Anda di halaman 1dari 12

Disusun oleh:

Dinda Nur Rahmah (2282200068)


Iim Khotimah (2282200026)
Salsabila Fitriani (2282200020)
Mata Kuliah : Kimia Fisika (Kinetika Kimia)

Pendidikan Kimia, Kelas A


Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Table of Content

Pendahuluan Dasar teori dan Metode


Penelitian

Hasil Penelitian Kesimpulan


Pendahuluan
Perkembangan teknologi telah merubah kehidupan manusia secara
revolusioner dan menyeluruh ke arah yang lebih baik. Perubahan besar yang terjadi
di bidang industri, transportasi serta komunikasi ini telah memberikan berbagai
dampak terhadap aspek kehidupan manusia, baik dampak positif ataupun dampak
negativenya.
Dampak positif yang luar biasa dirasakan pada bidang kesehatan, sosial,
ekonomi, budaya serta berbagai aspek kehidupan. Untuk dampak negative ini
seperti pencemaran lingkungan, dimana dapat mengancam kesehatan manusia dan
terjadi penularan penyakit.
Akibatnya kini masyarakat cenderung memakai kembali bahan alami pada
berbagai bidang, dengan salah satu bahan alami yang digunakan yaitu kitosan.
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh dari temperatur
dan waktu terhadap laju depolimerisasi kitosan dari berat molekul tinggi ke
rendah, serta mengaplikasikan data percobaan ke dalam permodelan kinetika
reaksi hidrolisa dari variasi LMWCs (Low Molecular Weight Chitosan) yang
diinginkan ( + 20 kDa).
Dasar Teori
Kinetika kimia merupakan cabang dari kimia
fisika yang mempelajari sistem kimia yang tergantung
Orde reaksi adalah jumlah eksponen faktor konsentrasi yang
pada waktu, seperti sistem yang memiliki komposisi kimia terdapat di dalam hukum laju reaksi itu. seperti :
yang berubah selama periode waktu tertentu. Kinetika
kimia membahas terkait dinamika reaksi yang meliputi 5 Br- + BrO3- + 6H+ → 3 Br2 + 2 H2O
laju reaksi, orde reaksi yang diperoleh melalui hasil
percobaan, hukum atau persamaan laju reaksi, konstanta
laju serta mekanisme reaksi.(Mon et al., 2012)

= k [BrO3-] [Br-] [H+]2


𝑑[𝐵𝑟𝑂3 ]
Laju reaksi dalam sistem tertutup yang Maka : r = −
konstan didefinisikan secara sederhana sebagai 𝑑𝑡
perubahan konsentrasi dari reaktan atau produk dalam
setiap satuan waktu. Mekanisme reaksi dapat diramalkan
dengan bantuan pengamatan dan pengukuran besaran
Keseluruhannya, orde reaksi adalah empat yaitu orde satu terhadap [BrO3-] dan
termodinamika dari suatu reaksi, dengan mengamati
arah jalannya reaktan maupun produk suatu sistem. [Br-], kemudian orde dua terhadap [H+]. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju
Syarat untuk terjadinya suatu reaksi kimia ialah apabila reaksi yaitu : konsentrasi, kondisi fisika, intensitas radiasi, dan sifat-sifat pelarut.
terjadi penurunan energi bebas (∆G < 0).
(Siregar, 2008)
Dasar Teori

Kitosan merupakan biopolimer karbohidrat alami


yang berasal dari kerangka luar hewan crustacea yang Setelah proses hidrolisis berakhir, dilakukan netralisasi
memiliki manfaat penting dalam bidang kesehatan. Kualitas dengan menambahkan larutan NaOH. Padatan yang
dan pemanfaatan kitosan tergantung pada berat molekul dan diperoleh kemudian disaring, dicuci dengan aquades dan
derajat deasetilasinya. Proses hidrolisa kitosan dilakukan dikeringkan.Semakin tinggi temperatur hidrolisis, maka
dengan cara aquadest dimasukan dalam reaktor yang hidrolisis akan berlangsung lebih cepat seiring dengan
dilengkapi dengan pengaduk, kemudian dipanaskan hingga adanya pengadukan dan penggunaan asam kuat dengan
mencapai suhu tertentu. Setelah temperatur yang diinginkan
konsentrasi tinggi. Semakin lama waktu hidrolisis (15-
tercapai, serbuk kitosan dimasukkan kedalam reaktor dan
120 menit) menyebabkan terjadi penurunan terhadap
diikuti oleh pemasukan katalis. Proses hidrolisis dilakukan
nilai berat molekul (BM) yang diperoleh.
selama waktu tertentu (sesuai variabel) dengan pengadukan
dan temperatur dijaga konstan (sesuai variabel).
Metode Penelitian
Kinetika Reaksi Hidrolisa LMWCs Setelah temperatur yang diinginkan ini tercapai,
Menggunakan Asam Klorida dimasukkan serbuk kitosan 5% m/v ke dalam reactor dan

Untuk bahan yang akan di hidrolisa ialah kitosan yang diikuti oleh katalis HCl 0,8 N yang dimasukkan ke dalam

berasal dari Biotech Surendo Cirebon. Lalu Aquadest yang reactor. Proses hidrolisis dilakukan selama 2 sampai 12 jam

digunakan sebagai pelarut. Asam asetat (CH3COOH) dengan pengadukan dan temperature konstan.

digunakan untuk Analisa berat molekul. NaOH digunakan Pengambilan sampel hidrolisa dilakukan setiap 2 jam. Lalu

sebagai netralisasi dan HCl sebagai katalis. Proses hidrolisa dilakukan netralisasi dengan menambahkan larutan NaOH

kitosan terhadap temperatur dilakukan dengan cara 1N. Padatan kitosan hasil hidrolisa yang didapat kemudian

aquadest dimasukkan ke dalam reactor yang sudah disaring dengan pompa vakum untuk selanjutnya dicuci

dilengkapi pengaduk bervolume 5L, lalu dipanaskan hingga dengan aquades dan dikeringkan dalam oven.

mencapai suhu tertentu yaitu 30oC, 50oC dan 70oC.


Metode Penelitian
Kinetika Reaksi Esterifikasi Gliserol Monoacetin dari Selanjutnya asam asetat dengan volume tertentu
Gliserol Hasil Samping Industri Biodiesel dan Asam dipanaskan sampai suhu tertentu dalam gelas piala, dan asam
Asetat Dengan Katalisator Lewatit Monoplus s-100 asetat dimasukkan ke dalam reaktor, lalu dipanaskan agar suhu
tetap terjaga sambil pengaduk dijalankan. Sampel larutan diambil
Penelitian ini menggunakan gliserol (C3H5(OH)3) teknis
untuk dianalisis konsentrasi asam awal (A0).
berkadar 96% dengan rapat massa 1,24 g/cm3 . Asam asetat
Selanjutnya katalisator dimasukkan dan waktu dicatat
(CH3COOH) berupa asam asetat p.a. (Merck) yang memiliki kadar
sebagai waktu awal reaksi. Setiap selang waktu 15 menit sampel
99,8 % dengan rapat massa 1,05 g/cm3 . Katalisator Lewatit
diambil untuk dianalisis asam bebasnya (Ab). Reaksi dihentikan
Monoplus s-100 yang digunakan memiliki diameter rerata sebesar
setelah waktu reaksi 60 menit. Penelitian dilakukan pada kisaran
0,0058 cm dengan kapasitas penukar kation sebesar 1,8636 mek/g.
suhu 50–70°C, variasi perbandingan pereaksi 3:1, 5:1 dan 7:1
Gliserol dengan volume tertentu dimasukkan ke dalam reaktor,
(gliserol: asam asetat), variasi konsentrasi katalisator 3%, 5% dan
kemudian dipanaskan sampai mendekati suhu yang diinginkan.
7% berat gliserol, kecepatan pengadukan konstan 600 rpm, dan
diameter katalisator rerata juga konstan 0,0058 cm.
Hasil Penelitian
(Kinetika Reaksi Hidrolisa LMWCS Menggunakan Asam Klorida)
Hasil percobaan menunjukkan bahwa proses depolimerisasi kitosan dapat berlangsung dengan cepat dalam suasana asam.
Temperatur hidrolisis mempengaruhi laju reaksi hidrolisis. semakin tinggi temperatur hidrolisis, maka hidrolisis akan berlangsung lebih
cepat seiring adanya pengadukan dan penggunaan alkali asam kuat dengan konsentrasi tinggi (0,8 N dan 100 rpm). Hal ini disebabkan
konstanta laju reaksi meningkat dengan meningkatnya temperatur operasi. Dengan suhu yang lebih tinggi di atas suhu kamar maka
akan semakin banyak gugus asetil yang terlarut, sehingga viskositas menurun.
Hasil dari viskositas dan berat molekul di temperatur 30oC semakin lama waktu hidrolisa maka semakin menurun nilai
viskositas dan berat molekul, berbanding terbalik dengan hasil viskositas dan berat molekul di temperatur 50oC dan 70oC yang semakin
meningkat. Hal ini dikarenakan adanya pemanasan yang menyebabkan katalis semakin cepat terlarut, sehingga pemecahan ikatan
kompleks dalam kitosan dapat terjadi dengan sempurna.
Optimasi depolimerisasi kitosan terhadap waktu pada temperatur 70oC dengan nilai berat molekul yang paling rendah
dilakukan optimasi t = 2 jam untuk membuktikan adanya proses degradasi berat molekul tinggi ke berat molekul rendah. Pada
percobaan ini kitosan (5% berat) dihidrolisa dengan HCl 0,8 N pada temperatur 70oC. Waktu percobaan divariasikan dengan selang
waktu 15 menit dimulai dari menit ke 15; 30; 45; 60; 75; 90; 105; dan 120 menit.
Hasil Penelitian
(Kinetika Reaksi Hidrolisa LMWCS Menggunakan Asam Klorida)
Dengan penggunaan temperatur yang sama (70oC) untuk selang waktu pengambilan sampel yang berbeda, didapatkan hasil nilai BM
dengan selang waktu pengambilan 2 jam jauh lebih kecil dibandingkan dengan pengambilan sampel setiap 15 menit. Hal ini disebabkan akibat
volume larutan yang semakin lama semakin berkurang akibat adanya pengambilan sampel. Pengurangan volume ini disertai dengan
pengurangan katalis yang terkandung dalam larutan.
Penentuan variable untuk pendekatan kinetika reaksi, didapatkan hasil bahwa pada kitosan 5% m/v dengan kondisi operasi di T = 70oC
diperoleh berat molekul terendah pada t = 2 jam. Waktu dan berat molekul yang diperoleh diubah ke dalam konsentrasi (1/BM) keduanya
bersamaan digunakan sebagai variabel untuk menentukan nilai konstanta laju reaksi (k1 dan k2).
Hasil penelitian untuk pendekatan kinetika reaksi di awal penelitian, berat molekul kitosan saat t=0 didapatkan berat molekul yang masih
besar yaitu 1047 kDa. Selanjutnya dilakukan proses hidrolisa kitosan untuk mendapatkan harga berat molekul yang rendah. Dalam hal ini terjadi
degradasi berat molekul yang sangat drastis, dengan awal mula berat molekul 1047 kDa melalui tiap selang waktu 15 menit selama 2 jam
berkurang jauh hingga didapatkan berat molekul yang rendah yakni 20,01 kDa Hasil penelitian ini dapat disesuaikan dengan kinetika model
2𝑘1 (𝑘1 +𝑘2 )2
matematis reaksi hidrolisa kitosan melalui persamaan : ─ . 1 + . 𝑒 − 𝑘1+𝑘2 𝑡
𝑘1 +2𝑘2 2𝑘2 2

Persamaan ini dipilih sebagai pendekatan kinetika dari data penelitian dengan berat molekul yang rendah. Dan dari hasil iterasi data percobaan,
diperoleh nilai k1 = 3.145×10-6 dan k2 = 1.84×10-6. Nilai k1 dan k2 ini digunakan kembali dalam persamaan untuk dapat menentukan waktu yang
paling akurat untuk mendapatkan berat molekul kitosan yang lebih kecil (≤ 20 kDa).
Hasil Penelitian
(Kinetika Reaksi Esterifikasi Gliserol Monoacetin dari Gliserol Hasil Samping Industri Biodiesel dan
Asam Asetat Dengan Katalisator Lewatit Monoplus s-100)

1 2
Pada pengaruh suhu reaksi, pada variasi suhu 50oC, 60oC dan 70oC, dengan perbandingan
Pada penelitian ini, diuji 2 model kinetika reaksi yaitu model katalitik pseudo-homogen
pereaksi 7:1 dan konsentrasi katalisator 3%, dihasilkan konversi pada berbagai waktu.
dan model `katalitik heterogen. Model kinetika katalitik pseudo-homogen menganggap
Semakin tinggi suhu maka konversi yang diperoleh semakin meningkat. Konversi tertinggi
bahwa reaksi terjadi di fase cair, walaupun katalisator yang digunakan adalah
tercapai pada suhu 70°C yaitu sebesar 63,86%. Laju esterifikasi dipengaruhi oleh suhu reaksi
padatan. Karena mekanisme katalisis adalah pertukaran kation, sehingga reaksi tetap
dimana meningkatnya laju reaksi sebanding dengan meningkatnya suhu reaksi. Hal ini
terjadi di fase cair di mana ion-ion tersebut berada. Pada model heterogen, reaksi
terjadi karena dengan dinaikkan suhu reaksi maka energi yang dimiliki oleh molekul-molekul
dianggap terjadi pada permukaan katalisator. pereaksi bertambah besar. Oleh karena itu, frekuensi tumbukan antar molekul bertambah
dan laju reaksi meningkat.

3 4
Pengaruh persen berat katalis, konversi asam semakin meningkat dengan naiknya Pada pengaruh suhu reaksi, digunakan untuk menentukan nilai konstanta kinetika

konsentrasi katalis. Dari hasil penelitian, terlihat bahwa kenaikan yang signifikan terjadi reaksi. Perhitungan nilai faktor frekuensi tumbukan dan energi aktivasi dengan

pada kenaikan konsentrasi katalisator 3%. Walaupun hasil yang dihasilkan mengalami menggunakan persamaan Arrhenius pada model pseudo-homogen menghasilkan

fluktuasi namun secara umum dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan yang nilai energi aktivasi sebesar 17,5218 kJ/mol dan nilai frekuensi tumbukan sebesar

signifikan antara konsentrasi katalisator 3% dan 5%. Dengan demikian dapat 0,2533 s-1 mol-1 sedangkan pada model heterogen katalitik diperoleh nilai energi

disimpulkan bahwa konsentrasi katalisator 3% merupakan konsentrasi optimum. aktivasi sebesar 4,132 kJ/mol dan nilai frekuensi tumbukan sebesar 3,6288 s-1 mol-1 .
Kesimpulan

Dari jurnal yang berjudul “Kinetika Reaksi Esterifikasi Gliserol


Dari jurnal yang berjudul “Kinetika Reaksi Hidrolisa LMWCs
Monoacetin dari Gliserol Hasil Samping Industri Biodiesel dan
(Low Molecular Weight Chitosan) Menggunakan Asam Klorida”
Asam Asetat Dengan Katalisator Lewatit Monoplus s-100” dapat
dapat disimpulkan sebagai berikut:
disimpulkan sebagai berikut:
• Agar didapatkan kitosan dengan BM rendah, proses hidrolis dilakukan pada
• Konversi tertinggi senilai 63,86% diperoleh pada waktu 60 menit dengan
temperature kamar (300C). sehingga proses pembentukan kitosan dengan range
perbandingan reaktan 7:1, konsentrasi katalis 3% dan suhu 70oC.
BM tertentu (50-200 kDa) dapat dikontrol dengan mudah.
• Kinetika reaksi yang dipelajari dapat didekati dengan persamaan kecepatan order
• Semakin lama waktu hidrosa maka akan terjadi pemutusan ikatan rantai kompleks
1 semu menggunakan pendekatan pseudo-homogen dan diperoleh nilai-nilai
dalam kitosan. Suasana asam akan membuat laju reaksi hidrolisis semakin cepat.
konstanta dalam persamaan Arrhenius, yaitu faktor frekuensi tumbukan sebesar
• Dari hasil iterasi data percobaan, diperoleh nilai k1 = 3.145×10-6 dan k2 = 1.84×10-6.
0,2533 s-1 gr-1 dan energi aktivitasi sebesar 17,5218 kJ/mol.
Nilai k1 dan k2 ini digunakan kembali dalam persamaan untuk dapat menentukan
• Kenetika reaksi yang dipelajari dapat juga bias didekati dengan persamaan
waktu yang paling akurat untuk mendapatkan berat molekul kitosan yang lebih
kecepatan reaksi heterogen katalitik dan diperoleh nilai konstanta dalam
kecil (≤ 20 kDa).
persamaan Arrhenius, yaitu faktor frekuensi tumbukan sebesar 3,6288 s-1 gr-1
• Untuk menentukan tindakan depolimerisasi kitosan dari
dan energi aktivasi sebesar 4,1320 kJ/mol. Tetapi dengan kecenderungannya
variasi BM tertinggi hinga BM terendah dapat diketahui
bahwa reaksi kimia yang mengontrol sehingga tahanan transfer massa dapat
prediksi akurat adanya optimasi waktu yang dapat diterapkan
diabaikan, maka direkomdasikan untuk menggunakan model 1.
ke dalam proses, sehingga jalannya proses dapat lebih efisien.
Daftar Pustaka

Arsyad, A., Sulistyo, H., & Sarto. (2015). Kinetika Reaksi Esterifikasi Gliserol Monoacetin dari Gliserol Hasil Samping Industri
Biodiesel dan Asam Asetat dengan Katalisator Lewatit Monoplus s-100. Jurnal Rekayasa Proses, 9(2), 51–57.
https://journal.ugm.ac.id/jrekpros/article/download/31034/18817

Mon, I., Yerimadesi, & Hardeli. (2012). KIMIA FISIKA : KINETIKA (1st ed.). UNP Press Padang.
http://repository.unp.ac.id/26756/1/2012-Buku kinetika kimia %28Yerimadesi%2C dkk%29 1.pdf

Paramita, I. D., Dewi, R. P., & Aji, P. (2012). KINETIKA REAKSI HIDROLISA LMWCS ( LOW MOLECULAR WEIGHT
CHITOSAN ) MENGGUNAKAN ASAM KLORIDA. Jurnal Teknologi Kimia Dann Industri, 1, 513–520.

Siregar, T. B. (2008). Kinetika Kimia : Reaksi Elementer. In Laju Reaksi (1st ed.). USU Press.
https://www.academia.edu/32253129/KINETIKA_KIMIA

Anda mungkin juga menyukai