Anda di halaman 1dari 3

PENANGANAN SYOK ANAPHILAKTIK

PUSKESMAS ......... NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


KABUPATEN SOP/UGD/01 0 1/3
TRENGGALEK

Ditetapkan oleh
STANDAR TANGGAL TERBIT: Kepala Puskesmas ..................,
OPERASIONAL 1 Januari 2014
PROSEDUR
(SOP)
......................................................
NIP. ...................................

PENGERTIAN Penanganan Syok anafilaktik adalah suatu proses pemberian


tindakan pada kondisi syok yang diakibatkan reaksi alergi atau
sensitive terhadap suatu jenis obat yang diberikan pada saat
tindakan atau perawatan.

TUJUAN Sebagai pedoman bagi petugas dalam menanggulangi terjadinya


kegawatdaruratan medik karena syok anafilaktik di UGD
Puskesmas

KEBIJAKAN 1. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


2. Permenpan No. 35 Tahun2012 tentang Pedoman
3. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah
(DPA – SKPD) Tahun Anggaran 2011.

PROSEDUR 1. Petugas menghentikan pemberian obat penyebab reaksi


anafilaktik.
2. Petugas membaringkan pasien dengan tungkai lebih tinggi dari
kepala.
3. Petugas memberikan injeksi adrenalin 1 : 1000 (1 mg/ml)
perlahan-lahan secara IM pada lengan atas/paha.
a. Dosis dewasa : 0,3 – 0,5 ml.
b. Dosis anak : 0,01 ml/Kg BB.
c. Dosis ini dapat diulang dengan jangka waktu 5 menit
sampai symptom hilang atau sampai dosis maksimal 5 ml.
PENANGANAN SYOK ANAPHILAKTIK

PUSKESMAS ......... NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


KABUPATEN SOP/UGD/01 0 2/3
TRENGGALEK

4. Petugas memasang perangkat infus IV, mempertahankan


volume darah dengan larutan NaCl fisiologis
5. Bila tidak ada reaksi terhadap adrenalin IM atau terjadi
kegagalan sirkulasi dan syok, petugas memberikan adrenalin
secara IV perlahan-lahan selama 10 menit
a. Dosis Dewasa
5 ml adrenalin 1 : 10.000 (0,1 mg/ml) atau
0,5 adrenalin 1 : 1000 (1 mg/ml) diencerkan dalam 10
ml NaCl fisiologis.
b. Dosis Anak
0,1 ml/Kg BB larutan adrenalin 1 : 10.000 atau
0,01 ml/Kg BB larutan adrenalin 1 : 1000 yang
diencerkan dalam 10 ml NaCl fisiologis.
6. Petugas membebaskan jalan nafas (kalau perlu membuat jalan
nafas melalui mulut atau intubasi
endotrachea)
7. Petugas memberikan oksigen.
8. Bila perlu petugas memberi bantuan ventilasi (dengan kantong
dan masker atau pipa endotrachea).
9. Pengobatan tambahan
a. Petugas memberi kortikosteroid IV (Hidrokortison 2-6
mg/Kg BB atau Dexametason 2-6 mg/Kg BB).
b. Petugas memberi anti Histamin IV (prometazin 0,5-1
mg/Kg BB atau Difenhidramin 0,5-1 mg/Kg BB) setiap
6 jam selama 24 jam.
10. Bila terjadi bronkospasme, petugas memberikan bronchodilator
aerosol (Salbutamol, Perbutalin, Fenoterol) atau
menyemprotkan bronchodilator melalui masker dan/atau
memberikan Aminophilin IV 6 mg/Kg BB selama 10 menit
diikuti dengan infus 0,6 mg/Kg BB.
PENANGANAN SYOK ANAPHILAKTIK

PUSKESMAS ......... NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


KABUPATEN SOP/UGD/01 0 3/3
TRENGGALEK

11. Petugas memantau tanda-tanda vital dengan intensif sedikitnya


selama 4 jam.
12. Petugas menenangkan pasien, istirahatkan dan hindarkan
pemanasan.
13. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Obat utama pada reaksi anafilaktik adalah adrenalin
b. Kortikosteroid dan Antihistamin efeknya timbul lebih
lambat dan tidak boleh digunakan sebagai pengganti
adrenalin.
c. Pemberian dosis adrenalin yang besar tersebut selalu
mempunyai risiko gagal jantung akut, namun bila ada syok
anafilaktik yang parah, risiko harus dapat diterima dengan
maksud untuk menyelamatkan hidup pasien.
d. Berbagai obat dan larutan yan digunakan juga dapat
menyebabkan reaksi yang sama.

UNIT TERKAIT 1. Pustu


2. Polindes
3. Ponkesdes
4. Poli Gigi
5. KIA/ KB

Anda mungkin juga menyukai