Anda di halaman 1dari 53

1.

Buku
Susiska Arum

Kau tempatku menabur ilmu...


kau jendela di hidupku...
kau tempatku goreskan jutaan pena...
namun, terkadang orang mengabaikannya...
kau tertumpuk deraian debu...

Buku...
kau tempatku berbagi rasa....
meski engkau hanya diam membisu...
lembaran demi lembaran yang terisi...

Tertancap keindahan ilmu menawan...


terselip kata demi kata...
yang mengisi hari-harimu...

Buku...
kau tempatku goreskan pena...
goresan pena kini tertancap di badanmu...
jutaan kata kini terlukis di badanmu...

Kau tempatku lukiskan keindahan...


kau tempatku berbagi kesakitan....

Buku...
kau yang mengajariku arti kehidupan...
tiada pantas hidup ini kulewati...
tanpa engkau di sisiku...

Kau guru yang hanya bisa diam membisu...


namun, kau memberikan jutaan ilmu yang tersimpan di setiap lembaran...

2. Apa Kabar Pendidikan Negeriku


Dian Hartati

Sampai kini saya tidak tahu


Apakah titel sarjana nan dibangga-banggakan ayahku dulu
Dapat menyambung lambungku, istriku dan anak-anakku
Tujuh Belas tahun sudah segudang uang di lumbung keringat ayah-ibuku
Kuhabiskan di meja pendidikan
Namun saya tetap tidak mampu memberi anak-anakku sesuap makan

Tujuh belas tahun sudah kuhabiskan waktuku di ruang gerah sekolah dan kuliah
Namun tidak memberiku otak brilian dan keterampilan nan sepadan
Aku hanya terampil menyontek garapan temanku
Aku hanya terampil membajak dan menjiplak karya negeri orang

Aku terampil mencuri ide-ide bukannya mencipta


Apa kabar pendidikan negeriku
Adakah kini kau sudah berbenah
Sehingga anak cucuku akan bisa merasai sekolah nan indah
Dan masa depan nan cerah?
3. Pesan Dari Guru

Dengan tertatih-tatih
ku kayuh sepeda tua itu
dengan nafas terengah-engah
ku sandarkan di pagar tua

Anakku, aku datang


tak bawa mobil mewah
tak bawa rupiah

Tapi aku punya cinta


cintaku begitu besar
lebih dari sepeda tua itu
tahukah kau
aku sangat menyayangimu

Ini daerah terpencil


tapi jangan kau berpikiran kerdil

Bangkitlah ...
Berjuanglah ...

Kau harus bisa taklukkan


gedung-gedung pencakar langit itu
hancurkan kebodohanmu

Bangkit dari tidurmu


raih mimpi
gapai prestasi

Aku hanya orang tua


yang tak berarti apa-apa
tapi aku punya cinta

Cinta untukmu begitu besar


lebih dari sepeda tua itu

4. Tak Mau Jadi Orang Bodoh

Seorang anak kecil


Berjalan dengan kaki telanjang
Menapaki jalan berbatu
Terasa sakit menusuk kaki

Aku ini juga manusia


Yang punya nyawa
Sama sepertimu
Yang punya rasa
Sama sepertimu

Tapi kau tak punya hati


Kau punya mata
Tapi tak melihat
Kau punya telinga
Tapi tak mendengar
Kau punya segalanya
Tapi tak merasa

Lihat dirimu
Uang kau hambur-hamburkan
Lari dari gudang ilmu
Tak kau ingat begitu banyak tetesan peluh
Dan air mata yang membasahi tubuh itu

Aku beda dengan kau


Aku tak punya sepertimu
Tapi aku tak mau jadi orang bodoh sepertimu
Aku ingin punya banyak ilmu
Aku adalah aku
Bukan kau

5. Harapan Yang Kandas

Aku berjalan menyusuri jalan setapak,


pada sebuah pemukiman
tempat sejumlah anak bangsa
berteduh dari rintikan air hujan
mencoba menghindar dari terik panasnya matahari
tempat yang sering mereka sebut 'Rumah'

Saat aku berjalan,


ku lihat anak bangsa
dengan seragam kumuh yang dikena
tanpa alas kaki yang melindungi
membuat kakinya tak jarang terkotori cipratan lumpur di sisi jalan
tapi semangatnya menuntut ilmu,
seperti api yang menyala-nyala
dan takkan pernah padam

Aku kembali berjalan,


sesaat ku dengar rintihan anak bangsa
"Ibu, Bapa, Aku ingin sekolah seperti mereka. Aku juga punya impian, harapan dan masa
depan," rintihnya.
tapi apa daya, kedua orangtuanya hanya mampu diam seribu bahasa

Pemimpinku, Pemerintahku,
apa kalian tak melihat?
kesusahan menyelimuti anak bangsa
apa kalian juga tak mendengar?
rintihan anak bangsa yang haus akan pendidikan
apa mungkin kalian terlalu sibuk?
terlalu sibuk memanjakan harta
dan terlalu sibuk bermain dengan uang-uang kalian

Atau mungkin kalian lupa?


tiap kali janji manis kau ucapkan
di depan ribuan pasang mata yang menyaksikan

Tak ingatkah kalian, wahai para petinggi negara?


anak bangsa bagian dari rakyat
karena rakyat kalian memimpin
karena rakyat kalian jadi pemimpin
walau hanya satu suara dan satu kepercayaan dari tiap rakyat
tak sadarkah kalian, 'satu' pun bermakna
karena takkan ada 'seribu' tanpa 'satu'

Pemimpinku, Pemerintahku,
tak sadarkah?
rakyat telah pertaruhkan segalanya
dari impian, harapan, hingga masa depan
tapi apa balasan dari tiap 'satu' suara dan 'satu' kepercayaan yang rakyat pertaruhkan?
hanya sebatas tipuan dan angan-angan yang nampak 'mustahil, jadi kenyataan

Aku hanya berharap


suatu saat, negeri ini
negeri yang kini padam
kan kembali terang benderang

6. Jangan Malas Membaca

Sesobek kertas sudah diberikan


seuntai tulisan pula berada di dalamnya
duhai anak yang malang
mengapa engkau diam saja?

Mengapa kertas itu cuma kau simpan?


sungguh tidak sedikit angan-angan terpendam
ilmu maha luas sudah tertuliskan
tapi sayang kau enggan membaca

Dunia demikian luas ilmu pula demikian terbentang


sungguh dunia sudah bicara,
kau mau tahu isiku?
kau mau mengerti apa menyangkut dunia ini?

Malang beribu malang kau enggan membaca


duhai anak yang malang
bangkitlah kini
pengetahuan luas sudah menantimu
lawanlah jiwa kotormu itu
tuk mencapai impianmu

7. Guruku Pahlawanku
Cindy Agustin

Sinar pagi yang cerah..


membuat aku bergegas untuk berangkat sekolah
sungguh senang hari ini
demi mendapat ilmu
aku rela berjalan kaki
untuk meraih suksesku

Gurulah yang memberiku ilmu


Gurulah yang menyemangatiku
Gurulah yang membimbingku

Tanpa ilmu aku takkan sukses


tidak ada guru tidak ada pula ilmu

Terima kasih guru


kaulah guru terhebat bagiku
kaulah pahlawanku
pahlawan tanpa tanda jasa

Jika suatu saat nanti aku sudah menjadi sepertimu


aku akan memberikan ilmu yang kau berikan kepada ku
untuk mereka yang membutuhkanku

Guru jasamu akan selalu kukenang

8. Ibu Guruku Tersayang

Ibu Guru
kau yang telah mendidikku
kau yang telah menasehati ku
dalam keadaan bingung

Ibu Guru
engkau adalah pahlawanku
engkau bagaikan penyelamatku
engkau tulus mengajariku

Ibu Guru
terima kasih atas semua jasamu
aku sayang padamu
seperti kau menyayangiku

9. Pahlawan Pendidikan

Jika dunia kami yang dulu kosong


tak pernah kau isi
mungkin hanya ada warna hampa, gelap
tak bisa apa-apa, tak bisa kemana-mana
tapi kini dunia kami penuh warna

Dengan goresan garis-garis, juga kata


yang dulu hanya jadi mimpi
kini mulai terlihat bukan lagi mimpi
itu karena kau yang mengajarkan
tentang mana warna yang indah
tentang garis yang harus dilukis
juga tentang kata yang harus dibaca

Terimakasih guruku dari hatiku


untuk semua pejuang pendidikan
dengan pendidikanlah kita bisa memperbaiki bangsa
dengan pendidikanlah nasib kita bisa dirubah

Apa yang tak mungkin kau jadikan mungkin


hanya ucapan terakhir dari mulutku
di hari pendidikan nasional ini
gempitakanlah selalu jiwamu wahai pejuang pendidikan Indonesia

10. Taman Ilmu


Karya Nur Wachid

Musim kemarau panas berkepanjangan


Musim penghujan hujan berdatangan
Itulah hebatnya dirimu

Panas hujan tetap untuk kau berdiri


Kau hanya tumpukan bata merah

Tulang mu hanya dari besi

Seindah dirimu namamu sama


Seburuk bentukmu tidak kurangi gunamu
Kaulah taman kehidupan
Tempat tertanam berjuta ilmu

Bunga merekah terlahir darimu


Hiruk pikuk pendidikan tertelan olehmu
Tanpamu semua tampak bodoh

Alangkah indahnya¡¬.
Jika dirimu berdiri dimana-mana
Tanpa ada beda di desa dan kota

Sayangnya kau bukan manusia


Kakimu tertanam di bumi
Tak bisa jalan kemana-mana

11. Waktu Yang Kusesali


Oleh Robiatul Adawiyah

Begitu cepat waktu berlalu


Tak terasa perjumpaan ku sudah berlalu
Sangat cepat ,Sangat menyesal ,Sangat kecewa

Teringat dalam Memori yang lalu


Menangis mengingat masa-masa yang lalu
Melukiskan canda tawa & kebahagiaan bersamamu

Sepanjang waktu berlalu


Kenapa kami baru menaruh perhatian pada Guru
Saat Guru tetah tiada
Karena di panggil oleh Sang Maha Kuasa

Begitu kejamnya kami melupakan jasa mu


Maafkan kami guru
Yang telah menggoreskan tinta hitam,di dalam hidupmu
Andaikan waktu dapat terulang
Kami berjanji akan memberikan yang terbaik bagimu

Tangisan kami hanya untukmu


Saat kami tak mengerti,
Guru yang akan menjelaskannya
Saat kami membuat kesalahan,
Guru yang menasihatinya
Saat kami mengingatmu,
Kau telah tiada

Jasamu kan abadi bersemayam di hati kami


Begitu besar perhatianmu pada kami
Yang selama ini menyusahkanmu
Hanya kata TERIMA KASIH & MAAF untuk Mu

12. Ayo membaca


Karya Abdul Jalil

Sesobek kertas telah diberikan


Seuntai tulisan juga berada di dalamnya

Duhai nak nan malang


Kenapa engkau diam saja?
Kenapa kertas itu hanya kau simpan?

Sungguh banyak asa terpendam


Ilmu maha luas telah tertuliskan
Namun sayang kau malas membaca

Dunia begitu luas ilmu pun begitu terbentang


Sungguh global telah berkata,
Kau ingin tahu isiku?
Kau ingin mengeri apa tentang global ini?

Malang beribu malang kau malas membaca


Duhai anak nan malang

Bangkitlah sekarang
Wawasan luas telah menantimu
Lawanlah jiawa kotormu itu

Tuk mencapai impianmu

13. Pahlawan Kehidupan


Karya: Nur Wachid

Ku lihat kau berbuat


Ku dengar kau berbicara
Ku rasakan kau merasakan
Mata binar tak khayal menjadi panutan
Sejuk terasa haluan kata ¨C katamu
Menjadi sugesti pada diri kami
Hingga jiwa ini tak sanggup berlari
Menjauhi jalan hakiki
Lelah dirimu tak kau risaukan
Hiruk pikuk kehidupan mengharu biru
Itu jasa tentang pengabdian
Bukan jasa tentang perekonomian
Semangatmu menjadi penghidupan
Untuk kami menjalani kehidupan
Jangan pernah kau bosan
Jadi haluan panutan
Meski pertiwi dalam kesengsaraan
Kaulah pelita cahaya kehidupan
Terima kasih untukmu
Sang pahlawan kehidupan

14. Penolong Dalam Kegelapan (Guru)


Oleh Muhammad Hafiz Nur
Sosok yang tanpa mengenal lelah .
Sosok yang menindas perlakuan kasar yang dilontarkan siswa-siswi kepadanya .
Sosok yang berlangkah tegap dan tegas walaupun kening dan pipi mereka sudah mulai
memancarkan kekusutan dari raut wajahnya .

Wahai guruku ..
Kau telah memberi warna pelangi didalam kehidupan kami.
7 warna yang telah berkumpul menjadi satu paduan .
7 kesempurnaan yang telah kau berikan untuk bekal kami kelak dimasa yang akan datang

Kau mengajarkan yang Awal mulanya kami tidak mengenal huruf abjad sampai kami bisa
menjadi orang-orang yang kalian harapkan , orang-orang yang sukses dan orang-orang yang
telah menyandang gelar terhormat seperti kalian bahkan akan lebih dari pada itu .

Guru ..
Maafkan kami yang telah berbuat kesalahan kepada kalian .
Dari hal yang sekecil debu yang tak terlihat bahkan sampai kesalahan yang besar yang bisa
terlihat dengan mata kasar .

Tak banyak serumpun do¡¯a yang kami panjatkan .


Semoga kalian guru-guru kami tetap sabar dalam membina dan mendidik kami dan menjadi lah
PAHLAWAN tanpa tanda jasa dan mengajar tanpa mengenal kata LELAH .

Kami sayang kalian bapak dan ibu guru kami yang tercinta .

15. Buku
Oleh Erni Ristyanti

Buku
Kau adalah sumber ilmu
Dimana aku belajar dan membaca
Dari aku tak tahu sampai tahu

Buku
Kau adalah jendela ilmu
Jendela menuju kehidupan yang lebih sukses
Menuju kehidupan yang lebih indah

Halaman demi halaman


Lembar demi lembar
Kubaca dengan serius
Hingga aku lupa waktu

Terimakasih buku
Engkau temaniku
Dari kecil hingga besar
Tuk menggapai cita-citaku

16. Puisi Cahaya Pendidikan


By. Rozat Rifai

Dalam Keningku aku termangu


Sebuah cahaya penentu masa depan
menjadi sebuah motivator pergerakan
Dalam menjunjung tinggi pendidikan
Di saat mataku tertutup kebodohan
Engkau hadir dengan sejuta harapan
pembongkar sandi kegelapan
pendidikan,,, pengubah zaman

2 mei selalu kami rayakan


mengharap selalu ada kemajuan
menjadikan kami selalu terdepan
dalam segala aspek kehidupan

17. Puisi Hari Pendidikan Nasional


Karya Ismail Ahbar

Jika kau lihat bendera merah putih berkibar dihalaman sekolah


Belum tentu disana ada orang Indonesia
Jika kau dengar Pancasila dibacakan berulang-ulang,
Belum tentu semua yang mendengarnya punya Tuhan Yang Maha Esa

Jika kau lihat Pak Guru pakai sepeda Kumbang,


itu pasti kau sedang mimpi bertemu Oemar Bakri
Jika kau lihat anak sekolah memakai seragam,
pastikan udel dan BH nya tak tampak oleh umum

Jika kau lihat guru memukul muridnya, itu biasa


Jika kau lihat sekolah ¨C sekolah negeri dan swasta jauh berbeda,
itu karena sekarang pendidikan pun menjadi ladang bisnis
Jika kau lihat Politisi berjanji tentang pendidikan murah dan cerdas,
lihatlah, pendidikan pun didramatisir

Jika kau lihat dosen-dosen mu tak ada dimeja,


yakinlah, mereka sedang sangat sibuk, urusan ini, dan urusan itu
Jika kau lihat pelajar tawuran,
terbiasalah, pendidikan kita ¡®kan tentang otot dan tulang,
bukan tentang otak dan sosial emosional

Jika kau lihat aku mengkritik saja,


percayalah, lebih baik begini,
daripada diam dan dibodohi sampai tertidur dibangku mu,

Semangat,,Sebab hidup tak boleh mati karena liur-liur politik.

18. Sajak Sebatang Lisong


Karya : W.S Rendra.

Menghisap sebatang lisong,


Melihat Indonesia Raya,
Mendengar 130 juta rakyat.
Dan di langit
Dua tiga cukong mengangkang.
Berak di atas kepala mereka.

Matahari terbit.
Fajar tiba.
Dan aku melihat delapan juta kanak-kanak
Tanpa pendidikan.

Aku bertanya.
Tetapi pertanyaan-pertanyaanku
Membentur meja kekuasaan yang macet,
Dan papantulis-papantulis para pendidik
Yang terlepas dari persoalan kehidupan.

Delapan juta kanak-kanak


Menghadapi satu jalan panjang,
Tanpa pilihan,
Tanpa pepohonan,
Tanpa dangau persinggahan,
Tanpa ada bayangan ujungnya.

Menghisap udara
Yang disemprot deodorant,
Aku melihat sarjana-sarjana menganggur
Berpeluh di jalan raya;
Aku melihat wanita bunting
Antri uang pensiunan.
Dan di langit;
Para teknokrat berkata:

Bahwa bangsa kita adalah malas


Bahwa bangsa mesti dibangun
Mesti di-up-grade
Disesuaikan dengan teknologi yang diimpor.

Gunung-gunung menjulang.
Langit pesta warna di dalam senjakala.
Dan aku melihat
Protes-protes yang terpendam,
Terhimpit di bawah tilam.

Aku bertanya,
Tetapi pertanyaanku
Membentur jidat penyair-penyair salon,
Yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
Sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya,
Dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan
Termangu-mangu di kaki dewi kesenian.

Bunga-bunga bangsa tahun depan


Berkunang-kunang pandang matanya,
Di bawah iklan berlampu neon.
Berjuta-juta harapan ibu dan bapak
Menjadi gemalau suara yang kacau
Menjadi karang di bawah muka samodra.

Kita mesti berhenti membeli rumus-rumus asing


Diktat-diktat hanya boleh memberi metode
Tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan.
Kita mesti keluar ke jalan raya
Keluar ke desa-desa
Mencatat sendiri semua gejala
Dan menghayati persoalan yang nyata.

Inilah sajakku!
Pamplet masa darurat.
Apakah artinya kesenian,
Bila terpisah dari derita lingkungan.
Apakah artinya berfikir,
Bila terpisah dari masalah kehidupan.

19 Agustus 1977
ITB Bandung
(Sajak ini dipersembahkan kepada para mahasiswa ITB dan dibacakan di dalam salah satu
adegan film “Yang Muda Yang Bercinta” karya Sumandjaya.

19. Penaku
Karya : Lia Nur Aini, Gunungkidul.

Penaku...
Setiap hari ku gunakan dirimu
Ku goreskan tintamu
Ku pinjamkan dirimu
Kadang ku habiskan dirimu

Penaku...
Kau ku gunakan untuk mencurahkan isi hatiku
Kau ku gunakan untuk mencurahkan ilmuku
Dan ku gunakan dirimu untuk menceritakan kisahku

Penaku...
Kau selalu kubawa
Kau selalu menemaniku
Tetapi...
Aku tak pernah berterimakasih padamu
Aku tak pernah memperhatikanmu
Maafkan aku penaku...
Tanpamu aku tak dapat mengisi hidupku.

20. Pemuda Pemudi Negeriku


Karya : Yeni Herlinda, Sumatera Selatan.

Pemuda Pemudi Negeriku...


Teruslah belajar untuk kemajuan bangsamu
Gapailah cita-cita nan tinggi itu
Menjulang sampai ke langit ke-7

Pemuda Pemudi Negeriku...


Tuntutlah cakrawala ilmu sampai ke ujung dunia
Karena engkau tidak akan pernah tahu
Perang pemikiran yang akan terus melanda sewaktu-waktu

Pemuda Pemudi Negeriku...


Jangan menyerah dan putus asa dalam mewujudkan impianmu
Teruslah berusaha dan dongkrak semangatmu

Pemuda Pemudi Negeriku...


Jangan berharap dengan yang lain
Karena yang rela berkorban itu hanya dapat dihitung dengan bilangan

Pemuda Pemudi Negeriku...


Inilah saatnya... Bangkit dan berbuatlah
Jangan engkau terlena ataupun lengah
Pemuda Pemudi Negeriku...
Lakukanlah apa yang engkau mampu
Karena hari ini belum tentu sama dengan hari esok
Maka, jangan izinkan penyeselan datang memberontak
Hingga membuat Negerimu semakin terpuruk

Pemuda Pemudi Negeriku...


Nasib bangsa ini sekarang ada pada genggaman kalian
Ya kalian... Karena kalian adalah cahaya bangsa
Oleh sebabnya sinar kalian selalu dinanti
Untuk terus dapat menerangi negeri Indonesia ini...

21. TERIMA KASIH GURU

Guru…
Kaulah lenteraku
Kaulah pelitaku
Kaulah penuntunku
Guru…
Begitulah kami memanggilmu
Kau tak pernah enggan
Selalu mendidik dan membimbingku
Guru…
Kau seperti lentera
Seperti cahaya untuk gelapnya dunia
Kau bagai setitik embun
Yang menetes di gurun hati
Guru…
Kau memang patriot pahlawan bangsa
Tapi tanpa tanda jasa atau lencana
Semuanya kau baktikan tanpa mengeluh
Walau imbalanmu tak selalu penuh
Guru…
Bila kau tak ada hampalah aku
Bila kau tak ada sesatlah aku
Bila kau tak ada hancurlah aku
Guru…
Ku tak dapat menulis sendiri tanpamu
Ku sulit membaca tanpamu
Ku tak mungkin bisa berhitung tanpamu
Guru…
Hatur syukur ku lantunkan padamu
Karena semua pengorbananmu
Untuk semua pengabdianmu
Selama aku berada disini menuntut ilmu

22. APA KABAR PENDIDIKAN

Apa kabar pendidikan?


Apakah engkau baik-baik saja?
Belakangan ini kudengar engkau semakin bergengsi
Mentereng berwarna warni
Juga tampaknya banyak yang mewaspadaimu
Karena di dalam dirimu tak seaman dulu
Banyak kekerasan dan ketidak senonohan
Padahal banyak yang membutuhkanmu
Aman dan bersahabat seperti dulu
Bukannya berbahaya seperti sekarang
Sudah mahal membayar masih bisa meradang
Kapankah engkau mau berbenah?
Jadi lebih baik tidak seperti sekarang
Karena anak cucuku juga nanti ingin sekolah
Di tempat dimana engkau berada
Dimana cita-cita bukanlah hanya sekedar asa

23. UJIAN NEGARA

Susah payah memikul buku


Kini kuliah dari dulu sekolah dasar kelas satu
Tiap hari ketemu ibu guru
Demi mendapatkan yang namanya ilmu
Lalu ada ujian Negara
Katanya lebih susah dibanding ujian biasa
Teman-teman belajar susah payah
Kalau mentok, menyontek jadi terpaksa
Jika gagal di ujian Negara
Nilai bagus ulangan pun tidak dianggap
Mau ribuan kali dapat seratus
Tapi kalau gagal disitu, alamat mampus
Kenapa sih ada ujian Negara?
Bukankah tiap hari ada ujian juga
Yang kadang lebih susah dari ujian Negara
Apa betul seperti inilah sistem yang telah baku
Sebagai anak didik kami tak tahu mana yang keliru
Padahal bukan hanya pendidikan yang harus kami hadapi
Masalah orang tua juga kadang kami ketahui
Tapi apa daya kini pendidikan seperti inilah adanya
Dan sebagai anak-anak kami harus tetap melewatinya
24. BAPAK GURU

Bapak guru engkaulah yang membimbing kami


Tak hentinya selalu menjagai
Di balik tegasmu kami rasakan sayangmu
Di belakang kerasmu kami mengetahui perhatianmu
Kami jadi melihat dunia
Dan kami melihatnya melalui engkau
Pengalaman hidup dan wawasan yang luas kau bagikan
Letih dan lelah tak kau rasakan
Sepeda ontelmu tidak berganti baru
Hanya buku dan kami saja yang engkau tahu
Meskipun panas dan hujan selalu mendera
Namun perhatianmu akan selalu ada
Semoga banyak guru yang berbakti seperti bapak
Supaya terangnya ilmu meski jauh tetaplah nampak

25. Apa Kabar


Kini aku tak tahu,
Apakah gelar sarjana ini
Yang dinanti-nanti
Dapat mengisi perutku?

Bertahun-tahun sudah
Banyak uang dari perasan keringat kedua orang tuaku
Hanya untuk mencicipi meja pendidikan
Apa jadinya jika perutku tak terisi?

Bertahun-tahun sudah
Waktuku habis di sebuah ruang
Jika otak ini masih kosong
Bahkan keahlian tak terasah
Yang terasah hanya kecurangan
Dalam mendapatkan jawaban
Yang terasah hanya keahlian
Dalam meniru
Keterampilan mencuri ide cipta

Apa kabar?
Apakah akan terus begini?
Aku adalah satu dari berjuta-juta pelajar
Yang perutnya masih kosong
Apakah anak cucu nanti juga merasakan?
Apakah masa depan akan cerah?

26. Pesan
Terseok-seok berjalan,
Terengah-engah berjalan
Bersandar di pagar tua

Anak-anak, aku datang


Bukan dengan mobil mewah
Bukan dengan uang
Hany cinta yang kubawa
Sebesar samudera yang luas
Bahkan lebih dari kakiku

Tahukah kau,
Aku sayang kalian

Di tempat melosok ini,


Jangan berkecil hati
Atau berotak kerdil

Bangkit,
Berjuang,

Kalian bisa menaklukan


Hilangkan otak udangmu
Raihlah mimpimu
Gapailah angan-anganmu

Aku hanya orang tua yang lemah


Hanya punya cinta begitu luas
Lebih dari kakiku

27. Aku Ingin Pintar


Seorang anak kecil berjalan telanjang
Menapaki bebatuan yang menusuk kakinya

Aku juga manusia


Bernyawa sepertimu
Berperasaan sepertimu

Apa kau ada hati?


Apa kau melihat?
Apa kau mendengar?
Apa kau merasa?
Bercerminlah,
Untuk apa uangmu
Kau tak menyesal?
Lari dari meja belajarmu

Aku bukan kau


Aku tak sepertimu
Bahkan aku tak punya apa-apa yang kau miliki
Hanya ilmu yang kupunya
Karena aku adalah aku
Bukan kau

28. budaya dan pendidikan

Indonesia begitu kaya akan budaya


mulai dari tari hingga bahasa
semuanya berbaris untuk di pelajari
oleh anak muda bumi pertiwi

budaya dan pendidikan


sungguh suatu keharusan
hendaknya para anak muda
melestarikan warisan pare tetua

tak kupa juga kiranya para generasi muda


mengejar cita cita setinggi angkasa
agar bisa memukau dunia
akan prestasi anak muda Indonesia

railah cita cita mu


agar dapat di banggakan
layaknya budaya indonesia
yang menjadu kebanggaan

29. SEKOLAHKU

detik berganti detik


menitpun ikut berlari
hari silih berganti
bulan ikut meniti

tahunpun tak kuasa hindari


pergantian masa hingga kinidipundakku melekat sebuah tas sekolah
dibahuku terangkat bet sekolah
disakuku logo sekolahpun tak mau tertinggal

surga masa depan ada di benakku


karena pendidikan adalah kekuatanku
dan buku pelajaran enggan pisah dengankusekolahku …

pengabdianku,
ilmuku,
kucurahkan untukmu
semoga memenuhi pialamu
30. Pahlawan Tanpa Lencana

Pagi yang indah deruan angin menerpa wajah


Dingin menyelimuti langkah penuh keikhlasan
Renungan hanya untuk sebuah kejayaan
Berfikir hanya untuk sebuah keberhasilan

Tiada lafaz seindah tutur katamu


Tiada penawar seindah senyuman mu
Tiada hari tanpa sebuah bakti
Menabur benih kasih tanpa rasa lelah

Hari demi hari begitu cepat berlalu


Tiada rasa jenuh terpancar di wajah mu
Semangat mu terus berkobar
Memberikan kasih sayang tiada rasa jemu

Jika engkau akan melangkah pergi


Ku tau langkahmu penuh pengorbanan
Jika dirimu telah tiada dirimu kan selalu di kenang
Kau adalah pahlawan tanpa lencana.

31. Guruku
Suci dan iklas pemberian mu
Dari kami buta menjadi tau
Suci dan ikhlas pengorbanan mu
tiada ternilai jasa baik mu

Engkau laksana lampu dalam kegelapan


Yang menerangi alam kalbuku
Engkau bagaikan angin
Yang selalu berbisik tentang kebaikan

Namamu selalu bergelora


Dalam hatiku
Jasa dan benih yang engkau tanam
Kini telah tumbuh bersemi
32. Majulah Terus Siswa Indonesia
Dengar, dengar, dengarlah isi tulisan ini
Hanya kepadamu harapan ku sandangkan
Hanya kepadamu cita- cita dipertaruhkan
Tak ada sesuatu yang tak mungkin bagimu 
Bangkitlah melawan arus yang terus mendera
Kuasailah dirimu dengan sikap optimis
Paculah laju kudamu sekencang-kencangnya
Lawanlah bebatuan terjal yang mengusik di jalanan
Ingat, Engkau adalah harapan, engkau adalah masa depan
Masa depan ada di tanganmu
Harapan terpendam ada di pundakmu
Nasib bangsa engkau yang menentukan
33. Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
Pahlawan tanpa tanda jasa
Ialah Guru
Yang mendidik ku
Yang membekali ku ilmu
Dengan tulus dan sabar 
Senyummu memberikan semangat untuk kami
Menyongsong masa depan yang lebih baik
Setitik peluhmu
Menandakan sebuah perjuangan yang sangat besar
Untuk murid-muridnya
Terima kasih Guru
Perjuanganmu sangat berarti bagiku
Tanpamu ku tak akan tahu tentang dunia ini
Akan selalu ku panjatkan doa untukmu
Terimakasih Guruku
34. Sekolah Menjadi Tempat Pengaduanku

Sekolahku engkaulah tempat menimba banyak ilmu


Berbagai hal diajarkan dari angka satu hingga berkualitas mutu
Belajar membaca kata sampai diraih aku bisa
Sungguh tempat yang sangat berharga bagi anak bangsa

Dengan pendidikan cerahkan masa depan yang cemerlang


Menghilangkan kebodohan dengan upaya membentuk kecerdasan
Menata langkah pasti untuk menjemput impian-impian nyata
Agar hidup dapat berguna bagi nusa dan bangsa

Pantang menyerah untuk menggapai bintang dilangit


Tak gentar rintangan yang menghadang langkah ini
Cuaca menjadi teman sejati dalam pencapaian
Dunia bangga melihat frekuensi kesungguhan yang kuat

Segala upaya dilakukan demi menuai pendidikan


Hidup cerdas berbekal luas ilmu pengetahuan
Menepis kejahatan zaman yang menusuk manusia yang biasa-biasa saja
Enggan belajar menyesal di hari tua menyapa

Sungguh bayang-bayang penyesalan yang selau menyelimuti jiwa


Andai aku dulu seperti ini pasti tidak akan begini
Andai aku dulu menuntut ilmu pasti tidak akan kalah dengan mutu
Semua hanya tinggal penyesalan yang menghampiri diri

35. Buku Sumber Berbagai Ilmu

Pendidikan menuntut manusia untuk semangat mencari tau


Berbagai permasalahan mengentaskan semua kegelapan
Menuntun yang tadinya belum tau kini menjadi tau
Yang dulunya buta akan angka
Kini mengerti berbagai rumus yang tersembunyi nilainya

Saat ku buka lembar buku nampak penuh torehan tinta


Tersusun rata menggoda mata sang pembacanya
Segudang ilmu terpenjara di dalam isinya
Berdiam diri menanti manusia yang menghampirinya

Setiap baris mengandung makna tersendiri baginya


Setiap lembar memuat pengetahuan yang tak ternilai dengan harga
Beribu-ribu tulisan yang membawa keuntungan bekal diri
Hingga terbentuk pikiran yang siap menerkam mangsanya

Denganmu kami merasa sangat dicerdaskan seutuhnya


Mengembangkan potensi diri yang melekat dimiliki
Berpikir kreatif dalam menghadapi hal yang dianggap rumit
Semua terpandang mudah dengan mata berbinar pendidikan

Tanpamu mungkin kami sungguh tiada arti lagi


Tertindas kesakitan dihempaskan kejamnya zaman
Tidak berkembang apa lagi untuk berinovatif
Hidup seadanya hingga nyaris tertabrak dunia yang sesungguhnya

36. Menggapai Asa Bersama Pendidikan

Pemuda hebat selalu menggebu-gebu rasa ingin taunya


Kekuatannya siap menerobos tembok baja
Semangatnya mampu meruntuhkan gedung-gedung tinggi berkaca
Satu kali tindakan membangunkan jiwa-jiwa yang mati

Bijaksana karena belajar hidup beserta artinya jika telah tiada


Sopan dan santun dalam tindakan karena mulia akhlaknya
Hati bersih tersusun kata-kata indah yang dikeluarkan
Jiwa ksatria dan pemberani berlandaskan pendidikan

Genggamlah kuat tanganmu wahai pemuda


Teriakkan secara kencang bahwa kamu bisa … Pasti bisa
Tegapkan keduanya ke atas buktikan kamu pantas
Hingga awan menyaksikan dan memberi kemudahan

Hentakkan kedua kakimu dengan gagah dan melangkahlah


Yakin kekuatan itu akan berani menyelami lautan
Menyebrangi luasnya samudra perjuangan
Sekalipun mendaki gunung yang tinggi menjulang
Siap dipertaruhkan untuk menjemput kemenangan

Berkat pendidikan yang membentuk karakter-karakter yang siap bertarung


Berkat motivasi tinggi terbentuk dengan baik semangat diri
Teruslah maju dengan ilmu yang telah mendarah daging itu
Hingga darah merah mengalir berkorban di jalan yang di ridhoi-Nya

37. Tiada Lelah Meraih Pendidikan


Bersama cahaya mentari pagi harapan menyapa
Para penuntut ilmu telah siap siaga mengenakan tameng peraihnya
Di tengah sulitnya kehidupan di kota metropolitan
Menggugah semangat yang luntur menjadi gigih ceria

Anak-anak kecil itu tersenyum ria mengiringi langkah kakinya


Menuju tempat tujuan yang berilmu
Mengenakan seragam lusuh tak menyurutkan perjuangan
Menyusuri setapak jalan yang tak jarang ketika hujan air menggenang
Percikan air lumpur mengotori seragam terbaiknya

Semangat menuntut ilmu sebagai penerangnya kelak


Memahami pentingnya pendidikan untuk menghantarkan harapan
Tak ingin mensiakan hal yang sudah diberikan tuhan
Semua akan digunakan untuk mengubah keadaan ke depan

Tak gentar akan cemoohan yang menghampiri diri


Ruang kosong kesuksesan itu telah menunggumu wahai para penuntut ilmu
Jangan hiraukan segala sesuatu yang menghiraukan niatan
Atau lenyap ditelan jurang yang sangat seram

Baca Juga: 6 Contoh Puisi Anak SD Kelas 5 dan 6


Terus hadapi pacu kuda itu lebih kencang
Agar sampai pada padang rumput yang hijau
Bahagia atas segala raih perjuangan
Tinggal menikmati kepuasan dan kesenangan

38. Aku Pasti Bisa Menggapainya

Menjadi anak desa yang jauh dari kata bahagia


Tidak menyurutkan tekadku untuk terus berpacu
Menggapai harapan melalui suatu pendidikan
Salah satu jalan untuk menggapai impian

Sulit dan berat ketika pagi hari menyapa


Dengan seadanya keadaanku kuatkan pundak ini
Menyusuri perjalanan yang sangat melelahkan
Pepohonan dan ilalang turut mengiringi langkah kaki

Berpeluh keringat membasahi tubuh yang sudah mulai lelah


Ku tepukkan dipundak dengan tegas
Ayo kamu pasti bisa mencapainya … Terus maju
Tengok alam disekitarmu turut mendoakan

Semua terasa mudah setelah lautan dalam itu aku selami


Penuh syukur pada sang pencipta alam semesta
Telah memberikan cara tersendiri hingga terekam dimemori
Terasa beda namun terasa seperti tertoreh tinta emas tersendiri

Keuletan pada harapan yang masih tersembunyi


Terbuahkan indah disuatu perguruan tinggi
Doa orang tua tidak pernah lupa teriringi
Sampai aku tergenggam berhasil meraihnya nanti

39. Cahaya hidup kita


Hadiah akademik penuh
pendidikan
kunci masa depan yang cerah dan menyenangkan
Perekat yang menggabungkan impian kita seperti jahitan

pendidikan
Jalan menuju kesuksesan ilahi
Dorongan yang mulus menuju keagungan kita

pendidikan
memberi pemikiran kita penampilan yang berbeda
Dan membantu menyingkirkan semua ketidaktahuan kita
pendidikan
Ini membawa kita ke jalan kemakmuran
Dan berikan besok kita sebuah keamanan yang terdengar
pendidikan
proses belajar mengajar
Yang akan membantu kita dalam penghasilan masa depan kita

pendidikan
membentuk karakter sejati kita adalah moto
Memimpin ke kehidupan yang sukses itu adalah faktor utama

pendidikan
Penemuan progresif diri sejati kita
Dan eksploitasi potensi diri

pendidikan
perlindungan yang lebih baik dari kebebasan daripada tentara yang berdiri
Perahu kehidupan yang melihat kita melewati hari-hari penuh badai

pendidikan
Sebuah obor kecemerlangan akademis
Dan tulang punggung ketangguhan batin

pendidikan
kunci untuk membuka pintu kebebasan emas
Dan tahapkan kita naik menjadi bintang

pendidikan
Bahan pendukung kehidupan
Tanpa itu kita tidak bisa menjalani hidup yang menyenangkan
tidak semua tentang pengetahuan kutu buku

Tapi itu juga tentang pengetahuan praktis

pendidikan
membuat seseorang berdiri di atas jari kakinya
Dan membantu seseorang untuk bertarung dengan semua musuh-musuhnya

pendidikan
Dasar yang fundamental
Untuk negara atau negara manapun

pendidikan
Garis tebal antara benar dan salah
Sebuah tangga yang membawa kita ke ketinggian tempat kita berada

pendidikan
Ibu dari semua profesi
Itu membantu memperoleh semua milik kita
Pendidikan adalah hak kita
Sebab di dalamnya masa depan kita cerah.

40. Terimakasih Guru

Seorang guru memperkenalkan kita pada visi hidup yang baru,


untuk membuat kita setajam pisau.
Seseorang yang memberi kita pemandangan baru,
untuk membuat kita mencapai ketinggian tertinggi,
untuk memberi kita penerbangan terbesar.

Jadi seorang guru


membuat manusia
yang paling cerdas dan
makhluk terhormat

Puisi Berbagi Kekuatan Seorang Guru


Seorang guru seperti lilin yang membakar dirinya sendiri untuk menerangi dunia orang lain,
orang yang membangun pilar sebuah bangsa, jadi kita harus menghormati guru.

41. Hari Guru

Hari Ini adalah Hari Guru ke-20 sejak hari saya bertemu dengan Anda.
Pada hari istimewa ini,
Aku hanya ingin memberitahumu
Anda selalu dikenang setiap hari.
Kehadiranmu membuat senyuman di wajahku,
Karena Anda istimewa bagi saya dalam segala hal.

Hanya ingin memberitahu Anda bahwa


Saya sangat bersyukur kepada Anda karena telah menjadi bagian dari hidup saya,
Bahkan dalam situasi buruk inilah yang menyebabkan saya turun.
Anda adalah kekuatan saya, pilar terkuat dalam diri saya.
Terima kasih selalu untuk berada di sana.

Hanya ingin membuat Anda ingat


Aku rindu kelasmu,
Aku rindu majelis itu,
Aku rindu salam dan coklat itu,
Aku rindu sekolah, koridor itu,
Dan ya, aku merindukanmu.

Saya tahu waktunya telah berubah, tahun-tahun sudah berlalu.


Kuharap takdirnya bisa diulang lagi dan aku bisa bertemu denganmu lagi.

Saya berdoa semoga Tuhanku memberikan berkah tanpa akhir kepada Anda.

42. SELAMAT HARI GURU

ni adalah Hari Guru ke-20 sejak hari saya bertemu dengan Anda.
Pada hari istimewa ini,
Aku hanya ingin memberitahumu
Anda selalu dikenang setiap hari.
Kehadiranmu membuat senyuman di wajahku,
Karena Anda istimewa bagi saya dalam segala hal.

Hanya ingin memberitahu Anda bahwa


Saya sangat bersyukur kepada Anda karena telah menjadi bagian dari hidup saya,
Bahkan dalam situasi buruk inilah yang menyebabkan saya turun.
Anda adalah kekuatan saya, pilar terkuat dalam diri saya.
Terima kasih selalu untuk berada di sana.
Hanya ingin membuat Anda ingat
Aku rindu kelasmu,
Aku rindu majelis itu,
Aku rindu salam dan coklat itu,
Aku rindu sekolah, koridor itu,
Dan ya, aku merindukanmu.

Saya tahu waktunya telah berubah, tahun-tahun sudah berlalu.


Kuharap takdirnya bisa diulang lagi dan aku bisa bertemu denganmu lagi.

Saya berdoa semoga Tuhanku memberikan berkah tanpa akhir kepada Anda.
SELAMAT HARI GURU

43. Guruku

Saya bertanya padanya,


Mengapa kamu begitu lembut?
Dan dia menjawab,
Untuk membuat Anda damai!
Saya bertanya padanya,
Mengapa kamu begitu ramah?
Dan dia menjawab,
Sehingga kamu belajar pertemanan!
Saya bertanya padanya,
Kenapa kamu sangat mencemaskan saya?
Dan dia menjawab,
Sehingga Anda belajar untuk peduli!
Saya bertanya padanya,
Kenapa kamu sangat sopan?
Dan dia menjawab,
Sehingga Anda belajar kesopanan!
Saya bertanya padanya,
Mengapa kamu begitu menggembirakan?
Dan dia menjawab,
Sehingga Anda mendapatkan kepercayaan diri!
Saya bertanya padanya,
Mengapa Anda begitu toleran?
Dan dia menjawab,
Sehingga Anda belajar bersabar!
Saya bertanya padanya,
Mengapa kamu memaafkan saya setiap saat?
Dan dia menjawab,
Untuk membuat Anda menyadari nilai pengampunan!
Saya bertanya padanya,
Mengapa kamu begitu setia?
Dan dia menjawab,
Sehingga Anda belajar untuk percaya!
Saya bertanya padanya,
Mengapa kamu begitu positif?
Dan dia menjawab,
Sehingga Anda belajar mencari harapan!
Saya bertanya padanya,
Kenapa kamu begitu sempurna?
Dan dia menjawab,
Untuk membuat Anda sempurna!
Lalu aku bertanya padanya,
Mengapa Anda meninggalkan aku?
Dan sambil tersenyum, dia menjawab,
Sehingga Anda menjadi mandiri!
Dengan marah, aku bertanya padanya,
Mengapa Anda membiarkan saya mengembangkan ikatan kekal yang tak terputus dengan
Anda?
Dan dia menjawab,
Sehingga Anda memiliki seseorang untuk berbagi masalah dengan Anda!

44. Pendidikan Indonesia


Jauh disana,
Mereka tak mengenal angka
bahkan huruf pun mereka buta
Kita disini menikmati gemerlap dunia
Lupa bahwa ada yang tengah dilanda kebodohan nyata

Di sana, sangat jauh disana


Mereka berjalan menyusuri hutan
Menerjang sungai
Tuk skedar duduk di rumah reyot
Menanti guru memberi curahan ilmu

Di sini,
Bahkan jarak tak lagi berjarak
Kuda mesin menjadi pengantar setia
Bahkan disini
Gedung megah bertingkat mewah
Namun kian tak beradab

Wahai Indonesiaku
Wahai para wakil wakyat
Kapan kalian mewakili kami
Saat kami tertatih demi mengerti bahasa
Saat kami tersingkir karena sarana
Kalian lihai memainkan kata
Menipu angka
Membawa hak kami kedalam perut kalian

Neraka menjadi akhir kalian


Yang tega bersenang dengan harta kami
Hingga kami tersusah di terjang kemiskinan
Pendidikan macam apa ini
Yang terdidik justru menghardik
Yang pintar justru semakin liar
Dan yang papa kian tak tersuarakan

45. Sekolah
Lambat menjalar waktu
Suasana hening dalam kekhusu’an menggali ilmu
Sekolahku, gudang ilmuku
Perantara Tuhan dan Kewujudan ALamku

Engkau semakin reot


Tapi ilmu yang menjadi isi mu
Tak pudar dengan segala rintangan
Meski berbilik kayu berlantai tanah
Engkau tetap menjadi tempatku mengabdi ilmu

Wahai yang disana,


Yang duduk mewakili  rakyat ( Katanya )
Lihatlah kami disini
Menahan dingin saat angin menerpa
Menahan dingin saat air membanjir mengalir

Wahai Yang duduk di atas pangkat


Cobalah tengok Rakyatmu disini
Kemana guru – guru kami
Yang lama tak kau gaji
Kemana suasana nyaman belajar
Saat kami ingin impian dapat kami kejar
Dimana pendidikan kalian
Atau tahta telah melupakan janji – janji
Hingga kemudian para siswa mati
Dalam kebodohan dan kejahilan

46. Di Antara Dua


Di antara dua, aku harus memilih
Entah satu baik atau buruk
Aku tak bisa berdiri di antara keduanya
Dan aku menentukannya

Di antara dua, aku harus masuk


Entah satu mudah atau sulit
Aku tak bisa bergelut di antara keduanya
Dan aku meratapinya

Di antara dua,aku harus berjuang


Entah satu manis atau pahit
Aku tak berhenti meraih satunya
Dan aku tak ingin kalah

47. Potret Suram Pendidikan di Negeriku


 
Setiap pagi kau torehkan senyum dan menyapa
Kau limpahkan ilmu tiada tara
Kau lapangkan dada hadapi langkah-langkah yang tak teratur
Kau letih ?
Kau lelah ?
Kau bosan ?
Tentu tak pernah menyelinap dalam jiwamu
Saat kau menegur dan memberi nasehat
Mereka tak mendengar
Kenapa?
Wahai generasi penerus negeri ini
Kenapa kalian begitu kejam 
Membalas jasanya dengan air tuba
Tak ada lagi bilik hati untuk menghargai
Tak ada lagi angan seperti padi
Hanya ada potret suram dan kelam
Menoreh luka dunia pendidikan
Ilmu kalian abaikan dan etika kalian lupakan
Wahai generasi penerus negeri ini 
Bangunlah dari keangakuhan yang membelenggu
Jadilah kesatria muda yang berjiwa pancasila
Dan
Berbudi Pekerti
 
 
 
48. Tangisan Anak Bangsa di Penghujung Senja
 
Pagi yang indah kini menjadi kelam
Senja yang merona kini menjadi gelap
Malam penuh mimpi kini menjadi sepi
Harapan hidup kami telah melayang
Apa yang kalian mau ?
Kalian renggut kehormatan kami
Kalian rebut masa depan kami
Kalian tumpahkan ribuan tamparan
Kami hanya ingin tertawa
Kami hanya ingin bermimpi
Kami hanyalah seorang anak yang tak berdaya
Tolong.....lindungi kami
Gelas-gelas kebahagian kalian pecahkan
Air mata penderitaan kami bercucuran
Kalian tinggalkan lukisan siksaan di tubuh kami
Kami bagaikan daun kering yang tak berharga
Kami hanya bisa meronta diujung senja
Menangisi tingkah tak bermoral kalian
Sayangi kami....
Kasihi kami....
Sepeti senja yang menghantarkan malam
 
 
 
49. Harapan di Akhir Agustus
 
Aku hidup dihari ini bukan kemarin 
Ataupun esok...
Aku berdiri diantara batas persimpangan
Masa lalu dan masa depan
Di penghujung agustus hujan turun 
Mengguyur kisah semalam
Setetes demi setetes air harapan mengalir
Dalam ragaku
Tak satupun sepintas cahaya yang
Menyinari...
Bahkan aku tak menggenggam payung harapan
Disaat impian turun tak terbendung
Inginku teriakkan semua harapan
Mengurai kata yang tak tersampaikan
Berharap terbaca oleh derasnya hujan
Agustus berakhir seperkian jam lagi
Namun...
Perjuangan menggenggam harapan
Takkan berakhir di goresan pena ini 
50. Ilmu, Bukan Ambisi
***
Jauh di seberang sana ilmu menunggumu
Histeris dalam geliat durja
Berduri menusuk asa
menukik juang nurani

Ilmu masih bermukim di balik niat


Segala ada dan siap jadi cerita
Bersimfoni pada jiwa petarung
Selalu menyelimuti…

Ilmu ingin berkisah pada setiap insan


Di pembesukan dinding sekolah
Di guru-guru semesta
Di alam penuh warna

Ilmu selalu berkata-kata


Berucap dan didengar
Membaca dan menulis hikayat
Tidak berdiam menyudut malam

Ilmu bukan ambisi


Ilmu mengisi dan terisi
Kian menambah dan merendah
Tak pernah habis di tiup ingatan

Ilmu suka di dekati


Namun enggan menyakiti
Hanya tulus yang merenggutnya

51. Pena Hitam


Ayam mencuat kokok di kala pagi
Sang mentari bangun meyejukkan hati
Membawa daku ingin mandi
Hasrat pun tak terbendung
Membawa maksud untuk mengepung
Berbagai ilmu yang menggunung
Ke sekolah daku berangkat
Tak lupa tas aku angkat
Pena hitam pun ikut mangkat
Dan kugoreskan dengan singkat
Daku ingin dapat cepat
Tidak mau dengan lambat
Pena hitam mengubah nasib
dengan makrifat.
52. Kemerdekaan Indonesia
Aku bisa tertawa
Aku bisa bergaya
Aku bisa berpesta
Aku bisa tamasya
Karena Indonesia telah merdeka
Kemerdekaan yang mahal harganya
yang tak dapat diukur dengan harta
sekalipun segunung, sepulau bahkan sebenua
Kini kewajibanku sebagai anak bangsa
Belajar tekun untuk membangun bangsa
Agar nanti menjadi negara yang kaya raya
Aku ingin….
Pahlawan yang telah gugur dahulu
dapat tertawa lega melihat anak cucunya bahagia
Mereka dapat tidur nyenyak di sisi-Nya

53. Bangunlah Ibu Pertiwiku


Kami saksikan suasana luka lara
menerpa Ibu Pertiwi
Kami tak habis pikir
Apa gerangan engkau bersedih
Mengapa keadaanmu begitu mengkhawatirkan
begitu mencemaskan
Kami tahu kami begitu durhaka
Tak pernah berbakti kepadamu
Kerusakan, perpecahan, pertikaian
,banyak kami lakukan
Dan hanyalah maaf yang dapat kami pinta
Selagi engkau masih mau menerima
Di hati kami tak ada bisikan selain minta maaf ,
dan menyaksikan engkau bangun
melawan keruntuhan itu
54. Suara Hati Untuk Bangsa Penjajah
Menangis pedih hati ini teringat
Merintih perih jiwa ini terngiang
Masa masa di mana semua orang tak punya kebebasan
Hari –Hari di kala semua tercengkal oleh aturan kejam
Wahai bangsa penjajah dimana hati nuranimu?
Apakah engkau tidak mempunyai mata hati ?
Dimana sebenarya rasa kemanusiaanmu berada ?
Sungguh kejam kau perbuat waktu itu
Manusia kau perlakukan seperti binatang
Kau pekerjakan paksa orang – orang tak berdosa
Mereka menangis, merintih , dan menahan keluh
Dan kau diam saja lagi senang
Memang,sudah sepantasnyalah engkau binasa dari muka bumi ini

55. Ayo Membaca
Sesobek kertas telah diberikan
Seuntai tulisan juga berada di dalamnya
Duhai anak yang malang
Kenapa engkau diam saja ?
Kenapa kertas itu hanya kau simpan ?
Sungguh banyak harapan terpendam
Ilmu maha luas telah tertuliskan
Namun sayang kau malas membaca
Dunia begitu luas ilmu pun begitu terbentang
Sungguh dunia telah berkata,
Kau ingin tahu isiku ?
Kau ingin mengerti apa tentang dunia ini ?
Malang beribu malang kau malas membaca
Duhai anak yang malang
Bangkitlah sekarang
Wawasan luas telah menantimu
Lawanlah jiwa kotormu itu
Tuk mencapai impianmu
56. Surat Tuk Bapak Presiden
Hari ini Indonesia merintih
Berita demi berita hanyalah berisi kepedihan
Begitu banyak rakyat menderita
Sungguh berat beban hidup ini
Bapak presiden kenapa sekolah ini mahal ?
Kenapa banyak rakyat miskin tak bisa bersekolah
Kenapa sembako dan BBM merangkak naik
Sungguh pilu hati ini melihatnya
Bapak presiden marilah kita gandengkan tangan,
Rekatkan barisan , ambilah jalan yang terbaik
Berilah kemudahan bagi siswa – siswi Indonesia
Berilah kelapangan bagi rakyat – rakyat miskin
Bapak presiden kami kan bersatu,
tapi kuasa ada di tanganmu

57. Manusia Sabang dan Merauke


Ketika menunjuk ujung barat Indonesia
Ketika menunjuk ujung timur Indonesia
Mata ini tak lepas lepasnya membelalak
mengikuti putaran irama yang sedang membiak
Megah memang di sebelah barat
namun lusuh mungkin di sebelah timur
Lurus mungkin disebelah barat
namun keriting tapi di sebelah timur
Apa mau dikata dan siapa mau menyangka
Sabang dan merauke adalah putih dengan hitam
Namun Indonesia adalah abu-abu
Dimana putih telah tumpah dengan hitam

58. Kota Pendidikan
Di tempat ini kami lahir
Di tanah ini kami besar
Sejarah bicara dan kami menyaksikan
Kau tumbuh dengan timbunan pengalaman dan pengetahuan
Dan kini kau wariskan pada kami anak bangsa
Kota budaya, kota etika, kota pendidikan
tersandangkan di tanahmu
Bendera kalimat itu sulit
memang dipertahankan
Kini tersaksikan hanya segelintir saja
yang berkibar di udara
Apa ditanya ?, mengapa ini terjadi dan berbalik nyata ?
Manusia Jogja ada dimana ?

59. Serdadu Proklamasi
Terngiang – ngiang sudah
Puluhan tahun begitu membekas
Semangatmu tertancap kuat hingga sekarang
Tidak pernah terpikirkan
Apa jadinya bila serdadu itu hilang
Proklamasi tidak akan menggema
Serdadu proklamasi tancapan kuat proklamasimu
menorehkan barisan berapi – api
Perjuangan itu menjalar hingga sekarang
Kobaran nasionalismemu
membawa bangsa ini hingga merdeka
Oh, serdadu proklamasi
maafkanlah kami,jika sekarang perjuangan itu
tersendat bagaikan kereta yang macet

60. Untukmu Kartiniku
Masa penjajahan membelenggu bangsa Indonesia
Masa penindasan begitu mencekal rakyat
Tak ada kebebasan pada waktu itu
Tak ada kelapangan di zaman itu
Semua hidup dalam tekanan
Wanita – wanita tak boleh bersekolah
Wanita – wanita tak diberi kebebasan
Wanita- wanita dikurung di dalam rumah
Ibarat katak berada dalam tempurung
Hanya kekhawatiran yang ada pada waktu itu
Hanya kecemasan yang ada pada saat itu
Seolah menandakan wanita Indonesia tak mampu bangkit
Adalah sebuah keberanian melawan arus
Melakukan secara diam – diam
Merombak total pemikiran wanita Indonesia
Menuai hasil dimasa sekarang, terima kasih Kartiniku !

61. Majulah Terus Siswa Indonesia


Dengar, dengar, dengarlah isi tulisan ini
Hanya kepadamu harapan ku sandangkan
Hanya kepadamu cita- cita dipertaruhkan
Tak ada sesuatu yang tak mungkin bagimu
Bangkitlah melawan arus yang terus mendera
Kuasailah dirimu dengan sikap optimis
Paculah laju kudamu sekencang-kencangnya
Lawanlah bebatuan terjal yang mengusik di jalanan
Ingat, Engkau adalah harapan, engkau adalah masa depan
Masa depan ada di tanganmu
Harapan terpendam ada di pundakmu
Nasib bangsa engkau yang menentukan

62. Pahlawan Pendidikan
Jika dunia kami yang dulu kosong
tak pernah kau isi
Mungkin hanya ada warna hampa, gelap
tak bisa apa-apa, tak bisa kemana-mana
Tapi kini dunia kami penuh warna
Dengan goresan garis-garis, juga kata
Yang dulu hanya jadi mimpi
Kini mulai terlihat bukan lagi mimpi
Itu karena kau yang mengajarkan
Tentang mana warna yang indah
Tentang garis yang harus dilukis
Juga tentang kata yang harus dibaca
Terimakasih guruku dari hatiku
Untuk semua pejuang pendidikan
Dengan pendidikanlah kita bisa memperbaiki bangsa
Dengan pendidikanlah nasib kita bisa dirubah
Apa yang tak mungkin kau jadikan mungkin
Hanya ucapan terakhir dari mulutku
Di hari pendidikan nasional ini
Gempitakanlah selalu jiwamu
wahai pejuang pendidikan Indonesia

63. Menulis Itu Indah


Hai bocah kecil……
Angkatlah pena itu dan
goreskanlah keinginanmu dengan jelas
Tuliskan apa saja yang kau ingin
dan harapkan
Tak usahlah kau takut mengotori kertas itu
Kertas itu nanti memang jadi kotor
Dan kotor di kertas itu
Akan membantu dalam mewujudkan cita-citamu
Apakah kau tidak tahu
Tulisanmu adalah harta bagi siapa saja
yang membacanya

64. Sumpah pemuda
Wahai para pemuda pendahulu…..
Yang telah hidup puluhan tahun berlalu
Yang telah membuat semua bersatu
Mengabadikan lentera nusantaramu
Di kala sekarang telah tiada
Gema janji sumpahmu tetap masih meraung
Meraung keras di seluruh penjuru sudut bangsa ini
28 oktober, karenamu pemuda Indonesia melebur
Menjadi sebuah pedang yang diasah tajam
Dan siap di gunakan untuk mengisi kemerdekaan ini
Terima kasih sumpahmu
28 oktober kan kugemakan slalu sampai nanti
mentari tenggelam di seberang timur

65. Terlambat sekolah
Burung telah bernyanyi di kala pagi
Menyanyikan lagu semangat tuk menanti hari berseri
Dan bedalah manusia dengan burung itu
Di balik selimut manusia bersembunyi
Menyenyakkan diri melupakan kewajiban hati
Aku tidaklah beda masih demikian
Kemalasan telah meracuniku
Hingga aku tak bisa berbuat banyak
Kesekolah tidak bisa datang tepat
Aku kalah dengan seekor burung
Hingga malupun aku dapat

66. Sekolahku Sehat
Sekolahku yang sehat
Betapa ku mencintaimu
Terimakasih kawan kawanku
Yang telah membersihkannya
Akan ku kenang engkau
Sekarang sekolahku indah dan sehat
Betapa aku senang
Ini semua karena keikhlasanmu yang menggema

67. Pahlawan
Oh, pahlawan
Engakulah yang melindungi bangsa
Tiada engkau, tiada kebebasan
Karenamu bangsa bebas dari penjajah
Sekarang tiada engkau lagi
Dan bangsa harus tetap bersatu
Ku akan merindukanmu selalu
Karena namamu tetap harum menyatu di kalbu

68. Untukmu Guru Bangsa


Guru…….
Engakulah pengajar kami
Engkau ajarkan ilmumu untuk kami
Tiada bosan bosan engkau mengajar
Dengan penuh kesabaran
Guru ………..
Engkau mengajar dengan ikhlas
Engkaulah pendidik putra putri bangsa
Jasamu kepada kami sungguh besar
Hingga aku menjadi pandai dan pintar

69. Indonesiaku
Angin berdesir di pantai
Angin berdesir sepoi-sepoi
Burung pun ikut berkicau dengan merdu
Di atas pantaiku
Sawahnya yang hijau terbentang luas
Gunungnya tinggi menjulang
Itulah Indonesiaku
Disanalah aku dilahirkan dan dibesarkan
Di sanalah aku akhir menutup mata

70. Guruku
Terima kasih guruku
Kau telah memberiku pendidikan
Sungguh senangnya aku
Mendapat ilmu karena pendidikanmu
Engkau adalah pahlawan tanpa tanda jasa
Aku ingin sepertimu
Walau kau keras kepadaku
Aku tau kau sangat sayang padaku
Terima 
71. Pahlawan Kehidupan
Karya : Nur Wachid

Ku lihat kau berbuat


Ku dengar kau berbicara
Ku rasakan kau merasakan
              Mata binar tak khayal menjadi panutan
              Sejuk terasa haluan kata – katamu
              Menjadi sugesti pada diri kami
              Hingga jiwa ini tak sanggup berlari
              Menjauhi jalan hakiki
Lelah dirimu tak kau risaukan
Hiruk pikuk kehidupan mengharu biru
Itu jasa tentang pengabdian
Bukan jasa tentang perekonomian
Semangatmu menjadi penghidupan
Untuk kami menjalani kehidupan
              Jangan pernah kau bosan
              Jadi haluan panutan
              Meski pertiwi dalam kesengsaraan
              Kaulah pelita cahaya kehidupan
Terima kasih untukmu
Sang pahlawan kehidupan
72. Aku
Karya : Nur Wachid

Aku berdiri ditengah penjuru


Aku besar dengan nama itu
Aku bukan manusia
Aku hanya sebuah kata
              Namaku lambang kecerdasan
              Namaku membunuh kebodohan
              Betapa hebatnya aku ?
              Tak ada yang menandingiku
Sampai ini ku tak merasa hebat
Ini kali ku menangis
Bukan yang pertama
Bukan yang kedua
              Tiada pemakai namaku
              Yang menjadikanku hebat
              Disana – sini kebodohan
              Belum terbunuh olehku
              Tangisan ini penuh pilu
              Belum banyak kecerdasan
              Yang bertaburan
Jadilah pahlawanku anak negeri
Hentikan pilu tangisku
Buatlah aku tersenyum
Merasa bangga akan namaku
73. Lilin Kegelapan
Karya : Nur Wachid  

Titik air menitik


Berbaris jarum jam berdetik
Tak henti dalam putaran waktu
Menembus masuk roda itu
              Menjadi pilar generasi penerus
              Bermuara menjelma sebagai arus
              Berbaris ditengah tangisan pertiwi
              Tak buat henti langkahkan kaki
              Baktiku hanya tuk negeri ini
              Ku akan jadi lilin ditengah kegelapan
              Melawan segala kemunafikan
              Semangatku bagai pejuang 45’
              Penerus cita – cita pahlawan kita
Wahai sang guruku
Tuntunlah aku menjadi aku
Jasamu tak tampak mata
Berwujud dalam hati sanubari
              Titik air menitik
              Ilmu mu kan ku petik
              Bukan buat negara munafik
74. Baca Tulis
Karya : Nur Wachid

Senja meradang kerinduan


Goresan pena menyayat kalbu
Tangisanku tak membuat pilu
Hei .. wahai pemimpinku
Pandanglah aku yang kusut ini
Duduk di sekolah ku tak bisa
Bagaimana ku tak bisa bodoh ?
Hiduppun beralas tanah
Tidurpun beratap langit
Ahhh,....
Bosan ku tak dapat membaca
Bingung ku tak dapat menulis
Seandainya ada pemimpin menangis
Pasti ku dapat baca tulis
75. Do’a dan Harapku
Karya : Nur Wachid

Fajar pagi tampak layuh


Sinarnya tak tampak
Jangan kau melihat itu
Bagiku itu palsu
Ku hanya ingin semangatmu
Bukan ingin egomu
Langkahkan kakimu anak didikku
Cepat dan semakin cepat
Sekali jangan buat lambat
Beribu – ribu kata akan tersendat
Besar sungguh harapku
Pada anak berpacu dengan waktu
Do’a ku selalu iringi langkahmu

76. Pejuang Modern

Kamilah pejuang masa kini


Badan kami tidaklah kekar
Bambu runcing tidak digunakan lagi di sini
Dan semboyan ‘Merdeka Atau Mati’ sudah tidak menggema lagi
Kami menggunakan otak
Namun sepertinya otak itu sudah tumpul
Dijejali sesuatu yang bernama ilmu tiada henti
Entah untuk apa ilmu itu nanti
Bolpoin tinta hitam adalah senjata kami
Digunakan untuk mencatat, mencatat, dan mencatat
Namun sepertinya dia sudah bosan
Digores untuk mengukir sesuatu yang sulit dicerna otak
Dan semboyan itu sudah tidak menggema lagi
Bukan karena kemerdekaan telah diraih
Namun karena sudah bosan
Seperti melakukan pekerjaan tak bermanfaat
Kemeja putih dan bawahan abu-abu melekat
Semakin mewakili kehidupan kami yang kelabu
Menanti sesuatu yang tidak pasti
Ada yang bilang, kamilah generasi penerus bangsa
Namun kami tidak merasa dipersiapkan untuk meneruskannya
Nasionalisme kami telah terkikis oleh egoisme sang penguasa
77. PUISI UNTUK GURU
Karya : Yuli Maulidiawati

Engkau bagaikan cahaya


Yang menerangi jiwa
Dari segala gelap dunia
Engkau adalah setetes embun
Yang menyejukan hati
Hati yang ditikam kebodohan
Sungguh mulia tugasmu Guru
Tugas yang sangat besar
Guru engkau adalah pahlawanku
Yang tidak mengharapkan balasan
Segala yang engkau lakukan
Engkau lakukan dengan ikhlas
Guru jasamu takkan kulupa
Guru ingin ingin kuucapkan
Terimakasih atas semua jasamu              

78. Pahlkawan Tiada Kenal Lelah


Terbentang dihadapan mata
Ku mulai melihatnya
Tatapan wajah sumringah
Didalam kelas berkaca-kaca

Begitu trampil dalam mengajar


Membimbing tiada lelah
Tiada kenal asa
Walau tanpa tanda jasa

Guru…………………….???
Mereka hanyalah manusia biasa
Tapi megapa dia tiada punyai rasa jenuh
Dalam menyajikan ilmu
Begitu banyak jasa-jasanya
Begitu curah kasih sayang nya
Tapi mengapa slalu saja
Tak pernah dihargai anak didiknya????

 
79. Bekas Guruku!

Ibu dan Bapak guru…

Sampai saat ini, suaramu masih terngiang


Caramu, gayamu, dan candaanmu
Sabar menghadapi kami
Tabah dengan kenakalan kami

Enam tahun bersama


Hampir setiap hari bertatap muka
Tidak hilang rasa hormatku untukmu

Bapak… Ibu… guruku…

Sedih rasanya jika ada murid


Menyebutmu dengan kata bekas guru
Pilu rasanya hati ini mendengarnya

Sampai nanti aku dewasa


Jasamu…
Rasa sayangmu…
Juga rasa hormatku…
Tidak akan pudar.

Ibu.. Bapak guruku…

Engkau bukan mantan guruku!


Tapi sodaraku!
80. Kritik Manusia Berilmu

Yang ku tahu ilmu itu cacat tanpa iman


Ia bisa membunuh sampai ke dasar hati paling dalam

Tak pandai jika engkau hanya sibuk mengais ilmu


Tanpa memupuk taqwa pada dirimu

Bodoh jika kalian hanya sibuk berburu dunia


Jika akhirnya sampai pada kemalaratan jiwa

Sudah kutungg, benar!


Sudah ku tunggu manusia berilmu yang tak meninggalkan Tuhannya

Dialah yang tak bergeming atas iming-iming napsu


Haus kering pada sebuah keselarasan
Dia yang mencintai kesusksesan dengan kikhlasan
Dialah yang beriman atas dasar ilmu dan kepercayaan

81. Kritik Pendidikan

Era ini ilmu bak biji dalam tanah


Yang jika engkau sirami dengan air keruh
Tumbuhnya hanya manusia-manusia sampah

Era ini ilmu seperti sebuah alat musik


Meski melodi indah tapi lirik tak bermakna
Lalu yang terdengar? hanya bunyi berisik
Yang justru mengusik

Era ini ilmu seperti mata pisau


Yang jika engkau tak pandai memakainya
Justru akan membawa luka pada hidupmu

82. Seribu Ekspresi Wajah Diri Pendidikan


Oleh : Nora Pramartasari

 
Ada kalanya kami tersenyum
Tatkala pendidikan dapat terraih
Ada kalanya kami merenung
Tatkala bangku pendidikan terasa amat mengenaskan
 
Ada kalanya kami tercengang
Tatkala mencari ilmu amatlah mahal
Ada kalanya kami linglung
Tatkala labilnya kurikulum tanpa bosan terus bertransformasi
 
Ada kalanya kami meradang
Tatkala perjuangan kami menuntut ilmu sia-sia
Ada kalanya kami tersedu-sedu
Tatkala mencari ilmu dirasa tak mampu
 
Ada kalanya kami berteriak
Tatkala sistem pendidikan tidak jelas
Ada kalanya kami terpuruk
Tatkala rangking pendidikan semakin mundur
 
Kini kami terbaring di antara “mundur-terpuruk”
Beribu ekspresi kami takkan cukup jelas
Kami hanya bayangan gelap pendidikan
Yang suram, tak jelas dan lemah
 
Kami sengsara, siapa mengerti
Kami kekurangan, siapa terbelas
Kami menuntut, siapa mendengar
Kami mengeluh, siapa peduli
 
Kami lelah wahai penguasa
Beribu ekspresi tercermin abstrak
Tetapi optimis tetap menggebu di dada kami
Bahwa pendidikan negeri kami takkan selamanya terpuruk
 
Kami peduli, berusaha dan berharap
Kenangan buruk pendidikan kan terhapus
Keindahan pendidikan kan menghampiri
Mengubah seribu ekspresi anak didik tersenyum

83. UJUNG MEJA REOT


Tersudut, aku hitam kelam tak dapat sayu pandangan
Memikirkan duniaku, terganti oleh kehadiran kalian
Berusaha jaya tapi merasa tidak pernah dianggap ada
Terpojok, kau yakinkan aku tak pernah berfikir
Betapa membosankan kehidupanku sejak tiupan lilin yang ke lima
Mak bapak tak pernah ingatkan apapun selain tentang bangunan tua ini
Kertas-kertas lecek bergambar merah
Nyalanya menyulut amarah bapak
Kata sayang berubah makian
Sentuhan lembut secepat kilat bermetamorfosa
Meja reot ia bertiang piala dan medali
Dia lemah, tak semegah kesombongan kilau emas dan peraknya
Aku ingin kembali sebelum angka lima
Empat tiga atau dua
Bolehkan aku tetap kecil mak?
Kecil untuk besar, dan bodoh untuk pintar, kata makku
Ahh..
Emak tak pernah salah
Gedung tua aku akan disini lama
Gambar jam dengan semua jarum diangka dua belas
Tekun kubuat mereka di atas meja dan sampul buku-buku berat
________________________________________
84. BU GURU, MAAF
Sengaja aku tidak masuk
Menahan lara kau sayat kejam
Jika harga diriku sebatas angka-angka
Nominal tinggi kau tak mampu membeli
Lupakan saja dan jangan anggap aku ada
Sebuah isyarat damai akan aku terima
Mata dibalik dua mata
Kenapa harus memandang aku
Jika baris terakhir menjadi penutup
Usaikan saja kelasku hari itu
Aku tidak ingin lagi datang
Aku senang tidak akan kembali
Taman bermain tak seindah mimpi-mimpi
Bidadari menjadi bertaring dengan kuku panjang
Kasih? ku pikir itu berlebihan
Ku benci banyak mata mengawasi
________________________________________
85. PR KEMARIN SORE
Menari-nari semua meninggalkanku
Sekuat tenaga kutangkap kujadikan menjadi satu
Menata merek menjadi rapi agar kau tak marah besok pagi
Berputar-putar mereka mengubah fantasi indah
Sekuat aku jaga tulisan itu berhamburan melempariku
Sudahlah aku menyerah
Kubawa penuh kasih ke peristirahatan
Ijinkan malam ini aku damai
Meski matahari esok awal petaka berulang
Langkah kakimu membangunkan kemarahan
Berdiri bagai benteng pertahanan tandakan kelemahan
Aku tak bisa dengan batas minimu
Begitupun kau takkan mampu menembus tentaraku
Saat aku hitam haruskah berpura-pura menjadi putih
Kurikulum menjadi petisi pengakuan kekalahanku

86. MANA GAJI KAMI?


Dalam hati yang terbayang adalah anak-anak dirumah menangis lapar
Gaduh menjadi sunyi penuh duka
Kami berdiri tegar tegak di baris paling depan
Menjadi kami benaung dalam bangunan megah tinggi
Kata mereka betapa beruntungnya ..
Sedang atap kami tak mampu menahan gerimis
Lantai berlubang tua perjuangan
Dan rumah-rumah tanpa ventilasi
Mimpi tetap terajut benang terlepas
Doa mereka kami amini
Berat beban di pundak keropos
Berdiri kokoh dalam jiwa yang doyong terhuyung lemah
Rasa lapar cambuk kesakitan
Tersenyum kami penuh ketabahan

87. SUDAH LUPAKAN


Janji mari kita buang sama-sama
Suara menggelegar ditengah pesta demokrasi
Katanya kami pengabdi, kelebihan membuat kami menjadi tuan meski tak lama
Pesta yang berakhir, kenangan menjadi hilang
Aku melupakan dan lupakan pula
Kesakitan bukan hanya milik kami, ku tahu
Ribuan kami, beberapa dari anda
Kami pelajari banyak hal untuk kembali mengajarkan
Memahami banyak masalah untuk membuat mereka mengerti
Mengukir pondasi tidak selalu akan terlihat
Seberapapun kami mengerti,sedikitpun tak ada yang dipahami
Tentang sebuah janji, lebih baik kami tuli

88. DIMANA EKOR DIMANA KEPALA


Lempeng besi
Terpanaskan menerima banyak pukulan
Samurai ku harap akhir pedih ini
Tajam, berkilau terangi Negeri
Babat kebodohan mati tebasan samurai
Percikan api terimalah
Peluh bercucuran air mata tak lagi bisa keluar
Tak ada patokan waktu ku mohon bersabarlah
Kayu bakar sedang dikumpulkan
Perih mari kita bagi rata
Aku tiga kau ambillah tiga
Pengertian aku harap, harapan kosong
Pukulan keras tak hanya di lempeng besi
Memukul satu sisi untuk melukai yang lain
Pertikaian dalam hening bersahut-sahutan
Mana kepala mana ekor
Ekor membelit kepala menggigit

89. RANTAI, KAPAN KAU PUTUS


Satu lingkar
Utuh bersambung
Kuat dan hebat terlihat bersatu
Satu lingkar kuat bersambung
Mari kita lihat ditail penyusun lingkar indah dalam dunia pendidikan kita
Rantai kokoh banyak warna berbeda
Beda warna tak sama nada
Mereka berkoloni menyuarakan nada terdengar sumbang
Bergandengan kuat, ya mereka satu warna
Beradu saing batas tegas diantara berbeda
Dalam dekat tak lagi mereka kuat
Pecah perang putus lah rantai
Pemakaman mari kita siapkan
Lebar liang kuburkan saja dalam kerukunan
Hidup berseteru, mati damai itu mungkin
Jasat hidup berpura-pura solid
Putuslah rantai bubarlah saja
Menunggu waktu liang siaga
90. ANAK KAMI
Aku satu ku harap kau tumbuh menjadi seribu
Tanah kering tak dosa memohon subur
Rentetan doa berjajar kuat dan tinggi
Siang malam Tuhan mendengarkan
Lantunan doa merambat menuju langit
Berdaun hijau berakar kuat
Pengharapan indah melihat kau berguna
Siang malam kami memanjatkan
Ribuan kata diawali oleh namamu
Menjadi besarlah keturunan dari kami yang kerdil
Menjadi luas kau yang berasal dari jiwa sempit kami
Mulia tak harus kau berasal dari benih yang terpilih
Hina kami orang tua penuh mimpi
Besok pagi bergegaslah
Tumbuh subur diatas tanah pekuburan orang tuamu
91. AKU TITIPKAN
Untuk kalian yang berpendidikan
Pemilik tugas mulia penumbuh tunas-tunas muda
Aku tulang pendek perkulit tua
Berakal kerdil,
Utara dan selatan tak tau aku akan beda
Berjalan merangkak kubawa harapanku
Tubuh besar aku semakin kurus
Tetap kuseret langkah meski kau semakin menjauh
Berat beban mereka anak-anakku
Aku yang bersuara lirih
Ajarkan lagu-lagu kebahagian kumohon
Buatlah mereka menyanyi ceria
Ku ingin mendengar mereka bersenandung meski di batas waktu
Lusuh, aku tidak berseragam
Telanjang kaki, aku bahkan tak miliki sepasang sepatu
Kepada kalian yang berpendidikan
Harta ini aku titipkan
Sebatas mimpi milikku aku percayakan
92. ANAKKU, ABCD
Memejamkan mata tak mampu aku tanpa diantar manismu
Mengakhiri hari lelah aku rangkai mimpi kemabali
Aku pastikan kau aktor utamaku nak
Gagah besar kau anak kecilku
Arungi indah bumi tinggalkan aku sendiri
Tak akan aku ikut langkah cepatmu
Aku yang tua tak akan mampu mengimbangi langka kakimu kuat muda
Jelajahilah tiap jengkal pertiwi
Selalu memelukmu akan menutup aliran telaga ilmu
Berjalanlah jauh nak
Akan kurayu Tuhan dengan memohon memberikan penjagaan
ABCD hanya itu yang dapat kuwariskan
Susunlah cerita indah dari abjad yang mampu aku hafalkan
ABCD jangan hanya kau paham itu seperti diriku
93. PAHLAWAN TANPA LENCANA
Pagi yang indah deruan angin menerpa wajah
Dingin menyelimuti cara penuh keikhlasan
Renungan cuma untuk sebuah kejayaan
Berfikir cuma untuk sebuah keberhasilan
Tiada lafaz seindah tutur katamu
Tiada penawar seindah senyuman mu
Tiada hari tanpa sebuah bakti
Menabur benih kasih tanpa rasa lelah
Hari demi hari begitu cepat berlalu
Tiada rasa jenuh terpancar di muka mu
Semangat mu tetap berkobar
Memberikan kasih sayang tak ada rasa jemu
Jika engkau bakal melangkah pergi
Ku tau langkahmu penuh pengorbanan
Jika dirimu udah tak ada dirimu kan selamanya di kenang
Kau adalah pahlawan tanpa lencana

94. GURU
Andai kata matahari tiada
Dunia akan beku dan bisu
pelangi tiada akan pernah terpancar
kehidupan tiada akan pernah terlaksana
Disaat titik kegalauan menghampiri
Terlihat setitik cahaya yang kami cari
Yang nampak dari sudut-sudut bibirmu
Dan gerak-gerik tubuhmu
Engkau sinari jalan-jalan kami yang buntu
Yang hampir menjerumuskan masa sepan kami
Engkau terangi kami dengan lentera ilmu mu
Yang tiada akan pernah sirna di terpa angin usia

Guru……..
Engkau pahlawan yang tak pernah mengharapkan balasan
Disaat kami tak mendengarkan mu
Engkau tak pernah mengeluh dan menyerah
Untuk mendidik kami
Darimu kami mengenal banyak hal
Tentang mana warna yang indah
Tentang garis yang harus di lukis
Juga tentang kata yang harus dibaca
Engkau membuat hidup kami berarti

Guru……
Tiada kata yang pantas kami ucapkan
Selain terimakasih atas semua jasa-jasa mu
Maafkan kami bila telah membuatmu kecewa
Jasa-jasa mu akan kami semat abadi sepanjang hidup kami
Terimakasih guruku, engkau pahlawan ku

95. Ki Hajar Dewantara


Ki Hajar Dewantara..

Laksana lentera dalam gulita..

Hatinya bergerak, otak berputar..


Demi pegangan hidup..

Pegangan yang memberi penerangan..

Pegangan yang menumpas kejahiliyahan..

Yaitu pendidikan..

Ki Hajar Dewantara..

Bak bunga yang selalu mekar..

Semerbak harum namamu..

Dijunjung dan dikenang jasamu..

Kharismamu, keteguhan, dan ikhlasmu..

Jadikan kami bangsa yang berilmu..

Ki Hajar Dewantara..

Budi baikmu seperti air..

Terus mengalir untuk diperjuangkan..

Hari ini, 2 Mei kami mengenangmu..

Ucapan terima kasih disaksikan merah putih..

Kami bangga jadi penerusmu..

Anak Indonesia yang cerdas dan bijaksana..

96. Guruku
Pesona indah diwajahmu..

Sinaran terang kasih dan sayangmu..

Pengabdianmu..
Pengorbananmu, oh guruku..

Kau adalah fondasi hidupku…

Fondasi yang mengantarku membangun masa depan..

Guruku…

Semerbak  harum bunga tak mampu ungkapkan budi jasamu..

Lembutnya sutera tak sebanding kesabaranmu..

Candamu, nasihatmu, ilmu yang kau beri takkan ku lupa..

Kau ajari aku mengenal isi dunia..

Mengenal angka dan huruf..

Hingga fasih berhitung dan membaca..

Guruku..

Kau laksana fajar yang selalu menjemput pagi..

Seperti embun yang menyejukkan hati..

Bak mentari yang menghangatkan diri..

Bimbing aku teruskan pengabdianmu wahai guruku..

Agar aku menjadi kejora nan indah dan mutiara yang kuat..

Untuk hidupku dan bakti negaraku, terima kasih guruku..

97. Ilmu Sepanjang Hayat


Apakah yg hendak diraih asa?
Bumi? Langit? Atau bahkan galaksi?
Berapa langkah yang sudah diderap untuk mengejarnya?
Seratus? Selaksa? Semilyar?

Hasrat tak kan membubung jika disekap


Jika ditahan dalam lubuk, tak kan menjelma dia
Perlu tekad yang tercogok dalam hati
Melampaikan gelora di sepanjang galur hidup

Kaislah faedah, incar hingga cakrawala nadi


Pantangkan berkata sudah
Sebelum pundi-pundi tercurah
Membebaskan belenggu keawaman

Lucuti semua beban


Yang bergelayut menahan langkah
Kibas, hempaskan!
Pegang erat kemudi, arahkan ke tujuan

Selami tiap fase yang bergulir


Dari pagi hingga senja
Sejak kanak-kanak hingga mata mengatup
Di setiap anak tangga, pencapaian selalu menanti

Usah gentar karena halilintar


Gelegarnya hanya sesaat saja
Jangan kecut karena dipecut
Larimu harus semakin kencang
Kencang….meraih impian nan mulia

Dekaplah ilmu dengan awas


Agar tepat ia mengarahkan jalan
Menyingkapkan kebenaran di antara generasi
Dan tidak berubah rupanya jadi senjata penghancur
Jakarta, Juli 2018
98. BINTANG

Kupandang diatas awan ku tau bintang melambai


Ku ulur tangan menggapai tetapi tiada sampai
Ku tau bintang menunggu namun apa dayaku
Ku hanya mampu menatap didalam tatapan sayu

Bintang jangan kau menangis


Bintang jangan kau bersedih
Tiada mampu ku kesana
Walau sudah ku rencana…..bintang……..

Cahayamu indah menerangi buana


Pesonamu membuat ku bersinar
Gemerlap mu membuatku haru dalam keremangan
Idahmu tiada bandingan

Mendung berarak perlahan


Ingin memisahkan ku dari cahayamu
Ku hanya mampu berdo’a mendung cepat berlalu
Bintang tetap bersinar walaupun jauh dari pandangan.

99. MATAHARI BELUM TERBENAM

Ku isi tinta bukan untuk menulis


Ku menulis bukan untuk melukis
ku melukis bukan untuk seni
Ku seni tetapi berisi

Taman pintar bukan tempat pacar


Study tour bukan rekreasi
Mengajar bukan menghajar
Pendidikan bukan usaha

Ini dunia anak


mereka kudu begini begene begetu
mau jadikan apa mereka?
jujur saja aku kecewa

lantas seperti apa wujud pendidikan itu


aku pun tak bisa menjawab
lawong aku bukan guru
aku hanya pujangga yang bisa merangkai kata

anak itu ibarat kertas


yang selalu kutulis dan ku isi
dengan coretan-coretan bermakna

selanjutnya . . .
bukan pintar otak tapi pintar ahlak
bukan bertopeng agama tapi durhakan
100. PENDIDIKAN

Saat aku termenung dibawah panas matahari yang membakar kulitku, 


ada sebuah pengharapan yang terpendam dalam jiwaku, 
saat aku melihat canda tawa mereka,
ada sebuah keinginan untuk bergabung dengan mereka.

Wahai pendidikan......
seandainya engkau mengerti isi hatiku,
aku juga ingin seperti mereka,
aku juga ingin sekolah.

Wahai pendidikan....
seandainya engkau se0rang manusia, 
aku akan berusaha mengaduh padamu,
dan akan mengatakan kalau aku ingin belajar seperti mereka.

Wahai pendidikan....
apakah aku pantas untuk mendapatkan itu,
keluarga saja aku tidak punya,
uang saja aku tidak punya.

Wahai pendidikan....
aku akan selalu setia menunggumu di luar pagar ini.
Cipt : Adriana Yogi

Anda mungkin juga menyukai