net/publication/362537718
CITATIONS READS
4 527
13 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Young Customers’ Perception on Influencer Endorsement, Customer Review and E-tailing Channel View project
All content following this page was uploaded by Unang TOTO Handiman on 07 August 2022.
Penulis:
Unang Toto Handiman, Ahmad Faridi, Agustian Budi Prasetya
Abdurrozzaq Hasibuan, Marthinus Ismail, Edy Dharma
Sukarman Purba, A. Nururrochman Hidayatulloh, Bonaraja Purba
Junaidi Mustapa, Dyah Gandasari, Revoldai Agusta
Sudarmi, Janner Simarmata
Ruang lingkup buku ini sangat cocok untuk materi kuliah di perguruan
tinggi yang melengkapi buku teks inti dengan artikel jurnal, proyek besar,
buku teks khusus, informasi online, atau media pembelajaran lainnya.
Selain itu, kelengkapan Komunikasi dan Kepemimpinan Organisasi,
dikombinasikan dengan singkatnya, membuatnya cocok untuk pemimpin
organisasi tempat kerja yang memerlukan pengetahunan tentang peran
komunikasi dalam membantu pemimpin dalam meningkatkan organisasi.
Mahasiswa yang menguasai buku teks ini tidak hanya akan memperoleh
gambaran dan apresiasi terhadap penelitian komunikasi dan
kepemimpinan organisasi, literatur, teori, dan pendapat, tetapi juga akan
mengembangkan rasa untuk mengelola dan mempengaruhi orang lain
melalui penerapan pengetahuan sistematis tentang manusia perilaku.
Seperti yang baru saja disebutkan, Setiap bab berfokus pada komunikasi
dan kepeminan organisasi, secara lengkap dapat diuraikan sebagai
berikut:
Bab 1 Kepemimpinan Sebagai Inti Manajemen
Bab 2 Komunikasi Dalam Budaya Organisasi
Bab 3 Kepemimpinan Membangun Budaya Organisasi
Bab 4 Faktor Manusia Dalam Perkembangan Organisasi
Bab 5 Iklim Komunikasi Organisasi
Bab 6 Tipe Dan Gaya Kepemimpinan
Bab 7 Kepemimpinan Dan Motivasi
Bab 8 Kepemimpinan Transformatif Dan Kepemimpinan Transaksional
Bab 9 Peranan Kepemimpinan Dalam Dinamika Kelompok
Bab 10 Peranan Kepemimpinan Dalam Manajemen Konflik
Bab 11 Peranan Kepemimpinan Dalam Membangun Komunikasi
Bab 12 Peran Kepemimpinan Dalam Pengambilan Keputusan
Bab 13 Peranan Kepemimpinan Dalam Membangun Budaya Organisasi
Bab 14 Teknologi Informasi dalam Organisasi
1.1 Pendahuluan
“Kepemimpinan” berbeda dari “manajemen”; banyak yang hanya
mengetahuinya secara intuitif tetapi belum dapat memahami perbedaan ini
dengan jelas. Ini adalah dua fungsi yang sama sekali berbeda berdasarkan
filosofi, fungsi, dan hasil yang mendasarinya. Demikian pula, pemimpin dan
manajer bukanlah orang yang sama. Mereka menerapkan konseptualisasi dan
pendekatan yang berbeda untuk bekerja, menggunakan cara pemecahan
masalah yang berbeda, menjalankan fungsi yang berbeda dalam organisasi,
dan menunjukkan perilaku yang berbeda karena motivasi intrinsik dan
ekstrinsik mereka yang berbeda. Meskipun sangat berbeda, istilah "manajer"
dan "pemimpin" sering membingungkan dan digunakan secara bergantian.
Bab ini mencoba untuk mengatasi masalah ini di berbagai tingkatan, termasuk
etimologis, pengembangan, perbedaan konseptual, kompleksitas definisi,
divergensi fungsional, dan perbedaan perilaku. Organisasi untuk menjadi
kompetitif perlu mengembangkan sebanyak mungkin pemimpin, tetapi para
pemimpin ini juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan manajemen
yang memadai. Organisasi juga membutuhkan manajer efektif yang memiliki
2 Komunikasi dan Kepemimpinan Organisasi
Gairah untuk pekerjaan dan orang-orang adalah aspek yang sangat penting dari
kecerdasan emosional untuk efektivitas kepemimpinan. Sulit untuk
menginspirasi orang lain jika Anda tidak bersemangat dengan aktivitas
pekerjaan utama Anda. Para pemimpin wirausaha seringkali bersemangat
dengan pekerjaan mereka karena mereka mengembangkan konsep di balik
bisnis mereka, seperti situs media sosial baru untuk berbagi gambar. Membuat
hubungan dengan orang lain adalah aspek lain dari kecerdasan emosional yang
penting untuk kepemimpinan yang efektif.
Aspek empati kecerdasan emosional telah ditekankan baru-baru ini sebagai
kontributor untuk kepemimpinan yang efektif. Karyawan akan lebih tertarik
dan terlibat jika mereka merasa bahwa pemimpin mereka menghargai
perhatian mereka, memahami sudut pandang mereka, dan menerima umpan
balik mereka (Gourguechon, 2017). Empati juga penting ketika pemimpin
melatih karyawan karena dia dapat lebih memahami mengapa orang tersebut
yang dilatih perlu perbaikan. Misalnya, seorang pemimpin yang empatik
16 Komunikasi dan Kepemimpinan Organisasi
setuju dengan komentar tentang disukai. CEO Apple Inc. Tim Cook adalah
contoh pemimpin yang mencapai hasil luar biasa dan disukai banyak orang.
untuk pendekatan humanistiknya dalam berurusan dengan orang.)
Pertimbangan menggambarkan sejauh mana pemimpin menciptakan
lingkungan dukungan emosional, kehangatan, keramahan, dan kepercayaan.
Dia melakukannya dengan terlibat dalam perilaku seperti bersikap ramah dan
mudah didekati, memperhatikan kesejahteraan pribadi kelompok, menjaga
agar kelompok mengetahui perkembangan baru, dan melakukan bantuan kecil
untuk anggota kelompok (Stogdill and Coons, 1957). Gambar 1 menunjukkan
bagaimana gaya kepemimpinan dapat didasarkan pada kombinasi dari dua
dimensi kunci ini.
berpusat pada karyawan (tentang gagasan yang sama dengan memulai struktur
versus pertimbangan). Manajer yang berpusat pada produksi menetapkan
standar kerja yang ketat, mengatur tugas dengan hati-hati, menentukan metode
kerja yang harus diikuti, dan diawasi secara ketat. Manajer yang berpusat pada
karyawan mendorong anggota kelompok untuk berpartisipasi dalam penetapan
tujuan dan keputusan kerja lainnya, dan membantu memastikan kinerja tinggi
dengan menimbulkan kepercayaan dan saling menghormati. Temuan dominan
dari studi Michigan adalah bahwa kelompok kerja yang paling produktif
cenderung memiliki pemimpin yang berpusat pada karyawan daripada
berpusat pada produksi. Juga, pemimpin yang paling efektif adalah mereka
yang memiliki hubungan yang mendukung dengan anggota kelompok.
Mereka juga cenderung menggunakan pengambilan keputusan kelompok
daripada individu dan mendorong bawahan untuk menetapkan dan mencapai
tujuan kinerja tinggi.
dan bisnis terkait, yang dianggap oleh banyak orang sebagai salah satu
pengusaha Tiongkok terbesar sepanjang masa, serta orang yang hangat dan
ramah. Namun beberapa orang menganggap dia haus kekuasaan dan acuh tak
acuh terhadap penderitaan orang miskin. Ketika seorang pemimpin karismatik
memiliki etika yang baik, transformasi akan bermanfaat bagi masyarakat.
Karakteristik kunci dari pemimpin karismatik adalah visi mereka. Mereka
menawarkan visi (atau tujuan mulia) ke mana arah organisasi dan bagaimana
bisa sampai ke sana (rencana). Sebuah visi memiliki banyak segi, melampaui
tujuan organisasi. Ini juga melibatkan cara mengidentifikasi dengan organisasi,
menyelaraskan dengan tindakan dan strategi organisasi, dan bahkan mem-
bangun identitas kolektif untuk perusahaan (Conger and Kanungo, 1998). Rasa
visi mengilhami karyawan untuk berkinerja baik. Pemimpin karismatik sering
menggunakan masukan dari pekerja untuk menyusun visi mereka sehingga
visi akan tampak lebih realistis. Sebagai contoh pernyataan visi, berikut adalah
pernyataan dari Caterpillar:
Visi kami adalah dunia di mana semua kebutuhan dasar semua orang—seperti
tempat tinggal, sanitasi air bersih, makanan, dan listrik yang andal—terpenuhi
dalam lingkungan yang berkelanjutan dan perusahaan yang meningkatkan
kualitas lingkungan dan masyarakat tempat kami tinggal. Sebuah survei
terhadap 2.000 pekerja menemukan bahwa para pemimpin yang paling
menginspirasi adalah mereka yang menggunakan kombinasi unik dari
kekuatan mereka, termasuk karisma, untuk memotivasi individu dan tim untuk
mengambil misi yang berani. Sama pentingnya, para pemimpin ini
menganggap pekerja bertanggung jawab atas hasil (Garton, 2017).
Pemimpin karismatik adalah komunikator yang ahli. Mereka merumuskan
mimpi yang dapat dipercaya dan menggambarkan visi mereka tentang masa
depan sebagai satu-satunya jalan yang harus diikuti. Karismatik juga
menggunakan metafora untuk menginspirasi orang. Contohnya adalah pepatah
favorit Richard Marcus, presiden toko Neiman-Marcus: "Jika Anda mengikuti
jejak orang lain, Anda tidak akan pernah maju." Aspek lain dari gaya
komunikasi pemimpin karismatik adalah mereka menginspirasi pemangku
kepentingan dengan cerita yang menyampaikan pesan penting. Hampir
menurut definisi, para pemimpin yang dianggap karismatik oleh anggota
kelompok mendapat skor tinggi pada ekstraversi (Bono and Judge, 2004).
Cukup sering para pemimpin, dan juga orang lain, dicap sebagai karismatik
karena mereka ramah dan terbuka.
Bab 2
Komunikasi Dalam Budaya
Organisasi
2.1 Pendahuluan
Dalam bab ini akan dibahas komunikasi organisasi dari kacamata budaya
(culture approaches). Bicara tentang budaya berarti sedikit banyak berbicara
tentang karakteristik, nilai-nilai, perilaku dan kesepakatan-kesepakatan. Setiap
organisasi memiliki budaya masing-masing. Seperti itulah yang diterangkan
(Geertz and Pacanowsky, 1988), di mana budaya tersebut dipelajari melalui
penggunaan cerita atau metafora yang digunakan untuk menyampaikan pesan
keinginan perusahaan untuk dibagi dengan karyawan-karyawannya. Dalam hal
ini ada tiga penyampaian cerita, yaitu cerita perusahaan, cerita personal /pribadi
dan cerita kolega.
Komunikasi dalam budaya organisasi merupakan aktivitas yang
menghubungkan antar manusia dan antar kelompok dalam sebuah organisasi.
Secara sederhana budaya organisasi dikenal sebagai wadah kerjasama dari
sekumpulan orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komunikasi
dalam budaya organisasi dapat juga didefinisikan sebagai pertunjukkan dan
penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari
suatu budaya organisasi di mana sistem yang dipercayai dan nilai yang
26 Komunikasi dan Kepemimpinan Organisasi
Para ahli budaya organisasi saat ini mengambil sebuah pendekatan untuk
budaya yang mencoba untuk memahami cara-cara dalam komunikasi dan
Bab 2 Komunikasi Dalam Budaya Organisasi 29
komunikasi yang baik antar sesama anggota organisasi. Budaya organisasi yang
dimiliki oleh sebuah organisasi dapat dijadikan sarana komunikasi dan bisa
diartikan sebagai suatu proses komunikasi yang bertujuan menjalin jaringan dan
hubungan di dalam seluruh khalayak internal atau lingkungannya untuk
menghindari kondisi ketidakpastian di dalam organisasi. Komunikasi menjadi
penting dalam organisasi karena komunikasi adalah jalan untuk dapat
digunakan oleh seorang pimpinan, melalui komunikasi para pegawai atau
karyawan mencari informasi dan mengembangkan sejumlah kriteria untuk
mereka terbagi dalam pekerjaan: dan komunikasi merupakan proses dalam
mana mereka meletakkan pilihan mereka yang praktis (Subagio, 2015). Bila
sasaran komunikasi dapat diterapkan dalam suatu organisasi baik organisasi
pemerintah, organisasi kemasyarakatan, maupun organisasi perusahaan, maka
sasaran yang dituju pun akan beraneka ragam, tapi tujuan utamanya tentulah
untuk mempersatukan individu-individu yang tergabung dalam organisasi
tersebut.
Dalam penerapannya komunikasi dapat dilakukan secara formal dan informal.
Umumnya komunikasi formal ada dalam setiap organisasi dan dapat terjadi
antar personal dalam organisasi melalui jalur hirarkhi dengan prinsip pembagian
tugas untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Komunikasi formal merupakan
suatu sistem di mana para anggotanya bekerjasama secara tepat untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Komunikasi formal pada dasarnya berhubungan dengan
masalah kedinasan. Komunikasi informal adalah kebalikan dari komunikasi
formal biasanya terjadi dengan spontan sebagai akibat dari adanya persamaan
perasaan, kebutuhan, persamaan tugas dan tanggung jawab. Komunikasi
informal pada pelaksanaannya tidak terikat oleh waktu, ruang dan tempat,
kadang-kadang komunikasi informal lebih berhasil, dan peranannya tidak kalah
penting, karena dapat disampaikan setiap saat, asalkan bermanfaat untuk
kemajuan organisasi. Namun penyampaiannya kurang sistematis, karena
pertumbuhan dan penyebarannya tidak teratur. Kadang-kadang seorang
pimpinan selalu beranggapan bahwa keberadaan organisasi informal
merupakan suatu hal yang janggal, yang merupakan akibat gagalnya
komunikasi formal yang memunculkan ketidakstabilan organisasi formal.
Bentuk komunikasi informal dapat berupa pertemuan yang tidak direncanakan,
seperti: bertemu dan ngobrol di kantin pada jam makan siang, di resepsi, atau
pertemuan lainnya (Sitti Roskina Mas, 2020).
32 Komunikasi dan Kepemimpinan Organisasi
Komunikasi informal ini mempunyai hal-hal yang positif, seperti: bila jalan
yang ditempuh melalui komunikasi formal melewati hambatan, dengan terpaksa
digunakan komunikasi informal.
1. Dalam suasana konflik dan penuh ketegangan.
2. Sebagai sarana komunikasi.
Dari kedua bentuk komunikasi tersebut di atas, setiap pimpinan harus dapat
menempatkan diri agar tidak timbul perasaan suka atau tidak tidak suka.
Pimpinan harus mencari dan melaksanakan nilai-nilai positif dari hubungan-
hubungan tersebut. Ukuran sukses tidaknya seorang pimpinan terletak pada
bagaimana pimpinan memadukan nilai positif yang dihasilkan dari komunikasi
formal dan informal. Setiap bawahan dari suatu organisasi tentunya mempunyai
motivasi. Adanya kebutuhan, keinginan, ketegangan, ketidaksenangan dan
harapan termasuk ke dalam motivasi. Pimpinan juga harus dapat memotivasi
bawahannya, misalnya memberikan apresiasi, perlakuan yang adil, dan suasana
kerja.
(Myers, 1987), menekankan bahwa komunikasi itu penting dan merupakan
sentral dari kehidupan organisasi, tetapi menganggapnya hanya sebagai salah
satu dari sejumlah proses yang berlangsung dalam organisasi. Berbagai
pandangan kaum ilmuwan dalam bidang komunikasi menganggap komunikasi
sebagai kekuatan dominan dalam kehidupan organisasi. Karena itu komunikasi
merupakan inti organisasi, tanpa komunikasi tidak akan terdapat aktivitas
organisasi. Komunikasi sangat berperan dalam menjaga kebutuhan manusia,
karena komunikasi dibangun sebagai sebuah mekanisme penyesuaian diri untuk
manusia. Mekanisme penyesuaian diri adalah alat bagi manusia yang digunakan
untuk menolong mereka mengenali dan merespon yang mengancam
eksistensinya. Komunikasi menolong orang tetap selamat karena mereka
diberikan informasi tentang ancaman yang akan datang dan menolong mereka
menghindari atau mengatasi ancaman-ancaman ini (Bosworth and Kreps,
1986). Komunikasi dalam organisasi memerlukan pemahaman yang jelas dan
harus efektif tentang kebutuhan orang-orang dalam organisasi, hal ini
diperlukan agar organisasi berjalan dengan efektif dan efisien. Untuk itu
pimpinan organisasi harus menyadari bahwa semua orang yang terlibat dalam
organisasi memiliki kebutuhan yang harus diperhatikan.
(Griffin, 2003) dalam bukunya yang berjudul “A First Look at Communication
Theory” menjelaskan bahwa komunikasi organisasi mengikuti teori
Bab 2 Komunikasi Dalam Budaya Organisasi 33
Komunikasi adalah suatu pertukaran sebuah konsep yang sederhana tetapi vital.
Walaupun demikian, terlalu sering kita melakukan pendekatan dengan suatu
pertukaran tanpa mempertimbangkan bagaimana pihak lain bereaksi. Pesan
yang kita sampaikan seringkali terlalu berorientasi kepada diri sendiri, sehingga
apa yang terjadi dengan pihak lain menjadi sesuatu yang terabaikan. Dalam
organisasi, ada dua komunikasi yang terjadi, yaitu komunikasi organisasi secara
makro dan secara mikro. Komunikasi makro terjadi antara organisasi tersebut
dengan lingkungannya atau dengan organisasi lainnya. Komunikasi mikro
terjadi di dalam organisasi, yaitu komunikasi yang terjadi diantara para anggota
organisasi, antara atasan dan bawahan, antar para pemimpin, dan antar
kelompok kerja atau antar divisi. Jadi, komunikasi organisasi secara mikro
merupakan komunikasi interpersonal di dalam organisasi (Sitti Roskina Mas,
2020).
34 Komunikasi dan Kepemimpinan Organisasi
Untuk melihat komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi dapat digunakan
tiga pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan Makro Dalam pendekatan makro organisasi dipandang
sebagai suatu struktur global yang berinteraksi dengan lingkungannya.
Dalam berinteraksi, organisasi melakukan aktivitas tertentu seperti:
a. Memproses informasi dan lingkungan
b. Mengadakan identifikasi
c. Melakukan intergrasi dengan organisasi lain
d. Menentukan tujuan organisasi
2. Pendekatan Mikro Pendekatan ini terutama memfokuskan kepada
komunikasi dalam unit dan subunit pada suatu organisasi. Komunikasi
yang diperlukan pada tingkat ini adalah komunikasi antara anggota
kelompok seperti:
a. Komunikasi untuk pemberian orientasi dan latihan
b. Komunikasi untuk melibatkan anggota kelompok dalam tugas
kelompok
c. Komunikasi untuk menjaga iklim organisasi
d. Komunikasi dalam mensupervisi dan pengarahan pekerjaan
e. Komunikasi untuk mengetahui rasa kepuasan kerja dalam
organisasi
3. Pendekatan individual berpusat pada tingkah laku komunikasi
individual dalam organisasi. Semua tugas-tugas yang telah diuraikan
pada dua pendekatan sebelumnya diselesaikan oleh komunikasi
individual satu sama lainnya. Ada beberapa bentuk komunikasi
individual:
a. Berbicara pada kelompok kerja
b. Menghadiri dan berinteraksi dalam rapat-rapat
c. Menulis dan mengonsep surat
d. Berdebat untuk suatu usulan
Bab 2 Komunikasi Dalam Budaya Organisasi 35
3.1 Pendahuluan
Kepempimpinan di dalam literatur manajemen seringkali menitikberatkan
kepada efektifitas kemampuan (ability) seorang pemimpin menggunakan
kekuasaannya untuk menginspirasi dan mendorong organisasi untuk mencapai
tujuan. Efektivitas pemimpin di dalam buku ini akan dibahas dari perpektif
kepemimpinan membangun budaya kolaborasi agar organisasi berkinerja
berkelanjutan pada saat ini. Perkembangan lingkungan organisasi, seperti
teknologi digital, telah memengaruhi perusahaan menjalankan bisnis dalam
jejaring kolaborasi antar fungsi di dalam perusahaan, maupun jejaring di luar
perusahaan seperti pemasok dan pelanggan. Sehingga kepemimpinan dan
model bisnis saat ini membutuhkan efektivitas pemimpin untuk membangun
budaya kolaborasi . Di Bab 3 ini, oleh karena itu akan dibahas kepemimpinan
dan sumber pengaruh, menggunakan berbagai sumber pengaruh untuk tujuan
kolobarasi dan kepemimpinan membangun budaya koloborasi untuk
menunjang tujuan dan kinerja perusahaan.
38 Komunikasi dan Kepemimpinan Organisasi
Gambar 3.1: Tipe Tipe Budaya Organisasi Denison dan Mishra (1995)
Berdasarkan lingkungan bisnis dan strategi, menurut Denison perusahaan dapat
mengidentifikasi nilai nilai yang cenderung mengarah kepada stabilitas atau
fleksibilitas. Mengan demikian budaya organisasi dapat menjadi sistem nilai
atas apa yang dianggap benar. Misalnya di industri farmasi, sistem nilai stabilitas
mendorong aktivitas bisnis untuk mengutamakan kehati hatian, keilmuan dan
kemanusiaan. Berbeda dengan industri digital, lingkungan bisnis digital selalu
menghadapi kemajuan teknologi yang selalu meningkat kemampuannya
dengan cepat, sehingga perusahaan mengelola sistem nilai fleksibilitas di dalam
norma usahanya.
Denison juga mengidentifikasi perlunya perusahaan memastikan fokus strategi
untuk memperkuat hal hal di luar perusahaan atau di dalam perusahaan.
Sehingga seorang pemimpin dapat membangun budaya organisasi berdasarkan
apa apa yang dijadikan nilai nilai utamanya apakah memperkuat strategi internal
maupun eksternal . Misalnya perusahaan farmasi yang banyak menghasilkan
produk etikal atau obat obatan resep, ia akan memperkuat strategi internal,
dengan mempertahankan proses prosen internal yang konsisten. Seperti:
penelitian pengobatan, inovasi produk farmasi. Konsisten mengelola keahlian
dan alokasi sumberdaya finansial untuk menghasilkan sebuah paten obat yang
andal.
Menurut Denison tipe tipe budaya organisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tipe budaya “involvement”: pemimpin menjalankan nilai nilai budaya
yang memberikan tempat tinggi kepada karyawan, kerjasama dan
kesejajaran.
42 Komunikasi dan Kepemimpinan Organisasi
Nilai-nilai dasar kolaboratif, toleransi dan saling percaya menjadi aktivitas inti
dari budaya pengetahuan kolaboratif. Pertama, budaya pengetahuan kolaboratif
dan pertukarannya menciptakan persamaan keyakinan akan suatu hal. Kedua,
budaya pengetahuan kolaboratif menjembatani individu-individu karyawan
perusahaan dengan fungsi fungsi di perusahaan, sehingga terjadi konsistensi
tatakelola keuangan, produksi dan hal yang hasil dari kolaborasi ini dapat
meningkatkan relasi kepemimpinan partnership antara atasan dan bawahan
karena iklim kerjasama dan saling percaya yang tumbuh dari praktik praktik
sehari hari dalam bekerja, berkoordinasi, berkomunikasi melalui media sosial
atau dalam pertemuan kecil tatap muka informal maupun pertemuan formal.
Ketiga, budaya pengetahuan kolaboratif di dalamnya memuat nilai dan norma
moral, tentang hal hal yang diasumsikan benar. Sehingga komunikasi dan
menyampaikan makna yang dimaksud, antar individu karyawan maupun
komunikasi vertikal maupun horizontal, memunculkan nilai nilai keterbukaan,
toleransi. Nilai nilai ini akan mendorong saling percaya antara karyawan dan
manjur untuk meningkatkan engagement karyawan terhadap tugas maupun
terhadap perusahaan. Budaya pengetahuan kolaboratif, yang mengutamakan
partisipasi masing-masing individu karyawan membuka pertukaran
pengetahuan yang mungkin melibatkan argumentasi, di mana debat dan
argumentasi diantara mereka tidak akan menyebabkan perpecahan, namun
justru akan menghasilkan pengetahuan baru untuk meningkatkan kapasitas
bertindak karyawan dan perusahaan.
Melengkapi relasi partnership antara pemimpin dan anak buah, budaya
pengetahuan kolaboratif mendorong membiasakan relasi atas dasar bukti
(evident). Saling menjadi pendengar yang empatik secara bersamaan. Mereka
membuka dialog namun juga penyimak aktif dan pemberi feedback yang
konstruktif . Pada gilirannya hal ini akan terbangun relasi kolegial antara atasan
dan bawahan, yang semula bertema kontrol, menjadi relasi atas dasar komitmen,
minat pribadi untuk kemajuan diri, dan bertanggung jawab untuk bekerja
dengan pihak lain sebagai bagian mengelola kualitas dan produktivitas
(Prasetya, 2019).
Bab 4
Faktor Manusia dalam
Perkembangan Organisasi
4.1 Pendahuluan
Dari masa ke masa berbagai jenis organisasi di dunia baik organisasi publik mau
pun nonpublik selalu menghadapi dinamika perkembangan di dalam maupun di
luar organisasi, seperti pertumbuhkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sosial, ekonomi, lingkungan, dan kependudukan. Perubahan tersebut menuntut
berbagai pihak yang berkepentingan di dalam organisasi untuk selalu siap dan
mampu mengendalikan perubahan.
Perubahan akan menghasilkan kinerja yang optimal bila dilakukan atau dapat
dikendalikan secara terencana. Kemampuan mengendalikan perubahan secara
terencana memerlukan pengetahuan dan strategi. Di mana pengetahuan dan
strategi tersebut diperlukan agar organisasi tidak mengalami keguncangan saat
menghadapi perubahan. Perubahan-perubahan yang dihadapi organisasi timbul
dari dalam organisasi sendiri atau pun dari lingkungan organisasi. Tuntutan
perubahan dari dalam maupun lingkungan organisasi akan berdampak positif
bila organisasi bersikap terbuka dalam menerima masukan. Oleh sebab itu,
setiap organisasi harus membuka diri, peka terhadap aspirasi, keinginan,
46 Komunikasi dan Kepemimpinan Organisasi
2. Faktor Internal
Faktor-faktor untuk berkembang bisa juga datang dari organisasi.
Kekuatan-kekuatan perubahan internal ini merupakan hasil dari faktor-
faktor seperti tujuan, strategi, kebijakan manajerial dan teknologi baru,
serta sikap dan perilaku karyawan. Sebagai contoh, keputusan manajer
puncak untuk mengganti tujuan dari pertumbuhan jangka panjang
menjadi pencapaian laba jangka pendek akan memengaruhi
pencapaian tujuan untuk banyak departemen dan bahkan mungkin
memerlukan pengembangan. Pengenalan peralatan otomatik atau
bahkan sekarang robotrobot untuk melaksanaan pekerjaan yang
sebelumnya dilakukan oleh manusia akan menyebabkan
perkembangan-perkembangan dalam layout dan pekerjaan rutin,
program-program latihan dan insentif, kebijaksanaan dan prosedur
personalia. Sikap dan ketidakpuasan karyawan seperti ditunjukkan
dalam tingkat perputaran atau pemogokan, dapat menyebabkan
berbagai pengembangan dalam kebijakan dan praktik manajemen.
Faktor-faktor eksternal dan internal penyebab pengembangan adalah
sering saling berhubungan. Hubungan ini terutama merupakan hasil
pengembangan dalam nilai-nilai dan sikap-sikap yang memengaruhi
orang dalam sistem. Orang-orang dengan berbagai sikap baru
memasuki organisasi dan menyebabkan pengembangan dari dalam.
Sebagai contoh, banyak pengembanganpengembangan seperti
program-program perluasan kerja dan kecenderungan menuju
partisipasi bawahan yang lebih besar dalam pebuatan keputusan,
kesamaan perlakuan terhadap tenaga kerja wanita, keamanan kerja,
kesempatan jabatan yang sama dan perhatian terhadap polusi
menunjukkan tanggapan-tanggapan pada perubahan-perubahan sikap
orang-orang terhadap wewenang dan pengharapan akan kepuasan
kerja (Handoko, 2009).
Bab 4 Faktor Manusia dalam Perkembangan Organisasi 53
yang tidak sama secara fisik dan psikis dari individu yang lain.
Wajahnya atau bahkan hidung, bibir, mata dan lain-lain sebagian dari
wajahnya tidak pernah sama dengan individu yang lain. Jalan dan gaya
pun tidak sama. Demikian pula kemampuan psikis (jiwa) berupa bakat,
inisiatif, kreatifitas, proses berfikir, sifat-sifat kepribadian (riang,
pemarah, pendiam dan lain-lain) tidaklah sama satu dengan yang lain.
Dalam ketidaksamaan itu, setiap manusia tampil sebagai
individualitas, dan memerlukan perlakuan sesuai individualitasnya
masing-masing. Ini berarti setiap individu tidak menginginkan dirinya
dihargai karena orang lain, tetapi dia menginginkan dihargai karena
dirinya sendiri Dari sisi perlakuan itulah maka setiap manusia
memiliki kesamaan berupa harkat dan martabat sebagai manusia yang
memerlukan di hormati dan di hargai secara wajar dan manusiawi.
Dalam perspektifi inilah maka tidak seorangpun manusia sebagai
individu yang menginginkan perlakuan tidak manusiawi, baik dalam
status atau kedudukan di dalam masyarakat. Misalnya tidak
seorangpun menyukai di caci, dimaki, dan di hina di depan orang
banyak, atau tidak ada yang menyenangi di lecehkan, di curigai, di
abaikan, disisihkan dari pergaulan dan sebagainya.
2. Hakikat Sosialitas
Di dalam beraktivitas sehari-hari di muka bumi ini setiap manusia
sebagai individu memerlukan individu yang lain. Tidak seorang pun
manusia yang dapat hidup sendiri dan menyendiri tanpa interaksi
dengan sesama manusia. Manusia adalah makhluk sosial yang
memiliki hakikat sosialitas (kebersamaan) berupa kecenderungan
untuk berada bersama pada satu tempat dan waktu yang sama dengan
saling berinteraksi. Kecenderungan inilah yang mendorong manusia
hidup berkelompok yang disebut masyarakat. Semakin besar
kelompoknya disebut bangsa, yang merasa bersatu dengan identitas
yang sama atau memiliki kesamaan. Kecenderungan itu dilakukan
manusia juga dengan membentuk kelompok-kelompok yang lebih
kecil, untuk mencapai tujuan bersama dan di sebut organisasi. Dengan
kata lain organisasi sebagai bentuk perwujudan hakikat sosial manusia,
58 Komunikasi dan Kepemimpinan Organisasi
5.1 Pendahuluan
Dalam mencapai tujuan organisasi, perusahaan sangat membutuhkan peran
komunikasi dalam perusahaan. Kualitas penyampaian tugas dan pemahaman
Lower dan Middle Management sangat dibutuhkan agar target pencapaian yang
ingin dicapai dapat secara jelas dipahami dan penerapan strategi perusahaan
dapat tercapai. Interaksi yang terjadi antar level organisasi ini akan membentuk
iklim komunikasi organisasi yang baik ataupun yang buruk bergantung pada
upaya pelaku organisasi berperan. Iklim komunikasi bukan menggambarkan
peran individu, namun upaya pembentukan sifat yang dijalankan secara
bersama-sama dan dipelihara serta dilaksanakan oleh setiap level organisasi
dalam mencapai tujuan perusahaan. Dalam mewujudkan iklim komunikasi
tersebut akan mewujudkan pesan dan kejadian yang berkaitan dengan
keseluruhan lingkup perusahaan (Pace and Faules, 1994).
Pembentukan iklim komunikasi di dalam perusahaan akan membentuk pola
sikap dalam seluruh anggota organisasi dalam mengikuti etika dalam berbicara,
bersikap dan mendorong pola berfikir untuk mendukung tujuan organisasi.
64 Komunikasi dan Kepemimpinan Organisasi
6.1 Pendahuluan
Setiap perusahaan pasti mengalami pertumbuhan dan persaingan bisnis.
Tumbuh kembangnya perusahaan tergantung kepada kemampuan perusahaan
dalam menghadapi kompleksitas permasalahan. Dalam menghadapi
permasalahan yang kompleks ini diperlukan seorang pemimpin yang
berkualitas karena keberadaan pemimpin merupakan unsur penentu
pengembangan suatu perusahaan, berhasil atau gagalnya dan tumbuh
kembangnya perusahaan ditentukan oleh kualitas gaya kepemimpinan (Lie,
2019).
Kepemimpinan merupakan usaha mempengaruhi dan memotivasi individu
guna menyelesaikan tujuan (Gibson, 2012). Dalam hal ini kepemimpinan
berperan menjadi agen perubahan untuk mengubah sikap dan perilaku serta
memotivasi setiap individu dalam perusahaan untuk mencapai tujuan
perusahaan. Sejalan dengan pendapat (Schermerhorn, 2011) yang menyatakan
bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses dalam mempengaruhi orang lain
sekaligus memfasilitasi usaha individual dan kolektif dalam mencapai sasaran
bersama. Jadi kepemimpinan menggambarkan kemampuan seseorang dalam
mempengaruhi, memberikan motivasi sekaligus memfasilitasi individu atau
kelompok dalam perusahaan untuk memberikan kontribusi bagi tercapainya
tujuan dan sasaran perusahaan.
72 Komunikasi dan Kepemimpinan Organisasi
Seorang pemimpin yang hebat ketika dilahirkan telah mewarisi bakat dan sifat
layaknya seorang pemimpin dan mengembangkan bakat kepemimpinannya
melalui pendidikan dan pengalaman selama menjalankan tugas kepemimpinan
sehingga mampu memecahkan masalah yang dihadapi melalui pengambilan
keputusan yang tepat Chaniago (2017); Greenberg (2003).
Seorang pemimpin informal tidak akan diterima begitu saja oleh pengikutnya.
Seorang pemimpin informal akan diakui dan diterima secara sukarela oleh
pengikutnya karena didasarkan beberapa kriteria (Lie, 2019) yaitu:
1. Kemampuan memikat hati orang lain.
2. Kemampuan membina hubungan yang harmonis dengan orang lain.
3. Menguasai makna tujuan organisasi yang akan dicapai.
4. Menguasai implikasi pencapaian melalui kegiatan operasional.
5. Memiliki keahlian khusus yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Baik pemimpin formal ataupun pemimpin formal harus dijalankan oleh seorang
yang memiliki sifat kepemimpinan di samping kompetensi khusus yang tidak
dimiliki oleh orang lain karena menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah
mengingat beratnya tugas dan tanggung jawab pemimpin termasuk beban yang
harus dipikul seorang pemimpin karena keberhasilan dan kegagalan perusahaan
berada di tangan pemimpin.
Perbedaan antara pemimpin formal dan pemimpin informal terlihat dari
pengakuan pengikut-pengikutnya sebagai pemimpin. Seorang pemimpin formal
belum tentu akan diterima sebagai pemimpin oleh bawahannya sekalipun
diangkat secara legal oleh perusahaan. Sebaliknya seorang pemimpin informal
diterima secara sukarela oleh pengikutnya dan diakui sebagai pemimpin
sekalipun tidak diangkat secara legal oleh perusahaan untuk menduduki jabatan
tertentu dalam perusahaan. Secara terperinci perbedaan antara pemimpin formal
dan pemimpin informal dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6.1: Perbedaan Pemimpin Formal dan Pemimpin Informal. Sumber:
(Chaniago, 2017)
No Pemimpin Formal Pemimpin Informal
1. Dipilih secara legal oleh Tidak dipilih secara legal oleh
perusahaan sebagai pemimpin perusahaan sebagai pemimpin
2. Pihak berwenang dalam Kelompok tertentu dalam
perusahaan formal yang masyarakat atau perusahaan yang
menunjuk sebagai pemimpin menunjuk sebagai pemimpin
3. Belum tentu diakui Diakui secara langsung oleh
kepemimpinannya oleh pengikutnya dan dengan sukarela
bawahan sehingga perlu menjadi bawahannya
mengafirmasi kedudukanya
78 Komunikasi dan Kepemimpinan Organisasi
7.1 Pendahuluan
Kepemimpinan atau leadership, adalah suatu kekuatan untuk memimpin dan
merupakan kemampuan yang memiliki nilai seni dalam menggerakkan,
mengelola, mengarahkan dan memengaruhi perilaku kelompok untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Kepemimpinan memiliki peranan dan kedudukan yang
strategis dan dominan dalam mengelola suatu organisasi, karena diperlukan
suatu kemampuan atau seni dalam memengaruhi aktivitas individu maupun
kelompok dalam organisasi. Artinya, kepemimpinan merupakan motor atau
daya penggerak dari pada semua sumber-sumber, dan alat yang tersedia bagi
suatu organisasi. Dengan demikian, kepemimpinan sangat berperan penting
untuk menentukan keberhasilan organisasi dalam pengambilan keputusan yang
mendukung kemajuan dan pencapaian tujuan organisasi. Kepemimpinan adalah
sikap yang harus dimiliki seorang pemimpin dalam membuat rencana, berpikir
dan mengambil tanggung jawab untuk kelompok serta memberikan arahan
kepada orang lain.
Namun demikian, keberhasilan suatu organisasi, selain faktor kepemimpinan,
faktor yang juga harus diperhatikan dan mendukung agar tujuan organisasi
dapat tercapai dengan baik adalah faktor motivasi. Motivasi merupakan hasil
interaksi antara individu dengan situasi. Motivasi merupakan unsur penting
dalam diri individu yang berperan dalam mewujudkan keberhasilan dalam
86 Komunikasi dan Kepemimpinan Organisasi
Motivasi adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan dalam diri
seseorang untuk mau bekerja dengan giat sehingga memberikan pelayanan yang
berkualitas. Kuat lemahnya motivasi sesesorang sangat ditentukan oleh
terpenuhinya harapan-harapan, keinginan atau kebutuhannya. Robbins (2001)
menyatakan motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu untuk tujuan
organisasi dan menentukan kemampuan bertindak untuk memuaskan
kebutuhan individu. Proses terjadinya motivasi dasar, dijelaskan pada gambar
7.1 berikut.
termotivasi, maka dilakukan tindakan tertentu yang harus dipenuhi, dan apabila
kebutuhan tersebut terpenuhi, maka muncul lagi kebutuhan-kebutuhan yang lain
sehingga semua orang termotivasi. Dengan demikian, motivasi paling tidak
memuat 3 (tiga) unsur yang penting, yaitu: (1). faktor pendorong atau
pembangkit motif, baik internal maupun eksternal, (2). tujuan yang ingin
dicapai, dan (3). strategi yang diperlukan oleh individu atau kelompok untuk
mencapai tujuan tersebut.
Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan kinerja sesuai
dengan yang diharapkan. Colquitt, LePine, dan Wesson (2009) menyatakan
bahwa “motivation has a strong positive effect on job performance. People who
experience higher levels of motivation tend to have higher levels of task
Performance”. Yang digambarkan sebagai berikut:
Gambar 7.3: Model Ramalan Pemenuhan Diri (Kreitner dan Kinicki, 2000)
Berdasarkan Gambar 7.3 di atas dapat dijelaskan pengawas (supervisor) yang
memberi harapan yang tinggi menghasilkan kepemimpinan yang lebih baik,
kepemimpinan yang baik dapat mengarahkan para pekerja untuk
mengembangkan harapan-harapan diri yang lebih tinggi, harapan yang tinggi
akan meningkatkan motivasi para pekerja, sehingga peningkatan motivasi
pekerja akan menyebabkan kinerjanya semakin baik, dan kinerja yang baik akan
meningkatkan harapan prestasi para pekerja.
Sedangkan Sutrisno (2017) menyatakan bahwa motivasi sebagai unsur
psikologis dalam diri seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang
bersifat internal maupun eksternal, sebagai berikut:
1. Faktor internal (berasal dari dalam diri karyawan) yang
memengaruhi pemberian motivasi pada diri seseorang, antara lain:
a. Keinginan untuk dapat hidup;
Bab 7 Kepemimpinan dan Motivasi 99
8.1 Pendahuluan
Kepemimpinan merupakan tematik esensial dalam membangun komunikasi
organisasi yang efektif dan efisien. (Utami, 2014). Dalam konteks komunikasi
maka kepemimpinan menjadi bagian budaya dan fungsi manajemen dalam
komunikasi sebagai instrumentasi aktualisasinya. Guna memenuhi hal itu maka
di butuhkan kapabilitas manajemen dalam menerapkan tipe atau gaya
kepemimpinan yang sesuai dengan konteks dan bawahan yang dipimpin
(Follower). Oleh karena itu, menerapkan gaya kepemimpinan bagi seorang
pemimpin bersifat kolaboratif berbasis partisipasi masyarakat merupakan suatu
kebutuhan yang condisio sio quanon. Dalam kajian akademis, pentingnya
kepemimpinan didasarkan pada beberapa alasan. Pertama, kepemimpinan
merupakan persoalan yang paling banyak menarik perhatian bagi para praktisi,
akademisi, dan masyarakat pada umumnya. Kedua, kapasitas dan kompetensi
serta kualitas seorang pemimpin membuat adanya perbedaan, atau ciri khas gaya
kepemimpinan yang diterapkan oleh setiap pemimpin pada situasi dan kondisi
102 Komunikasi dan Kepemimpinan Organisasi
Secara umum atribut personal atau karakter yang harus ada atau melekat pada
diri seorang pemimpin adalah:
1. Mumpuni, artinya memiliki kapasitas dan kapabilitas yang lebih baik
daripada orang-orang yang dipimpinnya;
2. Juara, artinya memiliki prestasi baik akademik maupun non akademik
yang lebih baik dibanding orang-orang yang dipimpinnya;
3. Tangungjawab, artinya memiliki kemampuan dan kemauan
bertanggungjawab yang lebih tinggi dibanding orang-orang yang
dipimpinnya;
4. Aktif, artinya memiliki kemampuan dan kemauan berpartisipasi sosial
dan melakukan sosialisasi secara aktif lebih baik dibanding orang-
orang yang dipimpinnya, dan
5. Walaupun tidak harus, sebaiknya memiliki status sosial ekonomi yang
lebih tinggi dibanding orang-orang yang dipimpinnya.
Pendek kata, dengan jalan belajar memimpin dalam kelompok. Bila demikian
halnya, maka pendapat mana yang selanjutnya akan dijadikan pegangan dalam
mempelajari kepemimpinan kelompok? Dalam hubungan ini maka untuk
selanjutnya sebaiknya berpegang pada pendapat sebagai berikut:
1. Dengan tidak mengurangi kemungkinan bagi setiap orang untuk
menjadi pemimpin kelompok, maka dalam kenyataannya harus diakui
bahwa orang-orang yang telah dipilih kelompok dan dipercayakan
untuk memimpin kelompok dapat menjadi pemimpin, karena
pertimbangan bahwa ia dapat mengerti dan mementingkan kebutuhan-
kebutuhan kelompoknya.
2. Dilihat dari segi itu, maka kepemimpinan itu merupakan keseluruhan
dari keterampilan dan sikap merupakan hal-hal yang dapat dipelajari
dan dapat diajarkan.
116 Komunikasi dan Kepemimpinan Organisasi
Menjadi juru bicara kelompok ke pihak luar, seperti dengan jalan: Menyatakan
dan menerangkan kebutuhan kelompok kepada dunia luar, antara lain mengenai
sikap, pengharapan dan kehawatiran dari kelompoknya. Pendek kata, berbicara
keluar untuk kepentingan dan atas nama kelompoknya.
Bab 9 Peranan Kepemimpinan dalam Dinamika Kelompok 117
Faktor ‘keterbatasan’ peristiwa, waktu dan tempat itu harus diusahakan agar
kelompok bisa menyadari. Bila anggota kelompok juga sudah menyadari akan
adanya keterbatasan tersebut, maka dengan sendirinya mereka akan ‘menahan
diri’ dan mungkin akan lebih memudahkan pemimpin menjalankan tugasnya.
Apabila kelompok sudah dapat mengarahkan diri, maka tugas pemimpin
janganlah terlalu ‘menentukan’, dalam demokrasi pancasila ditegaskan bahwa
hubungan pimpinan dengan yang dipimpinnya dapat dikatakan dengan singkat
tapi cukup padat, yaitu: ‘ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut
wuri handayani’. Oleh karena itu seorang pemimpin tidak selamanya berdiri
Bab 9 Peranan Kepemimpinan dalam Dinamika Kelompok 125
10.1 Pendahuluan
Setiap manusia ditakdirkan untuk menjadi pemimpin, baik untuk dirinya sendiri
atau untuk sebuah komunitas. Sebagai pemimpin atau pemimpin dalam
kelompok manajemen atau organisasi, pemimpin diharapkan untuk 'memimpin'
dalam arti bahwa ia memiliki rasa dan keterampilan seorang pemimpin, dimulai
dengan memahami teori-teori dasar dan teknik kepemimpinan, visioner,
memahami situasi kerja, memahami situasi anggota yang dipimpinnya,
memahami tujuan dan kepentingan bersama, evaluatif, mampu bergerak,
mampu memotivasi, efisien, berpengetahuan luas, dan lain-lain.
Salah satu aspek terpenting dari proses ini adalah kemampuan pemimpin untuk
mengevaluasi, khususnya kemampuan pemimpin untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah. Tugas seorang pemimpin adalah mengelola masalah
agar tidak berlarut-larut dan berkepanjangan. Konsep manusia adalah entitas
sosial yang tidak bisa ada sendiri dan realitas kehidupan manusia tidak dapat
diisolasi dari konflik. Pluralisme atau keragaman ini adalah bagian dari realitas
keberadaan masyarakat, khususnya dalam masyarakat kontemporer, yang
memiliki rasa atau kecenderungan untuk membangun tatanan yang lebih baik
128 Komunikasi dan Kepemimpinan Organisasi
melalui pengelompokan sosial tertentu, oleh karena itu daya saing, persaingan,
dan konflik adalah realitas sejati. Ini sering terjadi dan menjadi tidak dapat
dihindari (Muftitama, 2020).
Banyak alasan yang dapat menyebabkan masalah atau perselisihan kelompok,
termasuk ketidaksetaraan sosial, kesenjangan pemikiran, kesenjangan tugas,
diferensiasi sosial, diferensiasi konsep, dominasi, subordinasi, aturan, nilai,
keyakinan, ras, etnis, dan sebagainya. Akibatnya, peran seorang pemimpin yang
juga seorang penatua (atau yang disebut ketua) adalah untuk memahami,
merasakan, dan mengatasi kesulitan dan perselisihan saat ini dengan penilaian
yang adil atau cerdas.
memerlukan strategi yang efektif dan efisien yang dapat digunakan sebagai
panduan oleh seorang pemimpin dalam menetralisir masalah kelompok internal
yang memengaruhi stabilitas. Seorang pemimpin yang efektif dapat mengatasi
tantangan apapun dengan sikap yang lebih terbuka dan lebih baik daripada
pemimpin yang "kerdil" dan tidak efisien yang selalu penuh dengan gagasan
terbatas. Pengetahuan dalam resolusi konflik adalah keterampilan mendasar
yang harus diperoleh setiap pemimpin; akibatnya, ia memerlukan upaya seperti
teknik yang relevan dan mudah diterapkan oleh semua orang, terutama
pemimpin kelompok, ketika dihadapkan dengan serangkaian tantangan.
Pemimpin seharusnya merespons dengan cepat, menguasai dan menaklukkan
tantangan saat mereka muncul (pemecahan masalah) secara efektif dan efisien
(Muftitama, 2020).
Memahami organisasi dapat dilakukan dengan dua cara: secara objektif dan
subyektif. Secara objektif, sebuah organisasi dianggap memiliki struktur
tertentu, tetapi secara subyektif, proses penataan perilaku dimaksudkan.
Perilaku individu yang efektif berkontribusi pada pengembangan budaya kerja
yang positif, yang pada gilirannya meningkatkan kinerja organisasi. Organisasi
juga dapat didefinisikan sebagai unit sosial yang terdiri dari lebih dari satu orang
yang secara aktif diarahkan pada pencapaian tujuan bersama.
Komunikasi organisasi adalah proses menyampaikan dan menerima pesan
dalam organisasi yang beragam yang bergantung satu sama lain. Hal ini
dibandingkan dengan sistem dalam kelangsungan organisasi, yang misinya
adalah untuk menghubungkan semua bagian dalam struktur organisasi sehingga
mereka dapat saling melengkapi dan berkontribusi pada pencapaian tujuan
organisasi.
12.1 Pendahuluan
Perekonomian merupakan sentral dan strategis Hal ini membantu menjelaskan
mengapa manajer atau Pimpinan yang berbeda membuat keputusan yang
berbeda Pula. Secara keseluruhan, analisis gaya pembuat keputusan berguna
dalam memberikan pemikiran mengenai bagaimana menghadapi berbagai gaya
pengambilan keputusan. Hal ini juga tidak bisa terlepas dari kehidupan
berorganisasi serta dalam menjalani hidup sehari - hari. Kepemimpinan dalam
mengambil keputusan bukan hanya diperlukan dalam sebuah organisasi,
Perusahaan atau Lembaga saja. Namun lebih daripada itu dalam kehidupan
sehari – hari Peran Kepemimpinan itu menjadi sesuatu hal yang penting untuk
menentukan bagaimana langkah serta keputusan yang harus diambil kedepan.
Bagi seorang pemimpin organisasi, pengambilan keputusan adalah hal yang
terpenting karena pengambilan keputusan erat kaitannya dengan masa depan
suatu organisasi, baik itu keputusan sehari-hari maupun keputusan strategis.
Kepemimpinan seseorang dalam sebuah organisasi atau Perusahaan sangat
besar perannya dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga membuat dan
mengambil tanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas
150 Komunikasi dan Kepemimpinan Organisasi
12.2 Kepemimpinan
Kepemimpinan dalam pengertian umum adalah menunjukkan proses kegiatan
seseorang dalam pemimpin, membina,membimbing, memengaruhi dan
mengontrol pikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain. Menurut(Thoha,
2010) , Kepemimpinan adalah: kegiatan untuk memengaruhi perilaku orang lain
atau seni memengaruhi perilaku manusia, baik secara perorangan atau
kelompok. Sedangkan menurut, (Soejono Soekanto, 2012), Kepemimpinan
adalah: “Kemampuan dari seseorang pemimpin atau leader untuk memengaruhi
orang lain (orang yang dipimpin atau pengikutya) sehingga orang lain tersebut
Bab 12 Peran Kepemimpinan dalam Pengambilan Keputusan 151
laki-laki di negeri itu. Posisi ini kontroversial. Banyak hewan selain kera bersifat
teritorial, bersaing, menunjukkan kekerasan, dan memiliki struktur sosial yang
dikendalikan oleh jantan dominan (singa, serigala, dll.), Menunjukkan bukti
Wrangham dan Peterson tidak empiris. Akan tetapi, kita harus memeriksa
spesies lain juga, termasuk gajah (yang matriarkal dan mengikuti betina alfa),
meerkat (yang juga matriarkal), domba (yang "mengikuti" dalam arti tertentu
bellwether yang dikebiri), dan banyak lainnya.
Sebagai perbandingan, bonobo, spesies-kerabat terdekat kedua dari manusia,
tidak bersatu di belakang kepala jantan negeri itu. Bonobo menunjukkan rasa
hormat kepada seekor betina alfa atau peringkat atas yang, dengan dukungan
koalisinya dengan betina lain, dapat membuktikan sekuat jantan terkuat. Jadi,
jika kepemimpinan berarti mendapatkan jumlah pengikut terbesar, maka di
antara bonobo, seorang perempuan hampir selalu menggunakan kepemimpinan
yang paling kuat dan paling efektif. (Kebetulan, tidak semua ilmuwan
menyetujui sifat bonobo yang diduga damai atau dengan reputasinya sebagai
"simpanse hippie".)
3. Fungsi Partisipasi
Fungsi partisipasi ini menempatkan seorang pemimpin yang mampu
mendorong semua anggota atau pengikutnya untuk berpartisipasi dan
berinisiatif dalam suatu proyek bersama.
4. Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian dalam kepemimpinan ini artinya pemimpin
mampu untuk mengendalikan semua aktivitas atau pekerjaan
anggotanya yang dikerjakan secara efektif guna mencapai tujuan dan
tidak keluar dari aturan yang ditetapkan sebelumnya.
5. Fungsi Konsultatif
Fungsi kepemimpinan konsultatif menempatkan para anggota
organisasi atau bawahan dapat melakukan konsultasi dengan
pemimpinnya untuk mencari solusi terbaik dalam mencapai tujuan
bersama.
3. Kepemimpinan Partisipatif
Dalam gaya kepemimpinan partisipatif, ide dapat mengalir dari bawah
(anggota) karena posisi kontrol atas pemecahan suatu masalah dan
pembuatan keputusan dipegang secara bergantian. Pemimpin
memberikan ruang gerak bagi para bawahan untuk dapat berpartisipasi
dalam pembuatan suatu keputusan serta adanya suasana persahabatan
dan hubungan saling percaya antar pimpinan dan anggota.
4. Kepemimpinan Delegatif
Gaya kepemimpinan ini biasa disebut Laissez-faire di mana pemimpin
memberikan kebebasan secara mutlak kepada para anggota untuk
melakukan tujuan dan cara mereka masing masing. Pemimpin
cenderung membiarkan keputusan dibuat oleh siapa saja dalam
kelompok sehingga terkadang membuat semangat kerja tim pada
umumnya menjadi rendah. Jenis kepemimpinan ini akan sangat
merugikan apabila para anggota belum cukup matang dalam
melaksanakan tanggung jawabnya dan memiliki motivasi tinggi
terhadap pekerjaan. Namun sebaliknya dapat menjadi boomerang bagi
perusahaan bila memiliki karyawan yang bertolak belakang dari
pernyataan sebelumnya.
5. Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan jenis ini cenderung terdapat aksi transaksi antara
pemimpin dan bawahan di mana pemimpin akan memberikan reward
ketika bawahan berhasil melaksanakan tugas yang telah diselesaikan
sesuai kesepakatan. Pemimpin dan bawahan memiliki tujuan,
kebutuhan dan kepentingan masing-masing.
6. Kepemimpinan Transformasional
Gaya kepemimpinan transformasional dapat menginspirasi perubahan
positif pada mereka (anggota) yang mengikuti. Para pemimpin jenis
ini memperhatikan dan terlibat langsung dalam proses termasuk dalam
hal membantu para anggota kelompok untuk berhasil menyelesaikan
tugas mereka. Pemimpin cenderung memiliki semangat yang positif
untuk para bawahannya sehingga semangatnya tersebut dapat
berpengaruh pada para anggotanya untuk lebih energik. Pemimpin
158 Komunikasi dan Kepemimpinan Organisasi
4. Masalah
Masalah yang muncul merupakan hambatan yang terjadi dan
berpengaruh pada hal-hal penting sehingga tujuan jadi tertunda.
Keberadaan masalah menjadi hal yang menyimpang dan tidak sesuai
pada apa yang sudah direncanakan, diharapkan namun tak berjalan
semestinya. Hal inilah yang berpengaruh pada suatu keputusan yang
sebelumnya harus menganalisa masalah terlebih dahulu. Permasalahan
biasanya tidak terdeteksi segera, namun bisa di atasi dengan
melakukan analisa.
Bahkan sebelum terjadi masalah, bisa melakukan riset terkait hal-hal
penting yang diprediksi timbul masalah. Maka dari itu, sebuah
keputusan Yang diambil tentu berdasarkan analisa dari masalah yang
ada sehingga final keputusan itulah yang akan digunakan.
5. Situasi Dan Kondisi
Pengambilan keputusan juga dipengaruhi karena adanya situasi
tertentu yang terjadi disekitar. Hal ini lebih dominan terlihat seperti
apa suasana kantor pada saat itu, bagaimana kondisi perusahaan dan
faktor lainnya. Situasi perusahaan yang sedang menurun kualitasnya
tentu akan berpengaruh besar dalam pengambilan keputusan.
Sementara itu kondisi lebih didominasi oleh keadaan manusianya yang
terlibat secara langsung, misalnya saja terjadi pemogokan karyawan
secara besar-besaran. Penurunan kinerja karyawan pada saat itu. Maka
keputusan tidak mudah diambil dan dipastikan, harus dipikirkan lebih
baik lagi agar tidak terjadi risiko setelah pengambilan suatu keputusan.
6. Waktu
Pengambilan suatu keputusan juga dipengaruhi oleh waktu, karena
waktu tidak bisa dihentikan sementara keputusan harus segera diambil.
Semakin menunda dan memikirkan bagaimana suatu keputusan
diambil maka waktu akan semakin terbuang sementara pikiran pun
menjadi semakin lelah. Namun biasanya seseorang akan
membutuhkan waktu yang lebih lama dalam melakukan pengambilan
sebuah keputusan, terutama untuk keputusan bersama. Karena
menyangkut hal yang penting dan pengaruh putusan tersebut nantinya.
Bab 12 Peran Kepemimpinan dalam Pengambilan Keputusan 163
13.1 Pendahuluan
Pemimpin merupakan tulang punggung suatu organisasi dalam membuat suatu
perubahan atau untuk memajukan dan mendorong organisasi tersebut untuk
mencapai hasil yang maksimal, oleh karena itu pemimpin harus mempunyai
kemampuan atau kecakapan dalam dalam mengembangkan budaya organisasi
yang dapat menunjang pencapaian visi dan misi organisasi yang telah
ditentukan atau ditetapkan. Budaya organisasi yang dimaksud yaitu pola
perilaku yang meliputi tindakan, pemikiran, bahasa dan kebiasaan yang
dilakukan oleh semua anggota atau karyawan dalam suatu organisasi. Nilai-
nilai, norma-norma, serta asumsi-asumsi para anggota organisasi dalam
mengelola masalah serta pengaruhnya yang ada disekitarnya.
Jadi budaya organisasi akan berfungsi sebagai penjamin kelangsungan atau
berkembangnya suatu organisasi apabila dalam organisasi tersebut terdapat
nilai-nilai yang fundamental, seperti menjunjung tinggi nilai kejujuran dan
integritas anggotanya. Dan budaya organisasi dapat terlaksana dengan baik
apabila pemimpin mampu menjalankan fungsi dan peranannya dengan baik,
artinya seorang pemimpin dapat memengaruhi, menggerakkan dan
166 Komunikasi dan Kepemimpinan Organisasi
13.2 Kepemimpinan
13.2.1 Definisi Pemimpin
Pemimpin merupakan pribadi yang memiliki kecakapan atau kelebihan,
sehingga mampu memengaruhi orang lain atau anggotanya untuk bersama-
sama melakukan aktivitas demi tercapainya tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya (Kusmono, 2005). Menurut Matondang (2011) bahwa pemimpin
yaitu seseorang yang mampu memengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu
sesuai yang diinginkan.
Bab 13 Peranan Kepemimpinan Dalam Membangun Budaya Organisasi 167
Menurut Judge (2011), bahwa budaya organisasi yaitu suatu sistem pengertian
bersama yang dipahami oleh setiap anggota suatu organisasi, yang membedakan
hanya organisasinya.
Menurut Griffin (2014), bahwa budaya organisasi yaitu serangkaian nilai,
keyakinan, perilaku, kebiasaan, dan sikap yang membantu anggota organisasi
untuk memahami apa yang dianut dan bagaimana organisasi
tersebut.melakukan segala sesuatu yang dianggap penting. Eliot Jacgues
menyatakan bahwa budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang
dianut oleh semua anggota organisasi. Cara berpikir dan melakukan sesuatu
yang sudah mentradisi dan dianut oleh semua anggota organisasi, serta para
anggota baru harus mempelajari atau menerimanya agar mereka diterima
sebagai bagian dari organisasi.
Sedangkan Timothy (2014) menyatakan kiranya ada kesepakatan yang luas
bahwa budaya organisasi mengacu pada sebuah sistem makna bersama yang
170 Komunikasi dan Kepemimpinan Organisasi
Sejak komputer ditemukan telah membawa perubahan besar dalam pola piker
manusia, sejak akhir perang dunia II perkembangan teknologi komputer
generasi pertama sedikit demi sedikit terus meningkat. Hingga akhir tahun
1990an telah digunakannya jaringan yang lebih luas dengan nama internet
menjadikan arah teknologi dunia menjadi berubah. Komputer menjadi dasar
Semua perkembangan teknologi, sehingga muncullah beberapa perusanhaan
besar computer dunia dan menjadi pioner perkembangan teknologi ini seperti
IBM, Microsoft, Intel, Macintos dan Apple. Sampai akhir tahun 2000 telah
muncul generasi computer yagn ke empat dengan alat utama micro prosessor,
yang memiliki kecepatan yang sangat tinggi dalam melakukan proses, hingga
sampai saat ini terus meningkat kecepatannya.
b. Penemuan Komunikasi Digital
Era teknologi ditigal juga telah merubah pola dan model transaski dalam bisnis
dan investasi. Muncullnya uang digital (Digital Money) menjadikan proses
transaski semakin cepat, mudah, efektif dan efisien.
176 Komunikasi dan Kepemimpinan Organisasi
Selain itu, teknologi informasi secara umum juga mempunyai beberapa peranan
dalam organisasi, di antaranya sebagai berikut:
1. Minimal Risk. Setiap kegiatan dalam organisasi memiliki risiko,
terutama berkaitan dengan faktor-faktor keuangan. Kehadiran
teknologi informasi selain mampu membantu organisasi mengurangi
178 Komunikasi dan Kepemimpinan Organisasi
risiko yang ada, perlu pula menjadi sarana untuk membantu organisasi
dalam mengelola risiko yang dihadapi.
2. Reduce Costs. Peranan teknologi informasi sebagai katalisator dalam
berbagai usaha pengurangan biaya-biaya operasional organisasi pada
akhirnya akan berpengaruh terhadap profitabilitas organisasi.
Sehubungan dengan hal tersebut biasanya ada empat cara yang
ditawarkan teknologi informasi untuk mengurangi biaya-biaya
kegiatan operasional yaitu:
a. Eliminasi proses, implementasi berbagai komponen teknologi
informasi akan mampu menghilangkan atau mengeliminasi
proses-proses yang dirasa tidak perlu.
b. Simplifikasi proses, berbagai proses yang panjang dan berbelit-
belit (birokratis) biasanya dapat di sederhanakan dengan
mengimplementasikan berbagai komponen teknologi informasi.
c. Integrasi proses, teknologi informasi juga mampu melakukan
pengintegrasian beberapa proses menjadi satu sehingga terasa
lebih cepat dan praktis.
d. Otomatisasi proses, mengubah proses manual menjadi otomatis
merupakan tawaran klasik dari teknologi informasi.
3. Add Value. Menciptakan value bagi pelanggan perusahaan. Tujuan
akhir dari penciptaan value tidak sekedar untuk memuaskan
pelanggan, tetapi lebih jauh lagi untuk menciptakan loyalitas sehingga
pelanggan tersebut bersedia selalu menjadi konsumennya untuk jangka
panjang.
4. Create New Realities. Mampu menciptakan suatu arena bersaing baru
bagi organisasi, yaitu di dunia maya. Berbagai konsep e-business
semacan e-commerce, e-procurement, e-customer, e-loyalty, dan lain-
lainnya pada dasarnya merupakan cara pandang baru dalam
menanggapi mekanisme bisnis di era globalisasi informasi.
Teknologi informasi telah menjadi bagian penting dan tidak terpisahkan dari
setiap kegiatan organisasi. Dari organisasi besar yang memelihara sistem
mainframe dan database, hingga organisasi kecil yang memiliki satu komputer,
teknologi informasi pasti memiliki peran di dalamnya. Alasan penggunaan
Bab 14 Teknologi Informasi dalam Organisasi 179
Secara umum dampak positif dan negatif Teknologi Informasi dalam Organisasi
sebagai berikut (Kaunang et al., 2021):
Sumber daya manusia dalam suatu organisasi pada era kemajuan teknologi ini
harus mampu mengikuti perubahan paradigma ini. Pada sisi organisasi, dituntut
dapat menciptakan iklim/ budaya organisasi sesuai dengan tujuan organisasi
tersebut, dengan mempertimbangkan kecepatan perubahan teknologi. Pada
proses kinerja, setiap individu/karyawan dituntut untuk memiliki kinerja yang
sesuai dengan tuntutan manajemen dan selalu beradaptasi dengan perubahan
dunia saat ini. Kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dicapai seseorang
dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan
atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Kinerja ini adalah
gabungan dari tiga faktor penting yaitu kemampuan dan minat kerja,
penerimaan dan penjelasan, delegasi dan tugas serta peran maupun tingkat
motivasi seorang individu/karyawan.
Budaya merupakan seperangkat nilai, berupa norma-norma yang akan
mengarahkan keyakinan, dan pemahaman serta dibentuk secara Bersama oleh
para anggota suatu organisasi dan mengajarkannya kepada para anggota baru.
Organisasi merupakan pola-pola, skema, bagan yang menunjukkan garis-garis
perintah, kedudukan karyawan, dan hubungan-hubungan yang ada, dengan kata
lain biasanya disebut terstruktur. Dengan demikian organisasi merupakan alat
dan wadah tempat manajer melakukan kegiatan-kegiatannya melalui struktur
organisasinya untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Budaya organisasi adalah suatu tatanan sistem nilai, kepercayaan, dan kebiasaan
dalam suatu organisasi dengan saling berinteraksi dengan struktur sistem
formalnya untuk menghasilkan norma-norma perilaku organisasi. Hal ini
diciptakan atau dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu (manajerial)
dengan maksud agar organisasi belajar mengatasi atau menanggulangi masalah-
masalahnya yang mungkin timbul akibat adaptasi eksternal dan integrasi
internal yang sudah berjalan, sehingga perlu diajarkan kepada anggota-anggota
baru sebagai cara yang benar untuk memahami, dan merasakan berkenaan
dengan masalah-masalah dalam organisasi
Budaya organisasi dapat dimaknai sebagai perekat sosial yang mengingat tiap
anggota organisasi. Budaya organisasi memiliki peran sangat strategis untuk
mendukung kesuksesan organisasi dalam jangka panjang. Budaya organisasi
dapat menciptakan stabilitas harmonisasi hubungan sosial maupun hubungan
manajerial bagi suatu organisasi, tetapi juga dapat sebagai penghambat terhadap
perubahan.
184 Komunikasi dan Kepemimpinan Organisasi
http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/mankom/article/view/26225/p
df.
Saragih, L. et al. (2022) Strategi Manajemen Pemasaran. Yayasan Kita Menulis.
Sari, A. P. et al. (2021) Kepemimpinan Bisnis. Yayasan Kita Menulis.
Sashkin, M. and Sashkin, M. G. (2003) Leadership that matters: The critical
factors for making a difference in people’s lives and organizations’
success. Berrett-Koehler Publishers.
Schermerhorn, J. dkk (2011) Organizational Behavior. New Jersey: John Wiley
& Sons, Inc.
Schermerhorn, John R, Richard Osborn, and James G. Hunt.(2012)
Organizational Behavior. New York: Wiley
Shelton, K. (1997) A New Paradigm of Leadership . San Fransisco, Cal.:
Executive Excellence Publishing. London: Allen & Unwin.
Siagian P (2012) Manajemen Sumber daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Siagian, S. P. (2003). Teori dan Praktek Kepemimpinan. Cetakan Kelima.
Jakarta: Rineka Cipta
Siagian, Sondang P. (1995). Teori Pengembangan Organisasi. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sianturi, R. R., Wahyudin, U. and Suryana, A. (2019) ‘Pengaruh Iklim
Komunikasi Organisasi Terhadap Kepuasan Komunikasi’,
Metacommunication: Journal of Communication Studies, 4(1), p. 12. doi:
10.20527/mc.v4i1.6281.
Sigit, Soehardi. (2003). Perilaku Organisasional. Universitas Sarjanawiyata
Tamansiswa. Yogyakarta.
Simanjuntak, M. et al. (2021) Perancangan Organisasi dan Sumber Daya
Manusia. Yayasan Kita Menulis.
Simarmata, H. M. P. et al. (2021) Teori Komunikasi Bisnis. Yayasan Kita
Menulis.
Simarmata, N. I. P. et al. (2021) Kepemimpinan dan Pengambilan Keputusan.
Yayasan Kita Menulis.
Daftar Pustaka 199
AKTERISTIK+KEPEMIMPINAN+POLITIK+INDONESIA+revisi.p
df.
Wahjosumidjo (1987) Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: ghalia.
Wahjosumidjo. (2001). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta:
RadjaGrafindo Persada.
Wajdi, F. and Arif, A. (2021) ‘Peran Kepemimpinan dalam Manajemen
Organisasi: Studi Kasus Konflik Internal Partai Demokrat dalam
Perebutan Kepemimpinan’, Tanah Pilih, 1(2), p. 91. doi:
10.30631/tpj.v1i2.797.
Wang, H. et al. (2005) ‘Leader-member exchange as a mediator of the
relationship between transformational leadership and followers’
performance and organizational citizenship behavior’, Academy of
management Journal, 48(3), pp. 420–432.
Warren, B. and Nanus, B. (1986) Leaders; the Strategies for Taking Charge.
Harper Perennial.
Watson, C. M. (1983) ‘Leadership, management, and the seven keys’, Business
horizons, 26(2), pp. 8–13.
Weber, K. M. and Rohracher, H. (2012) ‘Legitimizing research, technology and
innovation policies for transformative change: Combining insights from
innovation systems and multi-level perspective in a comprehensive
“failures” framework’, Research Policy, 41(6), pp. 1037–1047. doi:
10.1016/J.RESPOL.2011.10.015.
Weiss, M. et al. (2018) ‘Authentic leadership and leaders’ mental well-being:
An experience sampling study’, The Leadership Quarterly, 29(2), pp.
309–321.
Widdah, M. E., D. (2012) Kepemimpinan Berbasis Nilai dan Pengembangan
Mutu Madrasah. Bandung: Alfabeta.
Widiastuti, I. (2017). “Pengaruh Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai di
Dinas Pendidikan Kota Bandung”. Jurnal Ilmiah WIDYA, 4 (2) Agustus-
Desember, 281-286.
Wijaya, A. et al. (2021) Ilmu Manajemen Pemasaran: Analisis dan Strategi.
Yayasan Kita Menulis.
202 Komunikasi dan Kepemimpinan Organisasi
2010 Ketua Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Islam
Sumatera Utara (UISU), Tahun 2010 s.d 2016 Kepala Biro Akademik dan
Kemahasiswaan (BAA-K) UISU, Tahun 2019 Sekretaris Eksekutif Dewan
Riset Daerah Sumatera Utara (DRD-SU). Menulis Buku sejak tahun 2010
sampai sekarang.