net/publication/300559175
CITATIONS READS
22 6,109
1 author:
Aisyah Handayani
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
29 PUBLICATIONS 43 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Aisyah Handayani on 04 July 2017.
AISYAH HANDAYANI1,2
1
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, IPB, Kampus Fahutan IPB Darmaga, Kotak Pos 168, Bogor 16001
2
UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), PO Box 19, Sindanglaya, Cianjur 43253, Jawa
Barat. Tel.: +62-263-512233, 520448; Fax.: +62-263-512233. email: aisyahandayani88@gmail.com
Abstrak. Handayani A. 2015. Pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat oleh masyarakat sekitar Cagar Alam Gunung Simpang, Jawa
Barat. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 1425-1432. Cagar Alam Gunung Simpang merupakan salah satu kawasan konservasi yang
ada di Jawa Barat. Untuk mengetahui informasi mengenai pemanfaatan tumbuhan sebagai obat oleh masyarakat di kawasan ini, telah
dilakukan penggalian terhadap pengetahuan yang ada di masyarakat sekitarnya. Penelitian dilakukan selama satu bulan pada Februari
tahun 2010 di Dusun Miduana, Desa Balegede, Kecamatan Naringgul, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pengumpulan informasi
dilakukan dengan metode wawancara terhadap 30 orang responden. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 74 jenis tumbuhan yang
termasuk dalam 40 suku biasa digunakan untuk pengobatan. Di antara jenis-jenis tersebut Staurogyne elongata merupakan jenis yang
paling berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan obat.
Abstract. Handayani A. 2015. Utilization of medicinal plants by people around Gunung Simpang Nature Reserve, West Java, Jawa
Barat. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 1425-1432. Gunung Simpang Nature Reserve is one of the conservation areas in West Java.
Information on the use of plants as medicine by surrounding people needs to be collected. The study was conducted in February 2010, in
Miduana hamlet, Balegede Village, Naringgul District, Cianjur, West Java, to assess the diversity of medicinal plant species used by the
people in this area. The information was collected through interviews with 30 respondents. The results showed there were 74 species of
plants from 40 families that commonly used for treatment. Among these species Staurogyne elongata was the most potential plant as a
drug.
BAHAN DAN METODE responden ini diperoleh informasi orang yang sering
memanfaatkan tumbuhan sebagai obat dan begitu
Area kajian seterusnya sampai terkumpul 30 orang responden.
Penelitian dilakukan di Resort Bagian Barat Cagar Pengambilan sampel untuk pembuatan herbarium
Alam Gunung Simpang yang termasuk Dusun Miduana, dilakukan untuk membantu identifikasi terhadap jenis
Desa Balegede, Kecamatan Naringgul, Kabupaten Cianjur, tumbuhan yang diperoleh.
Jawa Barat (Gambar 1). Lokasi ini diambil karena Dusun
Miduana merupakan dusun yang berbatasan langsung Analisis data
dengan cagar alam. Pengambilan data dilakukan pada bulan Data yang diperoleh dianalisis secara deskriftif
Februari 2010. kualitatif. Kebaharuan nama ilmiah tumbuhan diperiksa
melalui Plantlist.org. Penentuan status konservasi
Cara kerja tumbuhan dilakukan mengikuti IUCN (International Union
Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara for the Conservation of Nature and Natural Resources) dan
semi terstruktur dan pengamatan langsung terhadap daftar Appendix II CITES (Convention on International
kehidupan masyarakat Dusun Miduana. Wawancara Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora).
dilakukan terhadap 30 responden yang dipilih dengan Kriteria tumbuhan obat yang berpotensi untuk
tekniksnowball sampling (Blernackl 1981). Pemilihan dikembangkan yaitu jenis yang berkhasiat menyembuhkan
responden dilakukan dengan menentukan orang yang penyakit yang banyak diderita oleh responden, kemudahan
dianggap paling banyak menggunakan tumbuhan sebagai dalam mendapatkannya, serta kemudahan dalam proses
obat, yakni tabib dan dukun beranak. Kemudian dari kedua penggunaannya.
Gambar 1. Lokasi penelitian di Resort Bagian Barat Cagar Alam Gunung Simpang yang termasuk Dusun Miduana, Desa Balegede,
Kecamatan Naringgul, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat
HANDAYANI – Tumbuhan obat di CA Gunung Simpang, Jawa Barat 1427
HASIL DAN PEMBAHASAN Nasional (Rahayu et al. 2012). Daftar tumbuhan yang
digunakan sebagai obat di CA Gunung Simpanng
Karakteristik responden ditunjukkan pada Tabel 1.
Responden yang diwawancarai sebanyak 30 orang
Dusun Miduana, yang terdiri atas 60% atau 18 orang laki- Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan bagian yang
laki dan sisanya perempuan. Sebagian besar responden digunakan sebagai bahan obat
bekerja sebagai petani yakni sebanyak 19 orang (63%), Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan dikelompokkan
sisanya merupakan wiraswasta, pedagang, dan buruh tani. menjadi daun, batang, bunga, akar, umbi, buah, getah,
Penduduk di Dusun Miduana 100% merupakan suku rimpang, dan biji. Namun demikian, tidak sedikit
Sunda. Tingkat pendidikan responden didominasi oleh masyarakat yang memanfaatkan seluruh bagian tumbuhan
lulusan sekolah dasar (SD) yakni sebanyak 17 orang atau dalam pengobatannya. Persentase bagian yang digunakan
56% dan sisanya merupakan lulusan SMP, lulusan SMA, paling tinggi adalah daun (31%) sedang yang paling rendah
dan tidak tamat SD. Hal ini disebabkan aksesibilitas adalah biji (3%)(Gambar 3.). Pola pemanfaatan semacam
menuju sekolah cukup jauh, sehingga membuat sebagian ini juga ditemukan di masyarakat Cagar Alam Gunung
besar masyarakat lebih memilih sekolah sampai tingkat SD Tilu. Pemanfaatan daun untuk bahan obat dilakukan paling
saja. Jumlah masyarakat yang berusia produktif (15-30 banyak dibandingkan dengan bagian lain dari tumbuhan
tahun) jarang berada di rumah karena pergi bekerja ke luar (Oktaviana 2008). Kesamaan pola ini terjadi tampak terkait
daerah. Oleh karena itu responden pada penelitian ini dengan masyarakatnya. Cagar Alam Gunung Tilu yang
sebagian besar berusia antara 50-60 tahun yakni mencapai terletak di kawasan Bandung Selatan sebagian besar
34%. penduduk berasal dari suku Sunda (98,6%) dan suku Jawa
(1,4%). Penelitian Arizona (2011) juga menunjukkan
Keanekaragaman tumbuhan obat masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Ciremai lebih
Hasil wawancara terhadap 30 responden dan banyak memanfaatkan bagian daun ketimbang bagian lain
identifikasi sampel herbarium yang dikoleksi tercatat 74 sebagai bahan baku obat. Begitu juga dengan masyarakat
jenis tumbuhan dimanfaatkaqn sebagai obat yang termasuk adat Kampung Dukuh di Garut, bagian yang paling banyak
kedalam 69 marga dan 40 suku (Gambar 2). Jumlah jenis digunakan adalah daun (Hidayat 2009).
terbanyak adalah dari suku Zingiberaceae, yaitu Zingiber Tingginya frekuensi pemanfaatan bagian daun sebagai
officinale, Curcuma zanthorrhiza, Boesenbergia rotunda, bahan obat tampak terkait dengan beberapa keunggulan
Curcuma longa, Zingiber ottensii, dan Etlingera coccinea, seperti jumlah ataupun produktivitas daun yang lebih
serta Poaceae yaitu Imperata cylindrica, Schizostachyum banyak, lebih mudah diperoleh dibandingkan dengan
brachycladum, Gigantochloa atroviolacea, Bambusa bagian lain dan penggunaannya yang relatif lebih mudah
vulgaris, Dinochloa scandens, dan Cymbopogon nardus. karena banyak yang dapat digunakan secara langsung.
Masyarakat Miduana biasa melakukan pengambilan Dalam tradisi masyarakatdi Pulau Jawa dan Bali,
tumbuhan obat dari kawasan yang mudah dijangkau, pemanfaatan beraneka ragam tumbuhan sebagai sayuran
seperti pekarangan dan kebun, sedang pengambilan jenis cukup berperan penting. Bahkan masyarakat Sunda
tumbuhan yang ada di hutan tidak terlalu sering dilakukan. memiliki tradisi “lalap” atau “lalaban” yang biasa berupa
Sebagian besar masayarakat juga tidak menyimpan daun mentah (Rahayu et al. 2012).
tumbuhan obat dalam bentuk simplisia karena langsung
mengambil tumbuhan obat pada saat dibutuhkan. Namun Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan penyakit
demikian, beberapa responden yang berprofesi sebagai yang diobati
tabib dan dukun beranak biasa menyimpan jenis tumbuhan Jenis penyakit yang diobati dikelompokkan menjadi 14
yang digunakan dalam bentuk simplisia. kelompok, yaitu demam, gigi, kulit, luka luar, mata, organ
Berdasarkan hasil wawancara dijumpai pemanfaatan dalam, pencernaan, sirkulasi darah, seksual, spiritual,
beberapa jenis tumbuhan yang memiliki khasiat lebih dari syaraf, pernafasan, persendian, dan lain-lain (termasuk
satu, diantaranya adalah Staurogyne elongata, Anredera alergi, gigitan serangga, kanker, katalisator, saluran
cordifolia, Musa acuminata, Cocos nucifera dan kencing). Jenis tumbuhan yang paling banyak digunakan
Boesenbergia rotunda. Staurogyne elongata dan Musa oleh masyarakat Miduana adalah untuk mengobati penyakit
acuminata biasa diperoleh dari hutan, namun ada beberapa persendian (Gambar 4.). Jenis jenis tersebut adalah
penduduk yang sudah melakukan budidayanya. Staurogyne Anredera cordifolia, Parkia speciosa, Chloranthus elatior,
elongata selain untuk pengobatan juga biasa dimakan Staurogyne elongata,Urena lobata, Imperata cylindrica,
sebagai lalap. Kegiatan budidaya ini dilakukan agar Curcuma zanthorrhiza, Orthosiphon aristatus, Physalis
pengambilan langsung di hutan tidak dilakukan terlalu angulata, Aeschynomene americana, Boesenbergia
sering, karena selain dikhawatirkan mengurangi jumlah di rotunda, Kadsura scandens dan Arenga pinnata.
alam, pengambilan di hutan juga membutuhkan waktu dan Salah satu jenis yang digunakan untuk mengobati
tenaga yang lebih banyak jika dibandingkan dengan penyakit persendian ini adalah Staurogyne elongata. Dalam
menanam sendiri. Masyarakat di kawasan Bodogol Taman pemanfaatannya, jenis ini cukup mudah digunakan karena
Nasional Gunung Gede Pangrango juga memanfaatkan daunnya dapat dimakan langsung atau dijadikan lalap,
Staurogyne elongata sebagai bahan obat. Namun demikian sedangkan pada jenis yang lain penggunaannya harus
mereka mengambil langsung dari dalam kawasan Taman direbus terlebih dahulu.
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 6, September 2015 ISSN: 2407-8050
Halaman: 1425-1432 DOI: 10.13057/psnmbi/m010628
7
6
5
4
Jumlah jenis
3
2
1
0 Malvaceae
Arecaceae
Rutaceae
Meliaceae
Araliaceae
Araceae
Asteraceae
Rubiaceae
Oxalidaceae
Rosaceae
Piperaceae
Costaceae
Acoraceae
Cucurbitaceae
Zingiberaceae
Poaceae
Fabaceae
Lamiaceae
Apiaceae
Musaceae
Amaryllidaceae
Thymelaeaceae
Myrtaceae
Cyperaceae
Basellaceae
Anacardiaceae
Vitaceae
Schisandraceae
Euphorbiaceae
Xanthorrhoeaceae
Verbenaceae
Lauraceae
Hydrangeaceae
Gesneriaceae
Chloranthaceae
Campanulaceae
Anonaceae
Solanaceae
Phyllanthaceae
Acanthaceae
Gambar 2. Keragaman suku yang dimanfaatkan sebagai obat
Gambar 3. Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat Gambar 4. Persentase pemanfaatan tumbuhan berdasar jenis
penyakit yang diobati.