Anda di halaman 1dari 10

Praktek Pengelolaan Lingkungan untuk Sampah 1

Elektronik dan Pekerjaan Rehab Kecil- Sedang


Penyusun:
Tim PMU, REP-MEQR

Desain:
MAK Unggulan Informatika

Dipublikasikan oleh:
Project Management Unit
Proyek Realizing Education’s Promise –
Madrasah Education Quality Reform (REP-MEQR)

Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI


Jl Lapangan Banteng Barat No. 3-4
Jakarta Pusat 10710
Telepon (021) 3812344, 34833981

Informasi selengkapnya, silakan kontak:


Madrasah Digital Care
Hotline WA 081147402020
Email: helpdesk.madrasah@kemenag.go.id

Praktek Pengelolaan Lingkungan untuk Sampah 3


Elektronik dan Pekerjaan Rehab Kecil- Sedang
REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN AGAMA
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM

Merealisasikan Janji Pendidikan: Dukungan terhadap Kementerian Agama Indonesia untuk


meningkatkan Kualitas Pendidikan (P168076)

Praktek Pengelolaan Lingkungan


Pekerjaan Konstruksi Kecil dan
Pengelolaan Limbah Elektronik

Mei 2019

Praktek Pengelolaan Lingkungan untuk Sampah 1


Elektronik dan Pekerjaan Rehab Kecil- Sedang
PART I:
Praktek Pengelolaan Lingkungan Sederhana untuk Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Kecil

1. Praktek Pengelolaan Lingkungan (ECOP) sederhana disusun untuk mengelola


kemungkinan dampak lingkungan dari pekerjaan konstruksi kecil. ECOP in akan berlaku
untuk kegiatan subproyek rehabilitasi berskala kecil. Informasi yang lebih rinci tentang
jenis pekerjaan, cakupan pekerjaan rehabilitasi ini akan di jelaskan di dalam Manual
Operasional Proyek (POM).

2. ECOP merupakan suatu keharusan di dalam kontrak pekerjaan konstruksi atau dokumen
lelang sehingga mewajibkan kontraktor patuh pada ketentuan lingkungan. Sesuai
dengan Procedure Pengelolaan Pekerja dari Kementerian Agama, Kontraktor harus
menyiapkan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial sederhana yang dikembangkan
minimal berdasarkan ECOP ini tetapi tidak terbatas pada ketentuan disini. Unit
Pelaksana Proyek (PIU) sebagai pemilik kegiatan dan supervisor pekerjaan konstruksi
bertanggungjawab untuk memantau kepatuhan terhadap ECOP dan menyiapkan
laporan yang di butuhkan.

3. PIU dan Kontraktor adalah pihak-pihak utama yang bertanggungjawab atas


pelaksanaanan ECOP.
a. PIU
PIU bertanggung jawab untuk memastikan bahwa ECOP dilaksanakan dengan efektif.
PIU akan menunjuk staf kompeten yang akan bertanggungjawab untuk melakukan
pengecekan kepatuhan Kontraktor, termasuk (a) pemantauan kepatuhan terhadap
Rencana Lingkungan dan (b) melakukan tindakan perbaikan jika di temukan suatu
kejadian “ketidak patuhan” dan/atau dampak negative.
b. Kontraktor
Kontraktor bertanggungjawab pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan
menginformasikan kepada PIU dan pihak berwenang (ie Kepala Sekolah) tentang
rencana konstruksi dan beberapa resiko yang harus diantisipasti akibat dari pekerjaan
tersebut. Dengan demikian, pihak kontraktor akan bertanggungjawab terhadap
pelaksanaan “perjanjian ” untuk memitigasi resiko lingkungan yang di akibatkan atas
pekerjaan konstruksi (civil works) sebagaimana tercantum di dalam “ Rencana
Pengelolaan Lingkungan dan Sosial Kontraktor” (the Contractor E&S Management
Plan). Kontraktor perlu mematuhi peraturan nasional yang terkait lainnya.
Berikut adalah beberapa masalah/issu dan upaya Mitigasi yang diusulkan:

Praktek Pengelolaan Lingkungan untuk Sampah 2


Elektronik dan Pekerjaan Rehab Kecil- Sedang
Masalah/Resiko Upaya Mitigasi
Kontraktor melaksanakan upaya penanggulangan debu untuk
memastikan debu debu yang timbul di minimalkan, menjaga keselamatan
lingkungan pekerjaan, antara lain dengan:
1. Masalah a. Membasuh/menyiram daerah yang berdebu dan lokasi konstruksi;
debu / b. Menutup tumpukan bahan-bahan material persediaan;
Pencemaran c. Mencegah tanah, pasir, bahan ataupun debu berhamburan saat
udara pengangkutan/transportasi, dengan acara menutup/memberi kover
pada kendaraan.
d. Pasir dan bahan bahan persediaan lainnya yang ditumpuk di luar, harus
dijaga agar tidak terbawa angin.
2. Kebisingan a. Menghindari suara bising yang berkelebihan akibat pemakaian
dan peralatan yang tidak terawat
vibrasi/getar b. Menghindari penggunaan peralatan yang menimbulkan bising ataupun
an getaran berlebihan saat jam sekolah.
a. Kontraktor harus menyediakan keranjang dan tempat sampah di lokasi
pekerjaan.
b. Sampah padat/bangunan (akibat pekerjaan) dapat disimpan sementara
pada tempat yang ditentukan oleh supervisor dan otoritas lokal
sebelum di ambil dan dibuang.
c. Dilarang membakar, memendam ataupun menumpuk sampah.
d. Bahan yang dapat di daur ulang, seperti papan, besi, bahan
3. Sampah atau
penyangga/penopang (scaffolding material, site holding), dll harus
limbah
dikumpulkan dan dipisahkan dari sisa-sisa sampah bangunan untuk di
padat/sampa
manfaatkan kembali ataupun di jual.
h konstruksi
e. Sampah/limbah padat atau puing konstruksi, termasuk material yang
mengandung limbah berbahaya seperti atap bekas yang terbuat dari
asbes dan kabel listrik bekas, harus di buang pada tempat yang
ditentukan dan disetujui oleh pengawas/supervisor konstruksi, dan ini
ada di dalam dokumen rencana pengelolaan lingkungan dan sosial dari
kontraktor (Contractor’s E&S management plan)

a. Dilarang membuang limbah cair bekas cat maupun solvent ke dalam


4. Pencemaran tanah atau saluran pembuangan, karena bahan bahan ini dikategorikan
tanah/air sebagai bahan B3 dimana pembuangnnya di atur sesuai ketentuan
peraturan nasional Indonesia.
a. Menginformasikan jadwal pekerjaan kepada pihak sekolah bagian
5. Gangguan
ataupun kelas-kelas yang mungkin terdampak oleh pekerjaan
layanan
(konstruksi/perbaikan) termasuk kemungkinan pemutusan aliran
“utilitas”
listrik/air, minimal 2 jam sebelum pekerjaan di mulai

Praktek Pengelolaan Lingkungan untuk Sampah 3


Elektronik dan Pekerjaan Rehab Kecil- Sedang
b. Kerusakan pada kabel kabel sistem utilitas (utility system) yang ada
harus di laporkan segera kepada otoritas sekolah untuk diperbaiki
sesegera mungkin
a. Memasang pagar pembatas, peringatan bahaya/ lokasi dilarang masuk
disekitar tempat pekerjaan yang dapat membahayakan orang
6. Keselamatan terutama murid-murid dan guru
pekerja dan b. Kontraktor seyogianya menyediakan perlengkapan/pakaian untuk
umum, perlindungan untuk para pekerja sesuai dengan hukum di Indonesia
termasuk
c. Kontraktor harus mengikuti Labor Management Procedures and
guru dan
Occupational and Health Safety (OHS) Plan yang disusun oleh
murid
Kementrian Agama.

a. Oli dan lubricant bekas, materials pembersih, bahan kimia dan grease
bekas (jika menggunakan) harus disingkirkan dari lokasi pekerjaan dan
di jual kepada perusahaan daur ulang oli bekas terdaftar ,
berkoordinasi dengan pengawas/supervisor atau staff safeguard dari
7. Limbah kimia Kementrian Agama.
atau beracun b. Oli dan lubricant bekas, material pembersih bekas dll yang berasal dari
berbahaya perawatan kendaraan dan peralatan (jika berlaku) harus dikumpulan di
(B3) tempat/tank penampung dan di pindahkan dari lokasi oleh perusahaan
daur ulang oli bekas terdaftar untuk di musnahkan pada lokasi khusus
untuk limbah B3.
c. Menyimpan bahan bahan kimia ditempat yang aman seperti di berikan
atap, dipagar dan diberikan label yang sesuai.

Praktek Pengelolaan Lingkungan untuk Sampah 4


Elektronik dan Pekerjaan Rehab Kecil- Sedang
Bagian II.
Praktik Pengelolaan Lingkungan untuk Pengelolaan Limbah Elektronik

1. Limbah elektronik atau yang dikenal dengan E-Waste merupakan barang elektronik
ataupun peralatan elektronik yang tidak lagi dibutuhkan/diperlukan (baik dalam keadaan
masih berfungsi maupun sudah rusak) dan akan dibuang/dimusnahkan. Jenis limbah ini
masuk dalam kategori limbah B3 (bahan Berbahaya dan Beracun) karena mengandung
berbagai bahan beracun dan berbahaya seperti timah hitam, merkuri. arsen, cadmium,
selenium dan krom. Limbah B3 termasuk limbah elektronik ini merupakan sampah atau
limbah spesifik yang membutuhkan penanganan khusus. Tanpa pengelolaan yang tepat
dalam hal pembuangannya, limbah elektronik akan berdampak negative terhadap
lingkungan dan kesehatan manusia.

2. Berikut adalah beberapa barang dan peralatan elektronik yang biasanya berhubungan
dengan Teknologi Informasi (TI) dan Telekomunikasi, yang jika dikemudian hari sudah tidak
lagi diperlukan dan akan dibuang, limbahnya harus ditangani melalui suatu prosedur
pengelolaan limbah elektronik:
a. Sistem data processing yang tersentralisasi: mainframes, komputer mini
b. Peralatan komputer personal :
1) Komputer personal (Central Processing Unit with input and output devices)
2) Laptop (Central Processing Unit with input and output devices)
3) Notebook computers
4) Notepad computers
c. Printer, termasukcartridge
d. Peralatan fotokopi
e. Scanner
f. UPS dan Batere (komputer)
g. Mesin ketik elektronik
h. User terminal and systems
i. Mesin fax
j. Telefon , termasuk telpon genggam/telpon pintar

Praktek Pengelolaan Lingkungan untuk Sampah 5


Elektronik dan Pekerjaan Rehab Kecil- Sedang
3. Pemerintah bertangungjawab terhadap pengelolaan limbah B3. Undang-undang (UU) No
32 tahu 2019 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; dan UU No 18
tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, kedua nya mengatur secara umum pengelolaan
limbah B3 dari berbagai sumber. Peraturan Pemerintah (PP) No 101 tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah B3, secara khusus mengatur cara-cara penentuan, pengurangan,
penyimpan, pengumpulan sampai dengan pembuangan dan pergerakan lintas batas dari
limbah berbahaya dan beracun ini, termasuk juga tanggap daruratnya (emergency
response). Pemerintah perlu memastikan bahwa limbah eletronik di tangani dengan benar
dan semua pihak termasuk masyarakat dan individual perlu ikut berpartisipasi dalam
pengurangan, pemisahan dan membawa limbah ini ke tempat pembuangan khusu
(Dropping point) ataupun Fasilitas Pengumpulan Sementara (yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah) untuk selanjutnya diambil oleh perusahan pengumpul yang
bersertifikat.
4. Semua barang-barang termasuk peralatan elektronik yang dibeli dengan uang pemerintah
akan di catat sebagai Barang Milik Negara (BMN). Jika dikemudian hari barang barang ini
sudah tidak layak ataupun tidak terpakai lagi dan akan dibuang/dimusnahkan, maka harus
melalui proses penghapusan dari daftar BMN pembuangannya/pemusnahannya yang
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan PMK No 83/PMK.06/2016 tentang Tata Cara
Pemusnahan dan Penghapusan Barang Milik Negara. Barang barang yang sudah tidak layak
karena rusak ataupun lainnya, termasuk peralatan yang sudah menjadi limbah elektronik
ini, sebelum mendapatkan persetujuan resmi dihapuskan dari dafatr BMN maka harus
disimpan di Gudang. Penyimpanan di gudang harus sesuai dengan kaidah barang yang
mengandung B3 yaitu disimpan dalam wadah khusus yang diberi label “B3”. Setelah
peralatan elektronik bekas ini dihapuskan secara resmi dari daftar BMN, maka selanjutnya
pembuangannya/pemusnahannya mengikuti prosedur pengelolaan limbah elektronik.
5. Prosedur pengelolaan pemusnahan limbah elektronik dari kantor pemerintah sebagai
berikut:
a. Pisahkan limbah/sampah elektronik dari limbah/sampah lainnya.
b. Tempatkan limbah elektronik ini dalam wadah “DROPBOX” ataupun wadah lain yang
memadai dengan label B3.
c. Tempatkan limbah elektronik dalam wadah ini ke Gudang sambil menunggu proses
penghapusan barang dari daftar BMN.
d. Setelah mendapatkan persetujuan bahwa barang tersebut sudah dihapuskan dari daftar
BMN dan tergantung kondisi barang bekas tersebut pada saat di hapuskan (terutama
computer/laptop)- maka proses selanjutnya dapat dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Menghibahkan kepada Lembaga/organisasi tertentu (sesuai kriteria) untuk
dimanfaatkan lebih lanjut; atau
2) Membawa limbah eletronik tersebut ke tempat penampungan (E-Waste Shelter:
Dropping Point/Temporary Collection Facility) yang ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah setempat; atau

Praktek Pengelolaan Lingkungan untuk Sampah 6


Elektronik dan Pekerjaan Rehab Kecil- Sedang
3) Mengundang langsung perusahaan pengumpul yang bersertifikat untuk mengambil
limbah elektronik untuk dimusnahkan (catatan: ada biaya pengumpulan).
6. Berikut adalah prosedur untuk pengelolaan limbah elektronik dari daerah perkotaan
termasuk dari rumah tangga, tempat public dan komersil, sekolah dan kantor swasta:
Pilihan 1:
a. Pisahkan limbah/sampah elektronik dari limbah/sampah lainnya
b. Tempatkan pada wadah khusus (DROPBOX) atau wadah lain yang sesuai..
c. Bawa limbah dalam wadah terebut ke tempat pengumpulan (Dropping Point/Temporary
Collection Facility) yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah;
Pilihan 2:
a. “Trade in”. Perlu di sepakati saat transaksi pengadaan dari peralatan eletronik tersebut.
Vendor/Penjual akan mengambil peralatan bekas saat pemasangan peralatan yang baru.
Vendor/Penjual akan bertanggung jawab atas pengelolaan limbah elektronik,
Pilihan 3:
a. Di kumpulkan oleh pihak ke tiga/Perusahaan pengumpul bersertifikat

7. Penerapan ECOP/praktek Pengelolaan Lingkungan untuk Proyek No P168076 :


Merealisasikan Janji Pendidikan: Dukungan Terhadap Kementerian Agama Indonesia untuk
Peningkatan Kualitas Pendidikan sebagai berikut:

a. Cakupan: ECOP ini akan di implementasikan di kantor PIU (di pusat dan provinsi).
b. Penanggungjawab: Staf Bagian Umum di Setditjen Pendis atau staf di PIU yang ditunjuk
akan bertanggungjawab untuk mengimplementasikan ECOP ini dibawah pengawasan
Kepala Kantor/Direktur PIU. Direktur PIU ataupun staf yang ditunjuk (misalnya
safeguard specialist) akan memantau dan mengevaluasi implementasi ECOP secara
regular.
c. Hubungan keluar: Safeguards specialist yang dikontrak di PIU akan bertanggungjawab
untuk menjadi penghubung dengan pihak luar seperti KLHK dan Kemenkeu untuk
pemusnahan barang-barang yang sudah dihapuskan yang berupa limbah elektronik dan
hal-hal yang terkait dengan fasilitas pengumpulan sementara (Temporary Collection
Facility).
d. Dukungan Bank Dunia: Bank Dunia akan mengevaluasi penerapan ECOP saat misi
proyek (2 kali dalam setahun) untuk memastikan pelaksanaanya dan melihat peluang
untuk perbaikan lebih lanjut.
e. Pelaporan: Implementasi dari ECOP akan dilaporkan dalam Laporan Kwartal Proyek
(Quarterly Project Report -QPR).

***

Praktek Pengelolaan Lingkungan untuk Sampah 7


Elektronik dan Pekerjaan Rehab Kecil- Sedang

Anda mungkin juga menyukai