Anda di halaman 1dari 14

JURNAL

STUDI PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP DIM SUM


IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) YANG
DIFORTIFIKASI DENGAN ALGA
HIJAU BIRU (Spirulina)

OLEH
ABRAHAM MANIK

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
STUDI PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP DIM SUM IKAN PATIN
(Pangasius hypophthalmus) YANG DIFORTIFIKASI DENGAN ALGA HIJAU BIRU
(Spirulina)

Oleh:
Abraham Manik , Dewita2), Desmelati2)
1)

Email:abrahammanik10@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerimaan konsumen terhadap dim sum ikan
patin yang difortifikasi dengan spirulina. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
eksperimen, yaitu melakukan pembuatan dim sum dengan jumlah spirulina yang berbeda.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 kali
ulangan. Perlakuannya yaitu D0 (tanpa spirulina), D1 (spirulina 5 g), D2 (spirulina 10 g),
dan D3 (spirulina 15 g). Hasil penelitian menunjukkan perlakuan yang terbaik yaitu
perlakuan D1 (fortifikasi spirulina sebanyak 5 g) dengan tingkat penerimaan konsumen
tertinggi yaitu sebesar 82,09% (66 dari 80 panelis) dari parameter rupa, aroma, dan rasa.
Karakteristik dim sum ikan patin pada perlakuan D1 (fortifikasi spirulina sebanyak 5 g)
adalah rupa berwarna hijau muda dan tampak cerah; aroma ikan patin dan rempah-rempah
terasa, aroma spirulina sedikit amis; rasa ikan patin dan bumbu terasa, rasa spirulina
sedikit pahit; tekstur kenyal, sedikit kompak, dan sedikit lembut. Sedangkan nilai proksimat
D1 (fortifikasi spirulina sebanyak 5 g) adalah kadar air 51,99%, kadar abu 1,08%, kadar
protein 5,65%, dan kadar lemak 3,69%.

Kata kunci: Dim Sum, Fortifikasi, Spirulina


1)
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau
2)
Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau
STUDY ON THE CONSUMER ACCEPTANCE TO THE CATFISH (Pangasius
hypophthalmus) DIM SUM FORTIFIED BY BLUE-GREEN ALGAE (Spirulina)

By:
Abraham Manik , Dewita2), Desmelati2)
1)

Email:abrahammanik10@gmail.com

ABSTRACT

This study aimed to assess the consumer acceptance to the catfish dim sum fortified by
spirulina. The research method used was an experimental method by making dim sum with
different amounts of spirulina fortified. This study used a completely randomized design
with 4 treatments and 3 replications. The treatments were fortification of spirulina (0, 5, 10,
15 gs) to the catfish dim sum. The results showed that the best treatment was the
fortification of 5 gs spirulina, indicated by the highest consumers acceptance to dim sum up
to 82.09% (66 of 80 panelists) that was evaluated by the hedonic value of appearance,
smell, and taste. The best dim sum was characterized by the light green and bright
appearance; the smell of catfish and spices was felt, the smell of spirulina was a little fishy;
the taste of catfish and seasoning was felt, the taste of spirulina wasa little bitter; chewy
texture, a little solid, and a little soft. The proximate values of the dim sum were the content
of moisture 51.99%, ash 1.08%, protein 5.65%, and fat 3.69%.

Keywords: Dim Sum, Fortification, Spirulina


1)
Student of Fisheries and Marine Faculty, University of Riau
2)
Lecturer of Fisheries and Marine Faculty, University of Riau
PENDAHULUAN biasanya disajikan bersama dengan teh
Ikan patin adalah salah satu jenis (Kah, 2014).
ikan air tawar yang paling banyak diminati Umumnya dim sum yang ada di
dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia pasaran saat ini menggunakan bahan baku
dari berbagai lapisan. Hal ini disebabkan ayam, udang, daging sapi atau ikan
harganya terjangkau sehingga tenggiri. Penggunaan daging ikan patin
pemanfaatan ikan patin terdistribusi secara dalam pembuatan dim sum masih terbilang
merata hampir di seluruh pelosok tanah kurang gizinya jika dibandingkan dengan
air. Budidaya ikan patin berkembang pesat dim sum pada umumnya di pasaran. Hal
di Provinsi Riau dengan produksi ikan ini dikarenakan lumatan daging ikan patin
patin pada tahun 2015 sebanyak 29.214,56 masih mengandung banyak lemak dan
ton dan pada tahun 2016 sebanyak kadar airnya tinggi. Kadar air ikan patin
34.704,52 ton (Dinas Kelautan dan per 100 g daging ikan yaitu 74,4%,
Perikanan Provinsi Riau, 2017). sedangkan kadar lemaknya yaitu 6,6%
Menurut Rahmawati (2013), ikan (KEMENKES RI, 2001). Selain itu, dim
patin merupakan salah satu jenis ikan air sum ikan patin masih terlihat polos, perlu
tawar yang cukup dikenal di Indonesia, diberikan variasi untuk menarik selera
serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi. konsumen. Untuk mengatasi kekurangan
Ikan patin banyak dimanfaatkan sebagai tersebut, maka dapat difortifikasi dengan
bahan baku dalam pembuatan pempek, spirulina.
nugget, dan produk olahan perikanan Spirulina sp. adalah suatu ganggang
lainnya. Selain rasa dagingnya lezat, ikan hijau biru yang kaya akan kandungan
patin memiliki beberapa kelebihan misal nutrisi. Kandungan nutrisi yang paling
ukuran per individunya besar. banyak terkandung dalam spirulina adalah
Ikan patin termasuk ikan yang protein. Kandungan protein pada spirulina
mudah diolah menjadi berbagai macam sp. adalah sebesar 60-70%, sisanya
produk perikanan, salah satunya adalah merupakan kandungan lain berupa
dim sum. Dim sum adalah makanan khas karbohidrat, lemak, mineral dan air
dari negeri China dan memang sangat (Kabinawa, 2006).
menggugah selera. Berasal dari bahasa Spirulina memiliki kandungan gizi
kanton yang artinya makanan ringan yang yang cukup tinggi, terutama protein dan
dikukus, dim sum biasa disajikan dengan vitamin sehingga spirulina dapat
saus sambal sebagai penikmat rasa. Dim dimanfaatkan sebagai protein sel tunggal
sum makanan kecil yang memiliki nilai zat (Susanna et al., 2007). Kandungan
gizi tinggi ini biasanya diisi dengan spirulina bervariasi dari 50% hingga 70%
daging, ayam, ikan, udang, buah-buahan, dari berat keringnya. Vitamin yang
dan sayur-sayuran. Kepopuleran dim sum terkandung pada spirulina adalah B1, B2,
di Indonesia cukup luas, sangat diminati B3, B6, B9, vitamin C, vitamin D, vitamin
dan digemari oleh masyarakat Indonesia E. Alga ini mengandung potassium,
(Lestari, 2011). kalsium, krom, tembaga, besi, magnesium,
Dim sum merupakan makanan dari mangan, fosfor, selenium, sodium, dan
daerah Tiongkok yang cukup populer di seng (Henrikson, 2009).
Indonesia. Dim sum disajikan dalam Penambahan spirulina ke dalam dim
bentuk snack berukuran kecil, baik dengan sum dimaksudkan untuk memperkaya
cara dikukus maupun digoreng, dan kandungan gizi dim sum ikan patin, yaitu
protein. Spirulina juga dijadikan sebagai Metode penelitian
flavour untuk membuat dim sum berbeda Metode yang digunakan pada
dari rasa dan aroma. Kandungan pigmen penelitian ini adalah metode eksperimen
hijau (β-karoten dan klorofil) pada yang dilakukan dalam dua tahap yaitu:
spirulina dapat menjadi pewarna alami Pembuatan dim sum dan pengamatan.
untuk menambah daya tarik konsumen. Rancangan percobaan yang digunakan
Sejauh ini belum diketahui adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
penerimaan konsumen terhadap dim sum non faktorial dengan perlakuannya yaitu
ikan patin yang difortifikasi dengan penambahan spirulina yang terdiri dari 4
spirulina. Oleh karena itu perlu dilakukan taraf perlakuan yaitu D0 (tanpa spirulina),
penelitian untuk mengetahui penerimaan D1 (spirulina 5 g), D2 (spirulina 10 g), D3
konsumen terhadap dim sum ikan patin (spirulina 15 g) dengan ulangan sebanyak
yang difortifikasi dengan spirulina. 3 kali. Parameter yang diamati dalam
penelitian ini adalah uji penerimaan
METODE PENELITIAN konsumen (uji kesukaan) berupa rupa,
Bahan dan alat aroma, rasa dan tekstur serta analisis
Bahan yang digunakan pada proksimat yang meliputi kadar air, abu,
pembuatan dim sum adalah ikan patin protein, dan lemak.
yang diperoleh dari Pasar Selasa dengan Data yang diperoleh dianalisis secara
berat antara 500-600 g/ekor sebanyak 5 statistik dengan analisa variansi (anava).
kg, tepung tapioka, tepung terigu, telur, Berdasarkan analisis variansi, jika F hitung
garam, bawang putih, bawang bombay, > F tabel pada tingkat kepercayaan 95%
daun bawang, minyak wijen, minyak berarti hipotesis ditolak, artinya terdapat
goreng, wortel, air dingin, kulit pangsit perlakuan yang berbeda nyata. Apabila F
dan spirulina bubuk komersil yang hitung < F tabel maka hipotesis diterima,
diperoleh dari jawa. Bahan yang artinya perlakuan tidak berbeda nyata.
digunakan untuk analisa kimia adalah
asam sulfat (H2SO4), katalis (Cu Dim Sum Siomay Ikan (SNI 7756:2013)
kompleks), aquades, indikator pp, natrium Persyaratan mutu dim sum sesuai SNI
hidroksida NaOH 50%, asam borax 7756:2013 dapat dilihat pada Tabel 1.
H2BO3 (2%), HCl (0,1 N), indikator
campuran (metilen merah-biru), dan dietil Tabel 1. Persyaratan mutu dim sum siomay
eter. Parameter uji Satuan Persyaratan
Alat-alat yang digunakan adalah Kadar air % Maks 60,0
pisau, ember, baskom, blender/mesin Kadar abu % Maks 2,5
penggiling daging, sendok, talenan,
Kadar protein % Min 5,0
nampan, kompor, dandang kukusan, kain
lap, timbangan, dan kamera dokumentasi. Kadar lemak % Maks 20,0
Alat yang digunakan dalam analisa kimia
adalah labu kjehdhal, labu lemak, cawan Formulasi bahan dalam pembuatan
porselin, oven, soxhlet, desikator, dim sum ikan patin yang difortifikasi
erlenmeyer, beaker glass, pipet tetes, dengan spirulina dapat dilihat pada Tabel
kertas saring, labu ukur dan timbangan 2.
analitik. Peralatan uji hedonik yaitu piring,
tusuk kayu, dan lembar penilaian panelis.
Tabel 2. Formulasi bahan isi dim sum ikan patin yang difortifikasi dengan alga hijau biru
(spirulina) modifikasi (Laily, 2013)
Komposisi
Bahan
D0 D1 D2 D3
Daging ikan patin (g) 300 300 300 300
Spirulina* (g) 0 5 10 15
Telur (Putih telur) (butir) 1 1 1 1
Daun bawang (batang) 1 1 1 1
Minyak wijen (mL) 15 15 15 15
Bawang putih (g) 15 15 15 15
Garam (g) 15 15 15 15
Gula pasir (g) 5 5 5 5
Bawang bombay (g) 8 8 8 8
Wortel (g) 50 50 50 50
Tepung tapioka (g) 150 150 150 150
Tepung terigu (g) 50 50 50 50

Prosedur penelitian bagian isi menempel pada adonan


Pembuatan dim sum isi. Lipat bagian tepi ke sampingnya
a. Ikan patin segar disiangi dengan masing-masing, gunakan air untuk
membuang kepala dan ekornya, menempelkan bagian tepi ke sisi
selanjutnya daging ikan fillet kulit. Lakukan sampai adonan habis.
dipisahkan dari tulang dan kulitnya f. Tambahkan wortel yang sudah
dengan menggunakan pisau. Setelah dicincang ke atas bagian dim sum.
daging fillet lalu dicuci bersih untuk g. Panaskan kukusan menggunakan api
menghilangkan darah maupun sisa sedang, alaskan bagian dalam
kotoran lainnya lalu ditiriskan. dengan minyak goreng agar tidak
b. Setelah dicuci dan dibersihkan, lengket. Lalu susun dim sum di
daging digiling dengan penggiling dalam kukusan, beri jarak antara satu
daging atau blender hingga lumat. dengan yang lainnya agar dim sum
Setelah itu daging ikan patin matang sempurna.
ditimbang (300 g). h. Kemudian dikukus sampai matang
c. Kemudian timbang spirulina selama ±20 menit lalu angkat dan
sebanyak 5 g, 10 g, dan 15 g. dim sum siap disajikan.
d. Kemudian daging ikan patin
dicampur sampai merata dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
semua bahan (tepung tapioka, tepung Penilaian organoleptik
terigu, putih telur, garam, irisan Untuk mengetahui rata-rata penilaian
daung bawang, bawang bombay, organoleptik pada produk dim sum ikan
bawang putih, minyak wijen, gula, patin yang difortifikasi dengan alga hijau
spirulina). biru (spirulina) dapat dilihat pada Tabel 3.
e. Ambil kulit pangsit isi dengan 1 sdm
adonan bahan isi di tengah-tengah
kulit pangsit, tekuk ke atas dengan
Tabel 3. Nilai rata-rata uji organoleptik karena tidak ada penambahan spirulina.
dim sum ikan patin yang Pada perlakuan D2 (penambahan spirulina
difortifikasi dengan alga hijau 10 g) dan D3 (penambahan spirulina 15 g),
biru (spirulina) dim sum yang dihasilkan berwarna hijau
Perlakuan gelap dengan tingkat penerimaan
Organoleptik
D0 D1 D2 D3 konsumen yang semakin rendah. Warna
Rupa 6,79c 7,02 c
6,22b 5,85a hijau tua berasal dari β-karoten dan
Aroma 6,42b 6,75c 6,34ab 6,21a klorofil pada spirulina (Habib dan Parvin,
Rasa 6,04b 6,21c 5,83ab 5,63a 2008). Semakin banyak spirulina yang
Tekstur 6,63 6,33 6,22 6,15 ditambahkan, maka warna yang dihasilkan
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh notasi huruf
berbeda berarti perlakuan berbeda nyata (α = semakin gelap. Warna pucat dan gelap
0,05) kurang disukai konsumen. Hal ini sesuai
Ket: D0 (tanpa spirulina), D1 (spirulina 5 g), D2 dengan pernyataan (Moehyi, 1999), dalam
(spirulina 10 g), D3 (spirulina 15 g) memilih makanan, makanan dengan
warna-warna cerah dan terang akan lebih
Nilai rupa menarik bagi konsumen dibandingkan
Nilai rata-rata untuk rupa dari makanan yang berwarna pudar atau gelap.
keempat produk dim sum ikan patin yang
difortifikasi dengan alga hijau biru Nilai aroma
(spirulina) berkisar dari 5,85-7,02. Nilai Nilai rata-rata untuk aroma dari
rata-rata tertinggi untuk parameter rupa keempat produk dim sum ikan patin yang
terdapat pada perlakuan D1 (penambahan difortifikasi dengan alga hijau biru
spirulina 5 g) dengan nilai 7,02. (spirulina) berkisar dari 6,21-6,75. Nilai
Hasil uji penilaian organoleptik rata-rata tertinggi untuk parameter aroma
terhadap rupa dim sum ikan patin yang terdapat pada perlakuan D1 (penambahan
difortifikasi dengan alga hijau biru spirulina 5g) dengan nilai 6,75.
(spirulina) yaitu panelis menyukai rupa Hasil uji penilaian organoleptik
dim sum ikan patin D1 (91,25%), diikuti terhadap aroma dim sum ikan patin yang
D0 (88,33%), D2 (78,33%) dan D3 difortifikasi dengan alga hijau biru
(62,50%). (spirulina) yaitu panelis menyukai aroma
Nilai rupa tertinggi pada perlakuan dim sum ikan patin D1 (83,75%), diikuti
D1 (dengan penambahan spirulina 5 g) D0 (80,83%), D2 (77,92%) dan D3
dengan jumlah panelis yang memberi nilai (70,83%).
suka sebanyak 73 orang panelis dan nilai Nilai aroma tertinggi pada perlakuan
terendah pada perlakuan D3 (dengan D1 (dengan penambahan spirulina 5 g)
penambahan spirulina 15 g) dengan dengan jumlah panelis yang memberi nilai
jumlah panelis yang memberi nilai suka suka sebanyak 67 orang panelis dan nilai
sebanyak 50 orang panelis. Hal ini terendah pada perlakuan D3 (dengan
disebabkan oleh rupa dim sum yang penambahan spirulina 15 g) dengan
dihasilkan berwarna hijau muda dan jumlah panelis yang memberi nilai suka
tampak cerah, karena penambahan sebanyak 57 orang panelis. Hal ini
spirulina yang paling sedikit di antara disebabkan karena dim sum pada
perlakuan D2 dan D3. Pada perlakuan D0 perlakuan D1 memiliki aroma khas ikan
(tanpa penambahan spirulina), dim sum patin, rempah-rempah dan variasi aroma
yang dihasilkan berwarna coklat pucat spirulina yang sedikit amis. Sedangkan
pada perlakuan D3 (dengan penambahan difortifikasi dengan alga hijau biru
spirulina sebanyak 15 g) memiliki aroma (spirulina) yaitu panelis menyukai rasa
spirulina yang amis dan langu, sehingga dim sum ikan patin D1 (72,92%), diikuti
aroma khas ikan patin dan rempah-rempah D0 (68,75%), D2 (61,67%) dan D3
kurang terasa. (55,42%).
Baik ikan patin maupun spirulina, Nilai rasa tertinggi pada perlakuan
masing-masing memiliki kandungan D1 (dengan penambahan spirulina 5 g)
protein dan lemak. Protein dan lemak dengan jumlah panelis yang memberi nilai
merupakan zat yang bersifat mudah suka sebanyak 58 orang panelis dan nilai
menguap (volatile), yang akan terendah pada perlakuan D3 (dengan
menyebabkan terbentuknya aroma.. Jika penambahan spirulina 15 g) dengan
terjadi pemanasan, maka asam amino di jumlah panelis yang memberi nilai suka
dalam protein akan tergradasi dan lemak sebanyak 44 orang panelis. Hal ini
akan teroksidasi, sehingga bahan aktif disebabkan oleh rasa dim sum yang
kedua zat tersebut terurai, dan dihasilkan yaitu terasa rasa khas ikan
menimbulkan aroma (Mutiara et al., patin, gurih dan rasa yang dihasilkan oleh
2012). Selama proses pengukusan, daging spirulina sedikit pahit. Rasa gurih
ikan patin dan spirulina akan terbentuk karena adanya asam glutamate
menghasilkan aroma. Selain itu, spirulina yang secara alami terdapat pada bahan
memiliki aroma amis dan langu, seperti makanan protein tinggi, seperti ikan
aroma rumput laut atau cumi-cumi. Aroma (Thariq et al., 2014).
tersebut dihasilkan dari kandungan mineral Pada perlakuan D2 (dengan
natrium dan klorida di dalam spirulina penambahan spirulina sebanyak 10 g) dan
(Hadiyanto, 2013). Aroma amis dan langu D3 (dengan penambahan spirulina
merupakan karakteristik sensorik dari sebanyak 15 g), tingkat penerimaan
mikroalga seperti spirulina (Michaelsen et konsumen semakin rendah. Hal ini
al., 2009). Dalam banyak hal, aroma/bau dikarenakan terdapat rasa yang mencolok
memiliki daya tarik tersendiri untuk yang merupakan karakteristik sensorik
menentukan rasa enak dari produk dari mikroalga seperti spirulina
makanan itu sendiri (Soekarto, 2007). (Michaelsen et al., 2009). Spirulina
Semakin banyak spirulina ditambahkan memiliki rasa yang pahit dan cukup kuat.
pada dim sum, maka aroma amis dan Rasa pahit ada pada spirulina disebabkan
langunya akan semakin terasa pula. Aroma oleh kandungan alkaloid dan senyawa
langu kurang disukai oleh konsumen. tannin (Tietze, 2004). Semakin banyak
spirulina yang ditambahkan pada dim sum
Nilai rasa ikan patin, maka rasa pahit akan semakin
Nilai rata-rata untuk rasa dari terasa.
keempat produk dim sum ikan patin yang
difortifikasi dengan alga hijau biru Nilai tekstur
(spirulina) berkisar dari 5,63-6,21. Nilai Nilai rata-rata untuk tekstur dari
rata-rata tertinggi untuk parameter rasa keempat produk dim sum ikan patin yang
terdapat pada perlakuan D1 (penambahan difortifikasi dengan alga hijau biru
spirulina 5 g) dengan nilai 6,21. (spirulina) berkisar dari 6,15-6,63. Nilai
Hasil uji penilaian organoleptik rata-rata tertinggi untuk parameter tekstur
terhadap rasa dim sum ikan patin yang
terdapat pada perlakuan D0 (dengan tanpa Penggunaan spirulina tidak
penambahan spirulina) dengan nilai 6,63. mempengaruhi tekstur dim sum yang
Hasil uji penilaian organoleptik dihasilkan, dimana FHitung (1,75) < FTabel
terhadap tekstur dim sum ikan patin yang (4,07). Tekstur dim sum dipengaruhi oleh
difortifikasi dengan alga hijau biru kadar air yang berbeda-beda yang
(spirulina) yaitu panelis menyukai tekstur terkandung di dalam daging ikan patin
dim sum ikan patin D0 (86,25%), diikuti pada saat diolah. Hal ini sesuai dengan
D1 (80,42%), D2 (72,92%), dan D3 pernyataan Fellows (2000), bahwa tekstur
(72,92%). makanan kebanyakan ditentukan oleh
Nilai tekstur tertinggi pada kandungan air yang terdapat pada produk
perlakuan D0 (dengan tanpa penambahan tersebut. Menurut Pratiwi dan Hartayanie
spirulina) dengan jumlah panelis yang (2012), bahan pangan yang mengandung
memberi nilai suka sebanyak 69 orang protein tinggi, seperti mikroalga spirulina
panelis dan nilai terendah pada perlakuan memiliki sifat atau karakteristik tertentu
D3 (dengan penambahan spirulina 15 g) selama pengolahan hingga dikonsumsi.
dengan jumlah panelis yang memberi nilai Berdasarkan uji kesukaan yang
suka sebanyak 58 orang panelis. Tekstur telah dilakukan, diperoleh perbedaan
dim sum pada D0 lebih disukai oleh karakteristik antara dim sum ikan patin
konsumen karena teksturnya yang kenyal, D0, D1, D2, dan D3. Untuk lebih jelasnya
kompak dan lembut. dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 . Karakteristik dim sum ikan patin yang difortifikasi dengan alga hijau
biru (spirulina)
Perlakuan
Kriteria
D0 D1 D2 D3
Hijau muda, Hijau, agak Hijau tua,
Rupa Coklat pucat
cerah gelap sangat gelap
Aroma ikan
Aroma ikan
Aroma ikan patin dan
patin dan
Aroma ikan patin dan rempah-rempah
rempah-rempah
patin dan rempah-rempah sedikit
Aroma kurang
rempah-rempah terasa,aroma terasa,aroma
terasa,aroma
terasa spirulina sedikit spirulina agak
spirulina amis
amis. amis dan sedikit
dan langu
langu
Rasa ikan patin
Rasa ikan patin Rasa ikan patin
dan bumbu
Rasa ikan patin dan bumbu dan bumbu
kurang terasa,
Rasa dan bumbu terasa, rasa sedikit terasa,
rasa spirulina
terasa spirulina sedikit rasa spirulina
pahit dan
pahit agak pahit
mencolok
Kenyal, sedikit Kenyal, agak Agak kenyal,
Kenyal,
Tekstur kompak, sedikit kompak, agak sedikit kompak,
kompak, lembut
lembut lembut sedikit lembut

Analisis proksimat
Analisis proksimat dilakukan untuk dan lemak. Hasil analisis proksimat
mengetahui kandungan air, abu, protein, tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5.Nilai rata-rata analisis proksimat dim sum ikan patin yang difortifikasi dengan alga
hijau biru (spirulina)
Perlakuan
Parameter
D0 (%) D1 (%) D2 (%) D3 (%)
b ab a
Kadar air 53,61 51,99 50,24 49,50a
Kadar abu 0,61a 1,08ab 1,48bc 1,92c
Kadar protein 4,29a 5,65b 5,75b 5,76b
bc ab
Kadar lemak 4,20 c
3,69 3,30 2,76a
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh notasi huruf berbeda berarti perlakuan berbeda nyata (α = 0,05)
Ket: D0 (tanpa spirulina), D1 (spirulina 5g), D2 (spirulina 10g), D3 (spirulina 15g)
Kadar air patin yang difortifikasi dengan alga hijau
Berdasarkan Tabel 5 telah diperoleh biru (spirulina) yang dihasilkan sudah
nilai rata-rata kadar air dim sum ikan patin dapat memenuhi SNI yang ada.
yang difortifikasi dengan alga hijau biru
(spirulina) dari nilai yang tertinggi sampai Kadar abu
yang terendah yaitu: Perlakuan D0 (tanpa Berdasarkan Tabel 5 telah diperoleh
penambahan spirulina) memiliki kadar air nilai rata-rata kadar abu dim sum ikan
yaitu 53,61%. Perlakuan D1 (penambahan patin yang difortifikasi dengan alga hijau
spirulina 5 g) memiliki nilai kadar air biru (spirulina) dari nilai yang tertinggi
51,99%. Perlakuan D2 (penambahan sampai terendah yaitu: Perlakuan D3
spirulina 10 g) memiliki nilai kadar air (penambahan spirulina 15 g) memiliki
50,24%. Perlakuan D3 (penambahan kadar abu yaitu 1,92%. Perlakuan D2
spirulina 15 g) memiliki nilai kadar air (penambahan spirulina 10 g) memiliki
49,50%. kadar abu 1,48%. Perlakuan D1
Dim sum ikan patin D0 (dengan (penambahan spirulina 5 g) memiliki
tanpa penambahan spirulina) memiliki kadar abu 1,08%. Perlakuan D0 (tanpa
kadar air paling tinggi dibandingkan penambahan spirulina) memiliki kadar
perlakuan lain dengan kandungan air abu 0,61%.
sebesar 53,61%. Hal ini disebabkan Dim sum ikan patin D3 (dengan
karakteristik daging ikan patin yang penambahan spirulina 15 g) memiliki
banyak mengandung air. Kadar air ikan kadar abu paling tinggi dibandingkan
patin per 100 g daging ikan yaitu 74,4%, perlakuan lain dengan kandungan abu
(KEMENKES RI, 2001). Namun, seiring sebesar 1,92%. Besarnya kadar abu produk
dengan penambahan spirulina, dim sum pangan bergantung pada besarnya
ikan patin mengalami penurunan nilai kandungan mineral bahan yang digunakan.
kadar air. Hal ini disebabkan karena Menurut Sudarmadji et al., (1996), apabila
spirulina mengandung kadar air yang kadar abu nya tinggi, maka kandungan
rendah dan umumnya memiliki sifat yang mineralnya juga tinggi. Jumlah mineral
sama dengan tepung, yaitu bersifat esensial yang terkandung dalam spirulina
hidroskopis sehingga kandungan air pada hampir sekitar 3-7%. Jenis mineral yang
adonan tertarik. Sehubungan dengan terakumulasi di dalam spirulina adalah
tingginya kadar protein, spirulina Natrium dan Klorida dalam jumlah yang
mempunyai daya serap air yang tinggi tinggi (Gresshoff, 2003). Mineral yang
karna memiliki gugus yang bersifat terdapat dalam suatu bahan dapat
hidrofilik dan bermuatan (Wirda, 2009). merupakan dua macam garam yaitu
Sehingga dengan kata lain, dalam jumlah garam organik (asam mallat, oksalat,
yang relatif banyak spirulina mampu asetat, pektat) dan garam anorganik
menurunkan kadar air pada dim sum ikan (fosfat, karbonat, klorida, sulfat, nitrat)
patin. (Sudarmadji et al., 1996). Dengan kata
Menurut SNI (7756:2013), tentang lain, semakin banyak spirulina
syarat mutu dim sum siomay, persyaratan ditambahkan, maka kadar abu dim sum
kadar air yang diterima maksimal sebesar ikan patin semakin meningkat.
60%. Dari hasil analisa kadar air, maka Menurut SNI (7756:2013), tentang
kadar air perlakuan D0 sampai dengan D3 syarat mutu dim sum siomay, persyaratan
dapat diterima, sehingga dim sum ikan kadar abu yang diterima maksimal sebesar
2,5%. Dari hasil analisa kadar abu, maka difortifikasi dengan alga hijau biru
kadar abu perlakuan D0 sampai dengan D3 (spirulina) yang dihasilkan sudah dapat
dapat diterima, sehingga dim sum ikan memenuhi SNI yang ada.
patin yang difortifikasi dengan alga hijau
biru (spirulina) yang dihasilkan sudah Kadar lemak
dapat memenuhi SNI yang ada. Berdasarkan Tabel 5 telah diperoleh
nilai rata-rata kadar lemak dim sum ikan
Kadar protein patin yang difortifikasi dengan alga hijau
Berdasarkan Tabel 5 telah diperoleh biru (spirulina) dari nilai yang tertinggi
nilai rata-rata kadar protein dim sum ikan sampai terendah yaitu Perlakuan D0 (tanpa
patin yang difortifikasi dengan alga hijau penambahan spirulina) memiliki kadar
biru (spirulina) dari nilai yang tertinggi lemak yaitu 4,20%. Perlakuan
sampai terendah yaitu: Perlakuan D3 D1(penambahan spirulina 5 g) memiliki
(penambahan spirulina 15 g) memiliki nilai kadar lemak 3,69%. Perlakuan D2
nilai kadar protein 5,76%. Perlakuan D2 (penambahan spirulina 10 g) memiliki
(penambahan spirulina 10 g) memiliki nilai kadar lemak 3,30%. Perlakuan D3
nilai kadar protein 5,75%. Perlakuan D1 (penambahan spirulina 15 g) memiliki
(penambahan spirulina 5 g) memiliki nilai nilai kadar lemak 2,76%.
kadar protein 5,65%. Perlakuan D0 (tanpa Dim sum ikan patin D0 (dengan
penambahan spirulina) memiliki kadar tanpa penambahan spirulina) memiliki
protein yaitu 4,29%. kadar lemak paling tinggi dibandingkan
Dim sum ikan patin D3 (dengan perlakuan lain dengan kandungan lemak
penambahan spirulina 15 g) memiliki sebesar 4,20%. Jika dibandingkan dengan
kadar protein paling tinggi dibandingkan perlakuan lain, maka terjadi penurunan
perlakuan lain dengan kandungan protein nilai kadar lemak pada dim sum ikan patin
sebesar 5,76%. Terjadi peningkatan kadar yang difortifikasi dengan spirulina. Hal ini
protein yang signifikan dibandingkan dipengaruhi oleh banyaknya spirulina
dengan dim sum kontrol (4,29%). yang ditambahkan. Buckle et al.,(1987)
Mikroalga memiliki kandungan protein menyatakan bahwa kadar protein bahan
yang sangat tinggi karena merupakan pangan dipengaruhi oleh kadar air dan
sumber biomassa yang mengandung kadar lemak. Sehingga terdapat hubungan
beberapa komponen penting di antaranya terbalik antara protein dengan kadar
protein dan mineral. Sehingga spirulina lemak. Semakin tinggi kadar protein maka
dapat dimanfaatkan sebagai bahan akan semakin rendah kadar lemak dan
tambahan dalam makanan (Ariyanti, sebaliknya. Penambahan spirulina
2012). Semakin banyak spirulina mempengaruhi kadar lemak dim sum ikan
ditambahkan, kadar protein dim sum ikan patin.
patin semakin tinggi. Menurut SNI (7756:2013), tentang
Menurut SNI (7756:2013), tentang syarat mutu dim sum siomay, persyaratan
syarat mutu dim sum siomay, persyaratan kadar lemak yang diterima maksimal
kadar protein yang diterima minimal sebesar 20%. Dari hasil analisa kadar
sebesar 5%. Dari hasil analisa kadar lemak, maka kadar lemak perlakuan D0
protein, maka kadar protein perlakuan D1 sampai dengan D3 dapat diterima,
sampai dengan D3 dapat diterima, sehingga dim sum ikan patin yang
sehingga dim sum ikan patin yang difortifikasi dengan alga hijau biru
(spirulina) yang dihasilkan sudah dapat Analytical Chemist. Arlington,
memenuhi SNI yang ada. Virginia: AOAC Inc
Ariyanti. D. 2012. Potensi Mikroalga
KESIMPULAN DAN SARAN Sebagai Sumber Biomassa dan
Kesimpulan Pengembangan Produk Turunannya.
Berdasarkan hasil penelitian dapat Jurnal Teknik Kimia 33 (2).
disimpulkan bahwa konsumen menerima Buckle KA, Edward RA, Fleet GH,
dim sum ikan patin yang difortifikasi Wooton M. 1987. Ilmu Pangan.
dengan spirulina, dari perlakuan terbaik Terjemahan. Hari Purnomo. UI
yaitu perlakuan D1 (fortifikasi spirulina Press. Jakarta.65 hal
sebanyak 5 g) dengan tingkat penerimaan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi
konsumen tertinggi yaitu sebesar 82,09% Riau. 2017. Produksi dan Nilai
(66 dari 80 panelis) dari parameter rupa, Perikanan Perairan Umum, Tambak
aroma, dan rasa. Tetapi konsumen tidak dan Kolam menurut Jenis. Riau
menyukai tekstur dim sum ikan patin D1. Fellows, PJ. 2000. Food Processing
Karakteristik dim sum ikan patin pada Technology, Principles and Practice.
perlakuan D1 (fortifikasi spirulina Woodhead Publishing Ltd.
sebanyak 5 g) adalah rupa berwarna hijau Cambridge.
muda dan tampak cerah; aroma ikan patin Gresshoff. 2003. Mechanisms of Salt
dan rempah-rempah terasa, aroma Tolerance in Cyanobacteria. Plant
spirulina sedikit amis; rasa ikan patin dan Sources to The Environment.
bumbu terasa, rasa spirulina sedikit pahit; Current Topics in Plant Molecular
tekstur kenyal, sedikit kompak, dan sedikit Biology. pg 123-132.
lembut. Sedangkan nilai proksimat D1 Habib MAB dan Parvin M. A Review on
(fortifikasi spirulina sebanyak 5 g) adalah Culture, Production and Us.e of
kadar air 51,99%, kadar abu 1,08%, kadar Spirulina as Food for Humans and
protein 5,65%, dan kadar lemak 3,69%. Feeds for Domestic Animals and
Fish. Food and Agriculture
Saran Organization (FAO) FIMA/C1034.
Berdasarkan hasil penelitian yang 2008.
telah dilakukan, penulis menyarankan Hadiyanto. 2013. Spirulina platensis:
dalam pembuatan dim sum ikan patin Potensinya Sebagai Bahan Pangan
menggunakan bahan baku surimi ikan Fungsional. Jurnal Aplikasi
patin karena surimi lebih tinggi protein Teknologi Pangan. Universitas
dan rendah lemak, dan melakukan Diponegoro. Semarang.
penelitian lanjutan mengenai penentuan Henrikson, R. 2009. Earth Food Spirulina.
masa simpan dim sum ikan patin dengan Ed ke-6. Hawaii: Ronore Interprise,
suhu penyimpanan berbeda. Inc
Kabinawa I. Nyoman K. 2006. Spirulina:
DAFTAR PUSTAKA Ganggang Penggempur Aneka
Penyakit. PT. AgroMedia Pustaka.
AOAC, Association of Official Analitical Depok
Chemiat. 2005. Offical Methods of KEMENKES RI. 2001. Komposisi Zat
Analysis of the Association of Gizi Makanan Indonesia. Badan
Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Pusat Penelitian dan Soekarto, ST. 2007. Penilaian
Pengembangan Gizi. Bogor Organoleptik untuk Industri. Bharata
Lestari, Masayu. G. 2011. Karya Aksara, Jakarta.
http://masayugita.blogspot.co Sudarmadji, S. Haryono, B. Suhardi. 1996.
m/2011/11/idebisnis.html. Tanggal Analisa Bahan Makanan dan
akses Kamis, 8 Mei 2014 Pertanian. Liberty Yogyakarta.
Michaelsen KF, Hoppe C, Roos N, Kaestel Yogyakarta
P, Stougaard M, Lauritzen L, Susanna D, Zakianis, Hermawati E, Adi
Molgaard C, Girma T, Friis H. HK. 2007. Pemanfaatan spirulina
Choices of Foods and Ingredients for plantesis sebagai suplemen protein
Moderately Malnourished Children 6 sel tunggal (PST) mencit (Mus
months to 5 years of age. Food and musculus). Makaira Kesehatan
Nutrition Bulletin Vol. 30 No. 3 The 11(1):44-49
United Nation University. 2009. Thariq, A, S. Swastawati, F. & Surti, T.
Mutiara, E, Adikahriani & Wahidah, S. 2014. Pengaruh perbedaan
2012. Pengembangan formula konsentrasi garam pada peda ikan
biskuit daun katuk untuk kembung (Rastrelliger neglectus)
meningkatkan asi. Jurnal Fakultas terhadap kandungan asam glutamat
Teknik Universitas Negeri Medan. pemberi rasa gurih (Umami). Jurnal
Retrieved from Pengolahan dan Bioteknologi Hasil
http://digilib.unimed.ac.id/19945/ Perikanan, 3(3), 104-111. Retrieved
Moehyi S. 1999. Penyelenggaraan from https://ejournal3.undip.ac.id/
Makanan Institusi dan Jasa Boga. index.php/jpbhp/article/view/5662
Jakarta: Bhratara. Tietze, H.W. 2004. Spirulina Micro Foof
Ng Lip Kah. 2014. Cooking classics dim Macro Blessing. Ed ke-4, Australia:
sum a step by step cookbook. Harald W. Tietze Publishing. 78 hal
Singapore: Marshall Cavendish Yuniarti, N., D. Syamssuwida dan A.
Cuisine Aminah. 2007. Pengaruh Penurunan
Pratiwi, A. R.,& Hartayanie, L. 2012. Kadar Air Terhadap Perubahan
Pengembangan Produk Pangan dari Fisiologi dan Kandungan Biokimia
Mikroalga Laut S. platensis Beni Eboni (Diospyros celebica
Berdasarkan Sifat Fungsional dan Bahk.). Jurnal Penelitian Hutan
Molekular Proteinnya. Jurnal Tanaman. Vol 5.No.3 Hal. 191-198.
Teknologi Pangan. Universitas Bogor.
Katolik Soegijapranata. Semarang.
Rahmawati N. 2013. Kandungan Protein
Terlarut Daging Ikan Patin
(Pangasius djambal) Akibat Variasi
Pakan Tambahan. [Skripsi].
Departemen Budidaya Perairan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor

Anda mungkin juga menyukai