OLEH
ABRAHAM MANIK
Oleh:
Abraham Manik , Dewita2), Desmelati2)
1)
Email:abrahammanik10@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerimaan konsumen terhadap dim sum ikan
patin yang difortifikasi dengan spirulina. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
eksperimen, yaitu melakukan pembuatan dim sum dengan jumlah spirulina yang berbeda.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 kali
ulangan. Perlakuannya yaitu D0 (tanpa spirulina), D1 (spirulina 5 g), D2 (spirulina 10 g),
dan D3 (spirulina 15 g). Hasil penelitian menunjukkan perlakuan yang terbaik yaitu
perlakuan D1 (fortifikasi spirulina sebanyak 5 g) dengan tingkat penerimaan konsumen
tertinggi yaitu sebesar 82,09% (66 dari 80 panelis) dari parameter rupa, aroma, dan rasa.
Karakteristik dim sum ikan patin pada perlakuan D1 (fortifikasi spirulina sebanyak 5 g)
adalah rupa berwarna hijau muda dan tampak cerah; aroma ikan patin dan rempah-rempah
terasa, aroma spirulina sedikit amis; rasa ikan patin dan bumbu terasa, rasa spirulina
sedikit pahit; tekstur kenyal, sedikit kompak, dan sedikit lembut. Sedangkan nilai proksimat
D1 (fortifikasi spirulina sebanyak 5 g) adalah kadar air 51,99%, kadar abu 1,08%, kadar
protein 5,65%, dan kadar lemak 3,69%.
By:
Abraham Manik , Dewita2), Desmelati2)
1)
Email:abrahammanik10@gmail.com
ABSTRACT
This study aimed to assess the consumer acceptance to the catfish dim sum fortified by
spirulina. The research method used was an experimental method by making dim sum with
different amounts of spirulina fortified. This study used a completely randomized design
with 4 treatments and 3 replications. The treatments were fortification of spirulina (0, 5, 10,
15 gs) to the catfish dim sum. The results showed that the best treatment was the
fortification of 5 gs spirulina, indicated by the highest consumers acceptance to dim sum up
to 82.09% (66 of 80 panelists) that was evaluated by the hedonic value of appearance,
smell, and taste. The best dim sum was characterized by the light green and bright
appearance; the smell of catfish and spices was felt, the smell of spirulina was a little fishy;
the taste of catfish and seasoning was felt, the taste of spirulina wasa little bitter; chewy
texture, a little solid, and a little soft. The proximate values of the dim sum were the content
of moisture 51.99%, ash 1.08%, protein 5.65%, and fat 3.69%.
Analisis proksimat
Analisis proksimat dilakukan untuk dan lemak. Hasil analisis proksimat
mengetahui kandungan air, abu, protein, tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5.Nilai rata-rata analisis proksimat dim sum ikan patin yang difortifikasi dengan alga
hijau biru (spirulina)
Perlakuan
Parameter
D0 (%) D1 (%) D2 (%) D3 (%)
b ab a
Kadar air 53,61 51,99 50,24 49,50a
Kadar abu 0,61a 1,08ab 1,48bc 1,92c
Kadar protein 4,29a 5,65b 5,75b 5,76b
bc ab
Kadar lemak 4,20 c
3,69 3,30 2,76a
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh notasi huruf berbeda berarti perlakuan berbeda nyata (α = 0,05)
Ket: D0 (tanpa spirulina), D1 (spirulina 5g), D2 (spirulina 10g), D3 (spirulina 15g)
Kadar air patin yang difortifikasi dengan alga hijau
Berdasarkan Tabel 5 telah diperoleh biru (spirulina) yang dihasilkan sudah
nilai rata-rata kadar air dim sum ikan patin dapat memenuhi SNI yang ada.
yang difortifikasi dengan alga hijau biru
(spirulina) dari nilai yang tertinggi sampai Kadar abu
yang terendah yaitu: Perlakuan D0 (tanpa Berdasarkan Tabel 5 telah diperoleh
penambahan spirulina) memiliki kadar air nilai rata-rata kadar abu dim sum ikan
yaitu 53,61%. Perlakuan D1 (penambahan patin yang difortifikasi dengan alga hijau
spirulina 5 g) memiliki nilai kadar air biru (spirulina) dari nilai yang tertinggi
51,99%. Perlakuan D2 (penambahan sampai terendah yaitu: Perlakuan D3
spirulina 10 g) memiliki nilai kadar air (penambahan spirulina 15 g) memiliki
50,24%. Perlakuan D3 (penambahan kadar abu yaitu 1,92%. Perlakuan D2
spirulina 15 g) memiliki nilai kadar air (penambahan spirulina 10 g) memiliki
49,50%. kadar abu 1,48%. Perlakuan D1
Dim sum ikan patin D0 (dengan (penambahan spirulina 5 g) memiliki
tanpa penambahan spirulina) memiliki kadar abu 1,08%. Perlakuan D0 (tanpa
kadar air paling tinggi dibandingkan penambahan spirulina) memiliki kadar
perlakuan lain dengan kandungan air abu 0,61%.
sebesar 53,61%. Hal ini disebabkan Dim sum ikan patin D3 (dengan
karakteristik daging ikan patin yang penambahan spirulina 15 g) memiliki
banyak mengandung air. Kadar air ikan kadar abu paling tinggi dibandingkan
patin per 100 g daging ikan yaitu 74,4%, perlakuan lain dengan kandungan abu
(KEMENKES RI, 2001). Namun, seiring sebesar 1,92%. Besarnya kadar abu produk
dengan penambahan spirulina, dim sum pangan bergantung pada besarnya
ikan patin mengalami penurunan nilai kandungan mineral bahan yang digunakan.
kadar air. Hal ini disebabkan karena Menurut Sudarmadji et al., (1996), apabila
spirulina mengandung kadar air yang kadar abu nya tinggi, maka kandungan
rendah dan umumnya memiliki sifat yang mineralnya juga tinggi. Jumlah mineral
sama dengan tepung, yaitu bersifat esensial yang terkandung dalam spirulina
hidroskopis sehingga kandungan air pada hampir sekitar 3-7%. Jenis mineral yang
adonan tertarik. Sehubungan dengan terakumulasi di dalam spirulina adalah
tingginya kadar protein, spirulina Natrium dan Klorida dalam jumlah yang
mempunyai daya serap air yang tinggi tinggi (Gresshoff, 2003). Mineral yang
karna memiliki gugus yang bersifat terdapat dalam suatu bahan dapat
hidrofilik dan bermuatan (Wirda, 2009). merupakan dua macam garam yaitu
Sehingga dengan kata lain, dalam jumlah garam organik (asam mallat, oksalat,
yang relatif banyak spirulina mampu asetat, pektat) dan garam anorganik
menurunkan kadar air pada dim sum ikan (fosfat, karbonat, klorida, sulfat, nitrat)
patin. (Sudarmadji et al., 1996). Dengan kata
Menurut SNI (7756:2013), tentang lain, semakin banyak spirulina
syarat mutu dim sum siomay, persyaratan ditambahkan, maka kadar abu dim sum
kadar air yang diterima maksimal sebesar ikan patin semakin meningkat.
60%. Dari hasil analisa kadar air, maka Menurut SNI (7756:2013), tentang
kadar air perlakuan D0 sampai dengan D3 syarat mutu dim sum siomay, persyaratan
dapat diterima, sehingga dim sum ikan kadar abu yang diterima maksimal sebesar
2,5%. Dari hasil analisa kadar abu, maka difortifikasi dengan alga hijau biru
kadar abu perlakuan D0 sampai dengan D3 (spirulina) yang dihasilkan sudah dapat
dapat diterima, sehingga dim sum ikan memenuhi SNI yang ada.
patin yang difortifikasi dengan alga hijau
biru (spirulina) yang dihasilkan sudah Kadar lemak
dapat memenuhi SNI yang ada. Berdasarkan Tabel 5 telah diperoleh
nilai rata-rata kadar lemak dim sum ikan
Kadar protein patin yang difortifikasi dengan alga hijau
Berdasarkan Tabel 5 telah diperoleh biru (spirulina) dari nilai yang tertinggi
nilai rata-rata kadar protein dim sum ikan sampai terendah yaitu Perlakuan D0 (tanpa
patin yang difortifikasi dengan alga hijau penambahan spirulina) memiliki kadar
biru (spirulina) dari nilai yang tertinggi lemak yaitu 4,20%. Perlakuan
sampai terendah yaitu: Perlakuan D3 D1(penambahan spirulina 5 g) memiliki
(penambahan spirulina 15 g) memiliki nilai kadar lemak 3,69%. Perlakuan D2
nilai kadar protein 5,76%. Perlakuan D2 (penambahan spirulina 10 g) memiliki
(penambahan spirulina 10 g) memiliki nilai kadar lemak 3,30%. Perlakuan D3
nilai kadar protein 5,75%. Perlakuan D1 (penambahan spirulina 15 g) memiliki
(penambahan spirulina 5 g) memiliki nilai nilai kadar lemak 2,76%.
kadar protein 5,65%. Perlakuan D0 (tanpa Dim sum ikan patin D0 (dengan
penambahan spirulina) memiliki kadar tanpa penambahan spirulina) memiliki
protein yaitu 4,29%. kadar lemak paling tinggi dibandingkan
Dim sum ikan patin D3 (dengan perlakuan lain dengan kandungan lemak
penambahan spirulina 15 g) memiliki sebesar 4,20%. Jika dibandingkan dengan
kadar protein paling tinggi dibandingkan perlakuan lain, maka terjadi penurunan
perlakuan lain dengan kandungan protein nilai kadar lemak pada dim sum ikan patin
sebesar 5,76%. Terjadi peningkatan kadar yang difortifikasi dengan spirulina. Hal ini
protein yang signifikan dibandingkan dipengaruhi oleh banyaknya spirulina
dengan dim sum kontrol (4,29%). yang ditambahkan. Buckle et al.,(1987)
Mikroalga memiliki kandungan protein menyatakan bahwa kadar protein bahan
yang sangat tinggi karena merupakan pangan dipengaruhi oleh kadar air dan
sumber biomassa yang mengandung kadar lemak. Sehingga terdapat hubungan
beberapa komponen penting di antaranya terbalik antara protein dengan kadar
protein dan mineral. Sehingga spirulina lemak. Semakin tinggi kadar protein maka
dapat dimanfaatkan sebagai bahan akan semakin rendah kadar lemak dan
tambahan dalam makanan (Ariyanti, sebaliknya. Penambahan spirulina
2012). Semakin banyak spirulina mempengaruhi kadar lemak dim sum ikan
ditambahkan, kadar protein dim sum ikan patin.
patin semakin tinggi. Menurut SNI (7756:2013), tentang
Menurut SNI (7756:2013), tentang syarat mutu dim sum siomay, persyaratan
syarat mutu dim sum siomay, persyaratan kadar lemak yang diterima maksimal
kadar protein yang diterima minimal sebesar 20%. Dari hasil analisa kadar
sebesar 5%. Dari hasil analisa kadar lemak, maka kadar lemak perlakuan D0
protein, maka kadar protein perlakuan D1 sampai dengan D3 dapat diterima,
sampai dengan D3 dapat diterima, sehingga dim sum ikan patin yang
sehingga dim sum ikan patin yang difortifikasi dengan alga hijau biru
(spirulina) yang dihasilkan sudah dapat Analytical Chemist. Arlington,
memenuhi SNI yang ada. Virginia: AOAC Inc
Ariyanti. D. 2012. Potensi Mikroalga
KESIMPULAN DAN SARAN Sebagai Sumber Biomassa dan
Kesimpulan Pengembangan Produk Turunannya.
Berdasarkan hasil penelitian dapat Jurnal Teknik Kimia 33 (2).
disimpulkan bahwa konsumen menerima Buckle KA, Edward RA, Fleet GH,
dim sum ikan patin yang difortifikasi Wooton M. 1987. Ilmu Pangan.
dengan spirulina, dari perlakuan terbaik Terjemahan. Hari Purnomo. UI
yaitu perlakuan D1 (fortifikasi spirulina Press. Jakarta.65 hal
sebanyak 5 g) dengan tingkat penerimaan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi
konsumen tertinggi yaitu sebesar 82,09% Riau. 2017. Produksi dan Nilai
(66 dari 80 panelis) dari parameter rupa, Perikanan Perairan Umum, Tambak
aroma, dan rasa. Tetapi konsumen tidak dan Kolam menurut Jenis. Riau
menyukai tekstur dim sum ikan patin D1. Fellows, PJ. 2000. Food Processing
Karakteristik dim sum ikan patin pada Technology, Principles and Practice.
perlakuan D1 (fortifikasi spirulina Woodhead Publishing Ltd.
sebanyak 5 g) adalah rupa berwarna hijau Cambridge.
muda dan tampak cerah; aroma ikan patin Gresshoff. 2003. Mechanisms of Salt
dan rempah-rempah terasa, aroma Tolerance in Cyanobacteria. Plant
spirulina sedikit amis; rasa ikan patin dan Sources to The Environment.
bumbu terasa, rasa spirulina sedikit pahit; Current Topics in Plant Molecular
tekstur kenyal, sedikit kompak, dan sedikit Biology. pg 123-132.
lembut. Sedangkan nilai proksimat D1 Habib MAB dan Parvin M. A Review on
(fortifikasi spirulina sebanyak 5 g) adalah Culture, Production and Us.e of
kadar air 51,99%, kadar abu 1,08%, kadar Spirulina as Food for Humans and
protein 5,65%, dan kadar lemak 3,69%. Feeds for Domestic Animals and
Fish. Food and Agriculture
Saran Organization (FAO) FIMA/C1034.
Berdasarkan hasil penelitian yang 2008.
telah dilakukan, penulis menyarankan Hadiyanto. 2013. Spirulina platensis:
dalam pembuatan dim sum ikan patin Potensinya Sebagai Bahan Pangan
menggunakan bahan baku surimi ikan Fungsional. Jurnal Aplikasi
patin karena surimi lebih tinggi protein Teknologi Pangan. Universitas
dan rendah lemak, dan melakukan Diponegoro. Semarang.
penelitian lanjutan mengenai penentuan Henrikson, R. 2009. Earth Food Spirulina.
masa simpan dim sum ikan patin dengan Ed ke-6. Hawaii: Ronore Interprise,
suhu penyimpanan berbeda. Inc
Kabinawa I. Nyoman K. 2006. Spirulina:
DAFTAR PUSTAKA Ganggang Penggempur Aneka
Penyakit. PT. AgroMedia Pustaka.
AOAC, Association of Official Analitical Depok
Chemiat. 2005. Offical Methods of KEMENKES RI. 2001. Komposisi Zat
Analysis of the Association of Gizi Makanan Indonesia. Badan
Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Pusat Penelitian dan Soekarto, ST. 2007. Penilaian
Pengembangan Gizi. Bogor Organoleptik untuk Industri. Bharata
Lestari, Masayu. G. 2011. Karya Aksara, Jakarta.
http://masayugita.blogspot.co Sudarmadji, S. Haryono, B. Suhardi. 1996.
m/2011/11/idebisnis.html. Tanggal Analisa Bahan Makanan dan
akses Kamis, 8 Mei 2014 Pertanian. Liberty Yogyakarta.
Michaelsen KF, Hoppe C, Roos N, Kaestel Yogyakarta
P, Stougaard M, Lauritzen L, Susanna D, Zakianis, Hermawati E, Adi
Molgaard C, Girma T, Friis H. HK. 2007. Pemanfaatan spirulina
Choices of Foods and Ingredients for plantesis sebagai suplemen protein
Moderately Malnourished Children 6 sel tunggal (PST) mencit (Mus
months to 5 years of age. Food and musculus). Makaira Kesehatan
Nutrition Bulletin Vol. 30 No. 3 The 11(1):44-49
United Nation University. 2009. Thariq, A, S. Swastawati, F. & Surti, T.
Mutiara, E, Adikahriani & Wahidah, S. 2014. Pengaruh perbedaan
2012. Pengembangan formula konsentrasi garam pada peda ikan
biskuit daun katuk untuk kembung (Rastrelliger neglectus)
meningkatkan asi. Jurnal Fakultas terhadap kandungan asam glutamat
Teknik Universitas Negeri Medan. pemberi rasa gurih (Umami). Jurnal
Retrieved from Pengolahan dan Bioteknologi Hasil
http://digilib.unimed.ac.id/19945/ Perikanan, 3(3), 104-111. Retrieved
Moehyi S. 1999. Penyelenggaraan from https://ejournal3.undip.ac.id/
Makanan Institusi dan Jasa Boga. index.php/jpbhp/article/view/5662
Jakarta: Bhratara. Tietze, H.W. 2004. Spirulina Micro Foof
Ng Lip Kah. 2014. Cooking classics dim Macro Blessing. Ed ke-4, Australia:
sum a step by step cookbook. Harald W. Tietze Publishing. 78 hal
Singapore: Marshall Cavendish Yuniarti, N., D. Syamssuwida dan A.
Cuisine Aminah. 2007. Pengaruh Penurunan
Pratiwi, A. R.,& Hartayanie, L. 2012. Kadar Air Terhadap Perubahan
Pengembangan Produk Pangan dari Fisiologi dan Kandungan Biokimia
Mikroalga Laut S. platensis Beni Eboni (Diospyros celebica
Berdasarkan Sifat Fungsional dan Bahk.). Jurnal Penelitian Hutan
Molekular Proteinnya. Jurnal Tanaman. Vol 5.No.3 Hal. 191-198.
Teknologi Pangan. Universitas Bogor.
Katolik Soegijapranata. Semarang.
Rahmawati N. 2013. Kandungan Protein
Terlarut Daging Ikan Patin
(Pangasius djambal) Akibat Variasi
Pakan Tambahan. [Skripsi].
Departemen Budidaya Perairan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor