Abstrak I. PENDAHULUAN
Melalui hasil observasi dilapangan diketahui RS.
A. Latar Belakang
Bhayangkara Tk. III Manado telah memiliki Instalasi
Limbah rumah sakit dapat didefinisikan merupakan
Pengolahan Air Limbah (IPAL), meskipun demikian
semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah
limbah yang dihasilkan dikhawatirkan masih
sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas yang
mengandung bahan berbahaya yang memiliki potensi
mengandung mikroorganisme patogen, bersifat
yang berdampak penting terhadap penurunan kualitas
infeksius, bahan kimia berbahaya dan sedikit bersifat
lingkungan dan secara langsung memiliki potensi
radioaktif. Limbah padat rumah sakit dibedakan
bahaya kesehatan bagi penduduk sekitar rumah sakit.
menjadi limbah padat medis dan non medis. Limbah
Hal ini terlihat dari adanya septic tank pada setiap
padat medis dibedakan menjadi limbah infeksius,
bangunan unit-unit kesehatan dan perawatan pasien
limbah patologis, limbah benda tajam, limbah farmasi,
yang dilengkapi dengan bak kontrol untuk mengolah
limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif,
air limbah terutama dari toilet sehingga proses
limbah container bertekanan, dan limbah dengan
anaerobik dapat terjadi untuk meminimalisasi
kandungan logam berat yang tinggi (Lulu, 2012:1).
parameter pencemar terutama COD dan BOD sebelum
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
diolah di IPAL. Untuk limbah non-WC seperti air
1204/Menkes/SK/X/2004 limbah cair rumah sakit
cucian dari westafel atau keran-keran pada setiap unit
adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal
kesehatan langsung dialirkan ke IPAL. Analisis data
dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan
primer meliputi pengambilan sampel air limbah dan
mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun,
analisis di laboratorium menggunakan parameter
dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
yaitu pH, COD, BOD, TSS, Minyak dan Lemak,
Sehubungan dengan hal tersebut, setiap
Amoniak. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa
penanggung jawab kegiatan atau pengelola rumah sakit
IPAL yang dimiliki RS. Bhayangkara Tk. III Manado
wajib melakukan pengelolaan limbah cair sebelum
termasuk dalam kategori cukup efisien. Cukup efisien
dibuang ke lingkungan sehingga mutu limbah cair yang
kinerja IPAL tersebut dapat dilihat dari penurunan
dibuang ke lingkungan tidak melampaui baku mutu
kandungan BOD dari 76 mg/l menjadi 1 mg/l dengan
limbah cair yang telah ditetapkan dalam Keputusan
efisiensi 98,68%, kandungan COD dari 79 mg/l
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58 tahun
menjadi <1,44 mg/l dengan efisiensi >98,18%,
1995 (pasal 7). Pengelolaan limbah cair bertujuan
kandungan TSS dari 28 mg/l menjadi 1 mg/l dengan
untuk menurunkan kandungan bahan pencemar limbah
efisiensi 96,43%, kandungan Minyak dan Lemak dari
cair sehingga diperoleh efluen yang dapat diterima oleh
1,4 mg/l menajdi 1,0 mg/l dengan efisiensi 28,57%, dan
badan air. Kandungan bahan pencemar limbah cair
Amoniak dari 72 mg/l menjadi 4 mg/l dengan efisiensi
dapat diturunkan apabila pengelolaan limbah cair yang
94,44%. Jenis IPAL yang digunakan adalah IPAL
digunakan sesuai dengan karakteristik. Limbah rumah
Biofilter Anaerobic Aerobic dengan merk produk
sakit mempunyai karakteristik toksit dan non toksit dan
Biofive. Kiranya penelitian ini bisa Memberikan
mengandung buangan dari laboratorium (purwanto,
kontribusi ilmiah terhadap peningkatan kinerja sistem
2004: 170).
IPAL RS. Bhayangkara Tk. III Manado agar efluen
Fakta lainnya adalah bahwa rumah sakit di
yang dihasilkan sesuai dengan baku mutu.
Indonesia menghasilkan limbah dalam jumlah besar,
beberapa diantaranya membahayakan kesehatan dan
Kata kunci – IPAL, RS Bhayangkara Tk. III Manado,
berdampak ke lingkungan. Hasil studi pengolahan
parameter Limbah Cair
limbah cair rumah sakit di Indonesia menunjukkan
hanya 53,4% rumah sakit yang melaksanakan
pengolahan limbah cair. Pemeriksaan kualitas limbah
cair hanya dilakukan oleh 57,5% rumah sakit. Dari
gambaran tersebut dapat dibayangkan betapa besar
potensi rumah sakit untuk mencemari lingkungan dan
kemungkinannya menimbulkan kecelakaan serta
penularan penyakit (Adisasmito, 2009:7). Berdasarkan 1. Bagi Rumah Sakit Bahayangkara dapat
data diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mengetahui kinerja dan hasil analisis kinerja
rumah sakit di Indonesia belum menerapkan sistem sistem IPAL di Rumah Sakit Bahayangkara
pengelolaan limbah yang sesuai dengan yang Manado, sehingga dapat mengambil keputusan
seharusnya. apakah perlu dilakukan perbaikan/ peningkatan
Pada bagian lainnya, Rumah Sakit Bhayangkara fungi IPAL tersebut
Manado telah memiliki Instalasi Pengolahan Air 2. Bagi Penulis dapat memberikan kontribusi
Limbah (IPAL). Meskipun demikian limbah yang pemikiran Kinerja dan hasil analisis IPAL di
dihasilkan dikhawatirkan masih mengandung bahan Rumah Sakit Bahayangkara Manado
berbahaya yang memiliki potensi yang berdampak
penting terhadap penurunan kualitas lingkungan dan
secara langsung memiliki potensi bahaya kesehatan
bagi penduduk sekitar rumah sakit. Selain itu, sejak II. METODOLOGI PENELITIAN
IPAL RS Bahayangkara Manado dioperasikan hingga
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum
sekarang belum pernah ada penelitian atau analisis
Bhayangkara Tingkat III Manado. Jenis penelitian ini
untuk mengkaji kinerja proses unit IPAL. Oleh karena
bersifat deskriptif untuk mengetahui kinerja sistem
itu, dibutuhkan adanya suatu studi yang terkait dengan
pengelolaan air limbah di rumah sakit umum
kinerja instalasi pengolahan air limbah untuk
Bhayangkara Tingkat III Manado.
mengetahui seberapa besar efektifitas kinerja unit
Metode pengumpulan data melalui pemeriksaan
IPAL dalam mengolah air limbah. Oleh karena itu,
sampel untuk parameter pH, BOC, COD, TSS, MInyak
selain bertujuan untuk melakukan analisis kinerja juga
dan Lemak, dan Amoniak yang diambil di reaktor inlet
berfungsi menganalisis masalah apa saja yang
dan outlet IPAL Rumah Sakit. Observasi dilakukan
menyebabkan air limbah belum memenuhi syarat baku
dengan cara melihat kondisi air buangan di outlet
mutu. Dengan demikian, dapat memberikan kontribusi
IPAL, sejauh mana bau yang ditimbulkan dari reaktor
saran perbaikan kepada Rumah Sakit Bahayangkara
outlet IPAL di ruangan Rumah Sakit. Wawancara
Manado terhadap peningkatan kinerja proses IPAL.
dilakukan untuk mengetahui sistem IPAL, pemantauan
yang dilakukan berkaitan dengan sistem pengolahan
B. Perumusan Masalah
IPAL, debit limbah cair, kapasitas IPAL, sumber
Berdasarkan latar belakang yang telah di
limbah cair yang diolah di IPAL, serta keluhan pasien
kemukakan diambil rumusan masalah dalam penelitian
maupun petugas/karyawan terhadap bau outlet IPAL di
ini: Bagaimanakah kinerja IPAL Rumah Sakit
Rumah Sakit.
Bahayangkara Tk. III Manado?
Analisa data pertama dengan menghitung
C. Batasam Penelitian efisiensi dengan rumus efisiensi menurut Kusuma
Adapun yang menjadi batasan masalah dalam (1995) adalah:
penelitian ini sebagai berikut:
1. Lokasi instalasi pengolahan air limbah disesuaikan E. Influent − E. efluent
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖: × 100%
dengan tata letak IPAL Di rumah sakit umum E. Influent
Bahayangkara Manado.
2. Data sekunder meliputi: data laporan kuantitas dan Kegiatan penelitian dilakukan dengan alur seperti pada
kualitas air limbah rumah sakit umum Gambar 1.
Bahayangkara Manado.
3. Data primer meliputi uji parameter pH, COD,
BOD, TSS, Minyak dan Lemak, Amoniak.
4. Objek yang dikaji adalah kinerja pada tiap unit dan III. HASIL DAN PEMBAHASAN
sistem yang diterapkan pada IPAL Rumah Sakit
Umum Bahayangkara Manado. A. Kondisi Eksisting
5. Rumah Sakit Umum Bhayangkara Manado, RS Bhayangkara Tk. III Manado memiliki sistem
meliputi sumur pengumpul bak ekualisasi dan Instalasi pengolahan Air Limbah (IPAL) yang lengkap,
biofilter aerobic. sebagaimana seharusnya dimiliki oleh sebuah rumah
sakit. Hal ini terlihat dari adanya septic tank pada setiap
D. Tujuan Penelitian bangunan unit-unit kesehatan dan perawatan pasien
Untuk melakukan analisis terhadap Kinerja yang dilengkapi dengan bak control untuk mengolah
Instalasi Pengeolahan Air Limbah di Rumah Sakit air limbah terutama dari toilet sehingga proses
Bhayangkara Manado, dan memberikan solusi teknis anaerobic dapat terjadi untuk meminimalisasi
untuk peningkatan kinerjanya. parameter pencemar terutama COD dan BOD sebelum
diolah di IPAL. Untuk limbah non wc seperti air cucian
E. Manfaat Penelitian dari watafel atau keran- keran pada setiap unit
Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian kesehatan langsung dialirkan ke IPAL.
ini adalah:
IPAL RS Bhayangkara Tk. III Manado ini sehingga diharapkan dapat memiliki kinerja yang
menggunakan system biologis dengan memanfaatkan efektif dalam mengolah limbah rumah sakit, khususnya
mikroorganisme berupa bakteri yang dibiarkan limbah cair, dimana limbah cair ini memiliki resiko
terpisah dan ditambahkan ku unit pengelolahan bila tercemar limbah B3.
diperlukan. Komponen-komponen IPAL RS
Bhayangkara Tk. III Manado didesain sedemikian rupa
Mulai
Studi Pustaka
Selesai
TABEL 1
Hasil pemeriksaan Parameter Air Limbah pada Inlet IPAL RS Bhayangkara Tk. III Manado
Dengan nilai BOD pada effluent 1 mg/l, menunjukan lemak didapur gizi, pengolahan air limbah
nilai yang sangat aman untuk badan air, karena baku berjalandengan baik.
mutu yang ditetapkan oleh PERMEN LHK-RI No.68
Tahun 2016 adalah pada kadar 30 mg/l. 6. Amoniak
Rendahnya nilai BOD pada effluent air limbah juga Berdasarkan tabel kandungan amoniak diaatas,
disebabkan oleh rendahnya konsentrasi BOD pada inlet dapat diketahui bahwa kandungan amoniak pada
IPAL. Dengan melihat kadar BOD pada inlet 76 mg/l effluent air limbah berada diatas baku mutu
menjadi 1 mg/l pada outlet IPAL maka ini sudah lingkungan. Berdasarkan data hasil pengujian kualitas
mencapai baku mutu yang aman untuk lingkungan. effluent air limbah ini berada pada angka 4 mg/l,
Dengan optimalnya proses pengolahan biologis yang dengan baku mutu 10 mg/l.
terjadi dengan sistem bioreactor ini, maka dapat Keberadaan amoniak dalam air limbah ini relatif
dikatakan pengolahan BOD efisien. Hal ini menjadikan rendah karena kurangnya tingkat hunian rumah sakit.
kandungan BOD yang terdapat pada effluent pun aman Hal ini karena salah satu penyumbang amoniak
untuk dibuang ke badan air. terbesar dalam air limbah adalah akibat urine dan feces
Rendahnya konsentrasi BOD yang masuk ke IPAL, manusia. Rendahnya nilai amoniak pada inlet IPAL
sebagian besar dipengaruhi oleh efektifitasnya diperkirakan karena kurangnya tingkat hunian rumah
treatment yang terjadi pada tangki septik. Penggunaan sakit. Selain itu salah satu treatment yang berpengaruh
tangki septik sebagi treatment awal sebelum air limbah terhadap kandungan amoniak adalah proses aerasi.
masuk ke unit IPAL menjadi hal yang efektif untuk Proses aerasi yang tepat akan membantu menurunkan
dilakukan, karena pada tangki septik ini efisiensi BOD kadar amoniak dalam limbah cair. Dari data effluent air
dapat mencapai 86% (Mara dan Silva, 1986). olahan IPAL rumah sakit ini, kandungan amoniak
berada di bawah baku mutu. Ini artinya, treatment yang
3. COD (Chemical Oxygen Demand) terjadi pada IPAL relatif baik untuk penurunan kadar
Konsentrasi COD pada effluent air limbah secara amoniaknya yang melebihi baku mutu.
umum dapat dikatakan memenuhi baku mutu yang
disyaratkan. Dengan nilai COD <1,44 mg/l, nilai ini Analisis outlet IPAL
jauh lebih kecil dari baku mutu yang diperbolehkan Air limbah yang telah mengalami pengolahan pada
yaitu 100 mg/l. Jika dilihat dari efisiensi kadar COD unit-unit proses yang terdapat dalam IPAL, air limbah
dapat disimpulkan bahwa proses pengolahan biologis akan dialirkan ke badan air dalam hal ini laut Sulawesi
berjalan baik. Proses pengolahan sekunder dengan yang merupakan tempat pembuangan air hasil olahan.
sistem bioreactor ini dinilai cukup efektif untuk Pada bagian outlet IPAL terdapat hour meter yang
menurunkan kadar COD. berfungsi mengatur pembuangan air hasil olahan ini.
Air limbah hasil olahan akan masuk ke kolam indicator
4. Zat Padat Tersuspensi (TSS) air limbah hasil pengolahan, kemudian air limbah hasil
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa olahan ini akan dialirkan ke laut Sulawesi.
kandungan TSS pada air olahan dari IPAL berada di Dalam sistem pengolahan air limbah, parameter
bawah baku mutu yang ditetapkan oleh PERMEN pada outlet merupakan hal yang paling penting untuk
LHK-RI No.68 Tahun 2016. Pada outlet IPAL, effluent dianalisis. Selain karena hal ini merupakan salah satu
yang dihasilakan dari pengolahan mengandung TSS ketentuan pembuangan air limbah hasil olahan, hal ini
yang relatif kecil. Nilai TSS yang terkandung pada juga karena kualitas air olahan pada outlet akan sangat
effluent berada pada rentang 1 mg/l dengan baku mutu mempengruhi kondisi badan air penerima. Berdasarkan
30 mg/l. hasil analisis laboratorium kualitas effluent IPAL
Angka ini menunjukan bahwa treatment yang Rumah Sakit Bhayangkara Tk. III Manado adalah
diberikan pada air limbah yang masuk pada unit IPAL seperti yang terdapat pada Tabel 2.
telah berjalan efektif untuk menurunkan kandungan
TSS air limbah sehingga aman dibuang ke badan air. b. Efisiensi IPAL
Selain itu rendahnya kadar TSS yang masuk ke unit Berdasarkan analisis yang dilakukan sebelumnya
IPAL turut berkontribusi menjadikan kandungan TSS dan berdasarkan perhitungan di laboratorium, dibuat
di effluent relatif rendah. Keberaan tangki septik dalam tabel perbandingan kualitas air pada inlet dan outlet
efisiensi TSS mencapai angka 92,85 % (Mara dan limbah cari pada IPAL RS Bhayangkara Tk. III
Silva, 1986). Manado (Tabel 3).
Berikut adalah perhitungan efisiensi dari IPAL RS
5. Minyak dan Lemak Bhayangkara Tk. III Manado:
Data konsentrasi minyak dan lemak seperti terlihat
pada tabel dapat dikatakan jauh dibawah nilai baku Efisiensi BOD
mutu. Hal ini dapat terjadi karena bak penyaring (76 − 1) 75
𝐸= 𝑥100% = 𝑥100% = 98,68%
minyak/lemak yang ada didapur gizi berfungsi dengan 76 76
baik menjadikan beban minyak lemak yang masuk ke
IPAL menjadi relatif kecil. Dengan adanya penyaring Efisiensi COD
(79−< 1,44) < 77,56 treatment. Efisien kinerja IPAL tersebut setelah
𝐸= 𝑥100% = 𝑥100% = melalui perhitungan adalah 98,68%. Pada penurunan
79 79
> 98,18% kandungan COD, dari hasil perhitungan
Efisiensi TSS memperlihatkan penurunan kandungan COD yang
(28 − 1) 27 pada saluran inlet 79 mg/l menjadi <1,44 mg/l pada
𝐸= 𝑥100% = 𝑥100% = 96,43% saluran outlet setelah dilakukan treatment. Efisien
28 28
Efisiensi Minyak dan Lemak kinerja IPAL tersebut setelah melalui perhitungan
(1,4 − 1) 0,4 adalah >98,18%. Untuk kandungan TSS, dari hasil
𝐸= 𝑥100% = 𝑥100% = 28,57% perhitungan memperlihatkan penurunan kandungan
1,4 1,4
Efisiensi Amoniak TSS yang pada saluran inlet 28 mg/l menjadi 1 mg/l
(72 − 4) 68 pada saluran outlet setelah dilakukan treatment. Efisien
𝐸= 𝑥100% = 𝑥100% = 94,44% kinerja IPAL tersebut setelah melalui perhitungan
72 72
adalah 96,43%. Pada kandungan minyak dan lemak,
Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa IPAL dari hasil perhitungan memperlihatkan penurunan
yang dimiliki RS Bhayangkara Tk. III Manado kandungan minyak dan lemak tidak begitu signifikan
termasuk dalam kategori efisien. Dari hasil analisis pH namun tetap dibawah baku mutu yang ditetapkan,
pada inlet dan outlet IPAL berturut-turut adalah 7,63 kandungan pada saluran inlet 28 mg/l turun menjadi 1
dan 8,63, ternyata sebelum dan sesudah treatment nilai mg/l pada saluran outlet setelah dilakukan treatment.
pH memenuhi syarat baku mutu. meskipun dari hasil Efisien kinerja IPAL tersebut setelah melalui
analisa memperlihatkan bahwa IPAL merubah sifat perhitungan adalah 28,57%. Dan pada kandungan
cair dari basa menjadi asam, meskipun perubahan ini Amoniak, dari hasil perhitungan memperlihatkan
tidak signifikan. penurunan kandungan Amoniak yang pada saluran
Adapun pada penurunan kandungan BOD, dari inlet 72 mg/l menjadi 4 mg/l pada saluran outlet setelah
hasil perhitungan memperlihatkan penurunan dilakukan treatment. Efisien kinerja IPAL tersebut
kandungan BOD yang pada saluran inlet 76 mg/l setelah melalui perhitungan adalah 94,44%.
menjadi 1 mg/l pada saluran outlet setelah dilakukan
TABEL 2
Hasil Pemeriksaan Parameter Air LImbah pada Outlet IPAL
TABEL 3
Perbandingan Kualitas Inlet dan Outlet Limbah Cair pada IPAL RS Bhayangkara Tk. III Manado