DOSEN PENGAMPU:
BUDIMAN M.Pd
Oleh:
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-NYA penyusun dapat menyelesaikan Critikal Journal Review dengan
tujuan untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia “Review Jurnal “. Review jurnal ini
disusun untuk mengetahui perbedaan antara penulisan dan penyusunan dua jurnal yang
disusun oleh penulis dan judul yang berbeda namun memiliki konsep yang sama yaitu
untuk meningkatkan kemampuan menulis argumentasi.
Penyusun menyadari bahwa Critikal Journal Review ini belum sempuran. Karena
dalam banyak hal masih merupakan himpunan dari sumber buku dan sumber lain yang
dipergunakan. Untuk itu penyusun dengan senang hati menerima kritik dari pembaca demi
perbaikan. Akhirnya penyusun tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam menyusun Critikal Journal Review ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................
3.1. Kesimpulan....................................................................................................................
3.2. Saran..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
LAMPIRAN.............................................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dibanding tiga kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit
dikuasai bahkan oleh penutur asli yang bersangkutan sekalipun. Hal ini disebabkan
kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di
luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan. Unsur bahasa merupakan unsur
yang berkaitan dengan aspek tata bahasa, seperti ejaan, struktur kalimat, kohesi dan
koherensi, serta unsur kebahasaan yang lain. Sementara itu, unsur nonbahasa yang
dijadikan ide atau gagasan dalam sebuah tulisan meliputi unsur di luar aspek tata bahasa,
seperti pengetahuan dan pengalaman penulis (Burhan Nurgiyantoro, 2009: 296)
1
keterampilan mengatur tipografi dan memanfaatkan sarana tulis secara efektif dan efisien,
tipe huruf, penjilidan, penyusunan tabel dan lain-lain. Ketiga keterampilan tersebut saling
menunjang dalam kegiatan menulis tentunya didukung oleh keterampilan menyimak,
membaca, serta berbicara yang baik (Atar Semi, 1990: 10).
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2. Ringkasan Jurnal
2.2.1 Jurnal Utama
4
Keterampilan berbahasa merupakan keahlian yang harus
dikuasai dan diberikan kepada masyarakat pada umumnya.
Terdapat empat aspek keterampilan berbahasa yang mencakup
dalam pengajaran bahasa, yaitu: (1) keterampilan menyimak;
(2) keterampilan berbicara; (3) keterampilan membaca; dan
(4) keterampilan menulis. Keempat keterampilan tersebut
saling terkait satu dengan yang lain.
Dewasa ini kemampuan menulis siswa, khususnya siswa
SMA, masih menduduki peringkat paling bawah jika
dibandingkan dengan bentuk keterampilan lainnya, yaitu
menyimak, membaca, dan berbicara (Barnas, 2007). Terdapat
banyak kesulitan yang dialami oleh siswa dalam menulis,
mulai dari kesulitan ejaan dan tanda baca, kesulitan pemilihan
kata, kesulitan dalam menyusun kalimat, hingga kesulitan
dalam mengembangkan pokok pikiran.
Fenomena tersebut yang terjadi dalam pembelajaran
menulis argumentasi di sekolah, khususnya di kelas X-3 SMA
Negeri 5 Surakarta, dari hasil observasi yang dilakukan oleh
peneliti menunjukkan kualitas pembelajaran menulis
argumentasi siswa kelas X-3 tergolong masih rendah. Atas
dasar kenyataan tersebut, perlu dihadirkan sebuah metode
yang dapat membantu meningkatkan kemampuan siswa
menulis argumentasi. Penulisan argumentasi menurut Atar
Semi (1990: 48) adalah sebagai berikut: (1) bertujuan untuk
meyakinkan orang lain; (2) berusaha untuk membuktikan
kebenaran suatu pernyataan; mengubah pendapat pembaca;
dan (4) fakta yang ditampilkan merupakan bahan pembuktian.
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu konsep di mana
siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki
tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas
kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu
untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Dalam
pembelajaran menggunakan metode investigasi kelompok
terdapat beberapa manfaat. Irma (2009) menyatakan bahwa
5
metode investigasi kelompok mempunyai manfaat dalam
pembelajaran, yaitu: (1) memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan
membahas suatu masalah; (2) memberikan kesempatan
kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penelitian
mengenai suatu masalah; (3) mengembangkan bakat
kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi
Pembahasan Deskripsi Pratindakan
Berdasarkan hasil kegiatan survei awal dapat ditunjukkan
hasil sebagai berikut:
1. Siswa terlihat kurang tertarik pada pembelajaran menulis
Hal ini bersumber dari hasil pengamatan peneliti dalam
kelas
2. Guru belum menemukan metode yang sesuai untuk
menjelaskan materi menulis argumentasi Dalam
menyampaikan materi menulis selama ini, guru cenderung
menggunakan metode ceramah.
3. Hasil pembelajaran siswa dalam keterampilan menulis
argumentasi kurang memuaskan Berdasarkan perolehan
nilai dari hasil pekerjaan siswa pada waktu pretes
menunjukkan bahwa terdapat 18 siswa (52 %) belum
mencapai batas ketuntasan minimal sekolah (64) dan
hanya terdapat 17 siswa (48%) yang mencapai batas
ketuntasan minimal sekolah (64) dan rata-rata kelas hanya
60,66.
6
2) Peneliti mengusulkan metode investigasi kelompok
yang akan diterapkan dalam pembelajaran menulis
argumentasi
b. Pelaksanaan Tindakan I
1) Pada pertemuan pertama hanya satu jam pelajaran, guru
menerangkan materi menulis argumentasi dengan
menggunakan metode investigasi kelompok.
2) Pertemuan kedua berlangsung selama dua jam pelajaran.
Pada pertemuan ini guru mengangkat tema yang akan
diangkat sebagai bahan dalam menulis argumentasi
3) Pada pertemuan ketiga hanya satu jam pelajaran. Pada
pertemuan ini guru hanya menyuruh siswa untuk membuat
tulisan argumentasi secara individu
c. observasi
Guru belum maksimal dalam memonitor siswa dalam
diskusi siswa dalam kelompok. Hal ini dibuktikan guru
tidak menghampiri semua kelompok untuk memberi
pengarahan, hanya beberapa saja, sehingga terkesan ada
kesenjangan antara kelompok satu dengan kelompok lain
2. Siklus 2
a. Perencanaan Tindakan II Pelaksanaan tindakan siklus II
dilaksanakan dalam 3 kali penelitian (dua pertemuan 1 jam
pelajaran dan satu pertemuan 2 jam pelajaran), yaitu Rabu, 9
Maret 2011, Kamis, 10 Maret 2011, dan Sabtu, 26 Meret
7
2011. Adapun perencanaan sebagai berikut:
1) guru memberikan materi dengan metode investigasi
kelompok yang akan diterapkan dalam pembelajaran menulis
argumentasi
b. Perencanaan Tindakan II
1) Pertemuan Pertama yaitu guru menyampaikan
kekurangan dalam pekerjaan siswa dan memberikan
pengarahan dan guru kembali menerangkan materi menulis
argumentasi dengan menggunakan metode investigasi
kelompok
2) Pertemuan kedua Pertemuan kedua hanya satu jam
pelajaran. Pada pertemuan ini guru mengangkat tema yang
akan diangkat sebagai bahan dalam menulis argumentasi
3) Pertemuan ketiga Pada pertemuan ketiga berla-ngsung dua
jam pelajaran. Pada pertemuan ini guru juga menyuruh
perwakilan kelompok untuk menyajikan hasil diskusi masing-
masing kelompok dan siswa lain disuruh menanggapi hasil
diskusi tersebut
8
April 2011.
Subjek penelitian adalah siswa kelas X-3 SMA Negeri 5
Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 36
siswa. Peneliti menjadikan guru mata pelajaran bahasa dan
sastra Indonesia sebagai kolaborator penelitian. Pemilihan
subjek didasarkan atas siswa yang mengalami kesulitan dalam
pembelajaran menulis argumentasi.
Bentuk penelitian adalah penelitian tindakan kelas
(classroom action research). Sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu: (1) tempat dan peristiwa; (2)
informan; dan (3) dokumen. Teknik pengumpulan data yang
diterapkan dalam penelitian, yaitu: (1) observasi; (2) teknik
tes/tugas; (3) angket; dan (4) wawancara mendalam. Validitas
data diuji dengan teknik triangulasi metode dan triangulasi
sumber data. Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan ini
meliputi: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan,
(3) pengamatan /observasi, dan (4) refleksi tindakan.
Hasil dan Pembahasan Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan dalam bagian
deskripsi pratindakan serta paparan hasil penelitian, berikut ini
dijabarkan pembahasan hasil penelitian yang meliputi kualitas
proses dan hasil menulis argumentasi siswa kelas X-3 SMA
Negeri 5 Surakarta.
1. Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran Keterampilan
Menulis Argumentasi dengan Menggunakan Metode
Investigasi Kelompok
a.Keaktifan siswa selama menulis argumentasi meningkat
b.Perhatian dan konsentrasi siswa selama pembelajaran.
2. Peningkatan kualitas Hasil Pembelajaran keterampilan
Menulis Argumentasi dengan Menggunakan Metode
Investigasi Kelompok Selain itu peningkatan kualitas proses
pembelajaran, penerapan metode investigasi kelompok juga
dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis
argumentasi.
9
Pada siklus I terdapat peningkatan nilai argumentasi siswa,
sebanyak 9 siswa belum mencapai batas minimal ketuntasan
belajar sekolah (sebesar 64), tetapi mengalami peningkatan
dengan rata-rata kelas 63,77. Pada siklus II, peningkatan nilai
capaian menulis argumentasi siswa terjadi sangat signifikan.
Seluruh siswa mencapai batas minimal ketuntasan belajar
dengan ratarata kelas 72,38.
Kesimpulan Secara singkat simpulan hasil penelitian ini adalah terdapat
peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis
argumentasi pada siswa kelas X-3 SMA Negeri 5 Surakarta.
Peningkatan kualitas proses pembelajaran tersebut terjadi
setelah guru dan peneliti melakukan beberapa upaya
peningkatan pembelajaran menulis argumentasi menggunakan
metode investigasi kelompok.
Peningkatan kualitas proses pembelajaran tampak dalam
aktivitas siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran
menulis argumentasi dengan metode investigasi kelompok.
Aktivitas siswa yang mengidentifikasikan kualitas proses
antara lain: (1) keaktifan siswa dalam pembelajaran
mengalami peningkatan dari awal siklus hingga siklus II,
yakni 12 siswa (32%) pada awal siklus, 19 siswa (54%) pada
siklus I, dan, 31 siswa (85%)
Pada siklus II; (2) perhatian dan konsentrasi siswa dalam
pembelajaran mengalami peningkatan dari awal siklus hingga
siklus II, yakni 22 siswa (60%) pada awal siklus, 27 siswa
(75%) pada siklus I, dan, 32 siswa (90%) pada siklus II; (3)
minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran mengalami
peningkatan dari awal siklus hingga siklus II, yakni 10 siswa
(29%) pada awal siklus, 19 siswa (52%) pada siklus I, dan, 29
siswa (80%) pada siklus II. Selain itu, penerapan metode
investigasi kelompok juga dapat meningkatkan kualitas hasil
pembelajaran menulis argumentasi. Hal ini ditandai dengan
nilai rata-rata menulis argumentasi siswa yang mengalami
10
peningkatan pada tiap siklusnya. Pada siklus I, nilai rata-rata
siswa mencapai 63,77 dan siklus II 72,38
Saran Berdasarkan simpulan penelitian di atas, peneliti
mengajukan saran sebagai berikut.
1. Bagi Siswa
Siswa hendaknya mengikuti pembelajaran secara aktif dengan
menanyakan hal-hal yang kurang jelas dari penyampaian
materi yang dilakukan oleh guru.
2. Bagi guru
Hendaknya guru menerapkan investigasi kelompok dalam
pembelajaran menulis argumentasi.
3. Kepada sekolah
Hendaknya memotivasi guru agar memperluas wawasan
mengenai metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif yang
dapat mendukung proses pembelajaran di kelas
4. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini diharapkan mampu memotivasi berkembangnya
penelitian-penelitian lain yang lebih inovatif, khususnya
terhadap pembelajaran bahasa Indonesia
11
mahasiswa pada siklus 1?Kedua,bagaimanakah hasil skor yang
diperoleh mahasiswa pada siklus akhir?Ketiga,bagaimanakah
kekoherensian teks argumentatif mahasiswa setelah penerapan
pembelajaran koherensi?Oleh karena itu, tujuan yang ingin
dicapai pada penelitian ini adalah untuk(1) menjelaskan hasil
skor yang diperoleh mahasiswa pada siklus 1; (2) menjelaskan
hasil skor yang diperoleh mahasiswa pada siklus akhir; dan (3)
menjelaskan kekoherensian teks argumentatif mahasiswa setelah
penerapan pembelajaran koherensi.
Pendahuluan Bahasa dipelajari dalam bentuk empat keterampilan dasar,
yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan
membacadiperlukan khususnya oleh mahasiswa untuk
kepentingan mencari literatur yang terkait dengan penelitian
yang akandilakukan. Begitu pula, kebutuhan akan kemampuan
menulis juga sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan
khususnya pada tingkat universitas. Sesuai dengan kebutuhan
mahasiswanya, pembelajaran bahasa Inggris merupakan mata
kuliah wajib pada mahasiswa STIBA Saraswati Denpasar.Empat
keterampilan dasar yang menjadi patokan kompetensi
mahasiswa di STIBA, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis
Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
(PTK).Penelitian tindakan kelas dinyatakan oleh Suyatno (1997:
34) sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif
dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat
memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di
kelas secara profesional. Penelitian ini dilaksanakan pada
mahasiswa semester genap Sekolah Tinggi Bahasa Asing
(STIBA) Saraswati Denpasar.Lokasi STIBA Denpasar adalah di
Jalan Kamboja No. 11A, Denpasar.Penelitian kali ini berfokus
pada peningkatan pembelajaran koherensi dalam kemampuan
menulis teks argumentatif pada mahasiswa Program Studi
Bahasa Inggris (Strata 1) semester empat
12
Pembahasan Konsep Argumentatif Dalam menghadapi situasi di
masyarakat untuk memecahkan permasalahan sosial argumen
merupakan hal yang penting. Kata argumen berasal dari kata
“argue” dalam bahasa Inggris yang maknanya sama dengan
menunjukkan sesuatu disertai bukti-bukti untuk memengaruhi
orang lain. Pesan yang ingin disampaikan seseorang disertai
bukti bertujuan mendukung pendapat utama yang
diajukan.Dasar empiris seseorang dalam menghasilkan sebuah
karya ilmiah adalah berupabukti-bukti atau contoh-contoh.
Teori Konstruktivisme Penerapan teori konstruktivisme pada
proses belajar mengajar diharapkan dapat mengarahkan
penelitian ini terutama dalam kegiatan pembelajaran oleh
mahasiswa dengan pembelajaran koherensi.Agar lebih jelas
berikut diuraikan teori konstruktivisme dimulai dengan latar
belakangnya secara umum.Istilah konstruktivisme telah dimulai
oleh para filosof kognitif pada tahun 1710 (Rizana dkk., 2012).
Teori ini berkembang seiring dengan perkembangan yang
dilakukan oleh peneliti lainnya dibidang serupa. Vygotsky pada
“Interaction Between Learning and Development” dalam Mind
and Society (1978), misalnya, salah seorang konstruktivistik
yang mengaitkan adanya hubungan antara interaksi sosial dan
pengonstruksian pengetahuan dalam segi kognitif anak.
Teori Belajar Konstruktivisme Walaupun pada mulanya
Piaget tidak memfokuskan diri pada proses belajar mengajar
terkait dengan teorinya, banyak peneliti yang menemukan
bahwa teori ini dapat berlaku pula pada proses berlajarmengajar
(McLeod, 2009).Dalam teori ini terdapat beberapa prinsip
pembelajaran yang berkaitan dengan tahapan-tahapan dalam
segi kognitif anak yang didasarkan atas teori
konstruktivisme.Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut
(McLeod, 2009). a. Fokus pada proses pembelajaran
dibandingkan dengan produk akhir (focus on the process of
learning, rather than the end product of it). b. Penggunaan
metode aktif yang memerlukan penemuan kembali atau
13
rekonstruksi ―fakta‖ (using active methods that require
rediscovering or reconstructing "truths"). c. Penggunaan
pembelajaran kolaboratif, seperti halnya aktivitas individual
sehingga anakanak dapat saling belajar satu sama lain (using
collaborative, as well as individual activities, so children can
learn from each other). d. Perencanaan situasi yang
mempresentasikan permasalahan yang bermanfaat dan
menciptakan disekuilibrium untuk anak (devising situations that
present useful problems, and create disequilibrium in the child).
e. Evaluasi tahap perkembangan anak sehingga tugas yang tepat
dapat diberikan (evaluate the level of the child's development, so
suitable tasks can be set).
Dalam menulis teks argumentatif kemampuan mahasiswa
dilihat dalam menunjukkan fakta untuk menyimpulkan
kebenaran yang diungkap yang selama ini belum diketahui
pembaca teks.Pada teks argumentatif karangan mahasiswa
nantinya dinilai kohesi dan koherensi dalam teks.Alwi (2001:
428) berpendapat kohesi dan koherensi menjadikan tulisan yang
dibaca bermakna, dan untaian kalimat yang tidak kohesif dan
koheren tidak akan membentuk wacana‖.Berdasarkan pendapat
Alwi tersebut, dapat dikatakan bahwa kohesi dan koherensi
membuat suatu wacana menjadi berterima bagi pembaca.Suatu
tulisan menjadi bermakna dan dapat dikatakan sebagai sebuah
wacana apabila tulisan tersebut kohesif dan koheren.Menurut
Laelasari dan Nurlaila (2006: 140), koherensi adalah keselarasan
yang mendalam antara isi dalam wacana.Suatu wacana
dikatakan koheren apabila ada kekompakan antara gagasan yang
dikemukakan kalimat yang satu dan yang lainnya.
Koherensi Dalam menulis sebuah teks seorang penulis
hendaknya mampu memudahkan pembaca untuk memahami
teks yang disajikan dengan penggunaan kalimat-kalimat yang
mengalir dengan baik. Kalimat-kalimat yang terangkai dengan
baik satu sama lain menghasilkan sebuah teks yang koheren.
Pengertian koherensi dikutip dari Creswell (2009) sebagai
14
berikut. Coherence in writing means that the ideas tie together
and logically flow from one sentence to another and from one
paragraph to another. (Creswell, 2009:83). Pernyataan di atas
memperlihatkan bahwa koherensi dalam menulis berarti ide-ide
saling berhubungan dan secara logis mengalir dari satu kalimat
ke kalimat lainnya dan dari satu paragraf ke paragraf lainnya.
Terdapat empat parameter keherensi pada kemampuan
menulis, yaitu penggunaan ekspresi transisi, pengulangan kata-
kata dan frasa kunci, penggunaan referensi kata ganti, dan
penggunaan bentuk paralel (dalam Burchfield, 1996: 1 – 4).
Berikut bagian-bagian dari keempat parameter tersebut.
1. Penggunaan ekspresi transisi.
2. Pengulangan kata-kata dan frasa kunci
3. Penggunaan referensi kata ganti
4. Penggunaan bentuk paralel
Kesimpulan Berikut dipaparkan simpulan yang diperoleh dari hasil
penelitian berdasarkan ketiga masalah yang telah dirumuskan di
atas sebagai berikut. Perolehan skor mahasiswa pada siklus I
ternyata belum dapat dikatakan meningkat secara signifikan
dibandingkan dengan hasil perolehan skor mahasiswa pada
tahap praobservasi.Hasil menunjukkan rata-rata nilai mahasiswa
pada siklus I adalah 63,1 yang tidak berbeda jauh dengan hasil
perolehan skor mahasiswa pada tahap praobservasi, yaitu 60,4.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara
hasil skor mahasiswa pada tahap praobservasidan pada skilus I
yang belum menerapkan pembelajaran koherensi.
Penelitian ini dilaksanakan sampai dengan siklus III.Pada
siklus II pembelajaran koherensi teks telah dilaksanakan. Pada
siklus ini skor perolehan mahasiswa telah mengalami
peningkatan, yaitu 77,2. Namun, untuk lebih meyakinkan hasil
yang diperoleh maka penelitian ini berlanjut pada siklus III.
Pada siklus III dapat dilihat adanya peningkatan kembali pada
skor perolehan mahasiswa, yaitu 85,7. Berdasarkan perolehan
15
skor mahasiswa di atas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran
koherensi teks telah mampu meningkatkan perolehan skor
mahasiswa dalam kompetensi menulis.
16
penjelasan objek penelitian, waktu penelitian, subjek penelitian dan
bentuk penelitian serta prosedur yang dilakukan penulis dalam
penelitian tersebut. penyajian metode penelitian sudah baik dan
menggunakan bahasa baku yang mudah dipahami.
Hasil dan Pembahasan Dalam penyajian hasil dan pembahasan, penulis menerangkan
hasil penelitiannya yaitu: Terdapat Kelemahan atau kekurangan
yang ditemukan pada diri siswa seperti pada saat berlangsungnya
pembelajaran menulis argumentasi, siswa terlihat belum
sepenuhnya aktif dalam aktivitas pembelajaran ini. Mereka lebih
banyak bercanda dengan teman sebangkunya atau melakukan
aktivitas lain. Untuk mengatasi hal tersebut, penulis menemukan
solusi yaitu Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran
Keterampilan Menulis Argumentasi dengan Menggunakan Metode
Investigasi Kelompok. Adapun hasil dari penggunaan metode
Investigasi tersebut yaitu:
a. Keaktifan siswa selama menulis argumentasi meningkat
b. Perhatian dan konsentrasi siswa selama pembelajaran menulis
argumentasi
c. Minat dan motivasi dalam mengikuti pembelajaran menulis
argumentasi meningkat.
Kesimpulan Dalam kesimpulan, penulis menyajikan intisari dari hasil
penelitiannya. Penulisan kesimpulan dengan rapi dan
menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca. Penulis
juga menyertakan saran yang lengkap terkait hasil penelitian
tersebut yaitu saran untuk siswa, guru dan Kepala Sekolah
Daftar Pustaka Penyajian daftar pustaka sudah berurut sesuai abjad dan dikutip
dari berbagai sumber yaitu buku, jurnal dan artikel dari internet
yang disertai dengan keterangan waktu pengunduhannya dan
penulisan formatnya sesuai urutan dalam penulisan daftar pustaka,
namun ada beberapa judul yang tidak ditebalkan atau di cetak
miring dan tidak ada tanda koma dalam penulisan nama pengarang
Seperti:
Henry Guntur Tarigan. (2008). Menulis sebagai Suatu
17
Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Seharusnya ditulis: Henry, Guntur Tarigan. (2008). Menulis
sebagai duatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
18
Metode Penelitian Dalam metode penelitian penulis mengemukakan metode yang
digunakan nya dalam penelitian tersebut. penulisan metode
penelitian dilengkapi dengan peta konsep untuk mempermudah
pembaca memahami metode yang digunakan penulis.
Hasil dan Pembahasan Seperti hal nya kajian pustaka, Hasil dan pembahasan jurnal ini
juga tidak disajikan terpisah dengan nama “Hasil dan Pembahsan”
tetapi digabung dengan metode penelitian. Penulis melengkapi
melengkapi hasil dan pembahasan dengan grafik namun sulit
mengetahui hasil dan pembahasan dimulai darimana karena
penggabungan dengan metode penelitian tersebut.
Seharusnya penulisan Hasil dan Pembahasan ditulis terpisah
dengan nama “Hasil dan Pembahasan” tidak digabung dengan yang
lain. untuk mempermudah pembaca memahami maksud yang
disampaikan penulis.
Kesimpulan Penulis menyajikan kesimpulan dari hasil penelitiannya dengan
singkat dan jelas serta menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
Kesimpulan ini menjawab permasalahan dalam penelitian yang
telah disajikan dalam pendahuluan.
Daftar Pustaka Daftar pustaka ditulis dengan rapi sesuai abjad dan mengikuti
format penulisan. Penulis menyajikan daftar pusataka dari berbagai
sumber yaitu buku, jurnal dan artikel dari internet yang disertai
dengan keterangan waktu pengunduhannya.
Kelebihan Kekurangan
Penulisan judul mudah dipahami dan Penjelasan pendahuluan terlalu banyak.
dimengerti, tidak berbelit-belit dan Sebaiknya langsung ditulis singkat tetapi
menggunakan makna yang jelas terperinci.
Abstrak disajikan dengan dua bahasa Kajian Pustaka dalam Jurnal ini tidak
yaitu bahasa Indonesia dan bahasa secara langsung di tulis dengan nama
Inggris yang dicetak miring. Penulisan “Kajian Pustaka”
19
Abstrak sudah rapi dan ditulis dengan
jelas.
Pendahuluan ditulis dengan jelas Terdapat penulisan kata yang salah,
menerangkan latar belakang penulis seperti pada halaman 8 kata “menge-
melakukan penelitian, rumusan masalah jakan “
melalui gambaran umum. Seharusnya ditulis langsung yaitu
mengerjakan.
Disertai dengan saran yang lengkap Ada beberapa judul yang tidak ditebalkan
atau di cetak miring dan tidak ada tanda
koma dalam penulisan nama pengarang
Kelebihan Kekurangan
Metode penelitian dilengkapi dengan Kesalahan dalam penulisan Judul
peta konsep. jurnal yaitu tidak adanya spasi dan ada
beberapa kata yang tidak memakai huruf
kapital.
Seharusnya:
Peningkatan kemampuan Menulis teks
argumentatif yang poheren pada tulisan
Mahasiswa STIBA Saraswati Denpasar
Penulis menyajikan kesimpulan dari Kajian Pustaka dalam Jurnal ini tidak
hasil penelitiannya dengan singkat dan secara langsung di tulis dengan nama
jelas serta menggunakan bahasa yang “Kajian Pustaka” namun melalui
mudah dipahami gambaran umum di dalam metode
penelitian
Daftar pustaka ditulis dengan rapi Tidak menyajikan Hasil dan
sesuai abjad dan mengikuti format Pembahasan secara langsung dengan
penulisan. Penulis menyajikan daftar nama ”Hasil dan Pembahasan” serta tidak
pusataka dari berbagai sumber yaitu menyajikan saran
buku, jurnal dan artikel dari internet yang
disertai dengan keterangan waktu
20
pengunduhannya
21
BAB III
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Setelah melakukan identifikasi dan penilaian kedua jurnal dengan judul Penerapan
metode Investigasi kelompok untuk meningkatkan kemampuan menulis Argumentasi
(Yunianto Dwihartanto, Edy Suryanto dan Andayani) dan jurnal Peningkatan Kemampuan
Menulis Teks Argumentatif Yang Koheren Padatulisan Mahasiswastiba Saraswati
Denpasar (Santang). Berdasarkan penyajian, penyusunan tulisan dan metode yang
digunakan yang digunakan oleh penulis dalam penelitian, Maka penyusun dapat
memberikan kesimpulan bahwa jurnal dengan judul Penerapan metode Investigasi
kelompok untuk meningkatkan kemampuan menulis Argumentasi (Yunianto Dwihartanto,
Edy Suryanto dan Andayani) lebih baik dibandingkan jurnal pembandingnya (Peningkatan
Kemampuan Menulis Teks Argumentatif Yang Koheren Padatulisan Mahasiswastiba
Saraswati Denpasar) yang ditulis oleh santang, karena jurnal dalam jurnal pembanding
masih terdapat kesalahan tata cara penulisan seperti pada judul, Abstrak kurang rapi, tidak
menyajikan hasil dan pembahasan secara langsung dan tidak menyajikan saran.
3.2. Saran
Dalam penyajian, penyusunan tulisan dan metode yang digunakan yang digunakan
oleh penulis dalam jurnal utama dikategorikan baik, namun juga memiliki kekurangan
yang perlu di revisi yaitu penyajian kajian pustaka secara langsung dan penulisan judul
dalam daftar pustaka yang harus ditebalkan atau dicetak miring. Penyusun berharap jika
jurnal pembanding dilakukan revisi ulang yaitu memperhatikan tatacara penulisan seperti
judul yang harus menggunakan spasi dan huruf kapital, Menyajikan kajian pustaka, hasil
dan pembahasan secara terpisah dan langsung dan melengkapi jurnal dengan saran.
22
DAFTAR PUSTAKA
23
LAMPIRAN:
24