GAWAT DARURAT
IV. Prosedur 1. Pasien yang masuk ke IGD dilakukan triase oleh dokter IGD
2. Keluarga pasien disuruh mendaftar kepada resepsionis.
3. Pasien segera dilakukan resusitasi dan stabilisasi
4. Sesuai dengan kondisi pasien, pasien bisa dirawat dahulu di
ruang rawat inap, ICU atau langsung ke OK bila diperlukan
operasi yang bersifat segera.
5. Pelayanan yang diberikan terus – menerus selama 24 jam
setiap hari dan 7 hari dalam seminggu
II. Tujuan Sebagai bahan acuan dan pedoman penerapan langkah – langkah
penanganan pasien darurat tetapi tidak gawat sesuai prosedur.
1. IGD
V. Unit Terkait 2. Resepsionis
PENANGANAN PASIEN
YANG TIDAK TERGOLONG AKUT
DAN GAWAT DI IGD
RSU TERE MARGARETH
No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/003/04/13 0 1/1
Standar Ditetapkan
Tanggal Terbit Direktur,
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Penanganan pasien yang tidak tergolong akut dan gawat yaitu pasien
dengan keadaan penyakit yang tidak memerlukan pertolongan
segera.
II. Tujuan Sebagai acuan dan pedoman penerapan langkah – langkah dalam
menangani pasien di IGD yang tidak akut dan tidak gawat sesuai
prosedur.
IV. Prosedur 1. Pasien yang masuk ke IGD dilakukan triase oleh dokter IGD
2. Keluarga pasien disuruh mendaftar ke resepsionis.
3. Pasien yang datang ke IGD pada waktu jam kerja (08.00 s/d
17.00 WIB) dianjurkan untuk berobat ke poliklinik rawat jalan
yang sesuai dengan penyakitnya.
4. Pasien yang datang ke IGD di atas jam kerja (17.00 s/d 08.00
WIB) ditangani sebagai pasien sakit biasa.
1. IGD
V. Unit Terkait 2. Resepsionis
3. Poliklinik
PEMBUATAN JADWAL
JAGA INSTALASI GAWAT DARURAT
RSU TERE MARGARETH
No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/004/04/13 0 1/1
Standar Ditetapkan
Tanggal Terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara pembuatan jadwal jaga sebagai suatu sistem pengaturan
jam dinas (jam kerja) petugas yang bertugas.
II. Tujuan Sebagai acuan dan pedoman langkah dalam menyusun jadwal jaga
dokter, perawat dan petugas lainnya di Instalasi Gawat Darurat
sesuai prosedur.
- Perawat Jaga
Jadwal jaga dibuat oleh Kapala Seksi IGD setiap akhir
bulan dan ditandatangani oleh Kepala Keperawatan dan
diketahui oleh Direktur Medis dan Keperawatan.
2. Konsulen Spesialis
- Jadwal jaga dibuat oleh Sekretaris Direktur Medis setiap
akhir bulan dan diserahkan ke sekretariat dan
ditandatangani Direktur Medis.
Standar Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara sebagai dokter jaga di IGD on site yaitu tenaga dokter di
RSU TERE MARGARETH Medan yang bertugas selama 24 jam
sesuai dengan jadwal jaga yang diatur oleh Kepala IGD agar setiap
saat siap memberikan pertolongan terhadap pasien gawat darurat .
II. Tujuan Sebagai acuan dan pedoman langkah - langkah bagi dokter jaga on
site di Instalasi Gawat Darurat RSU TERE MARGARETH Medan
sesuai prosedur.
IV. Prosedur Dokter jaga IGD memberikan pertolongan terhadap pasien yang
datang ke IGD :
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara sebagai pengganti dokter jaga yang berhalangan untuk
menggantikan dokter jaga yang berhalangan pagi, sore atau malam
hari dan bertanggung jawab atas tugas yang dilimpahkan kepadanya
supaya setiap saat ada dokter jaga di IGD .
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Prosedur sebagai perawat jaga di IGD on site yang bertugas penuh
berada di instalasi gawat darurat sesuai daftar yang telah diatur oleh
Kepala Seksi IGD (pagi, sore, malam) agar setiap saat siap
memberikan pertolongan terhadap pasien yang datang ke IGD
II. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah perawat jaga on site di IGD RSU
TERE MARGARETH sesuai standar
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara sebagai pengganti perawat jaga yang berhalangan untuk
menggantikan perawat jaga yang berhalangan hadir baik jaga pagi,
sore atau malam hari dan tanggung jawabnya dilimpahkan kepada
perawat jaga pengganti supaya setiap saat ada perawat jaga di IGD.
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara melakukan konsultasi kepada dokter jaga konsulen yang
artinya dokter jaga IGD menghubungi dokter jaga konsulen yang
terkait dan menyampaikan keadaan umum penderita, untuk
mendapatkan penanganan serta adviced terapi dari dokter jaga
konsulen.
II. Tujuan Sebagai acuan langkah - langkah dan pedoman dalam hal konsultasi
keadaan pasien IGD kepada dokter jaga konsulen rumah sakit
sesuai prosedur
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara melakukan koordinasi kerja/hubungan antara unit-unit
pelayanan dalam hal penanganan pasien rawat jalan maupun rawat
inap dengan unit radiologi, laboratorium dan ruang rawat inap
Operasional
- dan telah stabil serta memerlukan perawatan diruangan,
maka petugas IGD menghubungi resepsionis untuk
mempersiapkan ruangan sesuai dengan permintaan pasien /
keluarga pasien.
- Petugas resepsionis menghubungi perawat ruangan untuk
mempersiapkan kamar pasien.
- Selanjutnya setelah ruangan siap ditempati, perawat ruangan
menghubungi petugas IGD.
Petugas IGD mengantar pasien tersebut beserta status pasien dan
diserah terimakan kepada perawat ruangan
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara melakukan pemeriksaan radiologi sebagai pelayanan
radiologi pada pasien gawat darurat yang membantu dokter jaga
IGD untuk menegakkan diagnosa sehingga pemberian tindakan /
pengobatan dapat dilakukan dengan tepat.
II. Tujuan Sebagai acuan dan langkah – langkah mengatur muatan informasi
yang dibutuhkan dan media menyampaikan informasi yang harus
tersedia dan harus disampaikan.
IV. Prosedur Kemampuan pelayanan gawat darurat dan pelayanan medis lainnya
disampaikan kepada pasien/keluarga yang meminta informasi dapat
diberikan secara:
- Tertulis : melalui brosur, leaflet atau majalah dinding
- Lisan : langsung atau melalui telepon
Rutin
Instalasi Gawat Darurat mampu melaksanakan pertolongan dan
tindakan life saving disertai persediaan obat-obatan yang
dibutuhkan. Tersedia sarana penunjang seperti laboratorium,
radiologi, apotek 24 jam, unit perawatan intensif (ICU), kamar
bedah (OK), dan sarana penunjang lainnya.
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara permintaan obat - obatan persediaan Instalasi Gawat
Darurat (IGD) atau semua obat yang diperlukan sesuai standar obat
- obatan IGD yang harus selalu tersedia setiap saat.
IV. Prosedur 1. Kepala Seksi IGD setiap hari melakukan pemeriksaan obat di
IGD serta pemeriksaan pemakaian obat sebelum persediaan
habis.
2. Kasie IGD kemudian mengisi formulir permintaan obat sesuai
dengan kebutuhan IGD yaitu sejumlah standar baku obat IGD
dikurangi persediaan yang ada.
3. Formulir permintaan obat ditandatangani oleh Kepala IGD dan
diketahui oleh Wakil Direktur Medis & Keperawatan.
4. Kepala Seksi IGD membawa formulir obat tersebut ke
Instalasi Farmasi yang kemudian menerima obat yang
diperlukan dari Instalasi Farmasi.
5. Kepala Seksi IGD kemudian mencocokkan jumlah obat yang
dikeluarkan Instalasi Farmasi.
6. Kepala Seksi IGD membawa obat ke IGD kemudian
mengisikan jumlah obat pada kartu stock obat dan buku
register obat serta menyimpan formulir obat pada arsip setelah
diparaf Kepala Instalasi Gawat Darurat.
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara melakukan konsinyasi yaitu titipan obat-obatan dari
Instalasi Farmasi ke IGD yang sebenarnya merupakan stock obat di
Instalasi Farmasi untuk mempermudah pengambilan dan
penggunaan obat-obat terutama yang bersifat emergensi di IGD.
IV. Prosedur 1. Kepala Seksi IGD membuat daftar konsinyasi obat - obat
emergensi yang diperiksa dan diketahui oleh Kepala IGD dan
Direktur Medis dan Keperawatan RSU TERE MARGARETH
2. Kepala Seksi IGD mengusulkan daftar tersebut kepada Kepala
Seksi Instalasi Farmasi
3. Kepala Seksi Instalasi Farmasi menyediakan obat - obatan
tersebut sesuai dengan daftar permintaan dan diketahui oleh
Wakil Direktur Penunjang Medis.
4. Apabila ada pemakaian obat-obatan yang dikonsinyasikan di
IGD, maka perawat IGD yang bertugas saat itu meresepkan
obat - obatan tersebut kepada dokter IGD yang bertugas saat
itu dan memintakan gantinya ke Instalasi Farmasi.
IV. Prosedur 1. Persiapan alat : status pasien, catatan keperawatan, alat tulis
2. Perawat menghubungi operator Rumah Sakit dan
menyarankan untuk menghubungi dokter yang dituju
melalui telepon
3. Setelah disambungkan, perawat terlebih dahulu
mengucapkan salam, memberitahu identitas perawat, Rumah
Sakit dan ruangan mana
4. Perawat memberitahu identitas pasien yang akan dilaporkan
(nama, umur, diagnosa, masuk tanggal berapa), obat -
obatan yang telah didapat pasien, serta pemeriksaan yang
telah dilakukan
5. Melaporkan kondisi pasien meliputi tingkat kesadaran
pasien, tanda - tanda vital, keadaan fisik, terapi yang telah
didapat pasien, serta pemeriksaan yang telah dilakukan
6. Menanyakan kepada dokter untuk instruksi selanjutnya
7. Mencatat semua instruksi dokter pada catatan keperawatan
8. Setelah selesai perawat mengakhiri pembicaraan dengan
mengucapkan salam
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara penggunaan ambulans gawat darurat sebagai sarana
angkutan orang sakit yang difasilitasi peralatan medis dan obat
emergensi supaya pasien aman dalam perjalanan.
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara perawatan dan pemeliharaan alat - alat medik yang
dilakukan secara berkala dan rutin.
1. Suction
Setelah dipakai stop kontak dicabut dari aliran listrik.
Bersihkan selang suction dengan kapas alkohol. Bilas
dengan air mengalir setelah pemakaian.
Setelah digunakan, stoples penampung slem dibersihkan
dan diisi dengan air campur lysol
2. Laryngoscope
Setelah digunakan, cuci blade dengan menggunakan air
sabun.
Setiap seminggu sekali cek baterai dan lampu.
3. Spygnomanometer
Setelah pemakaian volume air raksa ditutup
Setiap satu tahun sekali dicek kepada bagian / tim
pengecekan (Tekhnisi)
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara dalam melakukan permintaan peralatan medis yaitu
peralatan yang digunakan untuk kepentingan medis dalam
memberikan pelayanan terhadap pasien serta melakukan permintaan
peralatan non medis yaitu peralatan yang digunakan untuk
menunjang kegiatan non - medis/kebersihan IGD dalam
pelaksanaan pelayanan terhadap pasien di IGD.
IV. Prosedur 1. Kepala Seksi IGD mengisi formulir permintaan alat - alat
medis dan non medis, sekaligus meminta persetujuan kepada
Kepala IGD dan Wakil Direktur Medis & Keperawatan RSU
TERE MARGARETH
2. Kepala Seksi IGD mengajukan formulir permintaan alat - alat
yang sudah disetujui oleh Kepala IGD dan Wakil Direktur
Medis & Keperawatan kepada bagian pengadaan barang
(logistik)
3. Bagian pengadaan barang akan menyiapkan barang yang
diminta setelah disetujui oleh pihak Manajemen RSU
SEMBIRING
4. Bagian pengadaan barang akan memberikan barang yang
dipesan sesuai dengan formulir permintaan kepada petugas
IGD RSU TERE MARGARETH dan menandatangani tanda
terima yang sudah disediakan oleh petugas logistik.
5. Kepala Seksi IGD mengecek barang yang diterima apakah
sudah sesuai dengan permintaan.
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara dalam melakukan permintaan ATK (Alat Tulis Kantor)
sebagai peralatan yang digunakan untuk kegiatan tulis menulis /
administrasi dalam menunjang pelayanan di Instalasi Gawat Darurat
IV. Prosedur 1. Kepala Seksi IGD mencatat kebutuhan alat tulis kantor dalam
formulir khusus dan ditandatangani Kepala IGD dan Direktur
Medis dan Keperawatan sekali sebulan.
2. Kepala Seksi IGD memberikan formulir permintaan alat tulis
kantor yang sudah ditandatangani Kepala IGD dan Direktur
Medis kepada Kepala Bagian Pengadaan barang (logistik)
3. Petugas logistik mengecek permintaan barang dan
menyiapkan untuk diberikan kepada Kepala Seksi IGD.
4. Kepala Seksi IGD mengambil barang kepada bagian logistik
dan menandatangani tanda terima yang sudah disediakan oleh
bagian logistik
5. Kepala Seksi IGD mengecek barang yang diterima apakah
sudah sesuai dengan permintaan.
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara dalam melakukan alur penerimaan pasien gawat darurat
yaitu seluruh pasien yang masuk ke IGD yang memerlukan
penanganan segera.
IV. Prosedur 1. Pasien yang masuk IGD langsung dilakukan triase oleh dokter
IGD
2. Perawat dan dokter IGD langsung menangani pasien sesuai
dengan prioritas emergensi penyakitnya.
3. Keluarga pasien disuruh mendaftar ke resepsionis
4. Pasien di IGD bisa rawat jalan, observasi maupun rawat inap
sesuai dengan kondisi penyakitnya.
5. Bila pasien rawat jalan, maka setelah diobservasi pasien
membayar kepada kasir.
6. Bila pasien rawat inap, segera setelah pasien stabil dipindahkan
ke ruangan
7. Resepsionis menginformasikan tarif pelayanan kepada pasien
ataupun keluarga pasien.
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara dalam melakukan triase yaitu suatu sistem penyeleksian
pasien gawat darurat untuk tindakan berikutnya atau tindakan lanjutan
yang disesuaikan dengan kondisi pasien pada saat ini
IV. Prosedur 1. Setiap pasien yang masuk ke IGD dilakukan triase oleh dokter
jaga IGD.
2. Pelayanan triase dilakukan selama 24 jam 7 hari seminggu.
3. Dokter jaga IGD membagi pasien IGD menjadi :
a. Pasien Gawat Darurat
b. Pasien tidak gawat tapi darurat
c. Pasien gawat tapi tidak darurat
d. Pasien tidak gawat tidak darurat
4. Penanganan pasien di IGD oleh dokter dan perawat IGD
berdasarkan prioritas emergensi (gawat darurat)
5. Pasien yang dikategorikan gawat darurat segera dilakukan
resusitasi dan stabilisasi, sesudah stabil baru dipindahkan ke
ruang ICU, OK atau Rawat Inap.
6. Pasien yang dikategorikan tidak gawat tapi darurat diperiksa
dan diatasi sesuai keluhan penyakitnya. Bila diperlukan
observasi dilakukan di ruang observasi, selanjutnya dapat
langsung dipindahkan ke ruang rawat inap. Bila diperlukan
tindakan pasien dibaringkan di ruang tindakan.
7. Pasien yang dikategorikan tidak gawat dan tidak darurat, bila
datang pada jam kerja dianjurkan berobat ke poliklinik, tapi bila
datang di atas jam kerja mereka diobati sebagai pasien biasa.
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara penyampaian informasi oleh resepsionis yang bertugas
mendata identitas pasien, membuat BKP ( Bukti Kunjungan
Pasien ), membuat / mencari kartu pasien dan mengantarkan BKP
ke IGD / Poliklinik serta penyampaian informasi berupa informasi
tentang tarif tindakan di IGD, tarif kamar, rawat inap, tarif
radiologi, tarif laboratorium dan biaya administrasi.
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara pengiriman (transportasi) pasien ke unit yang lain dalam
lingkungan Rumah Sakit atau ke luar Rumah Sakit
II. Tujuan Sebagai acuan langkah – langkah dan pedoman untuk pengiriman
(transportasi) pasien di dalam maupun di luar Rumah Sakit sesuai
prosedur
IV. Prosedur 1. Pasien dalam kondisi stabil, kemudian petugas mengirim pasien
ke ruang Rawat Inap, ICU, Kamar Bedah serta unit yang lain
seperti laboratorium, radiologi dan lain – lain
2. Petugas mengirim pasien menggunakan kursi roda atau brancard,
bisa dibantu oleh keluarga pasien
3. Petugas IGD menyerahkan data pasien kepada petugas yang
menerima dengan menggunakan buku tanda serah terima dari
Instalasi Gawat Darurat
4. Petugas IGD mencatat semua kegiatan dalam buku register
5. Pasien yang hendak dikirim ke Rumah Sakit lain baik untuk
pemeriksaan diagnostik, terapi maupun alih rawat menggunakan
ambulans gawat darurat
6. Petugas mendampingi pasien yang dikirim sampai ke tempat
yang dituju
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara dalam melakukan tindakan medis di IGD yaitu seluruh
tindakan yang boleh dilakukan oleh tenaga medis di Instalasi Gawat
Darurat
II. Tujuan Sebagai acuan langkah - langkah dalam melaksanakan tindakan
medis di Instalasi Gawat Darurat sesuai prosedur.
III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai
Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat
IV. Prosedur Tindakan medis yang boleh dilaksanakan di IGD RSU TERE
MARGARETH Medan :
1. Penatalaksanaan pasien berhubungan dengan tindakan yang
membutuhkan bantuan hidup dasar (Basic Life Support)
seperti :
a. Resusitasi jantung paru
b. Melakukan tindakan instubasi
c. Memperbaiki faktor penyebab shock
d. Mengatasi kegawatan jantung (MCI / Miocard Infark,
Arythmia)
e. Resusitasi volume cairan
2. Penatalaksanaan pasien berhubungan dengan kecelakaan oleh
sebab apapun prosedur bedah minor, antara lain :
a. Evaluasi Luka
b. Jahit luka sederhana tanpa penyulit
c. Jahit luka majemuk tanpa penyulit
d. Menghentikan perdarahan
e. Debridement luka, insisi abses, ekstirpasi, ekstraksi kuku
f. Pemasangan bidai
g. Anestesi lokal
h. Angkat corpus alienum / sirkumsisi
i. Melakukan sirkumsisi / dorsumsisi
j. Melakukan lavage (kumbah lambung)
V. Unit Terkait
1. IGD
2. Rekam Medik
MENJAHIT LUKA
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara menjahit luka yang bertujan menghentikan pendarahan
yang disebabkan oleh jaringan yang terputus / terbuka dengan
mendekatkan jaringan tersebut sehingga penyembuhan luka lebih
cepat terjadi.
II. Tujuan Sebagai acuan langkah - langkah dan pedoman dalam melakukan
penjahitan luka sesuai prosedur
3. Pelaksanaan:
- Mencuci tangan sebelum bekerja
- Memakai sarung tangan
- Membersihkan luka
- Mendesinfeksi luka dan sekitarnyas
- Memasang doek bolong
- Memberi injeksi anestesi
- Mencuci luka, bila perlu debridement
- Menjahit luka dengan mempertimbangkan :
a. Ketepatan jenis dan nomor benang
b. Kerapian menjahit
c. Teknik Steril
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara penanganan gawat darurat kasus kriminal sebagai kasus
tindakan kekerasan terhadap seseorang yang dilakukan dengan
benda tumpul atau benda tajam.
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara penanganan kasus perkosaan yaitu suatu keadaan
dimana terjadi hubungan badan antara dua orang atau lebih yang
dilakukan secara paksa.
II. Tujuan Sebagai acuan penanganan pasien luka bakar dengan cepat, tepat
dan sesuai dengan prosedur
IV. Prosedur 1. Perbaikan keadaan umum, awasi tekanan darah, nadi, suhu,
respirasi
2. Tentukan luas, derajat luka bakar untuk menentukan indikasi
rawat atau tidak
3. Berikan antibiotik dan analgesik
4. Berikan toxoid 0,5 cc intramuskular : apabila luka kotor
berikan juga ATS
5. Luka bakar dengan indikasi rawat :
a.Pasang infus Ringer Laktat 4cc / Kg BB / % luas luka bakar/
24 jam
b. Pasang urine kateter untuk memonitor resusitasi cairan.
c.Perika laboratorium darah : Hb, Ht, Leukosit, Elektrolit,
Ureum dan Creatinine, AGDA sesuai indikasi
d. Pasang NGT untuk mencegah muntah dan aspirasi
6. Perawatan Luka :
- Bulla yang masih utuh jangan dipecahkan karena merupakan
penutup luka yang biologis
- Bulla yang besar diaspirasi secara steril
- Luka bakar dicuci dengan NaCl 0.9% steril, diolesi dengan
cream silver sulfadiazine (dermazine) dan ditutup kasa
absorbent
Operasional
IV. Prosedur 1. Dokter IGD melakukan pemeriksaan dengan teliti agar segera
dapat memberikan tindakan terapi dan pengobatan terhadap
pasien
2. Bila diketahui penyakit menular, pasien dirujuk ke ruang
perawatan yang memiliki fasilitas isolasi oleh dokter IGD
3. Jika diperlukan, dokter juga membuat surat rujukan ke rumah
sakit lain
4. Pasien yang dirujuk ke unit perawatan dengan fasilitas isolasi
dirawat oleh dokter spesialis yang ditunjuk
5. Perawat memisahkan alat - alat bekas pakai dan disterilkan,
bahan - bahan bekas pakai dimasukkan dalam wadah tertutup
untuk kemudian disanitasi
6. Dokter dan perawat IGD menggunakan alat pelindung diri
seperti sarung tangan, masker, topi dan lain - lain
7. Dokter IGD mencatat pada rekam medis pasien tentang jenis
penyakit.
Operasional
3. Evaluasi Hasil Pengobatan
a. Derajat penyakit dan komplikasi yang terjadi
b. Kerjasama dengan disiplin lain
1. IGD
V. Unit terkait
2. Laboratorium
3. Rekam Medik
PENANGANAN GASTROENTERITIS /
DIARE AKUT
II. Tujuan Sebagai acuan dalam langkah - langkah penanganan diare akut pada
pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat sesuai dengan
prosedur dan standar.
IV. Prosedur 1. Untuk dehidrasi ringan dan sedang dilakukan rehidrasi per -
oral
2. Untuk dehidrasi sedang dan berat dilakukan rehidrasi
parenteral dengan infus cairan isotonik.
3. Pemberian cairan harus diperhatikan pada pasien malnutrisi,
gemuk, anemia dan kelainan jantung.
4. Terapi antimikroba :
Untuk choleiform diarrhea, dapat diberikan :
Tetrasiklin kapsul 500mg, 4 x 1 kapsul per hari
Kotrimoksazole 2 x 2 tablet per hari
Ampisilin tablet 4 x 1 kapsul per hari
I. Pengertian Tata cara penanganan trauma kepala yaitu pasien dengan trauma
(benturan) kepala dapat menyebabkan terjadinya :
- Trauma kepala ringan : GCS (Glassgow Coma Scale)14-15
- Trauma kepala sedang : GCS 8-13
- Trauma kepala berat : GCS 3-8
II. Tujuan Sebagai acuan langkah - langkah penanganan pasien dengan trauma
kepala lebih efisien, efektif dan tidak terjadi faktor pemberat sesuai
dengan prosedur / standar
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara penanggulangan kejang demam yaitu kejang yang
berhubungan dengan demam (suhu > 38,4 0 C perektal) tanpa
infeksi sistim saraf pusat, tanpa gangguan elektrolit akut, usia > 1
bulan dan tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara penanganan pasien dengan epilepsi yaitu suatu
kedaruratan sistem saraf pusat ditandai dengan bangkitan kejang
yang berlangsung cukup lama atau berulang dengan antara cukup
pendek, tanpa diselingi keadaan sadar, serta bersifat umum atau
lokal untuk memberikan tindakan sebab bila berlangsung lama
berakibat kerusakan neuron dan kematian.
Persiapan Alat :
IV. Prosedur 1. Tabung oksigen
2. Karet pengganjal
3. Obat - obat anti kejang (anti konvulsif)
Diazepam / valium : injeksi intravena (IV)
Golongan fenobarbital → Luminal : injeksi
intramuskuler (IM)
Cairan infus : 2A – KCl, Dekstrosa 5%
Antibiotik
Kortikosteroid
4. Seperangkat alat infus
5. Kompres es atau alkohol
6. Obat - obat hibernasi
PENANGANAN
EPILEPSI
2. Untuk dewasa :
Prinsipnya sama dengan anak - anak, hanya
perbedaan dosis : diazepam injeksi 10 - 20 mg
intravena perlahan – lahan
Bila masih kejang dapat diulang sampai 3 kali
dengan dosis yang sama setelah 30 - 60 menit
suntikan sebelumnya.
Bila diazepam tidak ada, dapat diberi fenobarbital
secara intramuskuler dengan dosis 100 mg yang
diulang 2 - 3 kali.
I. Pengertian Tata cara penanganan pasien dengan asma bronkial yaitu suatu
proses penyempitan jalan pernafasan di seluruh lapangan paru
yang bersifat reversible dan ditandai dengan mengi (wheezing)
IV. Prosedur 1. Perawat IGD memeriksa vital sign pasien sekaligus melakukan
pemeriksaan EKG
2. Perawat IGD menempatkan pasien di tempat yang tenang
3. Dokter IGD membuat rujukan kepada dokter spesialis
4. Bila dijumpai tanda - tanda yang membahayakan pasien
dirujuk untuk ditangani di ruang ICU
PENANGANAN
SYOK DI IGD
RSU TERE MARGARETH
No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/038/04/13 0 1/ 2
Standar Ditetapkan,
Tanggal terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara penanganan shock yaitu keadaan dimana sirkulasi darah
arterial tidak adekuat untuk menerima kebutuhan metabolisme
jaringan.
II. Tujuan Sebagai acuan dan penanganan tindakan pada penderita shock di
Instalasi Gawat Darurat RSU TERE MARGARETH Medan.
PENANGANAN
SYOK DI IGD
RSU TERE MARGARETH
Standar Prosedur No. Dokumen
SPO/RSTM/038/04/13
No. Revisi
0
Halaman
2/2
Operasional
B. Syok Anafilaktik :
1. Injeksi adrenalin 1 / 1000 0,3 cc IM / IV
2. Injeksi hidrocortison 100 mg / 6 jam IM
3. Injeksi dexametasone 5 mg / 6 jam IV
4. Tindakan :
stop pemberian obat
torniquet dipasang daerah proximal tempat masuk
obat
posisi tradelenberg
pasang oksigen
C. Syok Neurogenik :
1. Posisi terlentang
2. Infus cairan kristaloid (Ringer Laktat) atau NaCl 0,9 % 1
liter dalam 20 – 40 menit
3. Oksigenasi
4. Kateterisasi untuk monitor diuresis
C. Rawat ICU
D. Syok Kardiogenik :
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara penanganan henti nafas dan henti jantung yaitu suatu
tindakan di saat pasien tiba - tiba tidak bernafas oleh karena
kehilangan suplai oksigen di jaringan otak, jantung dan organ lain
yang ditandai dengan tidak terabanya nadi besar (karotis dan
femoralis) yang disebabkan tidak adanya ventilasi dan tidak adanya
curah jantung yang efektif.
II. Tujuan
Sebagai acuan langkah-langkah dalam penanganan henti nafas dan
henti jantung dengan cepat sesuai prosedur dan sesuai standar
Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai
III. Kebijakan Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat
Dilakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP) yang
IV. Prosedur mencakup:
Pengendalian jalan nafas (airway support)
Nilai tingkat kesadaran dengan memanggilnya
Respon (-), cari bantuan (call for help)
Amati tanda - tanda nafas spontan, buka mulut pasien
dengan posisi menyilang (cross finger) dan pastikan
tidak ada sumbatan benda asing
Berikan posisi hirup (sruffing position) tekniknya :
Manuver tengadah kepala / topang dagu dengan
jalan nafas terbuka
Manuver mendorong mandibula ke depan dengan
cara memegang sudut-sudut rahang bawah
penderita lalu diangkat dengan kedua tangan ke
atas
IGD
PENANGANAN MCI
(MYOCARD INFARC)
I. Pengertian Tata cara penanganan MCI (myocard infarc) yaitu suatu penyakit
dimana terjadinya nekrosis di bagian otot jantung oleh karena
berkurangnya suplai darah ke bagian otot tersebut yang
disebabkan oklusi atau thrombosis arteri coronaria sehingga
menyebabkan angina akut atau syok kardiogenik yang bila tidak
segera ditolong akan menimbulkan kematian.
Ekstrasistol
Lidokain 50 mg IV diteruskan drips 2 mg / menit
atau diulang ¼- ½ jam.
Fibrilasi ventrikel
Gunakan DC Shock dan lanjutkan dengan
resusitasi.
Henti Jantung
Pukul dengan kuat di sepertiga bagian bawah
sternum lalu lanjutkan dengan resusitasi.
PENANGANAN MCI
(MYOCARD INFARC)
Syok
Deksametason injeksi (oradexon) 100 – 250 mg
IV
Dopamin 2-5 mcg / kg BB / menit per infus
Bila tidak berhasil→ effortil injeksi 10mg IV
I. Pengertian Tata cara penanganan sumbatan jalan nafas oleh karena benda
asing yaitu suatu tindakan mengeluarkan benda asing yang masuk
pada saluran nafas bagian atas.
II. Tujuan Sebagai acuan untuk mengeluarkan benda asing yang menutupi
saluran pernafasan sesuai prosedur dan sesuai standar
III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai
Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat
Operasional
Jari – jari tangan kiri dikepalkan dengan jempol berada
di samping jari telunjuk
Jari – jari tangan kanan diletakkan di atas tangan kiri
sebagai tumpuan kepalan tangan kiri sehingga
membentuk kepalan menjadi satu
Setelah itu kepalan tersebut ditempelkan di bawah
prosesus xypoideus yaitu di daerah epigastrum
Penolong memberi tekanan pada kepalan tersebut
sampai dengan benda asing keluar
Setelah benda asing keluar berikan oksigen
Abdominal thrust :
Melakukan hentakan pada ulu hati dengan posisi pasien
terlentang.
Back blow:
Melakukan hentakan pada bagian punggung /
diantara tulang belikat pasien.
I. Pengertian Tata cara penanganan pasien dengan stroke yaitu suatu gangguan
defisit neurologis yang terjadi tiba-tiba yang disebabkan oleh
penurunan perfusi O2 ke jaringan otak.
II. Tujuan Sebagai acuan langkah - langkah penanganan stroke yang cepat dan
benar di Instalasi Gawat Darurat sesuai prosedur dan sesuai standar
1. Pengenalan awal :
IV. Prosedur Waktu onset dan gejala
Pemeriksaan fisik dan neurologi
EKG
Laboratorium : urin, darah lengkap, waktu perdarahan dan
pembekuan
Pemeriksaan CT - Scan tanpa kontras
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara penanganan koma hipoglikemi yaitu suatu keadaan tidak
sadar akibat penurunan Kadar Gula Darah (KGD) < 60 mg % atau
KGD < 80 mg / dl dengan gejala klinis
II. Tujuan Sebagai acuan langkah – langkah dalam penanganan pasien koma
hipoglikemi sesuai prosedur dan sesuai standar
Diazoxide (Hyperstat) :
Dewasa : 200 mg peroral / 4
jam atau IV 300mg habis dalam ½ jam
Anak : 3 - 8 mg / kg BB 8 -12
V. Unit Terkait jam
10. Kirim ke ruang ICU apabila keadaan pasien kritis
1. IGD
2. Laboratorium
3. ICU
PENANGANAN
KOMA HIPERGLIKEMIA
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
II. Tujuan Sebagai acuan langkah – langkah dalam penanganan pasien koma
hiperglikemi dengan cepat sesuai prosedur dan sesuai standar
Operasional
5. Bila KGD stabil 200 – 300 mg / dl selama 12 jam dilakukan
drip insulin 1 – 2 u / jam, sambil dilakukan sliding scale
biasa setiap 6 jam. Setelah sliding scale tiap 6 jam dapat
diperhitungkan kebutuhan insulin sehari
6. 3 x sehari sebelum makan, bila pasien sudah makan
7. Bila sudah sadar beri kalium oral selama 1 minggu
8. Berikan potasium klorida 16 - 20 mεq selama 1 jam sampai
dengan serum kalium 4,5 mεq / L
9. Sodium bikarbonat 44 - 48 mεq (1 - 2 ampul) IV 1 - 2 jam
pada asidosis berat
10. NGT, kateter
11. Pemeriksaan EKG dan foto thorax
12. Rawat di ruang ICU
I. Pengertian Tata cara penanganan pasien dengan koma hepatikum yaitu koma
yang disebabkan suatu kelainan organ hati dimana terjadinya
kegagalan fungsi hati akibat berbagai penyakit (sirosis hepatis,
hepatitis fulminan, karsinoma hati) yang ditandai dengan adanya
ikterus, nadi cepat dan kecil, pernafasan berbau busuk dan mungkin
dapat pula ditemukan tanda penyakit yang menyebabkannya.
II. Tujuan Sebagai acuan langkah – langkah bagi dokter dan perawat dalam
mengenal tanda – tanda dari koma hepatikum secara dini dan
memberikan tindakan dengan benar dan tepat sesuai prosedur dan
sesuai standar
Operasional
5. Pasang infus glukosa 10 %, darrow glukosa dan asam amino
6. Lakukan klisma / pembersihan feses dari anus dan obat
neomisin 4 x 500mg / hari dan laktulosa (duphalac) 3 x 15 ml/
hari yang gunanya untuk mencegah produksi amoniak oleh
bakteri usus
7. Cari faktor penyebabnya dan atasi
8. Pemberian kortikosteroid hanya pada hepatitis fulminan
9. L - Dopa 3 x ½ kapsul, 3 x 1 kapsul, 4 x 1 kapsul, terus
dinaikkan sampai penderita sadar
II. Tujuan Sebagai acuan langkah – langkah bagi dokter dan perawat dalam
mengenal tanda – tanda dari koma uremikum secara dini dan
memberikan tindakan dengan benar dan tepat sesuai prosedur dan
sesuai standar
1. Tabung oksigen
2. Satu set alat infus
3. Satu set alat pipa NGT
4. Satu set kateter urin
5. Spuit 3 cc
6. Obat - obat diuretik
7. Obat - obat antibiotik
8. Seperangkat dialisa
II. Tujuan Sebagai acuan langkah – langkah bagi dokter dan perawat dalam
memberikan tindakan penanganan kegawatan di ruang rawat inap
dengan benar dan tepat sesuai prosedur dan sesuai standar
IV. Prosedur 1. Perawat melapor keadaan pasien kepada dokter jaga ruangan /
ICU
2. Dokter jaga memerikasa keadaan pasien dan memberikan
instruksi kepada perawat tentang terapi / tindakan yang akan
diberikan kepada pasien
3. Hubungi dokter konsulen untuk penanggulangan selanjutnya
4. Mengisi rekam medis pasien
PENANGANAN PASIEN
MENINGGAL DI IGD
RSU TERE MARGARETH
No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/049/04/13 0 1/1
Standar Ditetapkan,
Tanggal terbit Direktur
Prosedur 08 April 2013
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong,
Sp.B
I. Pengertian Tata cara penanganan pasien meninggal di Instalasi Gawat Darurat
yaitu pasien yang masuk ke IGD yang masih dinyatakan hidup
tetapi keadaannya sudah gawat, setelah diberikan pertolongan
resusitasi jantung paru tidak berhasil dan akhirnya meninggal dunia
di IGD.
II. Tujuan Sebagai acuan langkah – langkah bagi dokter dan perawat dalam
memberikan tindakan penanganan pasien meninggal di Instalasi
Gawat Darurat sesuai prosedur dan sesuai standar
Prosedur
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Operasional
Pengertian Prosedur rujukan pasien gawat darurat ke rumah sakit lain atau
pengiriman pasien yang tidak mampu diatasi oleh RSU TERE
MARGARETHMedan disebabkan kemampuan kapasitas terbatas
dimana kriteria pasien yang dirujuk yaitu tempat perawatan RSU
TERE MARGARETH penuh dan pasien yang membutuhkan
perawatan spesialisasi yang belum tersedia di RSU SEMBIRING
PENGGUNAAN ALAT
DAN OBAT LIFE SAVING
II. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah - langkah bagi dokter dan
perawat IGD dalam penggunaan alat dan obat life saving sesuai
prosedur
PEMBERIAN
OKSIGEN
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara pemberian oksigen (O2) yaitu pemberian O2 bag pasien
yang memerlukan atas perintah / advis dokter
Pasien :
a. Pasien ditirahbaringkan sehingga memudahkan perawat IGD
untuk memberikan O2
b. Alat - alat ditempatkan dengan pasien
PEMASANGAN INFUS
PEMASANGAN INFUS
PEMASANGAN ETT
(ENDO TRACHEAL TUBE)
Operasional
dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B
I. Pengertian Tata cara pemasangan Endo Traceal Tube (ETT) yaitu selang
yang dipasang melalui rongga mulut sampai dengan trakea
II. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah - langkah bagi dokter dan
perawat IGD dalam pemasangan ETT, sehingga menjamin
terbukanya airway dan dapat mempertahankan jalan nafas sesuai
prosedur dan sesuai standar
III. Kebijakan Kebijakan Direktur RSU TERE MARGARETH mengenai
Pelayanan Penggunaan Obat dan Alat Life Saving di Instalasi
Gawat Darurat
IV. Persiapan Alat :
1. Pipa endotrakeal dewasa 6,0 mm dan 8,0 mm
2. Pipa endotrakeal anak 3,5 mm dan 4,0 mm
3. Pegangan laringoskop
4. Daun laringoskop
5. Lampu laringoskop cadangan dan baterai cadangan
6. Pelumas pipa endotrakeal yang cocok
7. Stetoskop
V. Prosedur 1. Pastikan ventilasi yang adekuat dan oksigen tetap berjalan dan
peralatan penghisap berada pada tempat yang dekat
2. Kembangkan balon pipa endotrakeal untuk memastikan agar
balon tidak bocor kemudian kempiskan kembali
3. Sambungkan daun laringoskop pada pemegangnya dan periksa
terangnya lampu
4. Minta seorang pasien mempertahankan kepala dan leher
dengan tangan, leher penderita tidak boleh hiperekstensi atau
hiperfleksi selama prosedur ini
5. Pegang laringoskop dengan tangan kiri
PEMASANGAN ETT
(ENDO TRACHEAL TUBE)
II. Tujuan Sebagai acuan bagi perawat untuk membantu pasien makan dan
minum melalui pemasangan Naso Gastric Tube sesuai dengan
prosedur dan sesuai standar
II. Tujuan Sebagai acuan bagi dokter dan perawat IGD melakukan tindakan
pemasangan kateter urin dengan baik yang berguna untuk
mengosongkan kandung kemih sesuai dengan prosedur dan sesuai
standar
II. Tujuan Sebagai acuan bagi dokter dan perawat IGD melakukan tindakan
penggunaan nebulizer tepat, cepat sesuai dengan prosedur dan
sesuai standar
Obat – obatan :
Ventolin 2,5 mg
Fixotide 0,5 mg
Berotec 0,1 %
Prosedur Defibrilasi :
IV. Prosedur 1. Hidupkan defibrilasi
2. Pilih energi yang diperlukan
3. Pilih lead I, II, III melalui tombol lead select
4. Letakkan paddle apex dan sternum sesuai petunjuk pada
tempatnya
5. Nilai kembali irama pada monitor apakah masih VF / VT tanpa
nadi
6. Tekan tombol mengisi energi (charge) pada paddle apex atau
pada unit defibrilator
7. Setelah energi yang diharapkan tercapai beri aba - aba dengan
suara jelas agar orang lain tidak menyentuh pasien, tempat tidur
atau alat lain
8. Oleskan jelly pada paddle
9. Beri tekanan ± 10 - 12 kg pada kedua paddle dan tekan tombol
defibrilasi pada kedua paddle
10. Nilai kembali irama pada monitor apabila masih VF/ VT tanpa
nadi, isi kembali defibrilator, apabila gambaran EKG pada
monitor meragukan periksa nadi dan sensor/ elektroda EKG
PENGGUNAAN
DC SHOCK
Prosedur kardioversi :
1. Siapkan alat - alat resusitasi
2. Bila pasien masih sadar beri sedasi dengan / tanpa analgesik
3. Pilih modul sinkron
4. Pilih energi awal 50 joule untuk takikardi supra ventrikular
atau 100 joule untuk VT dan meningkat sesuai respon pasien
sampai dengan 360 joule
5. Paddle tidak boleh segera diangkat setelah melepaskan muatan
agar modul sinkronisasi tidak terganggu.
II. Tujuan Sebagai acuan bagi dokter dan perawat IGD melakukan tindakan
pemasangan bidai sesuai dengan prosedur dan sesuai standar
2. Persiapan penderita :
- Penderita diberitahu tentang pemasangan bidai agar
jaringan yang rusak tidak bertambah dan rasa nyerinya
berkurang
- Menyiapkan alat - alat dan dekatkan dengan penderita
II. Tujuan Sebagai acuan bagi dokter dan perawat IGD melakukan
penanganan pasien dengan kecelakaan lalu - lintas sesuai dengan
prosedur dan sesuai standar
IV. Prosedur 1. Kepala IGD mengajukan usul pelatihan kepada tim Diklat
Rumah Sakit
2. Tim Diklat membuat kerangka acuan dan POA (Plan Of
Action) pelatihan lalu diajukan kepada Direktur RSU TERE
MARGARETH
3. Setelah mendapat persetujuan dari Direktur RSU TERE
MARGARETH, tim Diklat membentuk panitia penyelenggara
pelatihan
4. Direktur memberi tugas pada tim Diklat supaya menyusun
program pelatihan
5. Biaya pelatihan ditangung dari Rumah Sakit
6. Tim Diklat mengiriman berkas pelatihan kepada keluarga
pasien, instalasi dan lembaga swadaya masyarakat
7. Keluarga pasien / lembaga yang akan mengikuti pelatihan
diwajibakan mengirim daftar nama peserta paling lambat 1
minggu sebelum pelatihan dilaksanakan
8. Tim Diklat membuat permohonan bantuan kepada tenaga
pengajar untuk memberikan pelatihan sesuai dengan materi
yang telah ditentukan oleh panitia pelatihan
9. Bagi peserta akan diberikan sertifikat sebagai tanda mengikuti
pelatihan penanggulangan pasien gawat darurat.
IV. Prosedur 1. Sebelum tindakan tertentu dilakukan petugas medis atau dokter
harus memberi penerangan kepada pasien atau keluarganya,
tujuan dari tindakan ini serta akibatnya kalau tidak dilakukan
tindakan
2. Jika menyetujui keluarga menandatangani Surat Persetujuan
yang ditandatangani oleh dokter jaga / perawat yang
bersangkutan
3. Jika menolak maka pasien atau keluarga menandatangani surat
pernyataan menolak tindak pertolongan pada formulir
penolakan atau status penderita.
IV. Prosedur Untuk pemeliharaan alat – alat di IGD dilakukan langkah – langkah
sebagai berikut :
IV. Prosedur a. Kepala IGD bekerjasama dengan bagian Diklat dengan rumah
sakit mengajukan program pelatihan kepada Wakil Direktur
Medis & Keperawatan
b. Setelah mendapat persetujuan dari Direktur Medis dan
Keperawatan maka dibentuk tim untuk melaksanakan program
tersebut.
c. Pencatatan pegawai RSU TERE MARGARETH, masyarakat
setempat dan para karyawan / karyawati perusahaan sekitar
Rumah Sakit yang akan mengikuti pelatihan
d. Pengadaan perizinan dan lokasi pelatihan peningkatan
keteampilan penanggulangan gawat darurat
e. Memerikan pelatihan bagi pegawai Rumah Sakit dan
masyarakat dengan narasumber yang kompeten di bidangnya
f. Melakukan evaluasi terhadap hasil pelatihan secara berkala.