Anda di halaman 1dari 33

Profil Hasil Kegiatan P2PM Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018

LEMBAR PENGESAHAN

Profil Hasil Kegiatan Seksi Pencegahan dan Pengendalian


Penyakit Menular (P2PM)
Tahun 2019

telah disahkan :

Wonosari, Maret 2019

Mengetahui Kepala Seksi P2PM


Kepala Bidang P2P

Drg. Rr. DEWI ANGGRAENI SUDADI, SKM


NIP. 19610518 199303 2 001 NIP. 19631010 198502 1 003

i
Profil Hasil Kegiatan P2PM Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-
Nya maka penyusunan Profil hasil kegiatan Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Menular Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018 telah dapat kami
selesaikan.
Profil hasil kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018 ini disusun sebagai bahan informasi untuk
memberikan gambaran hasil kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Menulardi Kabupaten Gunungkidul kepada lintas program dan lintas sektor
terkait serta bagi semua pihak yang berkepentingan. Profil hasil kegiatan
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menularjuga bisa sebagai acuan dalam
penyusunan rencana pembangunan kesehatan di Kabupaten Gunungkidul pada
tahun berikutnya dan sebagai bahan evaluasi pada tahun sebelumnya.
Penyajian Profil hasil kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Menulardalam bentuk sangat sederhana, karena keterbatasan kemampuan kami
dalam pengumpulan, pengolahan maupun analisis data. Guna peningkatan
mutu penyajian maupun kualitas data, kami sangat mengharapkan kritik, saran
yang positip, dan tanggapan aktif dari semua pihak guna peningkatan mutu dan
integritas data dan informasi yang disajikan untuk perbaikan penyusunan
selanjutnya.
Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyediaan data,
pemikiran, maupun tenaga, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
kontribusi penyusunan profil ini, tak lupa kami mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya.

Wonosari, Maret 2019


Seksi P2PM

SUKARI, SKM
NIP. 19650113 199003 1 004

ii
Profil Hasil Kegiatan P2PM Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018

DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR..........................................................................................................iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………… iv
DAFTAR TABEL................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN TABEL ………………………………………………………….. vi
BAB I.....................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Maksud dan Tujuan..........................................................................................2
C. Sistematika Penyusunan.................................................................................2
BAB II....................................................................................................................................4
GAMBARAN UMUM..........................................................................................................4
A. Geografi..................................................................................................................4
B. Demografi..............................................................................................................6
C. Sosial Ekonomi, Pendidikan, dan Agama..................................................6
BAB III...................................................................................................................................7
SITUASI UPAYA KESEHATAN.......................................................................................7
BAB IV.................................................................................................................................23
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN....................................................................23
A. Fasilitas Kesehatan..........................................................................................23
B. Tenaga Kesehatan............................................................................................23
C. Pembiayaan Kegiatan......................................................................................24
BAB VI.................................................................................................................................25
PENUTUP...........................................................................................................................25
LAMPIRAN.........................................................................................................................26

iii
Profil Hasil Kegiatan P2PM Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018

DAFTAR TABEL

Hal
Tabel 2.1. Jarak Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten dan 5
Ibukota Propinsi

Tabel 3.1 Pencapaian Indikator Program TBC-Paru di Kabupaten 12


Gunungkidul Tahun 2015–2017

Tabel 3.2 Pencapaian Indikator Program Kecacingan di Kabupaten 18


Gunungkidul Tahun 2017

Tabel 3.3 Rekapitulasi Belanja seksi Pencegahan dan Pengendalian 24


Penyakit Menular (P2PM) Berdasarkan Sumber Dana
Tahun 2017

iv
Profil Hasil Kegiatan P2PM Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018

DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Peta Wilayah Kerja Dinkes Kab. Gunungkidul 4

Gambar 3.1 Jumlah Kasus dan Kematian Demam Berdarah di 7


Kabupaten Gunungkidul Tahun 2006-2017

Gambar 3.2 Distribusi Kasus Demam Berdarah menurut Bulan di 8


Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014–2017

Gambar 3.3 Jumlah Kasus Baru Kusta di Kabupaten Gunungkidul 10


Tahun 2012-2017

Gambar 3.4 Distribusi Kasus HIV AIDS Berdasarkan Tahun, 13


Perbandingan Kasus HIV dan AIDS, Jenis Kelamin,
Faktor Resiko, Kelompok Umur, Jenis Pekerjaan dan
Sebaran per Kecamatan Tahun 2017

Gambar 3.5 Grafik Penemuan Pneumonia di Kabupaten 16


Gunungkidul tahun 2017

Gambar 3.6 Grafik Penemuan Diare di Kabupaten Gunungkidul 20


tahun 2017

v
Profil Hasil Kegiatan P2PM Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018

DAFTAR LAMPIRAN TABEL


Hal
Tabel 1 JUMLAH KASUS BARU TB BTA +, SELURUH KASUS TB, 27
KASUS TB PADA ANAK DAN CASE NOTIFICATION RATE
(CNR) PER 100.000 PENDUDUK KABUPATEN
GUNUNGKIDUL TAHUN 2017
Tabel 2 JUMLAH KASUS DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU 28
BTA (+) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN
PUSKESMAS KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2017
Tabel 3 ANGKA KESEMBUHAN DAN PENGOBATAN LENGKAP TB 29
PARU BTA (+) SERTA KEBERHASILAN PENGOBATAN
MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2017
Tabel 4 PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENIS 30
KELAMIN, KECAMATAN DAN PUSKESMAS KABUPATEN
GUNUNGKIDUL TAHUN 2017
Tabel 5 JUMLAH KASUS HIV, AIDS, DAN SYPHILIS MENURUT 31
JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2017
Tabel 6 KASUS DIARE YANG DITANGANI MENURUT JENIS 32
KELAMIN, KECAMATAN DAN PUSKESMAS KABUPATEN
GUNUNGKIDUL TAHUN 2017
Tabel 7 JUMLAH KASUS BARU KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN, 33
KECAMATAN DAN PUSKESMAS KABUPATEN
GUNUNGKIDUL TAHUN 2017
Tabel 8 KASUS BARU KUSTA UMUR 0-14 TAHUN DAN CACAT 34
TINGKAT 2 MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN
PUSKESMAS KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2017
Tabel 9 JUMLAH KASUS DAN ANGKA PREVALENSI PENYAKIT 35
KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN
PUSKESMAS KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2017
Tabel 10 PERSENTASE PENDERITA KUSTA SELESAI BEROBAT 36
MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2017
Tabel 11 JUMLAH KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) 37
MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2017

vi
Profil Hasil Kegiatan P2PM Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Gunungkidul, Rencana Strategis (Renstra) Dinas
Kesehatan, dan Laporan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang
Kesehatan merupakan beberapa dokumen yang memuat indikator
pembangunan khususnya pembangunan dibidang kesehatan yang
akan dicapai dalam suatu kurun waktu tertentu.
Program Pengendalian Penyakit Menular adalah salah satu
program yang penting dalam tindakan pengendalian dan pencegahan
suatu penyakit menular. Hal ini karena penyakit menular adalah suatu
penyakit yang sangat berbahaya karena satu saja orang yang terinfeksi
penyakit menular maka dapat menjangkiti orang lain di sekitarnya.
Karena hal itu maka sangat diperlukan pengendalian penyakit
menular.
Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya 
agen penyebab yang mengakibatkan perpindahan penularan penyakit
dari orang atau hewan yang terinfeksi, kepada orang atau hewan yang
rentan, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui
perantara atau lingkungan hidup. Sampai saat ini, angka kejadian
penyakit menular di Indonesia masih tinggi, dan salah satu di
antaranya (Tuberculosis) merupakan penyebab kematian nomor 4
tertinggi di Indonesia menurut Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Untuk menanggulangi hal tersebut, pemerintah mengadakan
program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M).
Tujuannya adalah untuk menurunkan angka kesakitan, kematian, dan
kecacatan akibat penyakit menular.Namun masih ada beberapa
kendala dalam pelaksanaan program ini.
Untuk menjalankan suatu program, ada beberapa tahapan yang
harus di jalankan demi terlaksananya program tersebut dengan baik.
Tahapan tersebut adalah input, process, dan output. Dimana dalam
tahapan tersebut terdapat 4 unsur yang berdampak langsung apabila
salah satunya tidak tersedia atau terlaksana dengan memadai,
yaitu Man, Money, Materials, dan Method atau biasa juga disebut
dengan 4M.
4M itu sendiri terdiri dari Man, yang di maksud adalah sumber
daya manusia yang melaksanakan program. Money, dana atau biaya
yang digunakan untuk program. Materials, kelengkapan barang –
barang pendukung fasilitas program. Dan Method, yaitu kegiatan yang
dilakukan untuk mencapai tujuan dari program.
Maka dari itu perlu adanya peninjauan kembali tentang program
ini lalu di cari alternative permasalahannya sehingga target yang di
tentukan dapat tercapai dan program pemerintah dapat berjalan baik
untuk mencegah dan memberantas penyakit menular yang ada di
Indonesia.
Profil hasil kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
disusun sebagai potret kondisi kesehatan masyarakat di wilayah
Kabupaten Gunungkidul dan menjadi bahan evaluasi tahunan,

1
Profil Hasil Kegiatan P2PM Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018

capaian indikator pembangunan dibidang kesehatan.Sumber data yang


menjadi dasar pembuatan profil ini berasal dari laporan hasil kegiatan
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular yang dilaksanakan oleh
masing-masing program di Seksi Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Menular Dinas Kesehatan dan laporan bulanan Puskesmas
serta berbagai sumber dari Lintas Sektor terkait (facility base data),
serta data hasil survey di masyarakat (community base data).

B. Maksud dan Tujuan


Maksud disusunnya Profil ini adalah menyediakan informasi
berkala tahunan hasil kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Menularkepada publik.Tujuannya adalah tersaji dan tersebarnya
informasi hasil kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Menularbeserta data dukungnya yang telah dianalisa deskriptif dari
template tabel lampiran profil terstandar sebagai capaian hasil
Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2018.

C. Sistematika Penyusunan
Sistematika Penyusunan Profil hasil kegiatan Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Menular Kabupaten Gunungkidul ini disusun
sebagai berikut:
BabI
Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang, maksud dan tujuan, serta sistematika
penyusunan profil hasil kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Menular.
BabII
Gambaran Umum
Bab ini berisi penjelasan gambaran umum kabupaten
Gunungkidultentang letak geografis, administratif dan informasi
umum lainnya, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan
(biasa disebut determinant of health) yaitu
kependudukan/demografi, ekonomi, pendidikan, sosial budaya,
perilaku, dan lingkungan.
BabIII
Situasi Upaya Kesehatan
Bab ini berisi penjelasan upaya pemberantasan penyakit
menular.Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini
juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal
(SPM) Bidang Kesehatan, terutama kegiatan TB dan HIV.
Bab IV
Situasi Sumberdaya Kesehatan
Bab ini berisi penjelasan yaitu:fasilitas kesehatan, tenaga
kesehatan, dan pembiayaan kegiatan.

2
Profil Hasil Kegiatan P2PM Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018

Bab V
Penutup
Bab ini berisi hal-hal penting, dan perlu ditelaah danhal-hal yang
dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan
pembangunan kesehatan.
Lampiran
Pada lampiran ini berisi tabel angka pencapaian kabupaten.
1.

3
Profil Hasil Kegiatan P2PM Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018

BAB II
GAMBARAN UMUM

A. Geografi
Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu bagian wilayah
Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).Letaknya secara
geografis berada di bagian Tenggara dari Pemerintah Daerah DIY atau
kurang lebih 40 km dari pusat ibukota Propinsi.Luas wilayah
Kabupaten Gunungkidul 1.485,36 km2 atau 46,63% dari luas
Pemerintah Daerah DIY, yang terbagi menjadi tiga wilayah menurut
kondisi tanahnya yaitu:
- Zone Batu Agung di bagian utara, jenis tanah kapur dan liat/ tanah
merah, ketinggian 200-700 dpl.
- Zone Ledok Wonosari di bagian tengah, jenis tanahkapur dan
liat/tanah merah, ketinggian150-200 dpl dan
- Zone Pegunungan Seribu di bagian selatan, jenis tanah kapur/batu
muda, ketinggian 100-300 dpl.
Pada Gambar 2.1, batas-batas wilayah Kabupaten Gunungkidul yaitu
sebelah:
- Barat dengan Kabupaten Sleman dan Bantul, DIY.
- Utara dengan Kabupaten Klaten dan Sukoharjo, Jateng.
- Timur dengan Kabupaten Wonogiri, Jateng.
- Selatan dengan Samudera Hindia.

Gambar 2.1 Peta Wilayah Kab. Gunungkidul

Tipologi wilayah Kabupaten Gunungkidul berbukit-bukit, yang


banyak dikenal dengan istilah Pegunungan Seribu. Pegunungan Seribu
merupakan kawasan perbukitan batu gamping dan bentang karst
tandus dan kurang air permukaan, di bagian tengah merupakan
4
Profil Hasil Kegiatan P2PM Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018

Cekungan Wonosari yang terbentuk menjadi Plato Wonosari. Wilayah


pegunungan ini memiliki ketinggian 150-700 mdpl.
Secara administratif wilayah di Kabupaten Gunungkidul terbagi
menjadi 18 kecamatan, 144 desa, dan 1435 pedukuhan. Wilayah
terluas di Kecamatan Semanu seluas 107,39km 2 (7,3% luas
Gunungkidul). Jarak Puskesmas ke ibukota Kabupaten rata-rata 15
Km, sedangkan jarak rata-rata ke ibukota Propinsi 55 Km.
Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1 Jarak Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten


dan Ibukota Propinsi
Jarak
Luas Wilayah Jarak
No Puskesmas Kecamatan Ke
(Km2) Ke Prop
Kab
1 Nglipar I 32,68 11 50
Nglipar
2 Nglipar II 40,30 24 46
3 Gedangsari I 36,86 22 50
Gedangsari
4 Gedangsari II 31,28 25 55
5 Patuk I 47,79 20 26
Patuk
6 Patuk II 24,25 28 46
7 Rongkop Rongkop 95,47 35 70
8 Girisubo Girisubo 82,72 48 85
9 Ponjong I 59,69 15 50
Ponjong
10 Ponjong II 44,78 23 58
11 Wonosari I 44,44 3 40
Wonosari
12 Wonosari II 33,09 5 40
13 Karangmojo I 44,53 9 45
Karangmojo
14 Karangmojo II 35,59 13 50
15 Panggang I 35,00 40 40
Panggang
16 Panggang II 48,00 30 30
17 Purwosari Purwosari 59,34 48 40
18 Tepus I 57,84 22 58
Tepus
19 Tepus II 49,85 32 65
20 Tanjungsari Tanjungsari 68,84 18 55
21 Paliyan Paliyan 66,94 16 40
22 Saptosari Saptosari 87,02 23 42
23 Ngawen I 26,81 34 70
Ngawen
24 Ngawen II 13,78 59 40
25 Semanu I 55,61 7 45
Semanu
26 Semanu II 52,78 10 50
27 Semin I 24,32 24 60
Semin
28 Semin II 38,90 41 75
29 Playen I 41,42 11 37
Playen
30 Playen II 63,84 16 37
Kabupaten Gunungkidul 1485,36
Sumber: BPS Kabupaten Gunungkidul

5
Profil Hasil Kegiatan P2PM Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018

B. Demografi
Berdasar data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Gunungkidul
dalam angka 2018 jumlah penduduk Kabupaten Gunungkidul pada
tahun 2018 sebanyak 757.169 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak
375.813 jiwa dan perempuan sebanyak 381.356 jiwa.

C. Sosial Ekonomi, Pendidikan, dan Agama

Ekonomi Penduduk
Mata pencaharian penduduk di Kabupaten Gunungkidul sebagian
besar adalah petani.Jenis lapangan usaha pertanian menduduki
52.62% dan selebihnya adalah industri pengolahan (7.13%), jasa-jasa
(13.02%) serta bidang lainnya (14.06%).
Laju pertumbuhan ekonomi dapat dihitung berdasarkan nilai
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga
konstan.PDRB merupakan salah satu pencerminan kemajuan
perekonomian suatu daerah, yang didefinisikan sebagai keseluruhan
nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dalam waktu satu
tahun.PDRB Kabupaten Gunungkidul banyak ditopang dari lapangan
usaha sektor pertanian (25.77%) disusul oleh sektor konstruksi,
industri pengolahan, administrasi pemerintahan, dan perdagangan
Pola konsumsi rumah tangga merupakan indikator yang dapat
memberikan gambaran kesejahteraan penduduk. Semakin tinggi
pendapatan, maka porsi pendapatan untuk pengeluaran akan bergeser
dari pengeluaran untuk makanan ke pengeluaran bukan makanan.
Pola konsumsi rumah tangga di Kabupaten Gunungkidul masih
didominasi oleh kelompok makanan sebesar 53,45%, dengan
sumbangan terbesar pada kelompok makanan dan minuman jadi
(11,47%) dan kelompok tembakau dan sirih menyumbang terbesar
keempat (6,62%) terhadap total pengeluaran.

Pendidikan dan Agama


Masyarakat yang maju sangat dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan penduduknya. Jumlah Sekolah di Kabupaten Gunungkidul
sebagai berikut: sekolah dasar/sederajat sebanyak 561, SMP/sederajat
140, SMA/sederajat 78 dan Akademi/PT 2 unit.Peserta didik yang
tercatat untuk SD sebanyak 51.851murid, adapun pada sekolah
lanjutan pertama (SMP) sebanyak 25.203murid.
Agama yang dianut oleh penduduk di Kabupaten Gunungkidul
terdiri dari agama Islam, Kristen, Katholik, Hindu dan Budha. Agama
yang dianut sebagian besar penduduk adalah Islam (96,76%) disusul
dengan Kristen (1,53%) dan Katholik (1,28%).

6
Profil Hasil Kegiatan P2PM Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018

BAB III
SITUASI UPAYA KESEHATAN
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR

A. Demam Berdarah (DB)


Kabupaten Gunungkidul merupakan daerah endemis Demam
Berdarah. Jumlah kasus Demam Berdarah di Kabupaten
Gunungkidul pada tahun 2018 sebanyak 124 kasus dan mengalami
penurunan dibanding jumlah kasus tahun 2017 (228 kasus). Kasus
yang ditemukan sebagian berasal dari Rumah Sakit dan Puskesmas
dengan CFR 0,4% dan IR 30,1/100.000 penduduk.
Jumlah kasus penyakit Demam Berdarah di Kabupaten
Gunungkidul mengalami fluktuasi pada tiap tahun.Berdasar data dari
hasil pencatatan dan pelaporan Dinas Kesehatan Kabupaten
Gunungkidul selama sepuluh tahun terakhir, fluktuasi kasus tertinggi
terjadi di tahun 2016 (1180kasus).
sedangkan gambar grafik menunjukkan pola peningkatan kasus
pada setiap 3 tahun.Data selengkapnya tersaji dalam Gambar 4.2
berikut.

Gambar 3.1
Jumlah Kasus dan Kematian Demam Berdarah
Di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2006-2018

2018 124 2018 0


2017 228 2017 1
2016 1180 2016 4
2015 498 2015 4
2014 379 2014 2
2013 310 2013 1 mati
2012 78 2012
2011 0
974 2011
2010 1
974 2010
2009 290
13
2009 6
2008 233
2007 327
kasus 2008 3
2006 2007 2
107 2006 1
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
0 2 4 6 8 10 12 14

Sumber: Seksi Dalkit, Dinkes Kabupaten Gunungkidul

Berdasarkan gambar 3.1 terlihat bahwa, terjadinya kenaikan


jumlah kasus DB di Kabupaten Gunungkidul yang sangat mencolok
pada tahun 2010 dan turun drastis pada Tahun 2011 dan naik
kembali pada tahun 2013 dan 2016. Kematian akibat DB tertinggi
terjadi pada tahun 2010 yaitu 13 orang. Peningkatan kasus maupun
penurunan kasus mengindikasikan adanya peran dari terdapatnya
vector (nyamuk aedes aegypti), dan virus penyebab penyakit DBD
(virus Dengue) serta perilaku masyarakat yang tidak sehat atau
mungkin juga pemberantasan sarang nyamuk yang kurang
7
Profil Hasil Kegiatan P2PM Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018

berhasil.Pola penyakit yang tidak menentu ini bisa menjadi bahan


pertimbangan dalam penyelidikan epidemiologi lebih lanjut.
Kasus Demam Berdarah menurut waktu (bulan) pada tiga tahun
terakhir disajikan pada Gambar 3.2 berikut.

Gambar 3.2
Distribusi Kasus DBD Bulan di Kabupaten Gunungkidul
Tahun 2014 - 2018

140
120
100
80 2014
2015
60
2016
40 2017
2018
20
0
. t il i i li t. t t. . .
jan Feb are pr Me Jun Ju Ag Sep Ok Nov Des
M A

Pola kasus menurut waktu (bulan) untuk penderita DBD di


Kabupaten Gunungkidul ternyata kenaikannya terjadi pada bulan
Desember dan Januari.Dengan demikian, pada bulan-bulan tersebut
perlu diwaspadai terjadinya KLB.
Kasus DBD sangat erat kaitannya dengan curah hujan.Selain itu,
masalah lingkungan, mobilisasi penduduk yang tinggi, serta kepadatan
penduduk juga sangat berperan dalam proses penularan penyakit Demam
Berdarah.
Berbagai upaya dan strategi telah dilakukan dalam rangka
pencegahan dan pengendalian penyakit DBD yaitu :
1. Penggerakan PSN di Masyarakat seperti penyuluhan, jum’at bersih
2. Peran LS (SE Bupati 479/0482 TGL 15 Februari 2015 .sebagai tindak
lanjut dari Instruksi Gubernur Nomor 6/INST/
2014danditindaklanjuti dengan Perbub no. 13/2017 tentang
Pengendalian Penyakit DBD
3. Gerakanikanisasi, biolarvasida
4. Larvasida
5. Pelatihan kader Jumantik
6. Pemantauan Jentik Berkala (PJB)
7. Penyelidikan Epidemiologi (PE)
8. Foging fokus ( Mengacu pada Surat Edaran Bupati No.1479/0482
tanggal 05 februari 2015 ) yang diperbaharui dg perbub no 13/2017
tentang pengendalian penyakit DBD
9. Pemetaan daerah endemis, sporadis, potensial
10. Pengendalian Kewaspadaan Dini Rumah Sakit (KDRS)

8
Profil Hasil Kegiatan P2PM Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018

11. Revitalisasi Pokjanal DBD dalam rangka penguatan kesepakatan dan


komitmen.
12. Refresing Kader Kesehatan tentang DBD dan gerakan PSN
13. Penyuluhan2 tentang penyakit DBD oleh Petugas Kesehatan dan
Kader
14. Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J)

B. Malaria
Selama beberapa tahun terakhir di Kabupaten Gunungkidul tidak
ditemukan kasus baru penyakit Malaria.Berbeda dengan tahun 2010
yang ditemukan sebanyak 4 kasus yang tersebar di Kecamatan
Karangmojo, Panggang, dan Tepus.Kasus Malaria yang ada di
Kabupaten Gunungkidul hampir semua adalah import dari daerah
lain.Pada tahun 2014 kabupaten Gunungkidul mendapat sertifikat
eliminasi Malaria dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
tertanggal 25 April 2014.
Walaupun tidak ditemukan kasus Malaria, namun kegiatan
surveilans penyakit menular tetap dilaksanakan, karena mobilitas
penduduk yang berasal dari daerah kasus Malaria maupun tempat
perindukan nyamuk Malaria masih memungkinkan timbulnya kasus
baru di Gunungkidul.
Berbagai upaya dan strategi telah dilakukan dalam rangka
pencegahan dan pengendalian penyakit Malaria yaitu :
1. Peningkatan kapasitas petugas.
2. Pemantauan jentik malaria di daerah-daerah potensi malaria.
3. Penyuluhan kepada tokoh masyarakat maupun masyarakat maupun
melalui media cetak.

C. Kusta
Derajat kesehatan di Indonesia telah mengalami kemajuan yang
ditunjukan dengan semakin menurunnya AKB, AKI, menurunnya
prevalensi gizi buruk pada balita dan meningkatnya UHH.Tetapi
Indonesia masih menghadapi beberapa masalah karena masih belum
sepenuhnya dapat mengendalikan beberapa penyakit menular yang
salah satunya adalah penyakit kusta.
Tahun 1991 Word Health Assembly telah mengeluarkan resolusi
yaitu eliminasi kusta tahun 2000, sehingga penyakit kusta tidak lagi
menjadi masalah kesehatan masyarakat.Indonesia sudah mencapai
eliminasi tahun 2000, namun demikian jumlah penderita baru belum
menunjukan penurunan.Tahun 2006 WHO mengeluarkan strategy
Global untuk menurunkan beban penyakit dan kesinambungan
program pemberantasan penyakit kusta
Di Kabupaten Gunungkidul hampir setiap tahun ditemukan
penderita baru penyakit Kusta yang tersebar di beberapa Puskesmas.
Ditemukannya penderita baru sangat dimungkinkan adanya kontak
dengan penderita lama. Pada Tahun 2018 ditemukan kasus baru

9
Profil Hasil Kegiatan P2PM Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018

sebanyak 15 kasus dan tidak ditemukan kasus baru yang cacat tingkat
2 maupun penderita yang berumur <14 tahun.
Pada tahun 2017 dari 15 penderita Kusta yang tercatat semua
jenis Kusta Multi Basiler (MB) atau Kusta basah.Angka penemuan
kasus baru (New Case Detection Rate/NCDR) 1,98/100.000penduduk.
Berdasar jenis kelamin, ternyata kasus Kusta lebih banyak ditemukan
pada jenis kelamin laki-laki. Data selengkapnya seperti tabel
Pencarian penderita diantaranya melalui kegiatan kontak survey
di keluarga penderita dan case survey yang dilaksanakan di
masyarakat umum melalui kegiatan mini LEC dengan mengumpulkan
masyarakat serta penjaringan penderita yang datang ke Puskesmas.
Gambaran kasus baru ditemukan di Kabupaten Gunungkidul selama
lima tahun terakhir sebagai berikut:
Gambar 3.3
Jumlah Kasus Baru Kusta di Kabupaten Gunungkidul
Tahun 2012-2017

25 22 22
20
15 14 15
15 11
10
5
0
2012 2013 2014 2015 2016 2017

Upaya dan strategi telah dilakukan dalam rangka pencegahan


dan pengendalian penyakit Kusta dengan tujuan mengandalikan
penyebaran penderita kusta pada kondisi eliminasi sehingga kusta
bukan merupakan masalah kesehatan masyarakat, dengan tujuan
khusus :
1. Mempertahankan angka kesakitan kusta < 1 per 10.000 penduduk.
2. Mengupayakan ketrampilan petugas di semua Puskesmas dalam
mendeteksi suspek kusta.
3. Mempertahankan ketrampilan petugas kesehatan di unit pelayanan
rujukan dalam tatalaksana penderita kusta.
4. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam upaya
deteksi dini kusta.
5. Menyupayakan kecukupan logistik dan dana operasional.
6. Advokasi kepada para pengambil kebijakan.
Berbagai kegiatan juga telah dilakukan baik kegiatan utama
(Tatalaksana penderita maupun kegiatan pendukung yaitu :
1. Kegiatan Utama (Tatalaksana Penderita)
a. Penemuan suspek
b. Diagnosis
c. Penentuan regimen dan mulai pengobatan
d. Pemantauan pengobatan
e. Pemeriksaan kontak
f. Konfirmasi kontak

10
Profil Hasil Kegiatan P2PM Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018

g. Diagnosis dan pengobatan reaksi


h. Penentuan dan penanganan reaksi
i. Pemantauan pengobatan reaksi
j. POD dan perawatan diri
k. Penyuluhan perorangan.
2. Kegiatan pendukung (Tatalaksana program)
a. Rapid village survey daerah fokus
b. Intinsifikasi pemeriksaan kontak serumah dan lingkungan
c. Pemeriksaan laboratorium pada penderita dengan Diagnosis
meragukan
d. Penyuluhan – advokasi
e. Pelatihan petugas Puskesmas dan RS
f. Pelatihan wasor kabupaten
g. Supervisi
h. Pencatatan dan pelaporan
i. Monitoring dan evaluasi
j. Stok logistik MDT
k. Rehabilitasi medik - sosek

D. TBC-Paru
Penanggulangan TBC-Paru merupakan salah satu sasaran yang
akan dicapai dalam target Standar Pelayanan Minimal. Penanggulangan
penyakit TBC di Kabupaten Gunungkidul dilaksanakan dengan
berbagai program yang melibatkan fasilitas pelayanan kesehatan
pemerintah, fasilitas kesehatan swasta dan masyarakat umum.
Prioritas program TBC-paru adalah pada golongan umur >15 tahun
dengan hasil pemeriksaan laboratorium dahak dengan BTA (+). Namun
demikian, bila ditemukan kasus TB pada anak tetap harus ditangani.
Case Detection Rate (CDR) atau Angka Penemuan Kasus
merupakan persentase jumlah pasien baru BTA (+) yang ditemukan
dan diobati dibanding jumlah pasien baru BTA (+) yang diperkirakan di
suatu wilayah. Pada tahun 2018 dari target penderita klinis TBC yang
diperiksa dahaknya, ditemukan jumlah kasus baru dengan baksil
tahan asam atau BTA (+) sebanyak 189 kasus (27,78%), sedangkan
angka penemuan semua kasus sebanyak 273 kasus (40,12%). Angka
penemuan ini masih jauh dibawah target yaitu penemuan suspek
10.52 suspek dan penemuan kasus 1.052 kasus.
Dari 186 penderita TBC yang diobati pada tahun 2018, 132
penderita dinyatakan sembuh (70,97%) dengan Angka kesuksesan
pengobatan (success rate) sebesar 88,02%. Angka kesembuhan (Cure
Rate) adalah angka yang menunjukkan persentase pasien baru TB
dengan BTA (+) yang sembuh setelah selesai masa pengobatan. Atau
hasil pengobatan pada akhir fase pengobatan lanjutan (2 bulan
pengobatan intensif 4 bulan adalah fase lanjutan) diperiksa dahaknya
bila negatif dinyatakan sembuh. Bila penderita tidak bisa diperiksa
dahaknya maka dinyatakan sebagai pengobatan lengkap. Angka
11
Profil Hasil Kegiatan P2PM Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018

kesembuhan yang baik adalah bila >85 %. Diperoleh angka


kesembuhan pengobatan penderita sebesar 70,97% dari target >85%.
Angka kesembuhan yang kurang dari target dapat disebabkan karena
pindah, meninggal, drof out dan ini bisa mengindikasikan suatu
kegagalan dalam pengobatan sehingga berpotensi menimbulkan drop
out ataupun resisten terhadap obat TB.Cakupan indikator program
TBC Paru di Kabupaten Gunungkidul selengkapnya pada Tabel 3.1
berikut.

Tabel 3.1
Pencapaian Indikator Program TBC-Paru di Kabupaten Gunungkidul
Tahun 2015 – 2017

2015 2016 2017


No
Indikator Pencapaian % % %
.

Target 70 40 46
1 Case Detection Rate (CDR)
Realisasi 44 37,84 27,78
Target 84 80 80
2 Conversion Rate
Realisasi 76 76 76
Target 85 85 85
3 Cure rate Realisasi 81,87 76,18 70,97
Realisasi 4 - -
Target > 85 85 85
4 Sukses Rate
Realisasi 86,53 80,68 88,02

Hasil capaian indikator program TB tahun 2018 rata-rata terjadi


Penurunan dari pada tahun sebelumnya. Pengobatan terhadap
penderita TBC-Paru diberikan secara cuma-cuma melalui obat program
TB dari Pusat.Keteraturan minum obat pada penderita TB sangat
mempengaruhi keberhasilan pengobatan penyakit TBC.
Berbagai kebijakan, upaya dan strategi telah dilakukan dalam
rangka pencegahan dan penaggulangan TB di Gunungkidulyaitu :
1. Kebijakan
a. Dilaksanakan dg azas desentralisasi
b. Strategi DOTS
c. Penguatan kebijakan di daerah
d. Peningkatan mutu pelayanan, kemudahan akses untuk penemuan
dan pengobatan
e. Dilaksanakan di FKTP dan FKRTL
f. Pengobatan tanpa penyulit di FKTP, dg penyulit di FKRTL dg
mekanisme rujuk balik apabila faktor penyulit telah dapat ditangani
g. Kerjasama dan kemitraan
h. Peningkatan kemampuan laboratorium untuk peningkatan
peningkatan mutu dan akses layanan
12
Profil Hasil Kegiatan P2PM Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018

i. OAT diberikan secara Cuma-Cuma dg manajemen logistik yg efektif


demi menjamin ketersediaannya
j. Ketersediaan tenaga yang kompeten
k. Prioritas KK miskin dan klp rentan
l. Pasien TB tidak dikucilkan
m. Memperhatikan thd strategi target global
2. Strategi
a. Memperluas dan meningkatkan pelayanan DOTS yang bermutu
b. Menghadapi tantangan TB/HIV, MDR-TB, TB anak, kebutuhan
masy miskin serta rentan lainnya
c. Melibatkan seluruh penyedia pelayanan, pemerintah, masyarakat,
swasta, perusahaan melalui pendekatan PPM
d. Pemberdayaan masy dan pasien TB
e. Memberikan kontribusi dlm penguatan sisten kesehatan dan
program
f. Mendorong komitmen pemerintah pusat dan daerah
g. Mendorong penelitian, pengembangan dan pemanfaatan informasi

E. Penyakit HIV-AIDS
Penyakit HIV-AIDS muncul pertama di Kabupaten Gunungkidul
pada tahun 2006 (1 orang) dan semakin meningkat pada tahun-tahun
berikutnya. Jumlah kasus HIV-AIDS di Gunungkidul yang tercatat
sampai dengan tahun 2018 sebanyak 369 orang dengan kasus AIDS
sebanyak 230 orang (63%) lebih kecil dibanding kasus HIV sebanyak
369 orang (37%). Data ini menunjukkan bahwa pasien HIV-AIDS
datang ke fasilitas pelayanan kesehatan sebagian besar sudah dalam
keadaan terlambat.
Sebagian besar penderita telah mendapatkan pengobatan di
Rumah Sakit sedangkan pemantauan tetap dilaksanakan oleh Dinas
Kesehatan beserta petugas Puskesmas di lokasi penderita.
Dari analisa data kelompok resiko tinggi penularan HIV-AIDS
diketahui bahwa, penyebaran HIV-AIDS banyak diakibatkan oleh
perilaku yang tidak sehat yang cenderung dilakukan oleh : PSK,
homosek, pencandu narkoba. Pada perkembangannya, saat ini
penyakit HIV-AIDS ternyata juga banyak ditemukan pada ibu rumah
tangga.Hal ini juga dimungkinkan akibat tertular dari suami pengidap
HIV-AIDS.

Gambar 3.4
Distribusi Penderita HIV AIDS di Kabupaten Gunungkidul
Berdasarkan distribusi per Tahun, Perbandingan Kasus HIV dan AIDS,
Jenis Kelamin, Faktor Resiko, Kelompok Umur, Jenis Pekerjaan dan
distribusi per Kecamatan Tahun 2018

13
Profil Hasil Kegiatan P2PM Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018

14
Profil Hasil Kegiatan P2PM Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018

Dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyebaran


penyakit HIV-AIDS ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul
beserta masyarakat dan swasta melakukan beberapa langkah, antara
lain:
1. Melakukan KIE kepada masyarakat terutama kepada kelompok
beresiko.
2. Penyululan melalui kegiatan ABAT (Aku Bangga Aku tahu)
3. Survielans HIV dengan kegiatan serro survey, untuk memantau
perkembangan kasus termasuk penyebarannya.
4. VCT dan VICT di Puskesmas, RSUD Wonosari maupun RS swasta
5. Pendampingan bagi pengidap HIV atau ODHA (Orang Dengan
HIV/AIDS), termasuk rujukan.
6. Sosialisasi kepada tokoh-tokoh masyarakat tentang HIV.
7. Peningkatan kapasitas SDM baik di Puskesmas maupun Rumah Sakit.
8. Penyebarluasan informasi melalui berbagai media seperti media cetak,
melalui peringatan hari AIDS sedunia, dll.
9. Fasilitasi Kelompok Dukungan Sebaya (KDS).
10. Penyusunan Darf produk hukum dengan Perda Penanggulangan HIV
AIDS.
11. Pengadaan bahan habis pakai berupa rapit tes HIV dll.
12. Menjaga kerahasiaan penderita dari kemungkinan penolakan
masyarakat dan pelanggaran HAM.

F. ISPA
Infeksi saluran pernapasan akut atau sering disebut sebagai
ISPA adalah infeksi yang mengganggu proses pernafasan seseorang.
Infeksi ini umumnya disebabkan oleh virus yang menyerang hidung,
trakea (pipa pernafasan), atau bahkan paru-paru.
ISPA menyebabkan fungsi pernapasan menjadi terganggu.Jika
tidak segera ditangani, infeksi ini dapat menyebar ke seluruh sistem
pernapasan dan menyebabkan tubuh tidak mendapatkan cukup

15
Profil Hasil Kegiatan P2PM Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018

oksigen.Kondisi ini bisa berakibat fatal, bahkan sampai berujung pada


kematian.
ISPA merupakan penyakit yang mudah sekali menular. Orang-
orang yang memiliki kelainan sistem kekebalan tubuh dan orang-orang
lanjut usia akan lebih mudah terserang penyakit ini. Anak-anak juga
memiliki risiko yang sama, karena sistem kekebalan tubuh mereka
belum terbentuk sepenuhnya.
Seseorang bisa tertular ISPA ketika dia menghirup udara yang
mengandung virus atau bakteri.Virus atau bakteri ini dikeluarkan oleh
penderita infeksi saluran pernapasan melalui bersin atau ketika batuk.
Selain itu, cairan yang mengandung virus atau bakteri yang
menempel pada permukaan benda bisa menular ke orang lain saat
mereka menyentuhnya. Ini disebut sebagai penularan secara tidak
langsung.Untuk menghindari penyebaran virus maupun bakteri,
sebaiknya mencuci tangan secara teratur, terutama setelah Anda
melakukan aktivitas di tempat umum.
Di Indonesia, ISPA menduduki peringkat pertama sebagai
penyakit yang paling banyak diderita masyarakat, khususnya anak-
anak. Tercatat, rata-rata balita di Indonesia mengalami sakit batuk
pilek setidaknya tiga hingga enam kali per tahunnya.Dari data WHO
didapatkan bahwa angka kejadian pneumonia pada balita di Indonesia
cukup tinggi, yakni 10-20% per tahun.
Di Gunungkidul tahun 2018 jumlah kasus yang ditemukan dan
ditangani sejumlah 775 kasus dari target 2.203 (35,17%). Gambaran
penemuan kasus ISPA per bulan tahun 2018 seperti gambar berikut :
Gambar 3.5
GRAFIK PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA PER BULAN
DINKES KAB. GUNUNGKIDUL
TAHUN 2018
5,367

6,000

5,000
3,898

3,439

3,234
3,103

2,989

4,000
2,850

2,801

2,754
2,441

2,322
2,198
2,195

2,181
2,083
2,061
2,032
2,005

1,979

3,000
1,893

1,701
1,693

1,515
1,427

1,426
1,336

439 1,330
1,319

1,305
1,227

2,000
29471
266

1,000
161

177
48
37

22

15
11
4
4

4
1
3
1

0
1
1

1
0

3
1
0
2
2
0

1
1
0
0

3
0

0
0
0
0

0
a
I

n II

Gi k o p

Ka n jo g I
Ka angm n g II

W o sa I I
os I

Pl a n I
Pa II
Ge Pat k I
Ge ang k I I
ng i I

Se n I I
ud Sem i n I

a H m ah
uh tira ri
rw II

pt n

Ta Tep u I

Se u b o
ma I
n II

W oj o I

P l a ri II

Ng ari II

aw I
aw I

P K RS P o n n I I

P e r oh ...
Pa ari

Te ari

RS am h ayu
ng i
Ro gsar

Ng p ar I
s
ng g

Ng ar
Se an u

ad
o n ri
gm j o

Ng en
Sa l i ya

U M an o sa
nj u s
Pu an g

d a sar
n
P o nu
pu

RS Nur mad
Pa ggan

Po jon

tu
ye
os

os

d u
ye

e
ran o

l ip

m
W i
a

us
ri s

s
m

li
g

on
n
Pa

lit
r

Rs

Bukan Pneumonia Pneumonia


RS

Berbagai starategi dan upaya telah dilakukan dalam rangka


pencegahan dan penanggulangan ISPA/Pneumonia yaitu :

16
Profil Hasil Kegiatan P2PM Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018

1. Penyuluhan kepada masyarakat mengenaii :


a. Mencuci tangan secara teratur terutama setelah beraktivitas di
tempat umum.
b. Hindari menyentuh bagian wajah, terutama mulut, hidung, dan
mata dengan tangan agar Anda terlindung dari penyebaran virus
dan bakteri.
c. Hindari merokok.
d. Perbanyak konsumsi makanan kaya serat dan vitamin untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.
e. Ketika Anda bersin, pastikan menutupnya dengan tisu atau
tangan. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit
kepada orang lain.
f. Berolahraga secara teratur juga bisa membantu meningkatkan
kekebalan tubuh dan mengurangi risiko penularan infeksi.
Semakin sering berolahraga, semakin kecil pula risiko tertular
ISPA.
2. Pencegahan
a. Hal-hal yang dapat kita lakukan untuk melindungi diri dalam
rangka pencegahan ISPA adalah dengan mempertahankan sistem
kekebalan tubuh dengan memberikan gizi yang cukup kepada anak
atau dapat juga dengan melakukan imunisasi untuk menjaga
kekebalan tubuh.
b. Usaha untuk memberikan gizi yang baik mungkin akan mudah
bagi orang dewasa yang telah mengerti, namun bagi bayi yang
masih dalam kontrol orang tua harus disusui sampai usia dua
tahun karena ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi.
Berikan anak makanan padat sesuai kebutuhannya. Bayi dan
balita hendaknya secara teratur ditimbang untuk mengetahui
apakah beratnya sesuai dengan umurnya dan perlu diperiksa
apakah ada penyakit yang menghambat pertumbuhan.
c. Agar anak memperoleh kekebalan dalam tubuhnya anak perlu
mendapatkan yang dimaksudkan untuk mencegah penyakit
Pertusis yang salah satu gejalanya adalah infeksi saluran nafas.
Selain itu, perilaku hidup bersih dan sehat merupakan modal.
3. Peningkatan kapatitas petugas.

G. KECACINGAN DAN FILARIASIS

Kecacingan merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah


kesehatan masyarakat di Indonesia karena berjangkit di sebagian besar
wilayah Indonesia dan dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan,
gizi, kecerdasan, dan produktifitas, dan merupakan penyakit yang diabaikan
sehingga kurang diperhatikan baik pencegahan maupun penanggulangannya. Meskipun
kecacingan cenderung tidak mematikan namun dapat menurunkan kondisi gizi yang
mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan mental anak-anak, sedangkan pada orang
dewasa menyebabkan turunnya produktivitas kerja.Oleh karena itu, sangat penting
dilakukan upaya-upaya yang komprehensif untuk dijadikan data dasar dalam kebijakan
strategis pencegahan dan penetapan program penanggulangan kecacingan yang tepat guna.
Kecacingan merupakan penyakit endemik dan kronik yang diakibatkan oleh cacing
parasit yang cenderung tidak mematikan namun menggerogoti kesehatan tubuh manusia,
17
Profil Hasil Kegiatan P2PM Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018

sehingga berakibat menurunnya kondisi gizi dan kesehatan masyarakat. Umumnya


kecacingan disebabkan oleh cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk
(Trichuris trichiura), dan cacing Hookworm (Ancylostoma duodenale dan Necator
americanus)yang dikelompokkan sebagai cacing yang ditularkan melalui tanah (Soil
Trasmitted Helminth), karena penularannya dari satu orang ke orang lain melalui tanah.
Pencegahan dan Pengendalian Kecacingan di Gunungkidul dilakukan dengan
berbagai upaya yaitu :
1. Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) setahun sekali selama 5 tahun berturut-
turut.
2. Bulan dimana sasaran secara serentak minum obat pencegahan.
3. Dilaksanakan setiap bulan Agustus/September/Oktober selama 5 tahun berturut-turut
(2015-2020)
4. Menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pelaksanaannya
memerlukan dukungan kementerian dan lembaga terkait.
Tujuan
1.    Tujuan Umum
Meningkatkan Cakupan Pengendalian Kecacingan Pada Anank Usia
Sekolah dan anak Pra sekolah sehingga menurun kan angka
kecacingandan tidak menjadi masalahKesehatan masyarakat.

2.    Tujuan Khusus
a. Meningkatkan cakupan program pengendalian Kecacingan sampai
85% sasaran anak sekolah usia sekolah dan pra sekolah di semua
daerah endemis pada tahun 2020
b. Meningkatkan kemitraan dalam pengendalian Kecacingan di
masyarakat dengan  memangku kebijakan,lintas sektor,pengusaha
dan organisasi masyarakat.

Sasaran
1.    Anak Usia Sekolah(5-12 tahun) pada PAUD dan SD/MI
2.    Anak balita (1-4 tahun)

Kegiatan
Pengobatan massal kecacingan pada seluruh anak usia pra sekolah (1-4 tahun) dan Anak
usia sekolah (5-12 tahun). Hasil Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) di kabupaten
Gunungkidul tahun 2018 adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2
Pencapaian Indikator Program Kecacingan
di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018

No Sasaran Target Realisasi % cakupan Ket


1 Usia 1 - 4 tahun 3.524 3.483 98,34
2 Usia 5 - 6 tahun 1.356 1.355 99,93
3 Usia 7 – 12 tahun 4.711 4.644 98,58
JUMLAH 9.591 9.482 98,86

H. DIARE
Hingga saat ini penyakit Diare masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan

18
Profil Hasil Kegiatan P2PM Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018

meningkatnya angka kesakitan diare dari tahun ke tahun.Di dunia,


sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahun karena diare, sebagian
kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Hasil survey Subdit
diare angka kesakitan diare semua umur tahun 2000 adalah 301/1000
penduduk, tahun 2003 adalah 374/1000 penduduk, tahun 2006
adalah  423/1000 penduduk. Kematian diare pada balita 75,3 per
100.000 balita dan semua umur 23,2 per 100.000 penduduk semua
umur (Hasil SKRT 2001). Diare merupakan penyebab kematian no 4
(13,2%) pada semua umur dalam kelompok penyakit menular. Proporsi
diare sebagai penyebab kematian nomor 1 pada bayi postneonatal
(31,4%) dan pada anak balita (25,2%) (Hasil Riskesdas 2007).
Di kabupaten Gunungkidul tahun 2018 dari target penemuan
kasus 10% dari 270/1.000 penduduk (757.169) sebanyak 20.444
kasus, ditemukan sebanyak 10.612 kasus (51,91%). Berbagai upaya
dan kegiatan telah dilakukan dalam pencegahan dan pengendalian
penyakit Diare yaitu:

1. Tujuan
 
Umum :
Menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare bersama
lintas program dan sektor terkait.
 
Khusus :
a. Tercapainya penurunan angka kesakitan.
b. Terlaksananya talalaksana diare sesuai standar.
c. Diketahuinya situasi epidemiologi dan besarnya masalah penyakit
diare di masyarakat, sehingga dapat dibuat perencanaan dalam
pencegahan, penanggulangan maupun pemberantasannya di semua
jenjang pelayanan.
d. Terwujudnya masyarakat yang mengerti, menghayati dan
melaksanakan hidup sehat melalui promosi kesehatan kegiatan
pencegahan sehingga kesakitan dan kematian karena diare dapat
dicegah.
e. Tersusunnya rencana kegiatan Pengendalian Penyakit Diare di
suatu wilayah kerja yang meliputi target, kebutuhan logistik dan
pengelolaannya.
 
2. Kebijakan

Kebijakan pencegahan dan pengendalian penyakit Diare adalah :


a. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar, baik di
Sarana Kesehatan maupun masyarakat/rumah tangga,
b. Melaksanakan Surveilans Epidemiologi dan Penanggulangan KLB
Diare,
c. Mengembangkan pedoman pengendalian penyakit diare,
d. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas dalam
pengelolaan program yang meliputi aspek manajerial dan tehnis
medis, Mengembangkan jejaring lintas program dan sektor di
pusat, propinsi dan kabupaten/kota,
e. Meningkatkan pembinaan tehnis dan monitoring untuk mencapai
kualitas pelaksanaan pengendalian penyakit diare secara
maksimal, dan

19
Profil Hasil Kegiatan P2PM Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018

f. Melaksanakan evaluasi untuk mengetahui hasil kegiatan program


dan sebagai dasar perencanaan selanjutnya.
 
3. Strategi

a. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di sarana


Kesehatan melalui Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE).
b. Meningkatkan tatalaksana penderita diare di rumah tangga yang
tepat dan benar.
c. Meningkatkan SKD dan penanggulangan KLB Diare.
d. Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif.
e. Melaksanakan monitoring dan evaluasi.
 
4. Kegiatan

a. Tatalaksana Penderita Diare.


b. Surveilans Epidemiologi.
c. Promosi Kesehatan.
d. Pencegahan Diare.
e. Pengelolaan Logistik.
f. Pemantauan dan Evaluasi.

Cakupan penemuan Diare Di kabupaten Gunungkidul tahun


2018 seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.6
Grafik Penemuan Penyakit Diare
di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018

1000

900 870
LAKI-LAKI 771
800
PEREMPUAN
700 687 678
654 633
585 609
600 569 575
512
500
451 434
397 400 427 419
400 379
344 354
307317
300 265
212
200

100

0
L
I

EI

LI
ET

R
RI

NI

R
S
AR

RI

TU

BE

BE

BE

BE
JU
M
UA

JU
AR

AP
NU

EM

M
US

TO
BR

PE

SE
AG
JA

OK
PT
PE

DE
NO
SE

I. HEPATITIS

20
Profil Hasil Kegiatan P2PM Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018

Hepatitis adalah penyakit peradangan pada organ hati yang


disebabkan oleh berbagai faktor seperti obat-obatan, perlemakan,
alkohol, serta infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri dan
parasit.Sebagian besar kecacatan dan kematian yang disebabkan oleh
hepatitis jenis B dan C yang kronis.Di Asia Tenggara diperkirakan 100
juta orang hidup dengan hepatitis B kronis dan sekitar 30 juta orang
lainnya hidup dengan hepatitis C kronis. Setiap tahunnya, terjadi
sekitar 1,4 juta kasus baru hepatitis B dan 300 ribu kematian.Di
Indonesia, hasil Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas) 2013 menemukan
ada sekitar 18 juta penduduk Indonesia menderita hepatitis B dan 3
juta orang terkena hepatitis C.
Pencegahan dan pengendalian penyakit Hepatitis melalui kebijakan
pengendalian yaitu :
1. Mengurangi kesakitan dan kematian akibat virus Hepatitis, 
2. Mengurangi transmisi dari berbagai penyebab virus Hepatitis, dan 
3. Mengurangi dampak sosial ekonomi akibat virus Hepatitis pada level
individu, kelompok masyarakat dan populasi.
Berbagai upaya dan kegiatan yang dilakukan adalah dengan
meningkatkan kepedulian, kemitraan dan mobilisasi sumber dana,
kemitraan dengan lintas program dan lintas sector terkait untuk
menghilangkan stigma, serta pembuatan media komunikasi informasi dan
edukasi (KIE) tentang Hepatitis A, B dan C.

J.DEMAM TYPOID

Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan Kualitas Perilaku


Hidup Bersih dan Sehat. Data Riskesdas 2007 menunjukkan angka
pravalensi Tifoid yang di diagnosa oleh tenaga kesehatan adalah 0,79 %
atau 790 per 100.000. Angka kesakitan demam Tifoid di Indonesia
yang tercatat di buletin WHO 2008 sebesar 81,7 per 100.000 yang
terbagi menurut golongan umur: 0-1 tahun (0.0/100.000), 2-4 thn
(148,7/ 100.000), 5-15 thn (180,3 / 100.000), > 16 tahun 51,2/
100.000/ tahun. 20-40% kasus demam Tifoid harus menjalani
perawatan di Rumah sakit sehingga biaya dikeluarkan 60.000.000
dolar Amerika per tahun.
Penderita demam Tifoid mempunyai potensi untuk menjadi
carrier atau pembawa menahun setelah penyakitnya disembuhkan.Era
sebelum antibiotika digunakan diperkirakan sedikitnya 5 % penderita
demam tifoid menjadi pembawa menahun, tetapi angka terakhir
menurun menjadi 3 %.Permasalahan sebagai negara
endemispenemuan kasus belum optimal karena kendala pada
penunjang diagnosa, adanya variasi gejala klinis, pemeriksaan
penunjang standar baku yang sulit dilaksanakan, pelayanan medis dan
biaya pengadaaan yang sangat minim
Berbagai upaya, kebijakan dan kegiatan yang dilakukan di
kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut :
1. Kebijakan

21
Profil Hasil Kegiatan P2PM Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018

a. Berdasarkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat serta


disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing masing daerah.
b. Dilaksanakan secara terpadu untuk pencegahan primer (imunisasi
secara mandiri, pengendalian carrrier, penyehatan lingkungan),
pencegahan sekunder (diagnosis dini dan pengobatan secara cepat
dan tepat) dan pencegahan tertier (mengurangi keparahan akibat
komplikasi, tetap PHBS)
c. Penguatan sistem surveilenssebagai bahan informasi bagi pengambil
kebijakan dan pelaksanaan program
d. Dilaksanakan melalui pengembangan kemitraan dan jejaring kerja
secara multi disiplin, lintas program dan lintas sektor
e. Dikelola secara profesional, berkualitas, merata dan terjangkau oleh
masyarakat melalui penguatan seluruh sumber daya
f. Dikelola secara profesional, berkualitas, merata dan terjangkau oleh
masyarakat melalui penguatan seluruh sumber daya
g. Dilaksanakan secara efektif dan efisien melalui pengawasan yang
terus ditingkakan intensitas dan kuaitasnya dengan pemantapan
sistem, prosedur, bimbingan dan evaluasi.

2. Strategi
a. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) sehingga terhindar dari penyakit
demam tifoid.
b. Mendorong dan memfasilitasi pengembangan potensi dan peran
serta masyarakat untuk penyebarluasan informasi tentang
pengendalian demam tifoid.
c. Peran serta LSM, Media Cetak dan Media Elektronik, program
penyehatan lingkungan, program kesehatan ibu dan anak, usaha
kesehatan sekolah dan lintas program lainnya untuk melakukan
penyuluhan dan pelatihan cara hidup bersih dan sehat
d. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) sehingga terhindar dari penyakit
demam tifoid.
e. Mendorong dan memfasilitasi pengembangan potensi dan peran
serta masyarakat untuk penyebarluasan informasi tentang
pengendalian demam tifoid.
f. Peran serta LSM, Media Cetak dan Media Elektronik, program
penyehatan lingkungan, program kesehatan ibu dan anak, usaha
kesehatan sekolah dan lintas program lainnya untuk melakukan
penyuluhan dan pelatihan cara hidup bersih dan sehat

3. Kegiatan
a. Sosialisasi
b. Advokasi
c. Mobilisasi
d. Pemberdayaan
e. Penguatan SDM
22
Profil Hasil Kegiatan P2PM Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018

4. Upaya Pengendalian
a. Peningkatan sanitasi lingkungan
b. Pencegahan carrier
c. Hygiene dan sanitasi makanan
d. Pencegahan dengan imunisasi
e. Hydiene peroranga
f. Promosi kesehatan yaitu melalui penyuluhan, konseling, kampanye
dan penyebaran informasi dengan menggunakan media KIE cetak
dan elektronik.

23
Profil Hasil Kegiatan P2PM Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018

BAB IV
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

A. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas Kesehatan merupakan input bagi berlangsungnya sistem
pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan meliputi :fasilitas
kesehatan yang dimiliki pemerintah, fasilitas kesehatan
bersumberdaya masyarakat dan fasilitas kesehatan swasta.
Fasilitas pelayanan kesehatan dasar di Kabupaten Gunungkidul
telah tersebar di seluruh kecamatan.Fasilitas pelayanan kesehatan
pemerintah yang ada di Kabupaten Gunungkidul terdiri dari 30
Puskesmas dan 108 Puskesmas Pembantu.Dari 30 Puskesmas
tersebut, 14 diantaranya merupakan Puskesmas dengan pelayanan
rawat inap dan 16 Puskesmas non perawatan dengan pelayanan
persalinan normal.Selain fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah, di
wilayah Kabupaten Gunungkidul juga telah banyak berdiri fasilitas
pelayanan kesehatan swasta yang meliputi: Rumah Sakit swasta,
Balai Pengobatan (BP), Bidan Praktek swasta (BPS), Rumah Bersalin
(RB) dan dokter praktek.
Dari 30 Puskesmas dan 5 Rumas Sakit di kabupaten
Gunungkidul baik milik pemerintah maupun swasta semua sudah
DOTS untuk pelayanan TB, dan semua sudah bisa memberikan
pelayanan pemeriksaan HIV dengan sudah dilatihnya petugas untuk
melakukan pelayanan tersebut.

B. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan adalah mereka yang bekerja di instansi
kesehatan pemerintah dan berlatar belakang pendidikan
kesehatan.Tenaga kesehatan yang ada di seksi Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) sebanyak 14 orang yang terdiri
dari 8 PNS dan 6 Tenaga Harian Lepas, dengan rincian :
1. Kepala Seksi : 1 orang
2. Penanggungjawab sub Kegiatan : 3 orang
3. Pengadministrasi keuangan : 1 orang
4. Pelaksana fogging : 4 orang
5. THL KPAK : 2 orang

24
Profil Hasil Kegiatan P2PM Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018

6. THL GF FA HIV : 1 orang


7. THL GO TB : 1 orang

C. Pembiayaan Kegiatan
Biaya kegiatan seksi P2PM bersumber dari APBD Kabupaten,
(APBD II dan Pajak Rokok) dan DAK non fisik, dengan besar anggaran
dan realisasi kegiatan seperti table berikut :
Tabel 3.3
REKAPITULASI BELANJA
SEKSI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR
TAHUN 2018

N ANGGARAN JUMLAH REALISASI SISA %


O REALISASI
1 DAU 37 68,5
8,676,000 310,161,000 15,000 81.91
2 PAJAK 1,41 1 43,2
ROKOK 6,236,000 ,372,977,926 58,074 96.95
3 DAK NON 11 8,0
FISIK/BOK 2,300,000 104,230,250 69,750 92.81
JUMLAH 1,9 119,
07,212,000 1,787,369,176 842,824 93.72

25
Profil Hasil Kegiatan P2PM Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018

BAB V
PENUTUP

Demikian secara umum gambaran kegiatan Pencegahan dan


Pengendalian Penyakit Menular di Kabupaten Gunungkidul tahun 2017.
Banyak hal yang belum tersajikan pada lampiran guna memberikan
gambaran yang lebih detil karena keterbatasan data yang tersedia.
Akhirnya, semoga profil ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dan dapat dipakai sebagai referensi dalam perencanaan
maupun evaluasi hasil pembangunan kesehatan di Kabupaten
Gunungkidul.

26
Profil Hasil Kegiatan P2PM Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018

LAMPIRAN

27

Anda mungkin juga menyukai