Anda di halaman 1dari 88

PENANGANAN

KETUBAN PECAH DINI

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/2
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur Tetap Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Mekanisme dalam melakukan perawatan Ketuban Pecah Dini (KPD)
yaitu pecahnya selaput ketuban secara spontan pada saat inpartu, bila
diikuti satu jam kemudian tidak timbul tanda - tanda awal persalinan
yang bertujuan untuk mencegah penyulit kelahiran prematur dan
terjadinya infeksi khorioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan
morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu.

II. Tujuan Sebagai pedoman dan acuan langkah - langkah bagi bidan / perawat
dalam melakukan perawatan ketuban pecah dini sesuai prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi di RSU
TERE MARGARETH

IV. Prosedur Prinsip penanganan Ketuban Pecah dini adalah memperpanjang


kehamilan sampai paru-paru janin matang atau dicurigai adanya /
terdiagnosis khorioamnionitis.

1. Ketuban pecah dini dengan kehamilan aterm :


a. Berikan antibiotika profilaksis, Ampisillin 4 x 500 mg selama 7
hari
b. Lakukan pemeriksaan “amnnion test” bila hasilnya patologi
dilakukan terminasi kehamilan
c. Observasi temperatur axilla setiap 3 jam, bila ada kecenderungan
meningkat lebih atau sama dengan 37,6 oC segera dilakukan
terminasi.
d. Bila temperatur axilla tidak meningkat, lakukan observasi selama
12 jam. Setelah 12 jam bila belum ada tanda-tanda inpartu
dilakukan terminasi.
e. Batasi pemeriksaan dalam, dilakukan hanya berdasarkan indikasi
drip.
f. Bila dilakukan terminasi, lakukan evaluasi pasien :
 Bila BS (Bishop Score) lebih atau sama dengan 5, dilakukan
induksi dengan oksitosin drip.
 Bila BS (Bishop Score) kurang dari 5, dilakukan
pematangan servik dengan Misoprostol 50 mikrogram setiap
6 jam oral maksimal 4 kali pemberian
PERAWATAN
KETUBAN PECAH DINI

RSU TERE MARGARETH


Prosedur Tetap No. Dokumen
SPO/RSTM/001/04/13
No. Revisi
0
Halaman
2/2
2. Ketuban pecah dini dengan kehamilan preterm :
Penanganan dirawat di Rumah Sakit.
a. Berikan antibiotika : Ampisillin 4 x 500 mg selama 7
hari.
b. Untuk merangsang maturasi paru diberikan kortikosteroid
(untuk umur kehamilan kurang dari 35 minggu). Dexamethason
15 mg setiap 24 jam (2 kali).

c. Observasi di kamar bersalin :


 Tirah baring selama 24 jam. Selanjutnya dirawat di ruang
Obstetri.
 Dilakukan observasi temperatur rectal setiap 3 jam, bila ada
kecenderungan terjadi peningkatan temperatur axilla lebih atau
sama dengan 37,6 oC segera dilakukan terminasi.
d. Di Ruang Obstetri
 Temperatur axilla diperiksa setiap 6 jam.
 Dikerjakan pemeriksaan laboratorium : lekosit dan laju endap
darah (LED) setiap 3 hari.
e. Tata cara perawatan konservatif :
 Dilakukan sampai janin viable.
 Selama perawatan konservatif, tidak dianjurkan melakukan
pemeriksaan dalam.
 Dalam observasi selama 1 minggu, dilakukan pemeriksaan USG
untuk menilai air ketuban.
 Bila air ketuban cukup, kehamilan diteruskan.
 Bila air ketuban kurang, (oligohidramnion), dipertimbangkan
untuk teminasi kehamilan.
 Pada perawatan konservatif, pasien dipulangkan pada hari ke
tujuh dengan saran sebagai berikut :
 Tidak koitus sampai persalinan
 Tidak boleh melakukan manipulasi vagina.
 Segera kembali ke Rumah Sakit bila ada keluar air
lagi atau suhu tubuh meningkat dan gerak janin lemah
 Bila masih keluar air, perawatan konservatif di pertimbangkan
dengan melihat pemeriksaan laboratorium. Bila terdapat
leukositosis / peningkatan LED lakukan terminasi.
V. Unit Terkait
1. Laboratorium
2. Radiologi
PREMATURITAS

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/1
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur Tetap Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Mekanisme penanganan persalinan yang terjadi pada kehamilan
kurang dari 37 minggu (antara 20 – 37 minggu) atau dengan berat
janin kurang dari 2500 gram untuk menurunkan angka kematian
bayi dan mengurangi komplikasi lanjut pada bayi prematur

II. Tujuan Sebagai pedoman, acuan dan langkah - langkah bagi bidan /
perawat dalam penaggulangan bayi dengan prematuritas sesuai
prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi di


RSU TERE MARGARETH
IV. Prosedur
1. Menjaga suhu tubuh bayi agar tidak mengalami hipotermi
dengan cara mengeringkan bayi secepatnya dengan handuk
hangat atau kering
2. Mengganti kain yang basah dengan kain yang kering
3. Pertahankan suhu tubuh bayi tetap hangat
4. Berikan lingkungann yang hangat dengan cara skin to skin
contac atau bungkus bayi (bedong) dengan kain kering /
hangat
5. Masukkan bayi ke dalam inkubator dengan lampu 60 watt ;
jarak 60 cm dari bayi
6. Pantau kembali suhu tubuh bayi agar tidak terjadi hipotermi
juga tanda – tanda vital bayi
7. Menutup kepala bayi dengan topi
8. Menjaga tali pusat agar tetap bersih

V. Unit Terkait 1. Ruang Perinatal


2. Ruang VK
KETUBAN HIJAU KENTAL

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/1
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur Tetap Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Mekanisme penanganan kehamilan resiko tinggi dengan
ketuban yang berwarna hijau yang biasanya terdapat pada usia
kehamilan lewat waktu (post date)

II. Tujuan Sebagai pedoman, acuan dan langkah - langkah bagi bidan /
perawat dalam penanggulangan kehamilan resiko tinggi dengan
ketuban hijau kental untuk mencegah terjadinya asfiksia dan
terjadinya aspirasi air ketuban sesuai prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi


di RSU TERE MARGARETH
IV. Prosedur
1. Pada saat amniotomi, pastikan tidak
ada sisa air ketuban dan pastikan kepala bayi tidak
mengikuti aliran air ketuban agar tidak terjadi aspirasi
2. Apabila kepala bayi lahir langsung,
bersihkan mulut dan wajah dengan kain kasa steril
3. Setelah seluruh badan bayi lahir
langsung lakukan penghisapan lendir pada mulut dan
hidung bayi
4. Apabila bayi tidak menangis dan nilai
APGAR score tidak normal lakukan rangsang taktil
5. Berikan O2
6. Kemudian nilai keadaan umum bayi
V. Unit Terkait (APGAR score)

1. Ruang Perinatal
2. Ruang VK
IBU HAMIL
DENGAN PENYAKIT
JANTUNG

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/2
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur Tetap Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Tata cara pertolongan ibu hamil dengan penyakit yang timbul
selama kehamilan, dikarenakan dorongan diafragma oleh
besarnya hamil sehingga dapat mengubah posisi jantung dan
pembuluh darah dan terjadi perubahan dari kerja jantung yang
bertujuan untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi

II. Tujuan Sebagai pedoman dan acuan bagi bidan / perawat dalam
perawatan ibu hamil dengan penyakit jantung sesuai prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi di


RSU TERE MARGARETH

IV. Prosedur 1. Untuk diagnosis pasti dapat dilakukan rontgen thoraks, EKG,
atau Echocardiography
2. Manajemen untuk penyakit jantung kelas I dan II
 Atur jadwal kunjungan antenatal untuk deteksi dini
kemungkinan terjadinya gagal jantung
 Anjurkan untuk sedapat mungkin mencegah terjadinya
infeksi dengan cara :
o Hindari kontak dengan penderita infeksi saluran
nafas, termasuk influenza
o Dilarang merokok dan menggunakan obat – obat
narkotika
 Beritahu pasien gejala dan tanda ke arah
kegagalan jantung yakni mutar dari ronkhi basah serta
batuk – batuk, sesak nafas dalam aktivitas sehari –
hari dan kemudian dapat terjadi hemoptisis, edema,
dan takikardi
 Untuk proses persalinan pada
prinsipnya adalah pervaginam :
o Pada saat partus berikan analgesia dengan pilihan
obat : tramadol 100 mg supositoma, pethidin 50 mg
intramusculus, motphin 10 – 15 mg intramusculus
o Hindari terjadinya hipotensi
o Batasi pemberian cairan untuk mencegah overload
IBU HAMIL
PENYAKIT JANTUNG

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
Prosedur Tetap SPO/RSTM/001/04/13 0 2/2
o Bila perlu oksitosin, berikan dalam konsentrasi tinggi
(20 unit) dengan tetesan rendah dan pengawasan
keseimbangan cairan
o Baringkan ibu dalam posisi miring ke kiri untuk
menjamin aliran darah ke uterus.
o Monitoring tanda vital antara tiap his. Bila nadi
meningkat di atas 100/menit atau frekuensi nafas di atas
24 dan teelepon sesak nafas, kemungkinan telah terjadi
impending kegagalan ventrikel dan pasien dimasukkan
ke ruang perawatan intensif
o Penanganan kala III secara aktif
o Jangan beri ergometrin
 Untuk persalinan seksio sesarea hanya
atas indikasi obstetri
 Anastesi umum adalah pilihan terbaik
 Hindari anestesi spinal
 Selama operasi, meja operasi
diposisikan miring ke kiri untuk menghindari hipotensi
 Anastesia endotrakeal dengan tiopental,
suksinilkolin, N2O, 30% O2.
 Selama masa nifas perhatikan hal – hal
yang dapat menimbulkan gagal jantung seperti :
o Pendarahan
o Anemia
o Infeksi
o Tromboemboli
 Selama masa nifas,
dilakukan konseling pra konsepsi
3. Manajemen untuk penyakit jantung kelas II dan IV
 Bila seorang ibu hamil adalah penderita kelainan jantung
kelas III dan IV ada dua kemungkinan penatalaksanaan
yaitu :
o Terminasi kehamilan
o Meneruskan kehamilan dengan tirah baring total dan
pengawasan ketat. Ibu dalam posisi setengah duduk
 Persalinan dilakukan dengan SC
 Berikan diuretika (Furosemid) agar volume darah
berkurang dan beban jantung menurun
 Berikan oksigen 6 – 8 liter
 Bila terdapat gagal nafas maka lakukan intubasi dan
ventilasi mekanik
V. Unit Terkait  Anjurkan pasien untuk tidak hamil lagi dengan memilih
kontrasepsi AKDR, tubektomi, atau vasektomi pada
suaminya.
1. Laboratorium
2. Radiologi
3. OK
4. ICU
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/2
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur Tetap Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Tata cara melakukan perawatan hipertensi dalam kehamilan yang
disertai dengan protein urine dan / oedema setelah umur
kehamilan 20 minggu yang bertujuan untuk mengatasi kejang,
mencegah komplikasi, memperbaiki keadaan umum ibu dan
terminasi kehamilan pada saat yang tepat.

II. Tujuan Sebagai pedoman dan acuan bagi bidan / perawat dalam perawatan
hipertensi dalam kehamilan sesuai prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi di


RSU TERE MARGARETH

IV. Prosedur 1. Rawat Jalan (pada umur kehamilan kurang dari 37


minggu)
a. Perawat / bidan menganjurkan banyak istirahat
(berbaring / tidur miring)
b. Perawat / Bidan menganjurkan ibu untuk diet biasa
c. Melakukan pemeriksaan fetal assesment (USG dan
NST) setiap 2 minggu.
d. Melakukan pemeriksaan laboratorium : darah
lengkap, homosistein, urine lengkap, fungsi ginjal, gula
darah acak.
e. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang setiap 1
minggu.
f. Menganjurkan ibu untuk dirawat sebagai pre –
eklamsi berat jika terdapat peningkatan protein urine
2. Rawat Inap
a. Kriteria untuk rawat inap
 Hasil fetal assesement meragukan atau jelek, dilakukan
terminasi.
 Kecendrungan menuju gejala pre eklampsia
berat (timbul salah satu atau lebih gejala pre eklampsia
berat).
 Bila dalam dua kali kunjungan tidak ada
kenaikan berat badan ibu.
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

RSU TERE MARGARETH


Prosedur Tetap No. Dokumen
SPO/RSTM/001/04/13
No. Revisi
0
Halaman
2/2
b. Evaluasi / pengobatan selama rawat tinggal
 Tirah baring total
 Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap,
homosistein, urine lengkap.
 Dilakukan fetal assesement (USG dan NST)
 Dilakukan pemeriksaan indeks gestasis.

3. Evaluasi dan Pengobatan


Pada dasarnya evaluasi dan pengobatan dilakukan
berdasarkan hasil dari fetal assesment. Bila didapatkan hasil :
a. Jelek, dilakukan terminasi kehamilan
b. Ragu-ragu, dilakukan evaluasi ulang NST,
kesejahteraan janin 1 hari kemudian.
c. Baik :
 Penderita dirawat sekurang-kurangnya 4
hari
 Bila pre - term penderita dipulangkan
 Bila aterm dengan PS baik lebih dari 5
dilakukan terminasi dengan oksitosin drip

d. Bila didapatkan keluhan subyektif seperti di bawah


ini dirawat sebagai pre - eklampsia berat :
 Nyeri ulu hati
 Mata berkunang-kunang
 Irritable
 Sakit kepala
e. Bila umur kehamilan aterm (lebih dari 37 minggu)
langsung dilakukan terminasi kehamilan.
V. Unit Terkait 1. Laboratorium
2. Radiologi
PERTOLONGAN PERSALINAN RESIKO
TINGGI

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/1
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur Tetap Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Tata cara melakukan pertolongan persalinan resiko tinggi yaitu proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42
minggu), lahir spontan dengan presentasi kepala yang berlangsung dalam
18 – 24 jam tanpa komplikasi dan memantau kemajuan persalinan dengan
menggunakan partograf.
II. Tujuan Sebagai pedoman dan acuan bagi bidan / perawat dalam pertolongan
persalinan resiko tinggi sesuai prosedur
III. Kebijakan Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi di RSU
TERE MARGARETH
IV. Prosedur 1. Perawat / bidan mengobservasi tanda - tanda inpartu : his adekuat 3
x / menit, terdapat blood slym
2. Perawat / bidan memantau kemajuan persalinan dengan menggunakan
partograf :
 Partus Kala I :
 Nulipara – multipara
 Fase latent tidak boleh lebih dari 8 jam (0 – 3 cm)
 Kemajuan pembukaan 1 cm / jam
 Bila fase latent lebih dari 8 jam, konsul ke Dokter ahli
 Semua komponen partograf harus dicatat dalam lembar
partograf
 Fase aktif dimulai dari pembukaan 4 – 10 cm
 Bila pembukaan memotong / merambat garis waspada,
segera konsul kepada Dokter ahli. Demikian pula bila
memotong garis tindakan.
 Partus Kala II :
 Nulipara dipimpin 2 jam
 Multipara dipimpin 1 jam. Apabila menyimpang dari
ketentuan tersebut harus dikonsulkan kepada dokter ahli.
 Partus Kala III :
 Plasenta dilahirkan
dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir.
 Bila dalam 30 menit
tersebut belum lahir, lakukan plasenta manual.
 Suntikan oksitosin 10 iu
IM sebelum plasenta lahir
V. Unit Terkait  Suntikan Methersin 1
ampul IM setelah plasenta lahi
1. Ruang VK
2. Kamar Bedah

PENANGGULANGAN
PRE - EKLAMPSI RINGAN

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/1
Ditetapkan,
Prosedur Tetap Tanggal Terbit
Direktur

29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Tata cara melakukan perawatan penyakit dengan tanda – tanda
hipertensi, (ditandai dengan TD berkisar 140/90 dengan interval
pemeriksaan 6 jam), edema, protein urin (t1 atau t2) tanpa gejala –
gejala subjektif untuk mencegah terjadinya kematian ibu dan janin

Sebagai pedoman dan acuan bagi bidan / perawat dalam perawatan


II. Tujuan pre - eklamsi ringan sesuai prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi di


RSU TERE MARGARETH

III. Prosedur 1. Jika kehamilan < 37 minggu, lakukan penilaian 2 x


seminggu melalui pelayanan ANC (pantau tekanan darah,
protein uria, refleks, dan kondisi janin)
2. Lebih banyak istirahat, lebh banyak duduk atau berbaring ke
arah punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta
tidak mengalami gangguan.
3. Diet makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup
vitamin, rendah lemak dan garam
4. Tidak perlu diberi obat – obatan
5. Jika kehamilan > 37 minggu, pertimbangan terminasi. Jika
serviks matang, lakukan induksi dengan oksitusin dalam
500 ml dekstrose IV 10 tetes / menit atau dengan
prostaglandin, jika serviks belum matang berikan
prostaglandin, misoprostol atau terminasi dengan SC

IV. Unit Terkait Laboratorium


PENANGGULANGAN
PRE - EKLAMPSI BERAT

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/2
Prosedur Tetap Ditetapkan,
Direktur
Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Tata cara melakuka perawatan penyakit dan tanda – tanda
hipertensi (TD di atas 140 / 90 mmHg), edema, protein urin
(lebih dari 3 gr / liter) ditandai gejala subjektif (nyeri
epigastrum, gangguan penglihatan, nyeri kepala, edema paru &
sianosis, gangguan kesadaran) yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya gawat janin
II. Tujuan Sebagai pedoman dan acuan bagi bidan / perawat dalam
perawatan pre eklamsi berat sesuai prosedur
III. Kebijakan Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi
di RSU TERE MARGARETH
IV. Prosedur 1. Jika tekanan diastolik > 110 mmHg berikan antihipertensi,
sampai tekanan diastolik diantara 90 – 100 mmHg
2. Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar
3. Ukur keseimbangan cairan agar tidak overload
4. Katerisasi utin untuk pengeluaran volume & protein uria
5. Jika jumlah urin < 30 ml per jam
- Infus cairan dipertahanakan 1 1/8 jam
- Pantau kemungkinan edema paru
6. Jangan tinggalkan pasien sendirian
7. Oservasi tanda – tanda vital, refleks & DJJ
8. Auskultasi paru untuk mencari tanda – tanda edema paru.
Jika terdapat edema paru, stop pemberian cairan & beri
diuretika, misal furosemide 40 mg Intravena
9. Berikan antihipertensi, misalnya nipedipine 5 mg sublingal,
jika respons tidak baik setelah 10 menit bertambagan 5 mg
sublingual.
10. Berikan antikonvulsan, misalnya MgSO4
Dosis Awal :
 MgSO4 4 gr Intravena sehingga larutan 20% selama 5
menit
 Diikuti dengan MgSO4 (50%) 5 gr 104 dengan 1 ml
lignotain 2% (dalam spuit yang sama)
Dosis Pemeliharaan :
 MgSO4 (50%) 5 gt
 Lanjutkan sampai 24 jam pasca persalinan
PENANGGULANGAN
PRE - EKLAMPSI BERAT

RSU TERE MARGARETH


Prosedur Tetap No. Dokumen
SPO/RSTM/001/04/13
No. Revisi
0
Halaman
2/2
Sebelum pemberian MgSO4 periksa :
 Frekuensi pernafasan minimal 16 x / menit
 Refleks patella (+)
Urin minimal 30 ml / jam dalam 4 jam terakhir
Stop pemberian MgSO4 Jika :
 Frekuensi pernafasan < 16 x / menit
 Frekuensi patella (-)
 Urin < 30 ml / jam

Siapkan anti dotum :


 Jika terjadi henti nafas :
 Bantu dengan ventilator
 Beri kalsium glukonat 29 (20 ml dalam
larutan 10 %) Intravena perlahan – lahan
sampai pernafasan

11. Persalinan harus terjadi dalam 24 jam, jika tidak


memungkinkan lakukan SC
V. Unit Terkait 1. Laboratorium
2. Kamar Operasi
PENANGGULANGAN
EKLAMPSI

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/3
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur Tetap Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Tata cara dalam melakukan perawatan eklampsia yaitu kelainan
akut pada ibu hamil saat hamil tua, persalinan atau masa nifas,
ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana
sebelumnya sudah menunjukkan gejala - gejala pre - eklampsia.
II. Tujuan Sebagai pedoman dan acuan bagi bidan / perawat dalam
perawatan eklamsi sesuai prosedur
III. Kebijakan Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi di
RSU TERE MARGARETH
IV. Prosedur 1. Pemberian obat - obat untuk anti - kejang
a. MgSO4, protokol sama dengan pemberian MgSO4 pada
pre - eklampsia berat, diteruskan sampai 24 jam pasca
persalinan atau 6 jam bebas kejang
b. Syarat :
 Refleks patella harus positif
 Tidak ada tanda-tanda depresi pernafasan (respirasi
lebih dari 16 x / mnt).
 Produksi urin tidak kurang dari 25 cc / jam atau 150
cc / 6 jam.
 Apabila ada tanda-tanda kejang lagi maka diberikan
sekali lagi MgSO4, dan bila masih timbul kejang
lagi maka diberikan pentotal 5 mg / KgBB / IV pelan
- pelan.
 Bila ada tanda-tanda keracunan MgSO4, diberikan
antidotum kalsium glukosa 10 % 10 cc IV pelan -
pelan selama 3 menit atau lebih
 Apabila di luar sudah diberikan pengobatan
diazepam, maka dilanjutkan pengobatan dengan
MgSO4.
2. Mencegah komplikasi
a. Obat - obat anti - hipertensi, bila sistol lebih atau sama
dengan 180 mmHg atau diastol lebih atau sama dengan
110 mmHg digunakan injeksi 1 ampul klonidin
b. Diuretika, hanya diberikan atas indikasi :
 Edema paru
PENANGGULANGAN
EKLAMPSI

RSU TERE MARGARETH


Prosedur Tetap No. Dokumen
SPO/RSTM/001/04/13
No. Revisi
0
Halaman
2/3
 Kelainan fungsi ginjal (bila faktor pre renal sudah
diatasi) diberikan furosemid injeksi 40 mg / IM
c. Kardiotonika, diberikan atas indikasi :
 Adanya tanda - tanda payah jantung
 Edma paru diberikan digitalisasi cepat dengan
cedilanid
d. Antibiotika, diberikan ampicillin 1 gr / 8 jam / IV
e. Antipiretika, diberikan xylomidon 2 cc / IM dan atau
kompres alkohol.
3. Memperbaiki keadaan Ibu
a. Infus RL / Dektrose 5%
b. Pasang CVP untuk pemantauan keseimbangan cairan
c. Pemberian kalori (dextrose 5%)
d. Koreksi keseimbangan asam basa (pada keadaan
asidosis maka diberikan Natrium Bicarbonas / meylon 50
meq / IV
4. Perawatan penderita dengan koma
a. Monitoring kesadaran dan dalamnya koma memakai
(Glassgow – Pittsburg Coma Scale).
b. Pada perawatan koma, perlu diperhatikan pencegahan
dekubitus dan makanan penderita.
c. Pada koma yang lama, bila nutrisi tidak mungkin,
cukup diberikan dalam bentuk nasogastrictube NGT
5. Pengobatan Obstetrik
a. Sikap dasar adalah semua kehamilan dengan eklampsia
harus diakhiri tanpa memandang umur kehamilan dan
keaadaan janin.
b. Kehamilan diakhiri bila sudah terjadi stabilisasi
(pemulihan). Stabilisasi hemodinamik dan metabolisme
ibu mencapai dalam 4 – 8 jam setelah salah satu atau
lebih keadaan dibawah ini :
 Setelah pemberian obat anti kejang terakhir
 Setelah kejang terakhir
 Setelah pemberian obat-obat anti hipertensi
terakhir
 Penderita mulai sadar (responsive dan orientasi)
c. Cara terminasi kehamilan
Induksi persalinan bila hasil KTG normal
Drip oksitosin dengan syarat PS sama dengan atau lebih
dari 5.
PENANGGULANGAN
EKLAMPSI

RSU TERE MARGARETH


Prosedur Tetap No. Dokumen
SPO/RSTM/001/04/13
No. Revisi
0
Halaman
3/3
 Seksio sesarea bila :
 Syarat drip oksitosin tidak dipenuhi atau
adanya kontraindikasi drip oksitosin.
 Persalinan belum terjadi dalam waktu 12 jam
 Bila hasil KTG patologis
d. Perawatan pasca persalinan
 Bila persalinan terjadi pervaginam, monitoring tanda-
tanda vital dilakukan sebagai lazimnya.
 Pemeriksaan laboratorium dikerjakan setelah 24 jam
persalinan.
V. Unit Terkait 1. Laboratorium
2. Kamar operasi
PENANGGULANGAN
IBU HAMIL DENGAN DIABETES

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/2
Ditetapkan,
Prosedur Tetap Tanggal Terbit
Direktur

29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Mekanisme melakukan perawatan ketidakmampuan tubuh pada
ibu hamil untuk meningkatkan produksi insulin, sehingga relatif
hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikemia atau diabetes
kehamilan (diabetes yang timbul hanya dalam kehamilan)

II. Tujuan Sebagai pedoman dan acuan langkah - langkah bagi bidan /
perawat dalam perawatan ibu hamil dengan diabetes sesuai
prosedur untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas
III. Kebijakan pada maternal dan neonatal.
Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi di
IV. Prosedur RSU TERE MARGARETH
Penegakan diagnosa :
1. Anamnesa riwayat kehamilan
terdahulu atau sekarang, riwayat penyakit keluarga
(termasuk anggota keluarga yang terkena penyakit diabetes
mellitus)
2. Lakukan pemeriksaan fisik secara
lengkap (head to toe)
3. Observasi vital sign
4. Palpasi abdomen (leovold I – Leovold
IV) sesuai dengan umur kehamilan
5. Perhatikan dan periksa dengan cermat
serta teliti tentang keluhan yang dialami ibu pada kehamilan
ini :
 Poliuri (haluaran urin yang
berlebihan)
 Polidipsi (rasa haus yang
berlebihan)
 Polifagi (rasa lapar yang
berlebihan)
 Kehilangan berat badan
6. Jika ditemukan tanda – tanda ke arah
diabetes lakukan pemeriksaan gula darah (kolaborasi dengan
bagian laboratorium)
7. Jika hasil pemeriksaan kadar gula
darah diketahui, lakukan kolaborasi dengan spesialis obstetri
ginekologi
8. Beri penyuluhan kesehatan kepada
ibu / keluarga tentang diet yang tepat bagi ibu :
 Hindari gula dan permen yang terkonsentrasi
 Hindari makanan cepat saji
 Makan dengan jumlah sedikit tetapi serin

PENANGGULANGAN
IBU HAMIL DENGAN DIABETES

RSU TERE MARGARETH


Prosedur Tetap No. Dokumen
SPO/RSTM/001/04/13
No. Revisi
0
Halaman
2/2
 Makan pagi dengan porsi kecil
 Pilih makanan yang tinggi serat
 Asupan rendah lemak
9. Beri penjelasan kepada ibu / keluarga
tentang hasil pemeriksaan kehamilannya saat ini dan
kemungkinan – kemungkinan yang dapat terjadi di kemudian
hari
10. Jadwalkan kunjungan pemeriksaan ibu
selanjutnya
Penanganan Medik :
1. Pada penderita diabetes kehamilan trimester I cukup dengan
mengatur diet tanpa pengobatan insulin serta batasi pemakaian
garam
2. Pada trimester II metabolisme hidrat arang dalam tubuh ibu
berubah, lakukan pemeriksaan ulang gula darah
Penanganan obstetrik :
1. Pada penderita yang penyakitnya tidak berat cukup diatasi
dengan diet saja dan tidak mempunyai riwayat obstetrik yang
buruk dapat diharapkan partus spontan pada kehamilan 40
minggu
2. Pada penderita diabetes yang lebih berat dan memerlukan
pengobatan insulin sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini
antara kehamilan 36 – 38 minggu
3. Jika kehamilan disertai komplikasi seperti pre – eklamsi,
hidramnion, diabetes yang sukar diatasiatau riwayat kematian
perinatal lakukan pengakhiran kehamilan secara dini baik partus
spontan ataupun SC
4. Pada partus spontan dengan induksi, pantau denyut jantung
janin secara terus – menerus
Penanggulangan Neonatus :
1. Tangani bayi dari seorang penderita diabetes baik yang
prematur ataupun yang matur untuk menentukan prognosis
2. Bayi tampak besar dan sehat pada permulaan bukan berarti ia
bebas dari bahaya yang suatu saat mengancam jiwanya
3. Segera pindahkan bayi ke unit perawatan intensif neonatal
setelah dilakukan penanganan bayi berat lahir
4. Lakukan kolaborasi dengan laboratorium untuk melakukan
pemeriksaan gula darah bayi terutama pada kehamilan ≤ 38
minggu
5. Lakukan pengobatan hipoglikemia secara aktif pada bayi untuk
mencegah kemungkinan kelainan neurologik akibat
V. Unit Terkait hipoglikemia berat yang berlangsung lama (kolaborasi dengan
dokter spesialis anak)
1. Ruang VK
2. Kamar Bedah

PENANGGULANGAN IBU HAMIL


DENGAN KEHAMILAN MULTIPLE

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/3
Ditetapkan,
Prosedur Tetap Direktur
Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Mekanisme penanggulangan ibu hamil denga kehamilan multipel
yaitu kehamilan dengan dua janin atau lebih yang bertujuan agar
ibu dan bayi lahir sehat.

II. Tujuan Sebagai pedoman dan acuan langkah - langkah bagi bidan /
perawat dalam penanggulangan ibu hamil dengan kehamilan
multipel sesuai prosedur.
Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi di
III. Kebijakan RSU TERE MARGARETH
Ante Natal Care :
1. Anamnesa riwayat kehamilan terdahulu dan sekarang
IV. Prosedur termasuk riwayat anggota keluarga yang kembar
2. Lakukan pemeriksaan fisik secara lengkap (head to toe)
3. Observasi vital sign
4. Palpasi abdomen (Leovold I - IV) sesuai dengan umur
kehamilannya :
 Leovold I : tentukan tinggi fundus uteri dan bagian
janin pada fundus dan bagian terbawah
 Leovold II : tentukan bagian punggung janin dan
dengarkan denyut jantung janin secara benar dan
tepat
 Leovold III : tentukan bagian janin yang terdapat
pada fundus dan bagian bawah, apakah sudah masuk
PAP
 Tentukan berapa bagian terbawah yang sudah masuk
PAP
5. Perhatikan dan periksa dengan baik dan tepat kemungkinan
terjadinya komplikasi selama dalam kehamilan
(kemungkinan pre – eklamsi dan eklamsi, partus prematurus,
anemia dan lain - lain)
6. Jika ditemukan tanda – tanda komplikasi konsultasikan
kepada unit yang terkait seperti : laboratorium, radiologi, dan
dokter spesialis obstetri ginekologi
7. Tegakkan diagnosa yang benar berdasarkan hasil
pemeriksaan sesuai dengan diagnosa kebidana

PENANGGULANGAN IBU HAMIL


DENGAN KEHAMILAN MULTIPLE

RSU TERE MARGARETH


Prosedur Tetap No. Dokumen
SPO/RSTM/001/04/13
No. Revisi
0
Halaman
2/3
8. Beri penyuluhan kesehatan sesuai umur kehamilan dan
kebutuhan ibu
9. Perubahan bentuk perut yang lebih besar dan umur
kehamilan, rasa lelah , mudah capek bila beraktivitas
merupakan hal yang normal
10. Pemeriksaan kehamilan dilakukan lebih sering
11. Menganjurkan pola istirahat dan tidur yang cukup
12. Pola nutrisi yang cukup : mengandung banyak protein, zat
besi, asam folat (kuning telur, hati, daging, susu, ikan dan
buah – buahan dan lain - lain ) makan dilaksanakan lebih
sering dalam jumlah yang sedikit
13. Perawatan payudara, pakaian dan olahraga yang tepat
14. Pastikan ibu / keluarga mengerti tentang penyuluhan
kesehatan dan penjelasan yang telah diberikan
15. Beri kesempatan pada ibu / keluarga tentang hal yang
kurang dimengerti dan beri tahu jadwal ante natal care
(ANC)
Kelahiran / persalinan pada wanita dengan gestasi multipel :
1. Tidak diperbolehkan menggunakan obat sedatif dan analgetik
2. Pasang infus
3. Kosongkan kandung kemih pada saat mulainya kelahiran
4. Beritahu dokter dan hadir pada saat permulaan persalinan
5. Beritahu staf anestesi
6. Ibu dalam posisi litotomi dan atur ruangan untuk tetap
nyaman
7. Persiapkan peralatan cadangan, formulir dan sebagainya
8. Persiapkan alat – alat resusitasi
9. Persiapan episiotomi bergantung pada perkiraan berat badan
bayi
10. Lakukan pemeriksaan dalam, pastikan pembukaan telah
lengkap dan tentukan posisi dan presentasi bayi sebelum
kelahiran dimulai
11. Lakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman
12. Instruksikan seorang asisten untuk mengubah posisi bayi
kembar kedua ke posisi abdominal
13. Klem dan potong tali pusat secara cepat dan hati – hati lalu
lakukan perawatan tali pusat pada bayi pertama
14. Tentukan presentasi dan posisi bayi kedua kemudian evaluasi
ukurannya

PENANGGULANGAN IBU HAMIL DENGAN


KEHAMILAN MULTIPLE

RSU TERE MARGARETH


Prosedur Tetap No. Dokumen
SPO/RSTM/001/04/13
No. Revisi
0
Halaman
3/3
15. Pantau denyut jantung janin dan periksa vagina dengan teliti akan
adanya tanda perdarahan selama menunggu persalianan untuk
dijadikan resume
16. Bila janin dalam letak memanjang, selaput ketuban dipecahkan dan
air ketuban dilahirkan perlahan – lahan untuk menghindari
prolapsus funikuli
17. Anjurkan / pimpin ibu mengedan atau lakukan tekanan terkendali
pada fundus uteri agar bagian bawah janin masuk panggul
18. Waktu optimum yang diperlukan bayi kembar kedua adalah 3 – 15
menit setelah kelahiran bayi pertama
19. Untuk memberikan jalan bagi bayi melewati servik yang telah
berdilatasi penuh sebelum menutup kembali
20. Tentukan apakah persalinan masih dalam batas rentang waktu
normal atau tidak
21. Bila janin kedua dalam letak lintang, denyut jantung janin tidak
teratur dan terjadi prolapsus funikuli atau solutio plasenta atau bila
persalinan spontan tidak terjadi dalam 15 menit lahirkan janin
dengan tindakan obstetrik
22. Pada letak lintang coba lakukan untuk mengadakan versi luar dan
bila tidak berhasil lakukan versi ekstraksi tanpa narkosis
23. Pada janin dalam letak memanjang dapat dilakukan ekstraksi
cunam pada letak kepala dan ekstraksi kaki pada letak sungsang
24. Jika kontraksi belum terjadi dan daya mengedan ibu tidak adekuat
berikan D5W atau D5RL 1000 ml bersama dengan 10 iu oksitosin
secara IV dengan tetesan 1-2 mU / menit
25. Lakukan pertolongan persalianan seperti biasa
26. Segera setelah anak kedua lahir beri suntikan 10 iu oksitosin dan
awasi tinggi fundus uteri
27. Bila tanda – tanda pelepasan plasenta tampak, lahirkan plasenta
dan dapat diberi 0,2 mg methergin secara intravena
28. Awasi kala IV secara cermat dan cukup lama agar perdarahan post
– partum dapat diketahui secara dini dan dapat dilakukan
penanganan dengan segera

V. Unit Terkait 1. IGD


2. Kamar Bedah
3. ICU
4. Laboratorium

PENANGGULANGAN
SOLUTIO PLASENTA

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/2
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur Tetap Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


II. Pengertian Tata cara melakukan perawatan pasien dengan terlepasnya plasenta
dari tempat implantasi yang normal pada uterus, sebelum fetus
dilahirkan

III. Tujuan Sebagai pedoman dan acuan bagi bidan / perawat dalam perawatan
solutio plasenta sesuai prosedur

IV. Kebijakan Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi di RSU
TERE MARGARETH

V. Prosedur  Atasi syok :


- Infus NS / RL untuk restorasi cairan,
berikan 500 ml dalam 15 menit pertama dan 2 L dalam 2 jam
pertama
- Berikan transfusi dengan darah segar
untuk memperbaiki faktor pembekuan akibat koagulopati
 Tatalaksana oliguria atau nekrosis tubuler akut :
 Tindakan restorasi cairan, dapat memperbaiki hemodinamika
dan mempertahankan fungsi ekskresi sistem urinaria.
 Tetapi apabila syok haid secara cepat dan telah berlangsung
lama (sebelum dirawat), umumnya akan terjadi gangguan
fungsi ginjal yang ditandai dengan oliguria (produksi urin < 30
ml / jam).
 Pada kondisi yang lebih berat dapat terjadi anuria yang
mengarah pada nekrosis tubulus renalis setelah restorasi
cairan, lakukan tindakan untuk mengatasi gangguan tersebut
dengan :
 Furosemida 40 mg dalam 1 liter kristaloid dengan 40 – 60 tetes
/ mnt
 Bila belum berhasil gunakan manitol 500 ml dengan 40 tetes /
mnt
 Atasi hipofibrinogenemia :
- Restorasi cairan / darah sesegera mungkin
- Lakukan uji beku darah
- Bila darah segar tidak dapat diberikan, berikan plasma beku
segar (15 ml / KgBB)
PENANGGULANGAN
SOLUTIO PLASENTA

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
Prosedur Tetap SPO/RSTM/001/04/13 0 2/2
- Bila plasma beku segar tidak tersedia, berikan
kriopresipitat fibrinogen
- Bila perdarahan masih terus berlangsung
(koagulopati) dan trombosit di bawah 20.000 berikan
konsentrasi trombosit.

 Atasi Anemia :
- Darah segar merupakan bahan terpilih untuk
mengatasi anemia karena disamping mengandung
butir – butir darah merah, juga mengandung unsur
pembekuan darah
- Bila restorasi cairan telah tercapai dengan baik tetapi
pasien masih dalam kondisi anemia berat , berikan
packed cell

 Tindakan obstetrik :
- Persalinan diharapkan dapat terjadi dalam 3 jam,
umumnya dapat pervaginam.

 Partus pervaginam dilakukan apabila :


- Janin hidup, gawat janin, pembukaan lengkap dan
bagian terendah di dasar panggul
- Janin telah meninggal dan pembukaan serviks > 2 cm
- Pada kasus pertama, lakukan amniofomi kemudian
percepat kala II dengan ekstraksi forsep atau vakum
- Pada kasus kedua, lakukan amniotomi kemudian
akselerasi dengan 5 iu oksitosin dalam dekstrose 5 %
atau RL, tetesan diatur sesuai dengan kontraksi uterus

 Seksio sesarea dilakukan apabila :


- Janin hidup dan pembukaan belum lengkap
- Janin hidup, gawat janin tetapi persalinan pervaginam
tidak dapat dilaksanakan dengan segera
- Janin mati tetapi kondisi serviks tidak memungkinkan
persalinan pervaginam dapat berlangsung dalam
waktu yang singkat.
VI. Unit Terkait 1. Laboratorium
2. Kamar Operasi
PENANGGULANGAN
PLASENTA PREVIA

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/2
Ditetapkan,
Prosedur Tetap Direktur
Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Tata cara dalam melakukan perawatan kehanilan dengan
plasenta previa yaitu keadaan dimana inservi plasenta di segmen
bawah rahim (SBR) sehingga menutupi sebagian di seluruh
ostium urteri internium pada kehamilan 28 minggu yang
bertujuan untuk mengurangi angka kematian bayi dan mencegah
kelahiran prematur

II. Tujuan Sebagai pedoman dan acuan bagi bidan / perawat dalam
melakukan perawatan plasenta previa sesuai prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi


di RSU TERE MARGARETH

IV. Prosedur 1. Atasi Syok


- Perbaiki kekurangan cairan / darah dengan memberikan
infus cairan I.V. (NaCl 0,9 % atau Ringer Laktat)
- Lakukan penilaian jumlah perdarahan
 Jika perdarahan banyak dan berlangsung terus,
persiapan SC tanpa memperhitungkan usia
kehamilan / prematuritas
 Jika perdarahan sedikit dan berhenti, dan fetus hidup
tetapi prematur, pertimbangkan terapi ekspektatif
sampai persalinan atau terjadi perdarahan banyak.
2. Terapi Ekspektatif
Syarat – syaratnya :
- Kehamilan preterm dengan perdaahan sedikit yang
kemudian berhenti
- Belum ada tanda inpartu
- Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb dalam batas
normal)
- Janin masih hidup
3. Rawat inap, tirah baring dan berikan anti biotika profilaksis
PENANGGULANGAN
PLASENTA PREVIA

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
Prosedur Tetap SPO/RSTM/001/04/13 0 2/2
4. Pemeriksaan USG untuk menentukan implantasi plasenta,
usia kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin
5. Perbaiki anemia dengan pemberian obat – obatan
6. Jika perdarahan berhentu dan waktu untuk mencapai 37
minggu masih lama, pasien dapat dirawat jalan dengan
pasien segera kembali ke rumah sakit jika terjadi
perdarahan
7. Jika perdarahan berulang pertimbangan manfaat dan resiko
ibu dan janin untuk mendapatkan penaganan lebih lanjut
dengan terminasi kehamilan
8. Therapi Aktif
- Rencanakan terminasi kehamilan jika
 Janin mahir
 Janin mati atau menderita anomalis atau
keadaan yang mengurangi kelangsungan
hidupnya (misal anencefali)
- Pada perdatahan aktif dan banyak, segera dilakukan
terapi aktif tanpa memandang maturitas janin

9. Jika terdapat plasenta letak rendah dan perdarahan yang


terjadi sangat sedikit, persalinan pervaginam masih
mungkin. Jika tidak, lahirkan dengan SC

10. Jika persalinan dengan SC dan terjadi perdarahan dari


tempat plasenta :
- Jahit tempat perdarahan dengan benang
- Pasang infus oksitosin 10 iu dalam 500 ml cairan
I.V (NaCl / RL) dengan kecepatan 60 tetes / menit

11. Jika perdarahan terjadi pasca persalinan, segera lakukan


penanganan yang sesuai. Hal tersebut meliputi ligasi
arteri / histrektomi

1. Laboratorium
V. Unit Terkait 2. Radiologi
3. Kamar Operasi
PENANGGULANGAN
RUPTUR UTERI

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/1
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur Tetap Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Tata cara perawatan ruptur uteri atau robekan/diskontinuitas
dinding rahim akibat dilampauinya daya regang miometrium
yang bertujuan untuk mengurangi angka kejadian morbiditas dan
mortalitas

II. Tujuan Sebagai pedoman dan acuan langkah - langkah bagi bidan /
perawat dalam perawatan ruptur uteri sesuai prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi di


RSU TERE MARGARETH

IV. Prosedur 1. Berikan segera cairan isotonik RL 500 ml dalam 15 – 20


menit kemudian hingga mencapai 3 liter dalam 2 jam
pertama
2. Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak dan plasenta
3. Bila konservasi uterus masih diperlukan dan kondisi
jaringan memungkinkan lakukan reparasi uterus
4. Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien
mengkhawatirkan, lakukan histerektomi
5. Lakukan bilasan peroitoneal dan pasang drain dari kavum
abdomen
6. Bila terdapat tanda – tanda infeksi, berikan antibiotika
dengan spektrum luas
7. Bila terdapat tanda – tanda trauma alat genitalia atau luka
yang kotor, tanyakan saat terakhir mendapat tetanus toksoid
bila hasil anamnese tidak dapat memastikan perlindungan
terhadap tetanus, berikan serum anti tetanus 1500 iu / IM
dan TT 0,5 ml / IM

V. Unit Terkait Kamar Operasi


PENANGGULANGAN
PENDARAHAN PADA
KEHAMILAN MUDA / ABORTUS
RSU TERE MARGARETH
No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/2
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur Tetap Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Tata cara dalam melakukan pertolongan pendarahan pada
kehamilan muda atau berakhirnya kehamilan sebelum viable,
disertai dengan atau tanpa pengeluaran hasil konsepsi untuk
menentukan derajat abortus dan memberikan pertolongan sesuai
dengan derajatnya

II. Tujuan Sebagai pedoman dan acuan bagi bidan / perawat dalam
melakukan pertolongan perdarahan pada kehamilan muda /
abortus sesuai prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi di


RSU TERE MARGARETH

IV. Prosedur 1. Abortus Iminens


a. Rawat jalan.
b. Tirah baring.
c. Medikamentosa.
 Diasepam 3 x 2 mg, per oral selama 5 hari lurainal 3 x
30 mg.
 Issosuprine 3 x 10 mg per oral selama 5 hari.
 Asam mefenamat 4 x 250 mg per oral selama 5 hari
 Methyl esteranol 3 x 5 mg per oral selama 5 hari
d. Bila penyebab diketahui maka dilakukan terapi terhadap
penyebab.
e. Pada kasus tertentu seperti abortus habitualis dan post
ifertilitas dilakukan rawat inap.
2. Abortus Insipiens
a. Perbaiki keadaan umum
b. Umur kehamilan kurang dari 12 minggu dilakukan
kuretase, lebih dari 12 minggu dilakukan oksitosin titrasi
dan kuretase.
c. Medikamentosa.
 Metil ergometrin 3 x 5 mg, per oral selama 5 hari.
 Amoksisillin 3 x 500 mg per oral selama 5 hari.
PENANGGULANGAN
PENDARAHAN PADA
KEHAMILAN MUDA / ABORTUS
RSU TERE MARGARETH
Prosedur Tetap No. Dokumen
SPO/RSTM/001/04/13
No. Revisi
0
Halaman
2/2
3. Abortus Inkomplit
a. Perbaiki keadaan umum
b. Kuretase dengan atau tanpa digital plasenta pre kuretase
c. Medikamentosa.
 Metil ergometrin 3 x 5 mg, per oral selama 5 hari.
 Amoksisillin 3 x 500 mg per oral selama 5 hari.

4. Missed Abortion
a. Perbaiki keadaan umum
b. Evaluasi terhadap umur kehamilan :
 Umur kehamilan kurang dari 12 minggu dilakukan
kuretase langsung.
 Umur kehamilan lebih dari 12 minggu diberikan :
o Estradiol benzoas 2 x 20 – 40 mg atau IM
selama 3 – 5 hari.
o Rawat inap : dipasang stiff laminaria 12 – 24
jam dan titrasi oksitosin atau prostaglandin
seperti protein E

5. Abortus Infeksious
a. Perbaikan keadaan umum
b. Xylomidon 2 cc IM
c. Sulbecillin 3 x 1 gr, gentamisin 2 x 80 g, metronidazol
supp 3 x 1 gr.
d. Kuretase dilakukan dalam tempo 6 jam bebas panas atau
dalam waktu 12 – 24 jam apabila panas tidak turun.
V. Unit Terkait Laboratorium
PERTOLONGAN KET
(KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU)
RSU TERE MARGARETH
No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/2
Ditetapkan,
Prosedur Tetap Direktur
Tanggal Terbit
29 April 2020

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Tata cara dalam melakukan pertolongan kehamilan ektopik
terganggu (KET) yaitu kehamilan dengan implamantasi terjadi
di luar rongga uterus yang bertujuan untuk mengurangi angka
kematian ibu

II. Tujuan Sebagai pedoman dan acuan bagi bidan / perawat dalam
melakukan pertolongan kehamilan ektopik terganggu sesuai
prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi


di RSU TERE MARGARETH

IV. Prosedur 1. Tanda dan gejala KET :


- Kolaps dan kelelahan
- Denyut nadi cepat dan lemah (110 x / mnt atau lebih)
- Hipotensi
- Hipovolemia
- Nyeri abdomen dan nyeri pelvis
- Distensi abdomen
- Nyeri lepas
- Pucat
- Perdarahan pervaginam

2. Untuk diagnosis pasti dapat dilakukan :


- Test kehamilan
- USG
- Kuldosintesis
- Laparaskopi

3. Penanganan awal :
- Segera lakukan uji silang dan laparatomi jangan
menunggu darah sebelum melakukan pembedahan
- Pada laparatomi, eksplorasi kedua ovarium dan tuba
fallofii
KET
(KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU)

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
Prosedur Tetap SPO/RSTM/001/04/13 0 2/2
 Jika terjadi kerusakan berat pada tuba, lakukan
Salpingektomi (tuba yang berdarah dan hasil
konsepsi di eksisi sama – sama)
 Jika kerusakan pada tuba kecil, lakukan
Salpingostomi (hasil konsepsi dikeluarkan, tuba
dipertahankan). Hal ini hanya dilakukan jika
konservasi kesuburan merupakan hal yang penting
untuk ibu tersebut, karena resiko kehamilan ektopik
berikutnya cukup tinggi
 Jika terjadi perdarahan banyak dapat dilakukan
transfusi darah
4. Penanganan selanjutnya :
- Sebelum memperbolehkan ibu pulang lakukan konseling
dan nasehat mengenai prognosis kesuburannya.
- Konseling metode kontrasepsi mengingat meningkatnya
akan kehamilan ektopik selanjutnya
- Pemberian obat – obatan untuk memperbaiki anemia
- Jadwal kunjungan berikutnya untuk pemantauan dalam 4
minggu

1. Kamar Operasi
V. Unit Terkait 2. Laboratorium
PERAWATAN
KEHAMILAN DENGAN PARUT UTERUS

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/2
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur Tetap Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Tata cara perawatan kehamilan yang disertai riwayat seksio sesarea
sekali / lebih atau pasca miomektomi / kornuektomi pada kehamilan
sebelumnya untuk mengetahui indikasi dan jenis operasi terdahulu
(klasik / LCS) dan merencanakan persalinan

II. Tujuan Sebagai pedoman dan acuan bagi bidan / perawat dalam perawatan
kehamilan dengan parut uterus sesuai prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi di RSU
TERE MARGARETH

IV. Prosedur 1. Pada kehamilan :


a. Pemeriksaan antenatal harus lebih sering untuk mencegah
terjadinya komplikasi pada kehamilan.
b. Jika terjadi anemia harus segera diatasisssss.
c. Awasi kemungkinan terjadinya ruptur spontan sebelum ibu
inpartu.
2. Pada persalinan :
a. Jika pasien fase persalinan, pasien harus diawasi ketat :
tanda - tanda vital, rasa sakit pada perut, perdarahan dan tanda -
tanda ruptura uteri spontan.
b. Tentukan letak / presentasi janin dan turunnya presentasi
c. Jika janin presentasi kepala lakukan partus percobaan, jika
kriteria untuk persalinan pervaginam dipenuhi dan tidak ada
kontra indikasi.
d. Lakukan penilaian partus pervaginam tiap 2 jam, kalau
tidak ada kemajuan lakukan seksio sesarea.
e. Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vacum / cunam
f. Indikasi untuk melakukan seksio sesarea elektif adalah :
 Seksio sesarea yang lalu adalah
 Ada panggul sempit / CPD
 Malpersentasi
 Diabetes militus
PERAWATAN
KEHAMILAN DENGAN PARUT UTERUS

RSU TERE MARGARETH


Prosedur Tetap No. Dokumen
SPO/RSTM/001/04/13
No. Revisi
0
Halaman
2/2
 Penyembuhan luka seksio sesarea yang lalu tidak
baik.
g. Insisi pada seksio sesarea ulangan sedapat mungkin
pada daerah segmen bawah rahim kecuali tidak
memungkinkan :
 Perlengketan segmen bawah rahim
 Segmen bawah rahim belum terbentuk
 Gawat janin
 Plasenta previa
h. Indikasi untuk seksio sesarea ulangan dan sterilisasi
 Anak sudah cukup
 Penyembuhan luka operasi yang pertama tidak baik
 Ada indikasi absolut
 Seksio sesarea ulangan kedua atau lebih (tidak
mutlak)
i. Indikasi untuk melakukan seksio sesarea dan atau
histerektomi
 Atonia uteri
 Plasenta previa
 Ruptur uteri
j. Penyulit-penyulit pada seksio sesarea ulangan :
 Perlengketan peritoneum
 Perdarahan karena atonia uteri
 Febris purperalis
 Wound dehiseene (luka terbuka)

V. Unit Terkait 1. Kamar operasi


2. Ruang VK
PERTOLONGAN
KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/1
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur Tetap Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Tata cara dalam melakukan pertolongan kematian janin dalam
rahim yaitu kematian janin dalam uterus yang beratnya 500 gr
atau lebih, umur kehamilan telah mencapai 20 minggu atau
lebih dan mengetahui tanda-tanda kematian janin dalam rahim
serta penanganannya.
II. Tujuan Sebagai pedoman dan acuan bagi bidan / perawat dalam
pertolongan kematian janin dalam rahim sesuai prosedur
III. Kebijakan Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi
di RSU TERE MARGARETH
IV. Prosedur 1. Periksa tanda vital
2. Ambil darah untuk pemeriksaan perifer : fungsi
pembekuan, golongan darah A B O dan rhesus.
3. Jelaskan seluruh prosdur pemeriksaan dan hasilnya serta
rencana tindakan yang akan dilakukan kepada pasin dan
keluarganya. (Hindari memberikan informasi yang tidak
tepat).
4. Dukungan mental dan emosional perlu diberikan kepada
pasien dan keluarganya, yakinkan bahwa besar
kemungkinan dapat lahir per vaginam.
5. Rencana persalinan pervaginam dengan cara induksi atau
eksploratif perlu dibicarakan dengan pasien dan
keluarganya sebelum keputusan diambil.
6. Bila pilihan adalah pada ekspektatif, tunggu persalinan
spontan hingga 2 minggu, yakinkan bahwa 90 % persalinan
akan terjadi tanpa komplikasi.
7. Bila pilihan adalah manajemen aktif : induksi persalinan
menggunakan oksitosin atau mesoprostol.
8. Seksio sesarea merupakan pilihan misalnya pada letak
lintang.
V. Unit Terkait 1. Laboratorium
2. Kamar operasi
PERTOLONGAN DENGAN
KEHAMILAN KEMBAR (GEMELLI)

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/1
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur Tetap Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Tata cara dalam melakukan pertolongan dengan kehamilan
kembar (gemelli) yaitu kehamilan dengan lebih dari satu
embrio / anak dalam satu gestasi yang bertujuan mencegah
komplikasi yang terjadi pada ibu dan bayi baik pra dan post
natal

II. Tujuan Sebagai pedoman dan acuan bagi bidan / perawat dalam
pertolongan dengan kehamilan kembar (gemelli) sesuai
prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Periatal Resiko Tinggi di


RSU TERE MARGARETH

IV. Prosedur 1. Bila letak kepala / letak kepala, letak kepala / letak
sungsang masih diberikan kesempatan lahir per vaginam
2. Bila anak pertama bukan letak kepala, letak sungsang /
letak sungsang, atau kombinasi yang lain dianjurkan untuk
seksio sesarea primer.
3. Bila tidak over distensi setelah amniotomi, tetap inersia
uteri, drip oksitosin hati-hati masih ada tempatnya.
4. Bila diizinkan pervaginam maka tindakan seksio sesarea
berdasarkan indikasi obstetrik.
5. Bila anak pertama letak sungsang, langsung seksio sesarea
primer.
6. Setelah anak pertama lahir, tentukan denyut jantung janin
anak kedua, buat letak kepala atau membujur, tunggu ada
his (atau diberikan oksitosin dan pecahkan ketuban.
7. Bila anak kedua letak lintang dan gagal usaha diatas maka
dapat dilakukan tindakan versi ekstraksi.
8. Kala uri biasa, manual plasenta bila ada indikasi.
9. Memberikan uterotonika untuk mencegah perdarahan post
partum

V. Unit Terkait Kamar operasi


PERAWATAN KEHAMILAN
DENGAN POST TERM

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/1
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur Tetap Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Tata cara dalam melakuakn perawatan kehamilan post term
yaitu kehamilan yang berlangsung melebihi 42 minggu (294
hari) atau melebihi 2 minggu dari perkiraan tanggal persalinan
dihitung mulai dari hari pertama haid terakhir (HPHT) menurut
rumus Neegle untuk merencanakan pengakhiran kehamilan.

II. Tujuan Sebagai pedoman dan acuan bagi bidan / perawat dalam
perawatan kehamilan dengan post term sesuai prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi


di RSU TERE MARGARETH

IV. Prosedur 1. Lakukan periksa darah lengkap, urine lengkap sebagai


persiapan oksitosin drip sebelum ibu masuk rumah sakit.
2. Terangkan juga kepada penderita bahwa ada kemungkinan
operasi (SC).
3. Oksitosin drip dikerjakan bila seri pertama gagal, bisa di
ulang 1 x lagi dengan selang waktu istirahat satu hari.
4. Pada oksitosin drip yang kedua, bisa dipertimbangkan
kombinasi dengan amniotomi.
5. Pada pasien resiko tinggi mulai hamil 41 minggu atau kalau
> 32 minggu, berat badan ibu tidak meningkat  USG,
untuk melihat air ketuban dan plasenta, kalau ada
kemungkinan insufisiensi plasenta, induksi.
6. Untuk pemantauan kesejahteraan janin dapat dipakai klinis
dan hasil USG dan bila fasilitas memungkinkan dapat
dikerjakan NST / OCT.
7. Dalam hal ini dimana pelvic score masih rendah < 5
dimana kemungkinan oksitosin drip gagal maka bisa
dipertimbangkan lebih cepat persalinan abdominal SC.
V. Unit Terkait Radiologi
PERTOLONGAN KEHAMILAN
LETAK SUNGSANG

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/2
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur Tetap Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Tata cara dalam melakukan pertolongan kehamilan letak sunsang
yaitu apabila janin membujur dalam uterus dengan bokong / kaki
pada bagian bawah untuk mencegah komplikasi yang akan terjadi
pada ibu dan bayi baik pra dan post natal

II. Tujuan Sebagai pedoman dan acuan bagi bidan / perawat dalam
pertolongan kehamilan letak sungsang sesuai prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi di


RSU TERE MARGARETH

IV. Prosedur Penanggulangan Letak Sungsang :

A. Waktu Hamil (Antenatal)


1. Pada umur kehamilan 28 – 30 minggu, mencari penyebab
a. USG :
 Placenta previa
 Kelainan kongenital
 Kehamilan ganda
 Kelainan uterus
b. Ukuran dan evaluasi panggul. Bila tidak ditemukan
kelainan, dilakukan perawatan konservatif, dan
rencana persalinan lebih agresif.

2. Bila hasil pemeriksaan USG tidak menemukan kelainan,


maka dilakukan :
a. Knee chest position
b. Versi luar (bila tidak ada kontraindikasi), dilakukan
pada umur kehamilan lebih atau sama dengan 37
minggu
3. Bila versi luar berhasil, kontrol I minggu lagi, dan
dikelola sebagai presentasi kepala.
KEHAMILAN
LETAK SUNGSANG

RSU TERE MARGARETH


Prosedur Tetap No. Dokumen
SPO/RSTM/001/04/13
No. Revisi
0
Halaman
2/2
4. Bila versi luar gagal, kontrol kembali 1 minggu, dicoba
versi luar sekali lagi.

B. Waktu Persalinan
1. Pada kasus dimana versi luar gagal / janin tetap sungsang,
maka penatalaksanaan persalinan lebih waspada.
2. Persalinan pervaginam diberi kesempatan asal tidak ada
hambatan pada pembukaan. Urutan cara persalinan
a. Usahakan spontan bracht
b. Manual aid / lovset mauriceu
c. Total ekstraksi (harus pertimbangkan terlebih dahulu)
3. Persalinan diakhiri dengan seksio sesarea bila :
a. Persalinan pervaginam diperkirakan sukar dan
berbahaya. (disproporsi feto - pelvik atau skor
Zachtuchni Andos kurang dari 3)
b. Tali pusat menumbung pada primi atau
multigravida.
c. Didapatkan distosia.
d. Umur kehamilan prematur (EFBW kurang dari
2000 gram) dan post date (umur kehamilan lebih
dari 42 minggu)
e. Nilai anak (hanya sebagai pertimbangan)
f. Riwayat persalinan yang lalu BOH, HSVB
g. Komplikasi kehamian dan persalinan (Hipertensi
dalam kehamilan, ketuban pecah dini).

VK

V. Unit Terkait
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/4
Ditetapkan,
Prosedur Tetap Direktur
Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Tata cara pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan, diagnosis
dan pengobatan yang dilakukan pada pasien
II. Tujuan Sebagai pedoman dan acuan bagi bidan / perawat dalam
pengambilan sampel darah pada bayi sesuai prosedur
Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi
III. Kebijakan Alat dan bahan
IV. Prosedur
 Sarung tangan bersih
 Kasa atau bulatan kapas yang direndam dalam larutan
antiseptik (misal klorheksidin atau iodine povidon 2,5%)
 Kasa steril kering
 Plester tipis
 Jarum no 21 dan 23 atau jarum sayap no 23 dan 25
 Semprit dengan ukuran sesuai dengan jumlah darah yang
dibutuhkan; semprit tidak diperlukan untuk teknik “broken
needle”
 Tabung penampung darah
Prosedur
 Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
 Ikuti petunjuk baku tindakan antiseptik Tentukan vena
 Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
 Seorang asisten membantu dengan melingkarkan jari telunjuk
dan ibu jari lengan bayi di atas tempat yang akan ditusuk
Jarum kupu-kupu dan semprit
 Bersihkan kulit diatas vena dengan usapan alkohol atau kasa
steril yang direndam larutan antiseptik lalu keringkan
 Pasang jarum pad semprit
 Pegang semprit dengan satu tangan, masukkan jarum melalui
kulit dengan sudut kira - kira 150 dengan lubang jarum
menghadap keatas
 Tarik tuas semprit perlahan pada saat jarum telah mencapai
sasaran
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH

RSU TERE MARGARETH


Prosedur Tetap No. Dokumen
SPO/RSTM/001/04/13
No. Revisi
0
Halaman
2/4
 Bila darah mengalir ke dalam semprit, jangan mendorong
jarum lebih dalam
 Ambil darah secukupnya untuk melakukan pemeriksaan yang
diperlukan
 Setelah darah diambil :
 Asisten melepaskan tekanan
 Lepas jarum dan tekan bekas tusukan dengan lembut
menggunakan kasa steril selama beberapa menit untuk
mencegah memar
 Jika menggunakan tabung terbuka, lepas jarum dari semprit
sebelum memindahkan darah ke dalam tabung untuk
mencegah hemolisis darah
 Buang jarum dan semprit yang telah dipakai, untuk mencegah
infeksi nosokomial
 Catat jumlah darah yang telah diambil
Jarum tanpa semprit
Jarum dapat digunakan tanpa semprit, tetapi hal ini mungkin
kurang bersih dan tidak steril sehingga cara ini tidak cocok bila
digunakan untuk kultur kuman.
 Gunakan jarum sekali pakai dan tepat ukurannya
 Yakinkan bahwa tabung penampung sampel darah mudah
diraih
 Tentukan lokasi vena di kaki/tangan
 Bersihkan kulit diatas vena dengan usapan alkohol atau kasa
yang direndam larutan antiseptik lalu keringkan
 Masukkan jarum ke dalam kulit dengan sudut kira-kira 15 0
dengan lubang jarum menghadap ke atas, sampai darah
keluar dengan cepat.
 Bila darah keluar sangat pelan, tarik kembali jarum keluar
dengan pelan dan lembut atau dorong ke dalam
 Pegang tabung penampung sampel dibawah jarum, hati-
hati jangan sampai menyentuh tabung maupun ujung
jarum.
 Tampung darah dalam tabung
 Ambil darah secukupnya dalam sekali pengambilan untuk
melakukan semua pemeriksaan yang diperlukan
 Setelah darah diambil, cabut jarum pelan-pelan dan minta
asisten menekan bekas tusukan dengan lembut menggunakan
kasa steril kering selama beberapa menit untuk mencegah
memar
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH

RSU TERE MARGARETH


Prosedur Tetap No. Dokumen
SPO/RSTM/001/04/13
No. Revisi
0
Halaman
3/4
 Buang jarum sesuai dengan yang direkomendasikan dalam
tindakan pencegahan infeksi
 Catat jumlah darah yang telah diambil.
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH KAPILER (TUSUKAN
TUMIT)
Jika membutuhkan sampel darah dalam jumlah sedikit atau
kesulitan mengambil sampel darah vena, dapat dilakukan
pengambilan darah kapiler melalui tumit.
Cara ini digunakan pada pemeriksaan :
 Glukosa darah
 Bilirubin
 Hemoglobin
 Hematokrit
 Analisis gas darah

Alat dan vahan


 Sarung tangan bersih
 Kasa atau kapas yang direndam dalam larutan antiseptik (misal
klorheksidin atau iodine povidon 2.5 %)
 Kapas atau kasa kering
 Plester tipis
 Lanset (bila tidak tersedia, gunakan jarum no. 24)
 Tabung kapiler atau gelas tabung yang sesuai

Prosedur
 Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
 Hangatkan tumit untuk meningkatkan aliran dengan menepuk
dengan lembut selama 3 menit
 Cuci tangan dan pakai sarung tangan
 Bersihkan kulit tumit dengan kapas atau kasa yang telah
direndam dalam larutan antiseptik, kemudian biarkan
mengering
 Lipat punggung kaki ke atas dan pertahankan posisi tersebut
dengan satu tangan
 Remas tumit secukupnya sampai tampak kemerahan (jika
terlalu kuat, akan berubah menjadi pucat)
 Tusuk kulit secara lembut dengan lanset (kedalaman 1-2 mm):
 Di lateral atau medial tumit
 Jangan di telapak kaki karena resiko infeksi
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH

RSU TERE MARGARETH


Prosedur Tetap No. Dokumen
SPO/RSTM/001/04/13
No. Revisi
0
Halaman
4/4
 Jika memungkinkan jangan menusuk di tempat yang
sama dengan sebelumnya.
 Remas tumit secara lembut untuk melancarkan aliran darah.
Hindari meremas secara berlebihan, karena bisa
menyebabkan luka memar dan dilusi darah dengan cairan
jaringan, dan akan memberikan hasil yang tidak akurat
 Tampung darah dalam tabung secukupnya untuk
pemeriksaan yang diperlukan
 Sesudah cukup banyak darah yang ditampung, tekan bekas
tusukan dengan kasa steril selama beberapa menit untuk
mencegah memar. Terakhir bekas tusukan ditutup kasa
steril dan plester tipis
 Catat jumlah darah yang telah diambil

V. Unit Terkait VK
PENGUKURAN KADAR
GLUKOSA DARAH

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/1
Ditetapkan,
Prosedur Tetap Direktur
Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Tata cara pengukuran kadar glukose darah pada bayi untuk
pemeriksaan, penegakan diagnosa dan program terapi/pengobatan.
Sebagai acuan bagi bidan / perawat dalam melakukan pengukuran
kadar glukosa darah pada bayi sesuai prosedur
II. Tujuan
Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi
III. Kebijakan
Ukur glukosa darah menggunakan cara pemeriksaan yang sudah
IV. Prosedur baku. Apabila tidak tersedia, gunakan cara kertas strips reagens
untuk bayi baru lahir. Perlu diingat bahwa penggunaan kertas
dengan reagen hasilnya biasanya lebih rendah 0,5 – 1 mmol / l.
 Baca petunjuk pemeriksaan
 Ambil sampel darah kapiler
 Teteskan satu sampai dua tetes darah sampai menutup
semua area (biasanya ada di ujung kertas strip)
 Biarkan selama satu menit
 Hapus atau siram dengan air mengalir, tergantung petunjuk
yang ada
 Perkirakan kadar glukosa darah :
 Bandingkan warna pada strip dengan grafik warna
(biasanya ada pada wadah strip reagen) untuk
memperkirakan kadar glukose darah
 Perbaiki akurasinya menggunakan reflektan meter
(disediakan oleh pabrik strip reagen) bila tersedia,
untuk membaca perubahan warna pada strip reagen.
 Bila kadar glukosa < 45 mg / dl atau 2,6 mmol / l, segera
obati sebagai hipoglikemi, lihat SOP Hipoglikemia.
 Bila kadar glukosa < 25 mg / dl atau 1.1 mmol / l, periksa
ulang kadar glukosa darah di laboratorium dan tangani
segera
V. Unit Terkait
1. VK
2. Laboratorium
PEMBERIAN SUNTIKAN

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/5
Ditetapkan,
Prosedur Tetap Direktur
Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Tata cara pemberian suntikan baik secara intramusculus, subcutan,
intravena, intracutan pada anak untuk memberikan obat atau terapi
pengobatan.

II. Tujuan Sebagai acuan bagi bidan / perawat dalam pemberian suntikan pada
bayi sesuai prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi di


RSU TERE MARGARETH
IV. Prosedur
PEMBERIAN SUNTIKAN
SUNTIKAN INTRAMUSKULAR (I M)
Lokasi penyuntikan IM
 Muskulus quardriseps pada bagian antero-lateral paha (lebih
dipilih karena risiko kecil terinjeksi secara Intravena atau
mengenai tulang femur dan jelas pada nervus skiatikus)
 Muskulus deltoideus (mengandung sedikit lemak atau jaringan
subkutan sehingga memudahkan penyuntikan). Area ini
digunakan hanya untuk pemberian imunisasi bukan untuk
pemberian obat lain.
 Muskulus gluteus pada bokong. Tempat ini hanya digunakan bila
tempat lain tidak bisa disuntik. Daerah otot gluteus sulit diinjeksi
secara Intramusculus karena adanya lemak dan jaringan subkutan,
serta secara anatomi terdapat jaringan vaskular dan syaraf. Bila
menggunakan area ini, gunakan hanya otot bagian atas kuadran
luar, dan selalu lakukan aspirasi sebelum menyuntik.
Bahan dan alat
 Kasa alkohol atau bulatan kapas yang telah direndam dalam
larutan antiseptik (misal klorheksidin atau iodine povidon 2,5 %)
 Jarum steril no. 22 dengan panjang jarum 1 inci
 Semprit steril 3 ml
 Bulatan kapas steril
 Pilih daerah otot yang akan disuntik
PEMBERIAN SUNTIKAN

RSU TERE MARGARETH


Prosedur Tetap No. Dokumen
SPO/RSTM/001/04/13
No. Revisi
0
Halaman
2/5
 Bersihkan daerah suntikan dengan kasa atau bulatan kapas yang
telah direndam dalam larutan antiseptik dan biarkan mengering
 Isap obat yang akan disuntikan ke dalam semprit dan pasang
jarumnya
 Yakinkan bahwa jenis dan dosis obat yang diberikan sudah tepat
 Bila memungkinkan pegang bagian otot yang akan disuntik
dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk
 Dengan satu gerakan cepat, masukkan jarum tegak lurus melalui
kulit
 Tarik tuas semprit perlahan untuk meyakinkan bahwa ujung
jarum tidak menusuk dalam vena
 Bila dijumpai darah :
 Cabut jarum tanpa menyuntikkan obat
 Pasang jarum steril yang baru ke semprit
Pilih tempat penyuntikan yang lain
 Ulangi prosedur diatas
 Bila tidak dijumpai darah, suntikan obat dengan tekanan kuat
dalam waktu 3 – 5 detik.
 Bila telah selesai, tarik jarum dengan sekali gerakan halus dan
tekan dengan bola kasa steril kering
 Catat tempat penyuntikan ini dan pilih tempat lain untuk
penyuntikan berikutnya.

PENYUNTIKAN SUBCUTAN
Bahan dan alat
 Kasa alkohol atau bulatan kapas yang telah direndam dalam
larutan antiseptik (mislanya klorheksidin atau iodine povidon 2.5
%).
 Dua jarum steril 1 inci atau yang lebih kecil yang dapat
mengalirkan cairan dengan lancar (jarum nomor 22 – 24)
 Dua semprit steril (ukuran 1 – 3 ml) atau yang lebih kecil yang
mempunyai petunjuk dosis yang tepat
 Bulatan kapas steril
 2 ml cairan Intravena
Bahan dan alat
 Kasa alkohol atau bulatan kapas yang telah direndam dalam
larutan antiseptik (misal klorheksidin atau iodine povidon 2,5 %)
 Jarum steril no. 22 dengan panjang jarum 1 inci
 Semprit steril 3 ml
PEMBERIAN SUNTIKAN

RSU TERE MARGARETH


Prosedur Tetap No. Dokumen
SPO/RSTM/001/04/13
No. Revisi
0
Halaman
3/5
 Bulatan kapas steril
 Pilih daerah otot yang akan disuntik
 Bersihkan daerah suntikan dengan alkohol atau bulatan kapas yang
telah direndam dalam larutan antiseptik dan biarkan mengering
 Isap obat yang akan disuntikan ke dalam semprit dan pasang
jarumnya
 Yakinkan bahwa jenis dan dosis obat yang diberikan sudah tepat
 Bila memungkinkan pegang bagian otot yang akan disuntik dengan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk
 Dengan satu gerakan cepat, masukkan jarum tegak lurus melalui
kulit
 Tarik tuas semprit perlahan untuk meyakinkan bahwa ujung jarum
tidak menusuk dalam vena
 Bila dijumpai darah :
 Cabut jarum tanpa menyuntikkan obat
 Pasang jarum steril yang baru ke semprit
 Pilih tempat penyuntikan yang lain
 Ulangi prosedur diatas
 Bila tidak dijumpai darah, suntikan obat dengan tekanan kuat
dalam waktu 3 – 5 detik.
 Bila telah selesai, tarik jarum dengan sekali gerakan halus dan
tekan dengan bola kasa steril kering
 Catat tempat penyuntikan ini dan pilih tempat lain untuk
penyuntikan berikutnya.

PENYUNTIKAN INTRAVENA
Petunjuk ini digunakan untuk pemberian injeksi melalui Intravena
pada bayi yang sudah terpasang jalur Intravena dan tidak digunakan
bila obat dicampur dengan cairan Intravena dalam botol infus.

Bahan dan alat


 Kasa alkohol atau bulatan kapas yang telah direndam dalam larutan
antiseptik (mislanya klorheksidin atau iodine povidon 2.5 %).
 Dua jarum steril 1 inci atau yang lebih kecil yang dapat
mengalirkan cairan dengan lancar (jarum nomor 22 – 24)
 Dua semprit steril (ukuran 1 – 3 ml) atau yang lebih kecil yang
mempunyai petunjuk dosis yang tepat
 Bulatan kapas steril
 2 ml cairan Intravena
PEMBERIAN SUNTIKAN

RSU TERE MARGARETH


Prosedur Tetap No. Dokumen
P/IV/186/04/13
No. Revisi
0
Halaman
4/5
 Hentikan tetesan infus
 Pilih area pada pipa infus Intravena yang dapat untuk
memberikan injeksi Intravena yang paling dekat dengan
insersi kanula (misalnya pada katup atau konektor karet)
 Bersihkan area ini dengan kasa alkohol atau bulatan kapas
yang sudah direndam dalam larutan antiseptik kemudian
biarkan keringkan
 Isap obat yang akan disuntikkan ke dalam semprit dan
pasang jarum
 Yakinkan bahwa jenis dan dosis obat sudah tepat
 Bila jalur Intravena sudah terpasang dan infus berjalan
lancar (tidak bermasalah), suntikkan bahan pelan-pelan
selama 2 menit, amati area penyuntikan untuk melihat
kemungkinan terjadi pembengkakan yang menunjukkan
bahwa kateter telah lepas atau keluar dari vena
 Bila ragu - ragu apakah kateter masih berada di dalam
vena, lakukan hal berikut :
 Bilas jalur Intravena dengan 2 ml cairan Intravena,
amati area penyuntikan untuk melihat kemungkinan
terjadi pembengkakan yang menunjukkan bahwa
kateter telah lepas atau keluar dari vena
 Bila kateter masih berada di dalam vena, suntikan obat
pelan-pelan selama 2 menit, amati area penyuntikan
untuk melihat kemungkinan terjadi pembengkakan.
 Buka kembali tetesan infus

PENYUNTIKAN INTRADERMAL
Hanya digunakan untuk pemberian vaksin BCG dan untuk
pemberian pertama anestesi lokal untuk insisi dan drainase
abses.
Bahan dan alat
 Kasa alkohol atau bulatan kapas yang telah direndam
dalam larutan antiseptik (misalnya klorheksidin atau iodine
povidone 2,5 %)
 Jarum steril no. 25 atau 27, panjang jarum 5/8 inci
 Semprit tuberkulin steril (1 ml)
 Bulatan kapas steril
PEMBERIAN SUNTIKAN

RSU TERE MARGARETH


Prosedur Tetap No. Dokumen
SPO/RSTM/001/04/13
No. Revisi
0
Halaman
5/5
Prosedur
 Pilih daerah tempat penyuntikan
 Bersihkan kulit dengan kasa alkohol atau bulatan kapas
yang telah direndam dalam larutan antiseptik (misalnya
klorheksidin atau iodine 2,5 %) dan biarkan mengering.
 Isap obat yang akan disuntikkan (khususnya yang
berkapasitas 0,1 ml) ke dalam semprit menggunakan jarum
no. 21
 Pastikan obat dan dosis yang diberikan sudah tepat
 Ganti jarum no 21 dengan jarum no 25 atau 27
 Pegang semprit dan jarum dalam posisi paralel dengan
kulit, dengan lubang jarum menghadap ke atas
 Angkat kulit sedikit dengan menggunakan ujung jarum dan
masukkan jarum perlahan sampai seluruh lubang jarum
masuk ke dalam kulit.
 Suntikkan obat dengan tekanan kuat selama 3-5 detik (akan
terasa ada tahanan) dan kulit akan terlihat sedikit menonjol.
Bayi mungkin akan menangis selama penyuntikan intra
dermal ini dan kadang menimbulkan rasa sedikit terbakar
karena cara tersebut akan memisahkan lapisan kulit dan
menghasilkan bentuk “peau d’orange” pada tempat
suntikan
 Setelah selesai, tarik jarum dengan sekali gerakan halus dan
tempat suntikan ditekan dengan bulatan kapas steril kering.

1. Ruang VK
2. Ruang Perinatal
V. Unit Terkait
TRANSFUSI TUKAR

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/8
Ditetapkan,
Prosedur Tetap Direktur
Tanggal Terbit
15/02/2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian
Tata cara melakukan transfusi tukar untuk menurunkan kadar
II. Tujuan bilirubin serum, menurunkan risiko kerusakan otak dan kernikterus
dan mengganti sel darah merah yang tersensitisasi dan antibodi yang
beredar dalam sirkulasi darah serta mengurangi destruksi sel darah
III. Kebijakan merah
Sebagai acuan bagi bidan / perawat dalam melakukan transfusi tukar
pada bayi sesuai prosedur
IV. Prosedur Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi di
RSU TERE MARGARETH
PERALATAN
 Set transfusi darah
 Paket darah/cairan yang telah dihangatkan
 Kantong untuk menampung darah yang dikeluarkan
 Selang infus yang dihubungkan dengan penghangat darah
 Tabung untuk pemeriksaan darah dan formulir permintaan
pemeriksaan
 Formulir isian transfusi tukar
 Kain steril berwarna hijau
 Linen
 Obat
 5 ampul heparin
 Kalsium khlorida/kalsium glukonas
 Kateter umbilikus (2) atau set alat jalur Intravena atau set alat
jalur arterial dengan transduser – pilihan tergantung cara mana
yang digunakan
 Masker / baju steril / sarung tangan steril.

MEJA RESUSITASI
 Balon/sungkup/alat isap dengan kateter ukuran Fr 8 atau Fr 10
 Alat monitor respirasi dengan grafik gelombang (bila tersedia)
 Alat monitor tekanan darah
 Cek identitas bayi dengan lembar catatan medis dokter
TRANSFUSI TUKAR

RSU TERE MARGARETH


Prosedur Tetap No. Dokumen
SPO/RSTM/001/04/13
No. Revisi
0
Halaman
2/8
 Cek darah dengan lembar catatan medis dokter dan tanda
tangani form yang berisi tentang informasi tersebut
 Pastikan orang tua bayi telah menandatangani surat
persetujuan tindakan
 Selama melakukan transfusi tukar melalui jalur perifer, tugas
perawat hanya mengeluarkan darah dari jalur arterial.
PEMERIKSAAN DARAH SEBELUM TRANSFUSI TUKAR
 Darah tali pusat : Coombs direk; Hb; laju endap darah
 Darah bayi : ABO dan faktor Rh; Coombs direk (bila tidak
dilakukan pada darah tali pusat); laju endap darah
 Darah ibu: Coombs indirek bila ABO
 Lain-lain: golongan darah dan faktor Rh; pemeriksaan
antibodi bila Rh negatif; faktor Rh ayah

JENIS DARAH
 Pada penyakit hemolitik karena Rh, gunakan darah segar
golongan O dengan Rh negatif. Darah ini tidak mempunyai
antigen sehingga tidak dihemolisis oleh antibodi dari ibu
yang masih ada dalam sirkulasi.
 Bila bayi (yang darahnya tersensitisasi) belum lahir, sediakan
darah golongan O dengan Rh negatif dan direaksi silang lagi
dengan darah ibu. Bila bayi sudah lahir, darah harus direaksi
silang lagi dengan darah bayi.
 Pada inkompatibiltas ABO golongan O negatif, Rh spesifik,
darah mengandung antibodi dengan kadar rendah yang bisa
sebagai pencetus setiap antibodi dari ibu
 Transfusi berikutnya harus diberikan menggunakan darah
yang kompatibel dengan darah ibu maupun bayi.

FORMULA
 Sel darah merah yang dikeluarkan dari bayi sekitar 85 %.
Setelah selesai transfusi tukar, kadar bilirubin seharusnya
sekitar 50 % dari kadar sebelum transfusi tukar. Kadarnya
akan naik kembali sampai sekitar 2 / 3 dari kadar sebelum
transfusi setelah 4 jam. Risiko kematian 0,5 %.
TRANSFUSI TUKAR

RSU TERE MARGARETH


Prosedur Tetap No. Dokumen
SPO/RSTM/001/04/13
No. Revisi
0
Halaman
3/8
DARAH YANG DIGUNAKAN UNTUK TRANSFUSI TUKAR
 Darah lengkap dengan antikoagulan citrate phosphate dextrose
(CPD)
 Darah segar kurang dari 24 jam untuk bayi sakit atau hydropic
 Untuk bayi dengan keadaan lain, darah kurang dari 48 jam

BAHAN ANTIKOAGULAN
 Bahan antikoagulan dan darah yang disimpan akan menghasilkan
perubahan metabolik selama dan sesudah transfusi tukar.
 Citrate Phosphate Dextrose (CPD) akan mengikat ion kalsium dan
magnesium serta secara bermakna akan menekan kation tersebut.
Hipomagnesia yang terjadi sementara ini tidak ada hubungannya
dengan keadaan klinis. Depresi terhadap ion kalsium dapat
menimbulkan efek terhadap jantung pada interval Q-T (lebih besar
dari 0.2 detik).
 Transfusi tukar dapat dilakukan dengan atau tanpa memberi
tambahan kalsium tanpa ada perbedaan yang bermakna. Tetani
secara klinis jarang terjadi selama transfusi tukar yang biasanya
akibat kadar ion kalsium yang terlalu rendah.
 Kadar glukosa yang tinggi pada CPD dapat merangsang sekresi
insulin pada bayi dan selanjutnya mengakibatkan hipoglikemia
setelah transfusi. Hipoglikemia biasanya terjadi antara 30 menit – 2
jam setelah transfusi tukar.
 Kadar asam dalam CPD kurang dari setengah kadar asam dalam
Acid CitrateDextrose (ACD) dan kadar pH nya sama setelah tujuh
hari. (ACD mempunyai pH 6,7 setelah 2-3 hari), karena alasan
tersebut dianjurkan untuk memilih CPD.

PERSIAPAN TINDAKAN
Persiapan alat :
 Letakkan bayi pada ruang dengan suhu netral dan pasang alat
monitor suhu
 Balon dan sungkup resusitasi dengan ukuran yang sesuai dilengkapi
dengan pipa oksigen
 Alat pengisap terpasang dan dapat berfungsi dengan baik. Cek
tekanannya
 Hati-hati meletakkan meja resusitasi
TRANSFUSI TUKAR

RSU TERE MARGARETH


Prosedur Tetap No. Dokumen
SPO/RSTM/001/04/13
No. Revisi
0
Halaman
4/8
 Alat pengukur tekanan darah
 Formulir transfusi tukar neonatus
 Formulir untuk pemeriksaan hematologi dan alat penyimpanan
bahan-bahan kimia (Hemoglobin, hematokrit, laju endap darah,
elektrolit, kalsium, BSL)
 Selang Intravena terhubung dengan penghangat darah.
 Set alat transfusi
 Set alat penghangat darah
 Kantong untuk menampung darah yang dikeluarkan
Persiapan pasien
 Pasangan alat monitor kardiorespirasi, set alarmnya, dan pastikan
monitor dan alarmnya bekerja. Bila tidak tersedia peralatan tersebut,
lakukan pemeriksaan tanda vital secara ketat setiap 15 menit
 Keluarkan isi lambung dengan pipa ukuran Fr 8 dan biarkan pipa
terbuka
 Bila bayi dalam proses pemberian oksigen, pasang monitor kadar
oksigen pada bayi selama transfusi tukar berlangsung, lakukan
kaliberasi dengan benar dan cek dengan hasil analisis gas darah
sebelum dilakukan transfusi tukar. Set alarm yang sesuai untuk bayi.
 Neonatus sakit dengan asfiksia, hipoglikemia, asidosis dan gangguan
suhu perlu mendapat perhatian sebelum dilakukan transfusi tukar
 Fiksasi bayi supaya tidak bergerak
 Selalu terpasang alat monitor suhu selama dilakukan tindakan
 Pasang kantong urine dan amati jumlah pengeluaran urine.
 Hal ini juga akan membantu menjaga lingkungan tetap bersih dan
kering.
Pengamatan dasar :
 Temperatur
 Denyut janting di apeks
 Respirasi
 Tekanan darah
 Dekstrostiks
 Lingkar perut
 Urinalisis dan specific gravity
 Lihat adanya darah dalam tinja bila mungkin
 Catat warna, tonus dan gerakan bayi
TRANSFUSI TUKAR

RSU TERE MARGARETH


Prosedur Tetap No. Dokumen
SPO/RSTM/001/04/13
No. Revisi
0
Halaman
5/8
TINDAKAN SELAMA TRANSFUSI
 Transfusi tukar dilakukan dengan menggunakan kateter yang
dilengkapi dengan kran 3 jalur
 Darah dikeluarkan dari bayi sejumlah 5-20 ml / kali dalam siring
dan alirkan ke jalur pembuangan dengan merubah arah kran
 Darah donor blood dihangatkan pada suhu 36,7 – 370 C, diisap ke
dalam siring dan transfusikan ke tubuh bayi perlahan-lahan, juga
dengan merubah arah kran
 Melakukan transfusi tukar setiap 5 – 10 ml sama efisiennya
dengan 20 ml. semakin banyak setiap kali pengambilannya
semakin besar penurunan kadar bilirubinnya tetapi semakin besar
pula kadarnya akan kembali naik. Begitu juga sebaliknya.
 Mengeluarkan 20 ml darah pada bayi 3000 g dapat menyebabkan
deplesi akut volume darah dan berakibat penurunan curah jantung
dan tekanan darah, terutama bila dilakukan terlalu cepat.
 Karena sistem kardiovaskuler memerlukan adaptasi terhadap
proses pertukaran, dengan menginfuskan volume darah yang sama
akan mengembalikan proses adaptasi tersebut. Pengambilan
jumlah darah yang lebih sedikit dapat mengurangi stres pada
mekanisme kardiovaskuler bayi.
 Darah harus di goyang dengan lembut selama tindakan transfusi
tukar karena sel darah merah akan mengendap dengan cepat.
Pengendapan darah dapat berakibat transfusi menggunakan darah
yang relatif anemik pada akhir prosedur.
 Hal yang sangat penting dicatat dengan benar adalah jumlah darah
yang sudah dikeluarkan diganti dengan sejumlah darah yang
ditransfusikan.
 Tanda vital : temperatur, denyut jantung apex, respirasi, suhu
darah; dicatat setiap 15 menit selama prosedur dan segera catat
setiap kali ada perubahan pada tanda vital atau warna kulit bayi
atau aktivitas bayi.
Prosedur yang dilakukan perlahan lebih aman dan efisien (100 ml / 15
menit)
Prosedur metode umbilikal :
 Siapkan darah golongan O dengan kadar antigen terendah
(minimal) sebanyak 150-180 ml / kg berat badan dan dihangatkan
pada suhu udara ruangan selama 1 jam.
TRANSFUSI TUKAR

RSU TERE MARGARETH


Prosedur Tetap No. Dokumen
SPO/RSTM/001/04/13
No. Revisi
0
Halaman
6/8
 Siapkan peralatan transfusi tukar steril 1 set, tabung oksigen, alat
isap dan alat resusitasi neonatal
 Pasien boleh diberi makan pada saat transfusi tukar karena dengan
puasa bisa meningkatkan serum NEFA (kompetitor ikatan
bilirubin pada albumin dan mempertinggi sirkulasi enterohepatik
bilirubin). Sebelum melakukan prosedur, perut bayi dikosongkan
dengan menggunakan kateter nasogastrik.
 Usahakan lingkungan ruangan yang hangat
 Tangan dan kaki bayi ditahan/difiksasi
 Monitor suhu kulit, denyut jantung dan tekanan darah (bila
memungkinkan)
 Sterilisasi daerah umbilikus dengan yodium povidon
 Tutup dengan kain steril kecuali daerah umbilikus
 Potong umbilikus ± 2 cm diatas pungtum. Bila pembuluh darah
tidak tampak, lakukan jahitan melingkar di pangkal pungtum
kemudian potong lagi sampai pungtum.
 Siangi pembuluh darah dari bekuan darah, kemudian masukkan
kateter Fr 5 atau Fr 8 yang telah diisi dengan NaCl menggunakan
spuit
 Masukkan kateter dengan kedalaman seusai grafik
 Lakukan aspirasi darah, bila berhasil masukkan NaCl ± 1 mL. jika
kateter tidak dapat dimasukkan ke vena umbilikalis (atau
umbilikus terinfeksi), dapat dilakukan irisan supraumbilikal atau
dimasukkan ke vena tibialis anterior atau vena safena.
 Tekanan vena harus dipertahankan antara 4-9 cm H2O selama
prosedur. Simpan 10 mL darah pertama untuk pemeriksaan
bilirubin dan hematologik lain
 Pasang alat infus dengan klep 3 jalur (2 buah) dihubungkan
dengan kantong darah dan pipa ekstension no. 2 untuk aliran
pembuangan darah.
 Isap darah bayi sebanyak 5 ml / kg (bisa sampai 20 ml), buang
melalui pipa pembuangan dengan merubah klep pipa.
 Isap darah donor 20 ml, transfusikan ke bayi dengan merubah
klep pipa secara pelan-pelan.
 Proses pertukaran harus dilaksanakan dalam waktu kira-kira 1 jam
dari penarikan pertama sampai penarikan terakhir.
 Setiap penukaran 100 ml darah lakukan evaluasi pasien adakah
tanda hipokalsemia (takikardia atau segmen Q-T memanjang pada
EKG). Bila ada, infuskan 1 ml kalsium
TRANSFUSI TUKAR

RSU TERE MARGARETH


Prosedur Tetap No. Dokumen
SPO/RSTM/001/04/13
No. Revisi
0
Halaman
7/8
glukonat 10 % perlahan-lahan sambil diobservasi agar tidak
terjadi bradikardia dan lakukan bilasan sebelum dan sesudah infus
kalsium.
 Simpan darah terakhir yang diisap untuk pemeriksaan bilirubin,
hematokrit, elektrolit serta untuk reaksi silang berikutnya.
 Setelah semua prosedur selesai, masukkan darah transfusi sesuai
kebutuhan bila dibutuhkan melakukan koreksi anemia. Tarik
kateter sedikit demi sedikit sambil diikat dengan benang zyde
yang telah diikatkan melingkar.
 Awasi tanda vital bayi setiap 15 menit dalam 1 jam dan setiap 30
menit dalam 2 - 3 jam berikutnya. Berikan minum lagi setelah 4
V. Unit Terkait
jam jika kondisi bayi stabil. Monitor gula darah 30 menit, 1 jam
dan 2 jam setelah transfusi tukar.

RISIKO SELAMA TRANSFUSI TUKAR


 Terlalu banyak darah yang diberikan dapat mengakibatkan gagal
jantung kongestif atau henti jantung.
 Kehilangan darah / perdarahan dapat mengakibatkan anemia
 Infeksi dapat diakibatkan oleh tindakan invasif
 Perforasi karena kateter, bila menggunakan cara umbilikal
 Gangguan keseimbangan elektrolit / metabolik – bahan pengawet
darah
 Emboli – udara atau darah

KOMPLIKASI
 Kesalahan darah
 Jumlah yang tidak tepat mengakibatkan gagal jantung kongestif
atau anemia
 Komplikasi vaskuler
 Hipoglikemia berulang
 Infeksi : bakteremia, hepatitis, CMV, HIV
 Emboli udara atau darah
 Suhu tidak stabil
 Perforasi usus karena kateter
 Enterokolitis nekrotikans
TRANSFUSI TUKAR

RSU TERE MARGARETH


Prosedur Tetap No. Dokumen
SPO/RSTM/001/04/13
No. Revisi
0
Halaman
8/8
TINDAKAN/PERAWATAN SETELAH TRANSFUSI
TUKAR
 Letakkan bayi dibawah alat fototerapi. Lanjutkan
pengamatan menggunakan alat monitor jantung untuk
melihat adanya perubahan gambaran gelombang EKG.
 Amati gerakan bayi dan tanda perdarahan dan infeksi di
tempat pemasangan kateter.
 Tekanan darah setelah prosedur selesai
 Tiap jam : temperatur, denyut jantung apex, respirasi,
selama enam jam. Bila stabil dan dalam batas normal,
setelah itu lakukan pengamatan rutin sesuai anjuran.
 Setiap tiga : jam periksa dekstrostiks selama 24 jam
 Ukur lingkar perut dan lakukan pengamatan rutin (tiap 3-
4 jam) selama 24 jam. Dengarkan suara usus.
 Peirksa urine : darah, pH, urinalisis
 Amati adanya darah dalam tinja
 Berikan minum per oral sesuai permintaan dokter
 Amati gejala intoleransi makanan : aspirat lambung,
muntah, distensi abdomen
 Buat laporan keperawatan pada formulir transfusi tukar
dan catat keadaan bayi selama prosedur
 Berikan penjelasan kepada orang tua bagaimana prosedur
berlangsung dan keadaan bayinya.
 Ambil sampel darah sesuai permintaan. Periksa laju
endap darah setiap 6 jam
 Ambil sampel darah untuk pemeriksaan kadar bilirubin.

VK
V. Unit Terkait
PUNGSI LUBAL

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/2
Ditetapkan,
Prosedur Tetap Direktur
Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Tata cara melakukan pemeriksaan cairan otak melalui pungsi lumbal,
yang bertujuan untuk mengkonfirmasi diagnosis pada bayi dengan
kecurigaan meningitis secara klinis (misalnya kejang, letargi berat,
tidak sadar, malas minum).

II. Tujuan Sebagai acuan bagi bidan / perawat dalam melakukan pungsi lumbal
pada bayi sesuai prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi di


RSU TERE MARGARETH
IV. Prosedur
BAHAN DAN ALAT
 Kain alas steril
 Sarung tangan yang didisinfeksi tingkat tinggi
 Kasa atau bulatan kapas yang direndam dalam larutan antiseptik
(misal klorheksidin atau povidon 2,5 %)
 Jarum spinal atau jarum intravena (no 22 - 24)
 Tabung gelas untuk menampung cairan
 Plester.

PERSIAPAN
 Siapkan semua peralatan yang diperlukan
 Ikuti petunjuk baku tindakan aseptik
 Siapkan peralatan untuk tindakan resusitasi, jika diperlukan
 Bila memungkinkan letakkan bayi di bawah pemancar panas dan
lepas pakaian bila tindakan pungsi sudah siap dilakukan.
 Posisikan bayi sebagai berikut :
 Minta asisten memegang bayi pada posisi duduk :
 Dengan kaki bayi lurus dan punggung melengkung
 Pastikan leher bayi sedikit ekstensi dan tidak fleksi ke
depan sampai menyentuh dada; bila leher terlalu fleksi dan
menyumbat jalan napas, bayi dapat berhenti bernapas.
 Sebagai pilihan lain, letakkan bayi miring menghadap asisten :
PUNGSI LUMBAL

RSU TERE MARGARETH


Prosedur Tetap No. Dokumen
SPO/RSTM/001/04/13
No. Revisi
0
Halaman
2/2
 Posisi bayi sedemikian rupa sehingga punggung bayi mendekat ke
tepi meja tempat pungsi lumbal dilakukan;
 Minta asisten meletakkan satu tangannya di belakang bahu dan
leher bayi, dan tangan lainnya di belakang paha untuk
mempertahankan tulang belakang pada posisi fleksi; pastikan
bahwa leher bayi sedikit ekstensi dan jangan fleksi ke arah dada
karena bisa menyumbat jalan nafas.
PROSEDUR
 Cuci tangan
 Bersihkan kulit di daerah tulang vertebra lumbal dan daerah sekitar
punggung dengan gerakan melingkar menggunakan kasa alkohol atau
bulatan kapas yang telah direndam dalam larutan antiseptik dan biarkan
mengering.
 Kenakan sarung tangan
 Tentukan tempat pungsi antrara prosesus lumbalis 4 dan 5. Titik tersebut
ditentukan setinggi krista iliaka (sebuah garis yang menghubungkan titik
tertinggi dari kedua krista iliaka melewati spina lumbalis ke - 4).
 Letakkan kain alas steril menutupi tubuh bayi sehingga hanya tempat
pungsi yang terbuka.
 Masukkan jarum di garis tengah, membuat sudut ke arah umbilikus
 Masukkan jarum secara perlahan-lahan kira-kira sedalam 1 cm. Bila
jarum memasuki ruang subarakhnoid akan terasa ringan
 Bila menggunakan stilet, cabut stilet dan letakkan diatas alas steril
 Bila mengenai tulang, jarum jangan dimasukkan lagi. Tarik jarum ke arah
kulit, dan masukkan lagi jarum ke atas ke arah umbilikus.
 Tampung cairan serebro spinal (CSS) :
 Tampung kira-kira 0,5 – 1 ml (sekitar 6 - 10 tetes) CSS ke dalam
setiap tabung
 Bila CSS tidak keluar, putar jarum pelan-pelan
 Bila CSS masih juga belum keluar, cabut jarum dan masukkan
kembali di antara lumbal 3 dan 4
 Bila CSS bercampur darah, kemungkinan jarum memasuki kanalis
spinalis dan menyebabkan perdarahan, segera ulangi prosedur dengan
menusuk pada area satu lumbal lebih tinggi (antara prosesus lumbalis
3 dan 4). Bila CSS tampak keruh, tampung CSS untuk pemeriksaan
kultur dan sensitivitas saja.
 Setelah selesai menampung CSS, masukkan kembali stilet ke jarum (bila
menggunakan jarum spinal) kemudian cabut jarumnya
 Minta asisten menekan langsung tempat pungsi dengan menggunakan
bulatan kapas steril sampai perdarahan atau aliran CSS berhenti
 Tutup tempat pungsi plester
V. Unit Terkait VK
INSISI DAN DRAINASE ABSES

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/2
Ditetapkan,
Prosedur Tetap Direktur
Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Tata cara melakukan insisi dan drainase abses sebagai proses
pengobatan dan terapi untuk mengeluarakan cairan atau eksudat dari
tubuh yang bersifat patologis.
Sebagai acuan bagi bidan / perawat dalam melakukan insisi dan
II. Tujuan drainase abses pada bayi sesuai prosedur

Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi di RSU


III. Kebijakan TERE MARGARETH

BAHAN DAN ALAT


IV. Prosedur  Sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat tinggi atau sarung
tangan steril
 Kasa alkohol atau bulatan kapas yang direndam larutan antiseptik
(misal klorheksidin atau iodine povidone 2,5 %)
 Lidi kapas (untuk swab) steril untuk pemeriksaan kultur
 Forsep jaringan steril
 Tampon steril
 Mata pisau steril
 Duk steril
 Semprit steril 10 ml
 Semprit steril 3 ml
 Jarum steril no. 25
 Anastesi lokal (larutan lignokain 0,5 %)
 Larutan garam fisiologis steril
PROSEDUR
 Siapkan bahan dan alat yang diperlukan
 Cuci tangan
 Kenakan sarung tangan
 Isi semprit 10 ml dengan larutan garam fisiologis dan lepas jarumnya
 Bersihkan daerah yang akan diinsisi secara hati-hati dengan kasa /
kapas yang direndam dengan larutan antiseptik dan biarkan
mengering
INSISI DAN DRAINASE ABSES

RSU TERE MARGARETH


Prosedur Tetap No. Dokumen
SPO/RSTM/001/04/13
No. Revisi
0
Halaman
2/2
 Tutup seluruh tubuh bayi dengan duk steril kecuali daerah
abses yang akan diinsisi
 Suntikkan anastesi lokal di sekitar abses.
 Masukkan obat anastesi lokal ke dalam semprit 3 mL
dan pasang jarum no 25;
 Suntikkan obat anastesi lokal secara intradermal sampai
terbentuk gelembung / benjolan kecil pada kulit
 Setelah satu menit, pasang jarum no. 22 ke semprit dan
suntikkan obat anestesi lokal di daerah sekitar abses.
 Setelah ditunggu sekitar dua menit sampai obat anestesi
memberi efek, lakukan insisi di daerah abses yang
berfluktuasi
 Ambil sampel pus menggunakan lidi kapas steril dan kirim
untuk pemeriksaan kultur dan sensitivitas
 Gunakan forsep jaringan untuk membuka kantung pus
 Siram abses dengan larutan garam fisiologis
 Masukkan tampon ke dalam kantung abses secara longgar
 Angkat tampon setelah 24 jam dan ganti dengan tampon
yang lebih kecil
 Bila masih ada nanah dalam kantung, masukkan tampon
kecil ke dalam kantung, keluarkan ujung tampon melalui
luka seperti sumbu yang memudahkan drainase sisa pus.
Angkat tampon ini setelah tiga hari.
 Bila tidak ada lagi nanah dalam kantung, angkat semua
tampon dan biarkan luka terbuka.

VK
V. Unit Terkait
PEMAKAIAN
DARAH DAN PRODUK
DARAH SECARA KLINIS
RSU TERE MARGARETH
No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/2
Ditetapkan,
Prosedur Tetap Direktur
Tanggal Terbit
29 April 2020

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


II. Pengertian Tata cara pemakaian darah dan produk darah secara baik dan benar
bagi bayi baru lahir sebagai proses terapi dan pengobatan sesuai
dengan pemenuhan kebutuhan tubuh.

III. Tujuan Sebagai pedoman dan acuan bagi bidan / perawat dalam pemakaian
darah dan produk darah secara klinis pada bayi sesuai prosedur

Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi di


IV. Kebijakan RSU TERE MARGARETH

MENGURANGI RISIKO TRANSFUSI


V. Prosedur  Pemberian transfusi produk darah dapat memberi risiko berupa
– Infeksi virus, seperti HIV atau Hepatitis B
– Infeksi bakteri (setiap produk darah dapat terkontaminasi
bakteri bila disiapkan atau disimpan dengan cara yang salah)
– Reaksi transfusi hemolitik berat
– Penyakit graft–versus–host
 Risiko akibat pemberian transfusi dapat dikurangi dengan :
– Pemeriksaan donor darah secara efektif, deferral dan eksklusi
– Skrinning darah donor terhadap penyakit dapat ditularkan
melalui transfusi (misal HIV / AIDS dan hepatitis)
– Pemeriksaan golongan darah secara teliti, uji kompatibilitas,
memisahkan komponen darah, serta cara penyimpanan dan
transportasi darah yang bermutu
– Memastikan bahwa bank darah mengikuti aturan untuk
penyimpanan darah secara aman
– Menggunakan darah dan produk darah yang sesuai
– Program pengendalian mutu
 Darah yang akan diberikan kepada bayi harus diuji silang baik
dengan darah bayi maupun dengan darah ibunya. Bila
memungkinkan pada saat mengirim sampel darah untuk
pemeriksaan golongan darah dan uji silang, harus selalu disertai
dengan sampel darah ibu.
 Di daerah dengan prevalensi malaria tinggi, berikan obat anti
malaria kepada bayi yang mendapat transfusi darah.
PEMAKAIAN
DARAH DAN PRODUK
DARAH SECARA KLINIS
RSU TERE MARGARETH
Prosedur Tetap No. Dokumen
SPO/RSTM/001/04/13
No. Revisi
0
Halaman
2/2

SKRINNING DARAH TERHADAP PENYAKIT


INFEKSI
 Lakukan skrining untuk setiap darah yang akan digunakan
sebagai donor terhadap kemungkinan adanya infeksi yang
dapat ditularkan melalui transfusi dengan menggunakan
pemeriksaan yang paling sesuai dan efektif, sesuai dengan
kebijakan nasional dan prevalensi penyebab infeksi yang
potensial diantara populasi donor.

 Semua darah donor harus diperiksa :


– Hepatitis B surface antigen (HbSag)
– HIV–1 dan HIV–2
– Antibodi Treponema pallidum (sifilis).

 Bila memungkinkan, semua darah donor juga harus


diperiksa :
– Hepatitis C;
– Penyakit Chagas (di negara dengan seroprevalensi
tinggi);
– Cytomegalovirus;
– Malaria (untuk negara dengan prevalensi rendah
terutama ditujukan pada donor yang melakukan
perjalanan ke daerah malaria).

 Darah atau produk darah tidak boleh digunakan untuk


transfusi sampai semua pemeriksaan yang diperlukan
hasilnya negatif.
 Lakukan uji kompatibilitas terhadap semua komponen
darah yang ditransfusikan meskipun dalam keadaan
darurat (dilakukan setelah permintaan darah).

VI. Unit Terkait 1. PMI (Palang Merah Indonesia)


2. Laboratorium
PASIEN DIRAWAT
DI KAMAR ISOLASI

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/1
Prosedur Tetap Ditetapkan,
Direktur
Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Tata cara atau prosedur merawat pasien isolasi ditujukan kepada
bayi yang perlu dipisahkan perawatannya dari bayi lain oleh
karena penyakitnya yang dapat ditularkan kepada orang lain atau
oleh sebab khusus perawatan penderita tidak dapat disatukan
dengan bayi lain
II. Tujuan Sebagai pedoman dan acuan bagi bidan / perawat dalam
perawatan pasien di kamar isolasi sesuai prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Antenatal dan Post - Natal
di RSU TERE MARGARETH
Prosedur Kamar isolasi disediakan sebanyak satu kamar untuk
IV. Prosedur
penderita penyakit menular dan satu kamar untuk isolasi.
A. Prosedur Isolasi Penderita Penyakit Menular
1. Perawatan penyakit menular ditujukan untuk mencegah
penularan penyakit kepada penderita lain
2. Penetapan jenis penderita penyakit menular akan
ditetapkan oleh konsulen ruangan
3. Penderita menandatangani persetujuan dirawat di kamar
isolasi
4. Perawatan isolasi harus dicatat lengkap dalam rekam
medik oleh dokter dan perawat yang bertanggung jawab
di kamar isolasi
B. Isolasi Penderita Tetanus Neonatorum
1. Perawatan tetanus neonatorum ditujukan untuk
mengurangi stimulus luar yang dapat merangsang
timbulnya kejang
2. Perawatan isolasi penderita dilakukan di kamar khusus
3. Penanganan kasus tetanus neonatorum ditangani divisi
Perinatologi bekerjasama dengan divisi Infeksi Tropis
Anak
1.Ruang VK
V. Unit Terkait 2.Ruang Rawat Perinatal
PROSEDUR MENERIMA PASIEN BARU
DI RUANG KEBIDANAN

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1 /2
Prosedur Tetap Ditetapkan,
Direktur
Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Tata cara atau prosedur pelayanan yang diberikan pada pasien yang datang
berkunjung ke ruang bersalin yang bertujuan membantu meringankan
keluhan pasien dengan memeriksa posisi dan menerima dengan ramah tamah,
agar proses penerimaan pasien baru di ruang bersalin berjalan baik, agar
pemeriksaan terhadap pasien baru dapat terlayani dengan cepat dan tepat.

Sebagai pedoman dan acuan bagi Bidan/Perawat dalam menerima pasien


II. Tujuan baru di ruang kebidanan sesuai prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Pasien di Ruang Perinatal

IV. Persiapan Alat 1. Timbangan


2. Spygnomanometer
3. Termometer
4. Doppler
5. Kapas sublimat
6. Nierbekken
7. Sarung tangan
8. Meteran

V. Prosedur 1. Receptiont mengantar pasien dan kartu berobat ke ruang bersalin


2. Bidan menerima pasien dan keluarga dengan ramah dan penuh perhatian
3. Bidan cuci tangan
4. Bidan memberitahukan pada pasien apa yang dilakukan
5. Bidan menganamnese, kemudian pasien diperiksa mulai dari berat
badan, vital sign, palpasi, auskultasi, inspeksi, periksa dalam bila perlu.
6. Bila mencatat hasil pemeriksaan pada catatan keperawatan.
7. Setelah selesai diperiksa keluarga dipersilahkan masuk dan dijelaskan
hasil pemeriksaan dan diberitahu jadwal kunjungan berikutnya.
8. Bila pasien berobat jalan, bidan membawa pasien konsultasi Dokter jaga
kemudian meresep obat.
9. Bidan membawa pasien ke apotek untuk menunggu obat dan boleh
pulang
10. Bila pasien opname bidan memberi penjelasan kepada pasien dan
keluarga bahwa pasien harus opname
PROSEDUR MENERIMA PASIEN BARU
DI RUANG KEBIDANAN

RSU TERE MARGARETH


Prosedur Tetap No. Dokumen
SPO/RSTM/001/04/13
No. Revisi
0
Halaman
2/2
11. Bidan melapor kepada receptiont dan meminta status opname
pasien dan keluarga diberi penjelasan mengenai tata tertib ruang
VK dan peraturan Rumah Sakit lainnya seperti ketentuan
administrasi, waktu pemeriksaan Dokter dan jadwal kegiatan rutin
ruang VK
12. Receptiont pesan kamar / ruang opname untuk pasien
13. Bidan membawa keluarga ke kamar pasien, pasien istirahat dan
observasi di ruang VK
14. Bidan menghubungi Dokter yang mengirim atau Dokter konsultan

1. Receptiont
VI. Unit Terkait 2. Ruang Bersalin
3. Ruang rawat inap nifas / anak
PROSEDUR PEMERIKSAAN
IBU HAMIL

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/2
Ditetapkan,
Prosedur Tetap Direktur
Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Tata cara atau prosedur pelayanan yang diberikan pada pasien yang datang
berkunjung ke ruang bersalin untuk memeriksakan kehamilannya yang
bertujuan untuk membantu meringankan keluhan pasien dengan memeriksa
posisi bayi dan menerima dengan ramah tamah, agar proses penerimaan
pasien baru di ruang bersalin berjalan baik, agar pemeriksaan terhadap pasien
baru dapat terlayani dengan cepat dan tepat

Sebagai pedoman dan acuan bagi Bidan/Perawat dalam melakukan


II. Tujuan pemeriksaan ibu hamil sesuai prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Pasien di Ruang Perinatal

IV. Persiapan Alat 1. Timbangan berat badan & pengukur panjang badan
2. Spygnomanometer
3. Termometer
4. Doppler
5. Kapas sublimat
6. Nierbekken
7. Sarung tangan
8. Meteran
V. Prosedur 1. Receptiont mengantar pasien dan kartu berobat ke ruang bersalin
2. Bidan menerima pasien dan keluarga dengan ramah dan penuh
perhatian
3. Bidan cuci tangan
4. Bidan memberitahukan pada pasien apa yang akan dilakukan
5. Bidan menganamnesa, kemudian pasien diperiksa mulai dari berat
badan, vital sign, inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi dan periksa
dalam bila perlu
6. Bidan mencatat hasil pemeriksaan pada catatan keperawatan
7. Setelah selesai diperiksa keluarga dipersilahkan masuk dan dijelaskan
hasil pemeriksaan dan beritahu jadwal kunjungan berikutnya
8. Bila pasien berobat jalan, bidan membawa pasien konsultasi ke Dokter
jaga kemudian meresep obat
9. Bidan membawa pasien ke apotek untuk menunggu obat dan boleh
pulang
10. Bila pasien opname, bidan memberi penjelasan kepada pasien dan
keluarga bahwa pasien harus opname
PROSEDUR PEMERIKSAAN
IBU HAMIL

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
Prosedur Tetap SPO/RSTM/001/04/13 0 2/2
11. Bidan melapor kepada receptiont dan meminta status
opname pasien dan keluarga diberi penjelasan mengenai
tat tertib ruang VK dan peraturan rumah sakit lainnya
seperti ketentuan administrasi, waktu pemeriksaan
Dokter dan jadwal kegiatan rutin ruang VK
12. Receptiont pesan kamar / ruang opname untuk pasien
13. Bidan membawa keluarga ke kamar pasien, pasien
(istirahat dan observasi di ruang VK)
14. Bidan menghubungi Dokter yang mengirim atau Dokter
konsultan

VI. Unit Terkait 1. Receptiont


2. Ruang Bersalin
3. Ruang Perawatan Nifas
PROSEDUR ASISTEN
DOKTER KEBIDANAN

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/2
Ditetapkan,
Prosedur Tetap Direktur
Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Tata cara mendampingi Dokter dalam melakukan pemeriksaan pasien
untuk mempermudah Dokter dalam melakukan anamnesa dan
pemeriksaan fisik terhadap pasien

II. Tujuan Sebagai pedoman dan acuan bagi Bidan / Perawat sebagai asisten
Dokter di ruang kebidanan sesuai prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Pasien di Ruang Perinatal

 Persiapan alat :
IV. Persiapan  Nierbekken
 Kapas cebok
 Kain kasa
 Leukoplas
 Timbangan
 Stetoscope
 Spygnomanometer
 Termometer
 Bethadine solution
 Cocor bebek
 Gunting
 Pinset cirurgis dan anatomi
 Lampu sorot
 Celemek
 Persiapan pasien :
 Memanggil pasien sesuai dengan data – data dengan sopan dan
ramah
 Mempersilahkan masuk dan duduk
 Memberitahu tindakan yang akan diberikan
1. Perawat / Bidan mencuci tangan
V. Prosedur 2. Membersihkan alat – alat yang sudah dibersihkan / steril
3. Perawat / Bidan mempersilahkan pasien duduk
4. Perawat / Bidan menemani Dokter dalam anamnesa
5. Perawat / Bidan menimbang berat badan pasien
PROSEDUR ASISTEN
DOKTER KEBIDANAN

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
Prosedur Tetap SPO/RSTM/001/04/13 0 2/2
6. Perawat / Bidan mempersilahkan pasien untuk berbaring di tempat
tidur
7. Perawat / Bidan mengukur vital sign
8. Perawat / Bidan membuka pakaian pasien sesuai dengan bagian
yang akan diperiksa Dokter
9. Perawat / Bidan memberitahu Dokter bahwa pasien sudah bisa
diperiksa
10. Perawat / Bidan memberitahu pasien apabila pemeriksaan sudah
selesai
11. Perawat / Bidan merapikan pakaian pasien
12. Perawat / Bidan membersihkan / merapikan alat – alat yang sudah
siap dipakai
13. Perawat / Bidan mencuci tangan
14. Perawat / Bidan mengingatkan kembali pasien dan jadwal kontrol
ulang
15. Perawat / Bidan mengantar resep ke apotek

VI. Unit Terkait 1. VK


2. Poliklinik Kebidanan
3. Rawat Inap Nifas
PROSEDUR ASISTEN DOKTER
DALAM MENOLONG PARTUS

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/2
Ditetapkan,
Prosedur Tetap Direktur
Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Tata cara mendampingi Dokter dalam proses pengeluaran hasil
konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup ke dunia luar dari rahim
melalui jalan lahir normal atau dengan jalan lain agar proses persalinan
berjalan dengan baik, lancar, memudahkan Dokter dalam persiapan
partus serta bila ada penyulit atau penghalang dalam proses persalinan
dapat segera ditangani

II. Tujuan Sebagai pedoman dan acuan bagi Bidan / Perawat sebagai asisten
Dokter dalam menolong partus sesuai prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Pasien di Ruang Perinatal


IV. Persiapan Alat  Trolly yang berisi :
 Bak instrument I berisi partus set antara lain :
 Sarung tangan 2 pasang
 Arteri klem pean 2 buah
 ½ kooher 1 buah
 Gunting episiotomi 1 buah
 Gunting tali pusat 1 buah
 Chateter metal / nelaton 1 buah
 Gunting benang 1 buah
 Nald 1 buah
 Pinset anatomis 1 buah
 Pinset chirurgis 1 buah
 Penjepit tali pusat 1 buah
 Alas bokong 1 buah
 Doek perineum 1 buah
 Bak instrument II berisi :
 Doek steril 2 buah
 Kasa steril
 Tampon steril 1 buah
 Nald hecting dan benag pada tempatnya
 Alat kesehatan lain :
 Celemek
 Bethadine solution dalam tempatnya
 Kapas sublimat dalam tempatnya
PROSEDUR ASISTEN DOKTER
DALAM MENOLONG PARTUS

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
Prosedur Tetap SPO/RSTM/001/04/13 0 2/2
V. Prosedur  Kapas alkohol dalam tempatnya
 Suction mulut dalam 1 set
 Nierbekken 1 buah
 Penampung darah 1 buah
 Com tempat plasenta 1 buah
 Alat suntik / obat yang digunakan dalam tempatnya
 Lampu sorot 1 buah
 Kapas cebok
1. Perawat / Bidan cuci tangan
2. Perawat / Bidan mendekatkan alat ke pasien
3. Perawat / Bidan membuat posisi litotomi atau sesuai dengan
kebutuhan pasien
4. Perawat / Bidan berada di samping kiri pasien untuk
menjagai ibu sewaktu mengedan
5. Setelah bayi lahir, Perawat / Bidan melap muka, mulut serta
menghisap lendir sampai menangis spontan
6. Membersihkan bayi kemudian mengikat tali pusat
7. Perawat / Bidan mengukur panjang badan, enimbang berat
badan serta memeriksa kelahiran
8. Perawat / Bidan membedong bayi dengan kain bedong
9. Memberikan bayi pada ibu untuk dipeluk dan disusukan
10. Perawat /Bidan mengikuti Dokter untuk melahirkan
plasenta serta memeriksa kelengkapan plasenta
11. Perawat / Bidan memberi suntikan advices Dokter
12. Perawat / Bidan membantu Dokter menghecting sampai
selesai
13. Perawat / Bidan membersihkan pasien dan memberishkan
peralatan
14. Perawat / Bidan cuci tangan
15. Perawat / Bidan membuat catatan dan pelaporan

VI. Unit Terkait Ruang VK


PROSEDUR ASISTEN DOKTER
UNTUK TINDAKAN CURETAGE

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/2
Ditetapkan,
Prosedur Tetap Direktur
Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Tata cara mendampingi Dokter dalam proses pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan agar terhindar
dari infeksi, mencegah terjadinya perdarahan yang hebat dan agar
proses kuretase berjalan dengan tepat

II. Tujuan Sebagai pedoman dan acuan bagi Bidan / Perawat sebagai asisten
Dokter untuk tindakan curetage sesuai prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Pasien di Ruang Perinatal

 Trolly yang berisi :


IV. Persiapan Alat  Sarung tangan 2 pasang
 Doek steril 2 buah
 Speculum 1 buah
 Tenaculum gigi ½ 1 buah
 Uterus sonde 1 buah
 Delatator hegar no. 6, 7, 8, 9, 10 masing – masing 1 buah
 Sendok curet tajam / tumpul
 Oval tang 1 buah
 Peritoneum klem 1 buah
 Kasa steril
 Alat kesehatan lain :
 Celemek
 Bethadine solution dalam tempatnya
 Kapas sublimat dalam tempatnya
 Kapas alkohol dalam tempatnya
 Suction mulut dalam 1 set
 Nierbekken 1 buah
 Penampung darah 1 buah
 Com tempat plasenta 1 buah
 Alat suntik / obat yang digunakan dalam tempatnya
 Lampu sorot 1 buah
 Kapas cebok
PROSEDUR ASISTEN DOKTER
UNTUK TINDAKAN CURETAGE

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
Prosedur Tetap SPO/RSTM/001/04/13 0 2/2
V. Prosedur 1. Perawat / Bidan menjelaskan pada ibu tentang apa yang
akan dilakukan
2. Perawat / Bidan mempersiapkan PTM
3. Perawat / Bidan mendekatkan alat – alat ke pasien
4. Perawat / Bidan mencuci tangan
5. Perawat / Bidan mmebuat posisi ibu litotomy
6. Perawat / Bidan melakukan kateterisasi
7. Perawat / Bidan melakukan vulva hygiene
8. Perawat / Bidan membantu memegang spekulum belakang
9. Perawat / Bidan memberi suntikan sesuai anjuran Dokter
10. Perawat / Bidan melakukan vulva hygiene
11. Perawat / Bidan membersihkan peralatan yang dipakai
12. Perawat / Bidan mencuci tangan
13. Perawat / Bidan mengobservasi pasien selama 2 jam
14. Perawat / Bidan membuat catatan dan tindakan yang
dilakukan kepada ibu

VI. Unit Terkait Ruang VK


PROSEDUR ASISTEN DOKTER
UNTUK TINDAKAN VAKUM

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/2
Ditetapkan,
Prosedur Tetap Direktur
Tanggal Terbit
29 April 2020

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Tata cara mendampingi Dokter dalam menggunakan alat yang
berguna untuk melahirkan janin dan digunakan hanya dalam
keadaan darurat untuk mempercepat proses persalinan dengan
mempercepat kala II, mencegah terjadinya kematian janin
dengan fetal dystress serta mengurangi angka kematian ibu dan
bayi
II. Tujuan Sebagai pedoman dan acuan bagi Bidan / Perawat sebagai
asisten Dokter untuk tindakan vakum sesuai prosedur
III. Kebijakan Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Pasien di Ruang Perinatal

IV. Persiapan Alat  Meja berisi :


 Alas bokong 1 buah
 Alas perut 1 buah
 Doek perineum 1 buah
 Sarung tangan 2 pasang
 Kasa steril
 Slym zuiger 1 buah
 Nelaton kateter 1 buah
 ½ kooher 1 buah
 Gunting episiotomi 1 buah
 Pean klem 1 buah
 Gunting benang 1 buah
 Nald 1 buah
 Gunting tali pusat 1 buah
 Pinset anatomis 1 buah
 Pinset chirurgis 1 buah
 Nald dan benang pada tempatnya
 Alat vakum (mangkok dengan berbagai ukuran, pipa
karet, rantai penghubung mangkok, botol penampung
cairan yang terisap, mamometer, pompa tangan
pengisap udara)
 Bethadine solution
 Kapas alkohol dalam tempatnya
 Kapas cebok
PROSEDUR ASISTEN DOKTER
UNTUK TINDAKAN VAKUM

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
Prosedur Tetap SPO/RSTM/001/04/13 0 2/2
 Celemek
 Nierbekken
 Lampu sorot
 Alat suntik dan obat yang diperlukan pada tempatnya

V. Prosedur 1. Perawat / Bidan cuci tangan


2. Perawat / Bidan mendekatkan peralatan ke pasien
3. Perawat / Bidan menjelaskan pada pasien, apa yang akan
dilakukan
4. Perawat / Bidan membantu Dokter memasang alat
vakum
5. Perawat / Bidan mulai menaikkan tekanan alat vakum
sesuai instruksi Dokter
6. Setelah kepala lahir tekanan alat vakum dilepaskan
7. Perawat / Bidan membantu Dokter melahirkan bayi
8. Setelah muka bayi lahir, Bidan melap muka dan mulut
9. Perawat / Bidan membebaskan jalan nafas bayi sampai
menangis spontan
10. Perawat / Bidan membersihkan bayi, menimbang,
mengukur panjang badan bayi
11. Perawat / Bidan membedong bayi supaya hangat
12. Perawat / Bidan memberikan bayi pada ibunya supaya
disusukan
13. Perawat / Bidan memeriksa kelengkapan plasenta
14. Perawat / Bidan membantu Dokter menghecting
15. Perawat / Bidan membereskan pasien serta
membersihkan peralatan
16. Perawat / Bidan mencuci tangan
17. Membuat catatan pelaporan dalam status dan rawatan
18. Melaksanakan terapi sesuai dengan program pengobatan
dari Dokter

VI. Unit Terkait Ruang bersalin


PROSEDUR MEMASANG
GURITA

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/1
Ditetapkan,
Prosedur Tetap Direktur
Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Tata cara Perawat / Bidan dalam memasang gurita bagi pasien selesai
melahirkan untuk memberi rasa nyaman bagi pasien

II. Tujuan Sebagai pedoman dan acuan bagi Bidan / Perawat dalam memasang
gurita pada pasien sesuai prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Pasien di Ruang Perinatal

 Alat :
IV. Persiapan  Gurita bersih

 Pasien :
 Perawat / Bidan menjelaskan kepada pasien tentang tindakan
yang akan dilakukan
 Memasang sampiran di sekeliling tempat tidur
V. Prosedur 1. Perawat / Bidan membawa alat – alat dan letakkan di dekat
pasien
2. Perawat mencuci tangan
3. Perawat / Bidan membantu pasien untuk tidur dalam posisi
terlentang
4. Perawat / Bidan membebaskan pakaian di daerah yang akan
dipasang gurita
5. Perawat / Bidan meletakkan gurita di bawah badan sesuai
kebutuhan
6. Perawat / Bidan mengikat tali gurita dengan cukup kuat dan
rapi
7. Perawat / Bidan merapikan pasien dan tempat tidur
8. Perawat / Bidan cuci tangan
9. Perawat / Bidan menulis pada catatan keperawatan tentang
VI. Unit Terkait tindakan dan reaksi pasien
1. Ruang Kebidanan
2. Ruang Nifas
3. Ruang Rawat Inap
PROSEDUR MENGANTAR PASIEN
KE RUANG RAWAT NIFAS

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/1
Ditetapkan,
Prosedur Tetap Direktur
Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Tata cara Perawat / Bidan dalam pemindahan pasien dari kamar bersalin setelah 2
jam post partum ke ruang rawat inap untuk memberikan rasa aman dan nyaman
kepada pasien serta mempererat hubungan ibu dan bayinya

Sebagai pedoman dan acuan bagi Bidan / Perawat dalam mengantar pasien ke
II. Tujuan ruang rawat nifas sesuai prosedur

Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Pasien di Ruang Perinatal


III. Kebijakan
 Alat :
IV. Persiapan  Brankard
 Com berisi sublimat
 Com berisi kacep sublimat
 Kateter metal
 Nierbekken
 Pakaian (baju, gurita, pembalut, pakaian dalam, kain sarung)
 Spygnomanometer
 Termometer
 Betsol dalam tempatnya
 Sarung tangan
V. Prosedur 1. Perawat / Bidan mencuci tangan
2. Perawat / Bidan mendekatkan peralatan kepada pasien
3. Perawat /Bidan memakai sarung tangan
4. Perawat / Bidan membersihkan vulva dengan kapas sublimat
5. Perawat / Bidan mengosongkan kandung kemih dan kemudian
membersihkan vulva kembali dan mengompres luka episiotomi dengan
bethadine solution
6. Membersihkan pasien dan mengenakan baju pasien
7. Memeriksa kontraksi rahim dari perdarahan jalan lahir
8. Mengukur vital sign
9. Membereskan peralatan yang dipakai
10. Perawat / Bidan mencuci tangan
11. Mencatat hasil pada buku catatan dan status pasien
12. Mengambil brankard untuk memindahkan pasien
13. Mengantar pasien ke ruangan nifas yang sebelumnya sudah dihubungi
14. Perawat / Bidan operan pasien kepada Perawat nifas untuk perawatan
selanjutnya
1. Ruang Kebidanan
2. Ruang Nifas
VI. Unit Terkait
PROSEDUR CARA MENGELUARKAN
ASI PADA IBU NIFAS

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/2
Ditetapkan,
Prosedur Tetap Direktur
Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Tata cara Perawat / Bidan untuk tindakan mengeluarkan ASI dari
mammae ibu supaya lancar untuk mencapai ASI eksklusif,
memberikan kenyamanan pada ibu serta sebagai persediaan /
cadangan nutrisi bayi.

II. Tujuan Sebagai pedoman dan acuan bagi Bidan / Perawat untuk
mengeluarkan ASI (Air Susu Ibu) pada ibu nifas sesuai prosedur

Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Pasien di Ruang Perinatal


III. Kebijakan
 Alat :
 Handuk bersih 3 buah
IV. Persiapan  Air hangat dalam tempatnya
 Botol / com tempat ASI (steril) beserta tutupnya
 Pompa ASI

 Dengan cara manual :


1. Perawat / Bidan mencuci tangan
V. Prosedur 2. Perawat / Bidan memberitahu tindakan yang akan dilakukan
pada ibu
3. Perawat / Bidan meletakkan handuk di bawah mammae
4. Payudara dibersihkan
5. Perawat / Bidan mengurut dari arah pangkal payudara secara
pelan – pelan
6. Kemudian tekan daerah aerola mammae dan tampung ASI
yang keluar, ulangi sampai beberapa kali sampai mammae
menjadi lembek dan kosong
7. Perawat / Bidan menyimpan ASI di dalam lemari es atau
langsung diberikan kepada bayi
8. Perawat / Bidan membersihkan puting susu, aerola mammae
dan mammae dengan handuk hangat
9. Kemudian mammae dilap dengan handuk bersih dan kering
10. Perawat / Bidan membersihkan dan merapikan alat – alat
dan memcuci tangan
PROSEDUR CARA MENGELUARKAN
ASI PADA IBU NIFAS

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
Prosedur Tetap SPO/RSTM/001/04/13 0 2/2
 Dengan cara pompa susu / breast pump :
1. Perawat / Bidan mencuci tangan
2. Perawat / Bidan memberitahu tindakan yang akan dilakukan
pada ibu
3. Perawat / Bidan meletakkan handuk di bawah mammae
4. Kemudian mammae dibersihkan lalu tabung karet
dikempeskan dan tabung gelas ditempelkan pada mammae
ibu
5. Lepaskan tekanan pada tabung karet sehingga tabung karet
mengembang maka ASI akan keluar
6. ASI akan terlihat pada tabung gelas / plastik
7. Ulangi beberapa kali kemudian ASI ditampung untuk
disimpan atau langsung diberikan kepada bayi
8. Membersihkan mammae dengan handuk basah yang hangat
9. Kemudian mammae dikeringkan dengan handuk bersih dan
kering
10. Perawat / Bidan merapikan dan membersihklan peralatan
11. Perawat / Bidan mencuci tangan

1. Ruang Kebidanan
2. Ruang Nifas
VI. Unit Terkait
PROSEDUR PERAWATAN / PENANGANAN
PERDARAHAN ANTENATAL

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/2
Ditetapkan,
Prosedur Tetap Direktur
Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Tata cara Perawat / Bidan untuk penanganan perdarahan antenatal
yang benar untuk mencegah komplikasi bahkan mencegah kematian
ibu
II. Tujuan Sebagai pedoman dan acuan bagi Bidan / Perawat untuk perawatan /
penanganan perdarahan antenatal sesuai prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Pasien di Ruang Perinatal

IV. Persiapan Alat  Meja steril berisi


 Sarung tangan 1 pasang
 Spekulum depan / belakang
 Kain kasa
 Bethadine solution
 Korentang
 Alat non steril :
 Nierbekken 1 buah
 Kasep dalam tempatnya
 Lampu sorot 1 buah
 Dopton / monoral
 Stetoscope
 Spygnomanometer
 Termometer
 Obat – obatan :
 Cairan infus
 Infus set
 Abocate
 Kapas alkohol
 Plester
 Gunting
 Bethadine zalf
PROSEDUR PERAWATAN /
PENANGANAN PERDARAHAN
ANTENATAL
RSU TERE MARGARETH
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Prosedur Tetap SPO/RSTM/001/04/13 0 2/2
V. Prosedur 1. Sebelum melakukan tindakan, cari dahulu penyebab
perdarahan biasanya disebabkan oleh : plasenta previa,
solusio plasenta dan ruptur uteri
2. Mendekatkan alat – alat pada pasien serta memberitahu
tindakan yang akan kita laksanakan
3. Bidan mencuci tangan
4. Pasien ditidurkan di kamar bersalin lalu mengukur tanda –
tanda vital : tekanan darah, pernafasan, nadi dan suhu
5. Lakukan pemeriksaan palpasi dan dengarkan bunyi denyut
jantung janin
6. Lakukan kolaborasi dengan Dokter obgyn
7. Lakukan tindakan atau terapi yang dianjurkan Dokter
sebelum Dokter obgyn datang seperti : memasang infus dan
memberikan obat – obatan yang dianjurkan Dokter
8. Bila pasien sesak nafas pasang oksigen
9. Perawat / Bidan mencuci tangan
10. Menganjurkan dan memberi penyuluhan kepada pasien
agar puasa bila ada kemungkinan akan dioperasi
11. Memberi penjelasan pada pasien dan keluarga sehubungan
dengan penyakit dan akibatnya
12. Bila ada indikasi operasi agar disiapkan baju, gurita, kain
dan lain – lain yang diperlukan
13. Menghubungi petugas kamar bedah dan anastesi
14. Kolaborasi dengan Dokter untuk tindakan selanjutnya
15. Selama proses di atas berlangsung, awasi dan catat vital
sign dan perdarahan setiap 15 menit

VI. Unit Terkait 1. Kamar Bersalin


2. Kamar Bedah
PROSEDUR PERAWATAN PASCA
OPERASI OBSTETRI

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/2
Ditetapkan,
Prosedur Tetap Direktur
Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Tata cara Perawat / Bidan untuk melakukan perawatan yang
dilakukan pada pasien yang baru selesai operasi obstetri untuk
memberi fasilitas dan perawatan medis secepat mungkin pada
penderita selesai operasi oleh karena melahirkan dan memberi
pelayanan secara optimal secepat mungkin.

II. Tujuan Sebagai pedoman dan acuan bagi Bidan / Perawat untuk perawatan
pasca operasi obstetri sesuai prosedur
III. Kebijakan Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Pasien di Ruang Perinatal
IV. Persiapan Alat  Tabung oksigen beserta kanula
 Alat penghisap lendir
 Spygnomanometer
 Stetoscope
 Termometer
 Alat – alat infus
 Standart infus
V. Prosedur 1. Dilakukan serah terima pasien dari kamar bedah berikut dengan
catatan medik lengkap laporan operasi / anastesi dan juga
instruksi pasca operasi dari Perawat bedah kepada Bidan /
Perawat ruangan
2. Perawat / Bidan di ruang perawatan memeriksa kelengkapan
berkas catatan medik. Tempat tidur sudah tersedia sebelumnya
dan menjelaskan kepada keluarga tentang peraturan / tata tertib
yang harus dipenuhi
3. Perawat / Bidan memberi obat yang diinstruksikan Dokter
kebidanan / anastesi
4. Menyediakan alat – alat dan perlengkapan yang diperlukan saat
tindakan
5. Bila sudah sampai di ruangan dan pasien masih belum sadar,
kepala pasien dipakaikan bantal dan posisi kepala dimiringkan
6. Bila jalan nafas pasien terganggu oleh karena sekret Perawat /
Bidan melakukan suction
PROSEDUR PERAWATAN PASCA
OPERASI OBSTETRI

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
Prosedur Tetap SPO/RSTM/001/04/13 2/2
7. Berikan O2 jika perlu
8. Mencatat tanda vital (tekanan darah, temperatur, nadi dan
suhu)
9. Observasi jumlah cairan infus yang masuk dan jumlah urine
output
10. Observasi pasien secara ketat sampai pasien sadar
11. Memberikan obat – obat injeksi sesuai dengan instruksi
Dokter obgyn / anastesi
12. Memberikan transfusi darah bila Hb post operasi di bawah
(10 gr %) sesuai dengan instruksi Dokter
13. Perawat / Bidan menganjurkan mobilisasi :
 Enam jam post operasi dapat mobilisasi berupa miring
ke kiri atau kanan
 Dua belas jam post operasi dapat duduk
 Dua puluh empat jam post operasi dapat jalan
14. Perawat / Bidan memberi diet pasien pasca operasi sesuai
dengan anjuran Dokter
15. Perawat / Bidan memberi obat – obat injeksi atau oral sesuai
dengan instruksi Dokter
16. Perawat / Bidan melakukan vulva hygyene pada pasien
pasca operasi
17. Perawat / Bidan memandikan pasien pasca operasi obstetri
dan sekaligus melihat perdarahan pervagina banyak atau
tidak
18. Memasang baju dan gurita pasien
19. Menyisir rambut dan merapikan pasien
20. Mencuci tangan

VI. Unit Terkait Ruang Kebidanan


PROSEDUR PERAWATAN
PASCA PERSALINAN

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/2
Ditetapkan,
Prosedur Tetap Direktur
Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Tata cara Perawat / Bidan untuk melakukan perawatan yang
dilakukan pada ibu setelah selesai bersalin agar pasien mendapat
kenyamanan.

II. Tujuan Sebagai pedoman dan acuan bagi Bidan / Perawat untuk perawatan
pasca persalinan sesuai prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Pasien di Ruang Perinatal


IV. Persiapan Alat  Pinset anatomi 1 buah
 Sarung tangan 1 pasang
 Kain kasa
 Pembalut
 Gurita
 Bethadine solution
 Nierbekken
 Kapas sublimat dalam tempatnya
 Alat – alat mandi
V. Prosedur 1. Bidan / Perawat mendekatkan alat – alat pada pasien
2. Bidan / Perawat mencuci tangan lalu memasang sarung tangan
dan melakukan vulva hygyene
3. Bidan / Perawat memandikan pasien dan selesai mandi kain
kasa yang telah diberi bethadine solution ditempelkan di luka
jahitan
4. Kemudian diberi pembalut 2 – 3 buah untuk dipasang di vulva
dengan erat dan kemudian memakai celana dalam dan
memasang gurita
5. Bidan / Perawat mengukur Tinggi Fundus Uteri (TFU) dan
melihat perdarahan dan juga kondisi umum ibu
6. Mengontrol ulang tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan
7. Bidan / Perawat mencuci tangan dan merapikan alat – alat
8. Memberikan penyuluhan kepada pasien mengenai :
 Cara menjaga kebersihan tubuh terutama buah dada dan
vulva
 Mencuci vulva dengan air bersih hangat dan ditambah
antiseptic
PROSEDUR PERAWATAN
PASCA PERSALINAN

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
Prosedur Tetap SPO/RSTM/001/04/13 0 2/2
 Menganjurkan ibu segera menyusui bayinya
 Pentingnya secepat mungkin untuk mobilisasi setelah 6
jam pada multipara dan 8 jam pasca persalinan
premipara
 Perawat / Bidan menganjurkan agar makanan yang
dimakan oleh seorang wanita pasca persalinan haruslah
cukup kalori dan nilai gizinya tinggi, memakan
makanan yang mengandung tinggi protein, sayur dan
buah – buahan
 Perawat / Bidan menganjurkan melakukan perawatan
payudara
 Proses BAB / BAK haruslah berjalan lancar dan bila ada
gangguan segera kolaborasi dengan Dokter spesialis

1. Ruang VK
VI. Unit Terkait 2. Ruang Inap Nifas
PROSEDUR PERAWATAN
LUKA EPISIOTOMI

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/1
Ditetapkan,
Prosedur Tetap Direktur
Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Tata cara Perawat / Bidan untuk melakukan perawatan luka episiotomi
agar ibu terhindar dari infeksi dan mencegah komplikasi

II. Tujuan Sebagai pedoman dan acuan bagi Bidan / Perawat untuk perawatan luka
episiotomi pada pasien sesuai prosedur

III. Kebijakan Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Pasien di Ruang Perinatal

IV. Persiapan Alat  Bak instrument berisi :


 Pinset anatomis
 Pinset chirurgis
 Gunting benang
 Kasa steril
 Lidi kapas
 Sarung tangan
 Kapas cebok
 Alat lain :
 Bethadine solution
 Bethadine zalf
 Alkohol dalam tempatnya
 Lampu sorot
 Plester
 Nierbekken

1. Perawat / Bidan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan pada


V. Prosedur pasien
2. Perawat / Bidan mempersiapkan pasien dan peralatan yang akan
digunakan
3. Perawat / Bidan mencuci tangan
4. Perawat / Bidan membersihkan luka episiotomi dengan kapas cebok
kemudian menggunakan bethadine solution dengan cara dari atas ke
bawah dan membuangnya ke nierbekken
5. Ulangi sekali lagi sampai bersih dan luka dikeringkan
6. Perawat / Bidan smengolesi luka dengan lidi kapas berisi bethadine
zalf dan menutup luka dengan kasa steril
7. Perawat / Bidan membereskan pasien dan peralatan
8. Perawat / Bidan mencuci tangan
VI. Unit Terkait Ruang Bersalin
PROSEDUR
VULVA HYGIENE

RSU TERE MARGARETH


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SPO/RSTM/001/04/13 0 1/1
Ditetapkan,
Prosedur Tetap Direktur
Tanggal Terbit
29 April 2013

dr. Hasahatan Simangunsong, Sp.B


I. Pengertian Tata cara Perawat / Bidan untuk melakukan vulva hygiene agar ibu
terhindar dari infeksi dan mencegah komplikasi
II. Tujuan Sebagai pedoman dan acuan bagi Bidan / Perawat untuk vulva hygiene
III. Kebijakan pada pasien sesuai prosedur
Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Pasien di Ruang Perinatal
IV. Persiapan Alat  Sarung tangan
 Kapas cebok dalam com
 Nierbekken
V. Prosedur  Selimut penutup perut
 Pot tidur
1. Perawat / Bidan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien
2. Perawat / Bidan mempersiapkan pasien dan peralatan yang akan
digunakan
3. Perawat / Bidan mencuci tangan
4. Perawat / Bidan membuat posisi pasien litotomi dan meletakkan
pot tidur di bawah bokong
5. Perawat / Bidan menutup bagian atas pasien (bagian perut sampai
lutut)
6. Perawat / Bidan mendekatkan nierbekken di bawah bokong di
sebelah kiri dan com kapas cebok di sebelah kanan
7. Perawat / Bidan memakai sarung tangan dan tangan kiri membuka
labia mayora pasien
8. Tangan kanan mengambil kapas cebok dan mulai membersihkan
bagian tengah vulva dari atas ke bawah kemudian membuang
kapas cebok ke nierbekken
9. Kemudian diulang ke labia sebelah kiri dari atas ke bawah dan
labia sebelah kanan dari atas ke bawah juga dilakukan sampai
bersih
10. Perawat / Bidan membereskan peralatan dan pasien
11. Perawat / Bidan mencuci tangan
VI. Unit Terkait 12. Perawat / Bidan mencatat pada catatan keperawatan tindakan yang
dilakukan
1. Ruang Bersalin
2. Ruang Nifas

Anda mungkin juga menyukai