Panduan Pengelolaan Lingkungan Plts-Grafis TTD Dirjen
Panduan Pengelolaan Lingkungan Plts-Grafis TTD Dirjen
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kami sampaikan
bahwa Buku Panduan Pengelolaan Lingkungan PLTS telah selesai disusun. Buku
Panduan ini memberikan referensi dan rujukan kepada pengembang PLTS seperti
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, instansi terkait lainnya, dan pengembang
swasta dalam menyusun dokumen panduan pengelolaan lingkungan dalam kegiatan
pembangunan PLTS.
Saat ini, aspek lingkungan sudah menjadi salah satu point penilaian bagi lembaga
pembiayaan dalam memberikan pinjaman kepada investor. Dengan perencanaan dan
pengelolaan PLTS yang berwawasan lingkungan, diharapkan akan memberikan nilai
tambah serta memperluas kesempatan pada pengembang untuk mendapatkan
bantuan dana dari lembaga pembiayaan.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih atas kerja sama seluruh pihak yang terlibat
dalam penyusunan buku panduan ini dan kami juga menyampaikan permohonan maaf
apabila ada hal yang kurang di dalam buku ini. Masukan dan saran untuk
penyempurnaan buku panduan ini sangat kami harapkan.
Jakarta, 2020
Tim Penyusun
ii
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
DAFTAR ISI
iii
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 - Peta potensi energi surya Indonesia (P3TKEBTKE, KESDM, 2017) ___________ 8
Gambar 2 – Blok diagram sistem PLTS __________________________________________ 11
Gambar 3 – Diagram sistem PLTS off grid tipe AC coupling _________________________ 12
Gambar 4 – Diagram sistem PLTS off grid tipe DC coupling _________________________ 12
Gambar 5 – Diagram sistem PLTS on grid _______________________________________ 12
Gambar 6 – Dampak-dampak lingkungan yang tercantum dalam RKL-RPL _____________ 39
DAFTAR TABEL
iv
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
DAFTAR SINGKATAN
AC Alternating Current
Andal Analisis Dampak Lingkungan Hidup
AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
B3 Bahan Berbahaya dan Beracun
BKPTRN Badan Koordinasi Perencanaan Tata Ruang Nasional
DC Directing Current
DPH Dampak Penting Hipotetik
GRK Gas Rumah Kaca
KA Kerangka Acuan
KPA Komisi Penilai Amdal
LPJP Lembaga Penyedia Jasa Penyusunan
PIPIB Peta Indikatif Penundaan Izin Baru
PLTS Pembangkit Listrik Tenaga Surya
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah
RKL-RPL Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana
Pemantauan Lingkungan Hidup
SNI Standar Nasional Indonesia
SPPL Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan Hidup
TDL Tarif Dasar Listrik
TPA Tempat Pembuangan Akhir
TPST Tempat Pembuangan Sampah Terpadu
UKL-UPL Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup
v
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
BAB I
PENDAHULUAN
1
1
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Panduan Pengelolaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
BAB I
PENDAHULUAN
Potensi energi terbarukan yang tersedia di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia adalah tenaga surya, mengingat letak Indonesia yang berada di wilayah
khatulistiwa, sehingga Indonesia sepanjang tahun mendapatkan sinar matahari yang
cukup. Pemerintah maupun pengembang saat ini sedang giat melakukan
pembangunan PLTS, namun dampak pembangunan terutama pada lingkungan sekitar
perlu diperhatikan agar tidak mengganggu lingkungan sekitarnya, yang juga dapat
menyebabkan perubahan iklim.
Panduan ini ditujukan khusus kepada pengembang yang memanfaatkan energi surya
sebagai PLTS melalui sistem ground mounted. Proses pemanfaatan energi surya
sebagai energi listrik dimulai dari tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, tahap operasi,
2
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
dan pasca operasi. Dampak yang ditimbulkan dari masing-masing tahapan berbeda
satu dengan lainnya sehingga diperlukan upaya pengelolaan lingkungan untuk
meminimalisir environmental impact pada area PLTS. Adapun dampak lingkungan yang
ditemui pada sistem pembangkit antara lain kerusakan lahan, suara bising maupun
limbah B3.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) fotovoltaik adalah sistem pembangkit listrik
yang bersumber dari radiasi matahari melalui konversi sel fotovoltaik. Semakin tinggi
intensitas radiasi matahari, maka semakin besar daya listrik yang dihasilkannya.
Ditinjau dari cara bekerjanya, PLTS dibagi menjadi dua yaitu PLTS off-grid dan PLTS
on-grid. PLTS off-grid adalah PLTS yang memanfaatkan baterai sebagai penyimpanan
energi sebelum disalurkan kepada konsumen, sedangkan PLTS on-grid merupakan
PLTS yang diinterkoneksikan pada jaringan listrik PLN maupun jaringan lainnya
(hybrid). Dari sisi desain, PLTS dibagi menjadi PLTS terpusat dan PLTS tersebar.
Adapun dari sisi pemasangan, PLTS dibagi menjadi PLTS diatas tanah (ground
mounted), PLTS Atap, dan PLTS terapung.
Komponen utama pada PLTS adalah Modul fotovoltaik (PV), solar charger controller,
inverter/charger, penyangga PV Modul, Baterai, combiner box, solar/battery inverter,
panel distribusi, kabel listrik, rumah pembangkit (power house), sistem pentanahan
dan penangkal petir, energy limiter dan pyranometer. Perbedaan PLTS off-grid dan
PLTS on-grid adalah pada komponen baterai dimana PLTS off-grid menggunakan
baterai untuk menyimpan energi listrik sehingga dapat digunakan pada malam hari.
3
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Secara garis besar Panduan Pengelolaan Lingkungan PLTS ini akan memberikan
penjelasan dan petunjuk umum pada setiap tahap pembangunan PLTS diantaranya
tahap pra-konstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi. Seluruh kegiatan pada
setiap tahap harus memperhatikan aspek fisik, kimia, biologi, sosial ekonomi, sosial
budaya, dan masyarakat, sehingga diperlukan upaya pengelolaan lingkungan agar
terhindar dari dampak negatif. Sehubungan dengan hal tersebut, maka disusun
Panduan Pengelolaan Lingkungan PLTS dengan mengacu kepada regulasi yang
berlaku di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan.
Panduan ini disusun sebagai pedoman atau rujukan pengelolaan lingkungan bagi para
pengembang PLTS, baik yang sedang tahap perencanaan sampai tahap
pengoperasian. Tujuannya adalah untuk meminimalisir kerusakan lingkungan yang
ditimbulkan oleh aktifitas yang dilakukan terkait PLTS dan sejalan dengan ketentuan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah sehingga dicapai PLTS yang berkelanjutan serta
berwawasan lingkungan. Panduan ini juga dapat digunakan sebagai sarana edukasi
bagi masyarakat luas untuk menanamkan pentingnya pembangunan berwawasan
lingkungan demi menjaga kesetimbangan alam
4
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
1.4. Ruang lingkup
Panduan ini memberikan petunjuk dan penjelasan tentang upaya pengelolaan dampak
lingkungan yang terjadi pada setiap tahap pembangunan PLTS. Jenis PLTS yang
dibahas pada panduan ini adalah PLTS diatas tanah (ground mounted). Panduan ini
dapat digunakan sebagai rujukan atau referensi bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, instansi terkait lainnya, dan pengembang swasta. Acuan dalam
mengembangkan PLTS sebagai dasar dalam pengelolaan dampak lingkungan dengan
memperhatikan dokumen izin lingkungan pada setiap pembangunan PLTS dengan
kapasitas sebagai berikut:
1. PLTS kapasitas < 1 MW izin lingkungan menggunakan SPPL
2. PLTS kapasitas 1 s.d < 50 MW izin lingkungan menggunakan formulir UKL/UPL
3. PLTS kapasitas ≥ 50 MW izin lingkungan menggunakan dokumen AMDAL
5
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
8. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.26 Tahun 2018
tentang Pedoman Penyusunan Dan Penilaian Serta Pemeriksaan Dokumen
Lingkungan Hidup Dalam Pelaksanaan Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi
Secara Elektronik
9. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P. 38 Tahun 2019
tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
10. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.95 Tahun 2018
tentang Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Terintegrasi
Dengan Izin Lingkungan Melalui Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik
11. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor P.12 Tahun 2020 tentang
Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
6
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
BAB II
GAMBARAN UMUM PLTS
7
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
BAB II
GAMBARAN UMUM PLTS
Potensi energi ini berdasarkan seluruh luas daratan Indonesia yang telah dipotong oleh
luasan kawasan hutan Indonesia, untuk potensi teknis berdasarkan 15% efisiensi
konversi fotovoltaik.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) fotovoltaik adalah sistem pembangkit listrik
yang energinya bersumber dari radiasi matahari melalui konversi sel fotovoltaik. Sistem
fotovoltaik mengubah radiasi sinar matahari menjadi listrik. Semakin tinggi intensitas
radiasi (iradiasi) matahari yang mengenai sel fotovoltaik, semakin tinggi daya listrik
yang dihasilkannya. Pada aplikasi PLTS off-grid, kelebihan daya listrik yang dihasilkan
pada siang hari disimpan di dalam baterai sehingga dapat digunakan kapanpun untuk
berbagai kebutuhan.
A. Jenis PLTS Fotovoltaik
Umumnya sistem PLTS dapat dibagi berdasarkan:
a. Mode Pengoperasian
9
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
PLTS On Grid (terhubung ke jaringan listrik)
Pembangkitan tenaga listrik yang energinya bersumber dari radiasi
matahari melalui konversi sel fotovoltaik dimana sistem kelistrikannya
terhubung ke jaringan listrik umum. Sistem ini pada umumnya tidak
dilengkapi dengan baterai.
PLTS Off Grid (tidak terhubung ke jaringan listrik)
Pembangkitan tenaga listrik yang energinya bersumber dari radiasi
matahari melalui konversi sel fotovoltaik dimana sistem kelistrikannya tidak
terhubung ke jaringan listrik umum. Sistem ini pada umumnya dilengkapi
dengan baterai.
b. Posisi Pemasangan
PLTS Ground Mounted (dipasang diatas permukaan tanah)
PLTS Rooftop (dipasang diatas atap atau dapat terintegrasi dengan atap)
PLTS Terapung
10
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
c. Desain sistem
PLTS Terpusat
Sistem PLTS yang modul fotovoltaiknya didesain secara terpusat (dalam
satu area) dan memiliki sistem jaringan distribusi untuk menyalurkan
daya listrik ke beban.
PLTS Tersebar/Terdistribusi
Sistem PLTS yang modul fotovoltaiknya didesain secara tersebar dan
umumnya tidak memiliki sistem jaringan distribusi, sehingga setiap
pelanggan memiliki sistem PLTS tersendiri.
11
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
PLTS Off Grid
PLTS On Grid
12
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Tabel 2 – Komponen PLTS
13
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Combiner box Merupakan panel DC yang 5–10 tahun
berfungsi menggabungkan
output dari beberapa String PV
menjadi satu. Berfungsi juga
sebagai panel isolasi dan proteksi
terhadap arus/ tegangan lebih
dan petir.
14
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Tiang Tiang distribusi terbuat dari pipa 5 - 10 tahun
distribusi besi dan tiap tiang dipasang
dan lampu lampu penerangan jenis super
penerangan hemat energi (lampu LED).
16
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
BAB III
IZIN LINGKUNGAN PLTS
17
Panduan Pengelolaan
Panduan Pengelolaan Lingkungan
Lingkungan Pembangkit
PembangkitListrik
ListrikTenaga
TenagaSurya
Surya(PLTS)
(PLTS)
BAB III
IZIN LINGKUNGAN PLTS
18
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
3. Mengajukan permohonan perubahan izin lingkungan apabila direncanakan
untuk melakukan perubahan terhadap deskripsi rencana usaha dan/atau
kegiatannya.
4. Kewajiban lain yang ditetapkan oleh Menteri, Gubernur, atau
Bupati/Walikota sesuai kewenangannya berdasarkan kepentingan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
d. Permen LHK No. P.26 Tahun 2018 tentang Pedoman penyusunan dan penilaian
serta pemeriksaan dokumen lingkungan hidup dalam pelaksanaan pelayanan
perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik.
Permen ini digunakan oleh pengembang swasta (pelaku usaha) dalam
mengurus izin lingkungan.
Pengurusan izin lingkungan sudah terintegrasi secara elektronik sesuai dengan
standar pelayanan publik dan perlindungan lingkungan hidup.
e. Permen LHK No P.38 Tahun 2019 tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan
Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Pembangkit PLTS dengan kapasitas ≥ 50 MW wajib AMDAL.
Tabel 3 – Dokumen lingkungan hidup
19
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Mekanisme Mengisi formulir SPPL Melalui tahap pemerksaan Melalui tahapan penilai
penyusunan dan melakukan dokuemn UKL/UPL oleh Komisi Penilai AMDAL
pendaftaran langsung sebelum mendapatkan sebelum mendapatkan
ke instansi/Lembaga rekomendasi persetujuan Surat Keputusan
lingkungan hidup atau penolakan UKL/UPL Kelayakan/Izin
daerah setempat Lingkungan
Media pengajuan Pemerintah Pemerintah Pemerintah
pusat/daerah melalui pusat/daerah melalui pusat/daerah melalui
Lembaga lingkungan Lembaga lingkungan Lembaga lingkungan
setempat setempat setempat
Pengembang (pelaku Pengembang (pelaku Pengembang (pelaku
usaha) melalui OSS usaha) melalui OSS usaha) melalui OSS
* Sertifikat dapat berkoordinasi dengan BNSP/LSP, sesuai dengan kriteria pada Permen
Tenaga Kerja No. 122/2016.
Saat ini pedoman izin lingkungan mengacu kepada Peraturan Menteri LH No No.16
Tahun 2012 dan Peraturan Menteri LHK No P.26 Tahun 2018. Kedua peraturan
tersebut menjadi acuan dalam menyusun dokumen lingkungan, baik disusun oleh
Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah ataupun pengembang swasta/pelaku usaha.
Dalam menyusun dokumen panduan pengelolaan lingkungan PLTS disusun sesuai
dengan kapasitas PLTS apakah akan menyusun SPPL, formulir UKL-UPL, ataupun
dokumen Amdal.
21
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
BAB IV
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
Dokumen lingkungan dibagi menjadi tiga kategori yaitu SPPL, UKL/UPL dan AMDAL.
Penentuan kriteria dilakukan sesuai jenis rencana usaha dan/atau kegiatan
berdasarkan kriteria yang dijelaskan pada Tabel 3. Adapun informasi dan penjelasan
isi dokumen sebagaimana dideskripsikan pada sub bab selanjutnya:
4.1. SPPL
22
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
pembangunan PLTS dengan kapasitas 1-50 MW wajib memiliki formulir UKL-UPL yang
dapat diajukan ke Lembaga lingkungan daerah setempat.
23
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Sumber dampak, kegiatan penghasil dampak untuk setiap tahapan
kegiatan pembangunan PLTS (pra-kontruksi, konstruksi, operasi, dan
pasca operasi);
Jenis dampak, kegiatan pembangunan PLTS pada setiap tahapan kegiatan
(pra-kontruksi, konstruksi, operasi, dan pasca operasi);
Besaran dampak, parameter yang bersifat kuantitatif, besaran dampak
harus dinyatakan secara kuantitatif (pra-kontruksi, konstruksi, operasi, dan
pasca operasi);
2. Bentuk upaya pengelolaan lingkungan hidup (UKL)
Kolom upaya pengelolaan lingkungan hidup terdiri atas tiga sub kolom yang
berisi informasi:
Bentuk upaya pengelolaan lingkungan hidup, yang diisi dengan informasi
mengenai bentuk/jenis pengelolaan lingkungan hidup yang direncanakan
untuk mengelola setiap dampak lingkungan yang ditimbulkan;
Lokasi pengelolaan lingkungan hidup, yang diisi dengan informasi
mengenai lokasi dimana pengelolaan lingkungan dimaksud dilakukan
(dapat dilengkapi dengan narasi yang menerangkan bahwa lokasi tersebut
disajikan lebih jelas dalam peta pengelolaan lingkungan pada lampiran
UKL-UPL); dan
Periode pengelolaan lingkungan hidup, yang diisi dengan informasi
mengenai waktu/periode dilakukannya bentuk upaya pengelolaan
lingkungan hidup yang direncanakan.
3. Bentuk upaya pemantauan lingkungan (UPL)
Kolom Upaya Pemantauan Lingkungan terdiri atas tiga sub kolom yang berisi
informasi:
Bentuk upaya pemantauan lingkungan, kegiatan memahami fenomena-
fenomena yang terjadi pada berbagai tingkatan mulai dari prilaku dampak
yang timbul akibat usaha dan/atau kegiatan.
Lokasi pemantauan lingkungan, lokasi pembangunan PLTS.
Periode pemantauan lingkungan, kegiatan yang dilakukan dalam
mengevaluasi dan monitoring pengelolaan lingkungan.
4. Institusi pengelola dan pemantauan lingkungan
24
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Kolom Institusi Pengelola dan Pemantauan Lingkungan, yang diisi dengan
informasi mengenai berbagai institusi yang terkait dengan pengelolaan
lingkungan dan pemantauan lingkungan yang akan:
Melakukan/melaksanakan pengelolaan lingkungan dan pemantauan
lingkungan;
Melakukan pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup
dan pemantauan lingkungan; dan
Menerima pelaporan secara berkala atas hasil pelaksanaan komitmen
pengelolaan lingkungan dan pemantauan lingkungan sesuai dengan
lingkup tugas instansi yang bersangkutan, dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
d) Jumlah dan jenis izin PPLH yang iibutuhkan
Dalam hal rencana kegiatan pembangunan PLTS yang diajukan memerlukan Izin
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH).
e) Surat pernyataan
Bagian ini berisi pernyataan/komitmen pemrakarsa pembangunan PLTS untuk
melaksanakan UKL-UPL yang ditandatangani di atas kertas bermaterai.
f) Daftar pustaka
Menuliskan sumber data dan informasi yang digunakan dalam penyusunan UKL-
UPL.
g) Lampiran
Formulir UKL-UPL PLTS juga dapat dilampirkan data dan informasi lain yang dianggap
perlu atau relevan, antara lain:
Bukti formal yang menyatakan bahwa jenis usaha kegiatan pembangunan PLTS
tersebut secara prinsip dapat dilakukan;
Bukti formal bahwa rencana lokasi kegiatan pembangunan PLTS;
Informasi detail lain mengenai rencana kegiatan pembangunan PLTS;
Peta yang sesuai dengan kaidah kartografi dan/atau ilustrasi lokasi
pembangunan PLTS;
Data dan informasi lain yang dianggap perlu.
25
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
B. Pengajuan formulir UKL-UPL untuk pengembang swasta/pelaku
usaha
Pelaku usaha/IPP yang akan mengajukan dokumen UKL-UPL melalui OSS telah
menyusun perencanaan usaha dan/atau kegiatan, lokasi usaha dan/atau kegiatan dan
perlu integrasi dengan persyaratan dan kewajiban perlindungan pengelolaan
lingkungan hidup serta hasil analisis dampak lalu lintas pada rencana pembangunan
PLTS. Selain hal tersebut data dan informasi perlu mencakup:
a. Arahan hasil penapisan dari intasnsi lingkungan hidup sesuai dengan
kewenangannya
b. Deskripsi rencana usaha dan /atau kegiatan
c. Rona lingkungan hidup awal dan disekitar lokasi rencana
d. Hasil konsultasi publik dalam hal konsultasi publik telah dilakukan sebelum pelaku
usaha mengajukan permohonan izin usaha ke Lembaga OSS.
Jangka waktu dalan pengisian dan pengajuan UKL-UPL dilakukan paling lama 10
(sepuluh) hari kerja setelah lembaga OSS menerbitkan izin lingkungan berdasarkan
komitmen. Formulir UKL-UPL diisi dengan cara:
a. Formulir identitas pelaku usaha
b. Formulir deskripsi rinci rencana usaha dan/atau kegiatan
c. Matrik dampak lingkungan yang akan terjadi
d. Program pengelolaan serta pemantauan lingkungan
e. Formulir pernyataan komitmen pemrakarsa dalam formulir UKL-UPL
f. Daftar pustaka
g. Lampiran
Sesuai dengan Permen LHK Nomor P. 38 Tahun 2019 bahwa rencana usaha dan/atau
kegiatan yang berdampak penting wajib memiliki Amdal. Kegiatan yang berdampak
penting terdiri dari:
27
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Hal-hal umum yang diatur dalam Permen LHK P.226 tahun 2018 adalah sebagai
berikut:
a. Data dan informasi yang perlu mencakup hal-hal sebagai berikut:
Arahan hasil penapisan dari intasnsi lingkungan hidup sesuai dengan
kewenangannya
Deskripsi rencana usaha dan /atau kegiatan
Rona lingkungan hidup awal dan disekitar lokasi rencana
Hasil konsultasi publik dalam hal konsultasi publik telah dilakukan sebelum
pelaku usaha mengajukan permohonan izin usaha ke Lembaga OSS.
b. Tahapan dalam melengkapi dokumen Amdal adalah sebagai berikut:
Pelaksanan pengumuman rencana usaha dan/atau kegiatan serta konsultasi
publik
Pengisian dan pengajuan formulir Kerangka Acuan
Penyusunan dan pengajuan Andal dan RKL-RPL
Penilaian Andal dan RKL-RPL dan penetapan keputusan kelayakan lingkungan
hidup atau ketidaklayanagn lingkungan hidup.
Penyusunan dokumen Amdal dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak lembaga
OSS menerbitkan izin lingkungan berdasarkan komitmen pelaku usaha yang telah
mencantumkan pada formulir Kerangka Acuan (KA) dan perseutujuan Formulir KA,
sedangkan penyusunan dokumen Andal dan RKL-RPL dilakukan paling lama 180
(seratur delapan puluh) hari kerja.
29
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
dari pihak yang berwenang. Bukti formal atas persetujuan prinsip
tersebut wajib dilampirkan;
b. Alasan mengapa rencana usaha dan/atau kegiatan ini wajib memiliki
Amdal dan pendekatan studi yang digunakan (tunggal, terpadu, atau
kawasan); dan
c. Alasan mengapa rencana usaha dan/atau kegiatan ini dinilai oleh
Komisi Penilai Amdal (KPA) Pusat, Provinsi, atau Kabupaten/Kota.
Tujuan rencana kegiatan berisi:
a. Uraian umum maupun rinci mengenai tujuan dilaksanakannya
rencana usaha dan/atau kegiatan; dan
b. Justifikasi manfaat dari rencana kegiatan kepada masyarakat sekitar
dan peranannya terhadap pembangunan nasional dan daerah.
Pelaksana studi yang berisi informasi tentang:
a. Pemrakarsa dan penanggung jawab rencana usaha dan/atau
kegiatan;
b. Pelaksana studi amdal yang terdiri dari tim penyusun dokumen amdal,
tenaga ahli dan asisten penyusunan dokumen handal.
2. Pelingkupan
Muatan pelingkupan pada dasarnya berisi informasi tentang:
a. Deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dikaji.
1. Status studi amdal, apakah dilaksanakan secara terintegrasi,
bersamaan atau setelah studi kelayakan teknis dan ekonomis.
2. Kesesuaian lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan dengan rencana
tata ruang sesuai ketentuan peraturan perundangan.
3. Deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan dengan fokus kepada
komponen-komponen kegiatan yang berpotensi menyebabkan
dampak lingkungan berdasarkan tahapan kegiatan,
b. Deskripsi rona lingkungan hidup awal (environmental setting).
Deskripsi umum rona lingkungan hidup awal berisi uraian mengenai rona
lingkungan hidup (environmental setting) secara umum di lokasi
rencana usaha dan/atau kegiatan yang mencakup:
30
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
1. Komponen lingkungan terkena dampak (komponen/features
lingkungan yang ada disekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan
serta kondisi lingkungannya), yang pada dasarnya paling sedikit
memuat:
a) Komponen geo-fisik-kimia:
Iklim: meliputi data radiasi matahari, curah hujan, kecepatan dan
arah angin, kelembapan relatif dan suhu udara dapat dilihat dari
pengukuran mandiri atau lembaga terkait.
Kualitas udara: Mutu udara ambient adalah kadar zat, energi,
dan atau komponen lain yang ada di udara bebas. Pencemaran
udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dari
komponen lain kedalam udara ambient oleh kegiatan manusia
sehingga mutu udara turun sampai ketingkat tertentu yang
menyebabkan udara ambient tidak dapat memenuhi fungsinya.
Kebisingan: Kebisingan diartikan sebagai bentuk suara yang
tidak diinginkan atau yang tidak sesuai dengan tempat dan
waktunya. Kebisingan juga diartikan sebagai suara yang pada
frekuensi dan besaran tertentu dapat mengganggu kenyamanan.
Geologi: Struktur geologi akan berbeda disetiap lokasi
pembangunan PLTS, sehingga perlu melihat kondisi di lokasi
PLTS.
Tanah: Secara fisik tanah terdiri atas campuran partikel
anorganik, bahan organik yang melapuk, air dan udara. Partikel
anorganik berupa bahan padatan yang terdiri atas kumpulan dari
beberapa jenis mineral.
Air larian: permukaan tanah menuju ke sungai, danau dan
lautan. Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah ada yang
langsung masuk ke dalam tanah atau disebut air infiltrasi.
Sebagian lagi tidak sempat masuk ke dalam tanah dan oleh
karenanya mengalir di atas permukaan tanah ke tempat yang
lebih rendah. Ada juga bagian dari air hujan yang telah masuk
ke dalam tanah, terutama pada tanah yang hampir atau telah
31
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
jenuh, air tersebut ke luar ke permukaan tanah lagi dan lalu
mengalir ke bagian yang lebih rendah. Aliran air permukaan yang
disebut terakhir sering juga disebut air larian atau limpasan.
Erosi: Perhitungan tingkat bahaya erosi pada suatu wilayah atau
lahan didasarkan pada perkiraan jumlah tanah hilang maksimum
yang terjadi pada lahan atau volume sedimen yang
dihasilkannya.
Kulaitas air merupakan salah satu kebutuhan hidup yang paling
penting, karena tanpa air berbagai proses tidak dapat
berlangsung. Untuk mengetahui kualitas air diwilayah kegiatan
dilakukan pengamatan dan pengukuran kualitas air berdasarkan
system Daerah Aliran Sungai (DAS).
b) Komponen biologi
Flora: vegetasi alamiah dan vegetasi budidaya
Fauna darat: jika PLTS dibangun di lingkungan hutan maka akan
mempengaruhi fauna disekitarnya.
c) Komponen sosio-ekonomi-budaya
Perilaku dan persepsi masyarakat, padat istiadat, warisan
budaya, jumlah dan kepadatan peduduk, mata pencaharian
penduduk, kesempatan kerja dan berusaha, pendapatan
masyarakat
d) Komponen kesehatan masyarakat.
Tingkat kualitas masyarakat, sanitasi, pusat layanan kesehatan.
2. Usaha dan/atau kegiatan yang ada di sekitar lokasi rencana usaha
dan/atau kegiatan yang diusulkan beserta dampak yang
ditimbulkannya terhadap lingkungan hidup. Tujuan penjelasan ini
adalah memberikan gambaran utuh tentang kegiatan- kegiatan lain
(yang sudah ada di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan)
yang memanfaatan sumber daya alam dan mempengaruhi lingkungan
setempat.
c. Hasil pelibatan masyarakat.
32
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Pelibatan masyarakat merupakan bagian proses pelingkupan. Pelibatan
masyarakat dilakukan melalui pengumuman dan konsultasi publik.
Prosedur pelibatan masyarakat dalam proses Amdal harus mengacu
pada peraturan perundang-undangan.
d. Dampak penting hipotetik.
Dampak penting hipotetik pada bagian ini penyusun dokumen amdal
menguraikan dampak penting hipotetik terkait dengan rencana usaha
dan/atau kegiatan yang diusulkan. Proses untuk menghasilkan dampak
penting hipotetik dilakukan dengan menggunakan metode-metode
ilmiah yang berlaku secara nasional dan/atau internasional di berbagai
literatur yang sesuai dengan kaidah ilmiah metode penentuan dampak
penting hipotetik dalam Amdal.
e. Batas wilayah studi dan batas waktu kajian
Batas wilayah studi ini merupakan batas terluar dari hasil tumpang susun
(overlay) dari batas wilayah proyek, ekologis, sosial dan administratif
setelah mempertimbangkan kendala teknis yang dihadapi.
3. Metode studi: metode pengumpulan dan analisis data yang akan digunakan,
metode prakiraan dampak penting yang akan digunakan, metode evaluasi
secara holistik terhadap dampak lingkungan
4. Daftar pustaka dan lampiran
Menuliskan sumber data dan informasi yang digunakan dalam penyusunan
dokumen KA.
5. Lampiran
Pada bagian lampiran, penyusun dokumen Amdal melampirkan informasi
tambahan yang terkait dengan:
Bukti formal yang menyatakan bahwa jenis usaha kegiatan tersebut
secara prinsip dapat dilakukan;
Copy sertifikat kompetensi penyusun Amdal;
Copy tanda registrasi lembaga penyedia jasa penyusunan (LPJP) Amdal
untuk dokumen Amdal yang disusun oleh LPJP atau tanda registrasi
penyusun perorangan, untuk dokumen amdal yang disusun oleh tim
penyusun perorangan;
33
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Keputusan Pembentukan Tim Pelaksana Studi Amdal, untuk dokumen
amdal yang disusun oleh tim penyusun perorangan;
Biodata singkat personil penyusun Amdal;
Surat pernyataan bahwa personil tersebut benar-benar melakukan
penyusunan dan ditandatangani di atas materai;
Informasi detail lain mengenai rencana kegiatan (jika dianggap perlu);
Bukti formal bahwa rencana lokasi Usaha dan/atau Kegiatan telah sesuai
dengan rencana tata ruang yang berlaku (kesesuaian tata ruang
ditunjukkan dengan adanya surat dari Badan Koordinasi Perencanaan
Tata Ruang Nasional (BKPTRN), atau instansi lain yang bertanggung
jawab di bidang penataan ruang);
Data dan informasi mengenai rona lingkungan hidup, antara lain berupa
tabel, data, grafik, foto rona lingkungan hidup, jika diperlukan;
Bukti pengumuman studi Amdal;
Butir-butir penting hasil pelibatan masyarakat yang antara lain dapat
berupa: hasil konsultasi publik; diskusi dengan pihak-pihak yang terlibat;
dan pengolahan data hasil konsultasipublik; dan
Data dan informasi lain yang dianggap perlu
B. AMDAL - Andal
a) Definisi, fungsi, dan tujuan
Analisis dampak lingkungan hidup selanjutnya disebut Andal adalah telaahan
secara cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan.
Fungsi pedoman penyusunan dokumen Andal Pedoman penyusunan Andal
digunakan sebagai dasar penyusunan Andal.
Tujuan dan fungsi Andal disusun dengan tujuan untuk menyampaikan telaahan
secara cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan. Hasil kajian dalam Andal berfungsi untuk memberikan
pertimbangan guna pengambilan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan dari
rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan.
b) Muatan dokumen andal
34
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
1. Pendahuluan
Pendahuluan ini memuat ringkasan deskripsi rencana usaha dan/atau
kegiatan, dampak penting hipotetik, batas wilayah studi dan batas waktu
kajian berdasarkan hasil pelingkupan dalam kerangka acuan (termasuk bila
ada alternatif-alternatif). Pada dasarnya berisikan info-info mengenai:
a. Ringkasan deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan PLTS;
Kesesuaian lokasi rencana/usaha
Deskripsi rencana usaha/kegiatan yang berpotensi menyebabkan
dampak lingkungan (tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, tahap
operasi, dan tahap pasca operasi).
b. Ringkasan dampak penting hipotetik PLTS yang ditelaah/dikaji
Setiap tahap kegiatan tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, tahap
operasi, dan tahap pasca operasi dibuat ringkasan evaluasi dampak
potensial.
c. Batas wilayah studi dan batas wilayah kajian PLTS
Batas wilayah studi (batas proyek, batas administratif, batas ekologis,
batas sosial).
Batas waktu kajian
2. Deskripsi rinci rona lingkungan hidup awal
Komponen lingkungan terkena dampak penting rencana usaha dan/atau
kegiatan (komponen/features lingkungan yang ada disekitar lokasi rencana
usaha dan/atau kegiatan serta kondisi lingkungannya), yang pada dasarnya
paling sedikit memuat:
1. Komponen lingkungan terkena dampak (komponen/features lingkungan
yang ada disekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan serta kondisi
lingkungannya), yang pada dasarnya paling sedikit memuat:
a) Komponen geo-fisik-kimia:
Iklim: meliputi data radiasi matahari, curah hujan, kecepatan dan
arah angin, kelembapan relatif dan suhu udara dapat dilihat dari
pengukuran mandiri atau lembaga terkait.
Kualitas udara: Mutu udara ambient adalah kadar zat, energi, dan
atau komponen lain yang ada di udara bebas. Pencemaran udara
35
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dari komponen
lain kedalam udara ambient oleh kegiatan manusia sehingga mutu
udara turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan udara
ambient tidak dapat memenuhi fungsinya.
Kebisingan: Kebisingan diartikan sebagai bentuk suara yang tidak
diinginkan atau yang tidak sesuai dengan tempat dan waktunya.
Kebisingan juga diartikan sebagai suara yang pada frekuensi dan
besaran tertentu dapat mengganggu kenyamanan.
Geologi: Struktur geologi akan berbeda disetiap lokasi
pembangunan PLTS, sehingga perlu melihat kondisi di lokasi PLTS.
Tanah: Secara fisik tanah terdiri atas campuran partikel anorganik,
bahan organik yang melapuk, air dan udara. Partikel anorganik
berupa bahan padatan yang terdiri atas kumpulan dari beberapa
jenis mineral.
Air larian: permukaan tanah menuju ke sungai, danau dan lautan.
Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah ada yang langsung
masuk ke dalam tanah atau disebut air infiltrasi. Sebagian lagi
tidak sempat masuk ke dalam tanah dan oleh karenanya mengalir
di atas permukaan tanah ke tempat yang lebih rendah. Ada juga
bagian dari air hujan yang telah masuk ke dalam tanah, terutama
pada tanah yang hampir atau telah jenuh, air tersebut ke luar ke
permukaan tanah lagi dan lalu mengalir ke bagian yang lebih
rendah. Aliran air permukaan yang disebut terakhir sering juga
disebut air larian atau limpasan.
Erosi: Perhitungan tingkat bahaya erosi pada suatu wilayah atau
lahan didasarkan pada perkiraan jumlah tanah hilang maksimum
yang terjadi pada lahan atau volume sedimen yang dihasilkannya.
Kuaitas air merupakan salah satu kebutuhan hidup yang paling
penting, karena tanpa air berbagai proses tidak dapat
berlangsung. Untuk mengetahui kualitas air diwilayah kegiatan
dilakukan pengamatan dan pengukuran kualitas air berdasarkan
sistem Daerah Aliran Sungai (DAS).
36
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
b) Komponen biologi
Flora: vegetasi alamiah dan vegetasi budidaya
Fauna darat: jika PLTS dibangun di lingkungan hutan maka akan
mempengaruhi fauna disekitarnya.
c) Komponen sosio-ekonomi-budaya
Perilaku dan persepsi masyarakat, padat istiadat, warisan budaya,
jumlah dan kepadatan peduduk, mata pencaharian penduduk,
kesempatan kerja dan berusaha, pendapatan masyarakat
d) Komponen kesehatan masyarakat.
Tingkat kualitas masyarakat, sanitasi, pusat layanan kesehatan.
3. Prakiraan dampak penting
Analisis prakiraan dampak penting pada dasarnya menghasilkan informasi
mengenai besaran dan sifat penting dampak untuk setiap dampak penting
hipotetik (DPH) yang dikaji. Karena itu dalam bagian ini, penyusun dokumen
Amdal menguraikan hasil prakiraan secara cermat mengenai besaran dan
sifat penting dampak untuk setiap dampak penting hipotetik (DPH) yang
dikaji.
Perhitungan dan analisis prakiraan dampak penting hipotetik tersebut
menggunakan metode prakiraan dampak yang tercantum dalam kerangka
acuan. Metode prakiraan dampak penting menggunakan metode-metode
ilmiah yang berlaku secara nasional dan/atau internasional di berbagai
literatur yang sesuai dengan kaidah ilmiah metode prakiraan dampak penting
dalam Amdal.
Besaran dan sifat penting dampak untuk masing-masing DPH mengacu
kepada UU No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Hal- hal yang perlu dicantumkan adalah sebagai berikut:
Jumlah manusia yang terkena dampak
Luas wilayah penyebaran dampak
Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak
Sifat kumulatif dampak
Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
37
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Kriteria lain sesuai ilmu dan teknologi
4. Evaluasi secara holistik terhadap dampak lingkungan
Dalam bagian ini, pada dasarnya penyusun dokumen Amdal menguraikan
hasil evaluasi atau telaahan keterkaitan dan interaksi seluruh dampak penting
hipotetik (DPH) dalam rangka penentuan karakteristik dampak rencana
usaha dan/atau kegiatan secara total terhadap lingkungan hidup. Dalam
melakukan evaluasi secara holistik terhadap DPH tersebut, penyusun
dokumen Amdal menggunakan metode evaluasi dampak yang tercantum
dalam kerangka acuan.
Identifikasi dampak dan mengevaluasi dampak penting dan dilanjutkan
dengan prediksi besaran dan sifat penting pada tahap (tahap pra
konstruksi, tapak konstruksi, tahap operasi, dan tahap pasca operasi).
Wilayah yang perlu mendapatkan perhatian/ wilayah yang menerima
dampak.
Arahan pengelolaan lingkungan/ seluruh kegiatan yang terkena dampak
(pendekatan teknologi, pendekatan sosial ekonomi, pendekatan institusi,
SOP).
Kesimpulan kelayakan lingkungan dari pemrakarsa.
5. Daftar pustaka
Menuliskan sumber data dan informasi yang digunakan dalam penyusunan
dokumen Andal.
6. Lampiran
Pada bagian lampiran, penyusun dokumen Andal dapat melampirkan hal-hal
sebagai berikut:
Surat Persetujuan Kesepakatan Kerangka Acuan atau Pernyataan
Kelengkapan Administrasi Dokumen Kerangka Acuan.
Data dan informasi rinci mengenai rona lingkungan hidup, antara lain
berupa tabel, data, grafik, foto rona lingkungan hidup, jika diperlukan.
Ringkasan dasar-dasar teori, asumsi-asumsi yang digunakan, tata cara,
rincian proses dan hasil perhitungan-perhitungan yang digunakan dalam
prakiraan dampak.
38
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Ringkasan dasar-dasar teori, asumsi-asumsi yang digunakan, tata cara,
rincian proses dan hasil perhitungan-perhitungan yang digunakan dalam
evaluasi secara holistik terhadap dampak lingkungan.
Data dan informasi lain yang dianggap perlu atau relevan.
C. AMDAL- RKL-RPL
a) Definisi
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup selanjutnya disebut RKL adalah upaya
penanganan dampak lingkungan yang ditimbulkan dari rencana usaha dan/atau
kegiatan. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup selanjutnya disebut RPL
adalah upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak
dari rencana usaha dan/atau kegiatan.
RKL-RPL harus memuat mengenai upaya untuk menangani dampak dan
memantau komponen lingkungan hidup yang terkena dampak terhadap
keseluruhan dampak, bukan hanya dampak yang disimpulkan sebagai dampak
penting dari hasil proses evaluasi holistik dalam Andal.Sehingga untuk beberapa
dampak yang disimpulkan sebagai bukan dampak penting, namun tetap
memerlukan dan direncanakan untuk dikelola dan dipantau (dampak
lingkungan hidup lainnya), maka tetap perlu disertakan rencana pengelolaan
dan pemantauannya dalam RKL-RPL.
40
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Seluruh elemen-elemen matriks rencana pengelolaan PLTS dijabarkan setiap
tahap pembangunan PLTS dari mulai tahap pra konstruksi, tahap konstruksi,
tahap operasi, dan tahap pasca operasi.
3. Rencana pemantauan lingkungan hidup
Rrencana pemantauan dalam bentuk matrik atau tabel untuk dampak yang
ditimbulkan. Matrik atau tabel ini berisi pemantauan terhadap terhadap
dampak yang ditimbulkan. Matrik atau tabel tersebut disusun dengan
menyampaikan elemen-elemen sebagai berikut:
a. Dampak yang dipantau, yang terdiri dari: jenis dampak yang terjadi,
komponen lingkungan yang terkena dampak, dan indikator/parameter
yang dipantau dan sumber dampak.
b. Bentuk pemantauan lingkungan hidup yang terdiri dari metode
pengumpulan dan analisis data, lokasi pemantauan, waktu dan frekuensi
pemantauan.
c. Institusi pemantau lingkungan hidup, yang terdiri dari pelaksana
pemantauan, pengawas pemantauan dan penerima laporan
pemantauan
Seluruh elemen-elemen matriks rencana pemantauan PLTS dijabarkan
setiap tahap pembangunan PLTS dari mulai tahap pra konstruksi, tahap
konstruksi, tahap operasi, dan tahap pasca operasi.
4. Jumlah dan jenis izin PPLH yang dibutuhkan
Dalam hal rencana usaha dan/atau kegiatan yang diajukan memerlukan izin
PPLH, maka dalam bagian ini, penyusun dokumen Amdal sudah
mengidentifikasi dan merumuskan daftar jumlah dan jenis izin perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup yang dibutuhkan berdasarkan rencana
pengelolaan lingkungan hidup.
Dalam pembangunan PLTS biasanya yang menjadi fokus jenis izin PPLH
adalah izin Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) untuk limbah B3.
5. Pernyataan komitmen pelaksanaan RKL-RPL
Pernyataan pemrakarsa memuat pernyataan dari pemraksarsa untuk
melaksanakan RKL-RPL yang ditandatangani di atas kertas bermaterai.
6. Daftar pustaka
41
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Menuliskan sumber data dan informasi yang digunakan dalam penyusunan
dokumen RKL-RPL.
7. Lampiran
Penyusun dokumen Amdal juga dapat melampirkan data dan informasi lain
yang dianggap perlu atau relevan.
44
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
BAB V
ASPEK PENGELOLAAN LINGKUNGAN PLTS
45
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
BAB V
ASPEK PENGELOLAAN LINGKUNGAN PLTS
46
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
masing-masing warga yang tanahnya akan dibangun PLTS sehingga perlu
dibayar atas pembebasan lahan kepada warga.
Pada saat proses akuisisi lahan, perlu dipastikan tidak terjadi konflik sosial
dengan masyarakat dan tidak menyalahi norma/adat setempat.
Keabsahan/legalitas kepemilikan lahan juga perlu dipastikan untuk meminimalisir
risiko hukum kedepannya.
Mengikuti aturan mengenai dibidang pertanahan.
c. Sosialisasi dan konsultasi publik
Kegiatan sosialisasi dan konsultasi publik adalah penyampaian informasi kepada
masyarakat tentang adanya kegiatan pembangunan di wilayahnya. Hal ini untuk
menghimpun pendapat, pandangan kepada masyarakat dan memberikan
gambaran kegiatan pembangunan PLTS sehingga akan membangun kesepakatan
bagi semua pemangku kepentingan dalam pengelolaan lingkungan PLTS.
Pada saat proses sosialisasi, perlu dipastikan tidak terjadi konflik dengan
masyarakat. Diupayakan pendekatan edukasi dengan mengedepankan
norma/adat istiadat setempat sehingga masyarakat dapat lebih mudah
memahami dan menerima keberadaan PLTS baik dilihat dari aspek manfaat
maupun dari aspek lingkungan.
47
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Pada kegiatan ini perlu diperhatikan faktor keamanan lingkungan, terutama
untuk jalur pengolahan/pembuangan limbah operasional selama proses
konstruksi
c. Mobilisasi peralatan/material
Pelaksanana kegiatan pembangunan memerlukan material dan sejumlah alat
bantu mekanis yang memadai, peralatan tersebut sangat diperlukan mengingat
kegiatan pembangunan memerlukan spesifikasi teknis peralatan yang khusus
untuk pembangunan PLTS. Biasanya pembangunan PLTS off grid berada di lokasi
relatif melewati pemukiman warga, sehingga material seperti semen perlu
diperhatikan sehingga tidak mencemari lingkungan warga yang dilewati. Perlu
dipastikan proses pengiriman dilakukan oleh kurir berizin dengan
mengedepankan standar keamanan dan lingkungan terutama untuk material-
material yang mengandung B3.
Pada kegiatan ini, perlu dipastikan proses pengiriman dilakukan oleh kurir berizin
dengan mengedepankan standar keamanan dan lingkungan terutama untuk
material-material yang mengandung B3.
Mengikuti aturan bidang transportasi.
d. Penyiapan/pematangan lahan
Penyiapan/pematangan lahan terdiri dari beberapa kegiatan antara lain:
Pada kegiatan ini perlu untuk selalu mengedepankan aspek lingkungan sehingga
perlindungan lingkungan dapat terjaga dengan baik terutama saat pelaksanaan
cut&fill lahan serta clearing/pembersihan permukaan lahan (baik vegetasi
maupun fauna yang mungkin ada).
Pembersihan dan grubbing semua tumbuhan. Pembersihan sesuai dengan
pembuangan bahan sampai ke tanah asli yang keras. Bahan-bahan harus
dibersihkan termasuk, tanpa batasan, pohon, kayu, semak, tanaman rumput,
tumbuhan longgar, struktur, pondasi dan setiap instalasi bawah tanah di dalam
areal konstruksi. Pengelupasan dan pembuangan humus pada area pondasi dan
pipa dikuburkan dan daerah di mana bangunan permanen akan berlokasi
(misalnya stasiun inverter, bangunan utama) di dalam areal konstruksi,
umumnya kedalaman 20 sampai 30 cm di bawah permukaan tanah yang ada.
48
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Pembuangan bahan yang dibersihkan. Kayu sisa konstruksi harus disimpan
dengan rapi dan ditumpuk di tempat yang ditentukan. Semua kayu lainnya dan
semua semak-semak, tunggul, akar dan sampah lainnya dari kegiatan
pembersihan dan grubbing harus diangkut oleh kontraktor/pihak ketiga ke
Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Pembuangan bahan yang dibersihkan. Semua kayu dan semak-semak, tunggul,
akar dan sampah lainnya dari kegiatan pembersihan dan grubbing harus diangkut
oleh kontraktor/pihak ketiga ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Pemulihan saluran air di daerah yang dibersihkan untuk mencegah halangan di
saluran drainase lokasi, kontraktor harus menjaga setiap areal drainase bebas
dari pohon-pohon tumbang, tunggul, semak dan sampah lainnya. Penyimpanan
sementara terletak jauh dari saluran drainase.
Penyediaan lahan harus mempertimbangkan kondisi topografi karena
kemungkinan adanya kondisi lahan yang berbeda-beda. Oleh karena itu perlu
adanya rekayasa teknis contoh cut and fill sehingga kondisi topografi tanah
memenuhi syarat teknis untuk pembangunan PLTS.
Pada kegiatan ini perlu untuk selalu mengedepankan aspek lingkungan sehingga
perlindungan lingkungan dapat terjaga dengan baik terutama saat pelaksanaan
cut&fill lahan serta clearing/pembersihan permukaan lahan (baik vegetasi
maupun fauna yang mungkin ada).
e. Pembangunan pembangkit dan sarana penunjang
Kegiatan konstruksi utama utama adalah memasang instalasi modul PV,
membangun stasiun utama yang terdiri dari ruang kontrol, ruang pemeliharaan
dan operasional, gudang material.
Sarana penunjang yang dibangun berupa standar kekerasan jalan, beban
kendaran, frekuensi penggunaan, tanda lalu lintas, belokan, dan manajemen
pemantauan jalan. Lainnya adalan bangunan untuk petugas keamanan, ruang
penyimpanan, peralatan pemadam kebakaran, dan toilet.
Mengikuti aturan bidang sipil, konstruksi, dan ketenagalistrikan.
f. Pendirian/pemasangan tiang transmisi dan/atau distribusi
Jalur transmisi dan/atau distribusi merupakan saluran udara tegangan rendah
dan menengah.
49
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Mengikuti aturan bidang ketenagalistrikan.
g. Pengelolaan limbah
Pengelolaan limbah seperti dus, kabel, plastik dll yang telah digunakan dapat
dikelola pada tempat yang sudah disediakan dan berada di luar PLTS.
Limbah B3 dengan karakter reaktif, korosif, dan/atau beracun wajib memiliki
konstruksi dinding dibuat mudah untuk dilepas dan konstruksi atap, dinding, dan
lantai harus tahap terhadap korosi dan api.
Limbah B3 yang dihasilkan oleh kegiatan pengembangan PLTS antara lain modul surya,
baterai, minyak oli trafo, sisa kabel, sisa plastik.
a. Modul surya: Penyumbang utama berat total modul PV silikon kristal adalah kaca
(75%), diikuti oleh polimer (10%), aluminium (8%), silikon (5%), tembaga (1%)
dan sejumlah kecil perak, timah, dan komponen logam lainnya. Timbal dan timah,
jika larut ke dalam tanah dan air tanah menyebabkan masalah kesehatan dan
lingkungan. Untuk bahan-bahan yang masih berharga seperti tembaga, perak,
silikon dan komponen logam lainnya memberikan peluang jika dilakukan daur
ulang untuk mencegah pencemaran lingkungan.
b. Baterai: Setiap ada baterai yang rusak atau telah habis masa pakainya, maka
baterai tersebut menjadi limbah B3 yang harus dikelola, prosedur pengelolaan
yaitu mengidentifikasi jumlah limbah baterai bekas yang dihasilkan. Tatacara
pengumpulan dan penyimpanan limbah B3 baterai bekas sudah diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 dan Keputusan Bappedal Nomor 1
Tahun 1995. Kegiatan pengangkutan Limbah B3 Baterai bekas diatur dalam
Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014.
c. Minyak oli trafo: sisa minyak oli trafo disimpan dengan baik, sehingga tidak
terbuang di lokasi PLTS dan tidak menyebabkan kerusakan lingkungan.
d. Sisa kabel: Sisa kabel sisa dari pemasangan jaringan PLTS, disimpan dengan baik
sehingga apabila akan ada pergantian kabel bisa digunakan kembali, dan kabel
yang rusak diidentifikasi untuk dipisahkan dengan limbah yang cair.
e. Sisa plastik: sisa plastik dari bungkusan material diidentifikasi dengan limbah-
limbah yang lainnya, sehingga tidak tercampur dan tidak merusak lingkungan
sekitar dan lingkungan PLTS.
54
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
BAB VI
IDENTIFIKASI DAMPAK
DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN
55
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit ListrikTenaga
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik TenagaSurya
Surya(PLTS)
(PLTS)
BAB VI
IDENTIFIKASI DAMPAK DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
Identifikasi dampak umumnya difokuskan pada kegiatan suatu usaha atau proyek yang
diperkirakan akan menjadi sumber dampak serta komponen-komponen/parameter-
parameter lingkungan yang diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar akibat
rencana kegiatan/usaha/proyek. Penyebab dampak atau sumber perubahan
lingkungan harus ditetapkan saat proses identifikasi terutama pada tahapan atau
proses yang terjadi pada komponen lingkungan yang terkena dampak. Selanjutnya
dilakukan upaya penanganan dampak lingkungan baik berupa upaya pencegahan,
penanggulangan maupun pengendalian. Upaya-upaya ini diarahkan agar dapat
mengurangi dampak-dampak yang bersifat negatif serta mengembalikan dampak-
dampak yang bersifat positif.
Kegiatan pembangunan pembangkit listrik tenaga surya juga tidak terlepas dari
aktifitas yang memberikan dampak lingkungan. Akan tetapi, dampak-dampak yang
ditimbulkan dalam setiap tahapan mulai dari perencanaan sampai tahapan pasca
operasi telah diidentifikasi dan secara umum dijelaskan pada Tabel 4. Masing-masing
kegiatan diidentifikasi jenis dampaknya untuk dilakukan upaya pengelolaan serta
pemantauan pada setiap aktifitas yang umumnya dilakukan secara berkala setiap 6
(enam) bulan. Tabel 4 menjelaskan secara umum mengenai identifikasi dampak dan
bentuk pengelolaan serta periode pemantauan lingkungan di sekitar PLTS. Aktifitas
lain yang berlum teridentifikasi dalam kegiatan pembangunan dan pemanfatan PLTS
pada Tabel 4 dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi/aktifitas masing-masing
tahapan.
56
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Tabel 4 – Identifikasi dampak dan bentuk pengelolaan dan pemantauan lingkungan PLTS
57
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
3 Sosialisasi Persepsi masyarakat 1. Mengakomodir saran dan tanggapan dari Dilakukan selama
masyarakat sekitar yang disampaikan pada saat berlangsungnya
sosialisasi rencana kegiatan. kegiatan pada tahap
2. Menyediakan fasilitas pusat informasi dan posko pra konstruksi dan
pengaduan untuk menerima masukan dan keluhan pelaporan setiap 6
dari masyarakat sekitar terkait dengan (enam) bulan sekali
pelaksanaan kegiatan. atau setiap semester
3. Menjalin komunikasi yang harmonis serta menjaga
kemitraan dengan masyarakat sekitar untuk
memudahkan keberlanjutan proyek.
4. Selalu melakukan koordinasi dan penyampaian
informasi yang tepat terkait rencana kegiatan
dalam setiap tahapannya dengan melibatkan
aparat pemerintah setempat, tokoh masyarakat
dan perwakilan masyarakat sehingga terbentuk
komunikasi, koordinasi dan kerjasama yang baik
antara pihak pemrakarsa kegiatan dengan
masyarakat di sekitar lokasi rencana kegiatan.
TAHAP KONSTRUKSI
1 Perekrutan Tenaga Persepsi masyarakat 1. Memprioritaskan dan melibatkan tenaga kerja Dilakukan selama
Kerja lokal dalam proses pembangunan melalui berlangsungnya
kontraktor terkait. kegiatan pada tahap
konstruksi dan
2. Mensyaratkan kontraktor dan sub-kontraktor
pelaporan setiap 6
untuk melakukan sosialisasi mengenai (enam) bulan sekali
kesempatan kerja sebagai tenaga kerja atau setiap semester
konstruksi; jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan,
persyaratan yang dibutuhkan, dan mekanisme
penerimaan.
3. Melakukan Sosialisasi penerimaan tenaga kerja
dengan dilakukan bekerja sama dengan kepala
desa/lurah.
58
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
2 Pembuatan dan Keluhan masyarakat 1. Memakai alat-alat yang terpelihara dan Dilakukan selama
operasionalisasi terhadap gangguan menggunakan teknik konstruksi yang benar berlangsungnya
basecamp kenyamanan, sehingga tingkat kebisingannya rendah. kegiatan pada tahap
kebisingan, konstruksi dan
2. Tidak ada kegiatan konstruksi antara jam 22.00-
keamanan. pelaporan setiap 6
05.00 (jam istirahat malam) kecuali keadaan (enam) bulan sekali
tertentu yang mengharuskan dilakukan pada atau setiap semester
malam hari. Dengan berkoordinasi dengan
kelurahan/desa dan masyarakat sekitar kegiatan
konstruksi.
3 Aksesbilitas/Mobilisasi Ketidaknyamanan 1. Mengatur kecepatan kendaraan pengangkut Dilakukan selama
peralatan/ material kawasan material dan kendaraan proyek lainnya dengan berlangsungnya
(contoh ketika hujan Kerusakan kecepatan <40 km/jam saat melewati daerah kegiatan pada tahap
semen bisa mencemari prasarana jalan konstruksi
permukiman penduduk yang dapat mereduksi
sekitar), dan tenaga dan lingkungan
kerja (dipecah): Penurunan kualitas kebisingan hingga 5 dBA.
udara, peningkatan 2. Melakukan perawatan berkala pada peralatan
kebisingan konstruksi dan kendaraan pengangkut material
dan kendaraan proyek lainnya untuk mengurangi
kebisingan mesin peralatan dan kendaraan.
3. Membatasi jadwal mobilisasi hingga sore hari
untuk mencegah kebisingan di malam hari di
lingkungan permukiman pada saat waktu istirahat.
4. Menggunakan kendaraan proyek yang memiliki
kelayakan teknis operasional berdasarkan hasil uji
kelaikan.
5. Menyediakan fasilitas pusat informasi dan posko
pengaduan untuk menerima masukan dan keluhan
dari masyarakat sekitar terkait dengan
pelaksanaan kegiatan di lokasi kegiatan
59
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
6. Koordinasi dan pemberitahuan kepada Kepala
Desa dan Camat serta instansi terkait selama
berlangsungnya pelaksanaan kegiatan untuk
mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
4 Penyiapan/pematangan Gangguan 1. Melakukan pembersihan lahan hanya pada lahan Dilakukan selama
lahan (termasuk keanekaragaman proyek. berlangsungnya
aksesbilitas ke lokasi hayati 2. Melakukan identifikasi dan inventarisasi jenis kegiatan pada tahap
PLTS) Pencemaran udara, konstruksi
tumbuhan sebelum melakukan pembersihan
tanah, dan air
lahan.
3. Melaksanakan penghijauan pada lahan terbuka
disekitar areal proyek.
4. Tidak melakukan penebangan pohon jika tidak
diperlukan, khususnya pada areal terganggu.
5. Menyediakan septic tank di basecamp.
6. Melakukan penyedotan septic tank secara berkala
oleh pihak ke-3 apabila septic tank dalam keadaan
penuh.
7. Melakukan penyiraman di sekitar tapak proyek,
khususnya pada area yang berdekatan dengan
masyarakat atau di area terdekat dengan
pemukiman.
8. Pemasangan pagar pembatas proyek di area yang
berdekatan dengan pemukiman penduduk.
9. Mempersyaratkan kepada kontraktor untuk
menggunakan kendaraan/alat berat yang memiliki
Sertifikat Laik Operasi (SLO).
5 Pembangunan Gangguan 1. Melakukan pembangunan hanya pada lahan Dilakukan selama
pembangkit dan sarana keanekaragaman proyek. berlangsungnya
penunjang hayati
60
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Penurunan kualitas 2. Melakukan identifikasi dan inventarisasi jenis kegiatan pada tahap
udara, air, dan tumbuhan sebelum melakukan pembersihan konstruksi
tanah lahan.
3. Melaksanakan penghijauan pada lahan terbuka
disekitar areal proyek.
4. Tidak melakukan penebangan pohon jika tidak
diperlukan, khususnya pada areal terganggu.
5. Menyediakan septic tank di basecamp
6. Melakukan penyedotan septic tank secara berkala
oleh pihak ke-3 apabila septic tank dalam keadaan
penuh.
7. Melakukan penyiraman di sekitar tapak proyek,
khususnya pada area yang berdekatan dengan
masyarakat atau di area terdekat dengan
pemukiman.
8. Pemasangan pagar pembatas proyek di area yang
berdekatan dengan pemukiman penduduk.
9. Mempersyaratkan kepada kontraktor untuk
menggunakan kendaraan/alat berat yang memiliki
Sertifikat Laik Operasi (SLO).
6 Pendirian/pemasangan Persepsi 1. Melakukan pembangunan hanya pada lahan Dilakukan selama
tiang transmisi masyarakat proyek. berlangsungnya
dan/atau distribusi tentang isu 2. Melakukan identifikasi dan inventarisasi jenis kegiatan pada tahap
keselamatan dan konstruksi
tumbuhan sebelum melakukan pembersihan
gangguan
lahan.
kesehatan
terhadap 3. Melaksanakan penghijauan pada lahan terbuka
masyarakat disekitar areal proyek.
61
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Gangguan 4. Tidak melakukan penebangan pohon jika tidak
keanekaragaman diperlukan, khususnya pada areal terganggu.
hayati 5. Menyediakan septic tank di basecamp.
6. Melakukan penyedotan septic tank secara berkala
oleh pihak ke-3 apabila septic tank dalam keadaan
penuh.
7. Melakukan penyiraman di sekitar tapak proyek,
khususnya pada area yang berdekatan dengan
masyarakat atau di area terdekat dengan
pemukiman.
8. Pemasangan pagar pembatas proyek di area yang
berdekatan dengan pemukiman penduduk.
9. Mempersyaratkan kepada kontraktor untuk
menggunakan kendaraan/alat berat yang memiliki
Sertifikat Laik Operasi (SLO).
10. Melakukan penyuluhan kesehatan kepada
masyarakat sekitar lokasi kegiatan melalui
program CD bidang kesehatan masyarakat,
termasuk vector penyakit malaria.
11. Terlibat aktif dalam tanggap darurat bidang
kesehatan masyarakat.
TAHAP OPERASI
1 Rekrutmen tenaga kerja Persepsi masyarakat 1. Memprioritaskan dan melibatkan tenaga kerja Dilakukan selama
lokal dalam proses pembangunan melalui berlangsungnya
kontraktor terkait. kegiatan pada tahap
operasi dan pelaporan
2. Mensyaratkan kontraktor dan sub-kontraktor
setiap 6 (enam) bulan
untuk melakukan sosialisasi mengenai sekali atau setiap
kesempatan kerja sebagai tenaga kerja semester
62
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
konstruksi; jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan,
persyaratan yang dibutuhkan, dan mekanisme
penerimaan.
3. Melakukan Sosialisasi penerimaan tenaga kerja
dengan dilakukan bekerja sama dengan kepala
desa/lurah.
2 Pengoperasian Kemungkinan 1. Menyiapkan IPAL Domestik. Dilakukan selama
pembangkit kebakaran akibat 2. Menyiapkan TPS sampah padat berlangsungnya
kegagalan sistem 3. Melakukan pemilahan sampahberdasarkan kegiatan pada tahap
Peningkatan air operasi
jenisnya, organik, anorganik.
limbah domestik
Peningkatan
sampah
3 Pemeliharaan baterai Kemungkinan 1. Menyiapkan dan mengurus izin TPS Limbah B3. Dilakukan selama
kebakaran akibat 2. Melakukan koordinasi dengan pihak ketiga berlangsungnya
kegagalan sistem pengumpul limbah b3 berizin untuk pengumpulan kegiatan pada tahap
Pencemaran akibat operasi
limbah b3.
tumpahan cairan
elektrolit baterai
dan limbah baterai
4 Pemeliharaan Peningkatan 1. Menyiapkan dan mengurus izin TPS limbah B3. Dilakukan selama
pembangkit Limbah B3 2. Melakukan koordinasi dengan pihak ketiga berlangsungnya
pengumpul limbah b3 berizin untuk pengumpulan kegiatan pada tahap
operasi
limbah b3.
5 Pengelolaan sistem Persepsi 1. Menyiapkan IPAL domestic. Dilakukan selama
sanitasi lingkungan masyarakat 2. Menyiapkan TPS sampah padat. berlangsungnya
kegiatan pada tahap
operasi
63
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
TAHAP PASCA OPERASI
1 Pemutusan hubungan Sumber penghasilan 1. Melakukan sosialisasi pemutusan tenaga kerja Dilakukan selama
kerja dan pendapatan dengan dilakukan bekerja sama dengan kepala berlangsungnya
masyarakat desa/lurah. kegiatan pada tahap
pasca operasi
2. Memberikan pesangon kepada tenaga kerja yang
diputus kontraknya.
2 Pembongkaran sisa Penumpukan limbah 1. Menyiapkan TPS sampah padat. Dilakukan selama
PLTS sampah, sipil 2. Melakukan pemilahan sampah berdasarkan berlangsungnya
maupun sisa jenisnya, organik, anorganik. kegiatan pada tahap
material PLTS pasca operasi
3. Menyiapkan dan mengurus izin TPS limbah B3.
64
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
BAB VII
PERHITUNGAN
NILAI PENURUNAN EMISI CO2
DARI PLTS (ON-GRID DAN OFF-GRID)
65
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit ListrikTenaga
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik TenagaSurya
Surya(PLTS)
(PLTS)
BAB VII
PERHITUNGAN NILAI PENURUNAN EMISI CO2 DARI PLTS
(ON-GRID DAN OFF GRID)
Penghitungn potensi pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) akan menjadi nilai
tambah dari dokumen lingkungan, karena kegiatan pembangunan PLTS membawa
dampak positif bagi lingkungan. Kegiatan pembangunan PLTS membantu
pengurangan emisi CO2 serta memantau upaya penurunan emisi GRK secara nasional.
Cara perhitungan penurunan emisi pada PLTS adalah sebagai berikut:
1
𝐸𝐵𝑦 = 𝐸𝐵𝐿,𝑦 × 𝐹𝐸 𝑦 ×
(1 − 𝑇𝐷𝐿)
Jika data yang diketahui adalah kapasitas terpasang pembangkit EBT, maka
persamaan yang digunakan adalah:
66
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Dimana:
𝐸𝐵𝐿,𝑦 = Energi baseline periode y (kWh)
KT = Kapasitas terpasang masing-masing jenis pembangkit (kW-peak)
DEy = Degradasi efisiensi (manufacture) untuk sel christalline sebesar 0.5 % per
tahun
Ry = Radiasi matahari per wilayah sesuai publikasi terakhir (kWh/m2/hari)
𝑘𝑊ℎ
Sehingga 𝐸𝐵𝐿,𝑦 = 24 (𝑘𝑊) 𝑥 (1 − 0.5%)𝑥 4.95 ( ℎ𝑎𝑟𝑖 )x 365 (hari) = 43.145,19 kWh
𝑚2
1
𝐸𝐵𝑦 = 43.145,19 (kWh) x 0.8 (tCO2/kWh) x (1−20%) = 43.145,19 tCO2
67
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Ply = Jumlah energi listrik neto yang disalurkan oleh aksi mitigasi ke sistem interkoneksi
tenaga listrik dalam periode y (MWh)
FEGy = Faktor emisi GRKsistem ketenagalistrikan dalam periode y (tCO2/MWh)
Sehingga EBy = 0,2 x 365 (hari) x 200 (kW) x 100 (%) x 0,99 x 5,12 (kWh/m2/hari)
= 74.004 MWh x 0,8 (tCO2/MWh)
= 61.424 tCO2
Maka, penurunan emisinya sebesar:
𝑃𝐸𝑦 = 𝐸𝐵𝑦 − 𝐸𝑃𝑦
= 61.424 – 0
= 61.424 tCO2
68
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
DAFTAR PUSTAKA
69
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
LAMPIRAN
Lampiran 1
Sesuai dengan Peraturan Menteri LHK Nomor 16 Tahun 2012
FORMAT TABEL RINGKASAN PROSES PELINGKUPAN AMDAL-KERANGKA ACUAN
No Deskripsi Rencana Pengelolaan Lingkungan Komponen Pelingkupan Wilayah Batas
kegiatan Yang Yang Sudah Lingkungan Studi waktu
Berpotensi Menimbulkan Direncanakan Sejak Terkena Kajian
Dampak Lingkungan Awal Sebagai Bagian Dampak
Dari Rencana Kegiatan
Dampak Evaluasi Dampak
Potensial Dampak Penting
Potensial Hipotik (DPH)
Tahap Pra Konstruksi
Tahap Konstruksi
Tahap Operasi
Tahap Pasca Operasi
70
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
FORMAT MATRIKS RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL)
No Dampak Lingkungan Sumber Indikator Bentuk Lokasi Periode Institusi
Yang Dikelola Dampak Keberhasilan Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan Lingkungan Lingkungan Lingkungan Lingkungan
Lingkungan Hidup Hidup Hidup Hidup Hidup
Dampak Penting Yang Dikelola
Jenis Dampak Indikator/ Sumber Metode Lokasi Waktu dan Pelaksana Pengawas Penerima
Yang Timbul Parameter Dampak Pengumpulan Pantau Frekuensi Laporan
dan Analisis
Dampak
Tahap Pra
Konstruksi
Tahap
Konstruksi
Tahap Operasi
Tahap Pasca
Operasi
71
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Lingkungan Lingkungan
Hidup Hidup
Tahap Pra
Konstruksi
Tahap
Konstruksi
Tahap
Operasi
Tahap
Pasca
Operasi
72
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN
LINGKUNGAN HIDUP (SPPL)
(..................N A M A...................)
A. UMUM
B. PELINGKUPAN
C. METODE STUDI
No DPH Metode Prakiraan Data dan Informasi yang Metode Pengumpulan Metode Analisisi Data Metode Evaluasi
Dampak Relevan dan Dibutuhkan Data Untuk Prakiraan Untuk Prakiraan
74
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
FORMAT MATRIKS RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL)
No Dampak Sumber Indikator Bentuk Lokasi Periode Institusi
Lingkungan Yang Dampak Keberhasilan Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan
Dikelola Pengelolaan Lingkungan Lingkungan Lingkungan Lingkungan
Lingkungan Hidup Hidup Hidup Hidup Hidup
Dampak Penting Yang Dikelola
75
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Tahap Pra
Konstruksi
Tahap
Konstruksi
Tahap
Operasi
Tahap
Pasca
Operasi
76
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN
LINGKUNGAN HIDUP (SPPL)
(..................N A M A...................)
77
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
DIREKTORAT ANEKA ENERGI BARU DAN ENERGI TERBARUKAN
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI
KEMENTERIAN SUMBER DAYA MINERAL
2020
78
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)