan akan selalu mengandung risiko. Berikut ini kemungkinan
risiko yang dapat terjadi dalam kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kerja:

a. Pekerjaan renovasi kecil dapat menimbulkan risiko rendah terhadap kesehatan dan
keselamatan pekerja berupa kebisingan, debu, dan jatuhnya objek/benda. Risiko itu
mungkin timbul pada saat pelaksanaan pekerjaan berupa: perbaikan pada atap, langit-
langit, lantai ruang kelas, perpustakaan, dan laboratorium, atau pekerjaan
pertukangan, dan pekerjaan semi-terampil/tidak terampil lainnya.

Prosedur Pengelolaan Tenaga Kerja, Termasuk


Mekanisme Penanganan Aduan dan Kode Etik 6
b. Pertemuan tatap muka atau pelatihan, pekerjaan renovasi kecil atau kegiatan proyek
yang dilaksanakan di daerah zona kuning dan merah dapat juga berisiko tinggi
terpaparnya virus Covid-19 bagi para tenaga kerja.
c. Pertemuan tatap muka atau pelatihan, pekerjaan renovasi kecil sangat mungkin
berisiko adanya kekerasan berbasis gender dan kekerasan terhadap anak, meski
dengan kemungkinan potensi yang rendah.
d. Kegiatan proyek diharapkan tidak menimbulkan risiko kecelakaan, kejadian fatalitas,
dan dampak buruk bagi pekerja maupun masyarakat.

2. Pengelolaan Risiko
Pengelolaan atau penanganan risiko terhadap tenaga kerja mengacu pada Prosedur
Pengelolaan Tenaga Kerja dan merujuk pada panduan-panduan yang sudah dimiliki oleh
Proyek yaitu:
a. Protokol Pencegahan Covid-19 dan Panduan Kesehatan Proyek.
b. Panduan Kesehatan, Keselamatan dan Keberlanjutan Kerja (K4) serta Pencegahan
Kekerasan Berbasis Gender/Anak.
c. Panduan Kesiapsiagaan dan Penanganan Kedaruratan Proyek

G. PERATURAN TENAGA KERJA: SYARAT DAN KETENTUAN

1. Mengacu pada UU 13/2003, syarat dan ketentuan ketenagakerjaan dan Standar


Lingkungan dan Sosial 2 Bank Dunia tentang Persyaratan Kerja dan Tenaga Kerja memiliki
kesamaan kebijakan.

2. Prinsip-prinsip utama yang diterapkan untuk Prosedur Pengelolaan Tenaga Kerja adalah:
a. Pekerja akan mendapatkan perlakuan adil, non-diskriminatif, bebas dari kekerasan,
serta mendapatkan kesempatan yang setara bagi semua pekerja.
b. Pekerja akan memiliki akses untuk menyampaikan keluhan/pengaduan di tempat kerja
melalui mekanisme pengaduan yang ada di Proyek.
c. Tidak melibatkan anak di bawah umur atau kerja paksa.
d. Kondisi kerja yang sehat dan aman.

3. Semua tenaga kerja yang direkrut oleh Proyek adalah tenaga kerja Indonesia. Dengan
demikian, syarat dan ketentuannya tunduk pada peraturan perundang-undangan
Indonesia, UU No.13 Tahun 2003 dan aturan pelaksanaan lain yang terkait.

4. Upah, Pengurangan dan Tunjangan


UU No 13/2003 menetapkan kebijakan pengupahan yang terperinci untuk melindungi
pekerja/buruh. Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja, meliputi:
a. upah minimum;
b. upah kerja lembur;
c. upah tidak masuk kerja karena berhalangan;
Prosedur Pengelolaan Tenaga Kerja, Termasuk
Mekanisme Penanganan Aduan dan Kode Etik 7
d. upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya;
e. upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;
f. bentuk dan cara pembayaran upah;
g. denda dan potongan upah;
h. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;
i. struktur dan skala pengupahan yang proporsional;
j. upah untuk pembayaran pesangon; dan
k. upah untuk perhitungan pajak penghasilan
l. jaminan keselamatan dan kesehatan kerja.

5. Jam Kerja
Ketentuan jam kerja diatur dalam UU No 13/2003. Waktu kerja adalah:
a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam)
hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima)
hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
c. Jam kerja untuk pekerjaan swakelola disesuaikan dengan kesepakatan antara
madrasah dan tenaga kerja masyarakat.

6. Kerja Lembur
a. Pekerjaan yang melebihi 40 jam seminggu akan dianggap kerja lembur yang harus
dibayar dengan perhitungan upah per jam. Termasuk kerja lembur adalah pekerjaan
yang, karena kebutuhan mendesak, dilaksanakan pada akhir pekan dan/atau hari libur.
b. Ketentuan untuk kerja lembur akan berdasarkan kesepakatan para pihak.
c. Kompensasi atas kerja lembur pada pekerjaan swakelola disesuaikan dengan
kesepakatan antara madrasah dan tenaga kerja masyarakat.

7. Usia Tenaga Kerja


Sesuai dengan UU No.13 Tahun 2003, semua tenaga kerja wajib berusia minimal atau di
atas 18 tahun. Proyek berkomitmen mematuhi peraturan tersebut. Saat ini tenaga kerja
Proyek berusia rata-rata 25 hingga 60 tahun.
a. PMU akan memverifikasi identitas dan usia semua calon tenaga kerja. Ketentuan ini
mengharuskan pekerja untuk memberikan dokumen pribadi resmi, yang mencakup
akta kelahiran, Kartu Tanda Pengenal (KTP) dan, jika diperlukan catatan medis.
b. Madrasah yang melaksanakan pekerjaan swakelola dengan menggunakan tenaga
masyarakat juga wajib mengikuti ketentuan ini dan melaporkan usia tenaga kerja yang
direkrutnya ke PMU.

Prosedur Pengelolaan Tenaga Kerja, Termasuk


Mekanisme Penanganan Aduan dan Kode Etik 8
H. KEBIJAKAN TENAGA KERJA: KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA SERTA
KESIAPSIAGAAN DAN PENANGANAN KEDARURATAN

1. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3) telah ditetapkan sesuai UU No.13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan. Undang undang tersebut juga mencakup ketentuan
yang memungkinkan pekerja untuk menyelesaikan perselisihan dalam kasus-kasus di
mana terdapat perbedaan pandangan antara pengusaha dan pekerja mengenai syarat
dan ketentuan penting dari perjanjian kerja atau aspek pekerjaan lainnya. Undang
undang juga mengatur perlindungan pekerja/buruh, termasuk perlindungan hak-hak
dasar pekerja untuk bernegosiasi dengan pengusaha, perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja, perlindungan khusus untuk perempuan, anak-anak dan pekerja dengan
disabilitas, dan perlindungan yang terkait dengan upah, kesejahteraan dan jaminan
tenaga kerja sosial.

2. Proyek telah menyusun Panduan K4 serta Pencegahan Kekerasan Berbasis


Gender/Anak, Panduan Kesiapsiagaan dan Penanganan Kedaruratan Ketenagakerjaan
yang mengacu pada ESS2 (Paragraf 4-30). Semua panduan tersebut telah dipublikasikan
oleh PMU melalui webite proyek (www.madrasahreform.kemenag.go.id)

I. PIHAK YANG BERTANGGUNG JAWAB

1. Ketua PMU bertanggung jawab atas pengadaan dan kualitas tenaga kerja konsultan
yang diperlukan, kecuali tenaga kerja masyarakat. Tanggung jawab itu meliputi
penyiapan kerangka acuan kerja, proses seleksi, hingga penandatangan kontrak kerja
dan Kode Etik.

2. PMU melibatkan Kelompok Kerja (Pokja) dalam rencana perekrutan dan pengelolaan
tenaga kerja sesuai Prosedur Pengelolaan Tenaga Kerja ini:
a. Memantau pelaksanaan rencana perekrutan dan manajemen tenaga kerja.
b. Memantau bahwa standar kesehatan dan keselamatan kerja terpenuhi di tempat
kerja.
c. Memantau pelatihan bagi konsultan.
d. Menjelaskan uraian pekerjaan dan kondisi kerja kepada para pekerja.
e. Memastikan semua pekerja menandatangani kode etik.
f. Menjelaskan bagaimana mekanisme pengaduan/keluhan pekerja.
g. Melakukan penilaian kinerja semua tenaga kerja secara berkala per semester (enam
bulan) kepada Ketua PMU.

3. PMU membuat petunjuk teknis bagi pekerjaan swakelola konstruksi


rehabilitasi/renovasi kecil yang dilakukan oleh madrasah melalui pengajuan proposal.

Prosedur Pengelolaan Tenaga Kerja, Termasuk


Mekanisme Penanganan Aduan dan Kode Etik 9
J. KEBIJAKAN DAN PROSEDUR YANG TERKAIT

Prosedur Pengelolaan Tenaga Kerja (LMP) ini menjadi acuan dalam tata kelola
ketenagakerjaan dalam lingkup Proyek. Prosedur-prosedur berikut ini dimasukan sebagai
lampiran dalam kontrak/kesepakatan kerja:

1. Kode Etik (Lampiran 1)


2. Protokol Kesehatan Proyek (Lampiran 2)
3. Panduan Keselamatan, Kesehatan dan Keberlanjutan Kerja (K4) serta Pencegahan
Kekerasan Berbasis Gender/Kekerasan terhadap Anak (Lampiran 3)
4. Panduan Kesiapsiagaan dan Penanganan Kedaruratan Proyek (Lampiran 4)
5. Mekanisme Penanganan Pengaduan Tenaga Kerja dan Penanganan Kasus Kekerasan
Berbasis Gender/Kekerasan terhadap Anak (Lampiran 5)

K. MEKANISME ADUAN/KELUHAN

Proyek menekankan adanya keterbukaan sebagai bagian dari upaya meminimalkan risiko
sekaligus membangun reputasi. Untuk itu, Proyek menyediakan mekanisme pengaduan dan
penanganan kasus. Terkait ketenagakerjaan, pengaduan dikelola dengan cara berikut ini:
1. Proyek memiliki mekanisme pengaduan yang dikelola Unit Pengelola Pengaduan (UPP)
PMU
2. Mekanisme pengaduan disampaikan dan dijelaskan oleh UPP kepada seluruh tenaga
kerja yang terlibat dalam Proyek pada saat sebelum penandatanganan kontrak
3. Mekanisme pengaduan diperkenalkan dan dijelaskan dalam pelatihan induksi, yang
diberikan kepada semua pekerja berdasarkan prinsip-prinsip berikut:
a. Pengaduan harus disampaikan melalui saluran yang tersedia
b. Prosesnya dilakukan secara transparan dan memungkinkan pekerja untuk
mengungkapkan dan mengajukan keluhan/aduannya.
c. Penanganan pengaduan dilakukan secara obyektif, tanpa diskriminasi, dan segera
mungkin mendapatkan penyelesaian.
d. Penanganan aduan kasus kekerasan berbasis gender menggunakan protokol khusus
yang berpusat pada penyintas. Penanganannya bersifat tertutup serta
mengedepankan kebutuhan dan pemenuhan hak penyintas.
4. PCU dan DCU akan membantu PMU dalam penanganan dan konsolidasi pelaporan
pengaduan secara berkala.
5. Informasi tentang mekanisme pengaduan tenaga kerja dapat dilihat di website Proyek
(www.madrasahreform.kemenag.go.id) dan Kotak Pengaduan yang disediakan di
madrasah.
6. Proses pengaduan dan penanganannya mengikuti alur sebagaimana gambar ini:

Prosedur Pengelolaan Tenaga Kerja, Termasuk


Mekanisme Penanganan Aduan dan Kode Etik 10
Gambar 2. Alur Penanganan Pengaduan Tenaga Kerja

Alur Penanganan Pengaduan Tenaga Kerja Proyek REP-MEQR


Laporan
• Madrasah/UPP membuat berita acara penyelesaian Berkala
pengaduan yang disepakati pengadu. 3
• Lembar berita acara penyelesaian dilaporkan kepada UPP.

Berita
Pelaporan
Penyelesaian
(PMU)

• UPP melaporkan hasil rekapitulasi


4 penanganan pengaduan kepada PMU.
• Selanjutnya, PMU menyampaikan
• Tenaga kerja Proyek atau Penyelesaian laporan berkalanya kepada Bank
Pengadu menyampaikan Dunia dan Tim Pengarah.
1
melalui saluran yang dipilih
(2 hari)

ya
Kantor UPP • Madrasah atau UPP melakukan verifikasi.
(1 hari)
• Pengaduan yang sesuai lingkup Proyek diteruskan
Pengaduan Email Verifikasi 2 untuk diselesaikan.
Surat • Pengaduan yang tak sesuai lingkup Proyek
dikembalikan dengan disertai alasannya.
tidak
Madrasah
(1 hari)

Berita
Pengembalian

Secara umum sifat dan bentuk pengaduan tenaga kerja yang dapat dilayani oleh UPP adalah
mengacu pada kontrak kerja dan Panduan K4 serta Pencegahan Kekerasan Berbasis
Gender/Anak. Setiap pengaduan diproses dengan tahapan berikut:

1. Setiap tenaga kerja Proyek berhak mengadukan permasalahannya kepada Proyek


melalui saluran yang tersedia.
2. Setiap pengaduan dicatat, direkap, dan dilaporkan dalam dokumentasi tertulis. Terdapat
formulir yang memuat informasi pengaduan sesuai prosesnya. Formulir A berisi
penerimaan pengaduan. Formulir B berisi pengembalian pengaduan. Formulir C berisi
penyelesaian pengaduan. Pengisian masing-masing formulir pengaduan berdasarkan
persetujuan pengadu.
3. Setiap pengaduan diverifikasi. Pengadu dapat menyertakan bukti pendukung
pengaduan berupa dokumen kertas maupun digital yang dapat diverifikasi.
4. Pengaduan terkait kontrak kerja dan Panduan K4 ditangani hingga mendapatkan
penyelesaian. Pengaduan tidak terkait hal tersebut dikembalikan kepada pengadu
disertai alasannya.
5. Pengaduan terkait tenaga kerja yang berhubungan dengan Proyek ditangani oleh Unit
Pengelola Pengaduan. Pengaduan terkait tenaga kerja yang berhubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan swakelola konstruksi kecil/rehab/renovasi madrasah ditangani
oleh pihak madrasah dan diselesaikan di lokasi madrasah. Hasil penyelesaiannya
dilaporkan kepada PMU melalui Unit Pengelola Pengaduan.
6. Terdapat batas waktu pada tiap tahapan pengelolaan aduan
7. Penanganan kejadian paparan Covid-19 menggunakan mekanisme tersendiri
sebagaimana berikut:
Prosedur Pengelolaan Tenaga Kerja, Termasuk
Mekanisme Penanganan Aduan dan Kode Etik 11
Gambar 3. Alur Penanganan Kejadian Covid-19

Alur Komunikasi Penanganan Kejadian Paparan Covid-19


Bank Dunia

PMU
Safeguard melaporkan rekapitulasi
4 kejadian dan hasil penanganannya

Pelaporan
Safeguard Specialist

3 Safeguard memfasilitasi
penanganan dan memantau
Suspect/perwakilannya
perkembangannya
1 melapor ke saluran
yang mudah diakses
Koordinasi
Saluran
Kejadian • Satgas Covid-19 Penanganan
• Chatbot
Korban/ Kemenag •Isolasi mandiri
• Koord.Komponen
perwakilannya • RS rujukan •Isolasi di RS/RC
• Focal Person
• Keluarga

Prinsip penanganan
berbasis Penanganan melibatkan
kemaslahatan 2 pihak ketiga yang
kompeten dan berwenang

Secara khusus pengaduan terkait dugaan kekerasan berbasis gender dan/atau kekerasan
terhadap anak ditangani dengan ketentuan berikut:
1. Materi pengaduan dianggap sebagai kasus yang memungkinkan penanganan sampai
ranah hukum
2. Bentuk penanganannya berbasis penyintas
3. Proses penanganannya melibatkan pihak ketiga yang kompeten dan berwenang
4. Proses penanganan dapat disertai pemeriksaan dan penyelidikan terhadap para pihak
yang diduga terlibat
5. Alur pelaporan dan penanganan kasus kekerasan berbasis gender dan/atau kekerasan
terhadap anak adalah sebagaimana gambar di bawah ini:

Prosedur Pengelolaan Tenaga Kerja, Termasuk


Mekanisme Penanganan Aduan dan Kode Etik 12
Gambar 4. Alur Penanganan Kasus Kekerasan Berbasis Gender & Kekerasan terhadap Anak

Alur Pelaporan dan Penanganan Kasus Kekerasan


Berbasis Gender & Anak padaProyek REP-MEQR WB

PMU

Safeguard
Specialist
3 Safeguard memantau dan
melaporkan penanganan

Korban mengadukan
1 kasus melalui saluran
yang tersedia
Saluran Aduan Penyedia Layanan
• Madrasah • DP3A Propinsi Penanganan
Korban/ • Kontak kantor • UPT PPA • Litigasi
perwakilannya DCU (Koordinator
Kab/kota)
• DP3A Kab/Kota • Non litigasi
• Email Proyek • LSM

Prinsip
penanganan Penanganan melibatkan
berbasis penyintas 2 pihak ketiga yang
kompeten dan
berwenang

L. KODE ETIK

Proyek telah memiliki Kode Etik sebagai kesepakatan bersama dalam menjaga harkat dan
martabat Proyek melalui penerapan nilai moral dan praktik pemerintahan yang baik. Standar
ini merupakan bagian dari upaya membangun peradaban madrasah yang lebih baik melalui
Reformasi Madrasah.

Secara khusus Proyek juga memiliki Panduan Keselamatan, Kesehatan dan Keberlanjutan
Kerja serta Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender/Kekerasahan terhadap Anak yang di
dalamnya juga memuat kode etik—atau secara ringkas disebut Panduan K4. Sebagai bagian
dari langkah-langkah K4, Proyek berupaya semaksimal mungkin untuk dapat mencegah
terjadinya semua tindakan kekerasan berbasis gender dan kekerasan terhadap anak, baik
secara verbal maupun fisik. Kekerasan Berbasis Gender (KBG) dan Kekerasan Terhadap Anak
(KTA) mengacu pada setiap tindakan yang dilakukan di luar kemauan seseorang dan
didasarkan pada perbedaan gender dan relasi kuasa yang tidak setara. Di dalamnya
termasuk kekerasan fisik, kekerasan psikis, pelecehan dan kekerasan seksual. Tingkat
kekerasan tersebut mulai dari isyarat, ancaman, pemaksaan serta berwujud dalam
kekerasan yang merugikan perempuan, anak perempuan, laki-laki, anak laki-laki, serta
kelompok rentan lainnya.

Sedangkan kekerasan terhadap anak dapat didefinisikan sebagai semua tindakan yang dapat
berakibat pada bahaya fisik, seksual, emosional, dan/atau psikologis, penelantaran, atau
perlakuan lalai terhadap anak-anak di bawah umur (yaitu di bawah usia 18 tahun), termasuk
paparan terhadap risiko yang mengakibatkan bahaya terhadap kesehatan anak,
Prosedur Pengelolaan Tenaga Kerja, Termasuk
Mekanisme Penanganan Aduan dan Kode Etik 13
kelangsungan hidup, perkembangan atau martabat anak. Ini termasuk menggunakan anak
untuk keuntungan, tenaga kerja, kepuasan seksual, atau keuntungan pribadi atau finansial
lainnya.

Kementerian Agama tidak memiliki peraturan atau kebijakan khusus terkait kekerasan
berbasis gender (KBG) dan kekerasan terhadap anak (KTA). Namun terdapat beberapa
kerangka hukum nasional yang relevan digunakan sebagai landasan pencegahan terhadap
KBG dan KTA, termasuk:
1. UU No.7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi terhadap Perempuan
2. UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dan perubahannya dalam UU No.35
Tahun 2014
3. UU No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga
4. UU No.21 Tahun 2007 tentang Penghapusan Perdagangan Orang
5. UU No.44 Tahun 2008 tentang Pornografi
6. UU No.13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban Kekerasan
7. Keputusan Presiden No.9 Tahun 2008 tentang Prosedur dan Mekanisme Pelayanan
Terpadu bagu Saksi dan/atau Korban Perdagangan Manusia
8. Keputusan Presiden No.4 Tahun 2006 tentang Implementasi dan Kerja Sama Pemulihan
Korban

Untuk mencegah KBG dan KTA dalam proyek ini, Prosedur Pengelolaan Tenaga Kerja ini
dilengkapi dengan kode etik yang diberlakukan bagi seluruh tenaga kerja Proyek (terdapat
dalam Lampiran 1).

Semua tenaga kerja proyek wajib memahami dan menandatangani kode etik sebagai bagian
dari standar etika dan kode etik perilaku sebelum bekerja. Semua tenaga kerja Proyek juga
diharuskan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosialisasi atau pelatihan, termasuk kegiatan
briefing/pengarahan rutin harian, tentang KBG dan KTA. Kegiatan ini untuk memastikan
semua tenaga kerja Proyek menerapkan persyaratan yang telah diatur tersebut dalam
pekerjaan mereka. Tenaga kerja Proyek yang terbukti melanggar kode etik wajib mengikuti
proses penyidikan dan dikenai sanksi tindakan indisipliner sebagaimana diatur PP No. 53
Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil dan hukum nasonal yang berlaku.

Berdasarkan subyeknya, Kode Etik dibagi berdasarkan tiga pihak sesuai (Pengelola Proyek,
Tenaga Kerja, dan Perusahaan/Firma/Lembaga Pelaksana Pekerjaan Proyek) dengan
perannya dalam Proyek.

Prosedur Pengelolaan Tenaga Kerja, Termasuk


Mekanisme Penanganan Aduan dan Kode Etik 14

Anda mungkin juga menyukai