Anda di halaman 1dari 10

PENGGUNAAN ATAU PEMAKAIAN NARKOTIKA

No. Dokumen :
011/SPO/IGD/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN

No. Revisi :
Halaman :
01
1/1
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur RSSA Karawaci
Penggunaan/pemakaian narkotika yang diberikan hanya kepada pasien dengan
indikasi medik yang ditetapkan oleh dokter.
Pemakaian obat narkotik terkoordinir sesuai indikasi dan atas instruksi dokter,
agar tidak terjadi penyalahgunaan.
1. Kebijakan nomor 032/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan Farmasi
2. Peraturan Direktur nomor 025/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan
Instalasi Gawat Darurat (IGD)

PROSEDUR

1. Setiap dokter di IGD yang menggunakan obat golongan narkotik harus


melengkapi penulisan dalam resep tersebut secara lengkap, yaitu :
1. Identitas pasien : nama, jenis kelamin, umur, alamat, nomor rekam medis
dan tanggal.
2. Dokter menandatangani secara lengkap resep tersebut.
3. Dengan membubuhkan stempel dokter yang bersangkutan di resep
tersebut
2. Pemakaian obat golongan ini dimasukkan dalam laporan khusus dalam
bentuk laporan yang setiap bulannya dilaporkan ke Depkes oleh Instalasi
Farmasi RSSA.
3. Penyimpanan obat narkotika di dalam lemari yang terkunci dan harus selalu
dicatat pada buku inventaris dan diserah terimakan.
4. Sisa obat dalam ampul harus dihancurkan sebelum dibuang. Sisa obat harus
dibuang dan bekas ampul dikumpulkan untuk dikembalikan ke Farmasi
sebagai bukti.

UNIT TERKAIT

---

PASIEN MENINGGAL WAKTU TIBA


( DEATH ON ARRIVAL )
No. Dokumen :
012/SPO/IGD/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

No. Revisi :
Halaman :
01
1/1
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur RSSA Karawaci

PENGERTIAN

Pasien tiba di IGD dalam keadaan tidak berfungsinya sistem kardiovaskuler,


sistem pernafasan dan susunan saraf pusat atau tiba di IGD sudah meninggal
dunia yang dinyatakan oleh dokter yang memeriksa.

TUJUAN

Penanganan atas pasien yang datang sudah dalam keadaan meninggal dapat
terlaksana dengan baik.

KEBIJAKAN

Peraturan Direktur nomor 025/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan


Instalasi Gawat Darurat (IGD)

PROSEDUR

1. Dokter melakukan pemeriksaan fisik pasien, ditunjang dengan penggunaan


alat EKG monitor.
2. Bila diperlukan dokter tetap melakukan tindakan RJP sampai pasien tidak ada
respon atau dinyatakan sudah meninggal.
3. Dokter menyatakan bahwa
pasien datang sudah meninggal, dan
menjelaskan kepada keluarga pasien.
4. Dokter membuat surat keterangan yang menyatakan bahwa pasien datang di
IGD dalam keadaan sudah meninggal (DOA).
5. Perawat menghubungi petugas kamar jenazah.
6. Petugas datang untuk mengambil jenazah dan dibawa ke kamar jenazah.
7. Semua kegiatan didokumentasikan pada sistem.

UNIT TERKAIT

---

VISUM ET REPERTUM
( VER )
No. Dokumen :
013/SPO/IGD/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

No. Revisi :
Halaman :
01
1/1
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur RSSA Karawaci

PENGERTIAN

Laporan tertulis yang dibuat oleh dokter atas permintaan pihak penyidik (polisi)
terhadap korban kecelakaan atau tindak kriminal.

TUJUAN

Memastikan prosedur ini dapat digunakan sebagai pelaksanaan kerja pada


pelayanan pasien akibat kecelakaan atau tindak kriminal yang mengakibatkan
seseorang menjadi korban dan ada kepastian hukum.

KEBIJAKAN

Peraturan Direktur Nomor 025/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan


Instalasi Gawat Darurat (IGD)

PROSEDUR

1. Rumah Sakit Sari Asih Karawaci hanya membuat visum atas hasil
pemeriksaan dokter yang dilakukan di Rumah Sakit Sari Asih Karawaci, baik
sementara maupun lanjutan atas permintaan pihak penyidik dan memenuhi
syarat hukum.
2. Rumah Sakit Sari Asih Karawaci tidak membuat VER berdasarkan otopsi.
Visum otopsi, pasien/jenazah dikirim ke RSU Tangerang atau RSCM.
3. Apabila ada korban yang luka, baik oleh sebab kecelakaan lalu lintas atau
dugaan korban tindak pidana di UGD Rumah Sakit Sari Asih Karawaci, maka
pembuatan VER hanya dilakukan atas permintaan polisi, dan bukan atas
permintaan korban atau keluarga.
4. Apabila korban luka tersebut kemudian meninggal dunia, jenazah
dipindahkan ke bagian Kamar Jenazah. Jika ada permintaan VER dari polisi,
jenazah dikirim ke RSU Tangerang atau RSCM disertai surat pengantar dan
surat permintaan VER tersebut.

UNIT TERKAIT

5. Semua kegiatan didokumentasikan pada sistem.


---

OBSERVASI PASIEN GAWAT DARURAT


No. Dokumen :
014/SPO/IGD/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PENGERTIAN
TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

No. Revisi :
Halaman :
01
1/1
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur RSSA Karawaci
Observasi pasien Gawat Darurat sebelum diantar ke ruang ICU, OK, Ruang
Keperawatan atau Rumah Sakit lain wajib dilakukan oleh perawat IGD.
1. Memberikan pengawasan yang ketat dalam mengenali tanda-tanda
kegawatan yang dapat terjadi sewaktu-waktu, sehingga bisa diberikan
pertolongan dengan cepat.
2. Menstabilkan kondisi pasien sebelum dikirim ke ruang perawatan, ICU, OK
atau rumah sakit lain.
1. Sebagai sebuah pelayanan Rumah Sakit terhadap pasiennya ( peraturan
direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang kebijakan pelayanan
Rumah Sakit Sari Asih Karawaci )
2. Peraturan direktur nomor 025/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang pelayanan
Instalasi Gawat Darurat ( IGD )
1. Melakukan observasi pada pasien sesuai dengan kondisi kegawatannya.
2. Melakukan pengukuran dan pencatatan tanda-tanda vital, tingkat kesadaran
pasien secara berkala.
3. Melakukan pengukuran cairan yang masuk dan yang keluar secara berkala
dan mencatat kedalam lembar observasi.
4. Memberikan terapi sesuai program medis dan mencatat kedalam lembar
observasi dan ditandatangani oleh petugas yang bersangkutan.
5. Mencatat setiap perkembangan pasien pada lembar observasi dan
melaporkannya kepada dokter jaga.
6. Mempersiapkan pasien untuk pindah ke ruang perawatan atau ke rumah sakit
lain bila kondisi sudah memungkinkan/stabil dan layak untuk dikirim.
7. Apabila kondisi pasien makin memburuk, dokter jaga mempunyai kewajiban
untuk menjelaskan kepada keluarga pasien.
8. Membantu serta mendampingi pasien dan keluarga dalam menghadapi
situasi krisis/kematian.
9. Apabila pasien akhirnya meninggal, segera menghubungi petugas kamar
jenazah dan menyiapkan formulir-formulir yang dibutuhkan sesuai dengan
prosedur kematian pasien di Instalasi Gawat Darurat.
10. Semua kegiatan didokumentasikan pada sistem.
---

KONSULTASI PASIEN
No. Dokumen :
015/SPO/IGD/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN

No. Revisi :
Halaman :
01
1/1
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur RSSA Karawaci
Pasien yang datang berobat dan memerlukan penanganan spesialistik oleh dokter
spesialis.
Agar setiap pasien IGD yang memerlukan penanganan spesialistik dapat
terlaksana dengan baik.
Peraturan Direktur nomor 025/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan
Instalasi Gawat Darurat (IGD)

PROSEDUR

1. Pasien yang dianggap perlu konsultasi dengan dokter spesialis, maka dokter
jaga IGD menghubungi dokter jaga konsulen (on call) melalui telepon sesuai
dengan dokter jaga/on call terlampir.
2. Bila dokter jaga konsulen (on call) tidak dapat dihubungi dalam waktu 30
menit, maka dokter jaga IGD berhak untuk menghubungi dokter spesialis
yang lain.
3. Dokter jaga IGD mempunyai kewenangan (mutlak) untuk dokter on call
segera datang memeriksa pasien bila diperlukan sesuai dengan indikasi.
4. Pasien atau keluarga boleh menentukan dokter konsulen yang dikenalnya,
walaupun saat itu tidak sedang on call dan membuat surat pernyataan pilihan
dokter tersebut.
5. Bila ada pasien dengan kasus gawat darurat, maka dokter jaga IGD boleh
minta tolong (bantuan) kepada dokter spesialis yang sedang praktek di
Poliklinik Spesialis.
6. Untuk hari dan waktu on call ditentukan oleh masing-masing SMF.
7. Khusus untuk penyakit jantung/kardiologi, maka konsultasi tentang EKG
dapat menggunakan fasilitas faxsimili dokter ahli jantung yang bersangkutan.
8. Semua kegiatan didokumentasikan pada sistem.

UNIT TERKAIT

---

PENANGANAN PASIEN KRITIS


No. Dokumen :
016/SPO/IGD/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR

UNIT TERKAIT

No. Revisi :
Halaman :
01
1/1
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur RSSA Karawaci
Suatu tindakan penanganan pasien kritis di Instalasi Gawat Darurat secara cepat,
tepat dan efisien.
Melakukan penanganan dengan cepat, tepat dan efisien pada pasien kondisi kritis
untuk mencegah komplikasi dan menurunkan tingkat mortalitas.
Peraturan Direktur Nomor 025/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan
Instalasi Gawat Darurat (IGD)
1. Memeriksa tanda-tanda vital secara intensif setiap 15-30 menit.
2. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan.
3. Melakukan suction bila ada slym.
4. Memberikan terapi sesuai dengan instruksi dokter.
5. Melakukan pemantauan dan pencatatan efek terapi cairan dan obat-obatan
sesuai dengan program dokter.
6. Melakukan pemantauan dan pencatatan keseimbangan cairan atau jumlah
perdarahan pada kasus-kasus kehilangan darah.
7. Memantau hasil laboratorium. Bila hasil abnormal, kolaborasi segera dengan
dokter.
8. Semua kegiatan di dokumentasikan pada sistem.
---

PEMASANGAN BIDAI PADA FRAKTUR EKSTREMITAS


No. Dokumen :
017/SPO/IGD/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PENGERTIAN
TUJUAN

KEBIJAKAN
PROSEDUR

UNIT TERKAIT

No. Revisi :
Halaman :
01
1/1
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur RSSA Karawaci
Pemasangan alat untuk memfiksasi atau membatasi pergerakan pada bagian
tulang/tulang yang diduga patah.
1. Mencegah pergerakan pada tulang yang diduga patah.
2. Mencegah bertambahnya perlukaan pada patah tulang.
3. Mengurangi rasa sakit.
4. Mengistirahatkan daerah persendian yang diduga patah tulang.
Peraturan Direktur Nomor 025/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan
Instalasi Gawat Darurat (IGD)
1. Perawat cuci tangan.
2. Alat-alat diletakkan dekat pasien.
3. Angkat daerah yang dipasang bidai dengan posisi sejajar.
4. Letakkan bidai pada daerah yang diduga patah tulang sampai melewati dua
persendian anggota gerak. Jumlah bidai disesuaikan dengan lokasi patah
tulang.
5. Atur posisi pasien senyaman mungkin.
6. Pertahankan posisi tersebut sementara dibantu oleh petugas lain untuk
mengikat/memfiksasi bidai dengan menggunakan kassa rol.
7. Perhatikan perfusi jaringan apakah ada tanda-tanda cyanosis, akral dingin
akibat dari pengikatan yang terlalu kencang atau perdarahan tertutup.
8. Alat-alat dirapihkan bila sudah selesai dipergunakan.
9. Perawat cuci tangan.
10. Catat dalam catatan perawatan.
11. Semua kegiatan didokumentasikan pada sistem.
---

HENTI JANTUNG
No. Dokumen :
018/SPO/IGD/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PENGERTIAN
TUJUAN

No. Revisi :
Halaman :
01
1/1
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur RSSA Karawaci
Suatu keadaan dimana jantung berhenti melakukan fungsinya yang ditandai
dengan tidak adanya denyut nadi dan atau tidak adanya napas.
Agar pelayanan kasus henti jantung dapat ditangani secara optimal.

KEBIJAKAN

Peraturan Direktur nomor 025/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan


Instalasi Gawat Darurat (IGD)

PROSEDUR

1. Tanda-tanda henti jantung :


Kesadaran hilang (dalam 15 detik setelah henti jantung).
Tak teraba denyut arteri besar (femoralis dan karotis pada orang dewasa
atau branchialis pada bayi).
Henti nafas atau megap-megap (gasping).
Terlihat seperti mati (death like appearance)
2. Resusitasi harus dilakukan pada :
Infark jantung yang mengakibatkan kematian listrik.
Keracunan dan kelebihan dosis obat-obatan.
Sengatan listrik.
Reflex vagal.
Tenggelam dan kecelakaan-kecelakaan lain yang masih memberi
peluang untuk hidup.
3. Resusitasi tidak dilakukan pada :
Kematian normal, seperti yang biasa terjadi pada penyakit akut atau
kronik yang berat.
Kematian normal, seperti yang biasa terjadi pada penyakit akut atau
kronik yang berat.
Stadium terminal suatu penyakit yang tidak dapat disembunyikan lagi.
Bila hampir dapat dipastikan bahwa fungsi serebral tidak akan pulih.
4. Resusitasi dihentikan, apabila :
Sirkulasi dan ventilasi spontan yang efektif telah timbul kembali.
Setelah dilakukan resusitasi lebih dari setengah jam, tetapi tidak ada
respon (dipastikan bahwa fungsi serebral tidak akan pulih yaitu tidak ada
nadi pada normotermia tanpa RJP).
5. Semua kegiatan didokumentasikan pada sistem.

UNIT TERKAIT

---

CATATAN MEDIS
No. Dokumen :
019/SPO/IGD/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PENGERTIAN

TUJUAN

No. Revisi :
Halaman :
01
1/1
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur RSSA Karawaci
Berkas yang berisi catatan mengenai segala sesuatu keadaan/kondisi pasien
yang dijamin kerahasiaannya yang diatur secara hukum berdasarkan surat
keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
nomor
749/MENKES/PER/XII/1989 tentang rahasia medis.
Pelaksanaan administrasi rekam medis pasien lengkap dan benar.

KEBIJAKAN

Peraturan Direktur nomor 025/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan


Instalasi Gawat Darurat (IGD)

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

---

Petugas mencatat data pasien status/form catatan medis yang memuat datadata tentang :
1. Tanggal dan jam tiba
2. Identitas penderita : nama, umur, jenis kelamin, alamat
3. Riwayat penyakit
4. Observasi, pemeriksaan, diagnosa, terapi
5. Tindakan yang diberikan, pemeriksaan penunjang
6. Tanda tangan dan nama dokter jaga dan perawat jaga
7. Catatan hasil laboratorium, rontgen
8. Rujukan dari mana, dirujuk/dirawat dimana?
Data-data pasien kemudian dicatat didalam buku registrasi dengan diberi
nomor rekam medis.
Catatan medis dimasukkan ke dalam file pasien.
Bila pasien pulang, file disimpan di bagian rekam medis.
Semua data-data pasien di input oleh system.

INFORMASI TENTANG PENGOBATAN SELANJUTNYA


No. Dokumen :
020/SPO/IGD/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PENGERTIAN
TUJUAN

No. Revisi :
Halaman :
01
1/1
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur RSSA Karawaci
Suatu keterangan tentang rencana pengobatan yang akan diberikan oleh dokter
kepada pasien yang dinyatakan pulang.
Agar pasien mengerti dan menaati anjuran pengobatan selanjutnya.

KEBIJAKAN

Peraturan Direktur nomor 025/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan


Instalasi Gawat Darurat (IGD)

PROSEDUR

1. Dokter IGD memeriksa pasien.


2. Setelah pemeriksaan, pasien dinyatakan boleh pulang.
3. Dokter menjelaskan tentang penyakit dan pengobatannya serta mencatat apa
yang telah dan akan dilakukan pada formulir catatan medis.
4. Dokter mengatur jadwal kontrol bila perlu kontrol.
5. Semua kegiatan didokumentasikan pada sistem.

UNIT TERKAIT

---

Anda mungkin juga menyukai