Anda di halaman 1dari 88

PENANGANAN PASIEN

GAWAT DARURAT

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/1
Standar Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
Prosedur 29 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Cara penanganan pasien gawat darurat yaitu pasien dengan penyakit
yang bersifat darurat yang akan menimbulkan kematian atau cacat
bila tidak ditangani segera.

II. Tujuan Sebagai acuan dan pedoman penerapan langkah – langkah


penanganan pasien yang gawat darurat sesuai prosedur.

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur 1. Pasien yang masuk ke IGD dilakukan triase oleh dokter IGD
2. Keluarga pasien disuruh mendaftar kepada resepsionis.
3. Pasien segera dilakukan resusitasi dan stabilisasi
4. Sesuai dengan kondisi pasien, pasien bisa dirawat dahulu di
ruang rawat inap, ICU atau langsung ke OK bila diperlukan
operasi yang bersifat segera.
5. Pelayanan yang diberikan terus – menerus selama 24 jam
setiap hari dan 7 hari dalam seminggu

V. Unit Terkait 1. IGD


2. Resepsionis
3. ICU
4. OK
5. Ruang Rawat Inap
PENANGANAN PASIEN
DARURAT TAPI TIDAK GAWAT

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/002/04/13 0 1/1
Standar Ditetapkan
Tanggal Terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara penanganan pasien darurat dan tidak gawat yaitu pasien
dengan penyakit yang bersifat darurat tetapi tidak mengancam
nyawa bila tidak ditangani segera.

II. Tujuan Sebagai bahan acuan dan pedoman penerapan langkah – langkah
penanganan pasien darurat tetapi tidak gawat sesuai prosedur.

Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


III. Kebijakan Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

1. Pasien yang masuk ke IGD dilakukan triase oleh dokter IGD


IV. Prosedur 2. Keluarga pasien disuruh mendaftar ke resepsionis.
3. Perawat IGD mengukur vital sign pasien tersebut.
4. Pasien tersebut ditangani oleh dokter IGD sesuai dengan
emergensi penyakitnya.
5. Bila pasien memerlukan observasi, maka pasien diobservasi
di ruang observasi.
6. Bila pasien memerlukan rawat inap maka segera dipindahkan
ke ruang rawat inap, bila bisa berobat jalan maka pasien
dipulangkan.
7. Bila pasien memerlukan tindakan medis / bedah maka pasien
dibaringkan di ruang tindakan.
8. Pelayanan yang diberikan terus – menerus selama 24 jam
setiap hari dan 7 hari dalam seminggu

1. IGD
V. Unit Terkait 2. Resepsionis
PENANGANAN PASIEN
YANG TIDAK TERGOLONG AKUT
DAN GAWAT DI IGD
RSU TERE MARGARETH
No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/003/04/13 0 1/1
Standar Ditetapkan
Tanggal Terbit Direktur,
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Penanganan pasien yang tidak tergolong akut dan gawat yaitu pasien
dengan keadaan penyakit yang tidak memerlukan pertolongan
segera.

II. Tujuan Sebagai acuan dan pedoman penerapan langkah – langkah dalam
menangani pasien di IGD yang tidak akut dan tidak gawat sesuai
prosedur.

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai Pelayanan


di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur 1. Pasien yang masuk ke IGD dilakukan triase oleh dokter IGD
2. Keluarga pasien disuruh mendaftar ke resepsionis.
3. Pasien yang datang ke IGD pada waktu jam kerja (08.00 s/d
17.00 WIB) dianjurkan untuk berobat ke poliklinik rawat jalan
yang sesuai dengan penyakitnya.
4. Pasien yang datang ke IGD di atas jam kerja (17.00 s/d 08.00
WIB) ditangani sebagai pasien sakit biasa.

1. IGD
V. Unit Terkait 2. Resepsionis
3. Poliklinik
PEMBUATAN JADWAL
JAGA INSTALASI GAWAT DARURAT
RSU TERE MARGARETH
No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/004/04/13 0 1/1
Standar Ditetapkan
Tanggal Terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara pembuatan jadwal jaga sebagai suatu sistem pengaturan
jam dinas (jam kerja) petugas yang bertugas.

II. Tujuan Sebagai acuan dan pedoman langkah dalam menyusun jadwal jaga
dokter, perawat dan petugas lainnya di Instalasi Gawat Darurat
sesuai prosedur.

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur 1. Gawat Darurat


- Dokter Jaga
Jadwal jaga dibuat oleh Kepala IGD setiap akhir bulan dan
ditandatangani oleh Direktur Medis dan Keperawatan.

- Perawat Jaga
Jadwal jaga dibuat oleh Kapala Seksi IGD setiap akhir
bulan dan ditandatangani oleh Kepala Keperawatan dan
diketahui oleh Direktur Medis dan Keperawatan.

2. Konsulen Spesialis
- Jadwal jaga dibuat oleh Sekretaris Direktur Medis setiap
akhir bulan dan diserahkan ke sekretariat dan
ditandatangani Direktur Medis.

3. Jadwal jaga petugas radiologi, laboratorium, ambulans, dibuat


masing - masing unit oleh Kepala Seksi dan ditandatangani
oleh Wakil Direktur Penunjang Medis.

V. Unit Terkait 1. Direktur Medis


2. Wakil Direktur Penunjang Medis
3. Sekretaris Medik dan Keperawatan
4. IGD
DOKTER JAGA
DI IGD ON SITE
RSU TERE MARGARETH
No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/005/04/13 0 1/1

Standar Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara sebagai dokter jaga di IGD on site yaitu tenaga dokter di
RSU TERE MARGARETH Medan yang bertugas selama 24 jam
sesuai dengan jadwal jaga yang diatur oleh Kepala IGD agar setiap
saat siap memberikan pertolongan terhadap pasien gawat darurat .

II. Tujuan Sebagai acuan dan pedoman langkah - langkah bagi dokter jaga on
site di Instalasi Gawat Darurat RSU TERE MARGARETH Medan
sesuai prosedur.

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur Dokter jaga IGD memberikan pertolongan terhadap pasien yang
datang ke IGD :

1. Bila dokter jaga IGD tidak dapat mengatasi, yang


bersangkutan harus mengkonsultasikan harus
mengkonsultasikan pada dokter konsulen yang terkait.
2. Dokter jaga harus mencatat terapi dan advices terhadap
pasien dalam rekam medis pasien.
3. Dokter jaga IGD selesai menjalankan tugas agar membuat
laporan jaga harian.
4. Bila ada KLB (Kejadian Luar Biasa) segera melapor kepada
Kepala IGD

V. Unit Terkait 1. Dokter IGD


2. Dokter Konsulen
PENGGANTI
DOKTER JAGA YANG BERHALANGAN
RSU TERE MARGARETH
No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/006/04/13 0 1/1
Standar Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur 08 April 2013

Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara sebagai pengganti dokter jaga yang berhalangan untuk
menggantikan dokter jaga yang berhalangan pagi, sore atau malam
hari dan bertanggung jawab atas tugas yang dilimpahkan kepadanya
supaya setiap saat ada dokter jaga di IGD .

II. Tujuan Sebagai acuan dan pedoman langkah-langkah pelaksanaan dokter


jaga pengganti di IGD RSU TERE MARGARETH sesuai prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur 1. Dokter jaga yang berhalangan harus membuat pemberitahuan


(lisan/tulisan) ditujukan kepada dokter kepala IGD.
2. Dokter kepala IGD menunjuk salah satu dokter umum yang
bertugas di IGD untuk menggantikan dokter jaga yang
berhalangan.
3. Dokter jaga pengganti bertanggung jawab penuh untuk
penanganan pasien pada saat menggantikan jaga.
4. Laboran tertulis dibuat dalam buku laporan jaga.
5. Mengisi absensi.
V. Unit Terkait
IGD
PERAWAT JAGA
DI IGD ON SITE

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/007/04/13 0 1/1
Standar Tanggal Terbit
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur 08 April 2013

Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Prosedur sebagai perawat jaga di IGD on site yang bertugas penuh
berada di instalasi gawat darurat sesuai daftar yang telah diatur oleh
Kepala Seksi IGD (pagi, sore, malam) agar setiap saat siap
memberikan pertolongan terhadap pasien yang datang ke IGD

II. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah perawat jaga on site di IGD RSU
TERE MARGARETH sesuai standar

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur 1. Perawat dinas pagi sebelum melaksanakan pekerjaan, serah


terima dengan perawat jaga lainnya (dinas malam).
2. Baca laporan dinas, instruksi/pengumuman dari dinas lain
yang bersifat segera ditangani.
3. Perawat dinas sore, serah tarima dengan perawat dinas pagi
sebelum melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kegiatan rutin
dan baca laporan.
4. Perawat dinas malam, serah terima dengan perawat dinas sore,
sesuai dengan instruksi dan baca laporan.
5. Perawat IGD yang sedang dinas mencatat terapi/ tindakan atau
adviced dokter yang diberikan terhadap pasien dalam rekam
medik.
6. Setiap selesai dinas, perawat IGD membuat laporan secara
tertulis dan lisan kepada Direktur Medis dan Keperawatan.

V. Unit Terkait IGD


PENGGANTI PERAWAT JAGA YANG
BERHALANGAN

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/008/04/13 0 1/1
Standar Tanggal Terbit
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur 08 April 2013

Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara sebagai pengganti perawat jaga yang berhalangan untuk
menggantikan perawat jaga yang berhalangan hadir baik jaga pagi,
sore atau malam hari dan tanggung jawabnya dilimpahkan kepada
perawat jaga pengganti supaya setiap saat ada perawat jaga di IGD.

II. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah pelaksanaan perawat jaga pengganti


di IGD RSU TERE MARGARETH sesuai prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur 1. Untuk perawat jaga yang berhalangan harus membuat


pemberitahuan (lisan / tulisan) ditujukan kepada perawat
penanggung jawab IGD (Kepala Seksi IGD) dan diketahui
kepala IGD.
2. Perawat penanggung jawab IGD (Kepala Seksi IGD)
menunjuk salah satu perawat yang bertugas di IGD untuk
menggantikan perawat jaga yang berhalangan.
3. Perawat jaga pengganti bertanggung jawab penuh untuk
penanganan pasien pada saat menggantikan jaga
4. Membuat laporan tertulis di buku laporan perawat jaga
5. Mengisi absensi

V. Unit Terkait IGD


KONSULTASI KEPADA
DOKTER JAGA KONSULEN

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/009/04/13 0 1/1
Standar Tanggal Terbit
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur 08 April 2013

Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara melakukan konsultasi kepada dokter jaga konsulen yang
artinya dokter jaga IGD menghubungi dokter jaga konsulen yang
terkait dan menyampaikan keadaan umum penderita, untuk
mendapatkan penanganan serta adviced terapi dari dokter jaga
konsulen.

II. Tujuan Sebagai acuan langkah - langkah dan pedoman dalam hal konsultasi
keadaan pasien IGD kepada dokter jaga konsulen rumah sakit
sesuai prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur 1. Melengkapi hasil diagnosa dan pengobatan yang telah


diberikan lengkap dalam status pasien.
2. Menulis surat konsul kepada dokter konsulen pada status
pasien
3. Menghubungi dokter konsulen (spesialis) melalui telepon dan
menyampaikan keadaan umum penderita.
4. Tindakan awal dokter konsulen melalui telepon dicatat oleh
dokter jaga pada status pasien dan ditandatangani dokter jaga.
5. Setelah itu dokter konsulen segera datang memeriksa pasien
di IGD, ruang rawat inap dan pasien yang sudah dikonsulkan
tersebut menjadi tanggung jawab dokter konsulen.
6. Harus menuliskan setiap instruksi yang diberikan di dalam
status pasien lalu ditandatangani oleh dokter konsulen.
7. Setelah kegawatan dapat diatasi, pasien dikirim ke ruang
observasi, ruang rawat inap (kalau perlu dirujuk)
8. Pada kasus-kasus tertentu yang sifatnya berupa informasi,
dokter jaga dapat menghubungi dokter konsulen melalui
telepon lalu jawabannya ditulis dan ditandatangani oleh
dokter jaga tersebut.

V. Unit Terkait 1. IGD


2. Konsulen
HUBUNGAN / KOORDINASI KERJA
ANTARA IGD DENGAN RADIOLOGI,
LABORATORIUM, RUANG RAWAT INAP
RSU TERE MARGARETH
No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/010/04/13 0 1/2
Standar Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur 08 April 2013

Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara melakukan koordinasi kerja/hubungan antara unit-unit
pelayanan dalam hal penanganan pasien rawat jalan maupun rawat
inap dengan unit radiologi, laboratorium dan ruang rawat inap

II. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah - langkah untuk pelaksanaan


hubungan/koordinasi kerja antar unit - unit pelayanan seperti IGD
dengan radiologi, laboratorium dan ruang rawat inap sesuai
prosedur.

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur 1. Hubungan koordinasi kerja antara IGD dan Radiologi


- Bila pasien IGD memerlukan pemeriksaan secara cito
(segera) maka petugas IGD menghubungi petugas radiologi
untuk mempersiapkan alat pemeriksaan.
- Sebelum pasien diantar ke radiologi, kondisi pasien tersebut
harus dalam keadaan stabil.
- Foto hasil pemeriksaan diantar ke IGD untuk dilihat oleh
dokter IGD

2. Hubungan / koordinasi kerja antara IGD dengan laboratorium.


- Bila pasien IGD memerlukan pemeriksaan Laboratorium
secara cito maka petugas IGD menghubungi petugas
laboratorium.
- Petugas laboratorium segera menuju ke IGD untuk
melakukan pengambilan sample darah, urin atau feses sesuai
dengan permintaan dokter IGD.

3. Hubungan / koordinasi kerja antara IGD dengan ruang rawat


inap.
- Pasien IGD yang telah mendapat pertolongan pertama
HUBUNGAN / KOORDINASI KERJA
ANTARA IGD DENGAN RADIOLOGI,
LABORATORIUM, RUANG RAWAT INAP
RSU TERE MARGARETH
Standar No. Revisi Halaman
Prosedur No. Dokumen
SPO/RSTM/010/04/13
0 2/2

Operasional
- dan telah stabil serta memerlukan perawatan diruangan,
maka petugas IGD menghubungi resepsionis untuk
mempersiapkan ruangan sesuai dengan permintaan pasien /
keluarga pasien.
- Petugas resepsionis menghubungi perawat ruangan untuk
mempersiapkan kamar pasien.
- Selanjutnya setelah ruangan siap ditempati, perawat ruangan
menghubungi petugas IGD.
Petugas IGD mengantar pasien tersebut beserta status pasien dan
diserah terimakan kepada perawat ruangan

V. Unit Terkait 1. IGD


2. Radiologi
3. Laboratorium
4. Ruang Rawat Inap
5. Resepsionis
PEMERIKSAAN RADIOLOGI

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/011/04/13 0 1/1
Standar Tanggal Terbit
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur 08 April 2013

Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara melakukan pemeriksaan radiologi sebagai pelayanan
radiologi pada pasien gawat darurat yang membantu dokter jaga
IGD untuk menegakkan diagnosa sehingga pemberian tindakan /
pengobatan dapat dilakukan dengan tepat.

II. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah - langkah pelayanan radiologi


terhadap pasien gawat darurat sesuai prosedur.

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur 1. Dokter jaga IGD mengisi formulir pemeriksaan radiologi


kemudian ditandatangani dokter jaga IGD dan perawat IGD
mengantarkannya ke Instalasi Radiologi.
2. Sebelum diantar ke ruang Instalasi Radiologi, pasien harus
distabilkan terlebih dahulu dan tidak dalam kondisi gawat
darurat (kejang, gaduh, gelisah, perdarahan dan lain - lain)
3. Petugas radiologi mencatat identitas data - data pasien dan
permintaan pemeriksaan di dalam buku register.
4. Petugas radiologi membuat tabel dari data pasien sebagai
indikasi dalam film roentgen.
5. Petugas telah mempersiapkan pasien, alat, bahan untuk
melakukan pemeriksaan sesuai dengan permintaan dokter.
6. Petugas radiologi memproses hasil, lalu mengkonsulkan ke
dokter ahli radiologi dan mencatat hasilnya setelah itu
menyerahkannya kepada dokter dan perawat IGD.

V. Unit Terkait 1. IGD


2. Radiologi
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/012/04/13 0 1/1
Standar Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara melakukan pemeriksaan laboratorium sebagai pelayanan
pemeriksaan darah, urin, tinja, cairan tubuh lainnya yang dilakukan
kepada pasien untuk menegakkan diagnosa serta pemberian terapi
yang tepat sesuai permintaan dokter yang bertugas.

II. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah - langkah untuk kelancaran


petugas laboratorium di IGD RSU TERE MARGARETH.

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur 1. Dokter jaga IGD mengisi formulir pemeriksaan laboratorium


dan ditandatangani oleh dokter jaga
2. Petugas laboratorium mencatat permintaan pemeriksaan dalam
buku dan diberi kode / nomor.
3. Petugas laboratorium mengerjakan pemeriksaan sesuai
permintaan dokter bila meragukan / kurang mampu bisa
berkonsultasi dengan yang lebih senior / penanggung jawab
laboratorium.
4. Petugas laboratorium mencatat hasil dalam buku dan formulir
pemeriksaan serta ditandatangani oleh penanggung jawab
laboratorium lalu diserahkan kepada dokter atau perawat jaga
IGD.

V. Unit Terkait 1. IGD


2. Laboratorium
SISTEM INFORMASI TENTANG
PELAYANAN YANG DIPERLUKAN SUDAH
DIKOMUNIKASIKAN KEPADA STAF
YANG BERKEPENTINGAN SEBELUM
RSU TERE MARGARETH
PASIEN SAMPAI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/013/04/13 0 1/1
Standar Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Muatan informasi berisikan segala sesuatu tentang kemampuan
pelayanan gawat darurat dan pelayanan medis lainnya untuk
menangani pasien gawat darurat yang akan disampaikan pada
pasien/ keluarga yang meminta informasi, tentang pelayanan untuk
bencana massal(diseaster).

II. Tujuan Sebagai acuan dan langkah – langkah mengatur muatan informasi
yang dibutuhkan dan media menyampaikan informasi yang harus
tersedia dan harus disampaikan.

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur Kemampuan pelayanan gawat darurat dan pelayanan medis lainnya
disampaikan kepada pasien/keluarga yang meminta informasi dapat
diberikan secara:
- Tertulis : melalui brosur, leaflet atau majalah dinding
- Lisan : langsung atau melalui telepon

Sistem informasi yang ditetapkan meliputi :

Rutin
Instalasi Gawat Darurat mampu melaksanakan pertolongan dan
tindakan life saving disertai persediaan obat-obatan yang
dibutuhkan. Tersedia sarana penunjang seperti laboratorium,
radiologi, apotek 24 jam, unit perawatan intensif (ICU), kamar
bedah (OK), dan sarana penunjang lainnya.

V. Unit Terkait 1. IGD


2. Resepsionis
PERMINTAAN
OBAT - OBATAN DI IGD

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/014/04/13 0 1/1
Standar Tanggal Terbit
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur 08 April 2013

Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara permintaan obat - obatan persediaan Instalasi Gawat
Darurat (IGD) atau semua obat yang diperlukan sesuai standar obat
- obatan IGD yang harus selalu tersedia setiap saat.

II. Tujuan Sebagai acuan dan pedoman untuk menerapkan langkah-langkah


penyediaan obat-obatan di IGD sesuai prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan Penggunaan Obat dan Alat Life Saving di Instalasi Gawat
Darurat

IV. Prosedur 1. Kepala Seksi IGD setiap hari melakukan pemeriksaan obat di
IGD serta pemeriksaan pemakaian obat sebelum persediaan
habis.
2. Kasie IGD kemudian mengisi formulir permintaan obat sesuai
dengan kebutuhan IGD yaitu sejumlah standar baku obat IGD
dikurangi persediaan yang ada.
3. Formulir permintaan obat ditandatangani oleh Kepala IGD dan
diketahui oleh Wakil Direktur Medis & Keperawatan.
4. Kepala Seksi IGD membawa formulir obat tersebut ke
Instalasi Farmasi yang kemudian menerima obat yang
diperlukan dari Instalasi Farmasi.
5. Kepala Seksi IGD kemudian mencocokkan jumlah obat yang
dikeluarkan Instalasi Farmasi.
6. Kepala Seksi IGD membawa obat ke IGD kemudian
mengisikan jumlah obat pada kartu stock obat dan buku
register obat serta menyimpan formulir obat pada arsip setelah
diparaf Kepala Instalasi Gawat Darurat.

V. Unit Terkait 1. IGD


2. Wakil Direktur Medis & Keperawatan
3. Instalasi Farmasi
KONSINYASI
OBAT - OBATAN EMERGENSI DI IGD

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/015/04/13 0 1/1
Standar Tanggal Terbit
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur 08 April 2013

Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara melakukan konsinyasi yaitu titipan obat-obatan dari
Instalasi Farmasi ke IGD yang sebenarnya merupakan stock obat di
Instalasi Farmasi untuk mempermudah pengambilan dan
penggunaan obat-obat terutama yang bersifat emergensi di IGD.

II. Tujuan Sebagai acuan dan pedoman langkah – langkah melakukan


konsinyasi obat – obatan emergensi di Instalasi Gawat Darurat
sesuai prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan Penggunaan Obat dan Alat Life Saving di Instalasi Gawat
Darurat

IV. Prosedur 1. Kepala Seksi IGD membuat daftar konsinyasi obat - obat
emergensi yang diperiksa dan diketahui oleh Kepala IGD dan
Direktur Medis dan Keperawatan RSU TERE MARGARETH
2. Kepala Seksi IGD mengusulkan daftar tersebut kepada Kepala
Seksi Instalasi Farmasi
3. Kepala Seksi Instalasi Farmasi menyediakan obat - obatan
tersebut sesuai dengan daftar permintaan dan diketahui oleh
Wakil Direktur Penunjang Medis.
4. Apabila ada pemakaian obat-obatan yang dikonsinyasikan di
IGD, maka perawat IGD yang bertugas saat itu meresepkan
obat - obatan tersebut kepada dokter IGD yang bertugas saat
itu dan memintakan gantinya ke Instalasi Farmasi.

V. Unit Terkait 1. IGD


2. Instalasi Farmasi
3. Wakil Direktur Medis & Keperawatan
4. Wakil Direktur Penunjang Medis
MENGHUBUNGI
DOKTER MELALUI TELEPON

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/016/04/13 0 1/2
Standar Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Melakukan komunikasi dengan dokter yang merawat pasien melalui
telepon untuk melaporkan keadaan umum pasien, hasil - hasil
penunjang medis yang telah dilakukan pada pasien dan untuk
mengetahui rencana tindakan selanjutnya pada pasien

II. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah - langkah pemakaian telepon


yang tertib dan baik.

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur 1. Persiapan alat : status pasien, catatan keperawatan, alat tulis
2. Perawat menghubungi operator Rumah Sakit dan
menyarankan untuk menghubungi dokter yang dituju
melalui telepon
3. Setelah disambungkan, perawat terlebih dahulu
mengucapkan salam, memberitahu identitas perawat, Rumah
Sakit dan ruangan mana
4. Perawat memberitahu identitas pasien yang akan dilaporkan
(nama, umur, diagnosa, masuk tanggal berapa), obat -
obatan yang telah didapat pasien, serta pemeriksaan yang
telah dilakukan
5. Melaporkan kondisi pasien meliputi tingkat kesadaran
pasien, tanda - tanda vital, keadaan fisik, terapi yang telah
didapat pasien, serta pemeriksaan yang telah dilakukan
6. Menanyakan kepada dokter untuk instruksi selanjutnya
7. Mencatat semua instruksi dokter pada catatan keperawatan
8. Setelah selesai perawat mengakhiri pembicaraan dengan
mengucapkan salam

V. Unit Terkait 1. Unit Pelayanan Rawat Inap


2. IGD
3. Poliklinik
4. ICU
5. VK
6. OK
7. Laboratorium
8. Operator
PENGGUNAAN AMBULANS GAWAT
DARURAT

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/017/04/13 0 1/1
Ditetapkan,
Standar Tanggal Terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013

Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara penggunaan ambulans gawat darurat sebagai sarana
angkutan orang sakit yang difasilitasi peralatan medis dan obat
emergensi supaya pasien aman dalam perjalanan.

II. Tujuan Sebagai acuan langkah - langkah dalam penggunaan ambulans


gawat darurat sesuai prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur 1. Perawat IGD menghubungi petugas ambulans untuk


penggunaan ambulans.
2. Keluarga pasien mengurus administrasi penggunaan ambulans
kepada bagian administrasi dan keuangan.
3. Dalam merujuk pasien dengan menggunakan ambulans harus
didampingi oleh perawat pendamping dan pasien harus dalam
kondisi stabil
4. Perawat IGD mengambil surat jalan ambulans kepada bagian
personalia pada jam kerja, kepada Duty Manager di luar jam
kerja dan memberikan kepada bagian satpam yang berjaga.

V. Unit Terkait 1. IGD


2. Duty Manager
3. Supir Ambulans
BUKTI
PEMELIHARAAN ALAT – ALAT

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/018/04/13 0 1/1
Standar Tanggal Terbit
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur 08 April 2013

Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara perawatan dan pemeliharaan alat - alat medik yang
dilakukan secara berkala dan rutin.

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam


II. Tujuan
pertanggungjawaban perawatan dan pemeliharaan alat - alat medis
sesuai prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan Penggunaan Obat dan Alat Life Saving di Instalasi Gawat
Darurat

IV. Prosedur 1. Setelah pemakaian oksigen ditutup menggunakan volume yang


ada pada regulator
2. Selang oksigen dibersihkan memakai kapas alkohol setelah
pemakaian.
3. Apabila isi tabung sudah habis segera dilaporkan kepada
bagian teknisi
4. Mengisi tabung air pelembab dengan aquades sesuai petunjuk
batas pengisian air.

1. Suction
 Setelah dipakai stop kontak dicabut dari aliran listrik.
 Bersihkan selang suction dengan kapas alkohol. Bilas
dengan air mengalir setelah pemakaian.
 Setelah digunakan, stoples penampung slem dibersihkan
dan diisi dengan air campur lysol

2. Laryngoscope
 Setelah digunakan, cuci blade dengan menggunakan air
sabun.
 Setiap seminggu sekali cek baterai dan lampu.

3. Spygnomanometer
 Setelah pemakaian volume air raksa ditutup
 Setiap satu tahun sekali dicek kepada bagian / tim
pengecekan (Tekhnisi)

V. Unit Terkait 1. IGD


2. Teknisi
PERMINTAAN PERALATAN MEDIS /
NON MEDIS DI IGD

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/019/04/13 0 1/1
Ditetapkan,
Standar Tanggal Terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013

Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara dalam melakukan permintaan peralatan medis yaitu
peralatan yang digunakan untuk kepentingan medis dalam
memberikan pelayanan terhadap pasien serta melakukan permintaan
peralatan non medis yaitu peralatan yang digunakan untuk
menunjang kegiatan non - medis/kebersihan IGD dalam
pelaksanaan pelayanan terhadap pasien di IGD.

II. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah - langkah permintaan peralatan


medis dan non medis untuk keperluan IGD sesuai prosedur.

Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


III. Kebijakan Pelayanan Penggunaan Obat dan Alat Life Saving di Instalasi Gawat
Darurat

IV. Prosedur 1. Kepala Seksi IGD mengisi formulir permintaan alat - alat
medis dan non medis, sekaligus meminta persetujuan kepada
Kepala IGD dan Wakil Direktur Medis & Keperawatan RSU
TERE MARGARETH
2. Kepala Seksi IGD mengajukan formulir permintaan alat - alat
yang sudah disetujui oleh Kepala IGD dan Wakil Direktur
Medis & Keperawatan kepada bagian pengadaan barang
(logistik)
3. Bagian pengadaan barang akan menyiapkan barang yang
diminta setelah disetujui oleh pihak Manajemen RSU
SEMBIRING
4. Bagian pengadaan barang akan memberikan barang yang
dipesan sesuai dengan formulir permintaan kepada petugas
IGD RSU TERE MARGARETH dan menandatangani tanda
terima yang sudah disediakan oleh petugas logistik.
5. Kepala Seksi IGD mengecek barang yang diterima apakah
sudah sesuai dengan permintaan.

V. Unit Terkait 1. IGD


2. Wakil Direktur Medis & Keperawatan
3. Wakil Direktur Penunjang Medis
4. Logistik
PERMINTAAN
ALAT TULIS KANTOR DI IGD

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/020/04/13 0 1/1
Ditetapkan,
Standar Tanggal Terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013

Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara dalam melakukan permintaan ATK (Alat Tulis Kantor)
sebagai peralatan yang digunakan untuk kegiatan tulis menulis /
administrasi dalam menunjang pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

II. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam pengajuan


permintaan alat tulis kantor di IGD sesuai prosedur.

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur 1. Kepala Seksi IGD mencatat kebutuhan alat tulis kantor dalam
formulir khusus dan ditandatangani Kepala IGD dan Direktur
Medis dan Keperawatan sekali sebulan.
2. Kepala Seksi IGD memberikan formulir permintaan alat tulis
kantor yang sudah ditandatangani Kepala IGD dan Direktur
Medis kepada Kepala Bagian Pengadaan barang (logistik)
3. Petugas logistik mengecek permintaan barang dan
menyiapkan untuk diberikan kepada Kepala Seksi IGD.
4. Kepala Seksi IGD mengambil barang kepada bagian logistik
dan menandatangani tanda terima yang sudah disediakan oleh
bagian logistik
5. Kepala Seksi IGD mengecek barang yang diterima apakah
sudah sesuai dengan permintaan.

V. Unit Terkait 1. IGD


2. Direktur Medis dan Keperawatan
3. Direktur Administrasi dan Keuangan
4. Logistik
ALUR PENERIMAAN PASIEN
GAWAT DARURAT

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/021/04/13 0 1/1
Standar Tanggal Terbit
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur 08 April 2013

Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara dalam melakukan alur penerimaan pasien gawat darurat
yaitu seluruh pasien yang masuk ke IGD yang memerlukan
penanganan segera.

II. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dan pedoman dalam pelayanan


pasien di Instalasi Gawat Darurat.

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai Pelayanan


di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur 1. Pasien yang masuk IGD langsung dilakukan triase oleh dokter
IGD
2. Perawat dan dokter IGD langsung menangani pasien sesuai
dengan prioritas emergensi penyakitnya.
3. Keluarga pasien disuruh mendaftar ke resepsionis
4. Pasien di IGD bisa rawat jalan, observasi maupun rawat inap
sesuai dengan kondisi penyakitnya.
5. Bila pasien rawat jalan, maka setelah diobservasi pasien
membayar kepada kasir.
6. Bila pasien rawat inap, segera setelah pasien stabil dipindahkan
ke ruangan
7. Resepsionis menginformasikan tarif pelayanan kepada pasien
ataupun keluarga pasien.

V. Unit Terkait 1. IGD


2. Resepsionis
3. Ruang Rawat Inap
MELAKUKAN TRIASE

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/022/04/13 0 1/1
Ditetapkan,
Standar Tanggal Terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013

Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara dalam melakukan triase yaitu suatu sistem penyeleksian
pasien gawat darurat untuk tindakan berikutnya atau tindakan lanjutan
yang disesuaikan dengan kondisi pasien pada saat ini

II. Tujuan Sebagai acuan terhadap penerapan langkah-langkah untuk melakukan


seleksi / triase pasien gawat darurat sesuai prosedur.

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai Pelayanan


di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur 1. Setiap pasien yang masuk ke IGD dilakukan triase oleh dokter
jaga IGD.
2. Pelayanan triase dilakukan selama 24 jam 7 hari seminggu.
3. Dokter jaga IGD membagi pasien IGD menjadi :
a. Pasien Gawat Darurat
b. Pasien tidak gawat tapi darurat
c. Pasien gawat tapi tidak darurat
d. Pasien tidak gawat tidak darurat
4. Penanganan pasien di IGD oleh dokter dan perawat IGD
berdasarkan prioritas emergensi (gawat darurat)
5. Pasien yang dikategorikan gawat darurat segera dilakukan
resusitasi dan stabilisasi, sesudah stabil baru dipindahkan ke
ruang ICU, OK atau Rawat Inap.
6. Pasien yang dikategorikan tidak gawat tapi darurat diperiksa
dan diatasi sesuai keluhan penyakitnya. Bila diperlukan
observasi dilakukan di ruang observasi, selanjutnya dapat
langsung dipindahkan ke ruang rawat inap. Bila diperlukan
tindakan pasien dibaringkan di ruang tindakan.
7. Pasien yang dikategorikan tidak gawat dan tidak darurat, bila
datang pada jam kerja dianjurkan berobat ke poliklinik, tapi bila
datang di atas jam kerja mereka diobati sebagai pasien biasa.

V. Unit Terkait 1. IGD


2. OK
3. ICU
4. Unit Pelayanan Rawat Inap
5. Poliklinik
PENYAMPAIAN INFORMASI KEPADA
PASIEN IGD OLEH RESEPSIONIS

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/023/04/13 0 1/1
Standar Tanggal Terbit
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur 08 April 2013

Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara penyampaian informasi oleh resepsionis yang bertugas
mendata identitas pasien, membuat BKP ( Bukti Kunjungan
Pasien ), membuat / mencari kartu pasien dan mengantarkan BKP
ke IGD / Poliklinik serta penyampaian informasi berupa informasi
tentang tarif tindakan di IGD, tarif kamar, rawat inap, tarif
radiologi, tarif laboratorium dan biaya administrasi.

II. Tujuan Sebagai acuan langkah – langkah dan pedoman untuk


menyampaikan informasi kepada pasien Instalasi Gawat Darurat
oleh resepsionis sesuai prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur 1. Pasien ditangani oleh petugas IGD


2. Setelah selesai penanganan, pasien atau keluarganya didata
oleh petugas resepsionis.
3. Selanjutnya petugas resepsionis memberitahukan tarif-tarif
yang perlu diketahui kepada pasien atau keluarganya sesuai
dengan tindakan yang diberikan IGD
4. Proses penyampaian informasi dilakukan di ruangan
resepsionis, kecuali pasien tidak mempunyai keluarga dan
dalam keadaan gawat darurat.

V. Unit Terkait 1. IGD


2. Resepsionis
PENGIRIMAN (TRANSPORTASI) PASIEN

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/024/04/13 0 1/1
Standar Tanggal Terbit
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur 08 April 2013

Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara pengiriman (transportasi) pasien ke unit yang lain dalam
lingkungan Rumah Sakit atau ke luar Rumah Sakit

II. Tujuan Sebagai acuan langkah – langkah dan pedoman untuk pengiriman
(transportasi) pasien di dalam maupun di luar Rumah Sakit sesuai
prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur 1. Pasien dalam kondisi stabil, kemudian petugas mengirim pasien
ke ruang Rawat Inap, ICU, Kamar Bedah serta unit yang lain
seperti laboratorium, radiologi dan lain – lain
2. Petugas mengirim pasien menggunakan kursi roda atau brancard,
bisa dibantu oleh keluarga pasien
3. Petugas IGD menyerahkan data pasien kepada petugas yang
menerima dengan menggunakan buku tanda serah terima dari
Instalasi Gawat Darurat
4. Petugas IGD mencatat semua kegiatan dalam buku register
5. Pasien yang hendak dikirim ke Rumah Sakit lain baik untuk
pemeriksaan diagnostik, terapi maupun alih rawat menggunakan
ambulans gawat darurat
6. Petugas mendampingi pasien yang dikirim sampai ke tempat
yang dituju

V. Unit Terkait 1. IGD


2. Laboratorium
3. Radiologi
4. Ruang Rawat Inap
5. OK
6. ICU
7. Ambulans Gawat Darurat
TINDAKAN
MEDIS DI IGD

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/025/04/13 0 1/1
Standar Tanggal Terbit
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur 08 April 2013

Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara dalam melakukan tindakan medis di IGD yaitu seluruh
tindakan yang boleh dilakukan oleh tenaga medis di Instalasi Gawat
Darurat
II. Tujuan Sebagai acuan langkah - langkah dalam melaksanakan tindakan
medis di Instalasi Gawat Darurat sesuai prosedur.
III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai
Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat
IV. Prosedur Tindakan medis yang boleh dilaksanakan di IGD RSU TERE
MARGARETH Medan :
1. Penatalaksanaan pasien berhubungan dengan tindakan yang
membutuhkan bantuan hidup dasar (Basic Life Support)
seperti :
a. Resusitasi jantung paru
b. Melakukan tindakan instubasi
c. Memperbaiki faktor penyebab shock
d. Mengatasi kegawatan jantung (MCI / Miocard Infark,
Arythmia)
e. Resusitasi volume cairan
2. Penatalaksanaan pasien berhubungan dengan kecelakaan oleh
sebab apapun prosedur bedah minor, antara lain :
a. Evaluasi Luka
b. Jahit luka sederhana tanpa penyulit
c. Jahit luka majemuk tanpa penyulit
d. Menghentikan perdarahan
e. Debridement luka, insisi abses, ekstirpasi, ekstraksi kuku
f. Pemasangan bidai
g. Anestesi lokal
h. Angkat corpus alienum / sirkumsisi
i. Melakukan sirkumsisi / dorsumsisi
j. Melakukan lavage (kumbah lambung)
V. Unit Terkait
1. IGD
2. Rekam Medik
MENJAHIT LUKA

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/026/04/13 0 1/2
Standar Tanggal Terbit
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur 08 April 2013

Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara menjahit luka yang bertujan menghentikan pendarahan
yang disebabkan oleh jaringan yang terputus / terbuka dengan
mendekatkan jaringan tersebut sehingga penyembuhan luka lebih
cepat terjadi.

II. Tujuan Sebagai acuan langkah - langkah dan pedoman dalam melakukan
penjahitan luka sesuai prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai Pelayanan


di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur 1. Persiapan Alat:


- Antiseptik : Bethadine
- Kom steril
- Spuit 3 cc atau sesuai kebutuhan anestesi
- Benang jahit luka (sesuai kebutuhan)
- Obat anestesi lokal : pehacaine, lidonest
- Kasa
- Doek bolong
- Korentang (steril)
- Pembalut sesuai kebutuhan
- Gunting verban
- Plester
- Obat luka: softratule
- Set jahit lengkap steril sendiri
a. Pincet anatomis chirurgis
b. Gunting benang
c. Klem kocher lurus dan bengkok
d. Dock klem
e. Klem pean lurus dan bengkok
f. Needle holder
g. Sarung tangan
h. Needle (sesuai kebutuhan)
MENJAHIT LUKA

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
Standar Prosedur SPO/RSTM/026/04/13 0 2/2
Operasional
2. Persiapan Pasien:
- Penjelasan kepada pasien tentang tujuan menjahit luka
- Pengaturan posisi pasien

3. Pelaksanaan:
- Mencuci tangan sebelum bekerja
- Memakai sarung tangan
- Membersihkan luka
- Mendesinfeksi luka dan sekitarnyas
- Memasang doek bolong
- Memberi injeksi anestesi
- Mencuci luka, bila perlu debridement
- Menjahit luka dengan mempertimbangkan :
a. Ketepatan jenis dan nomor benang
b. Kerapian menjahit
c. Teknik Steril

V. Unit Terkait IGD


PENANGANAN
GAWAT DARURAT KASUS KRIMINAL

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/027/04/13 0 1/1
Standar Tanggal Terbit
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur 08 April 2013

Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara penanganan gawat darurat kasus kriminal sebagai kasus
tindakan kekerasan terhadap seseorang yang dilakukan dengan
benda tumpul atau benda tajam.

II. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penanganan gawat


darurat karena kasus kriminal sesuai prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur 1. Pasien datang belum meninggal :


- Petugas kepolisian/keluarga membawa pasien ke IGD
melalui triase
- Petugas triase menerima pasien baru dan menyeleksinya
- Dokter IGD mengidentifikasi keadaan-keadaan fisik, mental
pasien, bukti - bukti lain yang dapat digunakan sebagai
alat bukti hukum
- Dokter IGD segera melakukan tindakan terhadap pasien
sesuai dengan keadaan yang dideritanya, berikan terapi
bila perlu dirujuk ke bagian lain
- Segera dibuat surat rujukan dan dikirimkan.
- Petugas mencatat dalam rekam medik pasien dan
membuatkan visum et repertum bila diperlukan
2. Pasien datang sudah meninggal dunia:
- Catat identitas pasien dengan lengkap, penyakit kelainan-
kelainan dan berikan label pada jari kakinya
- Pengantar / saksi, dicatat identitasnya dengan lengkap
- Dokter yang bertugas membuat surat kematian (jam dan
tanggal dinyatakan kematian)
- Jenazah dikirim ke kamar jenazah yang dikontrol oleh
petugas satpam

V. Unit terkait 1. IGD


2. Rekam Medik
3. Petugas security
PENANGANAN
KASUS KARENA PERKOSAAN

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/028/04/13 0 1/1
Standar Tanggal Terbit
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur 08 April 2013

Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara penanganan kasus perkosaan yaitu suatu keadaan
dimana terjadi hubungan badan antara dua orang atau lebih yang
dilakukan secara paksa.

II. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah - langkah penanggulangan


pasien kasus perkosaan sesuai dengan standard an prosedur.

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur 4. Dokter jaga IGD segera melakukan pemeriksaan terhadap


pasien serta mencatatnya dengan teliti
5. Segera memberikan pertolongan sesuai dengan kondisi
pasien pada saat dan mencegah terjadinya infeksi , penyakit
kelainan dan kehamilan
6. Dokter memberi keterangan medik sesuai dengan keadaan
pasien
7. Dokter IGD membuat surat rujukan untuk dikonsultasikan
kepada dokter spesialis kandungan dan dibuat visum et
repertum
8. Dokter IGD mencatat semua yang didapat dari korban dan
keluarga dalam catatan medik pasien karena itu mungkin
berguna jika kasus ini dilaporkan kepada polisi dan akan
diteruskan ke pengadilan.

V. Unit Terkait 1. IGD


2. Rekam Medik
PENANGANAN PASIEN
LUKA BAKAR / BURN INJURY

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/029/04/13 0 1/1
Standar Ditetapkan,
Tanggal terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara penanganan pasien luka bakar yaitu pasien yang
mengalami trauma termal meliputi trauma akibat api, cairan panas,
zat kimia, elektrik yang menimbulkan gangguan hemostatik baik
lokal maupun sistemik.

II. Tujuan Sebagai acuan penanganan pasien luka bakar dengan cepat, tepat
dan sesuai dengan prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur 1. Perbaikan keadaan umum, awasi tekanan darah, nadi, suhu,
respirasi
2. Tentukan luas, derajat luka bakar untuk menentukan indikasi
rawat atau tidak
3. Berikan antibiotik dan analgesik
4. Berikan toxoid 0,5 cc intramuskular : apabila luka kotor
berikan juga ATS
5. Luka bakar dengan indikasi rawat :
a.Pasang infus Ringer Laktat 4cc / Kg BB / % luas luka bakar/
24 jam
b. Pasang urine kateter untuk memonitor resusitasi cairan.
c.Perika laboratorium darah : Hb, Ht, Leukosit, Elektrolit,
Ureum dan Creatinine, AGDA sesuai indikasi
d. Pasang NGT untuk mencegah muntah dan aspirasi
6. Perawatan Luka :
- Bulla yang masih utuh jangan dipecahkan karena merupakan
penutup luka yang biologis
- Bulla yang besar diaspirasi secara steril
- Luka bakar dicuci dengan NaCl 0.9% steril, diolesi dengan
cream silver sulfadiazine (dermazine) dan ditutup kasa
absorbent

V. Unit Terkait 1. IGD


2. Laboratorium
PENANGANAN PENYAKIT
MENULAR

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/030/04/13 0 1/1
Standar Ditetapkan,
Prosedur Tanggal Terbit
08 April 2013
Direktur

Operasional

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Tata cara penanganan pasien penyakit menular yaitu dengan
memberikan penanganan secara segera kepada pasien penyakit
menular, sehingga penyakit tersebut tidak menular kepada petugas,
pasien lain atau masyarakat.

II. Tujuan Sebagai acuan penerapan untuk langkah-langkah dalam


pelaksanaan penanganan pasien penyakit menular di Instalasi
Gawat Darurat sesuai prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur 1. Dokter IGD melakukan pemeriksaan dengan teliti agar segera
dapat memberikan tindakan terapi dan pengobatan terhadap
pasien
2. Bila diketahui penyakit menular, pasien dirujuk ke ruang
perawatan yang memiliki fasilitas isolasi oleh dokter IGD
3. Jika diperlukan, dokter juga membuat surat rujukan ke rumah
sakit lain
4. Pasien yang dirujuk ke unit perawatan dengan fasilitas isolasi
dirawat oleh dokter spesialis yang ditunjuk
5. Perawat memisahkan alat - alat bekas pakai dan disterilkan,
bahan - bahan bekas pakai dimasukkan dalam wadah tertutup
untuk kemudian disanitasi
6. Dokter dan perawat IGD menggunakan alat pelindung diri
seperti sarung tangan, masker, topi dan lain - lain
7. Dokter IGD mencatat pada rekam medis pasien tentang jenis
penyakit.

V. Unit Terkait 1. IGD


2. Rekam Medik
PENANGGULANGAN
PASIEN KASUS KERACUNAN

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/031/04/13 0 1/2
Standar Ditetapkan,
Tanggal terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B

I. Pengertian Tata cara penanggulangan pasien kasus keracunan yaitu pasien


yang menunjukkan tanda - tanda dan gejala berbahaya bagi tubuh
setelah terekspos dengan substansi tertentu baik melalui inhalasi,
makanan / minuman, suntikan atau paparan melalui kulit atau
mukosa

II. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah penanggulangan pasien dengan


kasus keracunan agar dapat teratasi dengan sebaik-baiknya sesuai
prosedur dan standar.

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur 1. Penilaian Umum :


a. Anamnese
b. Pemeriksaan fisik
c. Mengidentifikasi bahan penyebab keracunan yang diambil
dari ekskresi pasien
2. Penatalaksanaan :
a. Stabilisasi hemodinamik / perbaikan keadaan umum,
maksimal
b. Pelihara jalan nafas, tetap dalam keadaan terbuka serta
berikan O2
c. Dekontaminasi :
- Dekontaminasi saluran cerna dengan emesis atau bilas
lambung sesuai jenis penyebab keracunan. Activate
charcoal (1 gr / kg BB) dapat diberi untuk mengurangi
absorpsi racun oleh usus
- Dekontaminasi permukaan kulit dengan melepaskan
pakaian dan membersihkan kulit dengan air yang cukup
d. Peningkatan eliminasi racun (baik dengan hemodialisis,
diuretik, alkalinisasi urin) sesuai bahan keracunan
e. Pemberian bahan antidotum
f. Pengobatan suportif dan rehabilitatif
Pengambilan sample muntahan dan urin untuk pemeriksaan
toksikologi
PENANGGULANGAN
PASIEN KASUS KERACUNAN

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
Standar Prosedur SPO/RSTM/031/04/13 0 2/2

Operasional
3. Evaluasi Hasil Pengobatan
a. Derajat penyakit dan komplikasi yang terjadi
b. Kerjasama dengan disiplin lain

4. Hal-hal lain yang belum tercakup dalam prosedur mengacu


pada buku petunjuk

1. IGD
V. Unit terkait
2. Laboratorium
3. Rekam Medik
PENANGANAN GASTROENTERITIS /
DIARE AKUT

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/032/04/13 0 1/1
Standar Ditetapkan,
Tanggal terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara penanganan pasien dengan gastroenteritis / diare akut
yaitu proses radang akut yang mengenai usus yang ditandai oleh
diare disertai atau tidak dengan mual dan muntah.

II. Tujuan Sebagai acuan dalam langkah - langkah penanganan diare akut pada
pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat sesuai dengan
prosedur dan standar.

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur 1. Untuk dehidrasi ringan dan sedang dilakukan rehidrasi per -
oral
2. Untuk dehidrasi sedang dan berat dilakukan rehidrasi
parenteral dengan infus cairan isotonik.
3. Pemberian cairan harus diperhatikan pada pasien malnutrisi,
gemuk, anemia dan kelainan jantung.
4. Terapi antimikroba :
 Untuk choleiform diarrhea, dapat diberikan :
 Tetrasiklin kapsul 500mg, 4 x 1 kapsul per hari
 Kotrimoksazole 2 x 2 tablet per hari
 Ampisilin tablet 4 x 1 kapsul per hari

 Untuk dysentriform diarrhea :


 Metronidazole tablet 500mg 3 x 1 tablet per hari
 Tetrasiklin kapsul 500mg 4 x 1 kapsul per hari
 Ampisilin tablet 500mg 4 x 1 tablet per hari

5. Terapi simptomatis, berikan sesuai gejala misal : antipiretik,


analgesik dan lain - lain

V. Unit Terkait - IGD


PENANGANAN
TRAUMA KEPALA

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/033/04/13 0 1/1
Standar Ditetapkan,
Tanggal terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B

I. Pengertian Tata cara penanganan trauma kepala yaitu pasien dengan trauma
(benturan) kepala dapat menyebabkan terjadinya :
- Trauma kepala ringan : GCS (Glassgow Coma Scale)14-15
- Trauma kepala sedang : GCS 8-13
- Trauma kepala berat : GCS 3-8

II. Tujuan Sebagai acuan langkah - langkah penanganan pasien dengan trauma
kepala lebih efisien, efektif dan tidak terjadi faktor pemberat sesuai
dengan prosedur / standar

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur Prosedur penatalaksanaan :


1. Perhatikan kepala dan leher pasien pada waktu mengangkatnya
(bila perlu pasang neck collar)
2. Dokter melakukan triase dengan menilai :
a. Tanda vital
b. Tingkat kesadaran
c. Neurlogis : pupil, reflex patologis, motorik
d. Lakukan BHD (bantuan hidup dasar) dan atasi perdarahan
(bila diperlukan)
e. Berikan oksigen, infus ringer solution, nootrophyl drips atau
bolus perlahan-lahan
f. Konsultasi kepada dokter spesialis neurologi / bedah saraf
g. Selalu dipantau tingkat kesadaran pasien (sebaiknya dirawat)
h. Pasien dengan trauma kepala ringan boleh berobat jalan
dengan catatan kalau terjadi gejala nyeri kepala harus segera
dibawa ke Rumah Sakit

V. Unit Terkait 1. IGD


2. Konsulen
PENANGGULANGAN KEJANG DEMAM DI
INSTALASI GAWAT DARURAT

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/034/04/13 0 1/1
Ditetapkan,
Standar Tanggal terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013

Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara penanggulangan kejang demam yaitu kejang yang
berhubungan dengan demam (suhu > 38,4 0 C perektal) tanpa
infeksi sistim saraf pusat, tanpa gangguan elektrolit akut, usia > 1
bulan dan tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya

II. Tujuan Sebagai acuan dalam penanggulangan kejang demam di Instalasi


Gawat Darurat sesuai dengan standar dan prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur 1. Bebaskan jalan nafas


2. Pasang oksigen 1 - 2 liter / menit
3. Pasang infus
4. Turunkan panas dengan antipiretik : PCT 10 – 15 mg / kg BB /
hari tiap 4 – 6 jam
5. Penanggulangan kejang :
- Valium 0,25 mg / kg BB IV pelan (maksimal 10 mg)
- Bila 10 menit belum ada respon : valium 0,4 mg/ kg BB
intravena pelan (maksimal 15 mg)
- DZP oral 0,3 mg / kg BB / dosis / tiap 8 jam saat demam
- DZP rektal 0,5 mg / kg BB / hari tiap 12 jam saat demam
- Bila 20 - 30 menit belum ada respon : valium 0,5mg / kg BB
intravena pelan (maksimal 20 mg)
6. Perawatan antara kejang :
- Tidak diberikan antikonvulsan, hanya observasi suhu dan
keadaan umum
- Untuk profilaksis intermiten :
 Luminal 1 mg / kg BB / hari
 Diazepam 0,5 mg / kg BB/ hari
 Phenobarbital 3 – 5 mg / kg BB / hari atau
Asam valproat 15 – 40 mg / kg BB / hari

V. Unit Terkait IGD


PENANGANAN
EPILEPSI

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/035/04/13 0 1/ 3
Standar Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur 08 April 2013

Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara penanganan pasien dengan epilepsi yaitu suatu
kedaruratan sistem saraf pusat ditandai dengan bangkitan kejang
yang berlangsung cukup lama atau berulang dengan antara cukup
pendek, tanpa diselingi keadaan sadar, serta bersifat umum atau
lokal untuk memberikan tindakan sebab bila berlangsung lama
berakibat kerusakan neuron dan kematian.

Sebagai acuan dan pedoman langkah – langkah bagi dokter dan


II. Tujuan perawat dalam memberikan tindakan penanganan epilepsi segera
sesuai dengan standar dan prosedur

Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


III. Kebijakan Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

 Persiapan Alat :
IV. Prosedur 1. Tabung oksigen
2. Karet pengganjal
3. Obat - obat anti kejang (anti konvulsif)
 Diazepam / valium : injeksi intravena (IV)
 Golongan fenobarbital → Luminal : injeksi
intramuskuler (IM)
 Cairan infus : 2A – KCl, Dekstrosa 5%
 Antibiotik
 Kortikosteroid
4. Seperangkat alat infus
5. Kompres es atau alkohol
6. Obat - obat hibernasi
PENANGANAN
EPILEPSI

RSU TERE MARGARETH


Standar No. Dokumen
SPO/RSTM/035/04/13
No. Revisi
0
Halaman
2/3
Prosedur
Operasional
 Prosedur :
1. Untuk anak - anak :
 Jalan nafas harus terjaga bebas
 Letakkan karet pengganjal diantara kedua rahang
agar lidah tidak tergigit
 Pakaian ketat harus dilonggarkan.
 Letakkan tubuh penderita pada posisi dan tempat
yang aman.
Pasang oksigen
 Beri obat anti kejang secepatnya dengan dosis
 Diazepam (valium) injeksi intravena selama 2-
3 menit dosis 0,5mg / kg BB
 Observasi selama 20 menit, bila masih kejang
suntikkan lagi dengan dosis yang sama secara
intravena
 Bila masih kejang lagi dalam observasi 20 menit,
suntikkan lagi secara intramuskuler dengan dosis
yang sama.
 Bila penderita sudah sadar, hentikan suntikan
 Beri obat fenobarbital (luminal) injeksi secara IM
supaya masa kerja obat lebih lama dengan dosis
awal :
- Neonates : 30mg
- 1 bulan - 1 tahun : 50 mg
- 1 tahun ke atas : 75 mg
 Pasang infus dan berikan terapi cairan intravena
yaitu : larutan 2A, KCl
 Beri kortikosteroid (deksametason) injeksi dengan
dosis 0,5 - 1 ampul tiap 6 jam yang berguna
mencegah terjadinya oedem otak. Kortison dapat
juga diberi dengan dosis 20-30 mg / kg BB / hari
terbagi dalam 3 dosis
PENANGANAN
EPILEPSI

RSU TERE MARGARETH


Standar No. Dokumen
SPO/RSTM/035/04/13
No. Revisi
0
Halaman
3/3
Prosedur
Operasional
 Beri antibiotik untuk mencegah infeksi
 Bila demam meninggi, kompres dengan alkohol
atau es
 Berikan obat - obat hibernasi yaitu CPZ 2 - 4mg /
kg BB / hari atau Prometazine 4-6 mg / kg BB /
hari.

2. Untuk dewasa :
 Prinsipnya sama dengan anak - anak, hanya
perbedaan dosis : diazepam injeksi 10 - 20 mg
intravena perlahan – lahan
 Bila masih kejang dapat diulang sampai 3 kali
dengan dosis yang sama setelah 30 - 60 menit
suntikan sebelumnya.
 Bila diazepam tidak ada, dapat diberi fenobarbital
secara intramuskuler dengan dosis 100 mg yang
diulang 2 - 3 kali.

 Untuk hibernasi diberi CPZ (largactil) dengan dosis


5 – 100 mg secara I.M / I.V atau per - infus sebagai
LITIC-COCTAIL (50mg Largactil + 75 mg Pethidin
dan 40 mg Phenergan) dalam larutan glukosa 5%
sebanyak 500 cc.

V. Unit Terkait IGD


PENANGANAN ASMA BRONKIAL DI
INSTALASI GAWAT DARURAT

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/036/04/13 0 1/1
Standar Ditetapkan,
Tanggal terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B

I. Pengertian Tata cara penanganan pasien dengan asma bronkial yaitu suatu
proses penyempitan jalan pernafasan di seluruh lapangan paru
yang bersifat reversible dan ditandai dengan mengi (wheezing)

II. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah - langkah dalam penanganan


asma di Instalasi Gawat Darurat sesuai prosedur.

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur 1. Pasien dibaringkan dengan posisi setengah duduk


(semi - fowler) dengan tenang dan nyaman
2. Pasien diberikan oksigenasi dosis tinggi melalui
sungkup muka dan dipasang infus cairan
3. Pengobatan :
 β 2 agonist :
o Per - inhaler dengan inhaler β 2 agonis atau nebulizer
β 2 agonis
o Dengan suntikan subkutan terbutalin 0,25 mg - 0,50
mg (3 - 4 kali / hari)
 Aminofilin 240 mg drips dalam dekstrose 5% 10 - 20 tetes
/ menit
 Obat steroid parenteral : deksametason dosis: 0,1 mg / kg
BB
 Obat mukolitik
4. Jika dijumpai tanda-tanda gagal nafas, pasien
dirujuk ke ruang ICU untuk mendapat perawatan lebih lanjut.

V. Unit Terkait 1. IGD


2. ICU
PENANGANAN KRISIS HIPERTENSI DI
INSTALASI GAWAT DARURAT

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/037/04/13 0 1/1
Standar Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara penanganan krisis hipertensi yaitu hipertensi dengan
tekanan sistolik ≥ 180 mmhg dan atau diastolik ≥ 110 mmHg
disertai atau tidak ada gangguan target organ misal kelainan pada
fundus berupa hemoragik, oedema pada retina, sakit kepala hebat,
kejang – kejang, stupor sampai koma

II. Tujuan Sebagai acuan langkah - langkah dalam menangani krisis


hipertensi sehingga dapat mencegah komplikasi yang lebih berat
sesuai prosedur dan standar.

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur 1. Perawat IGD memeriksa vital sign pasien sekaligus melakukan
pemeriksaan EKG
2. Perawat IGD menempatkan pasien di tempat yang tenang
3. Dokter IGD membuat rujukan kepada dokter spesialis
4. Bila dijumpai tanda - tanda yang membahayakan pasien
dirujuk untuk ditangani di ruang ICU

V. Unit Terkait 1. IGD


2. Konsulen
3. ICU

PENANGANAN
SYOK DI IGD
RSU TERE MARGARETH
No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/038/04/13 0 1/ 2
Standar Ditetapkan,
Tanggal terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara penanganan shock yaitu keadaan dimana sirkulasi darah
arterial tidak adekuat untuk menerima kebutuhan metabolisme
jaringan.

II. Tujuan Sebagai acuan dan penanganan tindakan pada penderita shock di
Instalasi Gawat Darurat RSU TERE MARGARETH Medan.

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur A. Syok hipovolemik :


1. Tergantung penyebab untuk diare dengan dehidrasi hebat,
cairan infus diguyur (20 cc / BB)
2. Untuk perdarahan hentikan penyebabnya, bila perlu
tranfusi dan setelah 2 bag , beri kalsium glukonas 1 ampul
3. Tindakan :
 Perdarahan : transfusi whole blood , plasma darah,
plasma expander
 Diare : infuse cairan kristaloid (RL atau NaCl
frev0,9 %), volume sesuai dengan cairan yang
hilang
 Oksigenasi
 Kateterisasi
 Hentikan perdarahan
 Pasang CVP
 Rawat ICU

PENANGANAN
SYOK DI IGD
RSU TERE MARGARETH
Standar Prosedur No. Dokumen
SPO/RSTM/038/04/13
No. Revisi
0
Halaman
2/2
Operasional
B. Syok Anafilaktik :
1. Injeksi adrenalin 1 / 1000 0,3 cc IM / IV
2. Injeksi hidrocortison 100 mg / 6 jam IM
3. Injeksi dexametasone 5 mg / 6 jam IV
4. Tindakan :
 stop pemberian obat
 torniquet dipasang daerah proximal tempat masuk
obat
 posisi tradelenberg
pasang oksigen
C. Syok Neurogenik :
1. Posisi terlentang
2. Infus cairan kristaloid (Ringer Laktat) atau NaCl 0,9 % 1
liter dalam 20 – 40 menit
3. Oksigenasi
4. Kateterisasi untuk monitor diuresis
C. Rawat ICU
D. Syok Kardiogenik :

1. Tekanan Darah Sistolik < 70 mmHg dengan gejala


tanda syok ; Norepinephrine 0,05 mg / kg BB / menit
dititrasi
2. Tekanan Darah Sistolik 70 – 100 mmHg dengan gejala
dan tanda syok ; Dopamine 2 – 20 mg / kg BB / menit
3. Tekanan Darah Sistolik 70 – 100 mmHg tanpa gejala
dan tanda syok ; Dobutamine 2 – 20 mmHg / kg BB /
menit
4. Tekanan Darah Sistolik > 100 mmHg ; Nitrogliserida
10 – 20 mg
5. Tindakan :
 Oksigenasi 8 – 10 L / menit
 IVFD
 CVP
 Kateter
 Monitoring di ICU

V. Unit Terkait 1. IGD


2. ICU
3. Rekam Medik

PENANGANAN HENTI NAFAS


DAN HENTI JANTUNG

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/039/04/13 0 1/ 3
Ditetapkan,
Standar Tanggal terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013

Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara penanganan henti nafas dan henti jantung yaitu suatu
tindakan di saat pasien tiba - tiba tidak bernafas oleh karena
kehilangan suplai oksigen di jaringan otak, jantung dan organ lain
yang ditandai dengan tidak terabanya nadi besar (karotis dan
femoralis) yang disebabkan tidak adanya ventilasi dan tidak adanya
curah jantung yang efektif.
II. Tujuan
Sebagai acuan langkah-langkah dalam penanganan henti nafas dan
henti jantung dengan cepat sesuai prosedur dan sesuai standar
Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai
III. Kebijakan Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat
 Dilakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP) yang
IV. Prosedur mencakup:
 Pengendalian jalan nafas (airway support)
 Nilai tingkat kesadaran dengan memanggilnya
 Respon (-), cari bantuan (call for help)
 Amati tanda - tanda nafas spontan, buka mulut pasien
dengan posisi menyilang (cross finger) dan pastikan
tidak ada sumbatan benda asing
 Berikan posisi hirup (sruffing position) tekniknya :
 Manuver tengadah kepala / topang dagu dengan
jalan nafas terbuka
 Manuver mendorong mandibula ke depan dengan
cara memegang sudut-sudut rahang bawah
penderita lalu diangkat dengan kedua tangan ke
atas

PENANGANAN HENTI NAFAS


DAN HENTI JANTUNG

RSU TERE MARGARETH


Standar No. Dokumen
SPO/RSTM/039/04/13
No. Revisi
0
Halaman
2/3
Prosedur
Operasional
 Pastikan ada nafas spontan dengan cara mendekatkan
telinga pada mulut dan hidung pasien untuk melihat
suara nafas pasien, aliran udara dirasakan di pipi,
gerakan turun naiknya rongga dada.
 Nafas spontan (-) maka lakukan tindakan breahing
support.
 ETT, alat orofaringeal tube, dipakai untuk
mengendalikan jalan nafas.
Penilaian nafas spontan atau tidak hanya dibutuhkan waktu
3 - 5 detik
 Pemberian nafas buatan (breathing support)
 Bila nafas spontan (-) segera beri ventilasi awal 2 kali
dengan laju inspirasi yang lambat (1,5-2 detik)
 Teknik pemberian nafas buatan :
 Mulut ke mulut atau mulut ke hidung (PO2 yang
masuk ke pasien hanya 16-17%)
 Bag valve mask ke mulut atau ke hidung atau
ETT dengan volume bag 800 -1200cc
 (PO2 100%)
 Frekuensi 12 kali permenit
 Pemberian sirkulasi buatan (Circulation support)
 Setelah ventilasi awal 2 kali, langsung nilai sirkulasi
darah dengan cara meraba arteri carotis (5 - 10 detik)
 Jika tidak teraba langsung berikan pijat jantung luar
agar efektif dalam kompresi jantung dan pasien dalam
posisi datar dengan alas yang keras (pakai papan
resusitasi) tekniknya :
 Dengan jari telunjuk dan
jari tengah penolong menelusuri tulang iga
kanan/ kiri sehingga bertemu dengan tulang ada
(sternum)
 Dari pertemuan tulang iga
diukur 2 atau 3 jari diatas prosesus xiphoideus.
Daerah tersebut merupakan tempat untuk
meletakkan tangan penolong dalam memberikan
bantuan sirkulasi

PENANGANAN HENTI NAFAS


DAN HENTI JANTUNG

RSU TERE MARGARETH


Standar No. Dokumen
SPO/RSTM/039/04/13
No. Revisi
0
Halaman
3/3
Prosedur
Operasional
 Letakkan kedua tangan
dengan posisi menumpuk satu telapak tangan di
atas telapak tangan lainnya, hindari jari-jari
tangan menyentuh dinding dada korban atau
pasien, jari-jari tangan dapat diluruskan atau
menyilang
 Dengan posisi badan tegak
lurus, penolong menekan dinding dada korban
dengan tenaga dari berat badannya secara teratur
sebanyak 30 kali dengan kedalaman penekanan
berkisar antara 2-3 cm.
Tekanan dada harus dilepaskan keseluruhannya
dan dada dibiarkan kembali mengembang di
posisi semula setiap kali melakukan kompresi
dada. Selang waktu yang dipergunakan untuk
melepaskan kompresi harus sama dengan pada
saat melakukan kompresi
 Tangan tidak boleh lepas
dari permukaan dada dan atau merubah posisi
tangan pada saat melepaskan kompresi
 Rasio bantuan sirkulasi
dan pemberian nafas adalah 30 : 2 dilakukan
baik oleh satu atau dua penolong
 Frekuensi 100 x / menit
 Gerakan kompresi harus
beraturan, berirama dan bukan disentak atau
mendadak
 Fase kompresi dan
relaksasi harus mempunyai jangka waktu yang
sama, ini bertujuan untuk menimbulkan
pengisian dan pengosongan jantung secara
optimal
 Meraba denyut arteri
V. Unit Terkait karotis setelah 5 siklus
 Kompresi dada luar
menghasilkan aliran darah arteri karotis

IGD
PENANGANAN MCI
(MYOCARD INFARC)

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/040/04/13 0 1/3
Standar Ditetapkan,
Tanggal terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B

I. Pengertian Tata cara penanganan MCI (myocard infarc) yaitu suatu penyakit
dimana terjadinya nekrosis di bagian otot jantung oleh karena
berkurangnya suplai darah ke bagian otot tersebut yang
disebabkan oklusi atau thrombosis arteri coronaria sehingga
menyebabkan angina akut atau syok kardiogenik yang bila tidak
segera ditolong akan menimbulkan kematian.

II. Tujuan Sebagai acuan langkah - langkah dalam penanganan MCI


(Myocard Infark) dengan cepat tepat sehingga pasien dapat
tertolong sesuai prosedur dan sesuai standar

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Persiapan Alat :


1. Oksigen
2. Infus set
3. Cairan dekstosa 5% atau NaCl 0,9%
4. Obat - obat analgesik yang memiliki efek yang kuat untuk
menghilangkan nyeri (morfin atau pethidin)
5. EKG
6. Pemeriksaan laboratorium darah

V. Prosedur 1. Meringankan kerja jantung, mengurangi atau menghilangkan


rasa nyeri dan mengatasi komplikasi (aritmia, payah jantung,
syok kardiogenik) meliputi :
PENANGANAN MCI
(MYOCARD INFARC)

RSU TERE MARGARETH


Standar Prosedur No. Dokumen
SPO/RSTM/040/04/13
No. Revisi Halaman
2/3
Operasional
 Bila nyeri :
 Morfin 5 -10mg SC tiap 30 menit, sampai dosis
maksimum 60mg dan nyeri teratasi
 Petidin 50-100mg IM, tetapi tidak boleh
diberikan bila frekuensi nafas <12x / menit.
 IV line dengan dekstrosa 5 % atau NaCl 0,9 %
 O2 4-6 L / menit
 Nitrat seperti ISDN atau ISMN 5-10mg, sublingual
atau diberikan drips dalam cairan infus (tekanan
darah sistolik >100mmHg)
 Clopi drogel 300mg oral atau aspirin 300mg oral
Istirahat fisik dan mental 2-3 minggu, bila perlu
 beri diazepam 5-10mg IV
 Diet cukup sayur dan defekasi teratur, bila perlu beri
laxantia

2. Bila terdapat komplikasi :


 Bradikardia :
 Sulfas atropin injeksi ½ mg IM / IV tiap 15 menit
(dosis maksimal 2 mg)
 Deksametason 10mg IM / IV sebagai tambaha
 Takikardia
 Lidokain 50 mg IV

 Ekstrasistol
 Lidokain 50 mg IV diteruskan drips 2 mg / menit
atau diulang ¼- ½ jam.

 Fibrilasi ventrikel
 Gunakan DC Shock dan lanjutkan dengan
resusitasi.

 Henti Jantung
 Pukul dengan kuat di sepertiga bagian bawah
sternum lalu lanjutkan dengan resusitasi.
PENANGANAN MCI
(MYOCARD INFARC)

RSU TERE MARGARETH


Standar Prosedur No. Dokumen
SPO/RSTM/040/04/13
No. Revisi
0
Halaman
3/3
Operasional
 Pre-syok
 Deksametason inj. 10-50 mg
 Bila tekanan darah tetap tidak naik → effortil
injeksi 10 mg intravena

 Syok
 Deksametason injeksi (oradexon) 100 – 250 mg
IV
 Dopamin 2-5 mcg / kg BB / menit per infus
 Bila tidak berhasil→ effortil injeksi 10mg IV

 Payah Jantung kiri ringan (ronkhi basah basal)


 Diuretik : furosemide (lasix) injeksi 20-40g/ hari
IV
 KCl 500mg/ hari atau kalium durules 1 tablet/
hari

 Payah Jantung kiri sedang (ronkhi basah <50% paru)


 Furosemide injeksi 40-80 mg / hari IV
 Cedilanid 3 x 500mcq (1 ml / hari) IM
 KCl 3x500 mg/hari atau kalium durules 3x1
tablet

 Payah Jantung kiri berat (ronkhi basah >50 % paru)


 Furosemid 40-120 mg IV / hari
 Cedilanid 200 mcq / 2 - 4 jam, maksimal 1200 mcq
/ hari
 KCl 3 x 500 mcg / hari atau kalium durules 3 x 1
tablet
 Pasang torniquet
VI. Unit Terkait
IGD
PENANGANAN SUMBATAN JALAN
NAFAS OLEH KARENA BENDA ASING

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/041/04/13 0 1/2
Standar Ditetapkan,
Tanggal terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B

I. Pengertian Tata cara penanganan sumbatan jalan nafas oleh karena benda
asing yaitu suatu tindakan mengeluarkan benda asing yang masuk
pada saluran nafas bagian atas.
II. Tujuan Sebagai acuan untuk mengeluarkan benda asing yang menutupi
saluran pernafasan sesuai prosedur dan sesuai standar
III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai
Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur  Tehnik Pukulan dan Hentakan :


 Pada bayi dan anak kecil
 Bayi dalam posisi terlungkup, kepala lebih rendah.
Di atas lengan bawah, topang dagu dan leher dengan
lengan bawah dan lutut penolong
 Tangan yang lain melakukan pukulan punggung
diantara kedua tulang belikat secara hati-hati
sebanyak 5 pukulan
 Balikkan dan lakukan hentakan pada dada 5 kali
 Pada Neonatus
Pengambilan benda asing dengan alat penghisap
 Heimlich Manuver :
 Penolong berada di posisi belakang penderita dengan
tumpuan kaki kanan penolong ditekuk ke depan menahan
berat badan penderita sedang kaki kiri menekuk ke
belakang untuk menahan berat badan penolong
 Tangan kiri dan kanan penolong dimasukkan di bawah
ketiak penderita
PENANGANAN SUMBATAN JALAN
NAFAS OLEH KARENA BENDA ASING

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
Standar Prosedur SPO/RSTM/041/04/13 0 2/2

Operasional
 Jari – jari tangan kiri dikepalkan dengan jempol berada
di samping jari telunjuk
 Jari – jari tangan kanan diletakkan di atas tangan kiri
sebagai tumpuan kepalan tangan kiri sehingga
membentuk kepalan menjadi satu
 Setelah itu kepalan tersebut ditempelkan di bawah
prosesus xypoideus yaitu di daerah epigastrum
 Penolong memberi tekanan pada kepalan tersebut
sampai dengan benda asing keluar
Setelah benda asing keluar berikan oksigen
 Abdominal thrust :
Melakukan hentakan pada ulu hati dengan posisi pasien
terlentang.
 Back blow:
 Melakukan hentakan pada bagian punggung /
diantara tulang belikat pasien.

V. Unit Terkait IGD


PENANGANAN
STROKE

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/042/04/13 0 1/1
Standar Ditetapkan,
Tanggal terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B

I. Pengertian Tata cara penanganan pasien dengan stroke yaitu suatu gangguan
defisit neurologis yang terjadi tiba-tiba yang disebabkan oleh
penurunan perfusi O2 ke jaringan otak.

II. Tujuan Sebagai acuan langkah - langkah penanganan stroke yang cepat dan
benar di Instalasi Gawat Darurat sesuai prosedur dan sesuai standar

Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


III. Kebijakan Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

1. Pengenalan awal :
IV. Prosedur  Waktu onset dan gejala
 Pemeriksaan fisik dan neurologi
 EKG
 Laboratorium : urin, darah lengkap, waktu perdarahan dan
pembekuan
 Pemeriksaan CT - Scan tanpa kontras

2. Penanganan stroke non hemoragik


 Bed rest serta perawatan koma
 Pemberian O2 2 - 4 L / menit
 IV cairan isotonik / hipertonik
 Injeksi Piracetam 3 gr / 8jam
 Kesan emboli : aspirin 3 x 200mg
 Hipertensi diturunkan sampai dengan diastolik 110 - 120
mmHg
3. Penanganan stroke hemoragik
 Bed rest serta perawatan koma
 Pemberian O2 2 - 4 L / menit
 IV cairan isotonik / hipertonik
 Transamin injeksi 1 ampul / 8 jam
 Injeksi Piracetam 3 gr / 8jam

V. Unit Terkait 1. IGD


2. Laboratorium
3. Radiologi
PENANGANAN
KOMA HIPOGLIKEMIA

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/043/04/13 0 1/1
Ditetapkan,
Standar Tanggal terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013

Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara penanganan koma hipoglikemi yaitu suatu keadaan tidak
sadar akibat penurunan Kadar Gula Darah (KGD) < 60 mg % atau
KGD < 80 mg / dl dengan gejala klinis

II. Tujuan Sebagai acuan langkah – langkah dalam penanganan pasien koma
hipoglikemi sesuai prosedur dan sesuai standar

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur 1. Berikan oksigen dan ventilasi


2. Periksa Kadar Gula Darah
3. Bila KGD < 60 mg / dl : intravena dekstrosa 10 % dan dekstrosa
40 % bolus intravena untuk dewasa
4. Anak – anak : IVFD 10 % 5 ml / kg BB bolus IV
5. Neonatus (bila KGD < 45 mg / kg BB intravena dekstrosa 10 %
2 ml / kg BB) IV bolus pelan dalam 5 menit
6. Berikan intravena
7. Pasang kateter, NGT
8. Periksa laboratorium : urin, darah lengkap, fungsi hati, fungsi
ginjal dan KGD
9. Berikan obat-obatan :
 Glukagon HCl :
 Dewasa : 1 - 2 mg IV / IM / SC setiap ½
jam
 Anak : > 20 kg : 1 mg (1u) secara IV / IM /
SC
< 20 kg : 0,5 mg (0,5u) secara IV / IM / SC

 Diazoxide (Hyperstat) :
 Dewasa : 200 mg peroral / 4
jam atau IV 300mg habis dalam ½ jam
 Anak : 3 - 8 mg / kg BB 8 -12
V. Unit Terkait jam
10. Kirim ke ruang ICU apabila keadaan pasien kritis

1. IGD
2. Laboratorium
3. ICU
PENANGANAN
KOMA HIPERGLIKEMIA

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/045/04/13 0 1/2
Standar Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur 08 April 2013

Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B

I. Pengertian Tata cara penanganan koma hiperglikemi yaitu suatu keadaan


tidak sadar dimana terjadi peningkatan KGD > 250mg / dl disertai
ketonemia dan asidemia (ketoacidosis diabetic) atau peningkatan
KGD sampai dengan 800mg / dl disertai keadaan hiperosmolaritas
tanpa ketonemia (hiperosmolaritas non ketotik)

II. Tujuan Sebagai acuan langkah – langkah dalam penanganan pasien koma
hiperglikemi dengan cepat sesuai prosedur dan sesuai standar

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur 1. Evaluasi awal :


 Anamnesa : riwayat penyakit terdahulu
 Pemeriksaan fisik
 Oksigen bila PO2 < 80 mmHg
 Antibiotik yang adekuat
 Heparin bila ada DIC atau hiperosmolar berat (380
milliosmol / L)
2. Berikan intravena NaCl 0,9 % 2 fls dalam 1/2 jam, kemudian
2 fls / dalam 1 jam kemudian 1 fls / dalam 1 jam. Bila KGD <
200 mg / dl ganti dekstrosa 5 %
3. Insulin bolus 180 mu / BB lanjut drip 90 mu / jam / kg BB
(syringe pump atau drip dalam NaCl 0,9 %).
4. Bila KGD < 200, kecepatan dikurangi 45 mu / jam / kg BB
PENANGANAN
KOMA HIPERGLIKEMIA

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
Standar Prosedur SPO/RSTM/045/04/13 0 2/2

Operasional
5. Bila KGD stabil 200 – 300 mg / dl selama 12 jam dilakukan
drip insulin 1 – 2 u / jam, sambil dilakukan sliding scale
biasa setiap 6 jam. Setelah sliding scale tiap 6 jam dapat
diperhitungkan kebutuhan insulin sehari
6. 3 x sehari sebelum makan, bila pasien sudah makan
7. Bila sudah sadar beri kalium oral selama 1 minggu
8. Berikan potasium klorida 16 - 20 mεq selama 1 jam sampai
dengan serum kalium 4,5 mεq / L
9. Sodium bikarbonat 44 - 48 mεq (1 - 2 ampul) IV 1 - 2 jam
pada asidosis berat
10. NGT, kateter
11. Pemeriksaan EKG dan foto thorax
12. Rawat di ruang ICU

V. Unit terkait 1. IGD


2. Laboratorium
3. ICU
PENANGANAN
KOMA HEPATIKUM

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/046/04/13 0 1/2
Standar Ditetapkan,
Tanggal terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B

I. Pengertian Tata cara penanganan pasien dengan koma hepatikum yaitu koma
yang disebabkan suatu kelainan organ hati dimana terjadinya
kegagalan fungsi hati akibat berbagai penyakit (sirosis hepatis,
hepatitis fulminan, karsinoma hati) yang ditandai dengan adanya
ikterus, nadi cepat dan kecil, pernafasan berbau busuk dan mungkin
dapat pula ditemukan tanda penyakit yang menyebabkannya.

II. Tujuan Sebagai acuan langkah – langkah bagi dokter dan perawat dalam
mengenal tanda – tanda dari koma hepatikum secara dini dan
memberikan tindakan dengan benar dan tepat sesuai prosedur dan
sesuai standar

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Persiapan Alat :


1. Tabung Oksigen
2. Infus set
3. NGT set
4. Kateter urine
5. Klisma set
6. Cairan infus yang dibutukan
7. Obat - obatan

V. Prosedur 1. Penderita dibaringkan di atas tempat tidur dekat dengan


peralatan yang dibutuhkan
2. Berikan oksigen
3. Pasang NGT
4. Pasang kateter urin
PENANGANAN
KOMA HEPATIKUM

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
Standar Prosedur SPO/RSTM/046/04/13 0 2/2

Operasional
5. Pasang infus glukosa 10 %, darrow glukosa dan asam amino
6. Lakukan klisma / pembersihan feses dari anus dan obat
neomisin 4 x 500mg / hari dan laktulosa (duphalac) 3 x 15 ml/
hari yang gunanya untuk mencegah produksi amoniak oleh
bakteri usus
7. Cari faktor penyebabnya dan atasi
8. Pemberian kortikosteroid hanya pada hepatitis fulminan
9. L - Dopa 3 x ½ kapsul, 3 x 1 kapsul, 4 x 1 kapsul, terus
dinaikkan sampai penderita sadar

VI. Unit terkait IGD


PENANGANAN KOMA UREMIKUM

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/047/04/13 0 1/1
Standar Ditetapkan,
Tanggal terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B

I. Pengertian Tata cara penanganan koma uremikum yaitu suatu kedaruratan


medis dengan keadaan penurunan fungsi ginjal yang terjadi secara
mendadak dan ditandai dengan adanya peningkatan kadar ureum di
dalam darah.

II. Tujuan Sebagai acuan langkah – langkah bagi dokter dan perawat dalam
mengenal tanda – tanda dari koma uremikum secara dini dan
memberikan tindakan dengan benar dan tepat sesuai prosedur dan
sesuai standar

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Persiapan Alat :

1. Tabung oksigen
2. Satu set alat infus
3. Satu set alat pipa NGT
4. Satu set kateter urin
5. Spuit 3 cc
6. Obat - obat diuretik
7. Obat - obat antibiotik
8. Seperangkat dialisa

V. Prosedur 1. Baringkan pasien senyaman mungkin


2. Pasang oksigen
3. Pasang infus
4. Pasang NGT (bila pasien tidak sadar)
5. Pasang kateter urin sebagai kontrol volume urin
6. Ambil darah dengan spuit 3 cc lalu periksakan kadar ureum,
kalium, kreatinin dan fosfor (biasanya 4) bila nilainya
meningkat), natrium, kalsium (nilainya menurun), proteinuria,
hematuri dan isotenuria ke bagian laboratorium
7. Konsultasikan kepada dokter konsulen untuk penanganan
selanjutnya
8. Rawat di ruang ICU

VI. Unit Terkait 1. IGD


2. Laboratorium
PENANGANAN KEGAWATAN
DI RUANG RAWAT INAP

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/048/04/13 0 1/1
Standar Ditetapkan,
Tanggal terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara penanganan kegawatan di ruang rawat inap yaitu kasus
dimana pasien yang rawat inap di ruangan mengalami kegawatan
serta membutuhkan perhatian khusus

II. Tujuan Sebagai acuan langkah – langkah bagi dokter dan perawat dalam
memberikan tindakan penanganan kegawatan di ruang rawat inap
dengan benar dan tepat sesuai prosedur dan sesuai standar

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur 1. Perawat melapor keadaan pasien kepada dokter jaga ruangan /
ICU
2. Dokter jaga memerikasa keadaan pasien dan memberikan
instruksi kepada perawat tentang terapi / tindakan yang akan
diberikan kepada pasien
3. Hubungi dokter konsulen untuk penanggulangan selanjutnya
4. Mengisi rekam medis pasien

V. Unit Terkait 1. IGD


2. Rekam Medik

PENANGANAN PASIEN
MENINGGAL DI IGD
RSU TERE MARGARETH
No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/049/04/13 0 1/1
Standar Ditetapkan,
Tanggal terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong,
Sp.B
I. Pengertian Tata cara penanganan pasien meninggal di Instalasi Gawat Darurat
yaitu pasien yang masuk ke IGD yang masih dinyatakan hidup
tetapi keadaannya sudah gawat, setelah diberikan pertolongan
resusitasi jantung paru tidak berhasil dan akhirnya meninggal dunia
di IGD.

II. Tujuan Sebagai acuan langkah – langkah bagi dokter dan perawat dalam
memberikan tindakan penanganan pasien meninggal di Instalasi
Gawat Darurat sesuai prosedur dan sesuai standar

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur 1. Dokter IGD melakukan ppemeriksaan terhadap pasien


2. Dokter IGD langsung melakukan tindakan resusitasi jantung
paru terhadap pasien
3. Setelah menyatakan meninggal perawat mencabut semua alat -
alat yang terpasang dan dokter membuat berita kematian
sekaligus penyebab kematian dalam rekam medik
4. Petugas mencatat jam berapa pasien meninggal, dokter segera
memberitahukan keluarganya
5. Dokter / perawat IGD mencatat identitas lengkap, waktu
dilakukan tindakan resusitasi dan tindakan - tindakan lainnya
dalam rekam medik pasien
6. Petugas mengirimkan jenazah ke kamar mayat
7. Keluarga mengambil jenazah setelah menyelesaikan
administrasi

V. Unit Terkait 1. Rekam Medik


2. IGD

RUJUKAN PASIEN GAWAT DARURAT KE


RUMAH SAKIT LAIN

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/050/04/13 0 1/1
Standar Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
08 April 2013

Prosedur
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Operasional
Pengertian Prosedur rujukan pasien gawat darurat ke rumah sakit lain atau
pengiriman pasien yang tidak mampu diatasi oleh RSU TERE
MARGARETHMedan disebabkan kemampuan kapasitas terbatas
dimana kriteria pasien yang dirujuk yaitu tempat perawatan RSU
TERE MARGARETH penuh dan pasien yang membutuhkan
perawatan spesialisasi yang belum tersedia di RSU SEMBIRING

II. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk merujuk pasien


ke rumah sakit lain dengan fasilitas dan kemampuan medis yang
belum dipunyai oleh RSU TERE MARGARETH sesuai dengan
prosedur dan standar

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur 1. Petugas menangani pasien gawat darurat sampai layak


transport / stabil
2. Dokter memberikan penjelasan kepada pasien atau keluarganya
bahwa pasien perlu dirujuk ke rumah sakit lain karena
kemampuan dan fasilitas medis untuk kasus tersebut tidak ada
3. Dokter mengisi formulir pengantar pasien dengan menyebut
 Diagnosa pasien
 Nama, umur, jenis kelamin
 Obat - obatan yang telah diberikan
 Hasil pemeriksaan penunjang lain
4. Perawat melakukan koordinasi dengan ambulans bila
diperlukan

V. Unit Terkait 1. IGD


2. Rekam Medik

PENGGUNAAN ALAT
DAN OBAT LIFE SAVING

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/051/04/13 0 1/1
Standar Ditetapkan,
Tanggal terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Prosedur penggunaan alat life saving yaitu alat yang digunakan
untuk menyelamatkan dan mempertahankan kehidupan pada
pasien yang dilakukan oleh petugas IGD yang terampil dan sudah
terlatih serta penggunaan obat life saving yaitu obat yang
digunakan untuk menyelamatkan dan mempertahankan kehidupan
pada pasien.

II. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah - langkah bagi dokter dan
perawat IGD dalam penggunaan alat dan obat life saving sesuai
prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


penggunaan obat dan alat life saving di IGD RSU TERE
MARGARETH sesuai dengan peraturan yang berlaku

IV. Prosedur 1. Dokter jaga IGD bertanggungjawab dalam penggunaan alat


dan obat life saving
2. Perawat jaga IGD melaksanakan instruksi dokter jaga IGD
dalam penggunaan alat - alat dan obat life saving
3. Perawat yang bertugas di IGD setiap pergantian jadwal dinas
harus menyerahterimakan alat dan obat life saving pada dinas
berikutnya.
4. Perawat yang bertugas di IGD harus selalu memeriksa
kelengkapan alat dan obat life saving
5. Untuk alat harus di cek kelengkapannya dan setiap alat life
saving harus dalam keadaan siap pakai.
6. Untuk obat - obatan life saving, stok harus berjumlah minimal
5 ampul, setiap pemakaian harus langsung diganti dengan
menggunakan resep dari dokter dan diketahui oleh kepala IGD
7. Perawat IGD harus segera membersihkan alat setiap habis
pakai.

V. Unit Terkait 1. IGD


2. Instalasi Farmasi

PEMBERIAN
OKSIGEN

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/052/04/13 0 1/1
Ditetapkan,
Standar Tanggal terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013

Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara pemberian oksigen (O2) yaitu pemberian O2 bag pasien
yang memerlukan atas perintah / advis dokter

II. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah - langkah pemberian oksigen


(O2) bagi pasien yang datang dalam keadaan gawat darurat dan
memerlukan penanganan segera.

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Persiapan Alat :


a. Tabung O2
b. Manometer untuk mengetahui isi O2 dalam tabung
c. Botol pelembab yang sudah diisi dengan aquadestilata
sampai batas yang ditentukan
d. Pengukur aliran, untuk mengetahui jumlah O2 yang
diberikan permenit
e. Pipa saluran O2 / corong kateter hidung

Pasien :
a. Pasien ditirahbaringkan sehingga memudahkan perawat IGD
untuk memberikan O2
b. Alat - alat ditempatkan dengan pasien

V. Prosedur 1. Mengatur dan menenangkan pasien


2. Isi tabung diperiksa dan dicoba
3. Memasang pipa O2 sesuai dengan instruksi dokter
4. Memsang masker O2 / selang hidung pada penderita
5. Awasi keadaan penderita, apakah sesaknya berkurang
6. Bila penderita tidak memerlukan O2 lagi, maka saluran
ditutup
7. Mencatat :
 Keadaan pasien sebelum dan sesudah pemberian O2
 Waktu pemberian O2
 Jumlah pemberian O2 / menit
 Periksa denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah
 Nama perawat
8. Sikap :
 Tunjukkan sikap yang baik dan peduli sehingga
pasien merasa nyaman
 Berhati-hati
 Peka terhadap respon penderita
 Telitilah keadaan umum pasien
VI. Unit Terkait
1. IGD
2. Teknisi

PEMASANGAN INFUS

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/053/04/13 0 1/2
Standar Ditetapkan,
Tanggal terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B

I. Pengertian Prosedur pemberian cairan infus yaitu dengan memasukkan cairan


ke dalam tubuh pasien melalui pembuluh darah demi pemulihan
kesehatan dan terapi pengobatan
II. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah - langkah bagi dokter dan
perawat IGD dalam pemasangan infus sesuai prosedur dan sesuai
standar

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan Penggunaan Obat dan Alat Life Saving di Instalasi Gawat
Darurat

IV. Persiapan Alat :


 Infus set, IV kateter ukuran sesuai kebutuhan
 Cairan yang dibutuhkan
 Kapas alkohol, betadin
 Plester
 Kasa steril
 Gunting verban
 Nierbekken
 Standart infus
 Spalk siap pakai bila perlu
V. Prosedur
1. Botol cairan yang digunakan digantung pada standart infus
2. Tutup btol cairan yang didesinfeksi dengan kapas alkohol
sebelum ditusuk ujung selang infus
3. Kran saluran infus dibuka → cairan dialirkan sampai keluar
ujung infus sehingga udara tidak ada pada saluran infus →
keran saluran ditutup kembali dengan tabung jangan sampai
penuh
4. Lengan atas penderita dibendung dengan karet pembendung

PEMASANGAN INFUS

RSU TERE MARGARETH


Standar No. Dokumen
SPO/RSTM/053/04/13
No. Revisi
0
Halaman
2/2
Prosedur
Operasional
5. Daerah permukaan kulit yang akan ditusuk
didesinfektankan → jarum ditusuk ke pembuluh darah vena
→ tampak darah di selang IV kateter → main drain IV
kateter dicabut → ujung abocath dihubungkan dengan
ujung saluran infus → keran saluran infus dibuka → hitung
banyaknya tetesan yang diperlukan dengan melihat tabung
tetesan
6. Daerah yang dipasang jarum infus diberi betadin dan
ditutup kasa steril serta difiksasi dengan plester bila perlu
memakai spalk
7. Penderita diberitahu agar tidak banyak menggerakkan
bagian tubuhnya yang telah dipasang infus

VI. Unit terkait IGD

PEMASANGAN ETT
(ENDO TRACHEAL TUBE)

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/054/04/13 0 1/2
Standar Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur 08 April 2013

Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara pemasangan Endo Traceal Tube (ETT) yaitu selang
yang dipasang melalui rongga mulut sampai dengan trakea
II. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah - langkah bagi dokter dan
perawat IGD dalam pemasangan ETT, sehingga menjamin
terbukanya airway dan dapat mempertahankan jalan nafas sesuai
prosedur dan sesuai standar
III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai
Pelayanan Penggunaan Obat dan Alat Life Saving di Instalasi
Gawat Darurat
IV. Persiapan Alat :
1. Pipa endotrakeal dewasa 6,0 mm dan 8,0 mm
2. Pipa endotrakeal anak 3,5 mm dan 4,0 mm
3. Pegangan laringoskop
4. Daun laringoskop
5. Lampu laringoskop cadangan dan baterai cadangan
6. Pelumas pipa endotrakeal yang cocok
7. Stetoskop

V. Prosedur 1. Pastikan ventilasi yang adekuat dan oksigen tetap berjalan dan
peralatan penghisap berada pada tempat yang dekat
2. Kembangkan balon pipa endotrakeal untuk memastikan agar
balon tidak bocor kemudian kempiskan kembali
3. Sambungkan daun laringoskop pada pemegangnya dan periksa
terangnya lampu
4. Minta seorang pasien mempertahankan kepala dan leher
dengan tangan, leher penderita tidak boleh hiperekstensi atau
hiperfleksi selama prosedur ini
5. Pegang laringoskop dengan tangan kiri

PEMASANGAN ETT
(ENDO TRACHEAL TUBE)

RSU TERE MARGARETH


Standar Prosedur No. Dokumen
SPO/RSTM/054/04/13
No. Revisi
0
Halaman
2/2
Operasional
6. Masukkan laringoskop pada bagian kanan mulut penderita
dan geser lidah ke sebelah kiri
7. Secara visual, identifikasi epiglotis kemudian pita suara
Dengan hati - hati masukkan pipa endotrakeal ke dalam
trakea tanpa menekan gigi atau jaringan - jaringan di mulut
8. Kembangkan balon dengan udara secukupnya agar tidak
bocor dan jangan berlebihan
9. Periksa penempatan pipa endotrakeal dengan cara memberi
ventilasi dengan bag valve tube
10. Secara visual pehatikan pengembangan dada dengan ventilasi
11. Auskultasi dada dan abdomen dengan stetoskop untuk
memastikan letak pipa
12. Amankan pipa dengan plester. Apabila penderita
dipindahkan letak pipa harus dinilai ulang
13. Apabila intubasi endotrakeal tidak bisa diselesaikan dalam
beberapa detik atau selama waktu yang diperlukan untuk
menehan nafas sebelum inhalasi hentikan percobaan intubasi,
beri ventilasi dengan bag valve mask kemudian coba lagi
14. Penempatan pipa harus diperiksa dengan teliti. Foto thorax
berguna untuk menilai letak pipa tetapi tidak dapat
menyingkirkan intubasi esofageal

VI. Unit Terkait IGD


PEMASANGAN NGT
(NASO GASTRIC TUBE)
RSU TERE MARGARETH
No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/055/04/13 0 1/2
Standar Ditetapkan,
Tanggal terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B

I. Pengertian Cara memasukkan selang dari hidung sampai ke lambung yang


berfungsi memasukkan makanan dan obat bagi pasien yang tidak
dapat makan melalui mulut, mengeluarkan cairan lambung serta
dekompressi lambung dan cooling spoeling

II. Tujuan Sebagai acuan bagi perawat untuk membantu pasien makan dan
minum melalui pemasangan Naso Gastric Tube sesuai dengan
prosedur dan sesuai standar

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan Penggunaan Obat dan Alat Life Saving di Instalasi Gawat
Darurat

IV. Persiapan Alat :


 NGT sesuai dengan ukuran
 Spuit 10 cc
 Stetoskop
 Penutup pipa lambung
 Pinset anatomis dalam tempatnya bila perlu
 Sarung tangan bersih
 Kom berisi air bersih
 Kantong penampung
 Plester
 Gunting
 Tissue
 Xylocain atau jelly
 Nierbekken
 Alat tulis dan catatan keperawatan

V. Prosedur 1. Persiapan pasien : menjelaskan kepada pasien dan keluarga


tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Perawat membawa alat-alat dan diletakkan di samping tempat
tidur pasien
3. Perawat membantu merubah posisi tidur pasien yang nyaman
4. Perawat mencuci tangan
PEMASANGAN NGT
(NASO GASTRIC TUBE)

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/055/04/13 0 2/2
Standar Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B

5. Perawat dengan memakai sarung tangan, mengukur panjangnya


NGT yaitu dari telinga bawah ke pangkal hidung lalu ke
procecus xipoideus, atau dari sisi teratas frontal, puncak hidung
lalu ke procecus xipoideus, selanjutnya memberi batas
panjangnya NGT yang harus dimasukkan
6. Perawat mengolesi jelly pada NGT sepanjang 7,5 cm – 10 cm
7. Dengan posisi kepala pasien ekstensi perawat memasukkan
NGT ke salah satu lubang hidung, bila NGT sudah masuk
sampai dengan orofaring, posisi kepala fleksi. Bila pasien
batuk, berhenti memasukkan NGT dan pasien dianjurkan tarik
nafas dalam, setelah pasien rileks lanjutkan memasukkan NGT
sampai ke lambung
8. Perawat menguji apakah NGT sudah masuk ke lambung
dengan mengisap cairan lambung atau memasukkan udara
5 cc- 10 cc dan didengar dengan stetoskop pada perut sebelah
kanan atas, atau bisa dengan mencelupkan ujung NGT ke
dalam kom yang berisi air bersih, bila tidak ada gelembung
udara berarti NGT sudah tepat masuk ke lambung
9. Perawat melakukan fiksasi NGT dengan plester, menutup NGT
atau menyambungkannya dengan kantong penampung sesuai
instruksi, merapikan pasien dan mengatur untuk posisi nyaman
10. Perawat membereskan alat - alat dan kembalikan pada
tempatnya serta mencuci tangan
11. Perawat mencatat tindakan yang dilakukan pada catatan
keperawatan : waktu pemasangan, warna, jumlah dan bau
cairan lambung, reaksi pasien

VI. Unit Terkait 1. IGD


2. ICU
3. OK
4. Ruang Rawat Inap
PEMASANGAN
KATETER URINE

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/056/04/13 0 1/2
Standar Ditetapkan,
Tanggal terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Pemasangan kateter urin adalah suatu cara memasukkan alat
berbentuk tabung pipa karet yang dimasukkan ke dalam kandung
kemih untuk mengeluarkan air kemih yang ditampung pada
sebuah kantung.

II. Tujuan Sebagai acuan bagi dokter dan perawat IGD melakukan tindakan
pemasangan kateter urin dengan baik yang berguna untuk
mengosongkan kandung kemih sesuai dengan prosedur dan sesuai
standar

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan Penggunaan Obat dan Alat Life Saving di Instalasi
Gawat Darurat

IV. Persiapan Alat :


1. Duk steril 1 buah
2. Duk berlubang steril 1 buah
3. Nierbekken steril 1 buah
4. Mangkok steril 1 buah
5. Folley kateter sesuai dengan ukuran
6. Urine bag
7. Sarung tangan steril 1 pasang
8. Kapas sublimat steril
9. Behtadine solution
10. Kerontang steril
11. Jelly
12. Perlak
13. Plester dan gunting
14. Aquadest steril 20 - 30 cc
15. Spuit 10 cc 1 set

V. Prosedur 1. Pasien dan keluarganya diberitahu tentang tindakan yang akan


dilakukan
2. Alat - alat diletakkan di samping tempat tidur pasien
3. Posisi pasien diatur senyaman mungkin oleh perawat IGD
PEMASANGAN
KATETER URINE

RSU TERE MARGARETH


Standar Prosedur No. Dokumen
SPO/RSTM/056/04/13
No. Revisi
0
Halaman
2/2
Operasional
4. Perawat IGD mencuci tangan
5. Perawat IGD melepas pakaian bagian bawah pasien
6. Mengatur posisi pasien untuk pemasangan kateter :
- Wanita : dorsal recumbent
- Pria : supine
7. Set kateter diletakkan diantara kedua tungkai bawah pasien
dengan jarak ± 45cm dari perineum pasien
8. Perawat IGD membuka set kateter
9. Perawat IGD memakai sarung tangan
10. Daerah meatus dibersihkan dengan kapas sublimat, caranya :
 Wanita : buka labia dengan jari telunjuk dan ibu
jari tangan kiri, bersihkan labia luar terakhir bagian
meatus dengan tangan kanan, kapas hanya sekali
pakai, bersihkan 3-4 kali dengan bethadin solution
 Pria : pegang daerah di bawah glen penis dengan
ibu jari dan telunjk, bersihkan dengan arah
melingkar dari meatus keluar, minimal 3-4 kali
dengan betadin solution

11. Perawat membuka folley kateter, lumasi ujung kateter


dengan jelly
12. Perawat memasukkan kateter secara perlahan-lahan
13. Bila saat kateter dimasukkan ada tahanan jangan dilanjutkan
14. Masukkan lagi kateternya sepanjang 2 cm sambil sedikit
diputar sampai tampak urin yang keluar
15. Balon kateter diisi aquabidest sebanyak ± 30 cc dengan
menggunakan spuit tanpa jarum
16. Kateter ditarik secara pelahan sampai ada tahanan balon
17. Fiksasi kateter dengan plester
18. Urine bag digantungkan lebih rendah dari vesica urinaria
19. Setelah merapikan alat - alat, perawat yang bertugas
mencuci tangan dan membawa pasien ke ruangan

VI. Unit Terkait IGD


PENGGUNAAN NEBULIZER

RSU TERE MARGARETH


Standar Prosedur No. Dokumen
SPO/RSTM/057/04/13
No. Revisi
0
Halaman
2/2
Operasional
1. Lalu selang penampung obat ditutup dan bagian tasnya
dihubungkan dengan O2 mask serta bagian bawahnya
dihubungkan ke selang pipa
2. Selang pipa dihubungkan ke alat aerosol mikrogen
3. Oksigen mask diletakkan menutupi mulut dan hidung
pasien
4. Sebelumnya alat aerosol mikrogen telah dihubungkan ke
vitting listrik
5. Lalu tekan tombol ‘on’ pada alat aerosol mikrogen
6. Selama 15’-20’ pasien disuruh menghirup uap yang ada di
O2 mask yang merupakan obat hingga habis
7. Setelah pasien merasa nyaman, alat boleh dicabut dari
tubuh pasien
8. Lalu pasien diantar ke ruangan observasi oleh perawat

Unit Terkait IGD


PENGGUNAAN NEBULIZER

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/057/04/13 0 1/1
Standar Ditetapkan,
Tanggal terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Prosedur penggunaan nebulizer yaitu suatu tindakan yang dilakukan
oleh dokter dan perawat IGD terhadap pasien yang mengalami
kesulitan bernafas yang hebat oleh karena penyakit yang
dideritanya.

II. Tujuan Sebagai acuan bagi dokter dan perawat IGD melakukan tindakan
penggunaan nebulizer tepat, cepat sesuai dengan prosedur dan
sesuai standar

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan Penggunaan Obat dan Alat Life Saving di Instalasi Gawat
Darurat

IV. Persiapan Alat :


 Satu set alat nebulizer :
 Aerosol mikrogen
 Selang pipa berukuran d = 0,5 cm
 Selang penampungan obat ukuran, d = 5 cm
 O2 mask

 Obat – obatan :
 Ventolin 2,5 mg
 Fixotide 0,5 mg
 Berotec 0,1 %

V. Prosedur 9. Satu set alat nebulizer diletakkan dekat pasien


10. Posisi pasien diatur senyaman mungkin
11. Selang penampungan obat dibuka dan dimasukkan ke
dalamnya obat yang telah ditentukan
PENGGUNAAN
DC SHOCK

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/058/04/13 0 1/2
Standar Ditetapkan,
Tanggal terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Prosedur penggunaan DC shock atau defibrilasi yaitu suatu tindakan
pengobatan menggunakan aliran listrik secara asinkron yang
dilakukan pada pasien yang fibrilasi ventrikel atau takikardi
ventrikel serta secara kardioversi adalah tindakan pengobatan
dengan menggunakan aliran listrik secara sinkron

Sebagai acuan langkah - langkah dalam penggunaan DC Shock


II. Tujuan sebagai defibrilasi dan kardioversi sehingga dapat digunakan
dengan tepat sesuai prosedur dan sesuai standar

Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


III. Kebijakan Pelayanan Penggunaan Obat dan Alat Life Saving di Instalasi Gawat
Darurat

Prosedur Defibrilasi :
IV. Prosedur 1. Hidupkan defibrilasi
2. Pilih energi yang diperlukan
3. Pilih lead I, II, III melalui tombol lead select
4. Letakkan paddle apex dan sternum sesuai petunjuk pada
tempatnya
5. Nilai kembali irama pada monitor apakah masih VF / VT tanpa
nadi
6. Tekan tombol mengisi energi (charge) pada paddle apex atau
pada unit defibrilator
7. Setelah energi yang diharapkan tercapai beri aba - aba dengan
suara jelas agar orang lain tidak menyentuh pasien, tempat tidur
atau alat lain
8. Oleskan jelly pada paddle
9. Beri tekanan ± 10 - 12 kg pada kedua paddle dan tekan tombol
defibrilasi pada kedua paddle
10. Nilai kembali irama pada monitor apabila masih VF/ VT tanpa
nadi, isi kembali defibrilator, apabila gambaran EKG pada
monitor meragukan periksa nadi dan sensor/ elektroda EKG
PENGGUNAAN
DC SHOCK

RSU TERE MARGARETH


Standar Prosedur No. Dokumen
SPO/RSTM/058/04/13
No. Revisi
0
Halaman
2/2
Operasional
11. Apabila gambaran masih tetap VF / VT tanpa nadi ulangi
tahapan di atas dengan energi 200 - 300 joule dan kemudian
360 joule jika gambaran EKG tidak berubah
12. Apabila setelah tindakan defibrilasi terakhir 360 joule irama
masih VF/ VT tanpa nadi lakukan ACLS berikutnnya

Prosedur kardioversi :
1. Siapkan alat - alat resusitasi
2. Bila pasien masih sadar beri sedasi dengan / tanpa analgesik
3. Pilih modul sinkron
4. Pilih energi awal 50 joule untuk takikardi supra ventrikular
atau 100 joule untuk VT dan meningkat sesuai respon pasien
sampai dengan 360 joule
5. Paddle tidak boleh segera diangkat setelah melepaskan muatan
agar modul sinkronisasi tidak terganggu.

V. Unit Terkait IGD


PEMASANGAN
BIDAI

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/059/04/13 0 1/1
Standar Ditetapkan,
Tanggal terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara pemasangan bidai / spalk adalah suatu tindakan supaya
bagian tubuh pasien yang sakit / fraktur tidak dapat bergerak
sehingga mengurangi rasa sakitnya.

II. Tujuan Sebagai acuan bagi dokter dan perawat IGD melakukan tindakan
pemasangan bidai sesuai dengan prosedur dan sesuai standar

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETHmengenai


Pelayanan Penggunaan Obat dan Alat Life Saving di Instalasi
Gawat Darurat

IV. Prosedur 1. Persiapan alat :


- Papan kayu setebal 2 cm, panjang dan lebar disesuaikan
dengan kebutuhan
- Perban rol
- Kapas
- Gunting verban
- Plester
- Paku, gergaji, palu

2. Persiapan penderita :
- Penderita diberitahu tentang pemasangan bidai agar
jaringan yang rusak tidak bertambah dan rasa nyerinya
berkurang
- Menyiapkan alat - alat dan dekatkan dengan penderita

3. Langkah - langkah tindakan :


- Atur posisi dan tenangkan penderita
- Pasang bidai pada daerah yang diperlukan
- Observasi keadaan penderita

V. Unit Terkait IGD


PEMBERIAN ATS
(ANTI TETANUS SERUM)

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/060/04/13 0 1/1
Standar Ditetapkan,
Tanggal terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Prosedur pemberian Anti Tetanus Serum (ATS) yaitu memasukkan
cairan / obat ATS ke dalam tubuh pasien melalui alat injeksi dengan
tujuan pencegahan dan terapi penyakit tetanus

Sebagai acuan bagi dokter dan perawat IGD melakukan tindakan


II. Tujuan pemberian ATS sesuai dengan prosedur dan sesuai standar

Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan Penggunaan Obat dan Alat Life Saving di Instalasi Gawat
III. Kebijakan Darurat

1. Sebelum pemberian injeksi, terlebih dahulu ditanyakan kepada


pasien apakah pernah mendapat injeksi dan apabila sudah
IV. Prosedur pernah, tanyakan lagi kapan terakhir kali disuntik.
2. Setiap pemberian injeksi ATS, terlebih dahulu dites disuntikkan
ke kulit pasien yang disebut skin test
3. Bila hasil skin test negatif, maka ATS dapat diinjeksi secara
intra muskuler (otot), bila positif ATS dapat diganti dengan
tetagam injeksi
4. Setelah pemberian ATS, perawat menulis pada catatan
keperawatan serta melakukan observasi terhadap pasien selama
minimal 15 menit (pasien baring)
5. Dokter / perawat wajib memberitahukan kepada pasien atau
keluarganya bahwa pasien telah mendapat ATS injeksi

V. Unit Terkait IGD


PENANGANAN KASUS
KORBAN MASSAL

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/061/04/13 0 1/2
Standar Ditetapkan,
Tanggal terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B

I. Pengertian Prosedur penanganan kasus korban massal adalah suatu kejadian


yang muncul secara tiba-tiba dan diluar dari kebiasaan jumlah
pasien, dimana jumlah korban lebih dari 10 orang yang disebabkan
oleh bencana alam, kerusuhan massal, keracunan, penyakit menular,
kecelakaan lalu lintas dan sebagainya.
II. Tujuan Sebagai acuan langkah - langkah dalam penanganan korban massal
di Instalasi Gawat darurat secara cepat dan tepat sesuai dengan
prosedur dan standar.
III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai
Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat
IV. Prosedur 1. Identifikasi tempat / lokasi kejadian musibah, waktu kejadian
dan jumlah korban
2. Mempersiapkan mobil ambulans, tim medis dan peralatanya
menuju lokasi musibah
3. Mengklasifikasikan korban musibah massal atas 5 bagian :
 Pasien yang tidak memerlukan tindakan medis yaitu kondisi
dengan tanda vital (kesadaran, tensi darah, denyut nadi,
pernafasan dan suhu tubuh) normal
 Pasien yang memerlukan tindakan medis dasar yaitu kondisi
dengan tanda vital normal tetapi terdapat luka ringan/
kelainan di tubuh
 Pasien dengan tindakan medis segera yaitu :
 Kondisi tanda vital yang menurun (kesadaran dan
tekanan darah yang menurun, sesak nafas)
 Menderita luka berat (patah tulang, perdarahan hebat),
luka bakar, trauma kepala, keracunan organofosfat
(baygon dan lain - lain)
 Pasien yang sulit diselamatkan segera, yaitu pasien dengan
henti jantung, henti nafas (tanda vital yang buruk, tekanan
darah tidak terukur, denyut nadi tidak teraba, tidak sadar,
suhu tubuh menurun dan tidak normal, sianosis)
PENANGANAN KASUS
KORBAN MASSAL

RSU TERE MARGARETH


Standar Prosedur No. Dokumen
SPO/RSTM/061/04/13
No. Revisi
0
Halaman
2/2
Operasional
 Pasien yang tiba di rumah sakit sudah dalam keadaan
meninggal dunia (pupil dilatasi maksimal, denyut nadi
tidak teraba, tekanan darah tidak terukur)
 Korban diangkat sesuai prioritas ke rumah sakit
 Pemberian tindakan medis dengn segera yang
disesuaikan dengan tingkat keseriusan luka serta
keselamatan jiwa penderita
 Tim dokter rumah sakit dimobilisasikan guna
penanganan bersama kasus musibah massal
 Melakukan pemeriksaan penunjang seperti
laboratorium, radiologi sesuai indikasi yang
dideritanya
 Permintaan rawat inap jika pasien harus dirawat
4. Membuat laporan dan catatan medik
5. Persiapan dan penyelesaian administrasi pada pasien yang
diizinkan pulang
6. Pelaporan jumlah korban kepada pihak kepolisian

V. Unit Terkait 1. Ambulans rumah sakit


2. IGD
3. Konsulen
4. Operator rumah sakit
5. Rekam medik
6. Resepsionis rumah sakit
PENANGANAN PASIEN DENGAN
KECELAKAAN LALU LINTAS

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/062/04/13 0 1/1
Standar Ditetapkan,
Tanggal terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B

I. Pengertian Prosedur penanganan pasien dengan kecelakaan lalu lintas yaitu


penderita yang sakit akibat ruda paksa atau kejadian lalu lintas

II. Tujuan Sebagai acuan bagi dokter dan perawat IGD melakukan
penanganan pasien dengan kecelakaan lalu - lintas sesuai dengan
prosedur dan sesuai standar

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur 1. Pada saat mengangkat pasien, harus diterapkan prinsip-prinsip


proteksi tulang vertebra, terutama cervical. Dalam hal ini
pasien dipindahkan dengan metode in line position,
menggunalakan long spine board dan dipasangkan cervical
collar.
2. Dokter IGD memeriksa pasien dan memberikan pertolongan
sesuai dengan triase pasien gawat darurat
3. Dalam memberikan pertolongan, selalu diperhatikan prinsip
penanganan emergensi ABC
4. Pasien yang tidak membutuhkan rawat inap setelah ditangani,
diberi resep untuk berobat jalan
5. Pasien yang membutuhkan perawatan lanjut, dirujuk ke
ruangan ICU / Kamar Bedah untuk selanjutnya ditangani oleh
dokter spesialis
6. Memanggil dan melapor pada satpam bahwa ada pasien dengan
kecelakaan dengan tujuan :
 Satpam membantu penanganan pasien dengan pengemudi
lawan tabraknya / mencegah kegaduhan
 Satpam meminta identitas penabrak
 Petugas IGD dapat menginventaris barang - barang milik
korban

V. Unit Terkait 1. IGD


2. Satpam
3. Rekam Medik
PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN
PEGAWAI IGD SECARA MENYELURUH

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/065/04/13 0 1/1
Standar Ditetapkan,
Tanggal terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Prosedur pelatihan dan pengembangan pegawai IGD secara
menyeluruh atau suatu program peningkatan keterampilan dan
pengetahuan bagi petugas IGD yang dilakukan secara berkala dan
rutin.

II. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah - langkah dalam kegiatan


pelatihan dan pengembangan bagi pegawai di IGD sesuai dengan
prosedur dan sesuai standar

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur 1. Kepala IGD menyusun program pelatihan dan pengembangan


IGD bersama seluruh staf
2. Daftar rencana pelatihan tersebut diajukan kepada bagian
Diklat
3. Diklat membuat kalender kegiatan pelatihan dan
mengajukannya kepada direktur rumah sakit
4. Direktur Rumah Sakit menyeleksi pelatihan yang diperlukan
dan menginstruksikan kepada Diklat untuk merealisasikan
program tersebut.

V. Unit Terkait 1. Direktur Rumah Sakit


2. Kepala IGD
3. Diklat
ORIENTASI DOKTER
JAGA BARU DI IGD

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/063/04/13 0 1/1
Standar Ditetapkan,
Tanggal terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara orientasi dokter jaga baru di IGD sebagai dokter yang
ditugaskan di bagian IGD berdasarkan Surat Tugas Orientasi dari
Direktur Medis dan Keperawatan RSU TERE MARGARETH
untuk menjadi dokter jaga IGD, dilakanakan selama 3 (tiga) bulan
dengan bimbingan kepala IGD

II. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah - langkah dalam kegiatan


orientasi bagi dokter jaga baru di IGD agar mampu melaksanakan
pelayanan dengan terampil sesuai dengan prosedur dan standar

Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


III. Kebijakan Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

1. Hari pertama dokter jaga baru melapor kepada kepala IGD


IV. Prosedur dengan membawa surat tugas orientasi dari Direktur Medis dan
Keperawatan
2. Kepala IGD membimbing dokter jaga baru tersebut
3. Kepala IGD menerima dan mengenalkan kepada seluruf staf
IGD
4. Mempelajari visi, misi falsafah dan tujuan IGD
5. Mempelajari struktur organisasi IGD, fasilitas dan prosedur
serta peraturan lainnya
6. Melaksanakan tugas jaga sesuai daftar jaga yang telah disusun
7. Mempelajari dan melaksanakan prosedur dan standar terapi
rumah sakit tentang kegawatdaruratan
8. Mengisi absensi an melaksanakan tugasnya sesuai dengan
bidangnya
9. Setelah 3 bulan orientasi kepala IGD mengevaluasi dokter jaga
tersebut
10. Setelah selesai orientasi melaporkan diri kepada direktur medis
untuk selanjutnya dibuatkan Surat Keputusan (SK) penempatan
defenitif

V. Unit Terkait 1. IGD


2. Personalia
3. Direktur Medis dan Keperawatan
ORIENTASI PERAWAT
JAGA BARU DI IGD

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/064/04/13 0 1/1
Standar Ditetapkan,
Tanggal terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara orientasi perawat jaga baru di IGD sebagai perawat yang
akan ditugaskan di bagian IGD berdasarkan Surat Perintah
Orientasi Direktur Medis dan Keperawatan RSU TERE
MARGARETH untuk menjadi perawat jaga yang belum pernah
atau perawat yang baru lulus pendidikan ditempatkan di IGD

II. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah - langkah dalam kegiatan


orientasi bagi perawat jaga baru di IGD agar mampu melaksanakan
pelayanan dengan terampil sesuai dengan prosedur dan sesuai
standar
III. Kebijakan
Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai
Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat
IV. Prosedur
1. Perawat jaga baru yang baru melaporkan diri kepada kepala
IGD dengan membawa surat perintah orientasi dari Direktur
Medis dan Keperawatan
2. Kepala IGD menginstruksikan kepada Kepala Seksi
Keperawatan IGD untuk membimbing perawat jaga yang
orientasi
3. Mengenalkan dengan seluruh staf dan tenaga IGD
4. Mempelajari visi, misi, falsafah dan tujuan IGD
5. Mempelajari struktur organisasi IGD, fasilitas, Standar
Prosedur Operasional dan peraturan - peraturan lainnya.
6. Mampu melaksanakan kegiatan di IGD meliputi :
 Pengetahuan dasar keperawatana
 Mempunyai pengetahuan tentang BHD (Bantuan Hidup
Dasar)
 Mengenal sistem pernafasan
 Resusitasi
 Sistem vaskuler
 Sistem saraf
 Imunologi
7. Setelah 3 bulan orientasi, kepala IGD mengevaluasi perawat
jaga baru tersebut
8. Setelah selesai orientasi, perawat tersebut melaporkan diri ke
Direktur Medis dan Keperawatan untuk selanjutnya dibuatkan
Surat Keputusan (SK) penempatan defenitif
V. Unit Terkait
IGD
PELATIHAN PENANGULANGAN
PASIEN GAWAT DARURAT
UNTUK MASYARAKAT
RSU TERE MARGARETH
No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/066/04/13 0 1/1
Standar Ditetapkan,
Tanggal terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Pelatihan penanggulangan pasien gawat darurat untuk masyarakat
sebagai suatu program kegiatan yang dilaksanakan tim Diklat RSU
TERE MARGARETH berupa pelatihan bagi masyarakat di dalam
penanggulangan pasien gawat darurat.

II. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah - langkah untuk melaksanakan


kegiatan pelatihan bagi masyarakat mengenai penanggulangan
pasien gawat darurat supaya mengenalnya sedini mungkin.

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur 1. Kepala IGD mengajukan usul pelatihan kepada tim Diklat
Rumah Sakit
2. Tim Diklat membuat kerangka acuan dan POA (Plan Of
Action) pelatihan lalu diajukan kepada Direktur RSU TERE
MARGARETH
3. Setelah mendapat persetujuan dari Direktur RSU TERE
MARGARETH, tim Diklat membentuk panitia penyelenggara
pelatihan
4. Direktur memberi tugas pada tim Diklat supaya menyusun
program pelatihan
5. Biaya pelatihan ditangung dari Rumah Sakit
6. Tim Diklat mengiriman berkas pelatihan kepada keluarga
pasien, instalasi dan lembaga swadaya masyarakat
7. Keluarga pasien / lembaga yang akan mengikuti pelatihan
diwajibakan mengirim daftar nama peserta paling lambat 1
minggu sebelum pelatihan dilaksanakan
8. Tim Diklat membuat permohonan bantuan kepada tenaga
pengajar untuk memberikan pelatihan sesuai dengan materi
yang telah ditentukan oleh panitia pelatihan
9. Bagi peserta akan diberikan sertifikat sebagai tanda mengikuti
pelatihan penanggulangan pasien gawat darurat.

1. Direktur RSU TERE MARGARETH


2. Kepala IGD
3. Diklat RSU TERE MARGARETH
10. Masyarakat, lembaga dan organisasi yang terkait
INFORMED CONSENT

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/067/04/13 0 1/1
Standar Ditetapkan,
Tanggal terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B

I. Pengertian Permintaan persetujuan tindakan medis atas pasien setelah petugas


medis memberikan informasi atas penyakit pasien, tindakan medis,
patofisiologi penyakit, prosedur tindakan medis yang akan
dilakukan dan prognosa pasien.

II. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah - langkah untuk melakukan


informed consent di IGD RSU TERE MARGARETH

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur 1. Sebelum tindakan tertentu dilakukan petugas medis atau dokter
harus memberi penerangan kepada pasien atau keluarganya,
tujuan dari tindakan ini serta akibatnya kalau tidak dilakukan
tindakan
2. Jika menyetujui keluarga menandatangani Surat Persetujuan
yang ditandatangani oleh dokter jaga / perawat yang
bersangkutan
3. Jika menolak maka pasien atau keluarga menandatangani surat
pernyataan menolak tindak pertolongan pada formulir
penolakan atau status penderita.

V. Unit Terkait IGD


PROSEDUR PEMELIHARAAN
ALAT – ALAT DI IGD

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/068/04/13 0 1/1
Standar Ditetapkan,
Tanggal terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara prosedur pemeliharaan alat – alat di IGD yaitu kegiatan
yang dilakukan untuk pemeriksaan dan pemeliharaan peralatan
yang ada di IGD, yang dilakukan secara berkala

II. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah - langkah untuk melaksanakan


pemeliharaan alat – alat di Instalasi Gawat Darurat sesuai prosedur
dan sesuai standar

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan Penggunaan Obat dan Alat Life Saving di Instalasi Gawat
Darurat

IV. Prosedur Untuk pemeliharaan alat – alat di IGD dilakukan langkah – langkah
sebagai berikut :

1. Dibuat suatu daftar peralatan yang berada di IGD dan selalu


digunakan setiap saat di Instalasi Gawat Darurat
2. Dalam pemeliharaan dan alat – alat IGD bekerjasama dengan
bagian teknisi, dimana bagian teknisi sudah membuat jadwal
pemeriksaan dan pemeliharaan peralatan secara berkala.
3. Jika ada alat – alat yang rusak, maka Kepala Seksi IGD
membuat laporan secara tertulis dan diketahui oleh Kepala
IGD untuk disampaikan ke bagian teknisi untuk diperbaiki
4. Bagian teknisi memeriksa alat yang rusak, kemudian
memperbaiki atau mengganti alat yang rusak sesuai
kebutuhannya.

V. Unit Terkait 1. IGD


2. Teknisi
PELATIHAN PENANGGULANGAN PASIEN
GAWAT DARURAT BAGI PEGAWAI
RUMAH SAKIT
DAN MASYARAKAT
RSU TERE MARGARETH
No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/069/04/13 0 1/1
Standar Ditetapkan,
Tanggal terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B

I. Pengertian Pelatihan penanggulangan pasien gawat darurat bagi pegawai


rumah sakit dan masyarakat adalah suatu program untuk
meningkatkan keterampilan dalam bidang gawat darurat yang
sewaktu – waktu timbul dan memerlukan pertolongan dengan
segera sebelum ke rumah sakit

II. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah - langkah untuk melaksanakan


kegiatan pelatihan bagi pegawai rumah sakit dan masyarakat,
mengenai penanggulangan pasien gawat darurat supaya
mengenalinya sedini mungkin dan sesuai prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai


Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

IV. Prosedur a. Kepala IGD bekerjasama dengan bagian Diklat dengan rumah
sakit mengajukan program pelatihan kepada Wakil Direktur
Medis & Keperawatan
b. Setelah mendapat persetujuan dari Direktur Medis dan
Keperawatan maka dibentuk tim untuk melaksanakan program
tersebut.
c. Pencatatan pegawai RSU TERE MARGARETH, masyarakat
setempat dan para karyawan / karyawati perusahaan sekitar
Rumah Sakit yang akan mengikuti pelatihan
d. Pengadaan perizinan dan lokasi pelatihan peningkatan
keteampilan penanggulangan gawat darurat
e. Memerikan pelatihan bagi pegawai Rumah Sakit dan
masyarakat dengan narasumber yang kompeten di bidangnya
f. Melakukan evaluasi terhadap hasil pelatihan secara berkala.

V. Unit Terkait 1. IGD


2. Diklat Rumah Sakit
3. Wakil Direktur Medis & Keperawatan
4. Pegawai Rumah Sakit dan Masyarakat

Anda mungkin juga menyukai