Anda di halaman 1dari 14

NILAI Tanggal Pengumpulan

(..................................) (13 Oktober 2021)

LAPORAN PRAKTIKUM

GEOMORFOLOGI DASAR

ACARA: PENGENALAN ALAT-ALAT PRAKTIKUM

Oleh:

Nama : Fitri Nur Soleha


NIM : 3201421035
Nama Dosen : 1. Prof. Dr. Erni Suharini, M. Si.
2. Drs. Sriyono, M. Si.
Nama Asisten : 1. Nur Izzah Fitriyah
2. Fatimah Az-Zahra

LABORATORIUM GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2021
A. JUDUL
BENTUK LAHAN ASAL PROSES FLUVIAL

B. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengenali dan menjelaskan berbagai macam mekanisme proses fluvial
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menganalisis bentuk lahan asal proses fluvial dari peta RBI.
3. Mahasiswa mampu mmengetahui tipe-tipe material yang terbawa oleh sungai
4. Mahasiswa mampu mengetahui ciri-ciri sungai berdasarkan bagiannya
5. Mahasiswa mampu menganalsis bentuklaha dari hasil proses fluvial
6. Mahasiswa dapat membedakan karakteristik antara peta RBI skala 1;25.000 dengan skala 1:50.000

C. ALAT DAN BAHAN (penjabaran alat dan bahan menggunakan simbol angka/huruf)
1. Alat
a. Peta RBI skala 1: 25.000 Lembar Kalipucang
b. Peta RBI skala 1: 50.000 Lembar.Tanahputih
c. Drawingpen warna hitam
d. Penggaris
e. Penghapus
f. Laptop
g. Handphone
h. Penciltic warna biru
i. Penciltic warna hijau
j. (dan seterusnya)
2. Bahan
a. Kertas Cover
b. Kertas HVS F4/Legal
c. Kertas Kalkir
d. Daya baterai
e. Kuota internet
D. DASAR TEORI
1. Pengertian Bentuklahan Fluvial
Secara Umum
Bentuk lahan merupakan suatu kenampakan medan/fisik yang terbentuk oleh proses alami, memiliki
komposisi tertentu dan karakteristik fisikal dan visual yang unik dan berbeda satu sama lain. Verstappen
mengklasifikasikan bentuklahan berdasarkan proses terjadinya menjadi 10 macam bentuklahan, salah satunya
yaitu terdapat bentuk lahan fluvial. Bentuklahan fluvial adalah semua proses yang terjadi di alam baik fisika,
maupun kimia yang mengakibatkan adanya perubahan bentuk permukaan bumi, yang disebabkan oleh aksi air
permukaan, baik yang merupakan air yang mengalir secara terpadu (sungai), maupun air yang tidak
terkonsentrasi ( sheet water). Proses fluviatil akan menghasilkan suatu bentang alam yang khas sebagai akibat
tingkah laku air yang mengalir di permukaan. Bentang alam yang dibentuk dapat terjadi karena proses erosi
maupun karena proses sedimentasi yang dilakukan oleh air permukaan.

Menurut para ahli


(Menurut Rahardjo,P.D.2010)
Bentuk lahan fluvial pada dasarnya disebabkan karena proses fluvial atau akibat proses air
mengalir baik yang memusat maupun aliran yang bebas

(Menurut Starhler, 2011)


Bentang alam fluvial terbentuk karena proses fluvial diantaranya overland flow dan streamflow

(Menurut Suharsono,1988)
Bentuk lahan asal fluvial dihasilkan oleh aliran sungai pada hal ini terutama pada daerah
deposisi seperti lembah sungai besar dan dataran aluvial. Proses kerja aliran sungai membentuk
lahan fluvial meliputi 3 bagian yang saling berkaitan yaitu erosi, transportasi dan sedimentasi

Berdasarkan penjelasan dari definisi di atas, menurut diri saya pribadi bentuk lahan fluvial yaitu bentuk
lahan yang terbentuk akibat adanya aliran air di sepanjang permukaan bumi hingga menghasilkan bentukan
alam yang khas seperti contohnya terbentuknya sungai.

2. Macam-macam Proses Fluvial


a. Proses Erosi
Proses erosi adalah gaya melebar air yang mengalir disatas permukaan air tanah yang menyebabkan
terjadinya lembah-lembah.
Erosi yang dilakukan oleh air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
o Quarrying, yaitu pendongkelan batuan yang dilaluinya.
o Abrasi, yaitu penggerusan terhadap batuan yang dilewatinya.
o Scouring, yaitu penggerusan dasar sungai akibat adanya ulakan sungai, misalnya pada daerah cut off
slope pada Meander.
o Korosi, yaitu terjadinya reaksi terhadap batuan yang dilaluinya.
Berdasarkan arahnya, erosi dapat dibedakan menjadi :
 Erosi vertikal, erosi yang arahnya tegak dan cenderung terjadi pada daerah bagian hulu dari sungai
menyebabkan terjadinya pendalaman lembah sungai.
 Erosi lateral, yaitu erosi yang arahnya mendatar dan dominan terjadi pada bagian hilir sungai,
menyebabkan sungai bertambah lebar .
 Erosi yang berlangsung terus hingga suatu saat akan mencapai batas dimana air sungai sudah tidak
mampu mengerosi lagi dikarenakan sudah mencapai erosion base level.

V Erosion base level ini dapat dibagi menjadi :


 Ultimate base level yang base levelnya berupa permukaan air laut dan temporary base level yang
base levelnya lokal seperti permukaan air danau, rawa, dan sejenisnya.
 Intensitas erosi pada suatu sungai berbanding lurus dengan kecepatan aliran sungai tersebut. Erosi
akan lebih efektif bila media yang bersangkutan mengangkut bermacam-macam material. Erosi
memiliki tujuan akhir meratakan sehingga mendekati ultimate base level.

b. Proses Transportasi
Proses transporasi adalah proses perpindahan / pengangkutan material oleh suatu tubuh air yang
dinamis yang diakibatkan oleh tenaga kinetis yang ada pada sungai sebagai efek dari gaya gravitasi.
Dalam membahas transportasi sungai dikenal istilah :
o stream capacity : jumlah beban maksimum yang mampu diangkat oleh aliran sungai
o stream competance : ukuran maksimum beban yang mampu diangkut oleh aliran sungai.

c. Proses Sedimentasi
Proses sedimentasi terjadi bila terjadi ketika sungai tidak mampu lagi mengangkut material yang
dibawanya. Apabila tenaga angkut semakin berkurang, maka material yang berukuran kasar akan
diendapkan terlebih dahulu baru kemudian diendapkan material yang lebih halus.

Tiga cara pengendapan (sedimen), yaitu :


 Pengendapan secara mekanik Batuan sedimen hasil dari pembentukan secara mekanik dapat dibagi
berdasarkan ukuran butir. Batuan ini terbentuk oleh batuan yang telah ada terlebih dahulu yang
mengalami pelapukan, hancur lalu dibawa oleh air, angin, atau ombak dan diendapkan di tempat lain
yang lebih rendah. Setelah itu mengalami proses diagenesis menjadi batuan yang kompak.
Pengendapan dapat terjadi di mana-mana, baik di daratan (tepi rawa, danau), pantai, dan di bawah
permukaan laut.
 Pengendapan secara kimiawi Pembentukan endapan ini karena proses penguapan pada larutan,
sehingga menjadi jenuh dan yang tertinggal hanya kandungan garam. Biasanya endapan ini tersusun
dari kristal-kristal garam, misalnya garam dapur, gips, dan sebagainya. Tidak ditemukan fosil (bekas
hewan atau tumbuhan) karena terbentuk pada air yang mempunyai konsentrasi tinggi sehingga tidak
ada kehidupan.
 Pengendapan secara biologis (organik) Batuan sedimen yang terbentuk oleh adanya organisme, baik
berupa binatang ataupun tumbuhan.
3. Klasifikasi Sungai
Adapun 10 klasifikasi sungai berdasarkan pola aliran yang terbentuk, yaitu :

1. Dendritik, pola aliran ini berbentuk seperti percabangan pohon, percabangan tidak teratur dan sudut
yang beragam. Berada di batuan yang homogen dan tidak terkontrol oleh struktur, umumnya pada
batuan sedimen dengan pelapisan horizontal, atau lads batuan beku dan batuan kristalin yang homogen
2. Rectangular, aliran rectangular merupakan pola aliran dari pertemuan antara aliranya dan membentuk
sudut siku-siku. Pola aliran ini berkembang pada daerah rekahan dan patahan.
3. Paralel, anak sungai utama saling sejajar atau hampir sejajar, bermuara pada sungai-sungai utama
dengan sudut lancip atau langsung bermuara ke laut. Berkembang di lereng yang terkontrol oleh
struktur lipatan monoklinal, isoklinal, sesar yang saling sejajar dengan spasi yang pendek atau dekat
dengan pantai.
4. Trellis, percabangan anak sungai dan sungai utama hampir tegak lurus, Sungai-sungai utama sejajar
atau hampir sejajar. Berkembang di batuan sedimen terlipat atau terungkit dengan litologi yang
berseling-seling antara yang lunak dan resisten.
5. Deranged, pola aliran yang tidak teratur dengan sungai pendek yang arahnyatudak menentu, airnya
bersifat payau danpada daerah basah mencirikan daerah glasial bagian bawah.
6. Radial Sentrifugal, sungai yang mengalir ke segala arah dari satu titik pusat. Berkembang di daerah
vulkan atau dome.
7. Radial Setripetal, sungai yang mengalir memusat dari segala arah, berkembang di kaldera atau
cekungan tertutup lainnya.
8. Annular, sungai utama melingkar dengan anak sungai yang membentuk sudut hampir tegak lurus.
Berkembang di dome dengan batuan yang berseling-seling antara jeras dan lunak.
9. Pinnate, pola Pinnate adalah aliran yang mana muara anak sungai membentuk sudut lancip dengan
sungai induk. Terdalat pada bukit yang lerengnya terjal
10. Memusat/multibasinal percabangan sungai tidak bermuara ke sungai utama, melainkan hilang
ke bawah permukaan. Berkembang di topografi karst.

4. Tipe Material Yang Terbawa Sungai


Adapun 3 tipe material yang terbawa sungai yaitu :

a. Bed Load

Bed load atau biasa disebut angkutan dasar adalah gerakan partikel-partikel pada dasar sungai dengan
cara menggelinding (Rolling), bergeser (sliding) dan berloncat-loncat atau jumping.

b. Suspended Load

Suspended load atau buasa disebut angkutan melayang yaitu sedimen dimana partikel-partikelnya
bergerak melayang di atas dasar sungai dalam air terbawa aliran.

c. Disolved Load

Disloved Load adalah bagian dari total beban sedimen sungai yang terbawa dalam larutan, terutama
ion dari pelapukan kimia. Ini adalah kontributor utama untuk jumlah total material yang dikeluarkan dari
cekungan drainase sungai.
5. Ciri-ciri Bagian Sungai

a. Hulu Sungai

 Arus air deras.


 Arah erosi ke dasar sungai (erosi vertikal).
 Lembahnya curam.
 Lembahnya berbentuk V.
 Kadang-kadang terdapat air terjun.
 Tidak terjadi pengendapan (sedimentasi).

b. Tengah Sungai

 Arus air sungai tidak begitu deras.


 Erosi sungai mulai ke samping (erosi horizontal).
 Aliran sungai mulai berkelok-kelok.
 Mulai terjadi proses sedimentasi (pengendapan) karena kecepatan air mulai berkurang.

c. Hilir Sungai

 Arus air sungai tenang.


 Banyak terjadi sedimentasi.
 Erosi ke arah samping (horizontal).
 Sungai berkelok-kelok (terjadi proses meander).
 Kadang-kadang ditemukan meander yang terpotong sehingga membentuk kali mati atau danau tapak
kuda (oxbow lake).
 Di bagian muara kadang-kadang terbentuk delta.
E. LANGKAH KERJA
1. Mahasiswa dan asisten praktikum menyiapkan alat dan bahan
2. Mahasiswa mendengarkan penjelasan asisten praktikum
3. Mahasiswa bertanya pada asissten praktikum dan teman-temannya apabila ada yang belum
dimengerti
4. Mahasiswa mencari informasi tentang praktikum
5. Mahasiswa membuat tabel bentuk lahan asal proses fluvial
6. Mahasiswa menggambar/menjiplak aliran sungai berdasarkan peta RBI
7. Mahasiswa mengidentifikasi peta aliran sungai
8. Mahasiswa menganalisis hasil pengamatan yang dilakukan
9. Mahasiswa mengambil kesimpulan dari pengamatan dan analisis yang dilakukan
10. Mahasiswa menyusun laporan praktikum
11. Mahasiswa mengumpulkan laporan praktikum kepasa asisten praktikum
F. PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan
a) Tabel Macam-macam Bentuklahan Proses Fluvial
(Terlampir)
b) Gambar Peta RBI Pada Kertas Kalkir
(Menggambar Alur Sungai dan Bentuklahan Proses Fluvial yang Nampak pada peta)
(Terlampir)

2. Analisis

Pada praktikum geomorfologi yang kelima ini saya telah menggeambar bentuk-bentuk lahan hasil dari
proses fluvial, kemudian setelah saya amati dan saya analisis saya menemukan beberapa infromasi mengenai
bentuk lahan fluvial. Bentuk lahan hasil proses aluvial antara lain meander, ocbow lake, tangggul aam, fataran
banjir, kipas aluvial, gosong sungai, point bar, teras sungai, dataran aluvial, rawa belakang, dan cravase spray.
saya akan menganalisisnya satu persatu dan menjelaskan proses terbentuknya bentuk-bentuk lahan hasil proses
fluvial ini.

Meander, bagian sungai yang ini berbentuk berkelok-kelok secara teratur dengan bentuk kelokannya
hampir berbentuk setengah lingkaran. Meander terbentuk karena aliran sungai mengikis tepi sungai. Proses
pembentukannya diawali dengan bagian hulu sungai yang relatif arus air dan volume kecil sehingga tidak
menimbulkan erosi yang kemudian membentuk cekungan yang dinamakan meander. Cirinya, yakni berkelok-
kelok pada aliran sungai.

Oxbow lake, danau dari hasil meander yang lebar terpotong dari sungai utamanya kemudiann membentuk
perairan sendiri. Oxbow lake terbentuk dari waktu ke waktu sebagai akibat dari erosi dan sedimentasi dari
tanah di sekitar sungai meander. Cirinya berbentuk seperti tapal kuda.

Tanggul alam, terbentuknya tanggul alam ini berawal dari terjadinya hutan lebat yang membuat volume air
di sungai meningkat dan menyebabkan banjir, pada saat surut mengalami beberapa material yang terbawa oleh
aliran sungai akan mengendap di tepi sungai sehingga akan membentuk dataran dengan tekstur yang kasar dan
ketinggian melebihi dataran banjir yang terbentuk. Proses ini terventuk secara alami.

Dataran alluvial merupakan dataran yang terbentuk akibat proses-proses geomorfologi yang lebih
didominasi oleh tenaga eksogen antara lain iklim, curah hujan, angin, jenis batuan, topografi, suhu, yang
semuanya akan mempercepat proses pelapukan dan erosi. Hasil erosi diendapkan oleh air ke tempat yang lebih
rendah atau mengikuti aliran sungai. Dataran alluvial menempati daerah pantai, daerah antar gunung, dan
dataran lembah sungai. daerah alluvial ini tertutup oleh bahan hasil rombakan dari daerah sekitarnya, daerah
hulu ataupun dari daerah yang lebih tinggi letaknya. Potensi air tanah daerah ini ditentukan oleh jenis dan
tekstur batuan.Dataran banjir berupa dataran yang luas yang berada pada kiri kanan sungai yang terbentuk oleh
sedimen akibat limpasan banjir sungai tersebut. Umumnya berupa pasir, lanau, dan lumpur.
Dataran banjir merupakan bagian terendah dari floodplain. Ukuran dan bentuk dari dataran banjir ini sangat
tergantung dari sejarah perkembangan banji, tetapi umumnya berbentuk memanjang (elongate). Endapan
dataran banjir (floodplain) biasanya terbentuk selama proses penggenangan (inundations).

Tanggul alam merupakan akumulasi sedimen berupa igir/tanggul memanjang dan membatasi alur
sungai. Tinggi maksimum suatu tanggul terdapat pada bagian tepi dalam tanggul yang berbatasan dengan alur
sungai dengan lereng yang curam. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi muka air sungai pernah menapai
permukaan tanggul tersebut pada saat terjadi banjir besar. Sebaliknya menjauhi alur sungai kea rah dataran
banjir lereng tanggul berangsur-angsur berkurang besarnya dari miring hingga landai. Tanggul yang terbentuk
akibat banjir sungai di wilayah dataran rendah yang berperan menahan air hasil limpasan banjir sehingga
terbentuk genangan yang dapat kembali lagi ke sungai. Seiring dengan proses yang berlangsung kontinyu akan
terbentuk akumulasi sedimen yang tebal sehingga akhirnya membentuk tanggul alam.

Backswamp atau Rawa belakang adalah bagian dari dataran banjir dimana simpanan tanah liat menetap
setelah banjir. Backswamps biasanya terletak di belakang sungai alam sebuah tanggul. Kemudian kembali
rawa-rawa yang terletak agak jauh dari saluran sungai di dataran banjir tersebut. Ketika air tumpah ke dataran
banjir, material terberat tetes keluar pertama dan materi terbaik dilakukan jarak yang lebih besar
kipas aluvial, berupa suatu onggokan material lepas, berbentuk seperti kipas, biasanya terdapat pada suatu
dataran di depan suatu gawir. Biasanya pada daerah kipas aluvial terdapat air tanah yang melimpah. Hal ini
dikarenakan umumnya kipas aluvial terdiri dari perselingan pasir dan lempung sehingga merupakan lapisan
pembawa air yang baik.

Dan masih banyak bentukan lahan yang terbentuk dari proses fluvial, bentuk lahan tersebut bisa
terbentuk karena adanya proses-proses yang mendukung terbentuknya bentuk lahan seperti di atas.

Pada praktikum bentuk lahan fluvial kali ini saya mendapatkan bagian peta RBI skala 1:25.000 lembar
Kalipucang dan skala 1:50.000 lembar Tanahputih. Kemudian setelah saya amati dan analisis serta saya jiplak,
saya menemukan perbedaan di antara keduanya. Perbedaan karakteristik yang saya temukan, yaitu
kenmapkana yang diperlihatkan dari eta 1:25.000 lebih jelas dan tampak detail sedangkan pada peta 1:50.000
karena skalanya terlalu kecil jadi kenampakan yg terlihat terlalu jauh.

Bagian sungai yang saya gambar dan jiplak pada kertas kalkir, yaitu meander yang dicirikan dengan
bentukan sungai yang berkelok-kelok pada aliran sungai. Kemudian terdapat gosong sungai yang dicirikan
oleh bentukan daratan yang terkurung atau menjorok pada sungai tersebut. Gosong sungai ini adalah kumpulan-
kumpulan sedimen pasir atau kerikil yang diendapkan oleh tubuh sungai. Karakteristik gosong sungai, yaitu
terbentuk pada tubuh sungai bagian hilir, bagian hulu gosong tumpul dan bagian hilir menyudut. Kemudian
banyak juga terdapat anak-anak sungai di sekitar sungai besarnya.
G. KESIMPULAN
1. Bentuk lahan fluvial adalah bentuk lahan yang berhubungan dengan daerah-daerah penimbunan
(sedimentasi) seperti lembah-lembah sungai besar dan dataran aluvial. Pada dasarnya bentuklahan ini
disebabkan karena proses fluvial akibat proses air yang mengalir baik yang memusat (sungai) maupun
aliran permukaan bebas (overlandflow).
2. Proses-proses fluvial dibagi menajdi tiga macam, yaitu proses erosi, proses transportasi, proses
sedimentasi.
3. Klasifikasi sungai berdasarkan pola aliran terbagi menjadi sepuluh macam. Macam-macam pola aliran
tersebut adalah dendritik, paralel, trelis, deranged, radial sentrifugal, radial sentripetal, annular, pinnate,
memusat/multibasinal.
4. Tipe-tipe material yang terbawa sungai terbagi menjadi tiga tipe, yaitu bed load, suspended load,
disolvedload.
5. Ciri-ciri bagian sungai terdiri dari bagian hulu sungai, tengah sungai, dan hilir sungai.
6. Perbedaan karakteristik dari kedua peta RBI yang skala 1:25.000 dan 50.000, yakni kenampakan yang
ditampakkan lebih jelas dan detail melalui peta 1:25.000 dibandingkan dengan peta 1:50.000
7. Di dalam kertas kalkir yang berisi jiplakan peta RBI terdapat meander yang dicirikan dengan sungai
yang berkelok-kelok. Gosong sungai yang dicirikan seperli pulau kecil di tengah-tengah sungai. Dan
beberapa anak sungai yang mengalir
DAFTAR PUSTAKA
Ginting, Siska. (2014). “STUDY ON MORPHOMETRIC, MERISTIC, AND GROWTH PATTERNS OF
Mystus nigriceps IN THE PINAG LUAR OXBOW” Jurnal Universitas Riau

Hisham Suryana "Bagian-bagian Sungai dan Ciri-cirinya" (2021) https://hisham.id/bagian-bagian-sungai-


dan-ciri-cirinya.html . Diakses pada tanggal 13 Oktober 2021 pukul 13.56

Puguh (2013). “PENGGUNAAN DATA PENGINDERAAN JAUH DALAM ANALISIS


BENTUKAN LAHAN ASAL PROSES FLUVIAL DI WILAYAH KARANGSAMBUNG’
Jurnal Geografi Unnes

Ramliplus "Klasifikasi Sungai Berdasarkan Pola Alirannya"


https://id.scribd.com/doc/218338731/Klasifikasi-Sungai-Berdasarkan-Pola-Alirannya
diakses pada tanggal 13 Oktober 2021 pukul 13.43

Setiawan, Agnas "Jenis Bentuk Lahan" (Landform) ( 2012)


https://agnazgeograph.wordpress.com/2013/03/27/jenis-bentuklahan-landform/ diakses
pada tanggal 13 Oktober 2021 pukul 12.57

Suharjo. (2017). “Geomorfologi Dasar”. Surakarta:Muhammadiyah University Perss


LAMPIRAN A
(Gambar tangan di kertas HVS F4)
a. Tabel Macam-macam Bentuklahan Proses Fluvial
LAMPIRAN B

b. Gambar Peta RBI Pada Kertas Kalkir

Anda mungkin juga menyukai