net/publication/348162686
CITATION READS
1 509
10 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Sahir Syafrida Hafni on 03 January 2021.
Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi.
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku terhadap:
a. penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan peristiwa aktual yang ditujukan hanya
untuk keperluan penyediaan informasi aktual;
b. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan penelitian ilmu pengetahuan;
c. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan pengajaran, kecuali pertunjukan dan Fonogram
yang telah dilakukan Pengumuman sebagai bahan ajar; dan
d. penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang memungkinkan suatu Ciptaan
dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga Penyiaran.
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak
ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak
ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Keterampilan
Manajerial Efektif
Penulis:
Syafrida Hafni Sahir, Mulkan Fadhli, Acai Sudirman
Abdurrozzaq Hasibuan, Dina Chamidah, Salmiah
Sherly, Erika Revida, Janner Simarmata, Sukarman Purba
Penulis:
Syafrida Hafni Sahir, Mulkan Fadhli, Acai Sudirman
Abdurrozzaq Hasibuan, Dina Chamidah, Salmiah
Sherly, Erika Revida, Janner Simarmata, Sukarman Purba
Penerbit
Yayasan Kita Menulis
Web: kitamenulis.id
e-mail: press@kitamenulis.id
Kontak WA: +62 858-3552-3449
Penulis
vi Keterampilan Manajerial Efektif
Daftar Isi
Gambar 1.1: The Influence Model, with its four building blocks of change,
still works....................................................................................2
Gambar 1.2: Unfreeze, Change, Refreeze: Is This a Child’s Game? ...........5
Gambar 2.1: Coaching Proses .........................................................................29
Gambar 3.1: Model Universal Komunikasi....................................................34
Gambar 3.2: Istilah Penting dalam Komunikasi ............................................35
Gambar 3.3: Model Komunikasi Aristoteles..................................................36
Gambar 3.4: Proses Komunikasi .....................................................................36
Gambar 3.5: Halangan Komunikasi ...............................................................39
Gambar 3.6: Feedback Komunikasi................................................................40
Gambar 3.7: Proses Mendengar dengan Aktif ...............................................43
Gambar 3.8: Peran Manajerial .........................................................................44
Gambar 5.1: Komponen Kunci Kecerdasan Emosional................................66
Gambar 5.2: Komponen Kunci Kecerdasan Emosional................................67
Gambar 5.3: Struktur Utama Kesadaran Diri .................................................74
Gambar 5.4: Proses Pengaturan Diri ...............................................................74
Gambar 5.5: Gambaran Implikasi Motivasi ...................................................75
Gambar 5.6: Bagian dari Empati .....................................................................76
Gambar 8.1: Diagram Komponen Proses Komunikasi .................................105
Gambar 8.2: Tujuan Presentasi........................................................................108
Gambar 8.3: Komunikasi .................................................................................109
Gambar 8.4: Makna Presentasi ........................................................................110
Gambar 8.5: Pentingnya Presentasi Bagi Presenter .......................................118
Gambar 8.6: Efektifkah Presentasi? ................................................................120
Gambar 8.7: Contoh Slide yang Simple .........................................................124
Gambar 8.8: Komputer Sebagai Alat Bantu Presentasi.................................126
Gambar 8.9: Jenis LCD Proyektor ..................................................................127
Gambar 8.10: Mikrofon ...................................................................................129
Gambar 8.11: Software MS Power Point .......................................................129
Gambar 9.1: Six Sigma DMAIC .....................................................................133
Gambar 9.2: Six Sigma DMADV ...................................................................134
Gambar 9.3: Memberikan ide ketika memilih antara DMAIC dan DMADV135
Gambar 9.4: Analisis Sebab dan Akibat .........................................................137
Gambar 9.5: Diagram Alir Proses Six Sigma.................................................137
xii Keterampilan Manajerial Efektif
1.1 Pendahuluan
Perusahaan harus melakukan adaptasi secara efektif dan terus-menerus ter-
hadap perubahan konstan jika ingin meraih kesuksesan, dan akan berakhir
bilamana tingkat perubahan di luar lebih tinggi dari pada tingkat perubahan di
dalam. Kepemimpinan yang efektif harus mampu membawa perubahan yang
langgeng dalam organisasinya (Tanner, 2019).
Membuat organisasi menerima kebutuhan akan perubahan adalah sebuah
proses. Pemimpin yang memahami kebenaran akan pentingnya perubahan
organisasi mampu memposisikan perusahaan untuk sukses dalam lingkungan
bisnis yang kompleks. Salah satu faktor pendorong adalah berkembangannya
dunia digital yang mengakibatkan dunia semakin terhubung dan memberikan
lebih banyak peluang untuk berbagi informasi mengenai perubahan yang harus
disikapi. Teknologi digital dan sifat tenaga kerja yang berubah telah
menciptakan peluang dan tantangan baru (Basford & Schaninger, 2016).
Meskipun memimpin perubahan bukan merupakan pekerjaan yang mudah,
namun jika kebenaran akan perubahan dapat dihadapi, cenderung tidak
mengalami kesulitan yang berarti.
Berikut bagan ‘Empat Blok Bangunan Perubahan’ yang dikemukan oleh
konsultan Mc Kinsey pada tahun 2014 dalam ‘Memenangkan hati dan pikiran
di abad ke-21 ‘ :
2 Keterampilan Manajerial Efektif
Gambar 1.1: The Influence Model, with its four building blocks of change,
still works (Basford & Schaninger, 2014; Keller & Schaninger, 2019)
Lingkungan dinamis saat ini menambah tingkat urgensi dan komplek-sitas
tambahan. Perusahaan harus segera bereaksi terhadap perubahan mendadak di
pasar, terhadap guncangan eksternal lainnya, dan terhadap imperatif model
bisnis baru. Taruhannya lebih tinggi dari sebelumnya (Emily dan Price 2003)
Empat tindakan kunci untuk mengubah pola pikir dan perilaku: mendorong
pemahaman dan keyakinan, memperkuat perubahan melalui mekanisme
formal, mengembangkan bakat dan keterampilan, serta pemodelan peran.
1. Pemodelan peran
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang mudah meniru perilaku,
gaya bicara, ekspresi, dan suasana hati serta emosi orang lain tanpa
menyadarinya. Bahkan secara sadar menyelaraskan pemikiran dan perilaku
mereka dengan orang lain untuk belajar, menentukan apa yang benar, dan
kadang-kadang hanya untuk menyesuaikan diri. Peristiwa ini dikenal dengan
istilah pemodelan peran yang dapat terjadi secara tidak sadar maupun secara
sadar.
Pemanfaatan teknologi di era industri 4.0, memberikan kemudahan untuk
mengetahui perilaku dan pendapat kelompok orang yang berpengaruh pada
perilaku karyawan mudah terombang-ambing oleh suara kolektif. Setiap orang
memiliki kekuatan untuk memodelkan peran, dan kelompok orang dapat
menggunakan pengaruh yang paling kuat dari semuanya.
Bab 1 Change Management 3
Teknologi baru di era industri 4.0 memberikan peluang bagi organisasi untuk
lebih kreatif memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru daripada
sebelumnya. Individu lebih termotivasi untuk mencapai tujuan dan percaya
bahwa upaya yang lebih besar akan meningkatkan kinerja.
4 Keterampilan Manajerial Efektif
Namun ada kalanya individu tidak memiliki wawasan tentang apa yang perlu
mereka ketahui, sehingga dengan mengabaikan keterbatasannya akan
kemampuannya, mereka menjadi terlalu percaya diri. Perilaku ini menjadi
hambatan diri mereka dengan meragukan kemampuan untuk berubah. Individu
yang berhenti menawarkan ide-ide baru dan akhirnya mencari pekerjaan baru.
Kurt Lewin menggambarkan perubahan sebagai proses tiga tahap yang meliputi
Unfreeze, Change, Refreeze. Lewin menekankan bahwa peru-bahan bukanlah
serangkaian proses individu melainkan perubahan yang mengalir dari satu
proses ke proses berikutnya.
• Tahap pertama Unfreeze (Mencair) melibatkan mengatasi tidak asanya
respon dan membongkar “pola pikir“ yang ada. Ini melibatkan
pengerjaan mekanisme pertahanan awal yang diperlihatkan orang
untuk menghindari membuat perubahan
Langkah pertama bagi para pemimpin adalah menciptakan rasa urgensi. Ini
adalah serangkaian tindakan yang dilakukan para pemimpin untuk
berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan kritis mengapa perubahan
harus terjadi dan mengapa itu harus terjadi sekarang. Tunjukan fakta yang
didukung oleh data-data bisnis dan industry yang relevan untuk meyakinkan
bahwa organisasi memerlukan perubahan
2. Membentuk koalisi pembimbing
Langkah kedua bagi para pemimpin adalah menciptakan koalisi yang dapat
memberikan pengarahan dalam melakukan perubahan. Tindakan yang
dilakukan para pemimpin untuk mengidentifikasi anggota yang mampu,
berpengaruh, dan kritis untuk menjadi tim pengawas perubahan.
Ketika pemimpin perubahan telah berhasil mendapatkan perhatian dari
kelompok yang berbakat dan kredibel ini, segera tim yang memiliki kinerja
tinggi ini melakukan perubahan dan mengimplementasikannya. Selanjutnya,
pemimpin perubahan harus mendapatkan kemauan dari anggota koalisi yang
mengarahkan untuk bekerja dengan pemimpin perubahan untuk membawa
perubahan organisasi.
3. Mengembangkan Visi dan Strategi Perubahan
Langkah ketujuh bagi para pemimpin dan koalisi pemandu adalah untuk
mengkonsolidasikan keuntungan dan mengimplementasikan lebih banyak
perubahan. Tujuannya mencegah organisasi merasa puasan dengan pencapaian
sebelumnya dan ingin melaksanakan perubahan dalam organisasi.
Konsolidasi dilakukan agar para pemimpin dan koalisi pemandu dapat
mencapai keberhasilan awal dari kemenangan jangka pendek untuk menangani
proyek-proyek lain dalam upaya perubahan untuk implementasi. Tujuannya
adalah (1) mencegah organisasi untuk kembali ke cara lama dalam melakukan
sesuatu dan (2) mencegah perlawanan yang berkelanjutan untuk berubah.
Kuncinya adalah melakukan efisiensi terhadap tahapan yang tidak perlu,
koneksi internal, dan prosedur antar departemen yang meng-hambat kemajuan
upaya perubahan.
• Pada tahap ketiga Refreeze (Beku), pola pikir baru dari perubahan
mulai menjadi standar, dan menimbulkan rasa nyaman karyawan
untuk bekerja.
8. Menetapkan pendekatan baru dalam budaya
Langkah kedelapan bagi para pemimpin dan koalisi pemandu adalah membuat
perubahan dalam budaya perusahaan. Meliputi serangkaian tindakan untuk
membuat perubahan dalam organisasi, yang sejalan dengan upaya perubahan
baru. Tujuan dari langkah ini adalah mengambil tindakan untuk memastikan
apakah upaya perubahan dapat diterima dalam organisasi. Para pemimpin dan
koalisi pemandu membuat perubahan yang dibutuhkan organisasi menyangkut
norma dan nilai organisasi mereka, proses dan prosedur sumber daya manusia,
program penghargaan, pelatihan dan pengem-bangan, dan bidang infrastruktur
lainnya agar selaras dengan arah baru perusahaan.
Bab 1 Change Management 9
Reaksi negatif karyawan adalah akibat dari kurangnya rasa percaya diri ter-
hadap kemampuan dalam menghadapi perubahan. Hal ini dapat diantisipasi
dengan memberikan penjelasan yang komprihenship mengenai pentingnya
berubah dan apa saja yang akan diperoleh jika perubahan dilakukan. Kewajiban
manajemen adalah menumbuhkan rasa ingin untuk berubah.
Visi perubahan adalah perasaan yang sama tentang masa depan yang dapat
dicapai dan diinginkan. Ini adalah visi bersama yang para pemangku
kepentingan organisasi terima dan bekerja untuk mencapainya.
Kotter menggambarkan perubahan visi yang efektif sebagai “masuk akal untuk
kepala dan menarik hati.“ Namun, dibutuhkan waktu untuk mengembangkan
visi perubahan untuk organisasi. Kepemimpinan senior pertama-tama harus
jelas tentang seperti apa masa depan yang diinginkan bagi organisasi dan
kemudian bekerja dengan pemangku kepentingan organisasi untuk lebih
12 Keterampilan Manajerial Efektif
Coaching adalah proses ketika dibantu oleh seorang coach untuk mencapai
sebuah tujuan / goal yang telah ditentukan. Di sini kata kuncinya adalah
mencapai goal. Seorang coach juga akan berfungsi sebagai partner akuntabilitas
untuk memastikan sesorang yang coachee-nya menjalankan hal - hal yang akan
dilakukan (David, 2016).
Coaching berarti memotivasi, menginspirasi, membawa orang-orang untuk
tingkat yang lebih tinggi. Ini merupakan proses langsung olrh manajer, untuk
melatih dan mengarahkan karyawan dengan realitas kondisi pekerjaan, dan
Bab 2 Coaching for Optimal Performance 15
biaya untuk bikin dan sebar brosur di sekitar kompleks. Dua minggu
lagi kita ketemu, Pak David silahkan disiapkan hasilnya.
Kurang lebih begitulah gambaran proses coaching. Bisa dicermati bahwa coach
hanya bertanya dan menggali, dia sama sekali tidak memberi saran dan masukan
apa seharusnya goal atau bagaimana cara mencapainya. Setelah itu coach
berfungsi sebagai partner akuntabilitas untuk memastikan karyawan melakukan
apa yang dikatakan. Dalam coaching yang sesungguhnya tentunya pertanyaan
akan lebih kompleks. Ada juga cara-cara dan teknik bertanya, bagaimana cara
membangun rapport dan sebagainya.
2. Mentoring
Coaching tidak akan mengubah kepribadian yang bukan merupakan bagian dari
akuntabilitas atasan. Jika ada masalah yang berkaitan dengan perilaku karyawan
atau perilaku-perilaku yang tidak dapat diterima untuk jabatan karyawan, atasan
harus menyampaikannya kepada karyawan dan menjelaskan apa konsekuensi
dari perilaku tersebut. Dalam hal ini seorang atasan juga harus menawarkan
bantuan kepada karyawan untuk memperbaiki perilakunya.
Selanjutnya supervisory harus mendukung pembelajaran karyawan demi
membantu karyawan tersebut dalam meraih tujuan pribadi atau tujuan
profesional tertentu. Contoh coaching ini biasanya dilakukan oleh seorang
18 Keterampilan Manajerial Efektif
Menurut Sulistyani (2003, p. 228) ada lima hal yang dapat dijadikan indikator
kinerja pegawai, antara lain:
a. Kualitas berkaitan dengan kesesuaian hasil dengan yang diinginkan.
b. Kuantitas yaitu jumlah yang dihasilkan baik dalam nilai uang, jumlah
unit atau jumlah lingkaran aktivitas.
c. Ketepatan Waktu sesuai dengan standar yang ditetapkan organisasi
pelaksanaan kerja dapat diselesaikan dalam waktu yang ditentukan.
d. Kehadiran jumlah kegiatan yang dihadiri pegawai dalam masa kerja
organisasi.
Pertemuan evaluasi kinerja yang paling umum dilakukan antara manajer atau
pemimpin tim dengan anak buahnya adalah pertemuan empat mata. Dalam
pertemuan empat mata evaluasi kinerja, karyawan akan menanalisis kinerja dan
kebutuhan pengembangannya sendiri dan manajer memberi umpan balik.
Kemudian bersama-sama menyepakati rencana tindakan pengembangan.
2. Penilaian atau Umpan Balik ke Atas
Dalam evaluasi kinerja, karyawan bisa dan harus diberi peluang menyampaikan
pandangannya selama ini. Umpan balik ini bertujuan mengidentifikasi hal-hal
yang bisa manajer lakukan untuk memperbaiki kinerjanya. Dalam beberapa
organisasi, penilaian ke atas dilakukan dengan cara membagikan kuesioner
kepada karyawan dan karyawan diminta mengisi penilaian kepada atasannya
pada formulir tersebut.
3. Penilaian oleh rekan kerja
Masing-masing karyawan akan menilai rekan kerjanya dan dinilai oleh rekan
kerjanya dalam hal kontribusinya terhadap tim dan kinerjanya sebagai anggota
tim. Hal-hal yang dinilai misalnya kerjasama dengan rekan yang lain,
komunikasi dan fleksibilitasnya.
4. Umpan balik 360 Derajat
Vigor ditandai oleh tingginya tingkat energi dan ketahanan mental saat bekerja,
kemauan untuk menginvestasikan upaya dalam pekerjaan seseorang, dan
ketekunan juga dalam menghadapi kesulitan. Karyawan yang mendapat skor
24 Keterampilan Manajerial Efektif
tinggi pada vigor (semangat) selalu memiliki banyak energi, semangat dan
stamina saat bekerja, sedangkan mereka yang mendapat skor rendah pada vigor
(semangat) memiliki sedikit energi, semangat dan stamina dalam mengerjakan
pekerjaan mereka.
2. Dedication (dedikasi)
Job resources (sumber daya pekerjaan) merujuk kepada psikologis, sosial, atau
aspek organisasi pekerjaan yang baik/atau (1) mengurangi tuntutan pekerjaan
dan biaya fisiologis dan psikologis yang terkait, (2) fungsional dalam mencapai
tujuan kerja, (3) merangsang pertumbuhan pribadi, pembelajaran dan
pengembangan. Job resources (sumber daya pekerjaan) meliputi empat faktor,
yaitu: autonomy (otonomi), social support (dukungan sosial), supervisory
coaching (bimbingan dari atasan), dan opportunities for professional
development (kesempatan untuk berkembang secara profesional). Peran atasan
sangat penting dalam meningkatkan engagement karyawannya. Dalam
meningkatkan engagement karyawannya supervisor harus menunjukkan
perilaku mau mendengarkan, memberikan umpan balik kepada karyawan atau
disebut sebagai supervisory coaching behaviour.
3. Personal Resources
Mengajukan pertanyaan yang tepat tidak akan berarti banyak jika seorang
supervisor tidak mendengarkan jawaban karyawan. Seorang supervisor (coach)
yang baik harus memiliki kemampuan mendengarkan dengan “telinga ketiga“,
memberikan banyak perhatian pada tanda-tanda non-verbal dan postur tubuh
karyawan sehingga dia mampu menangkap pesan yang tersirat atau perasaan
karyawan ketika berkomunikasi. supervisor juga harus menggunakan bahasa
non-verbal yang sesuai untuk menunjukkan bahwa dia menghargai pembicaran
yang dilakukan.
3. Menyadari / peka dengan apa yang terjadi di sekitarnya
a. Sponsor
b. Mentor
Seorang mentor adalah mereka yang terlibat dalam proses pengembangan diri
sepanjang waktu, memiliki pengetahuan terkini dalam bidangnya, dan
memahami bagaimana cara kerja jaringan yang ada. Seorang mentor tahu
bagaimana berurusan dengan politik perusahaan dan bagaimana membangun
kekuatan menggunakan pengaruh. Seorang mentor dapat membantu karyawan
menyelesaikan proyek prioritas, menurut realitas dan politik organisasi, dan
menyediakan serangkaian ”cara – cara terbaik” tentang bagaimana menangani
sebuah masalah. Seorang mentor dapat juga membantu seorang karyawan
memahami bagaimana perubahan terjadi, demikian juga dengan rencana
Bab 2 Coaching for Optimal Performance 31
c. Appraiser
d. Role Model
Bertindak sebagai panutan (role model) adalah penting dalam proses coaching,
karena anda harus layak dipercaya, kompeten, dan memiliki kredibilitas dalam
rangka melakukan coaching. Seorang panutan menjalankan apa yang dikatakan
dan menunjukkan gaya kepemimpinan yang tepat di dalam budaya perusahaan
mereka.
Coach harus dapat memberikan contoh kepada karyawan atau coachee dengan
menunjukkan antusiasme pada visi dan nilai-nilai organisasi. Menunjukkan
keterampilan interpersonal yang kuat dalam berurusan dengan karyawan di
setiap tingkatan. Serta memiliki pengetahuan terkini dalam bidangnya lewat
bacaan, kehadiran pada konferensi-konferensi, dan pembinaan jaringan.
e. Teacher
3.1 Pendahuluan
Salah satu aspek penting dalam keterampilan yang dimiliki seseorang adalah
penguasaan cara berkomunikasi yang baik dan benar. Permulaan digunakannya
komunikasi pada lingkup organisasi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
organisasi. Dengan adanya komunikasi maka setiap orang dapat mengutarakan
opini dan perasaan satu sama lain. Dalam perkembangan terakhir, peran
komunikasi dalam dunia informasi menjadi sangat penting untuk melengkapi
kehidupan manusia (Hermawan, 2012). Dinamika gaya bicara setiap orang
dalam menyampaikan pesan-pesan baik yang bersifat verbal dan non verbal
tentunya perlu kemampuan untuk memahami satu sama lain. Terkadang
interpolasi yang berlebihan akan makna dari komunikasi yang disampaikan
mengakibatkan adanya perbedaan persepsi. Sudut pandang komunikasi
merupakan citra dari peristiwa yang terjadi ketika adanya hubungan interaksi
antar manusia sehingga mengisyaratkan terjadinya peristiwa yang dinamakan
peristiwa sosial (Astuti, Sugiyo and Suwarjo, 2013).
Ketrampilan dan kemampuan dalam berkomunikasi dengan orang lain
merupakan salah satu fundamental atas segala yang akan kita lakukan
(Nizatama, Rudibyani and Sofya, 2019) Seseorang ketika ingin menyampaikan
pesan layaknya seperti seorang komunikator perlu memahami gaya bahasa yang
efektif sehingga bahasa yang disampaikan dapat dimengerti oleh komunikan
(Dewi, Assjari and Tjasmini, 2019). Lebih lanjut aspek komunikasi berorientasi
pada beberapa dimensi yang merefleksikan proses komunikasi itu sendiri
sehingga dimanika proses komunikasi yang terjadi dapat berubah-ubah sesuai
dengan tekstur komunikasinya (Dewi, 2007).
34 Keterampilan Manajerial Efektif
Gambar 3.2: Istilah Penting dalam Komunikasi (West dan Lynn, 2008)
Selanjutnya proses interaksi yang dihubungkan dari satu pihak ke pihak lainnya
selanjutnya dapat menggunakan bahasa berbentuk kode suara, kode visual atau
kode tulisan (Hermawan, 2012).
38 Keterampilan Manajerial Efektif
keputusan. Ketiga peran tersebut saling berkaitan satu sama lain sehingga
seorang manajer atau pimpinan diharuskan mampu untuk mengkomunikasikan
peran tersebut dengan baik kepada bawahan atau pekerja. Secara umum peran
manajerial dalam suatu organisasi dapat digambarkan sebagai berikut:
4.1 Pendahuluan
Dalam bab ini, pertama-tama akan ditinjau perubahan zaman dan melihat
dampak yang ditimbulkan terutama berkaitan dengan kebutuhan untuk berpikir
kreatif. Selanjutnya akan ditinjau definisi kreativitas dan menyoroti pentingnya
pemecahan masalah kreatif dalam membantu eksekutif bisnis untuk memahami
masalah baru. Selanjutnya dibahas tentang perbedaan kreativitas dari inovasi.
Kreativitas dalam bisnis sangat penting karena merupakan sarana untuk
menghasilkan ide-ide baru yang diperlukan untuk menghadapi situasi yang
sebelumnya tidak terpenuhi, sehingga nantinya memunculkan bisnis unggul dan
kompetitif di pasar yang memungkinkan untuk bertahan dan bahkan tetap
unggul dalam persaingan. Akan terjadi pergeseran paradigma ketika ada adopsi
secara universal. Bab ini membahas beberapa halangan yang mungkin ditemui
orang-orang dalam memunculkan ide dan bagaimana permasalahan ini dapat
diatasi.
pertumbuhan yang bisa didapat?' Mungkin ada dibelakang pikiran para manajer.
Atau bahkan, 'Bagaimana kita memastikan bahwa bisnis ini akan bertahan?'
Namun, mereka tidak dapat berasumsi, seperti Dickens 'Wilkins Micawber
bahwa' sesuatu akan muncul '. Asumsi yang menantang adalah inti dari
pemecahan masalah yang kreatif.
Dalam Bab 4 buku ini kita akan memeriksa alasan mengapa orang mengalami
kesulitan dalam menantang asumsi dan berpikir secara kreatif tentang suatu
permasalahan. Tentu saja, akan sangat membantu untuk memahami sesuatu
tentang bagaimana orang mendapatkan ide dan bagaimana hal ini dapat
didorong pada individu dan organisasi. Mengevaluasi dan
mengimplementasikan ide-ide mungkin merupakan bagian tersulit dari proses
pemecahan masalah yang kreatif. Gagasan muncul secara berurutan dan apa
yang kita tentukan sebagai gagasan terbaik hari ini mungkin tidak kita sukai
besok. Selain itu, seberapa yakinkah kita bahwa penilaian kita sehat? Apakah
kita benar-benar menggunakan kriteria yang tepat untuk menilai ide? Dalam hal
menerapkan ide, situasinya sama tidak jelasnya. Terlebih lagi, semuanya
berjalan lancar dan muncul sebagai gagasan yang baik bagi kita, tetapi apakah
mereka yang mempraktikkan gagasan itu memiliki pandangan yang sama?
Teknologi terus bergerak maju mengembangkan perangkat baru, lebih kuat, dan
nyaman untuk meningkatkan kehidupan manusia, baik di dalam maupun di luar
pekerjaan. Internet telah berkembang seperti jaring laba-laba raksasa melintasi
kekosongan luas hyperspace yang menyediakan pusat kegiatan untuk jejaring
sosial dan bisnis dan pertukaran komunikasi. Menyediakan mekanisme untuk
pertukaran ide-ide kreatif dan wawasan ke dalam permasalahan yang rumit.
Pada saat yang sama, teknologi belum berhenti dalam mengembangkan
komputer pribadi dan perangkat komunikasi yang lebih nyaman dan canggih.
Aplikasi adalah salah satu kata kunci pada zaman ini dan jumlahnya sangat
banyak, beberapa bahkan memfasilitasi penggunaan teknik pemecahan masalah
yang kreatif.
Mari kita bahas tentang kreativitas dan bagaimana orang mencoba
mendefinisikannya.
Bab 4 Creative Problem Solving 47
kreatif sampai batas tertentu karena kita harus menemukan solusi baru untuk
masalah yang baru disajikan.
Rickards (1986) mendefinisikan kreativitas sebagai proses penemuan pribadi,
sebagian tidak sadar, yang mengarah pada wawasan baru dan relevan. Rickards
(1986) juga menganjurkan pandangan tentang kreativitas sebagai proses
manusia universal yang menghasilkan pelarian dari asumsi dan penemuan
perspektif baru dan bermakna, atau sebagai 'pelarian dari kesulitan mental'.
Secara umum ia percaya bahwa kreativitas berkaitan dengan restrukturisasi
pribadi dan internal.
Kreativitas sangat memperhatikan bagaimana kita membayangkan sesuatu.
Meskipun bahasa adalah media untuk mengungkapkan perasaan kreatif kita,
kreativitas kita sering diperoleh melalui gambar dan sensasi yang sulit
diungkapkan dengan kata-kata. Seperti yang dikatakan Koestler (1964):
'Kreativitas sejati sering dimulai ketika bahasa berakhir.'
Weinman (1991) menganggap bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk
melampaui hal-hal duniawi dan jelas dan menolak perangkap kategori
pengulangan dan yang telah ditetapkan sebelumnya. Demikian pula, Gilliam
(1993) mendefinisikan kreativitas sebagai proses menemukan apa yang belum
dianggap tindakan membuat koneksi baru. Lebih sederhana, kreativitas dalam
konteks bisnis: “kreativitas adalah produksi ide-ide baru yang sesuai untuk suatu
tujuan bisnis tertentu” (Pryce, 2005).
Parkhurst (1999) menunjuk pada kurangnya konsensus mengenai definisi
kreativitas tetapi banyak peneliti setuju bahwa kreativitas dapat didefinisikan
sehubungan dengan istilah 'baru dan berguna' (Mumford, 2003), yang
menunjukkan bahwa produk kreatif adalah apa yang dianggap novel atau asli
dan bermanfaat atau adaptif (Batey, 2012).
Berbagai definisi ini menunjukkan bahwa kreativitas melibatkan kemampuan
untuk menghasilkan sudut pandang baru dan berbeda. Namun, definisi
kreativitas itu rumit karena konsepnya beragam.
Bab 4 Creative Problem Solving 49
ini telah diulang beberapa kali di berbagai sumber (De Brabandere, 2005;
Gogatz dan Mondejar, 2005).
Sejumlah besar literatur telah menekankan perlunya kreativitas dalam bisnis.
Oldman dan Cummings (1996) mencatat bahwa “banyak komentator
berpendapat bahwa meningkatkan kinerja kreatif karyawan adalah langkah
yang diperlukan jika organisasi mampu mencapai keunggulan kompetitif.“
Ada argumen kuat yang mendukung pandangan bahwa pada dekade kedua abad
ke-20, pasar yang kompetitif menuntut nilai yang semakin meningkat bagi
pelanggan, yang berarti biaya total terendah, kualitas total tertinggi, waktu siklus
total tercepat, dan total kepuasan pelanggan keseluruhan tertinggi (Atkins et al.,
2002). Ini pada gilirannya mendukung argumen bahwa ada kebutuhan untuk
inovasi berkelanjutan yang kreatif. Dalam lingkungan yang kompetitif secara
global di mana perusahaan bersaing dalam hal kualitas dan biaya, maka cara
meningkatkan prosedur operasi dan mencapai pengurangan biaya juga
menuntut pemikiran kreatif. Dengan meningkatnya persaingan global,
kreativitas membantu membangun dan mempertahankan keunggulan
kompetitif (Meisinger, 2007).
Mengapa kreativitas dalam manajemen penting? Masalah utama dalam
manajemen, menurut James March (1988), adalah: “Organisasi menghadapi
sejumlah besar masalah yang kurang lebih sama pentingnya, tetapi hanya
beberapa solusi. Dengan demikian peluang untuk menemukan solusi untuk
masalah tertentu kecil.”
Untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang muncul dalam bisnis,
perlu untuk menantang kemampuan pemecahan masalah dari mereka yang
bertanggung jawab. Dalam banyak kasus, proses kreatif yang digunakan untuk
mendekati masalah harus direstrukturisasi dan dikembangkan kembali untuk
menghasilkan ide dan perspektif baru.
Perubahan adalah kebutuhan intrinsik bagi perusahaan yang ingin berkinerja
baik dalam jangka panjang. Seperti yang dikatakan John Harvey Jones: “Sebuah
perusahaan mengalami kemajuan sepanjang waktu, itu sebenarnya bergerak
mundur. Sangat tidak mungkin untuk mempertahankan status quo” (Rogers,
1996). Mencoba melakukan hal-hal dengan cara yang sama seperti yang selalu
dilakukan di masa lalu dapat menyebabkan kesulitan dalam lingkungan bisnis
yang mengalami perubahan budaya, ekonomi atau teknologi yang cepat.
Perubahan adalah fenomena yang selalu ada di mana bisnis dari segala jenis
Bab 4 Creative Problem Solving 51
dipaksa untuk merespons jika mereka ingin mendapatkan peluang terbaik untuk
bertahan hidup dan sejahtera.
Pesatnya pertumbuhan persaingan dalam bisnis dan industri sering dikutip
sebagai alasan untuk lebih memahami tentang proses kreatif (Van Gundy, 1987;
Rickards, 1990). Banyak perusahaan terus mengalami tekanan untuk
meningkatkan sistem dan produk lama. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup
dapat dikaitkan langsung dengan kemampuan organisasi untuk menghasilkan
(atau mengadopsi) dan menerapkan produk atau layanan baru, dan proses (Van
Gundy, 1987). Salah satu aspek kunci dari keberhasilan atau kegagalan
organisasi adalah kemampuannya untuk tetap unggul dalam persaingan dalam
lingkungan yang berubah dengan cepat. Bisnis modern, dengan penekanan pada
persaingan, membangun pasar yang lebih besar, perencanaan strategis, kerja
team, dan lain-lain. Telah menciptakan kebutuhan akan strategi pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan yang baru.
Melihat ekonomi Inggris, misalnya, telah berulang kali dikritik tentang
kurangnya inovasi komparatif dalam manufaktur Inggris. Porter dan Ketels
(2003) berpendapat bahwa manajer di perusahaan-perusahaan Inggris lambat
untuk mengadopsi teknik manajemen baru, menghubungkan ini dengan
kombinasi investasi rendah dalam teknologi baru, dan lemahnya pelatihan
karyawan dan kebijakan pengembangan. Mereka berpendapat bahwa
penekanan baru pada pengembangan keterampilan, usaha dan inovasi
diperlukan jika ekonomi Inggris ingin tetap kompetitif.
Alasan lain adalah bahwa manajer perlu menemukan cara-cara baru dan lebih
baik untuk menyelesaikan masalah (Ackoff dan Vegara, 1988). Secara khusus,
semakin banyak masalah memiliki sedikit atau tidak ada preseden, maka akan
ada cara untuk mencoba dan menguji untuk mencapai hasil yang sukses. Untuk
bertahan dalam bisnis, perusahaan harus merespons secara kreatif masalah yang
dihadapinya. Masalah mungkin ada di lingkungan eksternal dan internal. Yang
pertama menimbulkan masalah seperti bagaimana mengatasi pertumbuhan
ekonomi yang lambat, bagaimana menghadapi pendatang baru dalam suatu
industri, bagaimana menumbuhkan penjualan pada kecepatan persaingan di
pasar pertumbuhan tinggi, bagaimana menghadapi perkembangan teknologi
baru dan bagaimana mengatasinya dengan siklus hidup produk yang lebih
pendek. Yang terakhir menimbulkan masalah berkaitan dengan komunikasi
internal yang buruk, masalah keuangan, staf yang teralienasi atau kurang
termotivasi, dan perencanaan yang tidak memadai.
52 Keterampilan Manajerial Efektif
masalah yang saling berhubungan dan menggunakan apa yang ia sebut 'intuisi
tinggi' (bukan dugaan) di mana pola cepat pengakuan terjadi dan solusi
dihasilkan dan diregenerasi saat informasi baru diperoleh.
Pengetahuan sangat penting untuk setiap kemajuan yang akan dibuat. Seseorang
tidak dapat bergerak maju jika ia tidak sepenuhnya memahami titik dari mana
ia memulai. Namun, kita harus menghargai bahwa perspektif seseorang tentang
suatu masalah dapat dihambat atau dibantu oleh pengetahuan tentang suatu
Bab 4 Creative Problem Solving 57
Intrinsik, motivasi yang berfokus pada tugas dianggap penting untuk kreativitas.
Amabile (1983) dan lainnya menekankan pentingnya hal ini dan berpendapat
bahwa orang yang mencintai apa yang mereka lakukan dan fokus pada
pekerjaan daripada imbalan potensial yang paling produktif dari perspektif
kreatif. Menemukan cara untuk melihat sesuatu sebagai sesuatu yang layak
untuk minat seseorang mungkin menjadi faktor yang merangsang motivasi. Ini
dapat terjadi secara spontan.
6. Lingkungan Hidup
pada komponen lain (misal Lingkungan). Terakhir, interaksi dapat terjadi antara
komponen, seperti pengetahuan dan motivasi, untuk menghasilkan tingkat
kreativitas yang tinggi.
Amabile dan rekan (Amabile, 1996; Hennessey, 2003; Hennessey dan Amabile,
1988) memberikan dukungan pada pendekatan teori investasi Sternberg.
Mereka berpendapat bahwa kombinasi dari berbagai variabel lingkungan dan
orang sangat penting untuk kreativitas. Penelitian mereka bertumpu pada
konseptualisasi tiga bagian kinerja kreatif. Mereka menyarankan bahwa
masalah harus didekati dengan keterampilan domain yang sesuai (latar belakang
pengetahuan), keterampilan kreativitas (kesediaan untuk mengambil risiko,
eksperimen, dan lain-lain).
Karya kreatif penuh dengan paradoks, dan tidak lebih dari kebutuhan pemikir
kreatif untuk tenggelam dalam masalah namun pada saat yang sama cukup
terpisah darinya untuk melihatnya secara konsisten kembali. Orang harus
menyadari bahwa motivasi yang sangat kuat untuk menyelesaikan suatu
masalah dapat menghambat proses penyelesaian masalah. Berkonsentrasi pada
tujuan untuk mengesampingkan aspek-aspek lain yang relevan dari suatu
masalah seringkali mencegah solusi dari suatu masalah. Pemikir kreatif harus
60 Keterampilan Manajerial Efektif
mundur dari masalah sehingga dapat diperiksa dan dievaluasi secara kritis. Ada
kemungkinan bahwa fungsi periode inkubasi yang disarankan oleh Wallas
(1926) memungkinkan seseorang untuk mencapai detasemen yang memadai.
Pertanyaan
1. Mengapa manajer modern perlu tahu tentang pemecahan masalah
kreatif?
2. Mengapa keahlian pemecahan masalah yang kreatif merupakan aset
penting bagi eksekutif bisnis?
3. Bagaimana eksekutif meningkatkan keterampilan pemecahan masalah
kreatif mereka?
4. Menurut Anda, kejutan macam apa yang mungkin ada di abad ke-21
bagi kita sebagai: (a) pekerja, (b) konsumen, (c) produsen, (d)
manajer?
5. James March berpendapat bahwa ‘Organisasi menghadapi sejumlah
besar masalah yang kurang lebih sama pentingnya, tetapi hanya
beberapa solusi. Dengan demikian peluang untuk menemukan solusi
untuk masalah tertentu kecil. 'Apakah ini berarti bahwa organisasi
harus menghabiskan sebagian besar waktu' menyelesaikan masalah '?
Mengapa tidak?
6. Tidak ada dasar teoretis untuk proses pemecahan masalah kreatif.
Diskusikan!
7. Apa yang dimaksud dengan penerimaan, pemahaman, melihat
pertanyaan, pemanfaatan kesalahan, dan pengabdian yang terpisah
sebagai syarat yang diperlukan untuk memperoleh wawasan kreatif?
8. Secara kritis mengevaluasi kondisi berpikir kreatif Mary Henle.
Apakah mereka didukung di tempat lain dalam perspektif teoretis lain?
Jelaskan!
62 Keterampilan Manajerial Efektif
Bab 5
Emotional Intelligence
5.1 Pendahuluan
Saat ini adaptasi perusahaan dan organisasi sangat diperlukan untuk
mengantisipasi dinamika perubahan kecepatan akses teknologi informasi.
Langkah-langkah telah banyak dilakukan beberapa perusahaan dan organisasi
untuk mendorong sumber daya internal dapat berkembang mengikuti dinamika
tersebut. Sumber daya manusia merupakan salah satu instrumen penting bagi
perusahaan dan organisasi karena memiliki kemampuan sebagai pendorong
berkembangnya suatu perusahaan dan organisasi (Setyaningrum, Utami dan
Ruhana, 2016). Setiap perusahaan dan organisasi saat ini berupaya untuk
meningkatkan performa kinerja karyawan dan pegawainya. Banyak langkah
telah dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut sebagai dasar untuk mencapai
tujuan perusahaan atau organisasi. Kinerja yang baik tentu bukan terjadi begitu
saja melainkan ada faktor yang memengaruhinya, yakni pengaturan diri yang
baik. Prakarsa seseeorang dalam berinteraksi dapat dilihat bagaimana proses
komunikasi yang terjalin dengan pengaturan emosional yang stabil. Aspek
kecerdasan emosional memiliki peranan yang strategis sebagai instrumen dalam
mengelola komunikasi yang efektif.
Kecerdasan emosional dipercaya dapat meningkatkan performa seseorang dan
juga dapat mengurangi stress kerja yang berlebihan (Fitriastuti, 2013).
Produktivitas dan efektivitas perencanaan organisasi tentunya dapat terwujud
ketika seorang karyawan atau pegawai memiliki sikap mental dan emosional
yang baik dengan pandangan optimis bahwa hari ini harus lebih baik dari hari
kemarin (Mulyasari, 2019). Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional
pada dasarnya berorientasi pada hubungan antara perasaan, watak dan naluri
moral (Wiyono, Anggo and Kadir, 2018). Menurut Goleman (2018),
kesuksesan bukan hanya ditentukan oleh peranan IQ yang dominan melainkan
64 Keterampilan Manajerial Efektif
adanya peran serta kecerdasan yang lain seperti kecerdasan emosional. Hal ini
dibuktikan dengan pengaruh IQ sebesar 20% dalam menentukan prestasi
individu, sedangkan sisanya sebesar 80% ditentukan oleh faktor lain termasuk
kecerdasan emosional. Para ahli teori berpendapat bahwa kognisi telah
menggunakan beberapa penelitian yang sama seperti Sternberg untuk
berpendapat bahwa kecerdasan bukan hanya tentang karakteristik orang, tetapi
lebih merupakan potensi untuk kinerja intelijen yang tertanam dalam situasi
tertentu (Barab & Plucker, 2002).
Jika pengaturan diri adalah ciri khas profesionalisme, kecerdasan emosi harus
sama pentingnya bagi kita dengan profesional seperti kompetensi teknis; ini
semakin diakui oleh perguruan tinggi profesional kami, pengusaha dan
regulator.
Antonim saraf merupakan bagian yang krusial pada keadaan fisik seseorang
yang tentunya memiliki implikasi terhadap kecerdasan emosional seseorang.
Bagian otak berperan sebagai media neokorteks yaitu bagian tubuh yang
memiliki peran untuk memahami sesuatu dengan dalam, menganalisis perasaan
tertentu dan selanjutnya berbuat sesuatu untuk mengatasinya.
Bab 5 Emotional Intelligence 69
2. Psikis
Faktor psikis adalah salah satu faktor yang dapat memengaruhi tingkat
emosional dalam diri seseorang. Kepribadian yang dipupuk dan diperkuat
dalam diri seseorang dapat menimbulkan emosional yang berbeda-beda dengan
berbagai situasi.
Studi literatur mengenai kecerdasan baik itu kecerdasan emosional, intelektual
dan kecerdasan emosional telah terbukti sebagai bidang dinamis yang terus
berkembang, dengan luasnya bidang yang berkembang pesat selama 25 - 30
tahun terakhir. Banyak pakar peneliti, seperti Gardner, Naglieri, dan Goleman,
berpendapat bahwa pandangan kita tentang kecerdasan manusia terlalu sempit,
memimpin jalan menuju pandangan yang diperluas tentang apa kecerdasan itu
dan apa yang merupakan kecerdasan (Plucker & Esping, 2014). Lebih lanjut
Patton (2011), menyebutkan dasar untuk memperkuat kecerdasan emosional
dapat dilakukan dengan cara memahami diri sendiri. Adanya kesadaran diri
merupakan manifestasi bahan baku yang penting untuk menunjukkan kejelasan
dan pemahaman atas perbuatan yang dilakukan.
Penjelasan lain mengenai faktor-faktor yang dapat memengaruhi kecerdasan
emosional diungkapkan oleh Agustian (2011), antara lain:
1. Faktor Psikologis
Faktor psikologis merupakan salah satu faktor yang berasal dalam diri
seseorang. Faktor tersebut mengarahkan seseorang untuk mengelola,
mengendalikan dan mengkoordinasikan keadaan emosi agar dapat
tersampaikan dalam bentuk perilaku yang efektif dan efisien.
2. Faktor Pelatihan Emosi
Jenis-Jenis Emosional
Tendensi seseorang dalam berpikir secara emosional merupakan termin dalam
merefleksikan kondisi yang tidak stabil. Tujuan dibentuknya kecerdasan
emosional untuk memperkirakan keberhasilan dalam efektivitas kepemimpinan
dalam berbagai variasi konteks yang dihubungkan dengan faktor kepribadian
(Poonamallee et al., 2018). Individu yang memiliki kemampuan untuk
mengelola emosinya akan menunda reaksinya pada saat yang tidak wajar atau
tidak selaras dengan ciri-ciri kondisi lingkungan sekitar.
Bab 5 Emotional Intelligence 71
Menurut Luthans (2006), ada beberapa jenis emosional, yaitu sebagai berikut:
Tabel 5.1: Komponen Kunci Kecerdasan Emosional (Luthans, 2006)
Emosi Positif Deskripsi Lainnya
Cinta/afeksi Penerimaan, Pemujaan, tergila-gila, rindu.
Bahagia/gembira Kegembiraan, kesenangan, kesukaan,
kebahagiaan, kenikmatan, semangat, euforia.
Terkejut Keheranan, keingintahuan, kekaguman.
Emosi Negatif Deskripsi Lainnya
Takut Kegelisahan, kegusaran, kerisauan, kecemasan,
ketakutan, keprihatinan.
Sedih Kekecewaan, duka cita, kecemasan, penderitaan,
kekesalan.
Marah Kemurkaan, kegusaran, penghinaan, permusuhan,
cepat marah.
Muak Meremehkan, rasa tidak suka, benci
Malu Penyesalan, menyesal, penghinaan, merasa
bersalah, malu.
Tidak seperti kecerdasan intelektual atau yang biasa disebut dengan IQ,
kecerdasan emosional merupakan kemampuan yang dapat dipelajari, bukan
sesuatu yang dibawah sejak lahir. Menurut Goleman (2018) ada beberapa jenis-
jenis emosional, yaitu amarah, kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut,
jengkel, dan malu. Lebih lanjut menurut Robbins dan Timothy (2009), jenis-
jenis emosional terdiri dari perbedaan, intensitas, frekuensi dan durasi, jenis
kelamin dan emosi. Dibutuhkan perpaduan antara ciri-ciri emosional yang
dimiliki masing-masing individu untuk memperoleh keberhasilan dalam
berkomunikasi satu sama lain.
Kesadaran diri merupakan bentuk reaksi ketika seseorang menyadari situasi dan
bereaksi secara instan dapat memengaruhi orang lain dan menunjukkan
kekuatan dan kelemahan seseorang dan secara keseluruhan lebih menunjukkan
arah sifat perilaku seseorang. Mengetahui, jika seorang memimpin tim dan
ketika seseorang menjadi emosi masalahnya tidak akan diselesaikan dan kondisi
ini mengakibatkan situasi yang bahkan lebih lebih buruk.
74 Keterampilan Manajerial Efektif
Mempelajari leadership tidak akan pernah habis habisnya. Hal ini sejalan
dengan dinamisnya kehidupan manusia dan organisasi sehingga memengaruhi
tipe, jenis dan gaya leadership yang diperankan. Selain itu juga leadership
adalah menyangkut perilaku manusia yang dapat saja berubah setiap saat dan
setiap waktu sesuai situasi dan kondisinya.
Leadership adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari perilaku
manusia dengan dinamikanya. Oleh karena itu menarik bagi semua orang untuk
mempelajarinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni (Ipteks) yang dinamis pula.
Sesungguhnya, leadership berasal dari kata dasar “lead dan leader” yang artinya
adalah memimpin dan pemimpin. Lead adalah memimpin, mengarahkan,
menggerakkan, sedangkan leader adalah setiap orang yang dapat menjalankan
leadership. Leader diterjemahkan dengan pemimpin. Pemimpin berbeda
pengertiannya dengan pimpinan atau manajer. Pimpinan atau manajer adalah
seseorang yang diangkat berdasarkan pengangkatan atau surat keputusan (SK)
tertentu, sedangkan leader (pemimpin) belum tentu diangkat berdasarkan SK,
akan tetapi bisa saja diangkat berdasarkan pengakuan follower (pengikut) atau
bawahannya. Leader dapat bersifat formal yang terdapat dalam suatu organisasi
formal, dan juga dapat bersifat informal dalam suatu organisasi informal pula.
Pimpinan/manajer yang diangkat berdasarkan Surat Keputusan (SK) akan lebih
baik apabila dapat menjalankan perannya sebagai leader (pemimpin), sehingga
follower atau bawahan akan lebih semangat dan termotivasi dalam bekerja.
Leadership adalah proses yang dilakukan atau diperankan oleh seseorang untuk
memengaruhi, mengatur, memimpin dan bahkan memotivasi orang lain dengan
cara tertentu agar mau melakukan apa yang diinginkan oleh leader untuk
mencapai tujuan tertentu.
Leadership adalah proses atau kegiatan menyatupadukan antara satu orang dan
satu kegiatan, dengan satu orang dengan kegiatan yang lainnya untuk mencapai
tujuan tertentu. Leadership adalah salah satu alat yang diperlukan agar tujuan
organisasi dapat tercapai dengan efektif dan efisien.
Ada beberapa pengertian leadership yang diajukan oleh para ahli antara lain
sebagai berikut:
1. Leadership adalah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk
memengaruhi orang atau kelompok lain dalam rangka mencapai tujuan
kelompok atau organisasi (Greenberg and Baron, 2003).
Bab 6 High Performance Leadership 79
Jika dilihat dari beberapa definisi yang diajukan para ahli di atas, maka
sesungguhnya ada 4 (empat) hal penting yang terkandung dalam proses
leadership yaitu leaders (pemimpin), influence (pengaruh), followers
(pengikut), dan goals (tujuan).
1. Leader (pemimpin) adalah orang yang memimpin, menyatupadukan
satu orang dan suatu kegiatan dengan orang atau kegiatan yang lain
dalam rangka mencapai tujuan. Leader adalah aktor utama
terlaksananya leadership. Oleh karena itu untuk menjadi seorang
leader sangat diperlukan kualitas tertentu ataupun power tertentu agar
bisa memengaruhi folowernya agar mau malakukan apa yang
diinginkan. Kemauan follower untuk mengikuti keinginan leader
80 Keterampilan Manajerial Efektif
sebagainya. Menurut Bennis dan Nanus (1990) “Leaders are born not made”.
Teori sifat sering juga disebut dengan teori great man. Seseorang dapat
menjalankan leadership disebabkan sejak lahir sudah memiliki talenta sebagai
leader. Leader seperti ini sering dijumpai pada orang yang sejak lahir memiliki
kharisma tertentu sehingga orang mau mengikuti apa yang diinginkan oleh
leader. Kharisma berasal dari bahasa Yunani yaitu “kairismos” yang artinya
seseorang yang terberkati dan terinspirasi secara agung. Dapat juga diartikan
dengan karunia atau bakat atau talenta yang diberikan Ilahi kepada seseorang
untuk memimpin. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010) yang
dimaksud dengan kharisma adalah keadaan atau bakat yang dihubungkan
dengan kemampuan yang luar biasa dalam hal kepemimpinan seseorang untuk
membangkitkan pemujaan dan rasa kagum dari masyarakat terhadap dirinya,
yang didasarkan atas kualitas kepribadian individu. Dengan demikian, tolok
ukur keberhasilan seorang leader pada teori sifat adalah sifat-sifat kepribadian
maupun psikologis seorang leader yang telah dimiliki sejak lahir.
Davis (2010) menyatakan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang leader
antara lain: kecerdasan, kedewasaan dan keluasan pandangan sosial, dan
memotivasi diri dan mampu melakukan hubungan sosial. Sedangkan menurut
Collons (dalam Tempe, 1993) memberikan batasan sifat seorang leader dalam
menjalankan leadership yaitu :
• Kelancaran berbicara
• Kemampuan memecahkan masalah
• Memiliki pandangan ke dalam masalah kelompok (organisasi)
• Keluwesan
• Kecerdasan
• Kesediaan menerima tanggung jawab
• Keterampilan sosial
• Kesadaran akan diri sendiri dan lingkungannya.
• Lancar berbicara
• Memiliki pengetahuan tentang tugas kelompok
• Persuasif, dan
• Memiliki keterampilan sosial.
Siagian (1999) menyatakan seorang leader harus memiliki ciri-ciri ideal sebagai
berikut :
• Pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas,
objektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, dan berorientasi
pada masa depan.
• Sifat inkuisitif, tepat waktu, kohesi yang tinggi, naluri relevansi,
keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan
menjadi pendengar yang baik, kapasitas integrative.
• Kemampuan untuk tumbuh dan berkembang, analitik, menentukan
skala prioritas, membedakan yang urgen dan penting, keterampilan
mendidik dan berkomunikasi secara efektif.
bawahannya dan bukan pada sifat-sifat yang dimiliki leader. Ada beberapa
keterampilan yang harus dimiliki leaders yaitu keterampilan conceptual, human,
maupun technical (Katz, 1993). Pada teori perilaku, keberhasilan leadership
sangat tergantung pada perilaku atau tindakan seorang leader dalam
memengaruhi followers atau bawahannya, jadi bukan tergantung pada sifat-sifat
atau kualitas diri yang dimiliki oleh seorang leader.
Ada beberapa perilaku yang diterapkan dalam hal ini yaitu perilaku yang
berorientasi kepada tugas maupun followers atau bawahan. Perilaku yang
berorientasi kepada tugas adalah perilaku yang mengutamakan tugas-tugas yang
harus dilaksanakan followers atau bawahan, sedangkan perilaku yang
berorientasi kepada followers atau bawahan adalah perilaku yang mengutaman
kebutuhan/keinginan followers atau bawahan agar mau bekerja dengan giat
untuk mencapai tujuan. Perilaku leadership tampak pada gaya yang diperankan
pada followers atau bawahannya seperti gaya otoriter, persuasif, demokratif,
konsultatif, maupun delegatif.
Gaya leadership adalah pola dan cara yang diperankan seorang leader dalam
proses memengaruhi, mengarahkan, memotivasi followers atau bawahannya
agar mau melaksanakan apa yang diinginkan leaders untuk mencapai tujuan.
Menurut Rivai (2014) gaya leadership adalah sekumpulan ciri yang digunakan
pimpinan untuk memengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau
dapat dikatakan bahwa gaya leadership adalah pola perilaku dan strategi yang
disukai dan sering diterapkan oleh seorang leader. Thoha (2010) menyatakan
gaya leadership adalah norma perilaku yang digunakan oleh seorang pada saat
memengaruhi perilaku orang lain atau bawahan. Kartono (2011) memberi
definisi gaya leadership adalah sifat, kebiasaan, temperamen, watak, dan
kepribadian yang membedakan seorang pemimpin dalam berinteraksi dengan
orang lain. Hersey dan Blanchard (1998) menyatakan gaya kepemimpinan
adalah pola tingkah laku (kata-kata dan tindakan) dari seorang pemimpin yang
dirasakan orang lain.
Reddin (dalam Wahjosumidjo,1992) menyatakan ada tiga pola dasar perilaku
leadership yaitu berorientasi kepada :
1. Tugas (Task Oriented)
2. Hubungan (Relationship oriented)
3. Efektivitas (Effectiveness oriented)
84 Keterampilan Manajerial Efektif
dan mau. Orang-orang yang seperti ini memerlukan arahan dan dukungan atau
bimbingan dari leader utamanya tentang apa, di mana dan bagaimana
menjalankan tugas pokok dan fungsinya, dan perlu dorongan (motivasi) yang
intens agar mau menjalankan tugas pokok dan fungsinya tersebut melalui gaya
instruksi (G1). Demikian halnya dengan gaya konsultasi (G2) akan sangat sesuai
diterapkan pada tingkat kematangan followers atau bawahan yang rendah ke
sedang yaitu memiliki kemauan untuk bekerja akan tetapi belum mampu
menjalankannya. Untuk itu diperlukan konsultasi yang intens baik melalui
pendidikan dan pelatihan formal maupun nonformal hingga followers atau
bawahan memiliki kemampuan yang cukup untuk menjalankan tugas pokok
dan fungsinya. Gaya partisipasi (G3) cocok diterapkan untuk followers atau
bawahan yang memiliki tingkat kematangan yang memiliki kemampuan akan
tetapi tidak memiliki kemauan untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya.
Dengan demikian agar followers atau bawahan memiliki kemauan untuk
melakukan tugas pokok dan fungsinya diperlukan partrisipasi dari leader yaitu
leader turut ambil bagian bersama-sama followers atau bawahan untuk
melakukan tugas pokok dan fungsinya sehingga followers atau bawahan
termotivasi untuk mau bekerja. Gaya delegasi (G4) cocok diterapkan pada
followers atau bawahan yang memiliki tingkat kematangan mau dan mampu
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya (M4), leader hanya memantau dari
jauh dan tidak perlu banyak terlibat langsung membantu followers atau bawahan
untuk melakukan pekerjaannya. Leader pada tingkat kematangan M4 ini
percaya akan dapat menjalankan tugas pokok dan fungsinya dengan baik.
Keterkaitan tingkat kematangan dan gaya leadership pada teori situasional dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6.1: Teori Leadership Situasional Hersey dan Blanchard (1998)
Hicks dan Gullet (1987) menyatakan peran leader yaitu bersikap adil,
mendukung tercapainya tujuan, sebagai katalisator, wakil organisasi,
menciptakan keadaan aman, mau menghargai, dan sebagai sumber inspirasi.
Siagian (1999) menyatakan ada lima peran leadership untuk mencapai tujuan
dengan efisien dan efektif yaitu :
• Penentu arah
• Wakil dan juru bicara organisasi
• Komunikator yang efektif
• Meditor yang handal
• Integrator yang efektif
Berikanlah motivasi positif menuju ke depan (masa yang akan dating) bukan
sebaliknya. Berikan hal-hal yang positif yang akan dicapai, jika followers atau
bawahan bekerja dengan baik dan bukan sebaliknya.
b Ask employees what will inspire them
Tanyakan followers atau bawahan apa yang menginspirasi mereka, agar apa
yang dilakukan leader dalam leadership sesuai dengan keinginan dan kebutuhan
mereka. Dalam hal ini leader harus berorientasi kepada kebutuhan/keinginan
followers atau bawahan.
c Focus on what they’re doing well
Leadership yang berfokus pada apa prestasi yang telah dilakukan followers atau
bawahan, setelah itu member masukan terhadap kekurangan/kelemahan yang
harus diperbaiki.
d Focus on the best
Leadership yang berfokus pada hal yang baik, bukan sebaliknya. Dalam hal ini
sikap optimisme harus dibangun untuk mencapai yang terbaik. Tidak ada yang
tidak bias dicapai kalau followers atau bawahan sungguh-sungguh berupaya
melakukan yang terbaik. Tidak ada masalaha yang tidak dapat diselesaikan,
asalkan mau belajar dan memperbaiki kesalahan dan ada kemauan untuk
berubah ke arah yang lebih baik.
2. Menciptakan team work yang solid
Menurut Robbins dan Timothy (2008) team work adalah kelompok yang usaha-
usaha individualnya menghasilkan kinerja lebih tinggi daripada jumlah
masukan individual. Dengan team work akan menghasilkan energy positif
melalui usaha yang dikoordinasikan. Kinerja team work akan lebih baik
daripada kinerja individual.
Leadership harus bisa menciptakan team work yang solid untuk pencapaian
tujuan yang lebih efisien dan efektif. Leader sendiri tidak ada artinya tanpa team
work yang solid dan tidak mampu mencapai tujuannya dengan sendiri. Untuk
itu diperlukan team work yang solid, antara leader dengan followers atau
bawahan sehingga masing-masing memiliki tanggung jawab bersama agar
90 Keterampilan Manajerial Efektif
tujuan dapat tercapai. Tugas pokok dan fungsi akan terasa ringan jika dikerjakan
melalui team work yang solid.
Adapun manfaat team work menurut Chang dan Curtin (1998) bagi individu
dan organisasi sebagai berikut :
Manfaat bagi individu :
• Pekerjaan lebih bervariasi
• Lebih banyak kebebasan untuk membuat dan menindaklanjuti
keputusan yang benar
• Manfaat bagi organisasi :
• Meningkatkan komitmen terhadap keputusan yang diambil
• Meningkatkan produktivitas tim kerja
• Lebih fleksibel dalam operasional kerja
• Meningkatkan rasa tanggung jawab
Iklim kerja yang baik sangat mendukung proses leadership. Oleh karena itu
leader yang efektif harus dapat menciptakan iklim organisasi yang kondusif dan
sebaliknya, jika iklim organisasi tidak atau kurang kondusif, maka followers
atau bawahan tidak akan nyaman untuk melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya dengan baik.
Menurut Steers (1998), iklim organisasi adalah sifat atau ciri yang terdapat
dalam lingkungan kerja dan timbul karena kegiatan organisasi, yang dilakukan
secara sadar atau tidak, yang memengaruhi aktivitas organisasi. Iklim organisasi
adalah “wajah” organisasi. Semakin baik dan kondusif iklim organisasi, maka
dipastikan organisasi semakin mendukung kinerja followers atau bawahan dan
sebaliknya.
Davis (2010) menyatakan iklim organisasi adalah lingkungan manusia yang di
dalamnya terdapat anggota organisasi yang melakukan pekerjaannya.
Selanjutnya menurut Davis (2010), ada dua hal yang penting dan harus
diperhatikan dalam iklim organisasi yaitu tempat kerja itu sendiri, dan perlakuan
yang diterima dari organisasi. Iklim organisasi sangat menentukan keberhasilan
leadership. Semakin kondusif iklim organisasi, maka akan semakin
melancarkan proses leadership untuk mencapai tujuannya dan sebaliknya. Oleh
Bab 6 High Performance Leadership 91
karena itu, dalam proses leadership sangat penting diciptakan iklim yang
kondusif agar tujuan dapat tercapai dengan efisien dan efektif.
Miner (1988) menyatakan aspek-aspek iklim organisasi antara lain sebagai
berikut :
• Iklim organisasi berkaitan dengan unit yang besar yang mengandung
ciri karakteristik tertentu
• Iklim organisasi lebih mendeskripsikan suatu unit organisasi daripada
menilainya
• Iklim organisasi berasal dari praktik organisasi
• Iklim organisasi memengaruhi perilaku dan sikap anggotanya.
Iklim organisasi terdiri atas dua macam yaitu iklim organisasi terbuka (open
organization climate) dan iklim organisasi tertutup (closed organizational
climate). Iklim organisasi terbuka adalah iklim yang memberikan kesempatan
kepada followers atau bawahan untuk memberikan masukan, kritik dan saran
untuk pengembangan organisasi. Selain itu memberikan kesempatan yang sama
dalam promosi atau menduduki jabatan/posisi tertentu atau untuk berkembang
dan maju bagi semua followers atau bawahan. Sebaliknya, iklim organisasi
tertutup (closed organization climate) tidak atau kurang memberikan
kesempatan yang sama bagi followers atau bawahan untuk promosi atau
menduduki jabatan/posisi tertentu.
Untuk menentukan baik tidaknya iklim organisasi menurut Davis (2010) dapat
dilihat dari indikator sebagai berikut :
a Kualitas leadership, yaitu kemampun untuk memengaruhi,
menggerakkan dan mengarahkan suatu tindakan pada diri seseorang
atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu yang dipraktikkan oleh
leader terhadap followers atau bawahannya
b Kepercayaan, yaitu kepercayaan yang diberikan leader kepada
followers atau bawahannya dalam menjalankan pekerjaannya
c Komunikasi, yaitu proses transfer informasi serta pemahamannya dari
komunikasi ke atas, ke bawah, ke samping dalam suatu organisasi
d Tanggung jawab, yaitu sikap yang ada pada leader dan followers atau
bawahan terhadap kepemilikan organisasi serta tugas-tugas yang
dikerjakan
92 Keterampilan Manajerial Efektif
e Imbalan yang adil, yaitu upah yang diberikan kepada bawahan sesuai
dengan harapan mereka.
f Kesempatan, yaitu peluang yang diberikan kepada bawahannya untuk
meningkatkan prestasi kerjanya
g Pengendalian, yaitu suatu tindakan yang dilakukan oleh leader agar
organisasi terkontrol dengan baik sehingga tidak mengalami kerugian.
Bab 7
Managing Customer Service
orang atau bagian yang berhadapan langsung dengan nasabah, selain teller dan
security.
Tugas pokok customer service adalah :
1) Membantu nasabah untuk memberikan informasi dan formulir
2) Membantu menyelesaikan pengaduan nasabah
3) Memperkenalkan produk-produk atau jasa-jasa perusahaan
4) Memberikan informasi mengenai fitur dan layanan perusahaan
5) Mempertahankan nasabah agar tetap setia pada perusahaan dan juga
menarik nasabah yang baru.
7.5 E-Services
Sistem Layanan Elektronik atau E-layanan (Electronic Services disingkat E-
Services) merupakan satu aplikasi terkemuka memanfaatkan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) di daerah yang berbeda. Namun, definisi yang
tepat dari layanan elektronik sulit didapat sebagian peneliti telah menggunakan
definisi yang berbeda untuk menggambarkan layanan elektronik. Meskipun
definisi ini berbeda, dapat dikatakan bahwa mereka semua sepakat tentang peran
teknologi dalam memfasilitasi pelayanan yang membuat mereka lebih dari
layanan elektronik. Menurut Rowley (2006) layanan elektronik didefinisikan
sebagai: “... perbuatan, usaha atau pertunjukan yang pengiriman di mediasi oleh
teknologi informasi. Layanan elektronik tersebut meliputi unsur layanan e-
tailing, dukungan pelanggan, dan pelayanan”.
Definisi ini mencerminkan tiga komponen utama, penyedia layanan, penerima
layanan, dan saluran pelayanan (yaitu, teknologi). Misalnya, sebagai yang
bersangkutan untuk layanan elektronik publik, badan publik adalah penyedia
layanan dan warga negara serta bisnis penerima layanan. Saluran pelayanan
100 Keterampilan Manajerial Efektif
adalah persyaratan ketiga dari layanan elektronik. Internet adalah saluran utama
dari layanan elektronik pengiriman sementara saluran klasik lainnya juga
dipertimbangkan. (misalnya telepon, call center, kios publik, telepon genggam,
televisi). Definisi dan sejarah layanan elektronik Sejak awal pada akhir 1980-an
di Eropa dikenal secara formal pada tahun 1993 oleh Pemerintah AS, istilah “E-
Government” kini telah menjadi salah satu riset domain yang diakui terutama
dalam konteks kebijakan publik dan sekarang telah memperoleh kepentingan
strategis dalam modernisasi sektor publik.
Layanan eletronik merupakan salah satu cabang dari domain dan perhatiannya
juga telah merayap di antara para praktisi dan peneliti. Layanan elektronik (atau
e-Service) adalah istilah yang sangat generik, biasanya mengacu pada
‘Penyediaan layanan melalui Internet (awalan berdiri ‘e elektronik’, seperti
dalam penggunaan lain), sehingga layanan elektronik bisa juga termasuk
perdagangan internet, mungkin juga termasuk layanan non-komersial (online),
yang biasanya disediakan oleh pemerintah. ‘Layanan elektronik merupakan
layanan online yang tersedia di Internet, di mana transaksi yang valid untuk
membeli dan menjual (pengadaan) adalah mungkin, sebagai lawan dari website
tradisional, di mana hanya informasi deskriptif yang tersedia, dan tidak ada
transaksi online adalah dimungkinkan.
Ada sejumlah manfaat untuk layanan elektronik dan beberapa di antaranya
adalah:
1. Mengakses basis pelanggan yang lebih besar
2. Memperluas jangkauan pasar
3. Menurunkan penghalang masuk ke pasar baru dan biaya mendapatkan
pelanggan baru
4. Alternatif saluran komunikasi ke pelanggan
5. Meningkatkan pelayanan kepada pelanggan
6. Meningkatkan citra perusahaan
7. Mendapatkan keunggulan kompetitif
8. Potensi peningkatan pengetahuan pelanggan
8.1 Pendahuluan
Manusia yang dewasa yang lahir secara normal pada umumnya mampu
berbicara, tapi untuk mampu berbicara secara percaya diri tidak semua dapat
melakukannnya, terutama di depan banyak orang, apalagi di depan publik
khusus, yang juga disebut “ presentasi
Pada saat ini keahlian dalam presentasi sudah memasuki semua bidang
kehidupan depert bisnis, duania pendidikan, organisasi dan tentunya
pemerintahan. Setiap orang yang terlibat diberi tanggung jawab untuk suatu
kegiatan yang sudah disepakati, hal ini terutama jika seseorang harus bertemu
dengan banyak orang untuk memberi penjelasan, atau mempromosikan sesuatu
dengan cara presentasi. Maka dapat dikatakan bahwa presentasi adalah
merupakan salah satu keahlian seseorang untuk mempromosikan dirinya atau
organisasinya. Dan untuk dapat dikatakan berhasil atau tidaknya suatu pekerjaan
sangat dipengaruhi oleh cara orang yang presentasi.
Seseorang dikatakan memiliki keahlian dalam berpresentasi akan berperan pada
pekerjaan, misalnya peningkatan karir/pangkat, sales production atau mencapai
tujuan organisasi, membangun opini orang lain sehingga pesan dapat
disampaikan sesuai target tujuan yang mau dicapai. Maka keterampilan
komunikasi di depan publik akan menjadi tolok ukurnya, sebagai pelaku
kegiatan yang berhadapan dengan publik, presenter dituntut untuk dapat
menyakinkan lawan bicara (audien atau rekan kerja), terhadap apa yang akan
disampaikan. Dengan keahlian presentasi yang baik, maka kepercayaan kepada
104 Keterampilan Manajerial Efektif
Menyampaikan informasi
Menyampaikan informasi bisa bersifat biasa atau rahasia. Audiens yang
diundang dilakukan sesuai dengan informasi dan topik yang disepakati terlebih
dahlu. Dalam hal ini presenter memiliki keahlian sesuai dengan bidang dan
pengalaman yang dimilikinya.
Meyakinkan audiens
Presentasi dilakukan dengan materi yang terdiri dari informasi, kumpulan data
dan fakta untuk menyakinkan audiens yang disajikan secara sistematis dan logis
sehingga seseorang atau kelompok orang bisa yakin. Artiya semula yang tidak
jelas dan tidak pasti setelah diadakan presentasi oleh presenter menjadi jelas dan
dipahami.
Menghibur audiens
Menghibur audien bisa juga dilakukan pada presentasi yang tidak bersifat
hiburan, presenter yang punya skill dapat menyelipkan lelucon saat presentasi
dilakukan, sehingga audiens tidak bosan dan bisa tertawa. Untuk acara hiburan
seperti penayangan televisi, resepsi perkawinan maka peranan keahlian
presenter dalam membawa acara lebih difokuskan pada menghibur audien atau
penonton. Presenter dituntut melakukan interakaksi yang bersifat membuat
suasana menjadi nyaman sehingga publik atau penonton dapat merasa senang
pada acara presentasi tersebut.
Bab 8 Presentation Skills For Managers 107
Memperkenalkan diri
Presentasi ini biasanya dilakukan oleh orang yang melamar pekerjaan dengan
menyampaikan rewayat hidup dan pengalamannya pada pihak yang
mengundangnya atau perorangan yang ingin mempromosikan produk yang
dibuatnya, misal makanan atau catering.
19. Humoris
20. Skill dalam wirausaha.
Imprompu (Dadakan)
Presentasi jenis ini disebut juga presentasi dadakan, di mana presenter ditunjuk
langsung untuk menyampaikan informasi kepada audiens, dalam hal ini
presenter tidak melakukan persiapan mengenai apa yang akan dibicarakan atau
tema yang akan disampaikan, juga alat bantu yang dipakai, sehingga biasanya
perasaan presenter akan terkejut dan merasa tidak nyaman. Penunjukan
presenter dadakan dapat terjadi karena presenter utama berhalangan hadir,
sehingga pengganti bisa dipilih karena pengalamannya atau karena dianggap
mampu sebagai presenter pengganti
Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan apabila jenis presentasi dadakan
ini terjadi;
Kelebihan:
1. Informasi yang tersampaikan adalah hal-hal yang ada pada perasaan
presenter dadakan.
2. Kalimat dan suara yang diucapkan merupakan hasil spontanitas dari
presenter. Selama menyampaikan presentasi biasanya presenter selalu
berpikir terhadap informasi yang disampaikannya.
3. Kekurangan: Diperlukan waktu untuk berpikir dalam mengolah kata
kata sehingga informasi yang disampaikan presenter menjadi
tersendat-sendat
4. Penyampaian informasi yang mendadak akan tidak sistemais dan
teratur kata atau kalimat yang disampaikan.
5. Tanpa persiapan mengakibatkan presenter akan gugup karean biasanya
belum menguasai materi yang akan disampaikan.
112 Keterampilan Manajerial Efektif
Manuscrip (Naskah)
Presentasi manuskrip atau naskah ini adalah presenter dalam menyampaikan
informasi dengan membaca naskah, biasanya menggunakan teks. Informasi
yang disampaikan merupakan hasil suatu naskah, presenter melupakan tugasnya
melakukan kontak mata dengan pendengar atau audiens. Jenis presentasi ini
disebut juga pembacaan naskah pidato, bukan berpidato. Hal ini sering
dilakukan pada kata sambutan di mana presenter utama berhalangan hadir,
sementara isi naskah pidato tidak boleh dirubah isinya, misalnya penyampaian
surat keputusan.
Kelebihan:
1. Kalimat atau kata diinformasikan keluar secara baik dan teratur karena
sesuai teks naskah. Penyampaian naskah sestematis dan teratur
2. Sedikit kesalahan kata atau kalimat dalam penyampaiannya.
Kekurangan:
1. Membosankan pendengar atau audiens, karena monoton. Tidak terjadi
motivasi bagi pendengarnya.
2. Penyampaian informasi tidak menarik
3. Tidak terjadi kontak mata dengan pendengar sehingga pendengar akan
acuh
Memoriter (Hapalan)
Pada jenis presentasi ini presenter hanya melakukan atau membaca hapalan
naskah yang sudah disiapkan. Bedanya denga jenis manusript, presenter tidak
membacakan naskah dalan menyampaikan informasi, presenter hanya
melakukan persiapan dengan menghapal teks yang berisi naskah yang mau
diinformasikan. Plus dan minusnya hampir sama dengan jenis manuskrip. Jenis
tidak baik dilakukan, karena ucapan atau kalimat dari materi presentasi jika lupa
akan membuat presentasi itu mengalami kegagalan Esstempore (Kekinian)
(Carmin, 2009).
Presentasi jenis Ekstempore adalah yang terbaik untuk dilaksanakan dibanding
dengan jenis presentasi lainnya. Presenter lebih siap dalam persiapan materi
paparan yang dibuat tidak rinci, akan tetapi presenter dapat melakukan paparan
yang detail sehingga menarik untuk didengar audiens. Biasanya skill atau
pengalaman dan keahlian berperan besar bagi presenternya.
Bab 8 Presentation Skills For Managers 113
Kelebihan:
1. Presenter dapat menyampaikan paparannya dengan jelas dan terinci
karena materi sudah disiapkan terlebih dahlu.
2. Penyampaian materi paparan lebih sistematis dan tertib aturan.
3. Besar kemungkinan presenter akan menarik perhatian pendengar atau
audiens sebab dalam penyampaian naskah tidak berpedoman pada
hapalan naskah, tetapi dalam penyampaiaannya tidak menyimpang
dari materi, presenter akan lebih leluasa dalam penyampaikan naskah
atau informasi lebih leluasa dalam penyampaian informasinya,
Ketika presenter bertatap muka dan melakukan kontak mata dengan audiens,
maka informasi atau pesan yang disampaikan menjadi menarik.
Kekurangan:
1. Perlu presenter yang mempunyai wawasan yang luas terhadap materi
yang atau tema yang disampaikan.
2. Perlu waktu yang cukup untuk mempersiapkan materi peresentasi.
3. Diperlukan keahlian dan pengalaman yang cukup, untuk pemula sulit
dilakukan.
Keahlian Presentasi
Seorang presenter yang punya kapisitas mumpuni akan dapat menginpirasi
audiensnya dan mampu mengalirkan gagasan secara jelas dan persuasip. Salah
satu keahlian untuk meningkatkan kemampuan berbicara di depan audiens atau
publik adalah keahlian presentasi atau presentation skill (Reynold, 2011).
Keahlian ini merupakan suatu yang harus dipunyai oleh seorang peresenter,
sehingga dia dapat mengembangkan karirnya, memasarkan barang dan jasa,
hingga dia sanggup menjadi seorang yang dapat membangun opini dan
pendekatan yang baik kepada kliennya. Bisa dikatakan bahwa presenter yang
ahli dan mempunyai kemampuan berbicara di depan publik adalah salah satu
dari banyak keterampilan untuk membangun kepercayaan sebagai presenter
professional.
Create impressiveness get the impact. Presenter yang mempunyai skill yang
baik pada dasarnya harus mampu mengisfirasi audiens atau publik di depannya
dan mampu menyampaikan informasi dan gagasannya dengan jelas sehingga
114 Keterampilan Manajerial Efektif
mereka paham dan mengerti. Namun tidak semua orang dapat melakukan
bagaimana membuat audiens tertarik, dan untuk menjadi presenter yang sukses,
seorang calon presenter harus banyak berlatih dalam setiap kesempatan
sehingga nantinya dia bisa menyampaikan materi presentasi yang tidak bertele
tele dan membosankan.
Ada 3 (tiga) prinsip dasar presentasi yaitu fundamental, guidelines, dan rapport
yaitu:
1. Fundamental, merupakan pondasi pokok yang harus dilakukan
presenter dan memiliki pada materi presentasi, karena ini merupakan
hal yang sangat penting bagi dalam menentukan keberhasilan dan
kesuksesan presentasi dalam mencapai tujuannya. Hal ini sangat
penting untuk memastikan presentasi sukses, memikat, dan mencapai
tujuan. Untuk mencapai itu maka seorang presenter harus memahami
dan menguasai materi presentasi, memiliki perasaan positip dalam
memproyeksikan arti dan nilai presentasi.
2. Guidelines atau panduan harus dipersiapkan dengan benar sebelum
melakukan presentasi. Ini hal biasa karena sebagai manusia biasa pasti
bisa salah dalam menyampaikan materi presentasi.
3. Rapport (kesan). Sebagai seorang presenter untuk membangun kesan
yang dapat membuat audiens atau publik terkesan, dapat mengikuti
cara yang dianjurkan oleh para pakar public speaking yaitu dengan
cara mendapatkan kehormatan untuk menyampaikan presentasi,
memberi perhargaan kepada seluruh audience, sopan, rendah hati dan
santun, serta jangan terlalu sering meminta maaf untuk hal hal yang
tidak penting.
3. Gunakan Teknologi
4. Miliki Struktur Presentasi yang Teroganisir
5. Berlatih
6. Seminar
Penelitian/Riset
Gunakan internet dan studi di perpustakan serta banyak konsultasi dengan pakar
atau ahli untuk mendapat masukan seperti ide atau saran yang lebih baik
terutama tentang yang akan dipresentasikan sesuai dengan kategori audiensnya,
sehingga akan menambah kenyakinan presenter dalam penyampaiannya,
sehingga yakin akan dapat menjawab pertanyaan yang akan muncul pada saat
paparan materi presentasi.
Semakin banyak riset dan studi literature yang dilakukan seorang presenter
maka akan semakin membuat percaya diri dan bertambah yakin bahwa
paparannya akan dan berhasil.
Kenali audiens
Seorang presenter akan dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilannya,
jika sebelumnya mengetahui siapa yang akan hadir, sehingga dia dapat
mengelompokkan berdasarkan usia, pendidikan, komunitas, sehingga informasi
yang disampaikan lebih efektif adan tepat sasaran. Hal ini akan mengasah
ketrampilan presenter.
Gunakan Teknologi
Untuk improvisasi presenter dapat menambahkan musik atau suara pada
proyektor slide sehingga audiens merasa lebih nyaman dan dapat memahami
apa yang disampaikan.
Miliki Struktur Presentasi yang Teroganisir
Materi presentasi harus runut dan terstruktur, logis dan terpola dengan baik, ini
akan meningkat dan membantu seorang presenter untuk meningkatkan
keterampilannya.
Berlatih
Berlatih dan berlatih adalah salah satu yang paling efektif mendukung presenter
untuk meningkatkan keahliannya. Latihan dapat dilakukan sendiri di depan
cermin, di kamar mandi, didepan keluarga, di depan teman dekat. Berlatihlah
Bab 8 Presentation Skills For Managers 117
sehingga tidak hanya menghapal materi, tapi dapat berimprovisasi sesuai materi
yang akan disampaikan, sehingga nantinya tidak kaku saat presentasi di depan
audiens.
Seminar
Dengan mengikuti Kursus atau Seminar maka seorang presenter akan dapat
meningkatkan keterampilan bicara di depan publik, karena akan menambah
wawasan tentang apa artinya berpidato dari seseorang orator yang hebat,
paparan para ahli. Jika mengikuti kursus maka presenter akan berlatih dengan
audiens yang terbatas sehingga dapat melatih keterampilannya dengan tidak
canggung dan merasa percaya diri. Presenter pemula dapat melatih diri menjadi
dengan menjadi pembawa makalah pada suatu seminar yang dilakukan untuk
komunitas yang bersifat umum, sehingga data meningkat keahliannya secara
bertahap.
Sebagai contoh beberapa perusahaan konsultan di Indonesia yang melakukan
pelatihanpun peduli akan pentingnya kemampuan presentasi untuk bisnis.
Melalui melalui pelatihan dengan konsep mind power atau model pelatihan
lainnya terus berupaya untuk memberikan pemahaman agar mampu presentasi
dengan baik. Perusahaan seperti ini sekarang menjadi trendy bagi orang yang
ingin jadi presenter, sehingga kursus seperti ini jadi ladang bisnis yang
menjanjikan dan diminati.
kalau bakat tidak dilatih dan ditingkatkan proses menjadi presenter maka bakat
tersebut akan sia-sia.
Untuk mencapai High Impressive Presentation Skill seorang presenter harus
mengetahui cara mendapatkan presentasi yang sukses, berhasil, memberi kesan
yang yang mendalam pada publik atau audiens, berikut hal-hal yang dapat
membantu presenter dalam memulai persiapan:
• Jenis tema, presentasi, seminar atau workshop, materi yang akan
dibahas.
• Waktu yang diberikan pada presenter
• Urutan presentasi Jadwal.
• Siapa moderator dan apakah perlu penyampaian biografi
• Kelompok audiens
• Tempat prensentasi dan alat pendukungnya
• Kondisi tempat presentasi, gedung, ruangan atau aula
• Tersedianya Perlengkapan Audio visual misalnya, LCD, Overhead
projector, mikropon, dan
• Sistem seminar, interaksi, monolog
Orang akan bosan mendengar seseorang yang bicara bertele-tele, dekian juga
para audiens. Kalau penyampaian presenter ber tele-tele, maka audiens akan
malas mendengar dan merasa bosan. Maka cukup disampaikan poin-poin yang
dari materi bahan presentasi. Presenter harus focus pada pembukaan sampai saat
penutupan, karena bagian inilah yang akan diingat oleh pendengar atau audiens.
Waktu yang dipakai untuk presentasi tidak bergantung pada waktu yang
dipergunakan presenter, tetapi juga pada pendukungnya. Jangan membuat slide
yang isinya tidak menarik karena dapat membuat audiens menjadi adalah focus,
slide harus dibuat sederhana mungkin, menarik dan mudah dipahami.
4. Santai Terarah
Penyampaian presenter akan menarik jika dia tidak diam di atas mimbar,
sebaiknya berjalan-jalan kesana kemari dan jika perlu mendekati audiens,
dengan demikian maka tidak ada batas presenter dengan audiens, mereka akan
merasa menyatu dengan presenter, sehingga mereka akan mempercayai materi
yang disampaikan.
5. Perlu Teknologi
Presentasi akan lebih menarik dan memukau jika dibantu oleh teknologi, handel
remote bisa digunakan sehingga presenter bisa mengendalikan slide dari jauh
dengan bebas. Atau materi presentasi dimasukkan potongan animasi atau video
yang berhungan dengan tema, dengan cara ini audiens akan merasa tidak bosan
dan membuat suasana presentasi jadi menarik.
6. Kuasai Peralatan
7. Tatap Mata
Yang dimaksud tatap mata adalah presenter menatap mata audiens ketika bicara,
ini penting untuk menjalin intensitas yang lebih. Pada jumlah audiens yang
sedikit dan ruangan kecil maka kontak mata ini lebih mudah dilakukan. Untuk
audiens yang banyak presenter dapat melakukan kontak mata dengan
mengarahkan pandangan pada semua sisi duduk audiens. Dengan demikian
mereka merasa diperhatikan dan mereka pun memperhatikan presenter.
Tesenyum jika terjadi tatap/kontak mata dengan audiens.
8. Siapa Audiens
Presenter yang ahli akan membuat materi presentasi yang baik jika lebih
mengenal siapa calon audiensnya. Mengenal latar belakang mereka seperti usia,
gender, pendidikan atau pekerjaan mereka adalah sangat membantu pembuatan
materi. Presenter akan tau cara menghadapi mahasiswa, manajer atau publik.
9. Tampilan
Salah sikap professional adalah datang tepat waktu, sebaiknya lebih cepat dari
waktu yang ditentukan, sehingga punya waktu mempersiapkan peralatan
presentasi dan dapat memulai tepat waktu. Juga sikap profesional dapat dilihat
saat audiens mengajukan pertanyaan, presenter harus menjawab pertanyaan
tersebut dengan baik, sopan, jelas dan benar. Jika butuh waktu menjawab
sebaiknya minta alamat email atau media lain dan nyatakan akan dikirim
jawabannya (Robin, 2009).
Presenter pemula atau ahli sebaiknya dalam persiapan membuat desain slide
presentasi, yang paling utama yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah
mengenali peserta yang akan dating ke acara. Audiens merupakan adalah
komponen yang paling penting dalam presentasi. Jika presenter gagal
memahami tipe peserta yang akan dihadapi, maka akan sulit untuk
berkomunikasi dengan audiens dan sebaliknya, juga akan mengalami kesulitan
dalam memahami materi yang disampaikan.
2. Kuasai Materi
Selanjutnya setelah menetapkan isi yang dimuat pada slide peresentasi, pastikan
materi akan disampaikan dengan jelas, singkat, padat dan jelas. Pilihan gambar
atau sketsa yang menarik termasuk pilihan warna adalah sangat penting agar
slide tampak simple dan elegan, karena sebuah slide yang ditampilkan terlalu
banyak akan mengganggu dan menyebabkan audiens kebingungan untuk
memahami materi yang disampaikan.
124 Keterampilan Manajerial Efektif
Penampilan Slide pada presentasi akan bertambah lebih menarik jika apabila
data-data yang disampaikan dapat dipresentasikan secara visual, gabungan teks
dengan gambar atau video visual akan lebih baik.
Gunakan grafik yang memilika resolusi tinggi sehingga mudah dibaca dari
tempat yang paling jauh dari peserta. Sangat disarankan menggunakan Clif Art
atau program khusus yang sudah didesain untuk presentasi.
Bab 8 Presentation Skills For Managers 125
5. Template MS PowerPoint
Salah satu software yang banyak dipergukan presenter adalah MS Power Point,
hal ini mempermudah jika yang tersedia sangat singkat, dengan template yang
tersedia presenter dapat dengan cepat merancang desain materi yang akan
ditampilkan. Jika cukup waktu maka dapat di desain sendiri dan dengan
kombinasi dengan berbagai template.
Alat ini digunakan untuk menyimpan file yang akan dipresntasikan dan materi
lainnya seperti file pendukung tulisan. Seorang presenter harus dapat
mengoptimalkan sendiri fungsi hardware dan software, harus bisa melakukan
setting atau pengaturan alat bantu ini sehingga presentasi berjalan lancar dari
mulai awal sampai akhir presentasi. Presenter harus dapat penyetelan
Notification, Suara, Screen Saver atau Power Always on dan presenter view.
126 Keterampilan Manajerial Efektif
Sebagai pemakai alat, presenter harus menncoba terlebih dahulu kualitas alat
terutama gambar yang keluar dari proyektor, seperti gambar yang burem, kabur,
miring dan lainnya, tindakan harus segera dilakukan sebelum presentasi
dilakukan, karena tampilan yang kurang baik dan kabur akan membuat audiens
tidak nyaman dan juga bagi presenter pribadi, akhinya menyebabkan kegagalan
dari tujuan presentasi.
3. Laser Pointer dan Remote Presenter
Software ini dapat dipelajari sendiri karena ada terdapat tutorial cara
menggunakannya, semakain sering berlatih atau mencoba desain tampilan
gambar atau text, dan bisa dikombinasi dengan foto dan video maka hasilnya
kan lebih baik dan sangat menarik jika dipresentasi pada audiens, semakin baik
desainnya semakin besar peluang sukses yang akan diperoleh.
Bab 9
Six Sigma For Managers
9.1 Pendahuluan
Transformasi digital telah menjadi kata kunci terhangat dalam dekade ini.
Teknologi dan alat baru mendukung perjalanan transformasi perusahaan besar
dan kecil ketika mereka bersaing untuk mendapatkan bisnis yang lebih besar
dalam lingkungan kompetitif yang serba cepat. Namun, apakah itu cukup untuk
memperlancar proses transformasi perusahaan? Dapatkah implementasi
teknologi mandiri menghilangkan hambatan dalam proses produksi atau
mendukung pemecahan masalah layanan cacat desain? Meskipun transformasi
digital mempercepat pertumbuhan perusahaan, itu harus didukung oleh metode
manajemen kontrol kualitas dan transformasi bisnis (Sitanggang, Simarmata
dan Luthan, 2019).
Selaras dengan pasar dan proses yang muncul, perusahaan Amerika Motorola
mengembangkan konsep baru proses manajemen kualitas pada tahun 1986.
Selama bertahun-tahun, telah disempurnakan dan dipoles menjadi teori prinsip
dan metode yang sehat, yang ditujukan untuk transformasi bisnis melalui proses
yang jelas proses yang ditentukan. Produk jadi ini adalah Six Sigma (Kumar,
2020).
Metodologi perbaikan proses Six Sigma diperkenalkan oleh Bill Smith di
Motorola pada 1980-an (Chadwick, 2007) dan menjadi terkenal ketika
diimplementasikan oleh John F. 'Jack' Welch di General Electric (GE) pada
1990-an (Eckes, 2002). Sejak itu, Six Sigma telah menyebar jauh dan luas dan
sekarang digunakan oleh banyak perusahaan di seluruh dunia. Semakin banyak
perusahaan mulai menyadari implikasi yang besar dari Six Sigma. Sementara
pendekatan ini telah membuat dampak besar pada industri, komunitas akademik
tertinggal dalam pemahamannya tentang Six Sigma. Karena teori tentang Six
132 Keterampilan Manajerial Efektif
Sigma yang kurang, tidak ada dasar untuk penelitian selain studi “praktik
terbaik“ (Linderman, Schroeder dan Choo, 2006).
atau produk yang ada yang tidak memenuhi kebutuhan pelanggan atau
berkinerja sesuai standar. Ketika sebuah bisnis perlu mengembangkan produk
atau proses yang belum ada atau ketika suatu produk telah dioptimalkan tetapi
masih gagal, saat itulah Anda ingin menggunakan DMADV.
Gambar 9.3: Memberikan ide ketika memilih antara DMAIC dan DMADV
(Staff, 2012)
DMAIC dan DMADV memang memiliki sejumlah kesamaan yang patut
dicatat. Baik DMAIC maupun DMADV menggunakan tools statistik dan fakta
untuk menemukan solusi pada masalah yang berhubungan dengan kualitas
umum dan fokus untuk mencapai tujuan bisnis dan keuangan organisasi.
DMAIC dan DMADV diimplementasikan oleh Green Belts, Black Belts dan
Master Black Belts dan digunakan untuk mengurangi cacat hingga kurang dari
3,4 per juta peluang yang tersedia, atau Six Sigma. (Staff, 2012).
136 Keterampilan Manajerial Efektif
3. Pareto Chart
Pareto Chart adalah representasi grafis dari Prinsip Pareto: 20 persen input
menghasilkan 80 persen output dalam situasi apa pun. Bagan menggabungkan
grafik batang vertikal dan grafik garis. Grafik batang mewakili metrik berbagai
komponen proses bisnis, dipesan dari yang terbesar hingga yang terkecil. Grafik
garis mewakili total kumulatif dari metrik ini.
Pareto Chart adalah alat yang memvisualisasikan bagian mana dari proses yang
paling mempengaruhi hasil. Untuk membuat bagan tersebut, pertama-tama
Anda mencari tahu komponen dari proses dan bagaimana mengukurnya.
Setelah selesai melakukannya, Anda dapat memasukkan data ini ke dalam
Pareto Chart. Ini akan membantu Anda melihat seberapa besar pengaruh pada
hasil masing-masing komponen. Selain itu, itu akan memberi Anda ide yang
jelas tentang apa yang membutuhkan perhatian segera Anda.
4. Histogram
Metodologi Six Sigma berisi tools yang kuat untuk digunakan dalam inisiatif
peningkatan kualitas. Histogram adalah salah satu alat yang paling sering
digunakan.
Scatter Plot, juga disebut diagram sebar, adalah alat grafis dasar yang
menggambarkan hubungan antara dua variabel. Titik-titik pada sebar plot
mewakili titik data (iSixSigma, 2020). Scatter Plot adalah alat sederhana namun
sangat kuat yang dapat Anda gunakan untuk mengeksplorasi dan mengukur
hubungan antara dua atau lebih karakteristik. Scatter Plot mulai mempelajari
bagaimana variabel tertentu berdampak pada variabel lain - bagaimana input
tertentu menghambat atau meningkatkan kemampuan Anda untuk menciptakan
hasil yang Anda inginkan (Gygi, DeCarlo dan Williams, 2010).
7. Control Chart
Control Chart adalah alat statistik yang digunakan untuk memantau apakah
suatu proses terkendali atau tidak. Ini adalah grafik deret waktu dengan rata-rata
proses di tengah dan batas kontrol di kedua sisi. (Batas Kontrol Atas & Batas
Kontrol Bawah). Nilai-nilai yang berada di luar batas kontrol menunjukkan
bahwa prosesnya di luar kendali. Ada beberapa kriteria lain yang mendeteksi
sifat proses yang tidak terkendali (Whatissixsigma, 2020).
pendekatan yang lebih terintegrasi. Dalam model ini, Six Sigma dimasukkan ke
dalam pekerjaan setiap karyawan, dengan beberapa ahli yang sangat terlatih
bertindak sebagai fasilitator. Ini membuatnya lebih menantang untuk mengukur
dampak Six Sigma, tetapi membantu menciptakan budaya di mana komitmen
terhadap kualitas dan keunggulan meresap (Harris, 2020).
Langkah-langkah yang diperlukan untuk berhasil menerapkan sistem kualitas
Six Sigma didokumentasikan dengan baik (Pyzdek dan Keller, 2014).
1. Leadership - Peran utama kepemimpinan adalah menciptakan visi
yang jelas untuk keberhasilan Six Sigma dan untuk
mengkomunikasikan visi mereka dengan jelas, konsisten, dan berulang
kali di seluruh organisasi.
2. Infrastructure - Menggunakan pengetahuan mereka yang baru
diperoleh, para pemimpin senior mengarahkan pengembangan dan
pelatihan infrastruktur untuk mengelola dan mendukung Six Sigma.
3. Communication and awareness - Secara bersamaan, langkah-langkah
diambil untuk 'kawat lunak' organisasi dan untuk menumbuhkan
lingkungan yang mampu berubah di mana inovasi dan kreativitas dapat
berkembang.
4. Stakeholder feedback systems - Sistem dikembangkan untuk menjalin
komunikasi yang erat dengan pelanggan, karyawan, dan pemasok. Ini
termasuk mengembangkan metode yang ketat untuk mendapatkan dan
mengevaluasi pelanggan, pemilik, karyawan, dan input pemasok.
5. Process feedback systems - Sebuah kerangka kerja untuk perbaikan
proses yang berkesinambungan dikembangkan, bersama dengan
sistem indikator untuk memantau kemajuan dan keberhasilan.
6. Project selection - Proyek Six Sigma yang diusulkan untuk
meningkatkan proses bisnis oleh orang-orang dengan pengetahuan
proses di berbagai tingkatan organisasi.
7. Project deployment - Proyek Six Sigma dilakukan oleh tim proyek
yang dipimpin oleh (atau oleh Green Belts dengan bantuan teknis
Black Belt).
Bab 10
Strategies For Succesful
Enterpreneur
Untuk melihat potensi seseorang itu apakah memiliki jiwa wirausaha, maka
diperlukan batasan atau indikator untuk penilaian tersebut. Penilaian yang
berkaitan dengan kualitas Sumber Daya Manusia, seorang wirausaha atau
wirausahawan harus memiliki ciri-ciri, antara lain :
a Memiliki Jiwa Kepemimpinan. Seorang wirausahawan diharapkan
dapat memimpin dan sebagai penghubung dalam menciptakan
hubungan dan komunikasi yang baik di dalam lembaga, di lingkungan
tempat tinggalnya, mampu untuk memutuskan suatu masalah,
146 Keterampilan Manajerial Efektif
Ciri-Ciri Watak
1. Percaya Diri Kepercayaan (keteguhan),
Ketidaktergantungan, Kepribadian mantap,
Optimisme
2. Berorientasi Tugas Kebutuhan atau hasu akan prestasi,
dan Hasil Berorientasi laba atau hasil, tekun dan tabah,
tekad, kerja keras, motivasi, energik dan penuh
inisiatif
3. Pengambil Resiko Mampu mengambil risiko dan suka pada
tantangan
4. Kepemimpinan Mampu memimpin, dapat bergaul dengan
orang lain, menanggapi saran dan kritik.
5. Keorisinilan Inovatif (pembaharu), kreatif, fleksibel, banyak
sumber, serba bisa dan mengetahui banyak
6. Berorientasi ke masa Pandangan ke depan, dan perseptif
depan
Kasmir (2007) menyatakan Seorang wirausahawan dikatakan berhasil apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut :
a Memiliki visi dan tujuan yang jelas. Hal ini berfungsi untuk menebak
ke mana langkah dan arah yang dituju sehingga dapat diketahui
langkah yang harus dilakukan oleh pengusaha tersebut
b Inisiatif dan selalu proaktif. Ini merupakan ciri mendasar di mana
pengusaha tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih
dahulu memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai
kegiatan.
c Berorientasi pada prestasi. Pengusaha yang sukses selalu mengejar
prestasi yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk,
pelayanan yang diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian
utama. Setiap waktu segala aktifitas usaha yang dijalankan selalu
dievaluasi dan harus lebih baik disbanding sebelumnya.
148 Keterampilan Manajerial Efektif
d Berani mengambil risiko. Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki
seorang pengusaha kapanpun dan dimanapun, baik dalam bentuk uang
maupun waktu.
e Kerja keras. Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, di mana
ada peluang di situ dia datang. Kadang-kadang seorang pengusaha sulit
untuk mengatur waktu kerjanya. Benaknya selalu memikirkan
kemajuan usahanya. Ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja
kerjas merealisasikannya. Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah
yang tidak dapat diselesaikan.
f Bertanggungjawab terhadap segala aktifitas yang dijalankannya, baik
sekarang maupun yang akan datang. Tanggungjawab seorang
pengusaha tidak hanya pada segi material, tetapi juga moral kepada
berbagai pihak. g. Komitmen pada berbagai pihak merupakan ciri yang
harus dipegang, teguh dan harus ditepati. Komitmen untuk melakukan
sesuatu memang merupakan kewajiban untuk segera ditepati dana
direalisasikan.
g Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai
pihak, baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan
maupun tidak. Hubungan baik yang perlu dlijalankan, antara lain
kepada : para pelanggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas.
Untuk menjadi Seorang Entrepreneur harus punya mindset atau pola pikir
cerdas, yaitu : (1) Action Oriented; (2) Berpikir Simpel: (3) Selalu Mencari
Peluang Baru; (4) Mengejar Peluang dengan Disiplin Tinggi; (5) Hanya
mengambil Peluang Terbaik; (6) Fokus pada Eksekusi, dan (7) Memfokuskan
Energi setiap orang dalam bisnis
yaitu (1) Strategi sebagai sebuah rencana, yang digunakan sebagai pedoman
atau acuan dalam peleksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan;
(2) Strategi sebagai kegiatan, yaitu upaya yang dilakukan setiap individu atau
organisasi untuk memenangkan persaingan untuk tercapainya tujuan; (3)
Strategi sebagai sebuah instrument, yaitu alat yang digunakan yang digunakan
pimpinan perusahaan sebagai pedoman dan mengendalikan pelaksanaan
kegiatan; (4) Strategi sebagai sebuah system, yaitu kesatuan rencana dan
tindakan-tindakan yang komprehensif dan terpadu diarahkan untuk menghadapi
tantangan guna tercapainya tujuan, (5) Strategi sebagai pola pikir, yaitu
tindakan yang dilandasi wawasan keadaan internal dan eksternal, kemampuan
mengambil keputusan dalam memilih alternatif terbaik dengan memaksimalkan
kekuatan yang ada untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ada dengan
menutupi kelemahan-kelemahan guna meminimumkan ancaman-ancaman
yang ada.
Untuk menjadi Wirausaha yang handal dan sukses memerlukan persyaratan dan
langkah-langkah strategis yang harus dipahami dan dijalani. Harus diakui untuk
menjadi wirausahawan yang sukses harus mengalami proses yang diawali dari
tekad, spirit, motivasi, kemauan, pengetahuan praktis dan komitmennya. Alma
(1996) menjelaskan untuk dapat menuju puncak karir atau kesuksesan
berwirausaha harus dapat melewati delapan anak tangga, terdiri atas :
1. Mau kerja keras (capacity for hard work)
2. Bekerjasama dengan orang lain (getting things done with and through
people)
3. Penampilan yang baik (good appearance)
4. Yakin (self confidence)
5. Pandai membuat keputusan (making sound decision)
6. Mau menambah ilmu pengetahuan (college education)
7. Ambisi untuk maju (ambition drive)
Kodrat dan Christina (2015) menyatakan ada tiga cirri khas yang membuat
seorang Entrepreneur meraih kesuksesan, yaitu (1) Melihat tantangan sebagai
hal yang positif dan mampu belajar dari kesalahan, (2) Memiliki inisiatif pribadi
yang kuat, dan (3) Memiliki ketekunan dan determinasi. Seorang Wirausaha
(Entrepreneur) akan menggeluti usaha tidak sekedar ala kadarnya, akan tetapi
dengan keberanian, kegigihan dan strategi yang ada akan berusahan agar
usahanya akan tumbuh dan berkembang. Seorang Entrepreneur harus memiliki
Bab 10 Strategies For Succesful Enterpreneur 159
Achmad Sani Supriyanto and Eka Afnan Troena (2012) ‘Pengaruh Kecerdasan
Emosional dan Kecerdasan Spiritual terhadap Kepemimpinan
Transformasional, Kepuasan Kerja dan Kinerja Manajer (Studi di Bank
Syari’ah Kota Malang)‘’, Jurnal Aplikasi Manajemen, 10(4), pp. 617–
693.
Ackoff, R. L. and Vegara, E. (1988). Creativity in problem solving and planning.
In R. L. Kuhn (ed.), Handbook for Creative and InnovativeManagers,
New York: McGraw-Hill.
Agustian, Ary Ginanjar. 2009. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi
dan Spiritual, ESQ: Emotional Spiritual Quottient Berdasarkan 6 Rukun
Imam dan 5 Rukun Islam. Jakarta: Arga Wijaya Persada.
Ahmad, N.H. (2007). A croos Cultural Study of Entrepreneurial Competencies
and Entrepreneurial Success in SMEs in Australia and Malaysia. Adelide
Busibess School. Adelide: University of Adelide.
Alma, Buchari, (2007), Kewirausahaan, Edisi Revisi, Bandung: Alfabeta.
Amabile, T. M. (1983). The Social Psychology of Creativity, New York:
Springer.
Amabile, T. M. (1996). Creativity in Context, Boulder, CO: Westview.
Anam, H. and Ardillah, L. (2016) ‘Pengaruh Kecerdasan Emosional,
Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Spiritual dan Kecerdasan Sosial
Terhadap Pemahaman Akuntansi’, JST (Jurnal Sains Terapan), 2(1), pp.
40–47. doi: 10.32487/jst.v2i1.118.
Arora, S. et al. (2010) ‘Emotional intelligence in medicine: A systematic review
through the context of the ACGME competencies’, Medical Education,
44(8), pp. 749–764. doi: 10.1111/j.1365-2923.2010.03709.x.
162 Keterampilan Manajerial Efektif
Dyson R. G., Bryant J., Morecroft, J. and O‚ Brien F. (2007). The strategy
development process. In F. O’Brien and R. G. Dyson (eds),
SupportingStrategy: Frameworks, Methods and Models, West Sussex:
John Wiley & Sons.
Eckes, G. (2002) The Six Sigma revolution: How General Electric and others
turned process into profits. John Wiley & Sons.
Ekvall, G. (1988). Change centred leaders: empirical evidence of a third
dimension of leadership, Creativity and Innovation Year-book, 1: 36–46.
Emily, Lawson dan Price, Colin (2003) ‘The psychology of change
management’ Avalaible at : https://www.mckinsey.com/business-
functions/-organization/our-insights/the-psychology-of-change-
management
Fitriastuti, T. (2013) ‘Pengaruh Kecerdasan Emosional, Komitmen Organisasi,
Dan Organizational Citizenship Behavior Terhadap Kinerja Pegawai
Feb’, E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 4(2), pp. 103–114. doi:
10.15294/jdm.v4i2.2753.
Gardner, John W. (1990). On Leadership. New York : The Free Press.
Gilliam, T. K. (1993). Managing the power of creativity‚ Bank Marketing,
25(12): 14‚ 19.
Gogatz, A. and Mondejar, R. (2005). Business Creativity: Breaking theInvisible
Barriers, Basingstoke: Palgrave Macmillan.
Goleman, Daniel. 2018. Emotional Intelligence: Mengapa EI Lebih Penting
Daripada IQ. Cetakan Keduapuluh Empat. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Greenberg, Jerald and Robert A Baron. (2003). Behavior in Organizations. New
Jersey : Prentice Hall.
Griffin, R.E., dan R.J. Ebert. (1989). Business. New Jersey: Prentice-Hall.
Gygi, C., DeCarlo, N. dan Williams, B. (2010) Six Sigma For Dummies®. John
Wiley & Sons.
Haefele, J. W. (1962). Creativity and Innovation, New York: Reinhold.
166 Keterampilan Manajerial Efektif
Kodrat, David S., dan Wina Christina. (2015). Entrepreneurship: Sebuah Ilmu.
Jakarta: Erlangga.
Koestler, A. (1964). The Act of Creation, London: Hutchinson.
Kothari, A. (2020) 8 Most Important Six Sigma Tools To Help Drive Change.
Tersedia pada: https://tallyfy.com/six-sigma-tools/ (Diakses: 24 Februari
2020).
Kumar, P. (2020) What is Six Sigma: A Complete Overview. Tersedia pada:
https://www.simplilearn.com/what-is-six-sigma-a-complete-overview-
article (Diakses: 24 Februari 2020).
Langer, S. K. (1942). Philosophy in a New Key, Cambridge, MA: Harvard
University Press.
Large, M. (1992). Eco-mapping: how to avoid boiled frogs‚
ManagementEducation and Development, 23(4): 317–325.
Linderman, K., Schroeder, R. G. dan Choo, A. S. (2006) “Six Sigma: The role
of goals in improvement teams,” Journal of operations Management.
Elsevier, 24(6), hal. 779–790.
Locke, J. (1964). An essay concerning human understanding‚ in J. V. Canfield
and F. H. Donnell (eds) Readings in the Theory ofKnowledge, New
York: Appleton Century-Crofts.
Lockwood, N. R. (2007) ‘Leveraging employee engagement for competitive
advantage’, Journal of Human Resources Management. Available at:
http://gmj.gallup.com (Accessed: 11 February 2020).
Lubart, T. I. (1994). Creativity. In R. J. Sternberg (ed.) Thinking andProblem
Solving, San Diego, CA: Academic, pp. 290–332.
Lussier, Robert N, and Acua, Christopher F. (2007). Leadership. Theory,
Application, and Skill Dvelopment. 4 Edition. Mason-Ohio : South
Western Cengange Learning.
Majaro, S. (1991). The Creative Marketeer, London: Butterworth Heinemann.
Marbun, BN. (1993). Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan Kecil. Jakarta:
Pustaka Binaman Pressindo.
March, J. G. (1988). Decisions and Organisations, Oxford: Blackwell.
Daftar Pustaka 169
Tanner, Robert (2020) ' Why Change Efforts Fail' avalaible at https://mana-
gementisajourney.com/why-change-efforts-fail/ (Accessed: 10 February
2020)
Tanner, Robert (2020) 'Unfreeze, Change, Refreeze: Is This a Child’s Game?
Tanner (2020) avalaible at https://managementisajourney.com/-
unfreeze-change-refreeze-is-this-a-childs-game/ (Accessed: 10 February
2020)
Tedjasutisna, Ating. (1994). Pengelolaan Bisnis. Bandung: Armico.
Tellis, G. J., Prabhu, J. C. and Chandy, R. K. (2009). Radical innovation across
nations: the preeminence of corporate culture, Journal ofMarketing,
73(1): 3–23.
Tempe, A Dale. (1993). Kinerja. Jakarta : PT Gramedia.
Thoha, Miftah. (2013). Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Tirtamihardja, Samuel. (2011). Mendengarkan Adalah Emas; Listening is
Golden. Edisi Kedua. Jakarta: YASKI
Torrance, E. P. (1965). Rewarding Creative Behavior: Experiments in
Classroom Creativity, Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
Ugoani, J. N. N., Amu, C. U. and Kalu, E. O. (2015) ‘Dimensions of Emotional
Intelligence and Transformational Leadership: A Correlation Analysis’,
Independent Journal of Management & Production, 6(2). doi:
10.14807/ijmp.v6i2.278.
Van Gundy, A. B. (1987). Organizational creativity and innovation. In S. G.
Isaksen (ed.), Frontiers of Creative Research: Beyond the Basics,
Buffalo, NY: Bearly.
Wahjosumidjo. (1992). Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta : Penerbit Ghalia
Indonesia.
Wallas, G. (1926). The Art of Thought, London: Jonathan Cape.
Weinman, C. (1991). It’s not art but marketing research can be creative,
Marketing News, 25(8) (15 April): 9–24.
Wertheimer, M. (1959). Productive Thinking, New York: Harper & Row.
Daftar Pustaka 177
Berbagai topik Penelitian yang pernah dibiayai oleh Dikti, Diknas Provinsi
Sumatera Utara, dan pihak swasta lainnya; seperti Aplikasi Robust Design untuk
Penentuan Kombinasi Level Faktor Optimal dalam Upaya Perbaikan dan
Keseragaman Kualitas Produk Keramik, tahun 2006; Aplikasi Metode Analysis
Hierarcy Process (AHP) dan Taguchi untuk Perancangan Furan pada Industri
Pengecoran Logam, 2005; Penerapan Metode Quality Function Deployment
untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan di PDAM Medan, tahun 2007; Penentuan
Kombinasi Level Faktor Optimal yang Berpengaruh pada Kualitas Produk
Keramik dengan Metode Taguchi Berdasarkan Respon Teknis pada Analisis
Quality Function Deployment (QFD), tahun 2007; Kajian Konversi Minyak
Tanah Ke Gas Elpiji di Provinsi Sumatera Utara, tahun 2009; Perancangan
Sistem Teknologi Informasi Berdasarkan Model Green Productivity dan
Environment Management Accounting untuk Pengembangan Usaha Kecil
Menengah di Sumatera Utara, tahun 2010.
SHERLY
Lahir di Pematangsiantar, 5 Mei 1984, lulus dari
Jurusan Sarjana Manajemen dari Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi Sultan Agung pada tahun 2007.
Gelar Magister Manajemen diperoleh dari
program Magister Manajemen Fakultas
Pascasarjana Universitas HKBP Nommensen
Medan dan lulus pada tahun 2015. Saat ini aktif
mengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sultan
Agung.
184 Keterampilan Manajerial Efektif