Latar Belakang
Problem sosial merupakan suatu fenomena atau yang tak jarang kali
diartikan menjadi salah satu bentuk pola keadaan yang tidak terlalu
diinginkan oleh sebagian besar rakyat. Hal ini terjadi ditimbulkan karena
gejala tersebut sebagai syarat yg tidak sinkron dengan tata cara istiadat, nilai-
nilai, serta standarisasi sosial yang berlaku. Secara teoritis berdasarkan
pandangan psikoanalisis, seseorang yg terkena keliru satu berasal sekian poly
perseteruan sosial merupakan waktu seseorang itu tidak mampu membuatkan
ego pribadinya secara lumrah dalam mengatur impuls deviant (id).
Abnormalitas perilaku tidak hanya dinilai dan dievaluasi berdasarkan tindakan
itu sendiri, tetapi lebih pada ketidakseimbangan patologis yang terlihat pada
unsur-unsur kepribadian individu yang berkembang (id, ego, superego). Selain
itu, Dalam perspektif behavioristik, perilaku yang dianggap menyimpang
ditandai oleh norma atau kebiasaan yang tidak sesuai dengan standar, yang
mengarah pada adaptasi yang buruk dalam lingkungan.
Tidak ada persoalan sosial yang terjadi secara tiba-tiba tanpa adanya
penyebab atau faktor yang menjadi akar permasalahannya. Berdasarkan Agust
Comte pada konsep analogi human society menggunakan human body atau
system sosial menggunakan system organisme biologis yang mempunyai
kesamaan. Jika terdapat masalah atau kerusakan pada satu bagian, maka hal
itu dapat mempengaruhi bagian lainnya.Dari persamaan tersebut maka bisa
dikatakan bahwa problem atau persoalan sosial terjadi ketika satu individu
atau kelompok sosial menemukan satu ketidak berhasilan dalam pengaturan
serta penyesuaian menggunakan kecepatan perubahan yang terjadi, yang lalu
menghambat dan menghancurkan individu atapun kelompok tersebut secara
sosial.
Salah satu berasal dari sekian banyak problem atau dilema sosial ialah
anak jalanan atau pekerja anak. Anak jalanan, tekyan, arekkere, anak
gelandangan, atau kadang diklaim juga secara eufemistis sebagai anak
berdikari. Definisi Anak jalanan yang dikemukakan oleh UNICEF (1986)
merupakan children who work on the streets of urban urea, without reference
of the time they spend there or reasons for being there (anak yang bekerja
dijalanan kota, tanpa ingin tau perihal waktu eksistensi mereka disana serta
alasan tujuan disana). Menurut Rano Karno, saat menjabat sebagai Duta Besar
UNICEF, mengungkapkan bahwa anak-anak jalanan merupakan anak-anak
yang terpinggirkan dan terasingkan karena kurangnya kasih sayang yang
mereka terima sejak usia dini. Mereka seringkali terpaksa hidup di lingkungan
kota yang keras dan tidak bersahabat
Mahabbah atau biasa dikenal dengan sebutan cinta adalah inti penting
yang berasal dari bahasa rasa. Cinta sangat diutamakan dan wajib diperankan
pada dunia terbaru. Karena, hampir seluruh orang membahas serta selalu
berkata cinta setiap hari. Esensi asal cinta itu sendiri bias didefinisikan
kesamaan di sesuatu yang menyenangkan. Hal ini berkaitan dari lima indera
manusia, dimana disetiap indera mencintai seluruh sesuatu yang menyamakan
dengan kesenangan. Maka mata mencintai rupa-rupa yang indah, indera
pendengaran menyayangi musik dan lain-lain. Ini merupakan semacam cinta
yang dimiliki jugaoleh hewan-hewan. tetapi, terdapat indera yg ditanamkan
dihati serta tak dimiliki oleh binatang-binatang. menggunakan begitu, manusia
menyadari pada indahnya serta unggulnya ruhani. Mahabbah sangatlah
diperlukan didalam kehidupan insan. Tanpa cinta, insan tidak akan merasakan
nikmatnya kehidupan, baik cinta pada sesama atau cinta kepada Allah. Tetapi,
cinta kepada Allah (pencipta) haruslah pada atas segala kecintaannya terhadap
sesama atau lainnya.
Konsep cinta atau cinta Imam Al-Ghazali adalah konsep cinta kepada
Tuhan Yang Maha Esa, dan merupakan maqam terakhir yang derajatnya
paling tinggi diantara semua maqam yang ada. Konsep cinta yang
diperkenalkan oleh Rabia Al-Adawiya mengutamakan cara mendekati Tuhan
Yang Maha Esa dan menjadikan Hanya Tuhan Yang Maha Esa yang pantas
untuk dicintai, sedangkan makhluk hidup lainnya tidak mempunyai hak untuk
dicintai seperti layaknya mencintai-Nya. Selain itu, menurut Harun Nasution
pada bukunya yang berjudul “Falsafah serta Mitisme pada Islam”, beliau
menjelaskan bahwa Mahabbah merupakan bentuk kasih sayang dan cinta yang
tulus pada Allah SWT, yang meliputi pengabdian dan ketaatan pada-Nya serta
menolak dan menghindari segala tindakan yang bertentangan dengan
kehendak-Nya. Selain itu, mahabbah juga mencakup penyerahan diri secara
total baik secara fisik maupun spiritual kepada-Nya, serta mengosongkan hati
dari segala hal kecuali cinta kepada Allah SWT sebagai sumber kehidupan dan
kebahagiaan.
Selain itu, peneliti akan lebih mengkhususkan kajian ini terhadap nilai
pembelajaran anak jalanan yang implisit dalam ajaran mahabbah. Mengingat
urgensinya anak jalanan yang terkesan jelek dan dianggap tidak mempunyai
kepedulian, cinta, dan kasih sayang. Insan pada zaman ini juga banyak yang
tidak berprikemanusiaan, baik dalam wujud perilakunya terhadap sesama
insan, binatang, juga lingkungan lebih kurang. Pernyataan peneliti ini
didasarkan pada realita yang tengah terjadi. Anak jalanan mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang berlangsung di jalanan dan terbiasa
dengan kondisi ekonomi yang kurang baik, situasi yang mengancam seperti
kekerasan, pelecehan seksual, dan merasa kehilangan kasih sayang dari
keluarga, sehingga menyampaikan beban dan mental pada anak-anak dan
membuatnya berperilaku negatif mirip tertekan, putus harapan, bahkan sampai
dengan sikap kriminalitas. Kehidupan yang rentan pada jalanan harus dialami
sang anak-anak sebagai akibatnya dapat mempengaruhi perkembangan anak
jalanan dan berdampak pada penurunan nilai agama, moral, etika, dan
kesehatan mental individu tersebut.
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini memfokuskan pada keseluruhan situasisosial yang
diteliti meliputi aspek tempat (place), pelaku (akhtor), dan aktivitas (activity)
yang berkaitan secara sinergis.
Dari latar belakang diatas, ketiga aspek menjadi fokus penelitian ini.
Tempat untuk dilaksanakannya penelitian yaitu di lingkungan Komunitas
Literasi Jalanan Kudus. Pelaku yang diteliti yaitu anak-anak jalanan di
Komunitas Literasi Jalanan Kudus. Serta mengetahui penerapan nilai-nilai
mahabbah dalam kegiatan pembelajaran anak jalanan.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses kegiatan pembelajaran yang diterapkan pada komunitas
Literasi Jalanan Kudus?
2. Bagaimana relawan melakukan pendekatan mahabbah pada proses
pembelajaran di komunitas Literasi Jalanan Kudus?
3. Bagaimana hasil dari pendekatan mahabbah pada proses pembelajaran di
komunitas Literasi Jalanan Kudus?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui proses kegiatan pembelajaran yang diterapkan oleh
komunitas Literasi Jalanan Kudus.
2. Untuk mengetahui relawan melakukan pendekatan mahabbah pada proses
pembelajaran di komunitas Literasi Jalanan Kudus.
3. Untuk mengetahui hasil dari pendekatan mahabbah pada proses
pembelajaran di komunitas Literasi Jalanan Kudus.
E. Manfaat Penelitian
Selain memiliki tujuan penulisan, penelitian ini juga memiliki manfaat
secara garis besar ada dua bagian, diantaranya:
1. Manfaat Teoritis
a. Diharapkan bahwa hasil penelitian ini akan memberikan pemahaman
tentang pentingnya penerapan konsep mahabbah dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Konsep mahabbah dapat digunakan sebagai sarana untuk memfasilitasi
pembelajaran dan pendidikan bagi anak jalanan.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini memberikan gambaran yang jelas tentang kondisi dan
masalah anak jalanan yang selalu diabaikan oleh masyarakat sekitar.
b. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi baru dalam
memberikan perhatian dan pendidikan pada anak jalanan yang
terpinggirkan.
F. Sistematika Penulisan
1. Bagian Awal
Pada bagian ini berisi tentang halaman judul, halaman pengesahan majelis
penguji ujian munaqosyah, halaman pernyataan keaslian skripsi, halaman
abstrak, halaman motto, halaman persembahan, halaman pedoman
transliterasi Arab-Latin, halaman kata pengantar, halaman daftar isi.
2. Bagian Isi
Bagian isi terdiri dari beberapa bab yaitu:
BAB I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, fokus
penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
sistematika penulisan.
BAB II Kajian pustaka, membahas mengenai teori yang terkait
dengan judul antara lain: mahabbah, proses pembelajaran, anak jalanan,
penelitian terdahulu, kerangka berfikir dan pertanyaan penelitian.
BAB III Metode penelitian, membahas tentang jenis penelitian,
setting penelitian, subyek penelitian, sumber data, teknikpengumpulan
data, pengujian keabsahan data dan teknis analisis data.
BAB IV Hasil penelitian dan Pembahasan, membahas tentang
gambaran obyek penelitian, deskripsi informan penelitian, deskripsi data
penelitian, dan analisis data penelitian.
BAB V Penutup, berisi simpulan dan saran kepada semua
pembaca.
A. Deskripsi Teori
1. Mahabbah
a. Pengertian Mahabbah
Cinta atau dalam Bahasa Arab disebut dengan Mahabbah yang
bersumber dari Ahabbah-Yuhibbu-Muhabbatan, yang berarti
mengasihi secara mendalam. Mu’jam Al-Falsafi, Jamil Shaliba
mengatakan mahabbah adalah lawan kata dari al-baghd, yakni cinta
lawan kata dari benci. Al-Mahabbah bisa juga berarti al-wadud yakni
yang sangat kasih atau penyayang. Dalam konteks yang sama, al-
Wadud dapat diartikan sebagai Dzat yang amat sangat penyayang dan
penuh kasih. Secara bahasa, istilah "cinta" dalam bahasa Indonesia
mengacu pada perasaan suka yang sangat kuat, rasa sayang yang
mendalam, serta kasih yang besar. Sedangkan dalam bahasa Inggris,
istilah "Love" merujuk pada makna cinta, asmara, jatuh cinta, serta
kasih sayang. Terdapat pula pendapat yg mengatakan mahabbah
berasal asal kata al-habab yg merupakan air luap waktu hujan deras
turun. Sehingga dari pendapat tersebut, mahabbah merupakan
ungkapan kecintaan seseorang yang merindukan belahan jiwanya. Di
dalam bahasa Latin, konsep cinta diungkapkan melalui kata-kata amor
dan caritas.
Dalam bahasa Yunani disebut philia, eros dan agape. Philia
menunjukkan cinta yang ditemukan dalam persahabatan. Amor dan
eros adalah cinta berdasarkan mimpi. Caritas dan agape adalah cinta
yang paling mulia dan tanpa pamrih. Cinta adalah bahasa universal
yang dapat diartikan dalam berbagai bahasa di dunia. Hampir semua
konsep makna cinta diartikan sebagai kasih sayang keluarga. Ini bukan
hanya simbol erotisme, tetapi cinta dari segi maknanya bisa diartikan
sangat luas.
Daniel Goleman menyatakan bahwa cinta adalah emosi yang
berbeda yang mencakup penerimaan, persahabatan, agama, kebaikan,
keintiman, kasih sayang, rasa hormat, dan keintiman. Sedangkan
berdasarkan Erich Fromm, Kesenangan diperlukan dalam sebuah
hubungan cinta pada kenyamanan, sebuah kemampuan buat menikmati
proses perjalanan menuju pencapaian tujuan, bukan bertindak,
memiliki, atau memanfaatkan. Lebih jauh Fromm mengatakan bahwa
cinta ialah kekuatan, kemandirian, integrasi diri yg dapat berdiri
sendiri dan menanggung kesunyian. Dalam hal ini, perkiraan dasar asal
cinta artinya kebebasan dan kesetaraan sebagai akibatnya cinta
merupakan sebuah tindakan impulsif serta spontanitas kemampuan
buat bertindak atas keinginannya sendiri. Jika kecemasan serta
kelemahan diri membuat tak mungkin berbuat terhadap individu
supaya berakar dari dirinya sendiri, dapat dikatakan bahwa ia tak bisa
mencintai. Lalu, Fromm mengatakan bahwa cinta artinya afirmasi
yang bergairah terhadap objeknya. Sehingga cinta ialah sebuah
pengejaran aktif menggunakan tujuan kebahagiaan, perkembangan,
dan kemerdekaan dari objeknya.
b. Klasifikasi Mahabbah
Erich Fromm adalah psikologi dan sosiolog asal Jerman,
Fromm membagi cinta menjadi 5 berdasarkan objeknya:
Pertama, brotherly love (cinta persaudaraan) yaitu cinta
universal yang merangkul seluruh umat manusia tanpa membeda-
bedakan golongan. Cinta ini menjadi dasar dari segala jenis cinta
lainnya. Cinta semacam ini mengandung nilai-nilai yang mencakup
seluruh aspek kehidupan, termasuk tanggung jawab, empati, kasih
sayang, penghargaan, dan semangat untuk memajukan kehidupan
bersama. Konsep cinta ini sebenarnya sesuai dengan hadis nabi Saw.,
“salah satu diantara kalian tidak beriman sebelum ia mencintai
saudaranya (atau beliau bersabda: tetangganya) seperti mencintai
diri sendiri.” (HR. Muslim)
Kedua, motherly love (kasih ibu) adalah cinta tak terbatas yang
dimiliki oleh seorang ibu pada anaknya merupakan cinta yang
terbentuk secara alami. Saat seorang ibu melahirkan seorang anak, ia
secara naluriah akan mengurus dan membesarkan anak dengan penuh
kasih sayang dan kesungguhan hati,kecuali jika ia kehilangan akal
sehat sehingga melakukan tindakan menyakiti anaknya seperti
membuang, mengabaikan, atau bahkan merenggut nyawa anak tidak
akan pernah dapat diimbangi oleh kasih sayang yang begitu besar dari
seorang ibu.Maka dari itu, dalam Islam, kedudukan seorang ibu
sangatlah tinggi, bahkan ada sebuah pepatah yang mengatakan bahwa
surga terletak di telapak kaki ibu.
Ketiga, erotic love (cinta erotis) adalah Cinta yang dimaksud
adalah Percintaan antara dua individu yang berbeda gender. Cinta ini
memiliki perbedaan dengan cinta persaudaraan yang lebih fokus pada
keseragaman,atau cinta seorang ibu yang tidak bersyarat. Cinta antara
dua individu yang berbeda jenis kelamin ini terjadi ketika mereka
bertemu, saling menatap, dan merasakan getaran emosi yang disebut
jatuh cinta. Jenis cinta ini seringkali membuat kemunculan situasi sulit
dan beragam kendala dalam kehidupan manusia. Namun, cinta ini
sangat penting dalam menjaga kelangsungan hidup manusia. Tanpa
cinta seperti ini, manusia tidak dapat bertahan hidup dan punah.
Keempat adalah self love atau cinta pada diri sendiri, yang
mengacu pada penghormatan dan menghargai diri sebagai pribadi yang
mempunyai karakteristik yang berbeda dengan yang lainnya.
Meskipun self love penting, hal ini tidak boleh diartikan sebagai
perilaku egois. Melalui mencintai dirinya sendiri, ia akan dapat
menghargai dirinya, memperkuat rasa yakin dan percaya pada
kemampuan diri sendiri,dan memenuhi kebutuhan fisik dan mentalnya
secara seimbang. Namun, terlalu mencintai diri sendiri dapat
mengakibatkan perilaku narsistik atau mengalami kasih sayang yang
berlebihan terhadap diri sendiri.
Kelima, love of Good (Cinta kepada Tuhan) yaitu Cinta
tersebut adalah cinta terhadap esensi agung yang berada di luar dirinya
dan memiliki kekuasaan yang besar. Cinta ini pada dasarnya
merupakan puncak dari proses perjalanan cinta seseorang, ketika
bentuk-bentuk cinta lainnya tidak lagi memberikan rasa nyaman dan
ketenangan di kehidupan. Oleh karena itu, cinta ini menjadi tujuan
akhir bagi manusia untuk mencari kedamaian dan ketenangan.
Selain pendapat dari Erich From terhadap klasifikasi cinta
menurut Jalaluddin Rumi. Menurutnya, cinta tidak hanya dimiliki oleh
manusia dan mahluk hidup lain, melainkan juga melingkupi seluruh
alam semesta. Konsep cinta yang menjadi sebuah landasan dari segala
eksistensi disebut sebagai 'cinta universal'. dan pertama kali muncul
ketika Tuhan mengungkapkan keindahan-Nya ke alam semesta yang
masih dalam ranah potensi. Dalam pandangan Rumi, kadang kala cinta
digambarkan sebagai “astrolabe rahasia-rahasia Tuhan” yang
Membimbing manusia dalam mencari pasangannya. Karena itu, cinta
membawa manusia mendekat pada Tuhan dan melindunginya dari
pengaruh buruk orang lain.
c. Mahabbah dalam Islam
Cinta dalam Islam pertama kali dijelaskan oleh Rabia al-
Adawiya, kekasih Tuhan yang paling terkenal pada masanya. Tuhan
disembah hanya untuknya. Ia benar-benar mensucikan dirinya dan
menjadi hamba Allah yang beribadah kepada Allah tanpa
mengharapkan imbalan apapun dan takut akan siksa neraka. Rabi'ah
tidak sama dengan indan lainnya dia memiliki perbedaan dengan
kebanyakan orang yang beribadah kepada Allah karena takut terhadap
neraka atau berharap untuk mendapatkan surga-Nya. Kepada orang-
orang seperti ini, hati Rabi’ah berbisik, “sekiranya Allah tak
menjadikan pahala dan siksa, masihkah diantara mereka akan
menyembah-Nya?”
Menurut Imam Ghazali, cinta adalah hasil dari ilmu. Cinta
kepada Allah akan muncul dari pengetahuan tentang-Nya. Karena
seseorang tidak akan jatuh cinta kecuali dia sudah mengetahui sesuatu,
cinta tidak akan ada tanpa pengetahuan dan pengertian.Pastinya, hanya
Allah saja yang dapat dicintai
Karena yang terlihat adalah cerminan dari kebenaran yang
sejati, Rumi yang pertama kali membahas cinta sebagai tema sentral
ajarannya melihat bahwa cinta sejati, atau cinta ilahi, hanya bisa
dicapai melalui perantara, yaitu selain Dia. Namun, ketika manusia
mencintai selain-Nya, pemujaan itu direncanakan untuk mewujudkan
asmara yang hakiki, khususnya cinta kepada Allah.
Ibn Al-Qayyim Al-Jauziyyah dalam kitabnya Thariq al-
Hijratain, mengenai para pecinta Allah: “Mereka adalah suatu kaum
yang hatinya telah dipenuhi oleh makrifat kepada Allah, dan
diramaikan oleh kecintaan, ketakutan, penghormatan, dan muraqabah.
Maka cintapun mengalir di seluruh bagian tubuh mereka, hingga tiak
tersisa ruang bagi keringat dan sela-sela sendi tulang. Dan cinta telah
membuat mereka lupa menyebut selain Allah. Kelupaan mereka telah
mengasingkan mereka dari Allah.”
Dalam bahasa Arab, mahabbah merupakan bentuk masdar, akar
kata h-b-b berasal dari kata kerja (Fi'il) Habba atau habba-yahubbu-
hubb atau mahabbah. Ketika ditambahkan hamzah di awalnya, maka
akan terbentuk kata ahabba-yahibbu-ahibb-mahabbah Terdapat 95 kali
penggunaan bentuk-bentuk kata ini yang ditemukan dalam Al-Qur'an
dalam berbagai variasi, termasuk penggunaannya sebanyak 12 kali
dengan arti "biji" atau yang berkaitan dengannya. Ibn Qayyim
mengemukakan bahwa kata mahabbah juga dapat berasal dari kata
hibbah atau habbah yang berarti biji atau benih.
Demikian juga menggunakan pemikiran Al-Hujwiri, mahabbah
berasal dari kata "hibbat" yang berarti biji-bijian yang jatuh di tengah
gurun dan tumbuh menjadi tanaman. Dalam kaitannya dengan
manusia, cinta juga bisa tumbuh dan berkembang di dalam hati
seseorang jika diberi perawatan dan pemeliharaan yang tepat. Cinta
kepada Allah adalah tali dan fondasi iman yang paling kuat, seperti
kebenaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Selain itu,
Allah membangun jembatan cinta di antara orang-orang yang
beriman,serta Menghubungkan hati mereka dengan-Nya. Dimana
Allah mengungkapkan jembatan cinta ini pada pemikiran daerah di
dalam kitab-Nya yang mulia, seperti dalam firmanNya pada surat Al-
Hujurat: 10 dan Al-Anfal: 63
Seperti yang telah dijelaskan oleh Rasulullah S.A.W. Dalam
agama Allah, terdapat sebuah gagasan tentang konsep "jembatan
cinta". Rasulullah Saw. sendirilah yang membangun dan memperkuat
jembatan tersebut serta menyebarluaskan ajarannya kepada para
pengikutnya hingga akhir zaman. Konsep jembatan cinta ini
ditanamkan dalam hati para pengikutnya sebagai bentuk cinta dan
pengabdian kepada Allah. Dimana Imam Muslim meriwayatkan
hadistdari Abu Hurairah ra, bahwa Rasullulah Saw. bersabda:
“Hak muslim atas muslim lainnya ada enam” Beliau ditanya;
“Apakah enam hal itu, ya Rasullulah?” Beliau bersabda: “Bila kamu
bertemu dengannya ucapkanlah salam kepadanya, jika
mengundangmu responlah dia, bila meminta nasehat kepadamu
nasihatilah dia, jika bersin lalu membaca alhamdulillah doakanlah
dia, bila sakit jenguklah dia, dan jika meninggal antarkanlah
jenazahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Cinta pada Allah dan Rasul-Nya adalah kewajiban iman yg
primer, serta merupakan perbuatan dalam kepercayaan didasarkan
pada kaidah yang memiliki keutamaan. Amalan dalam beragama hanya
bisa berasal dari cinta yang terpuji,serta berasal cinta yang layak dipuji
adalah cinta kepada Allah, dan rasa cinta seorang hamba kepada Allah
dan Rasul-Nya merupakan ekspresi dari ketaatan. Hal ini merupakan
prinsip dasar dalam keimanan dan mengarahkan setiap tindakan ke
arah yang benar. Mereka menunjukkan kasih sayang mereka terhadap
Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya, mengutamakan ketaatan
kepada-Nya, dan berusaha mencari keridhaan-Nya. Sedangkan kasih
sayang Allah kepada hamba-Nya ditunjukkan dengan memuji mereka,
memberikan ampunan, pahala, kenikmatan, rahmat, perlindungan, dan
memberikan bantuan untuk tetap berada di jalan yang benar. Oleh
karena itu, apabila seseorang memiliki rasa cinta yang tinggi kepada
Allah, maka ia akan merasakan kelezatan iman.
2. Proses Pembelajaran
a. Pengertian Belajar Mengajar dan Pembelajaran
Ketika kita berbicara tentang pendidikan,belajar hadir di hampir
setiap aktivitas manusia. Penjelasan yang diberikan oleh psikolog
untuk kegiatan ini bervariasi. Akan tetapi,dapat dilihat dari beberapa
penelitian bahwa belajar yang berhasil selalu dibarengi dengan
kemajuan yang spesifik berdasarkan pola pikir dan tindakan.
Akibatnya, terlibat dalam kegiatan belajar memerlukan
memaksimalkan potensi seseorang. Motivasi, penguasaan
keterampilan dan pengetahuan, serta perkembangan psikologis
hanyalah sebagian kecil dari aspek kegiatan pembelajaran psikologis.
Dalam kehidupan, proses belajar selalu terjadi, baik dengan
sengaja atau tanpa disadari. Proses ini diperoleh suatu saat dan pada
umumnya disebut menjadi yang akan dilakukan adalah belajar. Akan
tetapi, proses pembelajaran harus dilakukan secara sadar dan sengaja,
serta tertata rapi, agar menghasilkan hasil yang terbaik. Oleh karena
itu, proses belajar memiliki makna, yaitu proses menginternalisasikan
sesuatu dalam diri siswa dan menggunakan panca inderanya secara
sadar dan aktif. Suryabrata memaparkan ciri-ciri yang dikategorikan
sebagai proses belajar dalam menjelaskan pengertiannya, yaitu:
“Belajar adalah aktifitas yang dihasilkan perubahan pada
individu yang belajar (dalam arti behavioral change) baik aktual
maupun potensial; perubahan itu pada pokoknya adalah diperolehnya
kemampuan baru, yang berlaku yang relatif lama; perubahan itu
terjadi karena usaha.”
Menurut Hilgard dalam Sadiman, learning as a process that
occurs through training procedures, whether in a laboratory or in a
natural environment, that leads to the origination or change of an
activity. This definition distinguishes changes that are a result of
training from changes that are caused by other factors.
Yang berarti: “belajar adalah suatu proses yang menghasilkan
suatu aktifitas baru atau yang mengubah aktifitas dengan perantara
latihan baik di dalam laboratorium maupun di lingkungan alam, yang
berbeda dengan perubahan-perubahan yang tidak disebutkan dalam
latihan.” In the Dictionary of Psychology, Chaplin menggunakan dua
formulasi berbeda untuk membatasi pembelajaran,bunyinya adalah
"acquisition of relatively permanent changes in behavior as a result of
perolehan perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil dari
praktik dan pengalaman). Lalu rumusan yang kedua "the process of
acquiring responses as a result of special practice" (proses memperoleh
tanggapan sebagai hasil dari praktek khusus).
Setiap orang menjalani proses belajar yang rumit yang
berlangsung seumur hidup—dari saat dia masih kecil hingga saat dia
meninggal. Perubahan perilaku merupakan salah satu indikator bahwa
seseorang telah belajar. Perubahan nilai dan perilaku, selain perubahan
pengetahuan dan keterampilan, membentuk pergeseran perilaku
tersebut.
Belajar dari pendapat Gagne ialah aktivitas yang komplek. yang
akan terjadi belajar berupa kapabilitas. selesainya belajar orang yg
mempunyai keterampilan, pengetahuan, perilaku serta nilai.
Timbulnya kapabilitas tersebut artinya dari:
1. Perangsangan yang diperoleh dari lingkungan
2. Proses mental yang dilakukan oleh seseorang yang sedang belajar..
Jadi, belajar adalah suatu proses mental yang terdiri dari berbagai
tahapan yang mengubah cara kita merespons lingkungan sekitar
melalui pengolahan informasi sehingga kita memperoleh kemampuan
baru. Gagne, dalam Dimyati dan Mudjiono, mengemukakan bahwa
terdapat tiga elemen utama dalam belajar, yaitu lingkungan eksternal,
kondisi internal individu, dan pencapaian hasil belajar. Menurut
Walker dikatakan bahwa “belajar adalah perubahan perbuatan sebagai
akibat dari pengalaman” Pengertian ini didukung dan ditegaskan oleh
Joni yang mengemukakan bahwa “belajar adalah perubahan tingkah
laku yang disebabkan oleh proses menjadi matangnya seseorang atau
perubahan insingtif atau yang bersifat temporer”.
Sunaryo mengatakan bahwa: "pengertian mengajar dapat
ditelusuri dari peranan guru dalam proses belajar mengajar. Apa yang
diperbuat oleh guru dalam proses belajar mengajar adalah mengajar.
Pada awal perkembangan proses belajar mengajar, peranan seorang
guru terutama sebagai penyebar informasi. Guru berceramah kepada
peserta didik, memelihara disiplin di kelas dan mengevaluasi tiap-tiap
peserta didik secara hati-hati dengan tanya jawab".
Kata "proses" berasal dari bahasa Latin "processus" yang berarti
"berjalan ke depan". Istilah ini mengimplikasikan urutan langkah atau
kemajuan yang mengarah ke suatu tujuan atau hasil tertentu. Dalam
konteks psikologi belajar, proses merujuk pada cara atau langkah
spesifik yang menghasilkan perubahan tertentu hingga mencapai hasil
yang diinginkan.
Menurut Sadiman dkk, mengatakan “bahwa proses belajar
mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi”, proses
komunikasi melibatkan pengiriman pesan yang disampaikan dari
sumber melalui media tertentu. kepada penerima pesan. Komponen-
komponen yang terlibat dalam proses ini mencakup pesan itu sendiri,
sumber pesan, media yang digunakan, dan penerima pesan. Dalam
konteks kurikulum, pesan yang dikomunikasikan adalah isi ajaran atau
nilai-nilai yang diinginkan untuk disampaikan.
b. Langkah-Langkah dalam Proses Pembelajaran
1) Menurut Bruner
Kegiatan belajar adalah sebuah proses, niscaya akan ada
perubahan bertahap. Perubahan tersebut terjadi secara bertahap
yang secara fungsional dan berurutan saling terkait satu sama lain.
Dalam kegiatan pembelajaran siswa menempuh 3 termin yaitu:
a) Tahap penerimaan materi (tahap di mana informasi diterima).
b) Tahap pengubahan materi (tahap di mana informasi diubah atau
diolah).
c) Tahap penilaian materi (tahap di mana informasi dinilai atau
dievaluasi).
Tahap pertama adalah ketika seorang siswa mempelajari
sejumlah fakta tentang mata pelajaran yang mereka pelajari.
Beberapa informasi yang diperoleh bersifat baru dan mandiri,
sementara yang lain menambah, menyempurnakan, dan
memperdalam pengetahuan yang belum dimiliki sebelumnya.
Tahap berikutnya adalah transformasi konseptual, di mana
informasi yang tersedia dianalisis, dimodifikasi atau diubah
menjadi bentuk amorf atau konseptual sehingga dapat digunakan
dalam isu yang lebih luas..
Sesudah memasuki tahap dua termin tadi, siswa memasuki
tahap yg terakhir yaitu tahap penilaian, dimana seseorang peserta
didik menilai sendiri sejauh mana info yg telah ditransformasikan
tersebut dapat dimanfaatkan buat memahami gejala atau
memecahkan persoalan yg dihadapi.
2) Menurut Witting
Witting, dalam bukunya "Psychology of Learning",
menyatakan bahwa setiap proses pembelajaran selalu terjadi dalam
tiga tahap, yaitu:
1) Perolehan informasi (tahap di mana informasi didapat)
2) Penyimpanan informasi (tahap di mana informasi disimpan)
3) Pemulihan informasi (tahap di mana informasi diambil
kembali)
Perolehan informasi merupakan tahapan, dimana seorang
siswa mulai menerima pembelajaran dasar dan menjadi stimulus
serta melakukan respons terhadap stimulus yang diterima, sehingga
menyebabkan terbentuknya pemahaman dan perilaku baru dalam
perilaku keseluruhan. Tahap ini merupakan tahap dasar dalam
proses belajar. Jika tahap ini gagal, maka tahap-tahap berikutnya
juga akan gagal.
Setelah terjadi proses penerimaan informasi, langkah
selanjutnya adalah penyimpanan informasi atau tahap storage, di
mana peserta didik akan menyimpan pemahaman dan sikap baru
yang didapat selama proses acquisition secara otomatis.
Setelahnya, terjadi proses yang disebut dengan tingkat
retrieval, di mana peserta didik akan mengaktifkan kembali fungsi-
fungsi sistem memori mereka. contohnya saat beliau menjawab
pertanyaan atau memecahkan problem. Proses retrieval pada
dasarnya adalah suatu proses mental yang dilakukan untuk
mengingat dan menghasilkan kembali informasi yang disimpan di
dalam memori, termasuk dalam bentuk berita, simbol, pemahaman,
dan perilaku tertentu sebagai respons terhadap stimulus yang
diterima.
c. Faktor-Faktor yang Berperan dalam mempengaruhi proses
pembelajaran.
Tentu saja, semua aktivitas memiliki berbagai faktor yang
dapat menunjukkan apakah itu terhambat. Proses pembelajaran
memiliki faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umum faktor-
faktor yang mempengaruhi proses belajar dapat dibagi menjadi dua
bagian utama, yaitu:
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Faktor internal dalam proses belajar meliputi faktor-faktor yang
berasal dari dalam diri individu yang belajar, seperti faktor fisiologis
dan faktor psikologis. Sementara itu, faktor eksternal meliputi segala
faktor yang berasal dari luar individu yang belajar, seperti faktor
lingkungan belajar dan faktor sistem instruksional.
1) Faktor Internal
a) Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis meliputi penglihatan, pendengaran dan
kondisi fisik. Jika penglihatan dan pendengaran kurang baik,
hal ini akan mempengaruhi materi pembelajaran. Gangguan
tersebut antara lain mencari atau mencari soal, mencari catatan
atau buku, membuat catatan ketika observasi.
Berfungsinya panca indera dengan baik memungkinkan
untuk menggunakan kondisi belajar dengan benar. Dalam
sistem persekolahan saat ini, mata dan pendengaran memiliki
peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran
sebagai salah satu dari lima indera manusia. Karena sudah
menjadi tanggung jawab setiap guru untuk memastikan bahwa
panca indera siswa berfungsi dengan baik, baik melalui
perawatan kesehatan preventif misalnya pemeriksaan fisik
secara teratur atau dengan menyediakan alat dan perlengkapan
pendidikan yang memenuhi persyaratan siswa dan staf.
Sebagian besar. di kelas (di sekolah) dan sebagainya.
Kondisi fisik yang termasuk ke dalam faktor psikologis
yang memengaruhi proses belajar mengajar meliputi kondisi
kesehatan tubuh, kelelahan, kurang gizi, dan kurang tidur. Hal-
hal tersebut dapat memengaruhi kualitas pendengaran dan
penglihatan serta proses belajar. Oleh karena itu, syarat
fisiologis juga sangat penting dalam proses belajar.
Kondisi tonus atau tegangan otot tubuh dapat berpengaruh
pada aktivitas belajar, dimana kondisi fisik yang segar dapat
memberikan dampak yang berbeda dengan kondisi fisik yang
kurang segar. Nutrisi yang cukup juga penting karena
kekurangan asupan makanan dapat mengakibatkan penurunan
tonus otot dan menyebabkan gejala seperti kelesuan,
mengantuk, dan kelelahan. Beberapa penyakit kronis seperti
pilek, flu, sakit gigi, batuk dan sejenisnya dapat sangat
mengganggu aktivitas belajar, dan meskipun sering diabaikan,
sebenarnya perlu mendapat perhatian dan pengobatan karena
dapat sangat mengganggu proses belajar.
b) Faktor Psikologis
Suryabrata berkata bahwa hal-hal yang mendorong
seorang untuk belajar adalah:
a) Dalam pembelajaran, terdapat keinginan untuk memahami
dan mengeksplorasi hal yang lebih luas secara global.
b) Selain itu, manusia memiliki sifat kreatif dan harapan untuk
terus maju.
c) Ada keinginan untuk mendapatkan dukungan dari orang
tua, guru, dan teman dalam bentuk simpati.
d) Ada cita-cita untuk memperbaiki kegagalan melalui upaya
baru, baik melalui kerjasama atau persaingan.
e) Terdapat juga keinginan untuk merasa aman dan nyaman
dalam menguasai pelajaran.
f) Akhir dari proses belajar adalah adanya penerimaan
ganjaran atau penghargaanpenghargaan.
Beberapa faktor psikologis dapat mempengaruhi proses
belajar-mengajar, seperti tingkat kecerdasan, sikap
siswa,talenta siswa, minat siswa,motifasi siswa.
2) Faktor Eksternal dan sebagainya.
a) Faktor Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar di dalam sekolah dapat terdiri dari berbagai
faktor, seperti kondisi fisik ruang kelas, peralatan dan bahan
ajar yang tersedia, kualitas guru dan tenaga pendidik,
kurikulum, dan kebijakan-kebijakan yang berlaku di sekolah
tersebut. Beberapa lingkungannya terdiri asal:
1. Lingkungan alam
Perilaku lingkungan, seperti suhu, sirkulasi udara,
pencahayaan, serta tumbuhan yang terdapat di lingkungan
sekolah.
2. Lingkungan fisik
Hal-hal seperti gedung bangunan, sistem pendukung,
struktur, dan fasilitas serta pengaturan yang digunakan
untuk kegiatan belajar.
3. Lingkungan sosial
Sebagai lingkungan hubungan mutualisme antara semua
elemen yang terlibat dalam aktivitas pendidikan.
Lingkungan sosial sekolah dalam hubungannya dengan
guru, pengurus, dan teman sebaya dapat mempengaruhi
semangat belajar siswa. Menciptakan lingkungan sekolah
yang alami dan menyenangkan dapat meningkatkan
ketekunan dan semangat belajar siswa.
C. Kerangka Berfikir
Kerangka berpikir merupakan kerangka atau pemikiran yg berupa
petunjuk-petunjuk untuk perkara yang dipelajari, kerangka kerja penelitian ini
dapat diilustrasikan pada gambar dibawah ini:
Komunitas Literasi
Jalanan Kudus
D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian diatas maka pertanyaan penelitian ini adalah
bagaimana pendekatan mahabbah dalam proses pembelajaran anak jalanan.
Karena anak jalanan terkenal dengan kenakalannya atau hal-hal yang negatif.
A. Jenis dan Pendekatan
Setting Penelitian
Subjek Penelitian
Sumber Data
Sumber data adalah informasi tentang kualitas unik yang diperoleh dari
fakta observasional. Menurut Silalahi, data adalah hasil pengamatan dan
pengukuran aktual yang mengungkap kebenaran ciri-ciri penyakit tertentu.
Data dari penelitian kualitatif bersifat deskriptif bukan numerik. Data yang
terkumpul dapat berupa indikasi, kejadian, dan kejadian, yang kemudian
dikategorikan dan dievaluasi. Data yang dihasilkan oleh penelitian kualitatif
tidak dapat diukur atau dihitung secara andal, dan biasanya direpresentasikan
dalam istilah non-numerik. Sarwono J membagi sumber data menjadi dua
jenis yaitu data utama dan data sekunder.
Data Primer
Data Sekunder
Observasi
Wawancara
Dokumentasi
Triangulasi
Triangulasi sumber
Triangulasi sumber digunakan untuk menilai keabsahan data dengan
membandingkannya dengan informasi yang dikumpulkan dari berbagai
sumber, termasuk berbagai informan dari kelompok literasi jalanan
Kudus.
Triangulasi Teknik
Peneliti mempelajari berbagai hal dari dua tafsir dalam ayat dan
hadits di atas yang dapat diterapkan pada penelitian ini. Bahwasannya
mahabbah merupakan suatu hal yang jika iman seseorang tidak kuat
akan sulit untuk dijadikan sebagai pedoman hidup, akan tetapi jika
iman seseorang dan kehidupan seseorang sudah mulai siap untuk
saling mencintai akan mendapatkan keberkahan dalam menggunakan
pedomana mahabbah.
Divisi Kajian dan Sosial bertugas untuk memberikan kajian yang sedang
populer baik di dunia maya ataupun di dunia nyata. Divisi ini mencari
berbagai macam informasi dari segala bidang baik bidang ekonomi,
pendidikan, kesehatan dan lainnya. Selain itu, divisi ini memiliki tugas
untuk mempersiapkan tema diskusi dalam setiap pertemuan yang telah
diagendakan.
Misi:
Informan yang pertama yaitu MCH yang berasal dari kota Kudus
dan saat ini sudah menginjak umur 26 tahun dengan berjenis kelamin laki-
laki. Saat ini informan masih duduk di bangku perkuliahan dan aktif
diberbagai organisasi serta di dalam Komunitas sudah bergabung sejak
berdirinya komunitas sampai saat ini.
Informan kedua adalah MFH yang saat ini masih duduk dibangku
pelajar dan tinggal di kota Kudus. Berjenis kelamin laki-laki berusia 16
tahun dan aktif di komunitas sejak berdirinya komunitas sampai saat ini.
Dengan bertujuan untuk menambah wawasan keilmuan dunia
pembelajaran di luar sekolah. Karena menurutnya ilmu dicari dan digali
untuk meningkatkan skil dikemudian hari.
Kedisiplinan
Pemahaman Keagamaan
Pegembangan Calistung
a. Kedisiplinan
b. Pemahaman Keagamaan
c. Calistung
A. Kesimpulan
B. Saran
Berbicara tentang anak jalanan dan kepedulian terhadap fenomena sosial
masih menjadi sorotan yang cukup menyedihkan bagi peneliti. Penting
bahwa ada masalah yang perlu diselidiki lebih lanjut dalam menemukan
perawatan lainnya untuk memecahkan masalah yang tidak hanya
dimasukakan dalam kategori masalah tingkat daerah atau nasional, tetapi
juga secara international. Ditambah lagi dengan adanya aktor
permasalahan dari anak-anak atau remaja yang semestinya memperolah
hak-hak dalam hidup sesuai dengan undang-undang terkait HAM dan
peraturan-peraturan lainnya. sehingga penting untuk dikaji kembali
berkaitan dengan bagaimana cara untuk membantu menjaga agar jumlah
anak jalanan di Indonesia tidak meningkat.
C. Penutup