net/publication/366954338
CITATION READS
1 5,035
13 authors, including:
All content following this page was uploaded by Unang TOTO Handiman on 28 November 2023.
Penulis:
Eko Sudarmanto, Sukarman Purba, Sunday Ade Sitorus
Anggri Puspita Sari, Hengki Mangiring Parulian Simarmata
A. Nururrochman Hidayatulloh, Andriasan Sudarso
Syafrida Hafni Sahir, Hasyim, Jusriati
Agustian Budi Prasetya, Fajrillah, Unang Toto Handiman
Penerbit
Yayasan Kita Menulis
Web: kitamenulis.id
e-mail: press@kitamenulis.id
WA: 0821-6453-7176
IKAPI: 044/SUT/2021
Atas berkat rahmat dan karunia Allah SWT, Tuhan yang Maha Pengasih
dan Penyayang, buku hasil karya kolaborasi dari beberapa penulis yang
berjudul “Manajemen Kreativitas dan Inovasi” ini telah selesai disusun
dan berhasil diterbitkan. Semoga dapat memberikan sumbangsih
keilmuan dan menambah wawasan bagi semua pihak terutama para
akademisi, praktisi dan pihak-pihak yang tertarik dalam pengembangan
ilmu manajemen dan inovasi.
Buku ini terdiri dari beberapa bahasan yang cukup lengkap, mulai dari
bahasan tentang :
Bab 1 Konsep Dasar Manajemen Inovasi
Bab 2 Berpikir Kreatif dan Kreativitas Usaha
Bab 3 Inovasi Usaha
Bab 4 Pengelolaan Kreativitas dan Inovasi Individu
Bab 5 Inovasi Produk dan Jasa
Bab 6 Inovasi Sosial
Bab 7 Inovasi Milenial
Bab 8 Inovasi Hijau
Bab 9 Inovasi Terbuka
Bab 10 Kreatif dan Inovasi dalam Berusaha
Bab 11 Proses Inovasi dan Manajemen Pengetahuan
Bab 12 Manajemen Kreativitas dan Inovasi Berbasis Pengetahuan
Bab 13 Strategi Menciptakan Usaha Berbasis Inovasi
dan secara terbuka kami menerima berbagai kritik dan saran dari para
pembaca sekalian.
Terakhir, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang
telah mendukung dan turut andil dalam seluruh rangkaian proses
penyusunan dan penerbitan buku ini, sehingga buku ini bisa hadir di
hadapan sidang pembaca. Semoga kehadiran buku ini membawa manfaat
yang sebesar-besarnya serta dapat memberikan kontribusi bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang manajemen
inovasi.
Tim Penulis
Daftar Isi
1.1 Pendahuluan
Manajemen inovasi memiliki peranan penting untuk mendukung
perkembangan perusahaan dalam memenangi persaingan. Contoh perusahaan
yang saat ini sukses mengelola inovasi dengan baik adalah Apple. Apple yang
berdiri sejak tahun 1970-an, terus mengembangkan inovasi produk-produknya
hingga menghasilkan produk jenis gadget Ipad, Iphone, Ipod yang selalu
dinanti di pasaran, meski setelah meninggalnya sang pendiri Steve Job, Apple
diperkirakan akan tetap bertahan selama terus melakukan inovasi-inovasi yang
sesuai selera konsumen dan pelanggannya. Contoh lainnya adalah Google,
yang muncul dengan dengan berbagai layanan search engine dan dilengkapi
dengan berbagai layanan lain yang selalu dan kembangkan dan unik di
internet.
Manajemen inovasi diperlukan untuk mengatur ide-ide hasil kreativitas dan
inovasi yang biasanya mencapai jumlah yang sangat banyak. Keberadaan ide-
ide yang muncul harus dikelola secara sistematis sesuai dengan pengembangan
usaha melalui sistem yang terstruktur, sistematis, efisien, dan berkelanjutan.
Banyaknya ide yang muncul, memerlukan manajemen inovasi untuk
2 Manajemen Kreativitas dan Inovasi
lebih produktif sehingga memberikan nilai tambah atas suatu produk. Seorang
yang inovatif, baik langsung maupun tidak langsung merupakan orang yang
bisa membawa perubahan terhadap lingkunganya. Dan disisi lain, seorang
inovatif adalah orang yang sanggup menerima perubahan yang terjadi dan
menyikapi perubahan tersebut dengan positif. Seorang yang inovatif akan
berani mengambil risiko berhasil ataupun gagal di setiap aktivitas yang
dijalankan (Simanjuntak et al., 2021). Seorang yang inovatif akan mampu
bertahan pada kondisi perekonomian yang sulit dan penuh ketidakpastian,
karena ia memiliki kreasi dan inovasi untuk dapat mengoptimalkan sumber
daya yang ada agar lebih produktif sehingga memberikan nilai tambah yang
maksimal.
Berikut beberapa definisi inovasi, menurut para ahli:
1. Schumpeter (1934), memberikan devinisi inovasi sebagai kombinasi
baru dari faktor-faktor produksi yang dibuat oleh pengusaha, dan
pemikiran inovasi adalah kekuatan pendorong yang penting dalam
pertumbuhan ekonomi.
2. Everett M. Rogers (1983), mendefisisikan inovasi sebagai suatu ide,
gagasan, praktek atau objek/benda yang disadari dan diterima sebagai
suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi.
3. Van de Ven et al. (1999), mendefinisikan inovasi sebagai suatu
pengembangan dan implementasi gagasan-gagasan baru dalam
jangka waktu tertentu untuk melakukan transaksi-transaksi dengan
orang lain dalam suatu tatanan organisasi.
4. Kuniyoshi Urabe (1988), mengemukakan bawa inovasi bukan lah
kegiatan satu kali pukul (one time phenomenon), melainkan suatu
proses yang panjang dan kumulatif meliputi banyak proses
pengambilan keputusan di dalam organisasi dari mulai penemuan
gagasan sampai implementasinya di pasar.
5. Undang-Undang No. 18 tahun 2002, menyebutkan bahwa inovasi
adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau perekayasaan
yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks
ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau
proses produksi.
4 Manajemen Kreativitas dan Inovasi
Dalam hal inovasi, Robbins memfokuskan pada 3 (tiga) hal utama yaitu:
1. Gagasan baru, yaitu suatu olah pikir dalam mengamati suatu
fenomena yang sedang terjadi dari berbagai bidang, dan gagasan baru
ini dapat berupa penemuan dari suatu gagasan, pemikiran, ide, sistem
sampai pada berbagai gagasan yang disatukan.
2. Produk barang atau jasa, yaitu hasil lanjutan dari munculnya gagasan
baru yang ditindaklanjuti dengan aktivitas, kajian, penelitian dan
percobaan sehingga melahirkan konsep yang lebih konkret dalam
bentuk suatu produk berupa barang atau jasa yang siap
dikembangkan dan diimplementasikan.
3. Upaya perbaikan, yaitu usaha sistematis untuk melakukan
penyempurnaan dan perbaikan (improvement) secara terus menerus
sehingga hasil inovasi tersebut dapat dirasakan nilai manfaatnya
secara luas dan optimal.
Bab 1 Konsep Dasar Manajemen Inovasi 5
diperhitungkan adalah input dan output. Model inovasi black box ini
muncul dan berdampingan dengan teori-teori sosiologi, yaitu ilmu
yang menekankan pentingnya otonomi ilmiah dan kemerdekaan
untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Generasi Kedua - Model Linier.
Gambaran inovasi linier pertama memfokuskan pada kebaruan
teknologi sebagai sebuah kekuatan pendorong untuk inovasi. Model
linier “tarikan kebutuhan” (need pull) atau model “dikendalikan
pasar” dikembangkan tidak lama setelah diakui pentingnya pasar dan
tuntutan konsumen potensial atas teknologi. Dikotomi technology -
push/ need-pull digunakan juga untuk memperkenalkan sejumlah
kasus kegagalan. Namun demikian, model linier juga banyak
memiliki penyimpangan dari realitas.
3. Generasi Ketiga – Model Interaktif.
Terdapat kebutuhan untuk memahami lebih dalam dan lebih deskripsi
atas semua aspek oleh para aktor dari proses sebuah inovasi. Model
interaktif, inovasi tidak lagi menjadi produk akhir dari tahap
kegiatan, tetapi inovasi dapat terjadi di berbagai tempat seluruh
proses tersebut secara berulang (circular) atau berurutan. Kekuatan
utama dari model interaktif adalah penjelasan dari beberapa interaksi
yang diperlukan untuk keberhasilan dari sebuah inovasi. Model
interaktif adalah upaya untuk membawa bersama-sama dorongan
teknologi dan tarikan pendekatan pasar menjadi model inovasi yang
lebih komprehensif.
4. Generasi Keempat – Model Sistem.
Kompleksitas inovasi membutuhkan interaksi yang tidak hanya dari
spectrum yang luas dari dalam perusahaan tetapi juga dari kerja sama
antar perusahaan tersebut. Fokus utama dari pendekatan model sistem
ini adalah bahwa inovasi merupakan sebuah sistem yang mencakup
penekanan pada interaksi, antar keterhubungan (inter connectedness)
dan sinergi.
12 Manajemen Kreativitas dan Inovasi
2.1 Pendahuluan
Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila
diperhadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan.
Artinya, berpikir adalah memproses informasi secara mental atau secara
kognitif. Berpikir mencakup banyak aktivitas mental dan dalam proses berpikir
akan memperoleh informasi atau pengetahuan dari manusia melalui alat indra
penglihatan, peraba, pengecap, pencium, pendengaran dan lainnya.
Sesungguhnya, berpikir kreatif dimiliki oleh semua orang karena berpikir
kreatif adalah menggagas ide-ide baru yang orisinil. Setiap individu atau
peserta didik yang merasa tidak bisa menciptakan ide baru pun sebenarnya
mampu untuk berpikir kreatif asalkan harus sering dilatih. Artinya, pada
hakikatnya berpikir kreatif berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai
hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang
telah ada. Berpikir kreatif adalah cara berpikir yang dapat menciptakan ide-ide
dan inovasi baru sehingga orang yang berpikir kreatif akan berusaha untuk
berbuat atau melakukan usaha yang baru.
14 Manajemen Kreativitas dan Inovasi
2. Aspek afektif, yaitu yang lebih berkaitan dengan sikap dan perasaan
seseorang, yang ditandai dengan berbagai perasaan tertentu, seperti:
rasa ingin tahu, bersifat imajinatif/ fantasi, sifat berani mengambil
risiko, sifat menghargai, percaya diri, dan keterbukaan terhadap
pengalaman baru.
tujuan untuk menciptakan ide-ide atau hal-hal yang baru atau berbeda dari
yang lain. Untuk mendapatkan ide-ide yang baru dan orisinil, maka
kemampuan dalam berpikir kreatif harus dikembangkan dengan latihan.
Menurut Susanto (2013), ada lima tahapan yang harus dilakukan dalam
pengembangan kemampuan berpikir kreatif, sebagai berikut:
1. Stimulus, yaitu perlu adanya stimulus dari pikiran yang lain yang
didorong atas suatu kesadaran bahwa sebuah masalah harus
diselesaikan;
2. Eksplorasi, yaitu peserta didik dibantu untuk mempertimbangkan
alternatif-alternatif pilihan sebelum membuat suatu keputusan secara
kreatif sehingga peserta didik mampu menginvestigasi lebih lanjut;
3. Perencanaan, yaitu setelah diadakan stimulus berupa masalah, maka
dilakukan eksplorasi pemecahan masalah, membuka berbagai
rencana atau strategi dalam pemecahan masalah sehingga dapat
diambil beberapa rencana yang paling tepat untuk solusi;
4. Aktivitas, yaitu proses kreatif dimulai dengan suatu ide atau
kumpulan ide, dengan memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk menyadari pola berpikirnya dalam bentuk aktivitas atau
melaksanakan berbagai rencana yang lebih ditetapkan;
5. Review, yaitu peserta didik perlu melakukan evaluasi dan meninjau
kembali pekerjaan dengan melatih menggunakan imajinasi mereka
dalam mengevaluasi.
Aini (2022), menyatakan ada empat tahapan yang dapat dilalui untuk melatih
mengembangkan pola pikir kreatif yang dimiliki setiap individu, yaitu:
1. Tahapan persiapan, yaitu pengenalan dan penganalisisan
permasalahan yang sedang dihadapi;
2. Tahapan inkubasi, yaitu menginternalisasikan dan berpikir kritis
mengenai penyelesaian masalah, penyebab permasalahannya dan lain
sebagainya;
3. Tahapan pencahayaan, yaitu solusi dari penyelesaian masalah sudah
mulai muncul dalam bentuk ide ide yang kreatif dan inovatif;
4. Tahapan verifikasi, yaitu berisikan mengenai upaya penerapan solusi
dan ide inovatif yang telah dianalisis dan dipertimbangkan
sebelumnya.
Bab 2 Berpikir Kreatif dan Kreativitas Usaha 21
Hanifah & Julia. (2014), menyatakan berpikir kreatif dapat diukur dengan
indikator, sebagai berikut:
1. Kelancaran, yaitu kemampuan peserta didik dalam mengemukakan
beberapa pendapat dalam pembelajaran;
2. Keluwesan, yaitu keterampilan berpikir yang berbeda dari orang lain,
mencari alternatif jawaban secara variatif, memberi pertimbangan
yang berbeda terhadap situasi yang dihadapi, dan mampu mengubah
arah berpikir secara spontan;
3. Keaslian, yaitu keterampilan peserta didik dalam melahirkan ide-ide
baru yang unik, membuat kombinasi yang tidak lazim untuk
menunjukan diri, mencari pendekatan baru dalam menyelesaikan
masalah dengan caranya sendiri;
4. Kerincian, yaitu peserta didik mampu mengembangkan suatu gagasan
yang diterimanya dan memiliki keterampilan yang tidak cepat puas
dengan pengetahuan yang sederhana.
Sedangkan, menurut Lestari (2020), bahwa upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kreativitas usaha, sebagai berikut:
1. Punya semangat untuk menambah ilmu baru, yaitu orang kreatif akan
mempunyai banyak ide yang bisa diperoleh dari membaca, sharing
dengan orang lain, atau mengikuti pelatihan dan sejenisnya;
2. Jangan takut bereksperimen, yaitu kreativitas akan memunculkan
peluang usaha baru yang menguntungkan sehingga tidak perlu takut
Bab 2 Berpikir Kreatif dan Kreativitas Usaha 27
lebih baik. Dengan cara ini, pelaku usaha dapat memiliki pembeda
yang unik, baik dalam produk maupun identitas.
Rosmadi (2019), Tentunya para pengusaha dan pengusaha selalu mencari cara
baru untuk meningkatkan usahanya. Anda perlu menemukan cara baru untuk
memecahkan masalah, membuat tenaga kerja Anda lebih produktif, dan
menjadi lebih kompetitif. Solusi terbaik untuk semua masalah ini adalah
dengan merangsang kreativitas kita dan mencoba menghasilkan inovasi usaha
baru. Tanpa dua hal ini, Anda terjebak dengan cara lama dalam melakukan
hal-hal yang tidak berinovasi dalam usaha Anda (Marques & Ferreira, 2009).
Manfaat utama dari inovasi usaha yang pasti akan dirasakan semua usaha
adalah:
1. Inovasi usaha dapat memecahkan masalah yang tampaknya tidak
dapat diselesaikan.
Sebagian besar perusahaan selalu berada dalam lingkaran yang sama.
Jadi jika saya memiliki masalah besar, saya hanya mencoba
34 Manajemen Kreativitas dan Inovasi
Cynthia et al. (2014); Suendro (2010), Upaya inovasi bisnis yang efektif
membutuhkan:
1. Partisipasi pengusaha atau pelaku usaha untuk membangun
kemampuan ekonomi masyarakat.al ini menciptakan berbagai
kesempatan kerja yang mendukung stabilitas ekonomi masyarakat.
2. sifat, watak, kualitas dan nilai-nilai pengusaha atau badan ekonomi
yang berkuasa; adalah kunci sukses atau sukses sejalan dengan visi
dan misi hidup Anda. Seseorang yang dapat mengembangkan
manajemen dan strategi untuk mengidentifikasi peluang bisnis yang
ada.
3. Kreativitas dan inovasi para pelaku usaha untuk menciptakan produk
atau jasa. Ide atau gagasan baru yang dipadukan dengan teknologi
40 Manajemen Kreativitas dan Inovasi
4.1 Pendahuluan
Persaingan global yang terjadi merupakan tantangan bagi setiap perusahaan
atau organisasi untuk melakukan berbagai upaya dan menerapkan berbagai
strategi agar mampu bertahan dan memenangkan persaingan yang kompetitif.
Strategi tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan kreativitas dan inovasi.
Kreativitas tidak hanya diperlukan dalam mengembangkan sebuah produk atau
layanan baru, namun juga diperlukan pada setiap jenis organisasi. Kreativitas
merupakan atribut khusus yang berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
menghasilkan banyak ide kreatif. Ide kreatif individu dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain kemampuan kognitif, keyakinan diri (optimisme),
orientasi motivasi, dan ciri-ciri kepribadian tertentu. Orang-orang kreatif
memiliki sifat plastisitas tingkat tinggi seperti keterbukaan yang lebih tinggi,
impulsif, dan berusaha mencari kebaruan (Feist, 1998).
Pada segi proses, kreativitas dipandang sebagai sebuah proses kognitif yang
bersifat intra personal, sedangkan inovasi lebih menekankan pada antar
individu dalam kelompok kerja (Rank et al 2009). Kreativitas merupakan salah
satu aspek gagasan dari inovasi, sedangkan inovasi mencakup keduanya, yakni
42 Manajemen Kreativitas dan Inovasi
ide dan implementasi nyata dari ide yang diajukan (West & Farr, dalam Rank
et al, 2009). Meskipun inovasi tidak mengisyaratkan kebaruan absolut, namun
hal tersebut dipandang sebagai sebuah inovasi jika perubahan yang terjadi
dianggap sebagai suatu hal yang baru oleh individu, kelompok atau organisasi.
Perilaku inovatif muncul karena tindakan kreatif individu untuk
mengembangkan ide-ide produktif untuk meningkatkan proses, prosedur dan
produk. Dalam mengembangkan pemikiran kreatif dan inovatif membutuhkan
dukungan organisasi yang kuat (Anderson et al, 2004). Inovasi pada individu
dapat ditingkatkan dengan memiliki rasa ingin tahu. Keingintahuan tersebut
merupakan cara untuk mengumpulkan kemampuan dan pengalaman yang
mengarahkan individu untuk mengenali, mencari, dan menerima pengetahuan
dan keterampilan atau pengalaman baru. Menurut teori kognitif sosial, individu
memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui pengalaman langsung
untuk mencapai tugas dan pembelajaran observasional (Gong et al, 2009).
4.2 Kreativitas
Kondisi atau faktor yang memengaruhi kreativitas dalam suatu organisasi
merupakan pertimbangan penting bagi pengembangan sumber daya manusia
(SDM) dan manajemen yang berkepentingan dengan pengembangan
organisasi untuk kreativitas. Sumber daya manusia yang kreatif adalah sumber
daya manusia yang mampu menciptakan ide atau gagasan baru untuk
menghasilkan produk baru (Widiastuti dkk, 2019). Kreativitas berasal dari
bahasa Inggris: Create(v) artinya menciptakan atau mengubah bentuk,
Creativity(n) yang artinya menciptakan atau daya cipta. Dengan kata lain
kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan suatu. Florida
(2002), menyatakan “Human creativity is the ultimate economic resource. The
ability to come up with new ideas and better ways of doing things is ultimately
what raises productivity and thus living standards”. Artinya kreativitas adalah
sumber daya ekonomi yang sangat ternilai. Kemampuan menghadirkan ide
baru dan cara yang lebih baikdalam rangka meningkatkan produktivitas dan
standar hidup.
Menurut Semiawan (2009), menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan
memberikan gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah,
maka melalui kreativitas akan adanya kemampuan untuk memberikan gagasan
baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Sedangkan Zimmerer, et
Bab 4 Pengelolaan Kreativitas dan Inovasi Individu 43
2. Produk
Kreativitas berdasarkan produk merupakan upaya kreativitas yang
berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik
sesuatu yang berwujud baru /original atau sebuah
erabolasi/penggabungan yang bersifat inovatif. Di mana hal ini
menunjukkan bahwa sebuah karya dapat dikatakan kreatif jika suatu
ciptaan yang baru atau orisinil dan bermakna dari individu atau bagi
lingkungannya.
3. Pribadi atau person
Kreativitas menceriminkan keunikan diri individu dalam pikiran dan
perilak. Kreativitas diperlukan kemampuan individu untuk
menciptakan sesuatu yang baru. Individu yang kreatif lebih bersifat
mandiri dan tidak merasa terikat pada nilai-nilai dan norma-norma
umum yang berlaku.
4.3 Inovasi
Inovasi merupakan kegiatan atau aktivitas dalam menyempurnakan atau
meningkatkan fungsi dari pemanfaatan suatu produk atau sumber daya
sehingga manusia mendapatkan manfaat atau nilai yang lebih dari sebelumnya.
Inovasi dapat terjadi di berbagai bidang kehidupan, baik di dunia bisnis,
pendidikan, komunikasi dan lainnya. Proses inovasi bertujuan untuk menarik
perhatian dan mempertahankan konsumen melalui penimgkatan kualitas
produk dalam bisnis tersebut.
Widjaja dan Winarso (2019), menyebutkan ciri-ciri inovasi yaitu:
1. Memiliki ciri khas yang spesifik atau keunikan.
2. Merupakan ide baru, yaitu suatu ide yang belum pernah dipublikasi
atau di ungkapkan oleh pihak lain.
3. Dilakukan secara terencana, di mana suatu ide di kategorikan sebagai
inovasi bila dilakukan dengan sengaja dan terencana dalam
pengembangannya.
4. Memiliki tujuan yang berhubungan ide dan tereksekusi secara
sengaja dan terencana dengan tujuan tertentu.
46 Manajemen Kreativitas dan Inovasi
muncul akan sampai pada tahap aplikasi dan tentunya melalui proses yang
lebih kompleks
Kleysen dan Street (2001), menjelaskan bahwa skala untuk mengukur perilaku
kerja inovatif seseorang dapat digunakan analisis faktor yang menghasilkan 3
(tiga) dimensi, yaitu:
1. Eksplorasi peluang (memberikan perhatian, mencari, mengenali dan
mengumpulkan informasi tentang peluang).
2. Pengarahan untuk menghasilkan perubahan yang positif (ide atau
solusi atas peluang, katagori peluang, kombinasi ide dan informasi).
3. Investigasi informasi (mencoba ide atau solusi)
50 Manajemen Kreativitas dan Inovasi
Bab 5
Inovasi Produk dan Jasa
5.1 Pendahuluan
Gagasan baru penting dilakukan untuk menciptakan produk yang mampu
beradaptasi dengan perkembangan zaman. Hal ini disebabkan karena pasar
selalu berubah dan konsumen cenderung memilih produk yang memberikan
nilai lebih. Inovasi produk adalah upaya untuk mengembangkan,
memperbaiki, dan menyempurnakan kualitas dari produk sebelumnya. Inovasi
merupakan kombinasi baru dari faktor produksi yang dibuat pelaku usaha
untuk mendorong penjualan (Sisca et al., 2021). Inovasi produk dilakukan
untuk meningkatkan nilai tambah barang dan memberikan dampak positif
kepada pemenuhan kebutuhan pelanggan. Inovasi produk menjadi prioritas
dalam pengembangan bisnis, mempertahankan market share, dan bertahan dari
tekanan pesaing. Inovasi produk dilakukan karena memberikan banyak
manfaat positif bari pelaku usaha. Inovasi dapat terjadi karena beberapa hal
seperti adanya masukan atau feedback dari pelanggan dan penemuan baru.
Inovasi produk erat kaitannya dengan penggunaan teknologi (Siregar et al.,
2020).
Inovasi produk diartikan sebagai tindakan untuk menciptakan produk baru
guna memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen yang terus berkembang.
Inovasi dilakukan dengan memberikan nilai tambah, manfaat, dan fungsi
produk yang dikembangkan. Inovasi produk mendapatkan apresiasi dari para
52 Manajemen Kreativitas dan Inovasi
2. Marketing Pull
Inovasi berdasarkan interaksi pemasar dengan pelanggan sehingga
mendapatkan ide-ide baru untuk produk. Inovasi dilakukan karena
adanya ketidakpuasan pelanggan terhadap produk perusahaan.
Perusahaan perlu mengatasi persoalan diatas dengan melakukan
pembaharuan dari produk. Ide dari pelanggan disampaikan ke bagian
pengembangan produk untuk didesain kemudian bagian manufaktur
melakukan produksi dan produk di pasarkan.
Menurut Kotler dan Amstrong inovasi produk dilakukan berdasarkan pada (a)
kualitas produk yang meliputi daya tahan, keandalan, ketelitian yang
dihasilkan, (b) varian produk yang bertujuan membedakan antara produk satu
dengan yang lain dan produk pesaing, dan (c) gaya dan desain produk
sehingga menambah nilai bagi pelanggan (Hasibuan et al., 2020).
Bab 6
Inovasi Sosial
6.1 Pendahuluan
Era kemajuan manusia pada abad ke 21 ini menghadirkan perubahan dalam
segenap dimensi manusia. Perubahan hingga saat ini pada era 4.0 telah
membangun kebudayaan digital dalam setiap proses kehidupan manusia. Iklim
kompetisi meskipun sedari awal telah terjadi pada masa lalu namun perubahan
signifikansinya terlahir pada era digital sekarang ini. Hadirnya revolusi industri
4.0 telah membawa perubahan fundamental pada berbagai tatanan kehidupan
manusia, dengan ditandainya perkembangan secara eksponensial dimensi
kreativitas dan inovasi dengan pemanfaatan teknologi informasi yang
mendisrupsi berbagai sendi kehidupan global, termasuk persaingan dalam
bidang ekonomi. Era revolusi industri 4.0 menjadikan ekonomi kreatif menjadi
salah satu isu strategis yang layak mendapatkan pengarusutamakan sebagai
pilihan strategi memenangkan persaingan global, ditandai dengan terus
dilakukannya inovasi dan kreativitas guna meningkatkan nilai tambah
ekonomi melalui kapitalisasi ide kreatif.
Dalam konteks negara, inovasi memiliki peranan yang cukup strategis
sehingga menjadikan sebuah negara yang memiliki daya kreasi dan inovasi
seperti contohnya China hingga saat ini adalah negara yang memiliki tingkat
inovasinya dalam pembangunan. Melalui proses inovasi yang berkelanjutan
maka akan menciptakan kreativitas warga masyarakat dalam dimensi apapun
64 Manajemen Kreativitas dan Inovasi
dan akan menjadi sebuah negara pemenang. Sisi lainnya adalah berhubungan
dengan tingkat teknologi bahwa tak pelak aspek tersebut memiliki kontribusi
yang sangat besar bagi pengembangan inovasi sosial di Indonesia. Dalam
sebuah negara sebesar Indonesia dengan keanekaragaman yang tinggi, para
pembuat kebijakan mengalami kesulitan besar untuk menerapkan solusi yang
tepat pada segenap lapisan masyarakat untuk memecahkan masalah-masalah
sosial. Oleh karenanya mungkin setidaknya ada 3 hal yang memberikan
justifikasi berkaitan dengan munclnya permasalahan sosial terkait dengan
inovasi sosial yang di ciptakan terutama dalam segi aspek mengatasi masalah
sosial ekonomi. Masalah muncul adalah karena pertama, upaya dalam
mengakomodir permasalahan urbanisasi yang tinggi di kota besar karena
alasan dominasi ekonomi dan kesejahteraan di kota lebih banyak memberikan
kehidupan yang layak di bandingkan dengan di wilayah pedesaan, kedua yaitu
yang berkaitan dengan persoalan sektor energi yang terbarukan. Adanya
konversi energi dari minyak bumi dan gas ke energi listrik setidaknya akan
menjadi sebuah bentuk transformasi sosial ekonomi dalam dimensi energi
terbarukan yang cukup penting menuju ”green revolution”. Ketiga adalah yang
berkaitan dengan persiapan masyarakat pada proses tranformasi ekonomi
digital yang lebih cepat dan mudah terhadap layanan perbankan. Setidaknya 3
hal tersebut menjadi pokok permasalahan utama sebagai dasar masalah sosial
yang memerlukan proses daya dan kreasi dari inovasi sosial masyarakatnya.
Inovasi sosial, konsep yang muncul dan gerakan berskala global meskipun
masih dalam batas tertentu akan tetapi banyak memberkan inspirasi dan
pemikiran serta gerakan komunal dengan memberikan isu general dan
beberapa alternatof tawaran solusi yang lebih efektif dan relevan. Inovasi
sosial memberikan sedikit soludi dari segenap permasalahan yang kontributif
dan diterima masyarakat guna menangggapi kebuthan terhadap permasalah
sosial yang terjadi dan urgent untuk segera diselesaikan. Gagasan tersebut telah
memperoleh dasar bahwa inovasi sosial bukan hanya tentang menanggapi
kebutuhan sosial yang mendesak dan menangani masyarakat tantangan
perubahan iklim, penuaan atau kemiskinan, tetapi juga merupakan mekanisme
untuk mencapai perubahan sistemik dalam segenap sendi kehidupan. Ini
dilihat sebagai cara untuk mengatasi penyebab mendasar dari masalah sosial
daripada hanya mengurangi gejalanya saja.
Bab 6 Inovasi Sosial 65
Beberapa sosiolog terkenal lainnya seperti Karl Marx dan Max Weber juga
bekerja secara ekstensif pada inovasi sosial untuk membawa perubahan sosial.
Akhir-akhir ini Joseph Schumpeter memasukkannya ke dalam konsep
destruksi kreatifnya serta memperluas konsepnya untuk mendefinisikan
kewirausahaan sebagai cara menciptakan produk atau layanan baru dengan
menggabungkan elemen-elemen yang ada. Pengertian inovasi sosial adalah
seperangkat yang mencakup ide, cara dan sarana, strategi dan bahkan
organisasi yang menghasilkan solusi inovatif untuk memenuhi tuntutan publik
dalam berbagai aspek kehidupan. Akan tetapi penulis secara sederhana
memberikan pandangan bahwa inovasi sosial adalah konseptualisasi dari
sebuah perilaku kolektif dan tindakan baru yang diterima oleh kelompok sosial
yang terdampak dari sebuah kepentingan kebijakan dan diterapkan untuk
mengatasi tantangan sosial sebagai akibat dari ekses yang ditimbulkan dari
akibat pengambilan keputusan. Oleh karena itu maka inovasi sosial lebih
menitiberatkan pada aspek humanitas.
Meskipun inovasi sosial telah menjadi istilah yang dikenal luas, sedikit yang
diketahui tentang persyaratan yang harus dipenuhi suatu inovasi untuk menjadi
inovasi sosial dan membedakan dirinya dari jenis inovasi lainnya. Salah satu
upaya kolektif yang paling berharga adalah adanya Deklarasi Wina, yaitu
pencapaian utama Konferensi Inovasi Sosial Tantangan 2011. Deklarasi Wina
mengembangkan inovasi sosial sebagai alternatif terbaik untuk inovasi
berorientasi teknologi sebagai grand design yang gagal memecahkan masalah
yang muncul dari industri ke masyarakat berbasis pengetahuan dan layanan.
Dalam deklarasinya menyatakan bahwa perubahan sosial yang mendasar
dalam berbagai bidang membutuhkan penyertaan inovasi sosial dalam
perubahan paradigma sistem inovasi. Pokok bahasan guna menyertakan
inovasi sosial akan bersinggungan di bidang pengangguran, perubahan iklim,
pendidikan, kemiskinan, dan kerentanan sosial.
Beragam perspektif inovasi sosial mulai dikaji oleh banyak pemikir misalnya
dalam aspek krisis ekologi, inovasi akar rumput melalui literature reviewnya
yang disampaikan oleh (Haskell, Bonnedahl and Stål, 2021), juga oleh
(Seyfang and Smith, 2007), (Hilmi, 2012) serta (Pansera, 2013) di ranah
setting agenda kebijakan pada tataran akar rumput, inovasi sosial digital
disektor pemerintahan di wilayah perdesaan oleh (Certomà, 2022). Selain itu
pengembangan tranformatif inovasi sosial coba dikaji oleh (Pel et al., 2020).
Pandangan pembentukan inovator dalam dimensi pemberdayaan masyarakat
juga sangat penting berkenaan dengan pembangunan sosial. (Kumar et al.,
Bab 6 Inovasi Sosial 67
1. Good Idea
Pemikiran kreatif dari seorang inisiator yang ada di dalam kelompok
masyarakat untuk mengatasi masalah yang terjadi di komunitas
tersebut.
2. Immature Social Innovation
Pada saat ini ide yang dicetuskan sudah mulai diaplikasikan di
kelompok masyarakat tetapi masih sedikit partisipasi komunitas yang
terlibat sehingga disebut immature. Ada kalanya aplikasi demikian
sulit dilakukan karena adopsi ide yang ada tidak mudah dilakukan.
3. Mature Social Innovation
Pada tahap ini praktek inovasi sosial sudah dilakukan secara merata
oleh semua anggota komunitas secara efisien dan efektif sehingga
mengubah pola perilaku komunitas tersebut.
4. Extension
Pada tahapan ini, inovasi sosial yang terjadi sudah tidak sesuai lagi
dengan tujuan awal tetapi sudah mengalami perluasan manfaatnya
bagi komunitas tersebut.
5. Diffuse
Tahap ini sudah merupakan tahap inovasi sosial yang sangat matang
di mana aplikasinya sudah menyebar melampaui manfaat di tujuan
awal dan bahkan dipergunakan ole masyarakat di luar komunitas
awal.
Inovasi sosial tentu saja menjadi salah satu pintu solutif bagi sebuah negara
guna menjawab tantangan dan kebutuhan di masa depan, dalam perspektif
bisnis atau ekonomi tentu akan mempertebal keuntungan financial dan
menciptakan dinamika ekonomi, pada aspek sosial lainnya maka di harapkan
dapat meningkatkan dan memproduksi pengetahuan yang telah ada untuk
dapat memproses adaptasi.
Pada aspek efektivitasnya, Inovasi sosial di upayakan untuk menyelesaikan
masalah sosial. Namun realitasnya saat ini lebih berkembang pada upaya
membangun kepercayaan, manfaat dan membangun pola komunikasi yang
baik. inovasi sosial diperkenalkan sebagai dimensi baru yang dapat
menghadapi perkembangaan yang terjadi saat ini dan untuk lingkungan bisnis,
inovasi sosial yang dilakukan dapat mengarah pada kesuksesan sektor
ekonomi.
Bab 7
Inovasi Milenial
7.1 Pendahuluan
Sebagai lulusan perguruan tinggi, mahasiswa harus kreatif untuk menjadi
pribadi yang berpengaruh, terutama visioner bisnis dan pemerintahan (Mursidi
dkk, 2021). Apalagi di era Revolusi Industri 4.0, mahasiswa harus bijaksana
dan penuh perhatian dalam memanfaatkan inovasi teknologi canggih untuk
menangkap peluang bisnis baru yang berharga. untuk bermimpi dan punya
alasan sepanjang kehidupan sehari-hari. Namun dengan asumsi tidak ada
perkembangan sehari-hari, menutupi kekurangan, pekerjaan yang menantang,
dan kapasitas, kreativitas tidak akan terwujud. "Generasi muda perlu
menghadapi Revolusi Industri 4.0". identitas dan masyarakat dapat
mendukung Inovasi dan kemajuan generasi muda dalam membangun bisnis
yang inovatif. Kita harus memanfaatkan pergantian peristiwa yang inovatif,
tetapi kreasi konten dan barang Indonesia di sekitarnya tidak boleh
ditinggalkan dan ditingkatkan melalui tahapan media yang terkomputerisasi.
Hati-hati menggunakan lingkungan imajinatif materi di era komputerisasi bisa
menjadi sumber motivasi (McDonough and Braungart, 2021). Selanjutnya,
para pelaku industri dan generasi muda memperluas wawasan dan
meningkatkan kemampuan mereka untuk membuat konten yang baik,
menarik, dan menjual untuk produktivitas dan keberlanjutan.
72 Manajemen Kreativitas dan Inovasi
individu yang tidak mengenal batas antara satu bangsa dan negara. lain.
Globalisasi telah membuat era milenial lebih terbuka terhadap kontras;
keragaman pengetahuan mereka juga telah meningkat, menghasilkan kapasitas
yang benar-benar tinggi untuk menanggung usia ini. Memang, dengan asumsi
orang-orang melihat ciri-ciri lain dari zaman milenial, tampaknya keberadaan
zaman ini benar-benar terjamin dan menyenangkan. Bagaimana tidak?
Kemajuan mekanis yang cepat, kehidupan yang menarik, dan peningkatan
perangkat telekomunikasi telah membantu mereka melanjutkan rutinitas
reguler mereka (McGrath, 2013).
Namun, seringkali kita tidak menyadari bahwa dunia ini semakin mengerikan
dan sarat dengan kesulitan-kesulitan baru yang harus dihadapi. Tingginya
tingkat portabilitas antar negara karena globalisasi dan berdirinya Masyarakat
Ekonomi ASEAN pada tahun 2015 telah membuat oposisi untuk bertahan di
dunia ini jauh lebih sulit. Selain itu, tingkat ekspansi yang terus meningkat dari
tahun ke tahun membuat biaya kebutuhan semakin mahal dan sulit dijangkau.
Sebagai masa depan negara, generasi milenial di Indonesia tidak boleh kalah
bersaing dengan anak-anak muda dari berbagai negara. Pendidikan lanjutan
saja tidak cukup; Anak muda Indonesia saat ini harus dilengkapi dengan
pengalaman yang berbeda dan kemampuan yang luar biasa halus. Memang,
menjadi individu yang imajinatif, dinamis, dan inventif tidak diragukan lagi
harus dimiliki dalam semangat anak muda. Itulah prasyarat mendasar bagi era
milenial untuk memiliki pilihan untuk menghadapi dan menghadapi berbagai
kesulitan di dunia yang tak terbantahkan ini (Brynjolfsson and McAfee, 2011).
Lalu, bagaimana kita bisa menjadi era milenial yang inventif, dinamis, dan
kreatif di era sekarang ini? Baiklah, untuk menjadi anak muda yang inventif,
dinamis, dan imajinatif hari ini, kita ingin membiasakan diri melakukan
latihan/cara hidup berikut dalam hidup kita:
Membaca buku secara rutin sangat disarankan untuk generasi milenial saat ini,
apalagi keuntungan anak muda dalam membaca di Indonesia masih sangat
minim. Berdasarkan penelitian yang dipimpin oleh Most Littered Nation In the
World 2016, dari total 61 negara, minat membaca di Indonesia berada di
peringkat 60. Hal ini tentu menjadi perhatian umum, meski pemahaman yang
diperoleh menjadi lebih luas dengan membaca buku. konsisten, dan itu akan
menjiwai kapasitas untuk berpikir inovatif. Dengan asumsi sulit untuk
memulai kecenderungan memahami buku, kita dapat memilih buku yang
sederhana terlebih dahulu, misalnya buku atau majalah remaja, untuk lebih
membiasakan diri dengannya (Wallis, 2019). Menggunakan Internet dan
76 Manajemen Kreativitas dan Inovasi
Upaya yang dapat dilakukan oleh generasi milenial dalam Inovasi adalah
membuat aplikasi pembelajaran berbasis web yang pasti bisa kita sebut dengan
internet mentoring (Lester, 2011). Dengan coaching berbasis web,
pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan bisa didapat di mana saja.
Bimbingan internet juga sangat wajar karena tidak memerlukan ruang wali
kelas dan gadget elektronik yang membantu siswa belajar, misalnya,
pendinginan dan biaya fungsional lainnya. Dengan pelatihan berbasis web,
pembelajaran juga bisa lebih mudah karena, dalam rekaman pembelajaran, ada
juga gerakan-gerakan yang menarik, sehingga siswa tidak kelelahan. Belajar
dengan rekaman-rekaman yang berenergi juga lebih jelas atau tertahan karena
melibatkan pikiran yang benar dalam mengolah materi, dan rekaman-rekaman
tersebut juga dapat diulang kapan pun dan di mana pun (Bauman and Lucy,
2021).
Instruksi merupakan batas derajat nilai SDM sebagai sumber daya utama
dalam menggerakkan suatu negara dan negara. Sekolah adalah spekulasi yang
berlarut-larut bagi suatu bangsa dan penghargaan bagi setiap individu yang
memilikinya. Upaya untuk mendorong pengajaran publik di Indonesia terus
dilakukan oleh otoritas publik dan sekolah. Bagaimanapun, kita sebagai dua
puluh hingga tiga puluh tahun juga harus menambah negara kita tercinta.
Beberapa hal yang bisa kita lakukan seperti membuat aplikasi pembelajaran
internet untuk anak-anak berusia dua puluh hingga tiga puluh tahun yang hebat
dalam sains dan inovasi, menghadirkan budaya lingkungan melalui hiburan
virtual untuk lulusan perguruan tinggi baru yang hebat dalam ekspresi dan
budaya, dan mengadakan inspirasi. kursus untuk lulusan perguruan tinggi baru
lainnya, sehingga mereka mendapatkan ilmu baru. Kita harus membangun
imajinasi kita sebagai anak berusia dua puluh hingga tiga puluh tahun untuk
mendorong tingkat pendidikan di Indonesia sehingga Indonesia dapat
bertualang menjadi negara yang diciptakan (Stone and Deadrick, 2015).
yang dijelaskan terkait dengan smart economy, smart society atau smart
environment. Selain itu terdapat quick win dari visi dan misi yang bertujuan
untuk mempercepat pencapaian target menuju smart city. Quick win berupa
pengembangan program berbasis teknologi informasi yang akan mendukung
percepatan Kabupaten Purworejo menuju smart city.
memiliki mereka apalagi cara menggunakan internet atau komputer yang tidak
mereka pahami lagi.
Dalam kemajuan teknologi informasi ada salah satu alat yang dapat digunakan
untuk mengakses informasi secara global dan memang gejalanya di
masyarakat Indonesia yaitu internet. Karena begitu derasnya arus dalam dunia
teknologi informasi sehingga kemajuan teknologi informasi arus informasi
yang begitu deras mengglobal ke seluruh pelosok dunia termasuk Indonesia
sehingga banyak orang yang terhanyut oleh kemajuan teknologi informasi ini.
Salah satu fasilitas yang memanfaatkan jaringan internet adalah aplikasi
informasi digital, sarana yang digunakan untuk memudahkan masyarakat
dalam memperoleh informasi secara digital tanpa terbatas ruang dan waktu.
Fenomena penggunaan aplikasi informasi digital oleh pelanggan milenial
Indonesia di digital airport lounge Bandara Internasional Soekarno Hatta
menjadi salah satu hal yang menarik untuk ditelaah dari perspektif dan
perspektif pelanggan milenial lokal Indonesia. Karena dunia saat ini tidak lepas
dari infrastruktur informasi. Oleh karena itu, peneliti mencoba mengkaji hal ini
dari perspektif kemampuan pelanggan milenial lokal Indonesia untuk
beradaptasi dengan transisi inovasi teknologi.
dan biaya tinggi dalam posisi status quo. Awalnya, inovasi yang
mengganggu terbentuk di pasar terbatas yang tampaknya tidak
menarik atau tidak penting bagi industri yang sudah ada, tetapi
akhirnya produk atau ide baru sepenuhnya mendefinisikan ulang
industri (Clayton, 1997). Inovasi disruptif biasanya mengambil
segmen pasar sasaran tertentu yang kurang diminati atau dianggap
kurang penting bagi pemimpin pasar, namun inovasinya bersifat
terobosan dan mampu mendefinisikan sistem atau pasar yang ada.
3. Teori Digital (Media Baru)
Teori digital adalah pemahaman konseptual zaman teknologi dan
ilmu pengetahuan, dari segala sesuatu yang manual hingga yang
otomatis dan segala sesuatu yang rumit menjadi lebih ringkas. Digital
adalah metode yang kompleks dan fleksibel yang membuatnya
penting dalam kehidupan manusia. Teori digital selalu dikaitkan
dengan media, karena media merupakan sesuatu yang terus
mengalami perubahan dan perkembangan.
4. Technology Savvy (Melek Teknologi)
Menurut National Chamber Foundation, 75% adalah generasi
milenial dengan technology savvy yaitu mereka yang memiliki
kemampuan beradaptasi yang tinggi terhadap teknologi yang
berkembang. Berdasarkan penelitian Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia, ditemukan bahwa kelompok generasi milenial
merupakan kelompok dengan persentase penggunaan internet
tertinggi mencapai 49,52%. Hal ini menunjukkan bahwa kaum
milenial cenderung selalu menggunakan teknologi dalam kehidupan
sehari-harinya. Contoh penggunaan teknologi oleh kaum milenial
sangat terlihat saat akan traveling. Pemilihan destinasi milenial
banyak dipengaruhi oleh rating tempat tersebut, seberapa
fotogeniknya, pernahkah ada influencer yang pernah ke sana,
daripada datang langsung ke destinasi baru.
Bab 7 Inovasi Milenial 85
mengisi saldo kartu e-toll, membeli kartu e-toll baru, membeli pulsa,
membayar tagihan listrik, air, hingga internet dan lain sebagainya.
6. Fase V, Dematerialization
Pada fase ini, terjadi konvergensi manfaat teknologi lama, pada
platform teknologi yang sedang berkembang. Seperti misalnya
kebanyakan smartphone multifungsi karena bisa mendengarkan
musik, menggunakan senter, menggunakan kamera bahkan dompet
digital dan berbagai aplikasi digital lainnya ada dalam satu
smartphone. T3 digital airport lounge merupakan tempat yang
diperuntukan bagi para millennial travellers untuk dapat menikmati
berbagai layanan berbasis digital mulai dari asisten virtual, digital
wayfinding, informasi pariwisata, hingga berbagai kebutuhan
lainnya. Digital airport lounge T3 bagaikan one stop service dan one
stop solution bagi para millennial travellers di Bandara Internasional
Soekano Hatta. Dan untuk lebih memudahkan dan memanjakan
pelanggan milenial lokal Indonesia, PT. Angkasa Pura II (Persero)
Bandara Internasional Soekarno Hatta juga menyediakan aplikasi
bernama Indonesia Airports Apps. Aplikasi ini dapat diunduh di iOS
dan Android, berisi berbagai kebutuhan traveler seperti mobile
check-in, concierge express, jadwal penerbangan, hingga informasi
terkait transportasi umum, layanan bagasi hingga robot dilo, dan lain
sebagainya. Melalui penggunaan Indonesia Airports App, dalam
prakteknya menjadikan pelayanan bandara dalam satu tangan (airport
in your hand).
7. Fase VI, Democratization
Pada fase akhir teknologi eksponensial ini, banyak orang yang sudah
memiliki akses yang sama dalam menikmati teknologi tersebut.
Misalnya seperti tablet, yang dulunya hanya segelintir orang yang
memilikinya saat pertama kali dirilis. Kini, bahkan sudah ada toko
yang membuka jasa sewa tablet. Selanjutnya pada fase ini PT.
Angkasa Pura II (Persero) Bandara Internasional Soekarno Hatta juga
telah menyediakan tempat penyewaan modem (mobile wifi) bagi
pelanggan milenial yang akan bepergian ke luar negeri sehingga
88 Manajemen Kreativitas dan Inovasi
pelanggan milenial tidak perlu repot mencari sim card khusus negara
tertentu. Kini pelanggan milenial lokal Indonesia bisa menyewa
mobile wifi yang bisa digunakan secara otomatis. Java mifi di area
keberangkatan Internasional dan Trafy di area lounge digital T3
(Marina and Mulyana, 2020).
Inovasi terutama pada tingkat produk, material dan proses produksi, yang
menghormati kelestarian alam dan generasi mendatang serta berkontribusi
pada pembangunan berkelanjutan dan regenerasi alam.
Contoh penggunaan inovasi hijau dalam memghasilkan produk antara lain:
1. Penggunaan Fatty Acid Methil Ester (FAME) sebagai campuran
dalam pembuatan bahan bakar fossil (diesel) dikenal dengan nama
bio diesel (*) dengan perbandingan 70% diesel dan 30% FAME.
FAME merupakan produk turunan crude palm oil (CPO) yang
produksinya selalu terbarukan yang saat ini (Direktorat Jendral
Energi Baru Terbarukan Dan Konservasi Energi, 2019).
2. Mengganti bahan bakar pembangkit listrik. Saat ini boiler untuk
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) menggunakan batubara
(Rianta, 2020). Teknologi saat ini memungkinkan boiler
menggunakan bahan bakar gas atau bahan bakar biomassa yang lebih
hijau.
3. Turbin pembangkit listrik yang digerakkan oleh ombak laut atau
Ocean Thermal Energy Conversion. Tenaga ombak adalah tenaga
yang selalu terbarukan dan tidak akan habis (Pristiandaru, 2021).
4. Selain tenaga ombak laut, listrik juga dibangkitkan dengan tenaga
angin (Pristiandaru, 2021).
5. Bola lampu yang mempunyai baterai yang dapat diisi dengan energi
sinar matahari (ATWM, 2020)
6. Motor/mobil listrik yang mengurangi pemakaian bahan bakar minyak
(Kurniawan, 2021).
7. Penggunaan gas metan yang berasal dari limbah/sampah untuk
pembangkit tenaga listrik (Carolyn and Wibawant, 2020)
Jika, kandungan asam lemak bebas minyak nabati > 5 persen, maka hal yang
harus dilakukan adalah reaksi esterifikasi. Selain dari proses esterifikasi atau
cara lain dapat dilakukan transesterifikasi dengan konversi enzimatis. Skema
proses produksi biodiesel sebagai berikut:
Gambar 8.3: Metode RTK Drone (Real Time Kinematic) (Zonas Spasial,
2019)
98 Manajemen Kreativitas dan Inovasi
9.1 Pendahuluan
Model Inovasi Terbuka, diusulkan oleh Chesbrough pada tahun 2003,
bertujuan untuk menggambarkan bagaimana proses manajemen inovasi perlu
berkembang. Hal ini mengacu pada keragaman sumber pengetahuan yang
dapat dimobilisasi untuk menghasilkan inovasi baru yang dinamis dalam
perusahaan. Beberapa sumber ini masuk, sementara beberapa lainnya cukup
penting keluar. Ini adalah paradigma baru, yang bertentangan dengan model
integrasi vertikal yang berfokus pada kegiatan R&D internal. Ini adalah
kebalikan dari inovasi tertutup, yang mengacu pada proses yang hanya (atau
sebagian besar) menggunakan pengetahuan internal.
Chesbrough (2004), mengajukan konsep yang menarik minat yang signifikan
serta memicu diskusi dan kontroversi. Beberapa ahli menganggapnya sebagai
proses inovasi jenis baru. Perusahaan harus menerapkan praktik inovasi baru
yang memastikan batas permeabel untuk memanfaatkan keragaman informasi
yang tersedia dengan memanfaatkan sumber eksternal (Bianchi, et.al., 2011).
Membandingkannya dengan cara meningkatkan kinerja melalui inovasi atau
untuk mendapatkan keunggulan kompetitif melalui pengembangan ekosistem.
Trott & Hartmann (2009), meragukan apakah model tersebut benar-benar
inovatif, sebagaimana ditentukan oleh apakah prinsip-prinsipnya telah diamati.
Makalah ini menganggap kritik tersebut sebagai bagian dari perdebatan
102 Manajemen Kreativitas dan Inovasi
kedua puluh dan awal abad kedua puluh satu (Mowery, 2009). Sejak istilah OI
pertama kali diciptakan, baik ilmuwan inovasi dan Chesbrough telah
memodifikasi definisi aslinya, dengan Chesbrough menekankan intensionalitas
arus masuk dan keluar pengetahuan: “Inovasi terbuka adalah penggunaan arus
masuk dan keluar pengetahuan yang bertujuan untuk mempercepat inovasi
internal dan memperluas pasar untuk penggunaan eksternal inovasi, masing-
masing” (Chesbrough, 2004). Baru-baru ini, Chesbrough mengusulkan definisi
OI berikut berdasarkan konsep model bisnis: “Kami mendefinisikan inovasi
terbuka sebagai proses inovasi terdistribusi berdasarkan aliran pengetahuan
yang dikelola secara sengaja melintasi batas-batas organisasi, menggunakan
mekanisme uang dan non-uang sejalan dengan model bisnis organisasi”.
Terlepas dari definisi, OI didasarkan pada gagasan bahwa, dalam konteks
persaingan modern di mana perusahaan harus beroperasi, model inovasi linier
tidak lagi mampu menjelaskan aktivitas inovasi secara memadai. Organisasi
saat ini harus berkolaborasi dengan pemangku kepentingan eksternal melalui
pertukaran pengetahuan, teknologi, dan sumber daya yang berulang melintasi
batas-batas mereka. Dengan kata lain, untuk tetap mengikuti persaingan, satu
organisasi tidak dapat berinovasi secara terpisah; melainkan harus terlibat
dengan berbagai jenis mitra, mulai dari pemasok hingga pelanggan, serta
universitas, pusat penelitian, dan pesaing, untuk memperoleh ide dan sumber
daya dari lingkungan eksternal. Jadi, menurut paradigma ini, batas-batas
organisasi harus menjadi permeabel daripada tertutup, karena inovasi yang
dikembangkan melalui arus masuk dan arus keluar pengetahuan yang
disengaja ada dalam sistem hubungan, termasuk mitra. Inovasi terbuka telah
menjadi salah satu topik yang paling banyak diteliti dalam manajemen inovasi,
menarik perhatian baik dari akademisi maupun manajer. Minat dari akademisi
tidak hanya disorot oleh peningkatan yang stabil dalam konferensi, masalah
khusus, dan buku tentang topik tersebut, tetapi oleh ratusan artikel yang
diterbitkan: pencarian di Google Cendekia untuk kata kunci “inovasi terbuka”
menghasilkan lebih dari 145.250 dokumen, dan pencarian yang sama di
Scopus pada judul artikel, abstrak dan kata kunci menghasilkan sekitar 5.100
dokumen (data diambil pada Juni 2021).
Selain itu, dan mungkin mengejutkan, berbagai disiplin ilmu juga telah
menunjukkan minat pada OI: ini berkisar dari "bisnis, manajemen dan
akuntansi," hingga "teknik" dan "ilmu keputusan," serta "kedokteran,"
"psikologi," "kimia, ” dan bahkan “fisika dan astronomi”. Dalam hal minat
106 Manajemen Kreativitas dan Inovasi
selama akhir 90-an. Tujuan dari akuisisi ini adalah untuk membuat
perangkat keras yang kompatibel dengan perangkat lunak dalam
produk teknologi baru. Strategi inovasi yang digerakkan oleh
pelanggan ini membantu Cisco mengungguli Bell Labs atau Lucent
dengan secara efektif menerjemahkan investasi teknologi besar ke
dalam pertumbuhan bisnis.
2. Pelopor lainnya, tidak diragukan lagi, adalah perusahaan farmasi Eli-
Lilly, yang dipelopori oleh manajer strategi R&D-nya. Perusahaan
merefleksikan bagaimana memanfaatkan kecerdasan kolektif untuk
meningkatkan tingkat keberhasilan inovasi yang secara tradisional
rendah dalam industri farmasi. Akibatnya, e.Lilly lahir sekitar tahun
2000, platform inovasi terbuka pertama yang terhubung dengan
pengetahuan ilmiah global. Platform ini adalah asal dari Innocentive,
spin-off Eli Lilly, yang tujuannya adalah untuk memungkinkan
perusahaan farmasi dan barang konsumen lainnya menggunakan
model terbuka ini.
3. Inisiator ketiga adalah Procter & Gamble, perusahaan yang pada
tahun 2000 menciptakan apa yang disebut Connect & Develop proses
inovasi terbuka baru mereka. Tujuan utama P&G adalah untuk terus
tumbuh sebesar $2 miliar per tahun sambil mempertahankan investasi
R&D yang stabil. Procter berhasil memiliki hingga 50% dari
inovasinya yang berasal dari luar dan, akibatnya, produktivitas R&D
meningkat sebesar 60%. Istilah Inovasi Terbuka seperti yang kita
kenal diciptakan oleh Henry Chesbrough, profesor dan kepala Pusat
Inovasi Terbuka dari Haas Business School di University of
California.
108 Manajemen Kreativitas dan Inovasi
Prioritasnya adalah menjaga sumber daya dan anggaran yang sama dari tahun
ke tahun. Selain itu, inovasi eksternal dipandang sebagai pesaing, oleh karena
itu "Tidak ditemukan di sini" yang terkenal.
Apa yang disebut inovasi terbuka baru-baru ini muncul sebagai model inovasi
baru. Ini mendorong perusahaan untuk menggunakan pengetahuan eksternal
yang ada daripada menemukan kembali roda. Dengan cara ini, dianggap
Bab 9 Inovasi Terbuka 109
Saat ini, inovasi terbuka telah diadopsi oleh banyak perusahaan di seluruh
dunia sebagai cara untuk mempercepat siklus inovasi, mengurangi risiko, dan
melakukan lebih banyak dengan lebih sedikit.
3. Hidrogen
4. Pencetakan 3D
5. Internet of Things (IoT)
6. Proyek sosial
ide bagus dikembangkan di dalam perusahaan sendiri, dan tidak semua ide
harus dikembangkan lebih lanjut dalam batas-batas perusahaan sendiri. Ini
berarti bahwa di dalam perusahaan harus terjadi pergeseran dalam cara orang
memandang perusahaan dan lingkungannya. Melibatkan pihak lain ketika
mengembangkan produk dan teknologi baru dapat memberikan nilai tambah
yang besar. Pikirkan misalnya tentang kerjasama dengan perusahaan lain di
sektor Anda, pemasok, universitas, dan tentu saja pengguna akhir.
Model bisnis memainkan peran penting dalam hal ini. Lagi pula, bagaimana
dan kapan pengetahuan eksternal diperlukan dan digunakan sebagian besar
ditentukan oleh model bisnis perusahaan yang menggambarkan bagaimana
nilai dapat diciptakan dari inovasi dan elemen mana yang harus bersumber
secara internal atau eksternal.
Bab 10
Kreatif dan Inovasi dalam
Berusaha
Tidak hanya untuk mengembangkan sikap kreativitas dan inovasi juga perlu
dibarengi dengan upaya pendampingan dan pembangkitan dari . praktisi dan
pengusaha yang telah berhasil mengalami kegagalan karena kegagalan
sebelumnya.
Proses berpikir kreatif dikategorikan sebagai salah satu skill berpikir tingkat
tinggi yang penting dalam kehidupan. Dengan kata lain, dalam masyarakat,
tentunya selalu saja ada permasalahan yang dihadapi, sehingga dengan adanya
proses berpikir kreatif yang dimiliki diharapkan mampu memecahkan setiap
masalah yang ada dengan memadukan pemikiran yang logis dan kritis Uloli,
prabowo, dan Prastowo, (2016) dalam (Putri, 2021). Konsisten dengan
pendapat tersebut Uloli et al. (2016), menyatakan bahwa proses berpikir kreatif
adalah gabungan dari dua cara berpikir yaitu berpikir logis dan divergen atau
bisa juga dikatakan bahwa seseorang yang berpikir secara kreatif akan
memecahkan masalah dengan memunculkan ide-ide dan kemudian
memverifikasi ide-ide tersebut menjadi solusi yang kreatif.
Proses berpikir kreatif juga dapat dikatakan sebagai gambaran realistis yang
menjelaskan tentang bagaimana suatu kreativitas itu muncul. Ada beberapa
tahapan-tahapan dalam berpikir kreatif sebagaimana yang diuraikan oleh
(Siswono, 2006) yaitu (1) Sintesis ide, yaitu menenun atau menggabungkan
ide yang ada sebelumnya yang diperoleh melalui pengalaman sehari-hari atau
bahkan dari pembelajaran yang telah dilalui.
Dengan adanya proses sintesis ide, seseorang telah mengetahui masalah dan
memiliki pengetahuan dasar untuk melengkapi apa yang telah diperoleh dari
pembelajaran dan pengalaman sehari-harinya; atau dapat juga dikatakan
sebagai regenerasi ide, atau menghasilkan ide baru yang relevan dengan
masalah yang ada. (2) perencanaan implementasi ide, yaitu memilih ide yang
akan digunakan untuk memecahkan masalah tertentu. (3)
mengimplementasikan ide, yaitu menerapkan ide yang telah direncanakan
sebelumnya untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini, seseorang akan
melihat suatu hal baru dari sebelumnya.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
proses berpikir kreatif merupakan proses yang digunakan oleh seseorang yang
tentunya dilakukan secara bertahap dan akan menghasilkan ide yang berbeda
dari sebelumnya. atau bisa juga dikatakan bahwa seseorang yang berpikir
kreatif akan memecahkan suatu masalah dengan cara yang tidak biasa atau
menghasilkan solusi yng berbeda.
Bab 10 Kreatif dan Inovasi dalam Berusaha 121
Dengan kreatif seseorang dapat menerapkan hal baru yang berbeda dalam
kehidupannya.
Tidak semua orang mampu mengembangkan kreativitas dan inovasi yang
dimiliki meskipun pada dasarnya mereka telah dibekali dengan sikap tersebut.
Hal ini dikarenakan kreativitas dan inovasi hanya akan berkembang jika
seseorang tersebut tekun, konsisten dan berdedikasi tinggi dan sungguh-
sungguh. Namun sayangnya tidak semua orang memiliki sifat tersebut.
Meskipun sikap keratif dan inovatif dimilki oleh setiap individu namun tetap
dibutuhkan upaya pendampingan dari praktisi atau para pengusaha yang telah
sukses.
Seseorang yang memiliki keberanian dan kemampuan dalam berkreasi untuk
menciptakan sesuatu dialah seseorang yang kreatif. Kemampuan seseorang
untuk menciptakan dan berinovasi benar-benar dinyatakan dalam kemampuan
dan kemauan untuk memulai usaha (start-up), kemampuan untuk melakukan
sesuatu yang baru (kreatif), kemauan dan kemampuan mencari peluang
(opportunities), kemampuan dan keberanian untuk mengambil risiko
(mengambil risiko) dan kemampuan mereka untuk mengembangkan ide-ide
dan mengelola sumberdaya mereka. Kemauan dan kemampuan terutama
diperlukan untuk: (1) mewujudkan proses/teknologi baru, (2) menghasilkan
produk atau jasa baru, (3) menciptakan nilai tambah baru (4) memulai usaha
baru (berorientasi pasar, dan (5) mengembangkan organisasi baru.
3. Inovasi pemasaran
Inovasi dalam hal pemasaran ditandai dengan adanya metode
pemasaran baru serta perubahan signifikan dalam desain atau
kemasan produk, penempatan produk, iklan atau harga produk.
4. Inovasi organisasi
Terakhir inovasi organisasi dapat dilakukan dengan menerapkan
metode baru dalam praktik bisnis, organisasi buruh atau relasi dengan
pihak lain.
6. Pantang menyerah
Pantang menyerah diartikan bahwa ketika mengalami suatu
kegagalan, janganlah menyerah untuk melakukan lagi karena
terkadang kita belajar dari kegagalan atau kesalah yang dialami
karena dari kegagalan bisaa saja menjadi awal sebuah kesuksesan.
Jadi secara umum dapat disimpulkan bahwa antara kreatif dan inovasi
sangatlah penting dalam wirausaha karena dengan adanya orang-orang dengan
semangat dan kemampuan tertentu untuk berkreasi dan berinovasi maka bisnis
yang dikelolanya akan berjalan dengan baik. Pada dasarnya sikap kreatif dan
inovatif ada dalam tubuh setiap individu, namun terkadang tidak semua
individu tersebut menyadari akan adaanya kreativitas dan inovasi yang dimiliki
itu sehingga mereka tidak mengeluarkannya secara maksimal. Namun untuk
mengembangkan kreataivitas dan inovasi dapat dilaukan dengan beberapa sifat
berikut ini seperti tekun, sungguh-sungguh, konsisten dan memiliki dedikasi
yang tinggi.
Bab 11
Proses Inovasi dan Manajemen
Pengetahuan
11.1 Pendahuluan
Proses Inovasi dan manajemen pengetahuan saling terkait pembahasannya.
Utamanya memperhatikan sukses proses inovasi di organisasi atau perusahaan
membutuhkan pengelolaan pengetahuan yang ada di dalam perusahaan dan
dari luar perusahaan. Sumber inovasi bersumber dari dalam dan luar
organisasi, dikelola melalui pembagian, koordinasi, dan proses kerja di
organisasi yang memadai untuk mengilementasikan impulse kreativitas
menjadi inovasi. Bab ini akan membahas proses inovasi di organisasi dan
manajemen pengetahuan. Sekurangnya tiga hal untuk mengelola proses
inovasi tersebut, yaitu mengelola (1) kreativitas, (2) mengelola kondisi dan
sistem untuk memfasilitasi koordinasi dan berbagi pengetahuan, dan (3)
perlunya memastikan peranan dan kewenangan yang ada dapat
mengimplementasikan kreativitas menjadi inovasi. Untuk melengkapi hal ini
dibahas pula fase inovasi, seperti inisiasi, adaptasi dan implementasi. Hal
manajemen pengetahuan akan dibahas (1) penciptaan pengetahuan dan (2)
berbagi pengetahuan.
128 Manajemen Kreativitas dan Inovasi
11.2.1 Eksplorasi
Eksplorasi adalah proses tahapan awal inovasi di mana ide untuk perubahan
hadir. Perusahaan terlibat merancang tahapan ini dengan mendorong
kreativitas dan inisiatif menghadirkan perubahan. Beberapa proses yang dapat
dijalankan dapat disebutkan, sebagai berikut:
Mengelola kreativitas: Kreativitas menyangkut menghadirkan ide kebaruan.
Tentunya kebaruan untuk menjawab tantangan atau kesempatan bisnis.
Mengelola ini secara kongkrit, diupayakan pertama: menghadirkan orang
orang kreatif, untuk memunculkan ide yang unik dengan situasi yang tidak
130 Manajemen Kreativitas dan Inovasi
asing asing amat untuk rekan kerja atau fungsi di dalam organisasi. Orang
sering menyebut orang kreatif penuh dengan “ide gila”. Sebetulnya ini agak
terlalu jauh pengistilahan untuk menghadirkan orang kreatif. Mengingat ide
“gila” kadang tidak kontekstual untuk kondisi perusahaan dan sumberdaya
yang ada di perusahaan. Sehingga yang diperlukan adalah orang orang kreatif
yang memiliki karakteristik pemikiran terbuka, selalu mencari tahu, tidak kaku
pembawaannya alis rileks dan playful. Karakteristik anggota organisasi
sedemikian ini harus ditujukan untuk menjawab sebuh masalah atau mencari
solusi. Hal yang kedua dalam mengelola proses kreatif adalah menciptakan
kondisi atau lingkungan kerja yang memungkinkan kreativitas tumbuh subur.
Perusahaan yang mengelola proses inovasi memerlukan cara pandang bahwa
semua karyawan dimungkinkan berkarakteristik kreatif untuk batas batas
terntentu. Cara pandang ini penting sehingga perusahaan mempercayai
karyawannya untuk bekerja dalam sebuah team yang longgar dan saling
belajar bersama mencari solusi terbaik. Demikian pula perusahaan memiliki
keberanian untuk bereksperimentasi berdasarkan talenta sumberdaya yang ada,
tidak takut taku mencoba sesuatu yang baru. Meskipun seringkali gagal
adanya. Namun penelitian membuktikan proses inovasi yang sukses melekat
dengan tingkat kegagalan yang tinggi.
Mengelola usulan dari bawah: Tahapan eksplorasi atau tahapan agar ide
inovasi hadir, juga dapat dilakukan oleh perusahaan yang mendorong ide ide
dari tingkat bawah atau ujung operasional di perusahaan dibiarkan mengalir ke
level yang lebih atas. Namun hal ini bukan hal yang mudah. Utamanya ide
perubahan daribawah seringkali dihadapkan pada konsekwensi yang tidak
serta merta kontekstual untuk solusi yang memadai. Oleh karena itu,
mengelola usulan dari bawah juga dikelola dengan membiasakan bekerja di
dalam tim. Sehingga sebuah usulan untuk sebuah tahapan awal proses inovasi
dapat dibahas dari berbagai sudut. Pemimpin di dalam unit atau level yang
lebih tinggi kalau perlu mengadakan berbagai kontest. Menghargai ide ide
perubahan dari level bawah dan menyediakan semacam insentif agar sebuah
usulan selalu hadir tanpa dibatasi oleh birokrasi perusahaan atau politik
perkantoran. Kontes secara tim lintas fungsi, antara lain merupakan upaya
tahapan awal agar proses menangkap ide baru dapat berujung kepada sebuah
inovasi.
Bab 11 Proses Inovasi dan Manajemen Pengetahuan 131
11.2.2 Koordinasi
Koordinasi internal dan eksternal diperlukan dalam proses inovasi diciptakan
melalui kondisi dan sistem di perusahaan yang dapat memfasilitasi kerjasama
di dalam dan dari luar organisasi ke dalam organisasi. Termasuk berbagi
pengetahuan. Beberapa upaya agar kerjasama ini memperkuat proses inovasi
di dalam organisasi dilakukan antara lain sebagai berikut:
Koordinasi internal: Ide baru untuk sebuah inovasi seringkali bersumber dari
ide atau pengetahuan yang didapat dari level level operasional. Tim kerja
bersama memungkinkan ide ide yang memberikan solusi lintas fungsi dan
lintas keahalian mengalir secara horisontal dan vertikal. Bahkan hal pentingnya
koordinasi internal ini seringkali tidak disadari sehingga ide ide baru gagal ke
petahapan menjadi inovasi karena tiadaannya: karena kegagalan koordinasi.
Seringkali alir koordinasi mensyaratkan komunikasi dan kepercayaan.
Sementara hal ini serta merta tidak dapat mudah berjalan begitu saja. Oleh
karena itu mengelola kondisi yang memposisikan kerjasama tim, dengan
demikian membiasakan kontribusi individual kreatif dan keahlian di sisi lain.
Kondisi yang memungkinkan kedekatan (intimasi) dilandasi oleh keinginan
memberikan solusi bersama kolega pihak lainnya. Sehingga relasi untuk
membuat ide-ide perubahan hadir secara kolegial. Melengkapi kondisi kerjasa
ini adalah mendorong ide ide mengalir dari bawah menembuh batas birokrasi.
Ekplorasi melengkapi koordinasi merupakan upaya tahapan awal agar proses
sebuah inovasi memiliki konteks kecakapan organisasi yang bersumber dari
apa apa yang menjadi talenta organisasi.
Proses inovasi adalah aktivitas tim atau kelompok. Perusahaan yang sukses
mengelola tim seringkali mendorong koordinasi internal. Misalnya fungsi
fungsi pengembangan dan pelayanan atau penjualan bekerjasama untuk
menjawab kebutuhan atau mengembangkan solusi baru. Sementara kelompok
keahlian yang ketat persyaratan teknik mencoba mencari terobosan dengan
teknologi baru untuk hasil yang lebih efektif atau efisien. Aktivitas tim oleh
karena itu memandu pekerjaan pekerjaan lintas fungsi, sedari awal
dimunculkan sebuah ide atau kebaruan, hingga menghasilkan sesuatu yang
memberikan nilai tambah.
Koordinasi eksternal: Pihak pihak lain, baik itu pelaku dalam rantai pasok
kegiatan bisnis maupun yang kadang di luar rantai kegiatan, merupakan
sumber ide baru atau perubahan. Proses inovasi oleh karena itu, bersumber dari
berbagai jejaring ekosistem bisnis. Kadang hal ini dirasa menghamburkan
132 Manajemen Kreativitas dan Inovasi
Gambar 11.1: Penciptaan Pengetahuan dan SECI (Nonaka. et.all 1996., 2015)
Proses sosialisasi juga dapat dilakukan melalui pembicaraan informal (seperti
diskusi tukar pikiran pengalaman baru (best practices exchange) anggota tim
atau individu dari lintas fungsi, observasi, dialog dan berbagi pengalaman.
136 Manajemen Kreativitas dan Inovasi
Proses sosialisasi ini bisa pula dilakukan mereka yang telah mengikuti diklat
atau training, mereka membagikan ilmu ataupun informasi yang didapatkan
dari pelatihan. Dengan demikian, knowledge atau pengetahuan orang per
orang dapat ditransfer menjadi pengetahuan bersama. Ada pun proses
eksternalisasi adalah pengubahan pengetahuan dari tacit knowledge menjadi
explicit knowledge. Proses eksternalisasi dapat terwujud melalui
pendokumentasian notulen rapat, hasil diskusi kelompok kecil (yang
merupakan bentuk pengetahuan eksplisit yang tercipta saat diadakannya
pertemuan/sosialisasi) ke dalam bentuk elektronik untuk kemudian disimpan
dan dipublikasikan bagi yang membutuhkan melalui sistem informasi di
perusahaan.
Upaya mendokumentasikan hasil kegiatan knowledge sharing melalui
sosialisasi yang sudah dilakukan oleh individu atau tim di perusahaan, perlu
mendapatkan perhatian khusus pimpinan agar dapat dijadikan sebagai modal
pengembangan pengetahuan kolektif organisasi. Dibutuhkan suatu repository
atau tempat penyimpanan khusus serta berlangsungnya proses pembelajaran
yang berkelanjutan untuk mewujudkan hasil knowledge sharing ke dalam
bentuk konsep-konsep atau sistem yang tertulis yang nantinya mudah
dimengerti oleh orang lain yang membacanya ataupun bisa dimanfaatkan
kembali jika diperlukan atau juga dapat dipublikasikan kepada mereka yang
berkepentingan.
Proses kombinasi terjadi ketika explicit knowledge ditransfer menjadi explicit
knowledge. Proses kombinasi dilakukan dengan melakukan penyusunan
system pengetahuan berdasarkan pada topik, penerapan konsep dalam misi dan
operasionalisasi konsep dalam fungsi manajemen dan proses invoasi. Proses
kombinasi dapat dilakukan dengan cara melakukan pertukaran dokumen kerja
yang dilakukan antara unit atau unit. Sehingga pengetahuan yang sudah
terdokumentasikan melalui proses eksternalisasi di atas seperti hasil rapat, hasil
diklat atau training, kembali disebarkan atau dibagikan kepada rekan kerja lain
untuk saling bertukar informasi atau pengetahuan.
Proses kombinasi ini tidak hanya dapat dilakukan dengan bertukar dokumen
kerja, tetapi juga bisa dilakukan dengan cara mengkombinasikan berbagai
explicit knowledge yang berbeda kemudian disusun ke dalam dokumen
elektronik, yang tersusun secara taksonomis dan dapat di unduh untuk
peningkatkan kapasitas beritindak anggota tim dan perusahaan. Proses
kombinasi itu dapat pula dimediasi melalui intranet atau forum diskusi,
database organisasi dan internet untuk memperoleh sumber eksternal. Data
Bab 11 Proses Inovasi dan Manajemen Pengetahuan 137
yang telah disimpan dalam sistem (data warehouse) seperti data keuangan,
operasional serta yang bersifat strategis seperti pembuatan indikator-indikator
kerja, dianalisis untuk kemudian dimasukkan ke dalam sistem informasi yang
terbarui dan mudah diunduh.
Selain itu, fitur-fitur enterprise portal yang memiliki fungsi untuk
pengkategorian dan pencarian informasi (taksonomi) serta content
management yang berfungsi mengolah segenap informasi organisasi baik yang
terstruktur (database) maupun yang tidak terstruktur (dokumen, laporan dan
notulen) dapat mendukung proses kombinasi tersebut.
12.1 Pendahuluan
Pada 1990-an, Peter Drucker mengusulkan bahwa pengetahuan adalah satu-
satunya sumber daya yang berarti saat ini. Namun, dengan melakukan itu dia
mengamati bahwa kita belum sepenuhnya memahami bagaimana pengetahuan
berperilaku sebagai sumber daya ekonomi, jadi kita memerlukan teori
ekonomi yang menempatkan pengetahuan sebagai pusat proses produksi
kekayaan, karena ini saja pun dapat menjelaskan inovasi (Peter F. Drucker,
1994). Dalam buku Post-Capitalist Society, Drucker menunjukkan bahwa teori
dan praktik manajemen di abad kedua puluh satu ditandai dengan
meningkatnya perhatian pada penggunaan pengetahuan di bidang ini, dan
Sekolah Pengetahuan telah mengembangkan teori yang berpusat pada
bagaimana kita dapat membuat dan mengelola aset unik ini (Michael Polanyi,
2009) (Peter F. Drucker, 1994). Tradisi epistemologis cenderung menegaskan
bahwa pengetahuan didefinisikan sebagai "keyakinan sejati yang dibenarkan";
khususnya jenis kepercayaan yang ditandai dengan kata-kata seperti universal,
ilmiah, logis, dan objektif. Ini adalah cara lain untuk mengatakan bahwa
pengetahuan, singkatnya, eksplisit. Namun, ini bertentangan dengan
perspektif, yang lazim banyak literatur manajemen arus utama, peneliti
142 Manajemen Kreativitas dan Inovasi
mengambil posisi yang menyatakan bahwa semua pengetahuan baik tacit atau
berakar pada pengetahuan tacit, dan khususnya artistik, estetika, dan subjektif.
Hal ini didasarkan pada teori yang dikemukakan oleh Michael Polanyi
(Michael Polanyi, 2009). Pengetahuan eksplisit, ternyata, hanya mewakili
sebagian kecil dari pengetahuan holistik yang jauh lebih besar; dalam
pengertian ini, pengetahuan eksplisit secara metaforis mirip dengan puncak
gunung es yang terlihat di atas air, sementara pengetahuan tacit asumsinya
menyebar jauh dan luas di bawah kedalaman air (Nishihara et al., 2017).
Dengan demikian, pandangan peneliti secara kasar, konsisten dengan apa yang
umumnya digambarkan sebagai Aliran Ekonomi Austria, yang dikembangkan
oleh penulis seperti Schumpeter dan Hayek, daripada Aliran Ekonomi
Neoklasik, yang menekankan keseimbangan yang mencapai alokasi sumber
daya yang efisien atau tidak efisien. Mazhab Austria tertarik pada kondisi
disekuilibria, yaitu bagaimana keseimbangan yang ada menjadi terganggu dan
bergerak menuju keseimbangan baru. Joseph A. Schumpeter menulis tentang
apa yang sekarang dikenal sebagai penghancuran kreatif, di mana inovasi
secara aktif mengganggu keseimbangan yang ada untuk menghasilkan nilai-
nilai baru. Dia mendefinisikan inovasi sebagai kombinasi komersial atau
industri dari sesuatu yang baru (Schumpeter, 1934). Kemudian, Friedrich
Hayek menunjukkan bahwa pasar adalah tempat di mana orang-orang dengan
informasi terbatas berinteraksi satu sama lain untuk menemukan makna baru,
menggunakan proses coba-coba yang dinamis untuk menemukan jawaban
yang tepat. Jadi, di pasar, pesanan muncul secara spontan (Brillantes, Lopos
and Perante-Calina, 2017). Dalam istilah beberapa peneliti atau penulis, ini
tentang pengetahuan tacit yang terbentuk di pasar, dampaknya menyediakan
tempat untuk penemuan semacam itu.
Teori penciptaan pengetahuan mencoba untuk mensintesis teori dan konsep
interdisipliner yang ada di masa lalu dan sekarang dari tradisi Timur dan Barat
untuk lebih memahami manusia. Ini karena pengetahuan muncul dari
keyakinan kita, dan perlu dibenarkan sebagai kebenaran objektif. Keyakinan
menuntut komitmen dan subjektivitas kita, tetapi sayangnya, kedua faktor ini
telah lama diabaikan dalam studi manajemen. Untuk mengimbangi ini, peneliti
mendefinisikan pengetahuan sebagai "proses sosial yang dinamis dari
membenarkan keyakinan pribadi terhadap kebenaran, kebaikan, dan
keindahan" (Ikujiro Nonaka dan Hirotaka Takeuchi, 1995).
Konsep pengetahuan yang dibahas pada bagian ini mengandung arti yang
lebih luas daripada istilah yang digunakan secara umum. Namun demikian,
Bab 12 Manajemen Kreativitas dan Inovasi Berbasis Pengetahuan 143
Gambar 12.1 menunjukkan Plato dan Aristoteles, dua tokoh utama di tengah,
menunjuk ke dua arah yang berbeda. Plato menunjuk ke langit dan Aristoteles
menunjuk ke tanah atau bumi. Gerakan Plato mewakili idealisme deduktifnya;
dengan kata lain, kualitas universal berada dalam bentuk-bentuk atau gagasan-
gagasan pamungkas. Aristoteles, di sisi lain, menunjukkan pragmatisme
induktifnya yang menyadari bahwa kualitas universal berada di bumi ini, dan
hanya dapat dilihat melalui panca indera kita. Plato sedang merenungkan
pengetahuan eksplisit, sementara Aristoteles berfokus pada pengetahuan yang
didasarkan pada pragmatis yang mencakup kualitas selain ide-ide konkret
dengan kata lain, pengetahuan tacit.
market (Amabile, 1998; Staw, 2020). Dalam perspektif seperti ini, untuk setiap
tahap dalam proses inovasi, peran manajemen pengetahuan terbatas dalam
mendukung kegiatan proses ide yang berbeda (mengkodifikasi, menyimpan,
merekam, dan lain-lain). Peneliti atau penulis akan sangat mempertanyakan
perspektif ini dan berpendapat bahwa kreativitas merupakan masukan untuk
hasil inovatif dan bagian dari proses inovasi. Baik kreasi maupun inovasi
adalah proses dan hasil, dan berinteraksi dalam sistem sosial organisasi yang
kompleks.
Mengikuti penelitian yang diprakarsai oleh Poincaré, Wallas, dan
Csikszentmihalyi, proses kreatif pertama kali dikonseptualisasikan pada
tingkat individu sebagai iterasi dari lingkaran kognitif yang singkat antara
pembuatan ide dan pemilihan ide, dimulai dari identifikasi masalah, dan
didorong kuat oleh motivasi dan keterampilan kreatif serta pekerja kreatif
(Runco and Chand, 1995). Para peneliti atau penulis pionir ini
menggambarkan proses pembentukan ide, dari generasi awal ide hingga
konsep matang yang berpotensi untuk diimplementasikan dalam inovasi,
sebagai proses yang panjang dan rumit. Wallas berdasarkan visinya pada cerita
Poincaré yang menghubungkan proses penemuan fungsi Fuchsian (Poincaré,
1908). Dia memodelkan proses kreatif dalam empat langkah: persiapan,
inkubasi, iluminasi, dan verifikasi (Wallas, 1926). Ada peneliti atau penulis
lain, menganalisis proses artistik, menunjukkan serangkaian gerakan bolak-
balik yang sangat singkat antara perkembangan ide dan evaluasinya (Doyle,
1998) (Getzels, 1976). Lubart menganalisis lebih detail sub-proses yang
mendukung produksi ide-ide kreatif (Lubart, 2001). Misalnya, pada tahap
persiapan, sub-tahap identifikasi, perumusan dan perumusan kembali masalah
sering dimobilisasi dalam karya kreatif (Getzels, 1976). Peneliti atau Penulis
lain memasukkan di bawah istilah "penemuan masalah", sebelum pemecahan
masalah, langkah-langkah penemuan, konstruksi, ekspresi, pemosisian,
definisi dan identifikasi masalah, tanpa menentukan urutan tindakan tertentu
(Steven Pritzker and Mark Runco, 2020). Kualitas hasil karya kreatif
tergantung pada kemampuan yang benar dan intens serta dalam proses
kreativitas, terutama untuk mendefinisikan masalah (Getzels, 1976),
mengaktifkan pemikiran divergen dan konvergen (Basadur, 1982), dan
menggunakan kemampuan untuk menggabungkan dan mengatur ulang
informasi ke dalam kategori baru yang akan mendorong proses evaluasi yang
sedang berlangsung (Mumford et al., 1991). Demikian pula, penggunaan
intensif analogi dan bisociation tampaknya umum untuk semua jenis kreatif,
penemu, seniman dan ilmuwan sama (Koestler, 1964) (Weisberg, 1986).
Bab 12 Manajemen Kreativitas dan Inovasi Berbasis Pengetahuan 149
Pada pertengahan 1950-an, ada beberapa sumber referensi atau literatur mulai
mempertimbangkan bahwa proses kreatif dapat diterapkan pada tingkat
kolektif. Di tingkat kelompok, Osborn berdasarkan metode kreatif pemecahan
masalah pada sebuah proses dengan enam langkah: Penemuan obyektif,
Penemuan fakta dan Penemuan masalah untuk memahami dan mendefinisikan
masalah dan tujuan, Penemuan ide untuk menghasilkan ide-ide tentang
masalah dan temuan Solusi dan temuan penerimaan untuk menemukan,
merancang, dan bertindak sebagai solusi terbaik (Osborn, 1963). Proses kreatif
serupa diusulkan oleh Amabile: identifikasi masalah, persiapan, pembuatan
ide, validasi ide dan penilaian (Amabile, 1998). Pada tingkat organisasi, dalam
organisasi perubahan dan pengembangan, aktivitas kreatif
dikonseptualisasikan sebagai proses melingkar: ide dimulai dengan
menghasilkan penyelesaian masalah, diikuti dengan perumusan masalah,
pengembangan solusi dan implementasi solusi, dan akhirnya organisasi
bereaksi terhadap solusi implementasi ini, menghasilkan masalah baru., dan
prosesnya dimulai lagi (Basadur, 2012). Setiap tahap proses ini membutuhkan
keterampilan sikap, perilaku, dan kognitif tertentu agar berhasil diselesaikan
(Basadur, 2012). Selain itu, pada setiap model komponen Amabile, kinerja
kreatif seorang individu bergantung pada pengetahuannya yang relevan
tentang domain tersebut, keterampilan kreatifnya, dan motivasi intrinsiknya.
Tindakan positif motivasi intrinsik dalam kreativitas telah dikonfirmasi oleh
peneliti lain (Dewett, 2007) (Ford, 1996). Namun, motivasi ekstrinsik juga
dapat berdampak positif pada upaya kreatif (Eisenberger and Rhoades,
2001;Friedman, 2009), dan Amabile menunjukkan sinergi motivasi antara
motivasi intrinsik dan ekstrinsik (Amabile, 1993). Motivasi intrinsik sangat
penting dalam model komponenial Amabile karena potensi kreatif dari
pengetahuan yang relevan dengan domain dan keterampilan yang relevan
dengan kreativitas hanya dapat sepenuhnya diekspresikan dan dieksploitasi
ketika motivasi intrinsiknya tinggi, di mana motivasi ditentukan oleh sejauh
mana motivasi itu berasal. diri (Deci, 2009). Menurut Teori Evaluasi Kognitif
(Deci, 2009), karakteristik kontekstual memengaruhi dua aspek motivasi
intrinsik, informasional dan pengendalian, dan juga berdampak pada
kreativitas.
Dampak konteks sosial dalam kreativitas, interaksi dengan karakteristik
pribadi, adalah Dampak konteks sosial dalam kreativitas, dalam interaksi
karakteristik pribadi, dibahas dalam beberapa teori. Kontribusi utama
menyusun model kreativitas bertingkat, interaksionis, dan integrasionis di
mana kreativitas dipengaruhi oleh faktor situasional dan disposisional (Richard
150 Manajemen Kreativitas dan Inovasi
Pada bagian ini, peneliti terus melakukan penelitian secara mendalam tentang
pengembangan ide, proses manajemen kreatif dan inovatif. Menurut tinjauan
literatur dari proses kreatif, manajemen ide adalah proses yang panjang,
kompleks dan sangat strategis untuk kreativitas organisasi, yang bermakna dan
terstruktur sebagian besar didukung sistem serta proses manajemen kreativitas
dan inovasi berbasis pengetahuan.
152 Manajemen Kreativitas dan Inovasi
Bab 13
Strategi Menciptakan Usaha
Berbasis Inovasi
13.1 Pendahuluan
Inovasi selalu diperlukan oleh setiap orang maupun organisasi. Inovasi
diperlukan untuk mempertahankan produk baik jasa maupun barang agar terus
diminati oleh pelanggan atau konsumen (Revida et al., 2021). Inovasi sering
menjadi target untuk meningkatkan keunggulan bersasing sebuah perusahaan,
Namun, inovasi sering membuat frustrasi di banyak perusahaan. Inovasi sering
kali menemui kegagalan dan inovator yang sukses mengalami kesulitan untuk
mempertahankan kinerja mereka seperti yang dialami oleh Nokia, Yahoo,
Polaroid, Sun Microsystems, Hewlett-Packard, dan banyak lainnya. Mengapa
begitu sulit untuk membangun bisnis berbasis inovasi? Alasannya adalah
kegagalan untuk mengeksekusi dan masalah kurangnya strategi inovasi.
Strategi bisnis yang sangat penting dalam era persaingan industri yang sangat
ketat adalah strategi inovasi (Sudarmanto et al., 2021). Tanpa strategi inovasi,
upaya membangun inovasi hanya menjadi kumpulan ide terbaik yang banyak
dipuji seperti memisahkan R&D menjadi tim mandiri yang terdesentralisasi,
menciptakan usaha kewirausahaan internal, menyiapkan modal ventura
perusahaan, mengejar aliansi eksternal, merangkul inovasi terbuka dan
154 Manajemen Kreativitas dan Inovasi
strategi bisnis dan proposisi nilai inti perusahaan. Tanpa strategi seperti itu,
sebagian besar inisiatif yang ditujukan untuk meningkatkan kapasitas
perusahaan untuk berinovasi pasti akan gagal.
Mencari tahu model bisnis untuk produk atau bisnis baru atau yang sudah ada
adalah langkah yang bekerja dengan konstruksi teoretis yang mengasumsikan
pasar spot dan forward yang sepenuhnya berkembang, hak properti yang kuat,
transfer tanpa biaya dari informasi, arbitrase sempurna, dan tidak ada inovasi
(Arrow, 1974). Dalam pendekatan ini, tidak perlu khawatir tentang proposisi
nilai kepada pelanggan, arsitektur pendapatan dan biaya, dan tentang
mekanisme untuk menangkap nilai (Porter, 1997). Pelanggan akan membeli
jika harganya kurang dari utilitas yang dihasilkan; produsen akan memasok
jika harga di atas semua biaya termasuk pengembalian modal inovasi.
Model bisnis tidak memiliki tempat dalam teori ekonomi, mereka juga tidak
memiliki tempat yang dapat diterima dalam studi organisasi dan strategis, dan
dalam ilmu pemasaran. Namun, ada beberapa diskusi dan penelitian terbatas
tentang bentuk organisasi baru. Williamson, misalnya, mengakui bahwa 'tahun
1840-an menandai awal dari gelombang besar perubahan organisasi yang telah
membawa kita keperusahaan modern' (Williamson, 1980). Seperti dibahas
sebelumnya, bentuk organisasi baru dapat menjadi komponen dari model
bisnis; (Miles et al., 2009) tetapi bentuk organisasi bukanlah model bisnis.
nyempurnakan yang sudah ada sering kali menghasilkan biaya yang lebih
rendah atau peningkatan nilai bagi konsumen; jika tidak direplikasi oleh
pesaing, maka mereka dapat menghasilkan pengembalian yang lebih tinggi.
Terkadang penciptaan model bisnis baru mengarah pada penciptaan industri
baru. Pertimbangkan industri kartu pembayaran (yang intinya adalah kartu
kredit dan debit). Perusahaan kartu menyediakan layanan jaringan, berasosiasi
dengan bank yang mengeluarkan kartu, dan berasosiasi dengan pengakuisisi
yang mendaftar untuk menerima kartu kredit. Pada awal kehidupan industri,
pedagang tidak mau menerima kartu pembayaran yang hanya dibawa sedikit
konsumen, seperti halnya pemegang kartu tidak menginginkan kartu yang
tidak diterima pedagang. Seperti yang dicatat Evans dan Schmalensee,
menciptakan model bisnis baru untuk kartu kredit 'mengharuskan para pendiri
industri untuk menginvestasikan sejumlah besar modal dan kecerdikan' (Evans
and Schmalensee, 2004). Terlebih saat ini, pembayaran non tunai secara
digital.
dari kuda, kereta api, mobil, dan pesawat semuanya telah menjadi solusi
teknologi untuk kebutuhan transportasi dasar masyarakat yang secara ber-
urutan saling melengkapi dan menggantikan, dan membentuk dasar model
bisnis yang bersaing untuk mengangkut orang dari satu tempat ke tempat lain.
Internet dan revolusi komunikasi dan komputer telah memberdayakan
pelanggan, dan keduanya memungkinkan dan membutuhkan lebih banyak
diferensiasi dalam penawaran layanan produk. Jejaring sosial juga mengalah-
kan kemampuan kuno menggunakan iklan untuk menjangkau audiens.
Bianchi, M., Chiaroni, D., Chiesa, V., & Frattini, F. (2011). Organizing for
external technology commercialization: Evidence from a multiple case
study in the pharmaceutical industry. R and D Management, 41(2), 120–
137. https://doi.org/10.1111/j.1467-9310.2010.00632.x
Bolman, L. G. and Deal, T. E. (2017) Reframing Organizations: Artistry,
Choice, and Leadership. John Wiley & Sons.
Bon, A. T. (2010) ‘New Model and Concept For Technoprenuership Studies In
University Through Exellence Center’, Kebangsaan, P., & Kejuruteraan,
P. Continuing Education, (September), pp. 63–67. doi:
https://doi.org/10.1002/ajpa.
Boyer, R. H. W. (2015) ‘Grassroots innovation for urban sustainability :
comparing the diffusion pathways of three ecovillage projects’, 45(2007),
pp. 320–337. doi: 10.1068/a140250p.
Brillantes, A. B., Lopos, B. E. and Perante-Calina, L. E. (2017) Knowledge-
based public sector reform: The Philippine experience, Knowledge
Creation in Public Administrations: Innovative Government in Southeast
Asia and Japan. doi: 10.1007/978-3-319-57478-3_10.
Brynjolfsson, E. and McAfee, A. (2011) Race Against the Machine: How the
Digital Revolution Is Accelerating Innovation, Driving Productivity, and
Irreversibly Transforming Employment and the Economy.
Butterick, K. (2011) Introduction to Public Relations Theory and Practice.
Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Campbell, D. (1986) Mengembangkan kreativitas.
Carolyn, R. D. and Wibawant, E. (2020) Potret 5 (Lima) TPA Memanfaatkan
Gas Metan (CH4). 1st edn. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan. Available at:
http://ditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/
Buku_TPA_ISBN_ok_Final.pdf.
Certomà, C. (2022) ‘Future scenarios of Digital Social Innovation in urban
governance. A collective discussion on the socio-political implications in
Ghent’, Cities, 122(October 2020), p. 103542. doi:
10.1016/j.cities.2021.103542.
172 Manajemen Kreativitas dan Inovasi
Chesbrough, H. (2004). Open Innovation: The New Imperative for Creating and
Profiting from Technology. European Journal of Innovation
Management, 7(4). https://doi.org/10.1108/14601060410565074
Chesbrough, H. and Rosenbloom, R.S. (2002) ‘The role of the business model
in capturing value from innovation: evidence from Xerox Corporation’s
technology spin-off companies’, Industrial and corporate change, 11(3),
pp. 529–555.
Clark, B. (1983). Growing up gifted: Developing The Potential of Children at
Home and at School. Second Edition. Columbus: Charles E. Merril
Publishing.
Clayton, C. (1997) The Innovator’s Dilemma When Technologies Cause Great
Firms to Fail. Cambridge: Harvard Business School Press.
Cohen, W. M., & Levinthal, D. A. (1989). Innovation and Learning: The Two
Faces of R & D. The Economic Journal, 99(397).
https://doi.org/10.2307/2233763
Cohen, W. M., & Levinthal, D. A. (1990). Absorptive Capacity: A New
Perspective on Learning and Innovation. Administrative Science
Quarterly, 35(1). https://doi.org/10.2307/2393553
Cynthia, O. :, Djodjobo, V., Tawas, H. N., Studi, P., Manajemen, M., Ekonomi,
F., Bisnis, D., Sam, U., & Manado, R. (2014). Pengaruh Orientasi
Kewirausahaan, Inovasi Produk, Dan Keunggulan Bersaing Terhadap
Kinerja Pemasaran Usaha Nasi Kuning Di Kota Manado. Pengaruh
Orientasi Kewirausahaan… Jurnal EMBA, 2(3), 12141224.
Daft, L. Richard (2014)”New Era of Management”, South-Western, Cengage
Learning.
Dahlander, L., & Gann, D. M. (2010). How open is innovation? Research
Policy, 39(6). https://doi.org/10.1016/j.respol.2010.01.013
Dalkir, K., & Liebowitz, J. (2011) “Knowledge management in theory and
practice”, Cambridge, Mass: MIT Press.
Damanpour,F.(1991) “Organizational Innovation: A meta analysis of effect of
determinants and moderators’, Academy of Management
Journal,34(3)pp555-590.
Daftar Pustaka 173
Fajrillah, F., Purba, S., Sirait, S., Sudarso, A., Sugianto, S., Sudirman, A., ... &
Simarmata, J. (2020). SMART Entrepreneurship: Peluang Bisnis Kreatif
& Inovatif di Era Digital. Yayasan Kita Menulis.
Feist, G. J (1998). "A meta-analysis of personality in scientifict and artistict
creativity. Personality and social Psychology Review, 4, 290-309
Figueiredo, J.M. de and Teece, D.J. (1996) ‘Mitigating procurement hazards in
the context of innovation’, Industrial and Corporate Change, 5(2), pp.
537–559.
Firdaus, A. (2019) “Pengaruh Layanan Electronic Payment Terhadap Kinerja
Perbankan Indonesia,”. Available at:
http://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/92160.
Ford, C. M. (1996) ‘A theory of individual creative action in multiple social
domains’, Academy of Management Review, 21(4), pp. 1112–1142. doi:
10.5465/AMR.1996.9704071865.
Friedman, R. S. (2009) ‘Reinvestigating the effects of promised reward on
creativity’, Creativity Research Journal, 21(2–3), pp. 258–264. doi:
10.1080/10400410902861380.
Fromm, J. and Read, A. (2018) ‘Marketing to Gen Z: The Rules for Reaching
This Vast--and Very Different--Generation of Influencers’, AMACOM.
Getzels, J. W. with M. C. (1976) The creative vision: A longitudinal study of
problem finding in art. John Wiley & Sons. Available at:
https://www.amazon.com/creative-vision-longitudinal-problem-
finding/dp/0471014869.
Gong, Y., Huang, J. C., & Farh, J. L. (2009). "Employee learning orientation,
transformational leadership, and employee creativity: The mediating role
of employee creative self-efficacy". Academy of management Journal,
52 (4), 765-778
Groff , Todd R. dan Thomas P. Jones (2003). “Introduction to Knowledge
Management: KM in Business” Burlington, MA: Butterworth-
Heinemann
Gunawan, A., Muchardie, B. G. and Liawinardi, K. (2019) ‘“Millennial
Behavioral Intention To Adopt E-Book Using Utaut2 Model,”’
International Conference on Information Management and Technology
176 Manajemen Kreativitas dan Inovasi
Maros, H. and Juniar, S. (2016) ‘Kreativitas Guru Mata Pelajaran Fikih Dalam
Pembelajaran’, pp. 1–23.
Marques, C. S., & Ferreira, J. (2009). SME innovative capacity, competitive
advantage and performance in a “traditional” industrial region of
Portugal. Journal of Technology Management and Innovation, 4(4), 53–
68. https://doi.org/10.4067/S0718-27242009000400005
Marques, C. S., Gerry, C., Covelo, S., Braga, A., & Braga, V. (2011). Innovation
and the performance of Portuguese businesses: a “SURE” approach.
International Journal of Management and Enterprise Development,
10(2/3), 114. https://doi.org/10.1504/IJMED.2011.041545
Maxwell, J. C. (2004). Strategi pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
McDonough, W. and Braungart, M. (2021) ‘“The Next Industrial Revolution*,”
dalam Sustainable Solutions (Routledge, 2001). Sudarmo Sudarmo dkk.,
“The Future of Instruction Media in Indonesian Education: Systematic
Review,”’ AL-ISHLAH: Jurnal Pendidikan, 13(2), pp. 1302–11. doi:
https://doi.org/10.35445/alishlah.v13i2.542.
McGrath, R. G. (2013) The End of Competitive Advantage: How to Keep Your
Strategy Moving as Fast as Your Business. Harvard Business Review
Press.
Mehdi, A. and Ali, A., S. (2010) ‘Study of Amount of Paying Attention to
Knowledge Management and providing Solutions (Case study:
Automobile Industry of Iran)’, European Journal of Social Sciences,
15(4).
Michael Polanyi (2009) The Tacit Dimension. University of Chicago Press.
Available at: https://www.amazon.com/Tacit-Dimension-Michael-
Polanyi/dp/0226672980.
Miles, I. (1995). Innovation in services. Chapters.
Miles, R. et al. (2009) Business Models, Organizational Forms, and Managerial
Values. Working paper, UC Berkeley, Haas School of Business.
Moerdowo (2018) ‘Kreativitas, Pengertian Kreativitas.’, Mudra (JURNAL
SENI BUDAYA), 2, pp. 1–1.
Mohannak, K. and Matthews, J. H. (2011) ‘Managing Specialised Knowledge
in Technopreneurial Firms : The Australian Experience.(Eds.)’, in XXII
Daftar Pustaka 181
Trott, P., & Hartmann, D. (2009). Why “open innovation” is old wine in new
bottles. International Journal of Innovation Management, 13(4).
https://doi.org/10.1142/S1363919609002509
Undang-Undang No. 18 Tahun 2002, tanggal 29 Juli 2002 tentang Sistem
Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi. Jakarta: Sekneg RI.
Urabe, Kuniyoshi. (1988). “Innovation and Management: International
Comparison.” Jerman: De Gruyter.
Van de Ven, Andrew, Garud R., Venkataraman S., Polley D. (1999). “The
Innovation Journey,” New York: Oxford University Press.
Veloutsou, C. and McAlonan, A. (2012) ‘“Loyalty and or disloyalty to a search
engine: the case of young Millennials,” ed. oleh Dennis Pitta’, Journal of
Consumer Marketing, 29(2), pp. 125–35. doi:
https://doi.org/10.1108/07363761211206375.
Vise, D.A. and Malseed, M. (2006) ‘The Google story: Inside the hottest
business, media, and technology success of our time, paperback edition’,
New York: Delta Trade [Preprint].
Wallas, G. (1926) The art of thought. New York: Harcourt, Brace and Company.
Wallis, R. (2019) The Elementary Forms of the New Religious Life. Routledge.
Weisberg, R. W. (1986) Creativity: genius and other myths, Series of books in
psychology.
Wibowo, Ahmad, and F. (2019) ‘Does Green Innovation Matter? A Study On
Indonesia’s SMEs’, XXIII(Februari), pp. 100–115. Available at:
https://www.researchgate.net/publication/332581725_Does_Green_Inn
ovation_Matter_A_Study_On_Indonesia’s_SMEs.
Widiastuti, Tri, C., Widyaswati, Rahmatya., Meiriyanti, Rita. (2019). "Strategi
Peningkatan Sumber Daya Manusia Kreatif dan Inovatif Pada UKM
Batik Semarangan (Studi di Batik Kampung Semarang). Jurnal Riptek,
Vol 13 No 2, hal 124-130
Widjaja, Yani Restiayani., & Winarso, Widi. (2019). "Bisnis Kreatif dan
Inovasi". Penerbit: Yayasan Bercode
Wiig, Karl M. (1999) "What future knowledge management users may expect",
Journal of Knowledge Management, Vol. 3 No. 2 , h. 155-166.
190 Manajemen Kreativitas dan Inovasi
berbagai buku kolaborasi (book chapter) dan referensi yang berjudul MSDM
Perusahaan, Pengantar Manajemen, Teori dan Perilaku Organisasi,
Kewirausahaan dan Bisnis, Kewirausahaan dan Bisnis Online, Analisis Beban
Kerja dan Produktivitas, Manajemen UKM, Ekonomi Kreatif, Dasar-Dasar
Manajemen dan Bisnis, Pelayanan Publik, Pengantar Komunikasi Organisasi,
Kepemimpinan Bisnis, Manajemen SDM, Perilaku Organisasi, Manajemen
Kinerja, Perencanaan dan Pengembangan SDM.