Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam permasalahan yang sering terjadi dalam masyarakat adalah kenakalan remaja.
Masalah ini merupakan salah satu hal yang dihadapi oleh hampir semua lini dalam
masyarakat, mulai dari kalangan proletar sampai kalangan borjuis. Berbagai solusi sering
ditawarkan oleh pemerintah melalui beberapa kebijakan (policy), tetapi solusi yang
ditawarkan kerap hanya bersifat terbatas. Karena, sifat dari kenakalan remaja tersebut bersifat
tertutup bahkan terkadang bersifat sistematis.

Menurut KBBI, kenakalan remaja adalah perilaku remaja yang menyalahi aturan sosial di
lingkungan masyarakat tertentu. Sedangkan menurut Santrok kenakalan remaja adalah
kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi
tindak kriminal. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja adalah
bentuk perilaku menyimpang dari aturan sosial yang berlaku dalam masyarakat. Untuk
mengatasi hal tersebut perlu diadakan suatu bentuk pemahaman yang bersifat intern dalam
diri remaja sehingga kenakalan remaja dapat dikurangi melalui konsep pemahaman tersebut.
Konsep pemikiran yang dapat menjadi solusi adalah konsep pemikiran dari Lao Tzu. Lao
Tzu adalah tokoh filsafat Cina Pramodern yang hidup pada awal abad ke-4, ia adalah salah
satu tokoh filsafat Taoisme. Dalam pemikirannya terdapat sebuah gagasan berupa Tao.
Secara etimologi berarti “jalan Tuhan, dalam ajarannya terdapat ajaran mengenai “The
Reversal of Tao” atau gerak balik Tao. Misalnya,bila suatu musim panas telah berlalu maka
akan berganti menjadi musim gugur dan terus menerus berlangsung, hal tersebut juga
berlangsung dalam kehidupan manusia agar kehidupannya tidak mencari hal-hal yang bersifat
ekstrim (kenikmatan sesaat). Kemudian,terdapat pula ajaran mengenai Wu-Wei yaitu ajaran
supaya manusia bertindak sesuai dengan Tao untuk mencapai Te (kebajikan alami).

B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini kami berusaha untuk menjawab beberapa rumusan masalah anatara
lain:
1. Apa penyebab dari kenakalan remaja?
2. Apa relevansi pemikiran Lao tzu terhadap permasalahan kenakalan remaja yang
terjadi?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja merupakan tingkah laku yang yang melampaui batas toleransi orang
lain atau lingkungan sekitar serta suatu tindakan yang dapat melanggar norma-norma dan
hukum. Secara sosial kenakalan remaja ini dapat disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian
sosial sehingga remaja ini dapat mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang.

Sumiati (2009), mendefinisikan kenakalan remaja adalah suatu perilaku yang dilakukan
oleh remaja dengan mengabaikan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat.
Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma dan hukum
yang dilakukan oleh remaja. Perilaku ini dapat merugikan dirinya sendiri dan orang-orang
sekitarnya.

Hurlock (1999), menyatakan kenakalan remaja adalah tindakan pelanggaran hukum yang
dilakukan oleh remaja, dimana tindakan tersebut dapat membuat seseorang atau remaja yang
melakukannya masuk kedalam penjara.

Gunarsa (2004), mendefinisikan kenakalan remaja itu terjadi pada remaja yang
mempunyai konsep diri lebih negatif dibandingkan dengan remaja yang tidak bermasalah.
Remaja yang dibesarkan dalam keluarga kurang harmonis dan memiliki kecenderungan yang
lebih besar menjadi remaja yang nakal dibandingkan remaja yang dibesarkan dalam keluarga
harmonis dan memiliki konsep diri yang positif.

Berdasarkan beberapa pendapat dari para tokoh diatas, jadi yang dimaksud dengan
kenakalan remaja adalah kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar
aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri
maupun orang lain.

B. Lao Tzu
Lao Tzu sama seperti para tokoh lainnya, mengajarkan dasar-dasar kesederhanaan dan
kesucian bagi umat manusia. Menurut Lao Tzu, Tao adalah “jalan Tuhan”. Tao tak dapat
dilihat, tak dapat diduga, bahkan tak dapat disebut. Tao tak berbentuk tetapi ada di mana-

2
mana. Segala sesuatu terdiri dan terjadi dari Tao dan akan kembali pula kepada Tao. Karena
itu di dalam Taoisme diajarkan tentang “The Reversal of Tao” atau gerak balik dari Tao.
Ajaran ini isinya seprti yang dicerminkan di dalam keadaan alam, yaitu perubahan yang
selalu terjadi dari ekstrim yang satu kepada ekstrim yang lain. Misalnya, musim panas bila
sudah mencapai puncaknya akan berkembang ke musim dingin, sebaliknya jika musim dingin
sudah mencapai puncaknya akan berkembang ke musim panas. Oleh karena itu manusia
diajarkan untuk tidak mencari hal-hal yang ekstrim agar hidupnya bahagia. Contoh ajaran
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Orang yang kaya hendaknya jangan hidup mewah, karena dengan berbuat
demikian maka nasib hidupnya akan menuju kemiskinan.
b. Hendaknya orang pandai merasa dirinya bodoh, supaya ia masih dapat
berkembang menuju kepada kepandaiannya yang lebih tinggi.
c. Orang yang merendahkan diri sebenarnya akan ditinggikan.

Ajaran tersebut mengandung substansi pemikiran kefilsafatan bahwa manusia


hendaknya tidak berbuat berlebihan, karena perbuatan yang demikian akan memperoleh
akibat sebaliknya.

Ajaran penting lainnya dari Lao Tzu adalah mengenai kebajikan (Te). Menurut Lao
Tzu, kebajikan adalah suatu kekuatan moral bagi orang yang memiliki. Dengan kebajikan
maka seseorang akan menyinarkan kewibawaan, kekuasaan bagi orang lain. Lao Tzu
menggambarkan kebajikan laksana air, yakni hidup kepada semua yang ada. Lao Tzu
mengajarkan cara untuk memperoleh kebajikan (Te), yaitu menyesuaikan diri dengan Tao
dan disebut Wu Wei (tidak berbuat apa-apa), artinya sebagai berikut.
a. Tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan alam, orang harus dekat dengan
alam.
b. Orang harus hidup menurut pembawaan alamiahnya, tidak berambisi berlebihan
dalam memenuhi keinginan.
c. Orang harus bertindak dengan wajar. Cara berlebihan akan merosot hasilnya, bahkan
tak akan sampai pada sasaran (Lasiyo, 1994:10).

Dengan cara melakukan Wu Wei segala sesuatu akan menjadi baik dengan sendirinya.
Setelah melaksanakan Wu Wei diharapkan manusia dapat mencapai kebajikan yang menurut
Lao Tzu memiliki tiga unsur:
3
a. Suatu kata yang berarti selalu mengusahakan (to go), kecenderungan memberi
bantuan kepada orang lain. Kecenderungan semacam ini muncul dalam diri
seseorang (internal) dan bukan karena faktor dari luar (external), misalnya pamrih.
Di samping itu juga dilakukan secara terus menerus sebagai kebiasaan dalam hidup.
b. Mengandung arti jujur (straight), yaitu kecenderungan sikap dan perilaku yang
berbasis pada kesucian hati yang murni (original purity)
c. Bermakna kasih saying (heart). Dalam kebajikan arti hidup adalah untuk sesamanya,
tanpa membeda-bedakan (Blakney, 1959:38).

Kebajikan berarti pula jalan Tao untuk menuju kebahagiaan sempurna (perfect
happiness), yaitu kebahagiaan lahir dan batin. Orang yang mencapai kebahagiaan sempurna
yaitu seseorang yang telah mencapai tingkatan sebagai manusia agung (sheng jen). Manusia
agung adalah manusia yang hidup untuk sesama dan lingkungannya. Kebahagiaan sempurna
hanya dapat dicapai jika seseorang dalam hidupnya telah memiliki fungsi bagi sesama dan
lingkungannya (harmonious co-existence).

C. Penyebab Kenakalan Remaja


Papalia (2004), mengatakan bahwa remaja yang kurang diawasi, dijaga, diberi
bimbingan dan diperhatikan oleh orangtuanya terlebih ibu maka akan cenderung berperilaku
memberontak atau melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang
berlaku dimasyarakat.

Faktor-faktor yang menyebabkan perilaku kenakalan remaja menurut


Yusuf (2004) adalah :
a. Perselisihan atau konflik antar orangtua maupun antar anggota keluarga
b. Perceraian orangtua
c. Sikap perlakuan orangtua yang buruk terhadap anak
d. Penjualan alat-alat kontrasepsi yang kurang terkontrol
e. Hidup menganggur
f. Kurang dapat memanfaatkan waktu luang
g. Pergaulan negatif (teman bergaul yang sikap dan perilakunya kurang
memperhatikan nilai-nilai moral)
h. Beredarnya film film bajakan dan bacaan porno
i. Kehidupan moralitas masyarakat yang bobrok
4
j. Diperjualbelikannya minuman keras dan obat-obatan terlarang secara bebas
k. Kehidupan ekonomi keluarga yang morat marit atau berkekurangan.

Faktor-faktor kenakalan remaja menurut Kartono (1985) adalah: kurangnya kasih


sayang orang tua, kurangnya pengawasan dari orang tua, pergaulan dengan teman yang tidak
sebaya, peran dari perkembangan iptek yang berdampak negatif, tidak adanya bimbingan
kepribadian dari sekolah, dasar-dasar agama yang kurang, tidak adanya media penyalur bakat
dan hobinya, kebebasan yang berlebihan, serta adanya masalah yang dipendam.

Gunarsa (2004) mengelompokkan faktor–faktor penyebab kenakalan remaja menjadi:


a. Faktor pribadi : setiap anak memiliki kepribadian khusus, dan keadaan khusus pada
anak ini dapat menjadi sumber munculnya perilaku menyimpang.
b. Faktor keluarga : keluarga mempunyai peranan yang besar terhadap perkembangan
sosial pada anak. Keluarga secara langsung atau tidak langsung akan berhubungan
terus menerus dengan anak, memberikan rangsangan melalui berbagai corak
komunikasi antara orangtua dengan anak, hubungan antar pribadi dalam keluarga
yang meliputi pula hubungan antar saudara menjadi faktor yang penting terhadap
munculnya perilaku yang tergolong nakal.
c. Lingkungan sosial dan dinamika perubahannya : Perubahan yang terjadi di dalam
masyarakat memunculkan ketidakserasian dan ketegangan yang berdampak pada
sikap dan lingkungan pergaulan.

Faktor-faktor kenakalan remaja menurut Santrock (2003) adalah :


a. Identitas : remaja yang tidak mampu memenuhi tuntutan peranan sosialnya akan
memiliki perkembangan identitas yang negatif
b. Kontrol diri : kurang mampu membedakan tingkah laku yang dapat diterima dan
tingkah laku yang tidak dapat diterima
c. Usia : munculnya tingkah laku antisosial di usia remaja sehingga menjadi pelaku
tindak kenakalan remaja
d. Jenis kelamin : berdasarkan jenis kelamin, remaja laki-laki lebih banyak melakukan
tingkah laku anti sosial daripada perempuan
e. Harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai disekolah
f. Proses keluarga: kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orang tua
terhadap aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif, dan kurangnya
kasih sayang dari orang tua dapat memicu kenakalan remaja.

5
g. Pengaruh teman sebaya
h. Kelas sosial ekonomi: pelaku kenakalan remaja lebih banyak berasal dari kelas sosial
ekonomi rendah. Remaja ini merasa bahwa akan mendapatkan perhatian dan status
dengan cara melakukan tindakan anti sosial.
i. Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal : masyarakat dengan tingkat kriminalitas
tinggi memungkinkan remaja mengamati berbagai aktivitas kriminal.

Berdasarkan beberapa pendapat dari tokoh-tokoh diatas,maka faktor-faktor penyebab


kenakalan dapat dibagi menjadi :
a. Faktor individu yaitu faktor yang muncul dari dalam diri individu itu sendiri, tanpa
pengauh lingkungan sekitar yaitu: identitas diri, kontrol diri, usia, jenis kelamin,
stress serta adanya masalah yang dipendam.
b. Faktor keluarga: keluarga merupakan kelompok terkecil yang merupakan wadah
aktifitas setiap anggota keluarga untuk mencapai tujuan bersama, yaitu kesejahteraan
keluarga.
c. Faktor lingkungan : faktor yang terjadi dari kejadian-kejadian yangmempunyai
hubungan dengan seseorang yang tampak dan terdapat dalam kehidupan sehari-hari.

D. Relevansi Pemikiran Lao Tzu dengan Kenakalan Remaja


Taoisme dalam perkembangannya membawa misi keadilan dan kemanusiaan. Oleh
karena itu Taoisme menempatkan ajaran kebajikan (Te) sebagai tema sentral dalam etika
kefilsafatannya. Kebajikan (Te) merupakan sesuatu yang ingin dituju oleh para penganut
Taoisme. Te adalah buah atau hasil yang diperoleh seseorang apabila menjalankan Tao
(Kwee Tek Hoaij, 1935:45). Lao Tzu menjelaskan betapa mulianya sifat yang sesuai dengan
Tao, bekerja untuk menghidupi semuanya hingga hidupnya langgeng dan abadi. Bagaimana
kerasnya usaha orang budiman untuk melenyapkan sang aku, namun bukan berarti
kehilangan diri, bahkan sebaliknya menemukan diri pribadi (Lim Tji Kay, 1991:15).

Untuk mencapai kebajikan seseorang harus berbuat sesuai dengan cara hidup Tao. Seperti
yang dinyatakan oleh Lao Tzu, bahwa kualitas kebajikan seseorang terdapat dalam cara
hidupnya. Wing Tsit Chan menegaskan bahwa hidup menyesuaikan dengan Tao adalah
kebajikan itu sendiri, seperti dalam pernyataannnya di bawah ini.

6
The all embracing quality of the great virtue follows alone from the Tao. If in ones life
follows Tao, that is virtue indeed (Wing Tsit Chan, 1967:12).
Kemudian dalam bagian kata pengantar buku Deng Ming Dao dijelaskan seperti
berikut:
Following Tao means following a living path. It is a way of life that sustains you, and
leads you to innumerable rich experiences. It is a spiritual path of joy on insight
(Deng Ming Dao, 1996:ii).

Lao Tzu sama seperti para tokoh lainnya, mengajarkan dasar-dasar kesederhanaan dan
kesucian bagi umat manusia. Menurut Lao Tzu, Tao adalah “jalan Tuhan”. Tao tak dapat
dilihat, tak dapat diduga, bahkan tak dapat disebut. Tao tak berbentuk tetapi ada di mana-
mana. Segala sesuatu terdiri dan terjadi dari Tao dan akan kembali pula kepada Tao. Karena
itu di dalam Taoisme diajarkan tentang “The Reversal of Tao” atau gerak balik dari Tao.
Ajaran ini isinya seprti yang dicerminkan di dalam keadaan alam, yaitu perubahan yang
selalu terjadi dari ekstrim yang satu kepada ekstrim yang lain. Misalnya, musim panas bila
sudah mencapai puncaknya akan berkembang ke musim dingin, sebaliknya jika musim dingin
sudah mencapai puncaknya akan berkembang ke musim panas. Oleh karena itu manusia
diajarkan untuk tidak mencari hal-hal yang ekstrim agar hidupnya bahagia.

Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang harus merendahkan dirinya sehingga ia


ditinggikan. Bukan dengan merendahkan orang lain untuk meninggikan dirinya sendiri. Hal
ini sering terjadi pada kasus kenakalan remaja, biasanya para remaja yang masih dalam
keadaan emosional yang masih labil seringkali merasa paling benar atas tindakannya
daripada orang lain, sehingga mereka merasa dirinya paling benar dan membenarkan
tindakannya. Dalam kasus kenakalan remaja ini, mereka cenderung merendahkan hak-hak
orang lain dengan melakukan sesuatu yang mereka sukai dan mereka anggap benar. Mereka
melakukan hal tersebut untuk mendapatkan perasaan kepuasan agar bahagia dengan hal-hal
ekstrim dan agar mereka dipandang, dalam kasus tertentu, mereka mencari perhatian. Dalam
ajaran Lao Tzu, manusia tidak diajarkan untuk mencari hal ekstrim agar hidupnya bahagia.
Dengan menerapkan menerapkan prinsip Wu Wei atau tidak melakukan apa-apa maka hal-
hal yang menyebabkan kerugian tidak akan terjadi.

Taoisme mendekatkan kehidupan manusia dengan alam agar manusia memperoleh


pemahaman dan penghayatan nilai-nilai religius, ketulusan hati, kesederhanaan, ketaatan dan
kepedulian sesama. Cara Taoisme mendekatkan pada alam melalui Wu Wei atau langkah

7
kehidupan menempuh kebajikan (Te), agar hidup manusia tenang, damai dan bahagia. Orang
yang telah melakukan wu wei dapat mencapai tingkatan manusi agung (sheng jen),yaitu
manusia bijaksana. Relevansi ajaran Taoisme dengan kehidupan masyarakat dewasa ini
terletak pada nilai-nilai universalnya, sehingga dapat dimungkinkan penerapannya bagi
masyarakat Indonesia di masa sekarang ini.

8
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Untuk mengakhiri uraian makalah ini ada beberapa hal penting dari kajian diatas yang
dapat ditarik sebagai kesimpulan, yaitu sebagai berikut.

1. Taoisme memiliki arti penting bagi kehidupan manusia dewasa ini, terutama bagi remaja
yang tumbuh kembangnya masih labil
2. Taoisme mendekatkan kehidupan manusia dengan alam agar manusia memperoleh
pemahaman dan penghayatan nilai-nilai religius, ketulusan hati, kesederhanaan, ketaatan
dan kepedulian sesama.
3. Cara Taoisme mendekatkan pada alam melalui Wu Wei atau langkah kehidupan
menempuh kebajikan (Te), agar hidup manusia tenang, damai dan bahagia.
4. Orang yang telah melakukan Wu Wei dapat mencapai tingkatan manusia agung (sheng
jen), yaitu manusia bijaksana.
5. Tanpa adanya dorongan dari lingkungan sekitar ajaran ini tidak akan kena sasaran yaitu
remaja. Peran orang tua sebagai pembimbing anak sangat dibutuhkan.
6. Ajaran ini sifatnya terbuka dan dapat digabungkan dengan ajaran-ajaran religius untuk
diterapkan ke kehidupan sehari hari.

9
Daftar Pustaka

Blakney. The Way of Lao Tzu. New York: The New American Library of World Literature,
Inc, 1959.

Dao, Deng Ming. Everyday Tao. New York: Penguin Books, 1996.

Gunarsa, Singgih D. 2004. Jakarta: Gunung Mulia, Psikologi Perkembangan Anak dan
remaja.

Hoay, Kwee Tek. Hikayat Penghidupan dan Pelajarannya Nabi Kong Hu Cu. Moestika,
1935.

Hurlock, E.B. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.


Jakarta: Erlangga, 1999.

Kay, Lim Tji. Tao Te Ching. Jakarta: Sasana, 1991.

Lasiyo. Seri Filsafat Cina Taoisme. Yogyakarta: Fakultas Filsafat UGM, 1994.

Santrock, J W. Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga, 1996.

Sumiati, and Asra. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima, 2009.

Yu-Lan, Fung. A Short History of Chinese Philosophy. New York: The Free Press, 1966.

Yusuf, Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2004.

10

Anda mungkin juga menyukai