net/publication/362707607
CITATION READS
1 736
13 authors, including:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Unang TOTO Handiman on 16 August 2022.
Penulis:
Astri Rumondang Banjarnahor, Sukarman Purba
Unang Toto Handiman, Ayudia Popy Sesilia, Sudung Simatupang
Iskandar Kato, Anggi Tri Lestari Purba, Syafrida Hafni Sahir
Ima Rahmawati, Agung Widarman, Dyah Gandasari
Bonaraja Purba, Joseph H Sianipar
Penerbit
Yayasan Kita Menulis
Web: kitamenulis.id
e-mail: press@kitamenulis.id
WA: 0821-6453-7176
IKAPI: 044/SUT/2021
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmatNya yang diberikan kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan
buku: Dasar Komunikasi Organisasi. Tujuan disusunnya buku ini adalah
untuk memberikan nuansa baru ilmu pengetahuan dan membantu para
pembaca dari berbagai kalangan akademisi maupun praktisi pendidikan
dapat memahami seluk beluk Dasar Komunikasi Organisasi. Tujuan
selanjutnya agar pembaca dapat lebih memahami cara bagaimana
terjalinnya hubungan yang baik serta koordinasi yang baik antar sesama
anggota dalam mencapai tujuan organisasi yang akan memberikan
dampak pada peningkatkan motivasi kerja bagi anggota organisasi.
Buku ini dapat tersusun karena adanya suatu kolaborasi dari beberapa
penulis yang berasal dari berbagai perguruan tinggi baik negeri maupun
swasta sebagai pelaksanakan amanah Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Dukungan moral dan material dari berbagai pihak sangatlah membantu
tersusunnya buku ini.
Penulis
DAFTAR ISI
1.1 Pendahuluan
Penelusuran perkembangan lahirnya komunikasi ditemukan sejak hadirnya
peradaban Yunani kuno beberapa ratus tahun sebelum masehi. Namun istilah
komunikasi yang kita pahami saat ini berbeda dengan zaman Yunani kuno.
Istilah komunikasi pada zaman Yunani kuno lebih dikenal dengan sebutan
retorika. Menurut para ahli, studi retorika telah ada sebelum zaman Yunani.
Hal ini ditandai dengan kehadiran tokoh tokoh retorika seperti Kagemi dan
Ptah-Hotep D pada zaman kebudayaan Mesir kuno. Namun demikian tradisi
retorika sebagai upaya pengkajian yang sistematis dan terorganisasi baru
dilakukan oleh Aristoteles di zaman Yunani kuno (Kock, 2009).
Menurut Aristoteles retorika memiliki arti menunjuk kepada segala upaya
yang bertujuan untuk persuasi. Selanjutnya Aristoteles menyatakan bahwa
retorika mencakup tiga unsur yakni:
1. Ethos (kredibilitas sumber)
2. Pathos (menyangkut emosi/ perasaan)
3. Logos (hal yang menyangkut fakta)
2 Dasar Komunikasi Organisasi
Oleh karena itu upaya persuasi menurut Aristotels menuntut tiga (3) faktor
yakni kredibilitas dari pelaku komunikasi yang melakukan kegiatan persuasi,
kemampuan untuk merangsang emosi/ perasaan dari pihak yang jadi sasaran,
serta kemampuan untuk mengungkapkan fakta-fakta yang mendukung logika
(Kock, 2009).
Pokok-pokok pikiran Aristoteles ini selanjutnya dikembangkan lagi oleh
Cicero dan Quintilian kedalam aturan retorika yang meliputi invento (urutan
argumentasi), dispesitio (pengaturan ide), eloqutio (gaya bahasa) dan memoria
(cara penyampaian pesan) (Donald Lemen Clark, 1957).
Retorika memiliki arti yang menunjuk pada kemampuan manusia dalam
menggunakan lambang-lambang dalam berkomunikasi antara satu dengan
yang lain. Prinsip-prinsip retorika yang dikemukakan oleh Aristoteles, Cicero
dan Quintilian di akhir abad ke -18 menjadi dasar bagi bidang kajian speech
communication (komunikasi ujaran) dan rhetoric. Namun di zaman ini retorika
tidak lagi diartikan secara sempit sebagai upaya persuasi (Donald Lemen
Clark, 1957).
Berdasarkan periode waktu, terdapat tiga (3) model komunikasi yaitu model
komunikasi linear, model interaksional dan model transaksional (Claudia
Schneider, 1992).
disampaikan. Gangguan ini selalu ada dalam saluran pesan bersama yang
diterima oleh penerima (Shannon, Claude E. ; Weaver, 1950).
1833 oleh The New York Sun. Pada era ini juga ditemukan metode
fotografi praktis untuk surat kabar oleh Daguerre tahun 1839.
3. Era telekomunikasi (Tahun 1844) diawali dengan ditemukannya alat
telegrap oleh Samuel Morse dan mengirimkan pesan melalui alat
telegraph tersebut untuk pertama kalinya. Di era ini juga pertama kali
Alexander Graham Bel mengirimkan pesan melalui pesawat telepon
yang pertama tahun 1876, dilanjutkan dengan penemuan film bioskop
pada tahun 1894. Dan adanya beberapa temuan temuan lainnya
seperti pengiriman pesan melalui radio untuk pertama kali tahun
1895, demonstrasi TV oleh RCA pertama kali oleh Amerika Serikat
tahun 1933 dan untuk pertama kalinya ditayangkan siaran TV
komersil tahun 1941.
4. Era komunikasi interaktif (abad ke 19) mulai terjadi pada
pertengahan abad ini. Ditandai dengan ditemukannya Mainframe
Computer oleh Universitas Pennylvania, Amerika Serikat tahun
1946; ditemukannya radio transistor oleh William Shockley tahun
1947; ditemukannya videotape oleh perusahaan Ampex, Redwood
City, California, Amerika Serikat tahun 1956; Penemuan
microprocessor oleh Ted Hoff tahun 1971; Dimulainya pertamakali
siaran TV kabel melalui satelit oleh HBO tahun 1975; Pertamakali
diperkenalkan sistem teleteks oleh BBC dan ITV di Inggris tahun
1976; Pertamakali Columbus memperkenalkan system TV kabel
interaktif di Qube-Amerika Serikat tahun 1977; dan diperkenalkan
sistem videoteks pertama kali oleh british post office, Inggris tahun
1979 (Glander, 2021).
Pada akhir abad ke-18, prinsip retorika yang dikemukakan oleh Aristotle,
Cicero dan Quantilian ini menjadi dasar bagi bidang kajian speech
communication (komunikasi ujaran) dan rhetoric. Di masa ini retorika tidak
lagi diartikan secara sempit sebagai upaya persuasi. Pengertian retorika
berubah sebagai alat untuk menunjukkan kemampuan manusia dalam
menggunakan lambang-lambang untuk berkomunikasi satu dengan lainnya
(Sonja K Foss, 1995).
alat-alat komunikasi jarak jauh lainnya, (2) tumbuhnya industri media yang
tidak hanya bersifat nasional tetapi juga regional dan global, (3)
ketergantungan terhadap situasi ekonomi dan politik global/internasional,
khususnya dalam konteks center periphery (pusat dan
sekelilingnya/pinggirannya), (4) semakin gencarnya kegiatan pembangunan
ekonomi di seluruh negara, serta (5) semakin meluasnya proses demokrasi
(liberalisasi) ekonomi dan politik.
Pada periode ini para ahil mensintesakan perkiraan dari retorika, komunikasi
lisan, jurnalistik dan media massa serta berbagai disiplin ilmu sosial lainnya,
baik itu ahli sosiologi, ahli politik dan ahli administrasi. Periode ini merupakan
periode perkembangan dan spesialisasi (Sonja K Foss, 1995).
Komunikasi interpersonal menjadi suatu bidang yang semakin popular pada
periode ini, demikian pula dengan komunikasi kelompok, komunikasi
organisasi, komunikasi interpersonal dan komunikasi lintas budaya mulai
menjadi bidang studi yang spesifik. Disamping itu, retorika, public speaking,
debat, public relations terus berkembang. Hal yang sama juga terjadi pada
komunikasi lisan dan komunikasi massa (CR Berger, 2010).
BAB 2
KONSEP DASAR KOMUNIKASI
2.1 Pendahuluan
Komunikasi merupakan bagian penting yang tidak bisa lenyap dari kehidupan
manusia. Sebagai makhluk sosial, komunikasi merupakan hal yang penting bagi
manusia. Manusia di dalam kehidupannya harus melakukan komunikasi,
artinya setiap individu memerlukan orang lain, membutuhkan kelompok atau
masyarakat untuk saling berinteraksi, karena suatu hakekat bahwa sebagian
besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam
kelompok dan masyarakat. Artinya, melalui komunikasi akan terbentuk sistem
sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Peran komunikasi akan
menghubungkan antara semua orang, berinteraksi, saling memengaruhi satu
sama lain. Komunikasi merupakan bentuk aktivitas manusia dalam
menyebarluaskan informasi atau menerima informasi melalui berbagai media
secara menyeluruh dalam kelompok tertentu atau organisasi Peranan
komunikasi dalam suatu organisasi maupun kelompok sangatlah penting,
karena akan membantu terjalinnya hubungan yang baik, kerja sama yang baik
serta koordinasi yang baik antara sesama anggota dalam kelompok untuk
mencapai tujuan. Bila komunikasi berjalan dengan baik, maka diharapkan roda
hubungan dengan orang lain dan keinginan untuk mencapai tujuan (goal) yang
telah ditentukan, baik dalam kelompok maupun organisasi akan dapat tercapai.
14 Dasar Komunikasi Organisasi
Tanpa komunikasi, maka aktivitas tidak akan dapat berjalan dengan baik, karena
tidak terorganisir dan tidak ada interaksi antara sesama. Artinya, komunikasi
merupakan salah satu bentuk tindakan atau sebagai saluran untuk melakukan,
menerima pengaruh, dan alat yang digunakan sebagai sarana untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Dengan demikian, komunikasi merupakan proses
menciptakan dan saling menukar pesan atau informasi dalam satu jaringan atau
hubungan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Untuk melakukan komunikasi dengan baik, maka dibutuhkan kemampuan
komunikator dalam menyampaikan pesan, pemilihan media dan penerima
pesan yang baik agar pesan atau informasi dapat dikirim atau diterima sehingga
dapat dengan mudah dipahami dengan baik dan benar. Bila terjadi gangguan
dalam melakukan komunikasi, maka masukan informasi tidak dapat diterima
dengan baik oleh para anggota organisasi sehingga akan mengalami hambatan
dalam memberikan instruksi dan melakukan koordinasi kerja sehingga akan
memberi dampak terhadap pelaksanaan kerja organisasi tidak akan efektif.
Artinya, efektivitas suatu organisasi sangat ditentukan efektivitas dalam
melakukan komunikasi. Bila komunikasi dalam suatu organisasi dapat berjalan
dengan baik, maka diharapkan akan memengaruhi efisiensi dan produktivitas
organisasi tersebut.
secara formal maupun non formal yang mengandung arti atau makna tertentu
atau penyampaian informasi atau gagasan dari seseorang kepada orang lain, baik
berupa pikiran dan perasaan-perasaan melalui sarana atau saluran tertentu
dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami agar komunikasi dapat
berjalan dengan baik
2. Sebagai alat motivasi, yaitu komunikasi yang baik dan persuasif dapat
meningkatkan motivasi seseorang dalam melakukan sesuatu, yang
dapat diraih dalam kehidupan akan membangun motivasi seseorang;
3. Sebagai ungkapan emosional, yaitu berbagai perasaan yang ada di
dalam diri seseorang dapat diungkapkan kepada orang lain dengan cara
berkomunikasi;
4. Sebagai alat komunikasi, yaitu dengan berkomunikasi maka informasi
yang dibutuhkan oleh orang lain atau kelompok dalam proses
pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan baik.
Menurut Norton yang disampaikan oleh Allen, Rybczyk, & Judd (2006) bahwa
ada beberapa gaya komunikasi, sebagai berikut:
1. Dominan, yaitu komunikator dominan dalam berkomunikasi dan
orang ini cenderung ingin menguasai pembicaraan;
2. Dramatic, yaitu komunikator dalam melakukan komunikasi cenderung
berlebihan, menggunakan hal-hal yang mengandung kiasan, metafora,
cerita, fantasi dan permainan suara;
3. Animated expressive, yaitu komunikator dalam komunikasi
menggunakan warna, seperti kontak mata, ekspresi wajah, gestur dan
gerak badan;
4. Open, yaitu komunikator bersikap terbuka, tidak ada rahasia sehingga
muncul rasa percaya diri dan terbentuk komunikasi dua arah;
5. Argumentative, yaitu komunikator cenderung suka berargumen dan
agresif dalam berargumen;
6. Relaxed, yaitu komunikator mampu bersikap positif dan saling
mendukung terhadap orang lain;
7. Attentive, yaitu komunikator berinteraksi dengan orang lain dengan
menjadi pendengar yang aktif, empati dan sensitif;
8. Impression leaving, yaitu kemampuan seorang komunikator dalam
membentuk kesan pada pendengarnya;
9. Friendly, yaitu komunikator bersikap ramah dan sopan saat sedang
menyampaikan pesan kepada penerima pesan;
24 Dasar Komunikasi Organisasi
Harys (2020) menyatakan ada 5 (lima) jenis hambatan yang sering terjadi dalam
komunikasi, sebagai berikut:
1. Hambatan pribadi, yaitu merupakan hambatan yang berasal dari ranah
afektif, perasaan atau mental seorang yang melakukan komunikasi,
berupa perilaku, sikap, prasangka, bias, sifat individu terkait,
perspektif, emosi dan sebagainya;
2. Hambatan fisik, yaitu merupakan sesuatu yang berhubungan dengan
wujud atau tubuh manusia, yang memiliki keterbatasan seperti tuna
wicara, rungu dan sebagainya;
3. Hambatan usia, yaitu hambatan komunikasi yang berakar pada jarak
usia antara komunikator dengan komunikan, sehingga berpengaruh
karena dari segi bahasa dan lingkungan yang terus berkembang, seperti
menggunakan bahasa gaul miliknya untuk berkomunikasi dengan
orang tua.
4. Hambatan budaya, yaitu di antaranya adalah sistem nilai yang
dijunjung, bahasa dan keyakinan. Sistem nilai bisa menjadi hambatan
26 Dasar Komunikasi Organisasi
3.1 Pendahuluan
Beberapa hal dalam kehidupan saat ini sama pentingnya dan diterima begitu saja
sebagai organisasi. Meskipun kita secara rutin menikmati barang dan jasa yang
disediakan oleh organisasi, kita jarang bertanya-tanya tentang bagaimana
barang dan jasa ini diproduksi. Namun kita jarang mempertanyakan bagaimana
dan mengapa organisasi-organisasi ini menjalankan bisnisnya. Paling sering,
kita memikirkan organisasi hanya ketika mereka mengecewakan kita dalam
beberapa hal misalnya, ketika kita dipaksa menunggu dua jam di ruang gawat
darurat untuk menemui dokter, ketika smartphone baru kita rusak, atau ketika
kita berada di ruang gawat darurat.
Organisasi adalah alat yang digunakan orang untuk mengkoordinasikan
tindakan mereka untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan atau nilai
yaitu, untuk mencapai tujuan mereka. Organisasi adalah tanggapan dan sarana
untuk memuaskan beberapa kebutuhan manusia. Organisasi baru muncul ketika
teknologi baru tersedia dan kebutuhan baru ditemukan seperti kebutuhan untuk
menangani peningkatan jumlah informasi dan munculnya teknologi komputer
baru menyebabkan munculnya Apple, Microsoft, Google, dan perusahaan
teknologi tinggi lainnya dan kegagalan perusahaan yang teknologinya telah
ketinggalan zaman. (Jones and Jones, 2013)
30 Dasar Komunikasi Organisasi
baik. Namun, telah dikritik karena terlalu rumit dan formal dan kurang ide yang
melibatkan aspek manusia.
Weber, (2009), seorang sosiolog terkenal, telah mengajukan teori manajemen
yang dipengaruhi oleh Taylor dan menjadi apa yang dikenal sebagai Teori
Manajemen Birokrasi. Namun, tidak seperti pendahulunya, Weber tidak hanya
mendalilkan bagaimana sebuah organisasi harus terstruktur. Sebaliknya, dia
menggambarkan bagaimana itu bisa menjadi entitas birokrasi yang ideal,
dengan mencantumkan sisi positif dan negatifnya. Inti dari pendekatannya
adalah konsep bahwa semua fungsi dalam suatu organisasi dapat dilakukan
sesuai dengan rencana yang terdefinisi dengan baik, bersama dengan jejak setiap
tindakan yang didokumentasikan dengan cermat. Beberapa prinsip yang lebih
menonjol yang dikemukakan Weber termasuk menciptakan proses dan
metodologi formal, spesialisasi tenaga kerja, dan pemisahan yang tegas antara
pribadi dan profesional.
Meskipun bukan merupakan bagian dari kumpulan teori organisasi klasik,
Perilaku Administratif (Simon, 2013) dianggap sebagai salah satu aliran
pemikiran yang lebih kritis yang berlaku untuk organisasi saat ini dan
bagaimana mereka beroperasi. Fokus utamanya adalah bagaimana sebuah
organisasi dapat terus bergerak menuju tujuannya meskipun berfungsi sebagai
kumpulan dari banyak entitas pembuat keputusan, yaitu karyawannya. Selain
itu, ide-ide Herbert berangkat dari karya klasik lainnya karena mereka lebih
fokus pada faktor manusia dan psikologis yang mengontrol perilaku organisasi
daripada aspek yang lebih operasional.
Teori Organisasi mengacu pada seperangkat konsep yang saling terkait. Definisi
ini menjelaskan perilaku individu, kelompok, atau sub kelompok yang
berinteraksi untuk melakukan aktivitas yang dimaksudkan untuk mencapai
tujuan bersama. Dengan kata lain, Teori organisasi mempelajari pengaruh
hubungan sosial antara individu-individu dalam organisasi dan tindakan mereka
pada organisasi secara keseluruhan. Juga, menganalisis dampak lingkungan
bisnis internal dan eksternal, seperti politik, hukum, budaya, dll, pada organisasi.
Istilah organisasi mengacu pada sekelompok individu yang datang bersama-
sama untuk melakukan serangkaian tugas untuk mencapai tujuan bersama.
Organisasi didasarkan pada sinergi, yang berarti kelompok dapat melakukan
lebih banyak pekerjaan daripada individu yang bekerja sendiri. Dengan
demikian, mempelajari hubungan antara individu-individu yang bekerja
bersama dan pengaruhnya secara keseluruhan terhadap kinerja organisasi
32 Dasar Komunikasi Organisasi
Jadi, menurut teori ini, manusia hanya dianggap sebagai alat produksi.
Kritik terhadap teori klasik:
1. Mengabaikan aspek manusia dan memandang manusia sebagai
komponen dari mesin organisasi.
Bab 3 Konsep Dasar Organisasi 33
Dengan demikian, teori manajemen ilmiah lebih terfokus pada mekanisasi dan
otomatisasi, yaitu aspek teknis efisiensi, daripada aspek yang lebih luas dari
perilaku manusia dalam organisasi.
Menurut Weber, (2009), organisasi birokrasi adalah sarana yang paling rasional
untuk melakukan kontrol vital atas individu pekerja. Organisasi birokrasi
memiliki hirarki wewenang, tenaga kerja khusus, prinsip standar, aturan dan
peraturan, personel administrasi terlatih, dll.
Teori birokrasi Weber berbeda dari organisasi manajerial tradisional dalam arti
tertentu; itu impersonal, dan kinerja individu dinilai melalui aktivitas berbasis
aturan. Promosi diputuskan berdasarkan prestasi dan kinerja seseorang. Juga,
ada hierarki dalam organisasi, yang mewakili garis wewenang yang jelas yang
memungkinkan seorang individu mengetahui atasan langsungnya kepada siapa
dia bertanggung jawab secara langsung. Terakhir, hal ini menunjukkan bahwa
birokrasi memiliki banyak implikasi dalam berbagai bidang teori organisasi.
Dengan demikian, teori birokrasi Weber memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap teori organisasi klasik, yang menjelaskan bahwa struktur organisasi
yang tepat dan garis wewenang yang pasti diperlukan dalam sebuah organisasi
untuk memiliki tempat kerja yang efektif.
3.3 Organisasi
Organisasi adalah fondasi di mana seluruh struktur manajemen dibangun.
Organisasi terkait dengan pengembangan kerangka kerja di mana total
pekerjaan dibagi menjadi komponen-komponen yang dapat dikelola untuk
memfasilitasi pencapaian tujuan atau sasaran. Jadi, organisasi adalah struktur
atau mekanisme yang memungkinkan makhluk hidup untuk bekerja sama.
Dalam pengertian statis, organisasi adalah struktur atau mesin yang diawaki oleh
sekelompok individu yang bekerja sama menuju tujuan bersama.
Sama seperti 'manajemen', istilah 'organisasi' juga telah digunakan dalam
beberapa cara. Secara umum, istilah 'organisasi' digunakan dalam empat
pengertian yang berbeda: sebagai proses, sebagai struktur hubungan, sebagai
sekelompok orang dan sebagai suatu sistem, seperti yang diberikan di bawah
ini: Organisasi sebagai Proses: Dalam pengertian pertama ini, organisasi
diperlakukan sebagai proses dinamis dan aktivitas manajerial yang penting
untuk merencanakan pemanfaatan sumber daya perusahaan, pabrik, bahan
peralatan, uang dan orang untuk mencapai berbagai tujuan.
Organisasi sebagai Kerangka Hubungan: Dalam pengertian kedua, organisasi
mengacu pada struktur hubungan dan di antara posisi pekerjaan yang diciptakan
untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi Fayol, (2016), Urwick, (1970), Mc
38 Dasar Komunikasi Organisasi
Farland, (1959), Andersen, (2009), Davis, (1996), Mooney and Alan, (1931),
termasuk dalam kelompok ini. Misalnya: Menurut Mooney dan Reily (1931),
“Organisasi adalah bentuk dari setiap asosiasi manusia untuk pencapaian suatu
tujuan bersama.”
Organisasi sebagai Sekelompok orang: Dalam pengertian ketiga, organisasi
sangat sering dipandang sebagai sekelompok orang yang menyumbangkan
upaya mereka menuju tujuan tertentu. Organisasi dimulai ketika orang-orang
menggabungkan upaya mereka untuk beberapa tujuan bersama. Ini adalah
kebenaran universal bahwa seorang individu tidak mampu kemampuan dan
sumber daya. Barnard telah mendefinisikan 'Organisasi' sebagai sekelompok
orang yang dapat diidentifikasi yang menyumbangkan upaya mereka menuju
pencapaian tujuan. (Williamson, 1995).
Organisasi sebagai Sistem: Dalam pengertian keempat, organisasi dipandang
sebagai sistem. Konsep sistem mengakui bahwa organisasi terdiri dari
komponen yang masing-masing memiliki sifat, kemampuan, dan saling
menguntungkan yang unik hubungan. Elemen konstituen dari suatu sistem
dihubungkan bersama sedemikian kompleks sehingga tindakan yang diambil
oleh satu produsen memiliki efek yang jauh menjangkau orang lain.
Singkatnya, pengorganisasian adalah penentuan, pengelompokan dan
pengaturan berbagai kegiatan yang dianggap perlu untuk pencapaian tujuan,
penugasan orang untuk kegiatan tersebut, penyediaan faktor fisik lingkungan
yang sesuai dan penunjukan otoritas relatif yang didelegasikan kepada masing-
masing. individu yang dibebankan dengan pelaksanaan setiap aktivitas masing-
masing.
Kombinasi yang tepat dari dimensi tersebut menunjukkan struktur formal yang
diwujudkan dalam bagan organisasi. Kenyataannya, ada banyak bentuk
organisasi dan tidak mudah dijelaskan dengan bagan organisasi (Wang and
Ahmed, 2003).
40 Dasar Komunikasi Organisasi
Dalam upaya untuk berjalan lebih efisien, beberapa bisnis menerapkan struktur
organisasi di tempat kerja mereka. Bergantung pada ukuran perusahaan dan cara
beroperasinya, beberapa struktur mungkin lebih bermanfaat daripada yang lain.
Mengetahui bagaimana perusahaan Anda beroperasi akan membantu Anda
bekerja sesuai dengan apa yang diharapkan dari Anda dan membantu Anda
menjadi karyawan yang lebih baik secara keseluruhan.
Struktur organisasi merinci bagaimana aktivitas tertentu didelegasikan untuk
mencapai tujuan organisasi. Ini menguraikan peran karyawan dan berbagai
tanggung jawab dalam perusahaan. Semakin banyak otoritas yang dimiliki
karyawan, semakin tinggi posisi mereka dalam struktur organisasi. Selain itu,
semakin terorganisir suatu struktur, semakin efisien perusahaan beroperasi.
Struktur organisasi biasanya menggunakan salah satu dari dua pendekatan:
Struktur terpusat memberikan sebagian besar wewenang dan kekuatan
pengambilan keputusan kepada tim di puncak. Struktur terdesentralisasi
mendistribusikan otoritas dan kekuasaan pengambilan keputusan di tingkat
yang lebih rendah, yang mungkin mencakup departemen, kelompok, atau unit
bisnis.
Sebuah perusahaan dapat diatur dalam beberapa cara. Itu mungkin dibangun di
sekitar divisi, fungsi, geografi, atau dengan pendekatan matriks:
1. Struktur divisi diatur di sekitar divisi atau unit bisnis yang merupakan
entitas mandiri dengan departemen fungsional mereka sendiri seperti
sumber daya manusia, pemasaran, dan sebagainya.
2. Struktur fungsional didasarkan pada fungsi pekerjaan yang sering
diberi label sebagai departemen – keuangan, pembelian, dst. Dalam
struktur fungsional, organisasi dibagi menjadi kelompok-kelompok
khusus dengan peran dan tugas tertentu.
3. Struktur geografis sering digunakan ketika perusahaan memiliki
banyak lokasi. Setiap lokasi beroperasi secara independen.
4. Dengan struktur matriks, perusahaan diorganisir di sekitar tim yang
dikumpulkan untuk tugas-tugas tertentu. Anggota tim biasanya
melapor kepada lebih dari satu orang – pemimpin tim, dan supervisor
untuk area fungsional anggota tim.
Bab 3 Konsep Dasar Organisasi 41
3. Struktur Matriks
Dalam gaya matriks struktur organisasi, karyawan dibagi menjadi tim
yang melapor kepada dua manajer—manajer proyek atau produk
bersama dengan manajer fungsional. Pada hakikatnya, struktur matriks
merupakan gabungan dari berbagai struktur organisasi. Karena tim ini
memiliki dua manajer, struktur matriks mempromosikan dualitas dan
berbagi sumber daya. Karyawan yang bekerja untuk perusahaan yang
menggunakan struktur matriks memiliki potensi untuk memperluas
keahlian mereka karena mereka mungkin ditugaskan ke berbagai
proyek yang membutuhkan tingkat keahlian atau keterampilan yang
berbeda.
Berikut adalah beberapa keuntungan dari struktur ini: Mendorong
dialog terbuka; Lingkungan tempat kerja yang fleksibel. Berikut
adalah beberapa kelemahan dari struktur ini: Kebingungan
kepemimpinan; Loyalitas kepemimpinan yang bertentangan;
Berpotensi lebih mahal; Peran mungkin tidak didefinisikan dengan
jelas; Beban kerja karyawan yang berpotensi berat.
4. Struktur Hibrida
Dalam struktur hibrida, satu bagian didedikasikan untuk jenis struktur
dan bagian lain untuk jenis struktur lain. Alasan pembentukan struktur
hibrida adalah kombinasi keunggulan dua struktur oleh perancang atau
organisasi yang berubah. Seperti pada struktur hibrid, dengan
berpindah dari satu bagian struktur ke struktur lain, basis relasi
berubah dan bentuk hibrid menjadi tidak jelas. Di sisi lain, struktur
hibrida memungkinkan organisasi di mana struktur terbaik dan
fleksibel digunakan.
5. Struktur Jaringan
Jaringan terbentuk ketika organisasi dihadapkan dengan perubahan
teknologi yang cepat, siklus hidup produk yang pendek dan pasar yang
tersebar dan terspesialisasi. Dalam jaringan, aset yang diperlukan
didistribusikan di antara beberapa mitra jaringan karena tidak ada
organisasi terpadu dalam jaringan untuk menghasilkan produk atau
layanan dan jaringan adalah produsen atau pemasok. Dalam struktur
Bab 3 Konsep Dasar Organisasi 45
(Dutton and Ragins, 2007). Oleh karena itu, penjelasan tentang bagaimana
hubungan memengaruhi hasil organisasi melalui berbagai tingkatan dan
mekanisme memerlukan pemahaman yang lebih baik tentang peran hubungan
dalam kehidupan organisasi.
Melihat daftar besar hubungan yang ditawarkan oleh banyak penulis Mihelcic,
(1999) jelas bahwa pemilihan yang beralasan diperlukan. Pengumpulan data
tentang hubungan mencakup lebih dari 50 kelompok (dengan satu, dua atau
lebih hubungan di dalam masing-masing) dan meluas dari hubungan eksternal
dan internal (Wickens, 1995) hingga hubungan panjang-panjang (Hagström,
2000) dll.
Pertama, perbedaan yang lebih baik antara istilah "hubungan" dan "sikap"
terbukti sangat berguna. Hitt, Miller and Chet, (2006) mendefinisikan sikap
sebagai “kesiapan mental yang menetap untuk merasakan dan berperilaku
dengan cara yang disukai atau tidak disukai terhadap orang, objek, atau ide
tertentu”. Di sini kita juga dapat menyebutkan sikap formal, informal,
emosional, materialistis, menolak, kooperatif, meremehkan, melebih-lebihkan,
menghina, mengejek, menghormati atau profesional, yang ditunjukkan dalam
interaksi dan dengan demikian dalam hubungan. Akibatnya, kita dapat
mendefinisikan sikap sebagai masukan penting ke dalam suatu hubungan,
seperti yang disebutkan sebelumnya.
Jika kita mengorientasikan diri kita pada hubungan internal (organisasi), maka
kita dapat mengkategorikannya berdasarkan:
1. Menyebutkan karakteristik organisasi atau lainnya dari orang-orang
yang terlibat di dalamnya, misalnya hubungan antara a) pemegang
fungsi organisasi, b) atasan dan bawahan, c) pemangku kepentingan,
d) pengirim dan penerima pesan, e) pengusaha dan karyawan dll.
2. Tingkat formalisasi: hubungan formal dan informal. karakteristik
kuantitasnya, misalnya, hubungan uniplex (individu ber-hubungan
dengan multi sosial konteks) atau multipleks (tumpang tindih peran,
pertukaran, atau afiliasi dalam hubungan sosial).
3. Karakteristik kualitasnya, misalnya, a) hubungan yang mendukung
dan destruktif, b) hubungan yang kompetitif dan kolaboratif, c)
hubungan yang dangkal dan dalam, d) hubungan kesetaraan atau
ketidaksetaraan, e) hubungan pencarian kompetensi dan pencarian
efisiensi, dll.;
Bab 3 Konsep Dasar Organisasi 47
Sebelum kita melanjutkan ke bagian berikutnya, mari kita kutip Kahn, (2007)
yang berpendapat bahwa "konstelasi relasional terbentuk di persimpangan
faktor individu dan kontekstual". Kemudian, Kahn, (2007) menyebutkan
instrumentalitas, yang harus diperhitungkan ketika orang, misalnya, karyawan
membuat pilihan, sadar dan sebaliknya, tentang sifat dan kualitas hubungan
yang mereka bangun di tempat kerja. Ini berarti bahwa hubungan di organisasi
menurut definisi bersyarat daripada tidak bersyarat. Selanjutnya, hubungan
positif di tempat kerja terjadi di tengah-tengah konstelasi yang diambil dari
kelompok dan pengaturan organisasi.
Meringkas dua paragraf sebelumnya, dapat diamati bahwa hubungan (yang
harus menjadi perhatian utama bagi manajer yang tugas utamanya adalah
pengaturan hubungan untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi) harus
mempertimbangkan setidaknya faktor yang lebih instrumental dan kontekstual
daripada faktor individu, seperti keinginan pribadi, ambisi, tuntutan sosial,
hubungan keluarga dan sebagainya (Linstead, Fulop and Lilley, 2004). Ini tidak
berarti bahwa hubungan di organisasi merupakan campuran tidak hanya
hubungan instrumental formal terapi juga hubungan informal individu.
Di sini, kita bisa membuka diskusi tentang apakah penggunaan istilah
“hubungan” paling cocok ketika faktor kontekstual dominan dalam menentukan
sifat dari berbagai bentuk saling ketergantungan antara orang-orang di dalam
organisasi digerakkan sedemikian rupa untuk mewujudkan tujuan organisasi.
48 Dasar Komunikasi Organisasi
BAB 4
BENTUK-BENTUK ORGANISASI
4.1 Pendahuluan
Desain organisasi adalah metodologi langkah demi langkah yang
mengidentifikasi aspek disfungsional dari alur kerja, prosedur, struktur dan
sistem, menyelaraskannya agar sesuai dengan tujuan organisasi. Ciri khas dari
proses desain adalah pendekatan yang komprehensif dan holistik untuk
perbaikan organisasi yang menyentuh semua aspek kehidupan organisasi,
sehingga perusahaan dapat mencapai peningkatan profitabilitas, peningkatan
efisiensi biaya dan waktu, serta strategi yang jelas. Setiap perusahaan pastinya
memahami bahwa struktur dan proses di satu organisasi belum tentu dapat
diaplikasikan pada organisasi lainnya. Pengorganisasian berkaitan dengan
pendelegasian wewenang kepada pribadi maupun divisi serta penempatan
pegawai di masing-masing unit sehingga penyusunan organisasi akan
memperjelas fungsi dari masing-masing bagian.
Desain organisasi mengacu pada bagaimana sebuah organisasi disusun untuk
melaksanakan rencana strategisnya dan mencapai tujuannya. Dalam praktiknya,
tidak sesederhana itu karena orang bekerja sama menggunakan informasi,
material, sistem, proses, dan satu sama lain untuk menyelesaikan pekerjaan. Apa
saja jenis desain organisasi yang ada? dan apa kelebihan dan kekurangan
masing-masing?. Dalam bab ini akan membahas mengenai bentuk-bentuk
50 Dasar Komunikasi Organisasi
pembagian kerja dan mekanisme koordinasi menjadi lebih rumit ketika kontrol
formal ditetapkan. Dalam model birokrasi ini ketergantungan tidak hanya pada
satu orang melainkan bergantung pada tingkat manajemen dengan berbagai
tingkat otoritas (Robbins and Judge, 2017).
Sebuah gambaran dialog antara empat eksekutif di satu perusahaan birokrasi:
“Anda tahu, perusahaan ini tidak akan berjalan jika kami tidak bisa
menghasilkan sesuatu’’ kata pihak eksekutif produksi. Lalu pihak eksekutif
R&D menjawab “anda salah, produk tersebut tidak akan muncul jika kami tidak
membuat rancangan dan pengembangan produk!’’. “apa yang kalian
bicarakan?, perusahaan ini tidak akan berhasil jika produk yang kalian rancang
dan produksi tidak terjual’’ komentar eksekutif pemasaran. Pihak eksekutif
Akuntansi pun kesal dan menjawab, “Tidak masalah apa yang anda produksi,
desain, atau jual, tidak ada yang tahu apa yang terjadi sampai kita menghitung
untung ruginya!’’. Percakapan ini menyoroti bahwa spesialisasi birokrasi dapat
menciptakan konflik di mana perspektif unit mengesampingkan tujuan
organisasi secara keseluruhan (Robbins and Judge, 2017).
Sosiolog German terkenal, Max Weber, menyarankan bahwa organisasi besar
akan berkembang jika mereka mengandalkan otoritas hukum, logika, dan
kedisiplinan. Weber berpendapat bahwa mengandalkan pembagian kerja,
kontrol hierarkis, promosi berdasarkan prestasi dengan peluang karir bagi
karyawan, dan administrasi berdasarkan aturan, lebih unggul daripada desain
sederhana. Untuk mempermudah analisis, Weber membuat tipe ideal, meskipun
tidak ditemukan dalam kenyataannya 'tipe ideal' ini menyoroti aspek-aspek
penting dari organisasi. Weber menyebut salah satu 'tipe ideal' organisasi adalah
birokrasi. Sementara model sederhana disebut Weber menyebutnya tipe ideal
karismatik karena keberhasilannya sangat tergantung pada bakat individu.
Untuk efisiensi, Weber lebih memilih model birokrasi dibandingkan model
sederhana agar bisa lebih adil bagi karyawan dan memberikan lebih banyak
kebebasan untuk individu berekspresi (Wood, 1998)
Birokrasi dalam organisasi telah lama dikaitkan dengan hierarki yang jelas,
formalitas tingkat tinggi, pembagian kerja yang kaku, dan kebijakan ketat yang
memberikan konsekuensi bagi mereka yang tidak patuh. Ciri-ciri ini cenderung
mendapat banyak kritik, namun banyak keuntungan yang didapat dari birokrasi,
terutama bila strukturnya dibangun dengan penekanan pada kesetaraan.
Bab 4 Bentuk-Bentuk Organisasi 53
sarat dengan aturan dan lebih banyak kebijakan dan prosedur dapat
ditambahkan kapan saja, membuat beban kerja dan peran menjadi
lebih rumit.
7. Organisasi yang birokratis juga dapat menimbulkan kebosanan bagi
para pekerjanya sehingga mengakibatkan menurunnya semangat kerja
pegawai.
Terdapat dua aspek birokrasi yakni struktur fungsional dan divisional. Struktur
fungsional mengelompokkan karyawan berdasarkan: spesialisasi, peran, atau
tugas mereka yang serupa. Sebuah organisasi yang terstruktur ke dalam
produksi, pemasaran, Sumber Daya Alam, dan keuangan. Setiap karyawan
memiliki keahlian yang sama, akan dikelompokkan ke dalam satu unit kerja.
Struktur ini yang paling umum digunakan di beberapa perusahaan Indonesia.
Struktur ini tepat jika perusahaan hanya menghasilkan beberapa jenis produk
dan layanan. Sementara, struktur divisional mengelompokkan kesamaan
produk, layanan, pasar, dan letak geografis. Struktur ini umumnya diterapkan
bagi perusahaan yang memiliki jenis produk yang beragam dan skala menengah
ke atas salah satunya adalah perusahaan Unilever. Namun, dalam proses
keberhasilannya, struktur ini membutuhkan biaya operasional besar.
dengan menyediakan sumber daya terbaik dan digunakan secara efisien. Dalam
organisasi matriks, karyawan bekerja di beberapa proyek dengan berbagai
departemen dalam perusahaan, hal ini meningkatkan interaksi karyawan dan
meningkatkan rasa solidaritas kerja tim (Robbins and Judge, 2017).
Namun, struktur matriks juga memiliki kelemahan yaitu adanya dualisme
kepemimpinan sehingga menimbulkan ambiguitas peran karyawan.
Ambiguitas peran tidak hanya dirasakan oleh karyawan saja tetapi karena
struktur organisasi matriks mempekerjakan dua atau lebih manajer, ada
kebingungan potensial seputar tanggung jawab yang tepat dari masing-masing
manajer dan manajer mana yang memiliki keputusan akhir jika ada perbedaan
pendapat di antara mereka. Potensi konflik antar unit cukup besar karena peran
tugas yang sama serta dorongan perebutan kekuasaan antar manager unit. Selain
itu, terkadang karyawan ditugaskan ke banyak tugas di sejumlah proyek. Hal ini
dapat mengakibatkan berkurangnya efektivitas karyawan dan meningkatnya
ambiguitas karena karyawan mencoba memutuskan tugas mana yang paling
penting. Jenis struktur organisasi ini memerlukan biaya besar dalam hal
manajemen karena banyak manajer ditempatkan untuk sebuah proyek.
Akibatnya, biaya manajemen dapat meningkat, dan anggaran perusahaan secara
keseluruhan dapat terpengaruh.
Gambar 4.3: Model Mekanistik dan Organik (Robbins and Judge, 2017)
Gambar 4.4: Peran dan Tugas Organisasi Mekanistik dan Organik (Robbins
and Judge, 2017)
Pendekatan ini dilakukan juga oelh beberapa perusahaan seperti Google,
Netflix, dan Apple. Banyak organisasi seperti IBM dan Ford dengan struktur
mekanistiknya menjadikan jabatan, senioritas, dan loyalitas sbegai fondasi
sehingga pengambilan keputusan rumit dan lambat, tetapi semua ini berubah
ketika pimpinan baru mereka mulai melakukan pendekatan organik (Jones,
2010).
Dengan demikian, struktur organik dan mekanistik memiliki implikasi yang
sangat berbeda. Apakah struktur organik lebih baik daripada struktur
mekanistik? Ya, ketika organisasi menginginkan perilaku inovatif, kerja tim,
dan manajemen diri untuk meningkatkan kualitas. Namun, apakah struktur
organik bisa mengkoordinasikan angkatan bersenjata? Mungkin tidak, karena
banyak otoritas dan status masalah yang akan muncul dalam membuat polisi,
tentara, angkatan udara, marinir, dan angkatan laut untuk bekerja sama.
Sebaliknya, apakah struktur mekanistik dapat diterapkan di perusahaan
teknologi tinggi seperti Apple atau Google di mana inovasi adalah poin penting
ketika tim perangkat lunak bekerjasama dalam sebuah proyek.
Bab 4 Bentuk-Bentuk Organisasi 59
Sementara di satu sisi, organisasi ini juga memiliki kelemahan yaitu Sulit untuk
melakukan pertukaran tugas, karena terlalu menspesialisasikan diri dalam satu
bidang tertentu. Perubahan, inovasi, dan fleksibilitas sulit untuk diterapkan.
Karyawan mungkin merasa bosan dan kurang antusias karena melakukan
aktivitas repetitif. Jika promosi karir tidak ditangani dengan baik, seorang
karyawan mungkin berkecil hati jika rekan kerja yang berkinerja lebih rendah
dipromosikan atas mereka. Selain itu, masalah dapat muncul di antara
manajemen jika kepala departemen hanya fokus pada departemennya dan tidak
berkomunikasi secara efektif dengan departemen lain. Jika karyawan dan
manajemen hanya setia pada tim mereka, akan ada kurangnya kerja tim dan
koordinasi. Hal ini dapat menyebabkan komunikasi yang buruk. Sebuah
departemen bisa menjadi terlalu otokratis dan menempatkan tujuannya di atas
tujuan organisasi secara keseluruhan. Dengan begitu banyak spesialis yang
terlibat dalam suatu proses, sulit untuk menyalahkan kesalahan produk atau
layanan tertentu pada individu.
kemungkinan konflik dan frustrasi tetapi peluang untuk pencapaian yang cepat
dan efisien cukup tinggi.
Tentunya, organisasi dengan persilangan struktur ini memiliki kelebihan dan
kelemahan. Kelebihan dari organisasi ini adalah meningkatkan kolaborasi dan
fleksibilitas, mendorong komunikasi yang terbuka, memudahkan tim
beradaptasi dengan tempat kerja yang semakin gesit. Selain itu, kelemahan yang
terjadi dalam pelaksanaannya yaitu kebingungan seputar peran tanggung jawab
manager dan karyawan, potensi konflik manager fungsional dan manager
konflik, terakhir, semakin banyak manajer maka untuk yang
mempertimbangkan pengambilan keputusan membutuhkan waktu yang lebih
lama terutama jika manajer tidak setuju dengan opsi tindakan yang dipilih.
5.1 Pendahuluan
Pembelajaran sejatinya dilakukan melalui interaksi guru dengan siswa dalam
suasana lingkungan belajar. Di dalam suatu kehidupan organisasi pasti
ditemukan suatu budaya yang diterapkan oleh organisasi tersebut yang
kegunaannya oleh para anggota organisasi baik itu dari kalangan manajer atau
pimpinan hingga kepada para karyawan atau bawahannya dan menjadi
kebiasaan atau tradisi yang diterapkan oleh organisasi tersebut serta menjadi
karakteristiknya.
Kebiasaan atau tradisi tersebut merupakan hasil dari akibat yang dilakukan
sebelumnya dan seberapa besar kesuksesannya pada masa lalu dan secara
tradisional, para pendiri organisasi memiliki pengaruh besar terhadap budaya
dari awal berdirinya organisasi tersebut (Robbins and Judge, 2014), dan proses
terjadinya budaya organisasi dapat dilakukan dengan 3 (tiga) proses yaitu
(Schein and Schein, 2016):
1. Melakukan perekrutan dan mempertahankan karyawan yang memiliki
pikiran dan pemahaman dengan pendiri organisasi.
2. Indoktrinassi dan sosialisasi cara pikir dan perilakunya terhadap
karyawan.
68 Dasar Komunikasi Organisasi
Pemimpin dari sebuah organisasi akan memiliki suatu andil yang cukup besar
serta sangat mampu serta penting dalam membentuk budaya kerja dalam suatu
organisasi, yang kegunaanya oleh (Ismail, 2021) untuk:
1. Peningkatan rasa loyalitas dan kepemilikan dari setiap anggota
organisasi.
2. Sebagai alat untuk mengorganisasi anggota
3. Kekuatan dalam penilaian anggota organisasi.
4. Mekanisme kontrol dari perilaku pekerjaan.
5. Mendorong semua anggota organisasi dalam meningkatkan performa
pekerjaan.
6. Prosedur dalam menentukan tujuan yang dapat dilakukan, mana yang
sebaiknya tidak bisa dilakukan.
72 Dasar Komunikasi Organisasi
Kreitner and Kinicki, (2010) berpendapat bahwa fungsi dari budaya organisasi
adalah:
1. Memberikan identitas kepada anggota organisasi. Perusahaan akan
diakui sebagai perusahaan yang memiliki inovasi dalam
pengembangan produk baru.
2. Memberikan fasilitas komitmen kolektif, perusahaan akan mampu
membuat anggota merasa bagian dari organisasi tersebut.
3. Meningkatkan stabilitas sistem sosial yang mampu mencerminkan
lingkungan kerja yang positif.
tetap serta pemberian tunjangan yang tepat, mereka ingin merasa apa
yang mereka lakukan dalam pekerjaan di organisasi itu bermakna.
4. Untuk dapat mempertahankan orang-orang yang terbaik, budaya dari
suatu organisasi akan dapat membantu dalam meningkatkan
keterlibatan, memberikan suatu pengalaman dari anggota organisasi
yang unik, serta membuat para anggota organisasi menjadi merasa
lebih terhubung, dan akan merasa bahwa anggota organisasi adalah
bahagian yang berasal dari komunitas tersebut, dan bukan hanya
sebagai roda penggerak, akan tetapi lebih cenderung untuk tetap
memiliki rasa keinginan bekerja di perusahaan,
5. Membantu untuk pelaksanaan proses transisi karyawan baru, budaya
dari organisasi tidak akan selalu bertindak sebagai bentuk dari
harmonisasi bentuk keragaman yang terdapat di organisasi. Pada saat
proses pembauran, sangatlah penting untuk menunjukkan tentang
budaya dari organisasi kepada setiap anggota organisasi yang baru.
Anggota organisasi tentunya membutuhkan suatu pedoman dan
tatanan kerja agar bisa dirinya merasa cocok dengan perusahaan.
Dengan budaya yang baik maka suatu perusahaan akan memiliki
kejelasan dalam bertindak sebagai pedoman kepada anggota organisasi
yang baru di tengah suasana baru dan beragamnya bentuk kerja di
organisasiyang baru tersebut.
6. Untuk mengubah suatu organisasi menjadi suatu kelompok kerja,
budaya suatu organisasi yang berhasil akan mampu menyatukan
orang-orang di perusahaan dan membuat para anggota organissu akan
tetap sejalan. Pada saat budaya organisasi terlihat jelas, berbagai sudut
pandang dapat menjadi satu latar belakang dengan arah serta keinginan
yang sama. Budaya di organisasi menetapkan harapan tentang
bagaimana orang-orang untuk memiliki perilaku serta melakukan
pekerjaan secara bersama, dan mampu untuk berfungsi sebagai sebuah
kelompok kerja sama kerja.
7. Agar memiliki implikasi atau pengaruh terhadap kinerja dan
kesejahteraan anggota organisasi. Beberapa hasil dari penelitian
memperlihatkan bahwa budaya organisasi pengaruh dan hubungan
Bab 5 Budaya Organisasi 75
yang langsung pada kinerja dan yang lebih penting terhadap tingkat
kesejahteraan dari anggotanya. Suatu bentuk budaya dari organisasi
yang sehat akan mampu menangani kedua kondisi ini dengan
menemukan melalui keseimbangan yang sesuai berdasarkan nilai-nilai
dari perusahaan. Organisasi harus mampu memberi penekanan melalui
bentuk kegiatan terhadap pekerjaan dengan sedemikian rupa sehingga
anggota organisasi akan merasa kesehatan fisik serta mentalnya tetap
diperhatikan.
Oleh Kreitner and Kinicki (2010) membagi budaya dari suatu organisasi
menjadi:
1. Budaya positif, di mana para anggota dari organisasi didorong untuk
melakukan kegiatan bersama dengan orang lain dan melakukan
tugasnya dengan cara membantu karyawan dalam mencapai
kebutuhannya untuk tumbuh dan berkembang.
2. Budaya yang diam dan bertahan, budaya organisasi ini memiliki ciri
kepada bentuk keyakinan yang memungkinkan bahwa para bawahan
untuk mampu berinteraksi terhadap bawahan yang lainnya melalui
cara yang tidak mengganggu terhadap keadaan keamanannya sendiri.
Budaya ini akan mendorong kepada keyakinan yang keras dan
berhubungan dengan bentuk persetujuan, bentuk yang biasa,
ketergantungan, dan penghindaran.
3. Budaya yang agresif-defensif mendorong para anggota organisasinya
dalam melakukan penkerjakan dan tugasnya dengan keras dalam
melindungi keamanan bentuk kerjanya dan kondisi mereka. Tipe
budaya ini lebih bercirikan keyakinan normatif yang mencerminkan
oposisi dan kekuasaan.
Bab 5 Budaya Organisasi 77
Jenis budaya dari organisasi berdasarkan tingkat resmi dan terpusat, oleh Handy,
(1993) dibagi ke dalam bentuk:
1. Formalisasi yang tinggi, sentralisasi yang tinggi. Bentuk ini memiliki
ciri-ciri bentuk birokrasi yang tinggi, dikelola dengan secara ilmiah
dan memiliki disiplin yang tinggi. Semua pekerjaan sudah diatur
secara sistematis melalui berbagai macam prosedur, bahkan kalau
perlu dengan waktu dan pergerakan yang cermat
2. Formalisasi yang rendah, sentralisasi yang tinggi; bercirikan bentuk
hubungan lisan yang memiliki kekuatan dan naluri. Kekuasaan yang
tertinggi terdapat pada satu orang ataupun sebuah kelompok yang dari
pusat organisasi, seperti contohnya seekor laba-laba yang berada di
tengah jaringnya.
78 Dasar Komunikasi Organisasi
Faktor-faktor dari bentuk spesifik dari organisasi, setiap organisasi untuk selalu
melakukan interaksi dengan lingkungannya sekitarnya. Dalam mengatasi dari
masalah yang berasal dari luar maupun dari dalam organisasi akan mendapatkan
penyelesaian-penyelesaian yang berhasil. Suatu bentuk keberhasilan akan dapat
mengatasi berbagai masalah tersebut merupakan dasar bagi tumbuhnya budaya
organisasi.
Bab 5 Budaya Organisasi 79
Budaya organisasi yang telah memiliki bentuk sudah pasti ingin terus
dikembangkan kemudian diperkuat bahkan kemungkinan untuk diubah, serta
praktek yang dilakukan untuk membantu dalam menyatupadukan nilai budaya
dari karyawan dengan nilai budaya dari organisasi, untuk menjadi penerimaan
dari nilai yang utama dan menjadi jaminan untuk budaya dalam memelihara
dirinya sendiri.
80 Dasar Komunikasi Organisasi
mengalami kegagalan 34% dan 16% lagi memiliki hasil yang berbeda-beda
(Gartner.com, 2021). Sebelum melakukan perubahan budaya organisasi maka
perlu terlebih dahulu 5 (lima) tipe perubahan organisasi. Menurut (Ayers, 2020)
tipe tersebut terdiri dari:
1. Perubahan karyawan.
2. Perubahan seluruh organisasi.
3. Perubahan perbaikan.
4. Perubahan tak terencana.
5. Perubahan transformasional.
6.1 Pendahuluan
Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan
orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling
berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi
manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok
dan masyarakat. Di dalam kelompok/organisasi itu selalu terdapat bentuk
kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup
kelompok, yang terdiri dari pemimpin dan bawahan/karyawan.
Di antara kedua belah pihak harus ada two-way-communications atau
komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya
kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi,
maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Kerja sama tersebut
terdiri dari berbagai maksud yang meliputi hubungan sosial/kebudayaan (Mas
and Haris, 2020).
Pada dasarnya suatu organisasi terdiri atas dua unsur sumber daya yaitu teknis
dan manusia. Sumber daya teknis terdiri dari bahan baku, peralatan dan modal.
Sementara sumber daya manusianya dapat berupa ide, pikiran, ketrampilan dan
perilaku kerja (termasuk komitmen dan motivasi). Dengan kedua hal tersebut
organisasi mestinya bisa berjalan efektif (Bungin dalam Batubara, 2016).
84 Dasar Komunikasi Organisasi
Disisi lain ,komunikasi yang merupakan dasar untuk koordinasi dan interaksi
sering dianggap remeh dan kecil peranannya dalam organisasi. Sekarang ini
justru komunikasi merupakan elemen terpenting dalam organisasi dan
manajemennya. Keberhasilan personal dan program sangat tergantung dari
keberhasilan komunikasi yang dilakukan para anggotanya. Baik dalam
melakukan tugas sesama pustakawan atau pelayanan kepada pengguna, citra
positif organisasi, maupun pencapaian tujuan internal organisasi dan hubungan
yang baik antara anggotanya dan pengguna (Mulyana dalam Batubara, 2016).
Komunikasilah yang mempertemukan antara tujuan organisasi dengan target
hasil yang dicapai, komunikasi berfungsi untuk mengadaptasikan perubahan
yang terjadi dalam organisasi juga pengaruh ekstenal dan terakhir komunikasi
berfungsi membina hubungan antar anggota organisasi sehingga mampu
melaksanakan tugas dengan baik.
Menurut McLeod Batubara (2016) dalam adapun arah aliran informasi dalam
organisasi merupakan sasaran informasi yang harus disampaikan dalam sebuah
organisasi seperti gagasan, perintah, kritikan, saran, bimbingan kerja, laporan
hasil kerja dan penugasan kerja. Aliran informasi ini sangat dibutuhkan dalam
sebuah organisasi untuk tersruktur system kerja serta terorganisir dalam
manajemen sebuah organisasi. Kuatnya atau tidaknya sebuah organisasi sangat
tergantung pada manajemen yang kuat dan punya aliran informasi sasaran kerja
yang baik.
Organization communication flow atau aliran komunikasi organisasi
merupakan pertukaran gagasan di antara para administrator dan karyawan
dalam suatu perusahaan, dalam struktur lengkap yang khas disertai pertukaran
gagasan secara horisontal dan vertikal di dalam perusahaan, sehingga pekerjaan
dapat berjalan. Komunikasi organisasi dilihat menurut ruang lingkupnya terbagi
atas komunikasi internal (komunikasi vertikal, horizontal, dan diagonal) dan
komunikasi eksternal. Komunikasi internal berfungsi sebagai koordinasi dalam
mencapai tujuan organisasi, sementara komunikasi eksternal dimaksudkan
untuk mendapatkan pengertian, kepercayaan, bantuan dan kerjasama dengan
masyarakat (Batubara, 2016).
Bab 6 Aliran Komunikasi dalam Organisasi 85
bentuk pujian dan umpan balik negatif dalam bentuk nasihat atau
teguran.
5. Indroktrinasi, merupakan sebuah proses pemberian pengajaran secara
mendalam terkait dengan tujuan perusahaan. Hal ini dilakukan agar
karyawan dapat mengadopsi sikap ideologis yang berkaitan dengan
tujuan organisasi.
Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan
atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi. Tujuan dari
90 Dasar Komunikasi Organisasi
7.1 Pendahuluan
Iklim merupakan reaksi subjektif terhadap persepsi anggota organisasi tentang
peristiwa komunikasi. Reaksi subjektif dibagi sebagian besar oleh kelompok
individu atau seluruh organisasi. Dapat dikatakan iklim merupakan ciri khas
suatu organisasi yang dialami oleh para anggotanya. Setiap organisasi akan
memiliki iklim yang berbeda. Keanekaragaman individu di dalam organisasi
yang memiliki sifat dan sikap yang berbeda-beda ada akan menggambarkan
perbedaan tersebut.
Zammuto dan Krakower (Burton, Desanctis and Obel, 2011) mengukur iklim
organisasi menggunakan banyak dimensi: kepercayaan, konflik, moral,
penghargaan, resistensi terhadap perubahan, kredibilitas pemimpin, dan
kambing hitam (yaitu, menyalahkan orang lain atas kesalahan atau masalah
dalam organisasi).
Bab 7 Iklim Komunikasi Organisasi 101
Prinsip dasar iklim komunikasi meliputi persepsi kognitif dan afektif individu
dari suatu organisasi yang memengaruhi perilaku individu.
kita dengan orang lain melibatkan tindakan komunikatif dan konsep komunikasi
mencakup bentuk-bentuk interaksi sosial. Di mana komunikasi organisasi
sebagai interaksi yang kompleks meliputi proses, orang, pesan, makna, dan
tujuan.
Katz dan Kahn menegaskan bahwa komunikasi yaitu pertukaran informasi dan
transmisi makna yang merupakan inti dari sistem sosial atau organisasi (Pace,
2018). Komunikasi organisasi merupakan proses di mana organisasi diciptakan
dan menciptakan serta membentuk peristiwa budaya (Shockley-zalabak, 2015).
Seperti bentuk komunikasi lainnya, organisasi komunikasi terkait dengan
kompetensi individu, bidang pengalaman mereka, konteks komunikatif, dan
realitas, efek, atau hasil interaksi.
Goldhaber (1989) mendefenisikan komunikasi organisasi dalam beberapa
persepsi yang meliputi:
1. Komunikasi organisasi terjadi dalam sistem terbuka yang kompleks
yang dipengaruhi dan memengaruhi lingkungannya, baik internal
(budaya) maupun eksternal.
2. Komunikasi organisasi melibatkan pesan dan alirannya, tujuan, arah
dan medianya.
3. Komunikasi organisasi melibatkan orang-orang dan sikap, perasaan,
hubungan, dan keterampilan mereka.
Management Trainee
Section/branch manager
Store manager
Regional manager
Corporate staff
Sales manager
Personnel director
Media manager
Advertising manager
Executive Director
Human resource development manager
Corporate communications manager
Consultant (external to employing Organizational development specialist
organization) Human resource development specialist
Trainer
Analyst
1. Komunikasi internal. Tanggung jawab komunikasi internal terlibat
dalam hal berikut:
a. Memberikan konsultasi, bantuan, dan bimbingan kepada
manajemen mengenai hal-hal yang berkaitan dengan komunikasi
karyawan dan manajemen; mengkoordinasikan program dan
kegiatan komunikasi karyawan; mengoordinasikan penerbitan
media karyawan reguler termasuk media sosial; menasihati,
mengoordinasikan, dan melakukan jajak pendapat dan jajak
pendapat lainnya di antara karyawan; menyediakan layanan
Bab 7 Iklim Komunikasi Organisasi 109
8.1 Pendahuluan
Setiap organisasi memiliki sumber kekuatan yang harus dimanfaatkan, jika
tidak maka organisasi tersebut akan mengalami kehancuran (Tanner, 2021).
Sumber kekuatan dapat berasal dari manajer yang harus mampu memotivasi
karyawan melalui gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam organisasi.
Adakalanya manajer justru dapat menurunkan motivasi karyawan melalui
interaksi kepemimpinan. Karyawan tidak hanya peduli dengan gaji yang baik,
mereka juga ingin bekerja di lingkungan kerja yang produktif di mana mereka
dapat belajar dan tumbuh di bawah arahan pimpinan yang bijaksana dan adil.
Dalam konteks kapitalis kompentorer, hubungan kerja sulit dipahami karena
kekuasaan sangat diperlukan dalam menganalisis organisasi. Kekuasaan dalam
organisasi, sejak lama sangat diperlukan untuk analisis organisasi dan tetap
menjadi kunci yang sulit dipahami walau penting untuk memahami hubungan
kerja dalam konteks kapitalis kontemporer. Dalam bab ini secara akan dibahas
kekuasaan dan pemberdayaan dalam organisasi. Dengan menimbang kekuatan
dan kelemahan tradisi analitis yang sudah dikenal dan memberikan wawasan
tentang pendekatan teoritis yang muncul, dapat ditawarkan beberapa
112 Dasar Komunikasi Organisasi
Untuk memahami lebih lanjut tentang dua pendekatan kritis dalam konteks ini,
baca lebih lanjut:
1. Pendekatan sosial-struktural: Transformasi struktur organisasi,
kebijakan dan praktik dapat menjadi sarana yang efektif untuk
membawa pemberdayaan karyawan dalam organisasi.
2. Pendekatan psikologis: Pendekatan psikologis mengacu pada
perubahan persepsi karyawan tentang pekerjaan mereka dan
organisasi. Ini bertujuan pada motivasi diri karyawan untuk mencapai
tujuan organisasi dengan memberi mereka otoritas pengendalian diri
dan pengambilan keputusan.
Ada berbagai cara di mana setiap organisasi dapat berhasil dalam jangka
panjang. Semuanya adalah tentang menghargai partisipasi karyawan untuk
mencapai tujuan organisasi. Beberapa cara pemberdayaan karyawan dalam
perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan keterampilan karyawan: Manajemen harus mengambil
langkah-langkah untuk mengembangkan keterampilan yang
dibutuhkan karyawan melalui pelatihan.
2. Mengembangkan peluang pertumbuhan: Manajemen harus fokus pada
peluang pertumbuhan dalam organisasi untuk memotivasi dan
memberdayakan karyawan.
3. Berbagi tujuan dan visi perusahaan: Membuat karyawan terbiasa
dengan visi dan tujuan jangka panjang organisasi mengembangkan
kepercayaan mereka pada organisasi.
4. Garis bawahi pentingnya tugas karyawan: Manajemen harus membuat
karyawan sadar akan apa yang mereka lakukan dan mengapa mereka
melakukannya. Dengan cara ini, karyawan merasakan pentingnya
tugasnya untuk keseluruhan proyek dan organisasi.
5. Pendelegasian wewenang dengan tanggung jawab: Menyerahkan
tanggung jawab untuk memenuhi tugas yang diberikan dengan cara
yang diinginkan tidak cukup. Karyawan harus diberi wewenang untuk
mengambil keputusan terkait tugas secara mandiri.
6. Tentukan pedoman: Manajemen harus memberikan kebebasan kepada
karyawan untuk melakukan tugas dengan cara mereka, tetapi juga
Bab 8 Kekuasaan dan Pemberdayaan dalam Organisasi 121
Berikut ini adalah beberapa manfaat lain dari pemberdayaan karyawan dalam
sebuah organisasi:
1. Pemanfaatan sumber daya manusia yang optimal: Pemberdayaan
karyawan mengarah pada motivasi karyawan, dan cenderung
memberikan kinerja lebih baik dengan sendirinya. Dengan demikian,
organisasi dapat memanfaatkan sumber daya manusianya dengan
sebaik-baiknya.
2. Kepuasan pelanggan yang lebih tinggi: Karyawan menghargai
organisasi dan memberikan yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan.
3. Memenuhi visi organisasi: Karyawan mendapatkan gagasan yang jelas
tentang visi organisasi, dan dapat merampingkan aktivitas mereka
sesuai dengan itu.
4. Meningkatkan produktivitas: Ketika karyawan diizinkan untuk
memberikan saran, berbagi masalah, dan mengajukan pertanyaan
terkait pekerjaan; ide dan teknik baru dikembangkan untuk
meningkatkan proses dan meningkatkan produktivitas.
5. Meningkatkan kualitas: Karyawan yang diberdayakan lebih fokus dan
terlibat dengan proses bisnis; ini meningkatkan kualitas keseluruhan
kegiatan bisnis.
6. Mengurangi waktu dan biaya yang keluar: Waktu untuk mengambil
tindakan telah berkurang karena karyawan memiliki wewenang untuk
membuat keputusan sendiri terlepas dari penyelia mereka. Karena
keterlibatan tulus karyawan dalam proses dan upaya untuk
meningkatkannya, biaya produksi telah berkurang.
7. Membutuhkan lebih sedikit pengawasan: Tim yang disiplin dan
mengendalikan diri tidak membutuhkan banyak pengawasan.
9.1 Pendahuluan
Setiap pemimpin memiliki keinginan untuk membangun dan mengembangkan
organisasi yang dipimpinnya agar dapat bersaing dengan organisasi yang lain.
Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dengan kemampuannya
dalam memimpin orang-orang disekitarnya, karena keberhasilan organisasi
diukur dari sumber daya manusianya. Seorang pemimpin haruslah memiliki
sifat menyayangi, perhatian, dan melayani terhadap apa yang dipimpinnya. Itu
diukur dari bentuk kepeduliannya terhadap kebutuhan, keinginan, impian dan
harapan orang-orang yang dipimpinnya.
Di dalam kepemimpinannya seorang pemimpin haruslah memiliki komunikasi
yang baik dalam memberikan tugas atau arahan kepada bawahannya, agar
bawahan tidak merasa seperti diperintah, dan merasa senang diperlakukan
atasannya. Dan karena kesenangan yang dirasakan bawahan akan berdampak
pada pekerjaannya, ia akan lebih bisa meningkatkan efektifitas kerjanya.
Berjalan dengan baik atau tidaknya sebuah organisasi sangat bergantung pada
komunikasi yang terjadi antar bagian dari organisasi itu sendiri. Sebagaimana
128 Dasar Komunikasi Organisasi
Effendy (2009) mengatakan bahwa organisasi terdiri atas sejumlah orang yang
saling ketergantungan. Dan ketergantungan itu memerlukan koordinasi di
dalamnya. Di mana koordinasi mensyaratkan sebuah proses komunikasi. Tentu
saja tiap-tiap pemimpin memiliki gaya komunikasi sendiri dalam berinteraksi
dengan bawahannya. Perbedaan gaya komunikasi yang digunakan oleh masing-
masing pemimpin dapat dipengaruhi oleh segi budaya, pendidikan, lingkungan
keluarga, pengalaman dan lain sebagainya (Soemirat & Ardianto, 1999:8).
Kegiatan komunikasi di dalam suatu organisasi bertujuan untuk membentuk
saling pengertian dan menyamakan pengalaman di antara anggota organisasi.
Dengan adanya komunikasi yang baik, suatu organisasi dapat berjalan dengan
lancar. Sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi, organisasi dapat
berantakan. Oleh karena itu, kepemimpinan dalam komunikasi organisasi
sangatlah penting karena keberadaan pimpinan menjadi salah satu ujung tombak
dari keberhasilan dalam berorganisasi.
9.2 Kepemimpinan
9.2.1 Pengertian Kepemimpinan
Siagian (2006) mengatakan bahwa ditinjau dari segi manajemen,
kepemimpinan harus diartikan sebagai kemampuan untuk memengaruhi dan
menggerakkan orang lain agar rela, mampu dan dapat mengikuti keinginan
manajemen demi tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dengan
efisien, efektif dan ekonomis. Kepemimpinan tidak hanya berarti pemimpin
terhadap manusia, tetapi juga merupakan pemimpin terhadap perubahan.
Seorang pemimpin tidak hanya memengaruhi bawahan, tetapi juga merupakan
sebagai sumber inspirasi dan motivasi bawahannya. Oleh sebab itu, definisi dan
penafsiran kepemimpinan semakin beragam dalam perkembangannya (Dessler,
2004).
Secara etimologi pemimpin dan kepemimpinan berasal dari kata pimpin (to
lead) kemudian dengan penambahan imbuhan (konjungsi) berubah menjadi
pemimpin (leader) dan kepemimpinan (leadership). Dalam kepemimpinan
terdapat hubungan antara manusia yaitu hubungan memengaruhi (dari
pemimpin) dan hubungan kepatuhan/ketaatan para bawahan karena dipengaruhi
oleh kewibawaan pemimpin. Kartono (2016) memberikan pengertian
Bab 9 Kepemimpinan dan Gaya Komunikasi Organisasi 129
Komunikasi dapat membentuk sikap seseorang serta bagaimana sikap itu dapat
berubah, sebab melalui proses komunikasi dapat memengaruhi tindakan
seseorang. Sedangkan (Cangara, 2002) juga menjelaskan tujuan komunikasi
sebagai berikut: (a) supaya yang disampaikan dapat dimengerti; (b) memahami
orang; (c) supaya gagasan dapat diterima orang lain; dan (d) menggerakkan
orang lain untuk melakukan sesuatu.
Seorang komunikator harus dapat menjelaskan kepada komunikan dengan
sebaik-baiknya dan tuntas sehingga dapat mengikuti apa yang dimaksud oleh
pembicara atau penyampai pesan. Sebagai komunikator juga harus mengetahui
benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkannya dan tidak
berkomunikasi dengan kemauan sendiri. Setelah paham akan komunikannya
seorang komunikator harus berusaha agar gagasan dapat diterima oleh
komunikan dengan menggunakan pendekatan yang persuasif bukan dengan
memaksakan kehendak. Setelah gagasan diterima oleh komunikan lalu hal yang
selanjutnya dilakukan seorang komuikator yaitu menggerakkan komunikan
dengan sesuatu, sesuatu itu dapat berupa kegiatan yang lebih banyak mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu yang kita kehendaki.
Sementara itu, dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun
sosial, komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan
empat fungsi, yaitu:
1. Fungsi informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan
informasi (information-processing system).
2. Fungsi Regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku
dalam suatu organisasi.
3. Fungsi Persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak
akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya
kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk
mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab
pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan
menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan
sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
4. Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan
karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik (Sitorus
et al., 2022).
10.1 Pendahuluan
Organisasi sangat membutuhkan teknologi informasi untuk memudahkan
pekerjaan. Teknologi Informasi akan dapat membantu untuk meningkatkan
produktivitas kinerja organisasi atau kinerja individu karena teknologi informasi
dapat menghasilkan informasi yang akurat. Teknologi juga akan
memungkinkan membawa perubahan pada anggota organisasi dalam
bagaimana cara menyampaikan informasi, mengerjakan tugas mereka, dan
bekerja sama tanpa adanya batasan waktu dan batasan tempat. Teknologi
Informasi juga bisa membawa perubahan dalam hal cara bekerja, cara
memproduksi, mengontrol dan perubahan–perubahan lainnya di sebuah
organisasi karena adanya pemanfaatan teknologi informasi.
146 Dasar Komunikasi Organisasi
4. Komputer
Komputer termasuk di dalamnya laptop adalah alat elektronika yang
dapat digunakan untuk menerima, memroses, menyimpan dan
menghasilkan output berupa teks, angka gambar, simbol dan suara.
Komputer menjadi salah satu pendukung utama pada sistem informasi
dan komunikasi dalam organisasi saat ini. Dengan menggunakan
komputer transfer informasi dapat dilakukan dengan mudah, bahkan
dengan jarak lintas negara melalui dukungan internet.
9. Leased line
Leased Line adalah jaringan telepon tetap yang menghubungkan dua
tempat atau lebih. Leased line seringkali dipakai untuk kebutuhan
komunikasi data jarak jauh yang berlangsung secara terus-menerus.
ü Code Interleaved 2 of 5
ü Code Bookland
ü Code Postnet
ü Code JAN
ü Code MICR
ü Code PCF417
ü Code Codabar
• Barcode Two Dimension (2D)
Bercode 2 dimensi atau Two Dimensional (2D) disebut juga
sebagai barcode matrix yang lebih canggih daripada barcode
1D, karena bisa memuat ratusan digit karakter yang disimpan
dalam dimensi yang berukuran kecil.
Yang termasuk barcode 2 dimensi ini antara lain:
ü Datamatrix Code
ü PDF417
ü AZTEC
ü QR Code (Quick Response code)
b. Barcode Reader
Mengingat hampir semua produk yang diperjualbelikan dipasaran
sekarang ini menggunakan barcode, maka tidak heran jika alat
pembaca barcode (barcode reader) juga banyak diminati dan
dibutuhkan. Dengan menggunakan alat ini kesalahan pembacaan
bisa diminimalisir, hal ini juga akan memberi kemudahan bagi
para pemilik toko atau usaha lainnya dalam mengidentifikasi
produk yang ada ditokonya. Selain itu juga dengan adanya barcode
ini aktivitas melakukan pekerjaan hariannya dapat dilakukan
dengan mudah.
Berikut ini adalah jenis-jenis pembaca barcode atau barcode reader
yang umum digunakan di pasaran, yaitu:
• Laser barcode scanner
• Hands free scanner
• Barcode terminal portable
• Barcode decoder
158 Dasar Komunikasi Organisasi
Manfaat QR Code
Berikut ini adalah beberapa contoh pemanfaatan QR Code yang sering ditemui
dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:
1. QR Code sebagai tanda pengenal
Hampir semua kartu tanda pengenal karyawan, saat ini memiliki QR
Code dan biasanya berisi data profil dan kontak karyawan sehingga
klien dapat mengetahui kontak dan profil karyawan perusahaan
tersebut.
2. Sebagai promosi brand tertentu
Pemilik brand dapat memasang QR Code pada banner atau produknya
yang berisi situs atau data mengenai brand tersebut.
3. QR Code sebagai informasi makanan
QR Code seringkali ditambahkan pada kemasan makanan tujuannya
adalah untuk memudahkan pelanggan mengetahui apa saja isi yang
terkandung dalam makanan tersebut sehingga pelanggan dapat
mengetahui informasi mengenai apa yang mereka makan.
4. QR Code sebagai penunjuk lokasi
Seringkali QR Code di temukan pada undangan atau brosur, informasi
pada QR Code tersebut berisi lokasi undangan tersebut. QR Code itu
akan terhubung dengan google maps dan akan langsung diarahkan
menuju lokasi tersebut.
5. Sebagai shortcut aplikasi
Menghubungkan QR Code dengan link download sebuah aplikasi akan
membuat kegiatan promosi sebuah aplikasi lebih efektif. Hanya
dengan scan barcode yang terhubung dengan link download aplikasi,
akan diarahkan ke halaman download tersebut.
160 Dasar Komunikasi Organisasi
BAB 11
DISTORSI PESAN DALAM KOMUNIKASI
ORGANISASI
11.2.6 Penyaringan
Komunikan ke atas yang sering mengalami penyaringan. Manipulasi informasi
terjadi ketika informasi yang kurang disukai tidak disampaikan oleh bawahan
kepada atasannya (Gibson, Ivancevich and Donnelly, 1996).
Menurut Fulk and Mani (1986) ada beberapa faktor yang berhubungan dengan
distorsi komunikasi ke atas yaitu:
1. Kekuatan supervisor. Kekuatan penerima atas pengirim dapat
menyebabkan distorsi dalam aliran pesan ke atas. Mereka yang lebih
Bab 11 Distorsi Pesan dalam Komunikasi Organisasi 167
12.1 Pendahuluan
Sebagai makhluk sosial, setiap manusia senantiasa berinteraksi dengan manusia
lainnya, bahkan cenderung hidup berkelompok atau berorganisasi untuk
mencapai tujuan bersama yang tidak mungkin dicapai bila ia sendiri. Interaksi
dan kerja sama ini akan terus berkembang dengan teratur sehingga membentuk
wadah yang disebut dengan organisasi. Interaksi atau hubungan antar individu-
individu dan kelompok/tim dalam setiap organisasi akan memunculkan
harapan-harapan .
Harapan ini kemudian akan menimbulkan peranan-peranan tertentu yang harus
diemban oleh masing-masing individu untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan
organisasi/ kelompok. Sebuah organisasi memang dibentuk sebagai wadah yang
di dalamnya berkumpul sejumlah orang yang menjalankan serangkaian aktivitas
tertentu secara teratur guna tercapainya tujuan yang telah disepakati bersama.
Terlebih dalam kehidupan masyarakat modern, manusia merasa bahwa selain
mengatur dirinya sendiri, ia juga perlu mengatur lingkungannya, memelihara
ketertiban, mengelola dan mengontrolnya lewat serangkaian aktivitas yang kita
kenal dengan manajemen dan organisasi .
Dalam setiap organisasi yang diisi oleh sumber daya manusia, ada yang
berperan sebagai pemimpin, dan sebagian besar lainnya berperan sebagai
172 Dasar Komunikasi Organisasi
12.2.1 Komunikasi
Istilah komunikasi mengandung makna yang berasal dari bahasa latin
communicationǁ yang berarti pemberitahuan, pemberian bagian, pertukaran, di
mana si pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari
pendengarnya. Kata sifatnya adalah communis yang artinya bersifat umum atau
bersama-sama. Kata kerjanya adalah communicare artinya berdialog, berunding
atau bermusyawarah (Anwar Arifin, 1994). Komunikasi merupakan proses
yang secara umum digunakan manusia dalam melakukan interaksi social.
Pada dasarnya memiliki pengertian yang begitu luas, baik sebagai suatu ilmu
yang tersendiri maupun sebagai proses. Terdapat berbagai defenisi mengenai
komunikasi, Carl I. Hovland mengemukakan sebagai berikut: komunikasi
adalah proses di mana seseorang/ komunikator menyampaikan perangsang-
perangsang (biasanya lambang-ambang dalam bentuk kata-kata) untuk
mengubah tingkah laku orang lain/komunikasi (Onong Uchyana Effendy,
1993). Kemudian Shimp (1993) menyatakan bahwa komunikasi adalah proses
untuk menciptakan atau menampilkan kesamaan pemikiran antara yang
memberikan tanda dengan yang menerima tanda. Defenisi Shimp ini lebih
menekankan pada proses komunikasi yang bertujuan pada terciptanya suatu
persamaan pemikiran atau pendapat pada interaksi yang terjadi (Terence A.
Shimp, 1993).
Pace & Faules (2001) mengemukakan bahwa komunikasi dapat dibedakan
dengan semua perilaku manusia dan organisasi lainnya karena ia melibatkan
proses mental memahami orang, objek dan peristiwa. Dua bentuk umum
tindakan yang merupakan komunikasi yang menekankan pada; 1) penciptaan
pesan atau, lebih tepatnya penciptaan pertunjukkan, dan 2) penafsiran pesan atau
penafsiran pertunjukan (R. Wayne Pace & Don F. Daules, Deddy Maulyana).
Harold D. Lasswell menjelaskan komunikasi sebagai jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan: Who, Say, What, In which channel, To whom, With what effect?
Kalimat ini kemudian dikenal sebagai formula Lasswell (Effendy, 256). Dari
apa yang dikemukakan Lasswell tersebut pada intinya mencakup unsur-unsur
dari komunikasi, yaitu adanya; komunikator, pesan yang disampaikan, media
yang digunakan, komunikan/ audiens, dan efek. Secara sederhana dapatlah
diartikan bahwa komunikasi merupakan kegiatan penyampaian pesan dengan
tujuan menyamakan makna dari seseorang/ lembaga (komunikator) kepada
orang lain/audiens (komunikan).
174 Dasar Komunikasi Organisasi
12.2.2 Organisasi
Salah satu hal terpenting dalam memahami komunikasi organisasi adalah
bahwa kita seyogianya memahami pendekatan-pendekatan yang memengaruhi
cara berfikir atau cara pandang terhadap organisasi. Organisasi menurut
Robbins (2001) diartikan sebagai suatu unit sosial yang dikoordinasikan dengan
sadar, yang terdiri dari dua orang atau lebih, yang berfungsi atas dasar yang
relative terus menerus untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan
bersama (Stephen P. Robbins, 2001).
Pace & Faules (2001) mengemukakan bahwa terdapat dua pendekatan dalam
memahami organisasi, pendekatan objektif dan pendekatan subjektif. Makna
1. Objektifǁ dalam konsep ini merujuk kepada pandangan bahwa objek-
objek, perilaku-perilaku, dan peristiwa-peristiwa eksis di dunia nyata
dan terlepas dari pengamatannya, sedan kan
2. Subjektifǁ merujuk bahwa realitas itu sendiri adalah konstruksi sosial,
realitas sebagai suatu proses kreatif yang memungkinkan orang
menciptakan apa yang ada ―di luar sanaǁ.
tekanannya pada perilaku manusia dalam arti tidak independen dari tindakan-
tindakan manusia. Kedua pendekatan tersebut, baik objektif maupun subjektif
tidak hanya memengaruhi cara pandang terhadap komunikasi organisasi,
namunjuga dalam memahami aspek-aspek lainnya yang terkait dengan perilaku
organisasi.
dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. Serta mencakup
pendekatan-pendekatan yang terkait dalam komunikasi organisasi. Selain itu
terdapat pula jaringan komunikasi dan arus dalam komunikasi. Serta format
interaksi komunikasi organisasi yang terdiri dari komunikasi interpersonal
komunikasi kelompok kecil, dan komunikasi publik.
182 Dasar Komunikasi Organisasi
BAB 13
MANAJEMEN KONFLIK DALAM KOMUNIKASI
ORGANISASI
13.1 Pendahuluan
Setiap orang pernah mengalami konflik dalam pekerjaan, dan biasanya konflik
yang tidak dikelola dengan baik menghasilkan dampak yang negatif baik bagi
perusahaan maupun bagi karyawan tersebut. Bahkan “keputusan untuk bekerja
dalam sebuah organisasi untuk dapat bekerja sama merupakan sebuah
keputusan untuk memasuki konflik. Artinya, sebuah kerjasama tim
membutuhkan manajemen konflik yang baik” (Tjosvold, 2008). Bahkan
pimpinan sebuah organisasi harus bersedia untuk “menyiapkan hampir separuh
waktunya untuk menangani konflik dalam organisasi tersebut” (Watson &
Hoffman, 1996). Salah satu indikasi konflik dalam sebuah organisasi adalah
“tingginya angka atau jumlah karyawan yang tidak hadir pada jam kerja atau
banyaknya karyawan yang keluar dari organisasi tersebut dan bkerja di tempat
lain” (Meyer, 2004).
Sering konflik dipandang sebagai sebuah masalah kecil yang dapat di atasi
dengan seminar manajemen kemarahan atau dengan mengadakan pelatihan cara
komunikasi yang baik. Namun sesungguhnya penyebab konflik bisa lebih besar
dari sekedar kurangnya skill dalam berkomunikasi. Konflik juga bervariasi
184 Dasar Komunikasi Organisasi
mulai dari konflik kecil hingga konflik besar. Mulai dari ketidaksepakatan kecil,
kemudian saling berargumentasi, dilanjutkan dengan saling menyerang secara
fisik, bahkan ada kemungkinan terjadinya upaya untuk saling memusnahkan.
Menurut Lipsky dan Seeber (2006) ada tiga jenis konflik dalam organisasi
dilihat dari dampak yang ditimbulkannya, antara lain: (1) adanya perbedaan
pendapat diantara pekerja (Lipsky et, al. 2003). (2) adanya surat pernyataan
ketidakpuasan dan tuntutan yang dilayangkan kepada masing-masing pihak
(Lipsky and Seeber, 2006). (3) Konflik yang sudah ditangani oleh pihak ketiga
seperti pengadilan / disnaker (Putnam, 2006).
Ada beberapa orang yang berpandangan bahwa konflik itu sesuatu yang negatif.
Pandangan tradisional menganggap bahwa “konflik adalah sesuatu yang
membahayakan dan harus dihindari karena sifatnya yang merusak” (Bush &
Folger 2005). Namun ada juga yang berpendapat bahwa, sebagai manusia
konflik tidak bisa dihindari, jadi sebaiknya konflik jangan dihindari tapi
dibiarkan saja. Namun pendapat ketiga, “yaitu pendapat dari kaum interaksionis
menyatakan bahwa konflik, sebaiknya dikelola sehingga dapat menghasilkan
berbagai ide dan hal-hal baru yang sifatnya positif.” (Ruben 1978: 206). Jadi kita
tidak perlu menghindari atau membiarkan konflik, namun sebaiknya konflik itu
dikelola dengan baik.
Konflik itu juga memiliki perbedaan dari segi dampak yang ditimbulkannya.
Konflik dapat dibedakan antara konflik yang merusak dan konflik yang
membangun. Perbedaan pertama, ialah bahwa konflik yang merusak biasanya
selalu merugikan pihak lainnya. Jadi ada pihak-pihak yang dirugikan.
Sebaliknya konflik yang membangun melahirkan ide kreatif yang dapat
menciptakan win-win solution. Kedua, ciri-ciri konflik yang merusak adalah
ketiak konflik itu terjadi maka konflik itu melahirkan permusuhan yang
berkepanjangan, sementara konflik membangun justru menjadikan kita lebih
toleran dan saling percaya satu sama lain. Ketiga, konflik yang merusak
biasanya berbuntut panjang, di mana hubungan itu semakin lama semakin
renggang. Sementara konflik yang membangun akan membuat kedua belah
pihak semakin bijak. (Sianipar, 2013)
Apa sebenarnya konflik? Konflik dapat digambarkan sebagai suatu bentuk
ketidaksamaan pendapat atau terjadinya kesalahpahaman oleh karena
kurangnya komunikasi atau bisa karena sumber daya yang diperebutkan sangat
terbatas, konflik juga bisa terjadi karena pembagian tugas yang dianggap kurang
adil, atau karena pembagian kewenangan dan kekuasaan yang tidak merata,
Bab 13 Manajemen Konflik dalam Komunikasi Organisasi 185
Dalam setiap organisasi ada beraneka ragam permasalahan yang terjadi dengan
berbagai penyebab / pemicu sehingga konflik itu terjadi. Beberapa faktor
penyebab konflik yang sangat lazom ditemukan adalah (Petkovic et.al, 2008):
1. Kepribadian yang berbeda. Ketika doa orang yang memiliki
kepribadian yang berbeda bekerja bersama maka sangat mungkin
terjadi konflik. Ada saja orang yang tidak senang melihat keberhasilan
orang lain, dan mereka membenci tanpa alasan. Inilah masalah yang
sering terjadi dalam sebuah organisasi. Ketika ambisi dan kepentingan
pribadi merusak hubungan antar karyawan.
2. Hilangnya kepercayaan diantara sesama karyawan. Kepercayaan
adalah dasar dari sebuah hubungan. Untuk dapat membangun
kepercayaan maka diperlukan lima hal utama yaitu: integritas,
kompetensi, konsistensi, kesetiaan, dan keterbukaan. Sebaliknya
kurangnya keyakinan dan kepercayaan merupakan fondasi untuk
terciptanya konflik di masa yang akan datang.
3. Kesalahan dalam komunikasi. Komunikasi yang buruk dapat terjadi
ketika ada elemen yang hilang pada saat komunikasi terjadi. Ini dapat
ditimbulkan oleh karena ketidaksanggupan untuk memahami pesan
yang diampaikan atau kondisi emosi pada saat menerima pesan
tersebut sehingga si penerima tidak memiliki kemampuan untuk
mendengar dengan baik.
4. Berburuk sangka. Prejudis atau berpikiran negatif dapat memicu
terjadinya konflik. Pemikiran yang tidak obyektif biasanya menarik
kesimpulan tanpa melihat pada data-data yang ada. Ketika semua
perilaku dan kegiatan sekelompok orang disalah tafsirkan dengan
tujuan untuk menyakiti dan menindas kelompok lain maka dapat
dipastikan hal yang buruk akan terjadi kepada organisasi itu, di mana
Bab 13 Manajemen Konflik dalam Komunikasi Organisasi 187
Apa yang harus dilakukan ketika banyak konflik yang terjadi dalam sebuah
organisasi? Dalam bidang komunikasi organisasi ada tiga model penanganan
konflik yang sudah sering diterapkan dalam berbagai organisasi (Putnam 2006).
Pertama, adalah model negosiasi, pendekatan ini adalah pendekatan formal yang
dilakukan dalam mengelola konflik. Kedua, adalah model mediasi, disini
organisasi / perusahaan telah menggunakan pihak ketiga untuk memediasi
pihak-pihak yang bertikai. Ketiga, model perhatian ganda terhadap level konflik
yang terjadi. Apakah konflik itu bersifat substantif atau emosional. Ketika
konflik itu terjadi karena masalah pekerjaan maka hal itu masih lebih mudah
diselesaikan daripada konflik yang terjadi karena hubungan pribadi yang tidak
harmonis yang sudah berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama.
Bilamana konflik itu diakibatkan oleh karena masalah kepribadian maka kite
perlu melakukan penanganan kepada orang tersebut agar konflik itu tidak
meluas dan merusak iklim organisasi.
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam mengatasi
“toxic/disfungsional person” yang suka menimbulkan bahkan terlibat konflik
antara lain:
1. Perhatikan siapa saja yang terlibat dalam konflik tersebut, apakah
konflik tersebut terjadi karena situasi atau karena kepribadian
seseorang. Orang yang cenderung bermasalah dengan orang lain oleh
karena masalah non-substansional bahkan cenderung karena masalah
emosional termasuk dalam kategori “disfungsional person” atau orang
yang sulit dihadapi. Kita harus memetakan dan membuat daftar siapa
saja karyawan yang sering terlibat konflik dan panggil mereka agar
mereka juga menyadari bahwa mereka sering terlibat konflik.
2. Biasakan untuk menanyakan pertanyaan yang tepat kepada orang yang
tepat. Seringkali masalah terjadi ketika kita berusaha menyanyakan
pertanyaan yang seharusnya kita tidak tanyakan bahkan lebih buruk
lagi pertanyaan itu kita tanyakan kepada orang yang tidak memahami
akan pertanyaan itu.
3. Dekatkan setiap karyawan kepada tujuan organisasi, seringkali
masalah terjadi ketika karyawan justru mengerjakan hal-hal yang
188 Dasar Komunikasi Organisasi
Jadi konflik itu harus dikelola dengan sebaik-baiknya agar dapat menghasilkan
manfaat pembelajaran yang maksimal demi keuntungan organisasi. Dalam
penanganan konflik ada beberapa metode yang digunakan oleh pihak-pihak
yang terlibat, antara lain:
1. Metode Bersaing, biasanya penanganan dengan metode ini
berorientasi pada tujuan tanpa mengindahkan hubungan antar pribadi.
2. Metode Akomodir, adalah metode yang berorientasi pada hubungan
dengan mengorbankan tujuan.
3. Metode Menghindar, menjauhkan diri dari lawan konflik. Dalam hal
ini baik tujuan dan hubungan tidak dipedulikan.
Bab 13 Manajemen Konflik dalam Komunikasi Organisasi 189
Menurut Aula dan Siira (2007), “Salah satu faktor pemicu terjadinya konflik dan
juga dapat menjadi solusi terhadap konflik adalah komunikasi. Komunikasi
yang tidak baik dapat menimbulkan konflik dan komunikasi yang baik dapat
menyelesaikan konflik.” Meskipun ada juga beberapa penyebab lian terjadinya
konflik seperti karena perbedaan latar belakang individu atau pola pikir bahkan
ada juga karena perbedaan tujuan dan kepentingan yang ingin dicapai,
“komunikasi masih merupakan faktor utama terjadinya konflik dalam sebuah
organisasi” (Thomas & Pondy: 1977). Konflik dapat dibedakan menjadi konflik
interpersonal dan intra personal. Konflik intra personal dapat terjadi antara
beberapa individu yang berbeda. Dalam organisasi, biasanya konflik intra
personal yang lebih sering terjadi daripada konflik intra personal. Bilamana
konflik ini tidak dikelola maka konflik ini akan meluas menjadi konflik antar
kelompok. Ketika terjadi perpecahan dalam sebuah organisasi dan tidak adanya
kesatuan dalam organisasi, konflik itu cenderung meluas sehingga konflik itu
terjadi antar kelompok. Bahkan konflik bisa meluas hingga dapat terjadi antar
organisasi.
Ada beberapa hal yang dapat merangsang terjadinya konflik, diantaranya adalah
yang ditimbulkan karena komunikasi yang buruk seperti: (1) menyebarkan
informasi untuk memanas-manasi, (2) memasukkan orang baru yang cenderung
mengkritik, meremehkan dan mencari-cari kesalahan. (3) Dan yang terakhir
adalah merubah aturan atau kebiasaan yang sudah ada.
Pemimpin organisasi yang ingin mengurangi timbulnya konflik harus rajin
berkomunikasi dengan bawahan. Disamping intensitas komunikasi antara
pimpinan dan bawahan untuk menyamakan persepsi maka komunikasi antar
karyawan juga perlu diarahkan sehingga terjadilah komunikasi yang efektif dan
berdampak kepada peningkatan semangat kerja juga produktifitas kerja. Sedapat
mungkin hindari komunikasi negatif yang berpotensi menimbulkan konflik.
Salah satu prinsip komunikasi yang efektif dalam organisasi telah dijelaskan
Bab 13 Manajemen Konflik dalam Komunikasi Organisasi 191
oleh Rismi Somad, Priansa dan Donni Juni (2014) dengan sebutan REACH
(Respect, Empathy, Audible, Clarity, Humble):
1. Menghargai (Respect): Dengan berkomunikasi dengan rasa hormat
dan saling menghargai tentunya kita akan dapat membangun
kerjasama yang baik dan meningkatkan efektifitas kinerja sebagai
individu maupun secara kelompok.
2. Empati (Emphaty): Dengan mendengarkan dan berusaha memahami
terlebih dahulu sebelum ingin dipahami dan didengarkan maka kita
akan dapat menimbulkan kepercayaan dan keterbukaan dengan orang
lain. Itulah sebabnya adalah lebih baik untuk cepat mendengar dan
lambat berkata-kata daripada lebih cepat berkata-kata dan lambat
untuk mendengar. Tanpa keinginan untuk mendengarkan maka sulit
tercipta saling pengertian.
3. Memahami (Audible): Komunikasi di era teknologi akan dimudahkan
dengan bantuan alat bantu komunikasi audio-visual yang modern
sehingga komunikasi dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. Bukan
hanya komunikasi ini dapat dilakukan dengan cepat, komunikasi ini
juga dapat dimengerti dengan lebih jelas bila menggunakan alat bantu
komunikasi yang baik. Untuk itu sangat dianjurkan agar karyawan
dapat menguasai cara menggunakan berbagai alat komunikasi yang
modern untuk menunjang terciptanya komunikasi yang baik.
4. Jelas (Clarity) yang dimaksud dengan komunikasi yang jelas adalah
komunikasi yang tidak bersifat multi-tafsir. Bilamana komunikasi itu
bersifat ambigu, maka akan banyak pertanyaan dan karyawan yang
mendengarkan akan hidup dalam keraguan. Untuk itu harus ada
keterbukaan dan transparansi agar dapat meningkatkan semangat
kebersamaan dan kerjasama dalam tim.
5. Kerendahan Hati (Humble): Sifat sombong akan menghambat
komunikasi, ketika berkomunikasi perlu dihindari sikap menganggap
diri lebih hebat, menganggap diri penting, dan bahkan menganggap
diri lebih berkuasa dari yang lain. Ketika kerendahan hati mewarnai
komunikasi pastilah ada komunikasi yang positif dan efektif.
192 Dasar Komunikasi Organisasi
Komunikasi yang baik merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam sebuah
organisasi. Komunikasi dapat terhambat oleh karena timbulnya konflik dalam
organisasi. Untuk itu strategi pengelolaan konflik dalam sebuah organisasi
sangatlah penting agar komunikasi yang baik dapat tetap terjaga. Secara khusus
tugas setiap manager adalah menjaga agar komunikasi di dalam organisasi yang
dia pimpin dapat terjaga dengan baik dan keahlian untuk mengelola konflik
sudah menjadi keharusan bagi setiap pemimpin perusahaan maupun pemimpin
departemen, sebab tidak pernah ada organisasi yang luput dari konflik. Ciri
organisasi yang baik dapat dilihat dari pola manajemen konflik di organisasi itu.
Ketika konflik diselesaikan di manajemen pada tingkat yang lebih rendah maka
organisasi tersebut jauh lebih baik dibandingkan dengan organisasi yang
membebankan semua penanganan konflik pada manajemen tingkat tinggi.
Sudah barang tentu hal ini akan memperlambat derap langkah perusahaan untuk
maju.
DAFTAR PUSTAKA
Butarbutar, M., dkk. (2021). Teori Perilaku Organisasi. Medan: Yayasan Kita
Menulis.
Buzzanell, P. M. and Stohl, C. (1999) ‘The redding tradition of organizational
communication scholarship: W. charles redding and his legacy’,
Communication Studies, 50(4), pp. 324–336. doi:
10.1080/10510979909388503.
Cangara, H. (2011). Pengantar Ilmu Komunikasi Cet. XII, Jakarta: Rajawali
Pers.
Cangara, Hafied. (2002) “Pengantar Ilmu Komunikasi,” Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Church, A. H. (1994) ‘the Character of Organizational Communication: a
Review and New Conceptualization’, The International Journal of
Organizational Analysis, 2(1), pp. 18–53. doi: 10.1108/eb028800.
Claudia Schneider (1992) ‘An exploration of school communication approaches
for newly-arrived EAL students: applying three dimensions of
organisational communication theory’, International Journal of Inclusive
Education, 19.
CR Berger, S. C. (2010) The study of communication as a science. 2nd edn.
Edited by M. E. R. & D. R. R.-E. Charles R. Berger. USA: SAGE
Publications, Inc.
Cushway, (1995) Barry and Derej Logde, Organisational Behavior and Design,
(Perilaku dan Desain organisasi) alih bahasa, Sularno Tjiptowardojo,
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,.
Daft, R. L. and Lengel, R. H. (1998) Fusion leadership: Unlocking the subtle
forces that change people and organizations. Berrett-Koehler Publishers.
Darodjat, T. A. and Wildani, M. D. (2011) Konsep-Konsep Dasar Manajemen
Personalia Masa Kini. Bandung: Refika Aditama.
Davis, C. R. (1996) ‘The administrative rational model and public organization
theory’, Administration & Society, 28(1), pp. 39–60.
Davis, K. (1989). Human Behavior At Work: Organizational Behavior. Sixth.
Edition. New York: McGraw Hill, Inc.
Dessler, Gary. (2004) “Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi 9. Jilid 1,”
Jakarta: Gramedia.
198 Dasar Komunikasi Organisasi
Lipsky, D.B., and Seeber, R.L. (2006) ‘Managing Organizational Con icts’, in
J.G. Oetzel and S. Ting-Toomey (eds.) The Sage Handbook of Con ict
Communication: Integrating Theory, Research, and Practice. Thousand
Oaks, CA: Sage, pp. 359-390.
Lipsky, D.B., Seeber, R.L., and Fincher, R.D. (2003) Emerging Systems for
Managing Workplace Con ict: Lessons from American Corporations for
Managers and Dispute Resolution Professionals. San Fran- cisco, CA:
Jossey-Bass.
Little John SW. (1996) Theoris of Human Communicaion. Fifth edition. New
York: Wadsworth Publishing Company,.
Lubis, F. W. (2008) ‘Peranan Komunikasi Dalam Organisasi’, Jurnal Harmoni
Sosial, II(2), pp. 53–57.
M, P. (2018) Employee Empowerment, The Investor Book. Available at:
https://theinvestorsbook.com/employee-empowerment.html (Accessed:
10 February 2022).
Mahmud, D. and Swarnawati, A. (2020) ‘Organization Communication
Network Patterns in Havara’, Perspektif Komunikasi: Jurnal Ilmu
Komunikasi Politik dan Komunikasi Bisnis, 4(1), pp. 50–60.
Marhaeni, Fajar. (2009) “Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktik,” Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Mas, S. R. and Haris, I. (2020) KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
(TEORI DAN APLIKASI). Cetakan Pe. Universitas Negeri Gorontalo
Press.
Mathis, Robert dan John Jackson. (2003) “Manajemen Sumber Daya Manusia
Buku 2,” Jakarta: PT. Salemba 4.
Mc Farland, D. E. (1959) ‘Education for management: New directions and new
challenges’, Academy of Management Journal, 2(1), pp. 39–46.
Meyer, S. (2004) ‘Organizational Response to Con ict: Future Con ict and Work
Outcomes’, Social Work Research, Vol. 28(3), pp. 183-190.
Mihelcic, M. (1999) ‘Organizacija in ravnateljevanje’, Fakulteta za
racunalnistvo in informatiko, Univerza v Ljubljani.
204 Dasar Komunikasi Organisasi
yang-bisa-meningkatkan-kinerja-perusahaan-210517/ (Accessed: 23
December 2021).
Richmond, V . P ., McCroskey J. C., McCroskey L. L., (2005), Organizational
Communication for Survival: Making Work, Work, Allyn
and Bacon,
Needham Heights MA
Robbin, J. G., & Jones, B. S. (1982). Effective Communication for Today's.
Manager. Terjemahan R. Truman Sirait. Jakarta: Tulus Jaya.
Robbins, S. P. and Judge, T. A. (2014) Perilaku Organisasi. Edisi 16. Jakarta:
Salemba Empat.
Robbins, S. P. and Judge, T. A. (2017) Organizational Behavior, Seventeenth
Edition, Global Edition, Pearson Education Limited.
Robbins, S. P. and Judge, T. A. (2019) Organizational Behavior. 18th edn.
United States: Pearson Education.
Robbins, Stephen P. (2001) Teori Organisasi Struktur, Desain Dan Aplikasi,
San Diego: Prentice-Hall International,.
Rogers, E. M. (2019) ‘History Of Communication Study’, 7(2), pp. 28–35.
Roudhonah. (2007). Ilmu Komunikasi. Ciputat: UIN Jakarta Press.
Ruben, B. D. and Farb, S. (1992) ‘The communication-information relationship
in system-theoretic perspective System-Theoretic Perspective’.
Ruben, B.D. (1978) ‘Communication and Con ict: A System-theoretic
Perspective’, The Quarterly Journal of Speech, Vol. 64, pp. 202-210.
Ruliana, Poppy. (2014) “Komunikasi Organisasi: Teori dan Studi Kasus,”
Jakarta: Rajawali Press.
Safaria, Triantoro. (2004) “Kepemimpinan,” Yogyakarta: Graha ilmu.
Schein, E. H. (1971) ‘The individual, the organization, and the career: A
conceptual scheme’, The Journal of Applied Behavioral Science, 7(4),
pp. 401–426.
Schein, E. H. and Schein, P. (2016) Organizational Culture and Leadership.
Wiley.
208 Dasar Komunikasi Organisasi
Universitas HKBP Nommensen pada tahun 2014.Saat ini aktif mengajar mata
kuliah Manajemen Perbankan, Lembaga Keuangan Non Bank , Pengantar
Aplikasi Komputer, Komunikasi Bisnis serta Teori Pengambilan Keputusan,
Perilaku Organisasi dan Manajemen Umum.
Agung Widarman
Lahir di Purwakarta, pada tanggal 6 Mei 1982. Saat
ini tercatat aktif sebagai Dosen di Sekolah Tinggi
Teknologi Wastukancana Purwakarta sejak tahun
2006. Pendidikan terakhir S2 di Universitas Pasundan
Bandung, tahun 2016.
Joseph H Sianipar
Dosen di STFT Surya Nusantara. Lahir di Bandung
pada tahun 1972. Setelah menamatkan pendidikan S1
dari Bandung (1994), penulis melanjutkan studi ke
Filipina dan meraih beberapa gelar antara lain Master
of Ministry (2002), Doctor of Ministry (2013) dan
Master of Business Administration (2016).
View publication stats