Anda di halaman 1dari 84

PANDUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA


(PLTS)

DIREKTORAT ANEKA ENERGI BARU DAN ENERGI TERBARUKAN


DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI
KEMENTERIAN SUMBER DAYA MINERAL
2020
Panduan Pengelolaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kami sampaikan
bahwa Buku Panduan Pengelolaan Lingkungan PLTS telah selesai disusun. Buku
Panduan ini memberikan referensi dan rujukan kepada pengembang PLTS seperti
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, instansi terkait lainnya, dan pengembang
swasta dalam menyusun dokumen panduan pengelolaan lingkungan dalam kegiatan
pembangunan PLTS.

Saat ini, aspek lingkungan sudah menjadi salah satu point penilaian bagi lembaga
pembiayaan dalam memberikan pinjaman kepada investor. Dengan perencanaan dan
pengelolaan PLTS yang berwawasan lingkungan, diharapkan akan memberikan nilai
tambah serta memperluas kesempatan pada pengembang untuk mendapatkan
bantuan dana dari lembaga pembiayaan.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih atas kerja sama seluruh pihak yang terlibat
dalam penyusunan buku panduan ini dan kami juga menyampaikan permohonan maaf
apabila ada hal yang kurang di dalam buku ini. Masukan dan saran untuk
penyempurnaan buku panduan ini sangat kami harapkan.

Jakarta, 2020
Tim Penyusun

ii
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
DAFTAR ISI

SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI


ENERGI ________________________________________________________ I
KATA PENGANTAR _______________________________________________ II
DAFTAR ISI ___________________________________________________ III
DAFTAR GAMBAR ________________________________________________ IV
DAFTAR TABEL __________________________________________________ IV
DAFTAR SINGKATAN _____________________________________________ V
BAB I PENDAHULUAN ______________________________________________2
1.1. Latar belakang ________________________________________________________ 2
1.2. Gambaran umum PLTS__________________________________________________ 3
1.3. Maksud dan tujuan _____________________________________________________ 4
1.4. Ruang lingkup _________________________________________________________ 5
1.5. Acuan normatif ________________________________________________________ 5
BAB II GAMBARAN UMUM PLTS ______________________________________8
2.1. Potensi energi surya di Indonesia _________________________________________ 8
2.2. Prinsip kerja PLTS ______________________________________________________ 9
2.3. Tahapan kegiatan PLTS ________________________________________________ 15
BAB III IZIN LINGKUNGAN PLTS ____________________________________18
3.1. Regulasi izin lingkungan ________________________________________________ 18
3.2. Pedoman izin lingkungan untuk Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah dan
pengembang swasta/pelaku usaha _____________________________________________ 20
BAB IV PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN _________________________22
4.1. SPPL _______________________________________________________________ 22
4.2. Formulir UKL-UPL _____________________________________________________ 22
4.3. Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) ____________________ 26
4.4. Identifikasi potensi limbah B3 ___________________________________________ 42
BAB V ASPEK PENGELOLAAN LINGKUNGAN PLTS ________________________46
5.1. Tahap pra konstruksi __________________________________________________ 46
5.2. Tahap konstruksi _____________________________________________________ 47
5.3. Tahap operasi ________________________________________________________ 50
5.4. Tahap pasca operasi ___________________________________________________ 52
5.5. Pengelolaan limbah B3 PLTS ____________________________________________ 53
BAB VI IDENTIFIKASI DAMPAK DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN __________56
BAB VII PERHITUNGAN NILAI PENURUNAN EMISI CO2 DARI PLTS (ON-GRID
DAN OFF GRID) _________________________________________________66
DAFTAR PUSTAKA _______________________________________________69
LAMPIRAN _____________________________________________________70

iii
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 - Peta potensi energi surya Indonesia (P3TKEBTKE, KESDM, 2017) ___________ 8
Gambar 2 – Blok diagram sistem PLTS __________________________________________ 11
Gambar 3 – Diagram sistem PLTS off grid tipe AC coupling _________________________ 12
Gambar 4 – Diagram sistem PLTS off grid tipe DC coupling _________________________ 12
Gambar 5 – Diagram sistem PLTS on grid _______________________________________ 12
Gambar 6 – Dampak-dampak lingkungan yang tercantum dalam RKL-RPL _____________ 39

DAFTAR TABEL

Tabel 1 – Potensi teknis surya per provinsi _______________________________________ 8


Tabel 2 – Komponen PLTS ___________________________________________________ 13
Tabel 3 – Dokumen lingkungan hidup __________________________________________ 19
Tabel 4 – Identifikasi dampak dan bentuk pengelolaan dan pemantauan lingkungan PLTS 57

iv
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
DAFTAR SINGKATAN

AC Alternating Current
Andal Analisis Dampak Lingkungan Hidup
AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
B3 Bahan Berbahaya dan Beracun
BKPTRN Badan Koordinasi Perencanaan Tata Ruang Nasional
DC Directing Current
DPH Dampak Penting Hipotetik
GRK Gas Rumah Kaca
KA Kerangka Acuan
KPA Komisi Penilai Amdal
LPJP Lembaga Penyedia Jasa Penyusunan
PIPIB Peta Indikatif Penundaan Izin Baru
PLTS Pembangkit Listrik Tenaga Surya
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah
RKL-RPL Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana
Pemantauan Lingkungan Hidup
SNI Standar Nasional Indonesia
SPPL Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan Hidup
TDL Tarif Dasar Listrik
TPA Tempat Pembuangan Akhir
TPST Tempat Pembuangan Sampah Terpadu
UKL-UPL Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup

v
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
BAB I
PENDAHULUAN

1
1
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Panduan Pengelolaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Potensi energi terbarukan yang tersedia di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia adalah tenaga surya, mengingat letak Indonesia yang berada di wilayah
khatulistiwa, sehingga Indonesia sepanjang tahun mendapatkan sinar matahari yang
cukup. Pemerintah maupun pengembang saat ini sedang giat melakukan
pembangunan PLTS, namun dampak pembangunan terutama pada lingkungan sekitar
perlu diperhatikan agar tidak mengganggu lingkungan sekitarnya, yang juga dapat
menyebabkan perubahan iklim.

Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menerbitkan


regulasi terkait upaya pengelolaan lingkungan hidup. Hal tersebut dituangkan dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan dan beberapa Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH), seperti
Permen LH Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen
Lingkungan Hidup dan Permen LHK Nomor P.26 Tahun 2018 tentang Pedoman
Penyusunan Dan Penilaian Serta Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup Dalam
Pelaksanaan Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik. Regulasi
menyebutkan bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang memiliki dampak terhadap
lingkungan wajib memiliki izin lingkungan. Pemerintah selanjutnya melaksanakan
monitoring dan evaluasi terhadap dokumen pengelolaan lingkungan baik berupa Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL),
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
(UKL-UPL) maupun Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) sesuai
kegiatan yang dilakukan pengembang.

Panduan ini ditujukan khusus kepada pengembang yang memanfaatkan energi surya
sebagai PLTS melalui sistem ground mounted. Proses pemanfaatan energi surya
sebagai energi listrik dimulai dari tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, tahap operasi,
2
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
dan pasca operasi. Dampak yang ditimbulkan dari masing-masing tahapan berbeda
satu dengan lainnya sehingga diperlukan upaya pengelolaan lingkungan untuk
meminimalisir environmental impact pada area PLTS. Adapun dampak lingkungan yang
ditemui pada sistem pembangkit antara lain kerusakan lahan, suara bising maupun
limbah B3.

1.2. Gambaran umum PLTS

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) fotovoltaik adalah sistem pembangkit listrik
yang bersumber dari radiasi matahari melalui konversi sel fotovoltaik. Semakin tinggi
intensitas radiasi matahari, maka semakin besar daya listrik yang dihasilkannya.
Ditinjau dari cara bekerjanya, PLTS dibagi menjadi dua yaitu PLTS off-grid dan PLTS
on-grid. PLTS off-grid adalah PLTS yang memanfaatkan baterai sebagai penyimpanan
energi sebelum disalurkan kepada konsumen, sedangkan PLTS on-grid merupakan
PLTS yang diinterkoneksikan pada jaringan listrik PLN maupun jaringan lainnya
(hybrid). Dari sisi desain, PLTS dibagi menjadi PLTS terpusat dan PLTS tersebar.
Adapun dari sisi pemasangan, PLTS dibagi menjadi PLTS diatas tanah (ground
mounted), PLTS Atap, dan PLTS terapung.

Komponen utama pada PLTS adalah Modul fotovoltaik (PV), solar charger controller,
inverter/charger, penyangga PV Modul, Baterai, combiner box, solar/battery inverter,
panel distribusi, kabel listrik, rumah pembangkit (power house), sistem pentanahan
dan penangkal petir, energy limiter dan pyranometer. Perbedaan PLTS off-grid dan
PLTS on-grid adalah pada komponen baterai dimana PLTS off-grid menggunakan
baterai untuk menyimpan energi listrik sehingga dapat digunakan pada malam hari.

Pengelolaan lingkungan pada lokasi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya


(PLTS) harus dilakukan dengan baik, hal ini dilakukan untuk mengetahui perubahan
kondisi lingkungan yang terjadi akibat kegiatan pembangunan PLTS tersebut. Seluruh
pemangku kepentingan perlu memperhatikan kondisi pembangunan PLTS dimana
salah satu kesuksesan dalam membangun PLTS selain memenuhi aspek-aspek teknis
perlu memperhatikan aspek lingkungan disekitar pembangunan PLTS.

3
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Secara garis besar Panduan Pengelolaan Lingkungan PLTS ini akan memberikan
penjelasan dan petunjuk umum pada setiap tahap pembangunan PLTS diantaranya
tahap pra-konstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi. Seluruh kegiatan pada
setiap tahap harus memperhatikan aspek fisik, kimia, biologi, sosial ekonomi, sosial
budaya, dan masyarakat, sehingga diperlukan upaya pengelolaan lingkungan agar
terhindar dari dampak negatif. Sehubungan dengan hal tersebut, maka disusun
Panduan Pengelolaan Lingkungan PLTS dengan mengacu kepada regulasi yang
berlaku di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan.

Setiap kegiatan/usaha yang wajib memenuhi dokumen lingkungan baik yang


berdampak penting/tidak berdampak penting bagi lingkungan wajib memliki dokumen
izin lingkungan diantaranya adalah:
1. Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
(SPPL)
2. Formulir Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup (UKL-UPL)
3. Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL)

1.3. Maksud dan tujuan

Panduan ini disusun sebagai pedoman atau rujukan pengelolaan lingkungan bagi para
pengembang PLTS, baik yang sedang tahap perencanaan sampai tahap
pengoperasian. Tujuannya adalah untuk meminimalisir kerusakan lingkungan yang
ditimbulkan oleh aktifitas yang dilakukan terkait PLTS dan sejalan dengan ketentuan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah sehingga dicapai PLTS yang berkelanjutan serta
berwawasan lingkungan. Panduan ini juga dapat digunakan sebagai sarana edukasi
bagi masyarakat luas untuk menanamkan pentingnya pembangunan berwawasan
lingkungan demi menjaga kesetimbangan alam

4
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
1.4. Ruang lingkup

Panduan ini memberikan petunjuk dan penjelasan tentang upaya pengelolaan dampak
lingkungan yang terjadi pada setiap tahap pembangunan PLTS. Jenis PLTS yang
dibahas pada panduan ini adalah PLTS diatas tanah (ground mounted). Panduan ini
dapat digunakan sebagai rujukan atau referensi bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, instansi terkait lainnya, dan pengembang swasta. Acuan dalam
mengembangkan PLTS sebagai dasar dalam pengelolaan dampak lingkungan dengan
memperhatikan dokumen izin lingkungan pada setiap pembangunan PLTS dengan
kapasitas sebagai berikut:
1. PLTS kapasitas < 1 MW izin lingkungan menggunakan SPPL
2. PLTS kapasitas 1 s.d < 50 MW izin lingkungan menggunakan formulir UKL/UPL
3. PLTS kapasitas ≥ 50 MW izin lingkungan menggunakan dokumen AMDAL

1.5. Acuan normatif

Panduan ini menggunakan acuan peraturan dan PerUndang-Undangan tentang


lingkungan hidup, antara lain:
1. Undang Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi
2. Undang Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
4. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
6. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2013 tentang Tata Laksana
Penilaian dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup serta Penerbitan Izin
Lingkungan
7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup

5
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
8. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.26 Tahun 2018
tentang Pedoman Penyusunan Dan Penilaian Serta Pemeriksaan Dokumen
Lingkungan Hidup Dalam Pelaksanaan Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi
Secara Elektronik
9. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P. 38 Tahun 2019
tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
10. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.95 Tahun 2018
tentang Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Terintegrasi
Dengan Izin Lingkungan Melalui Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik
11. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor P.12 Tahun 2020 tentang
Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

6
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
BAB II
GAMBARAN UMUM PLTS

7
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
BAB II
GAMBARAN UMUM PLTS

2.1. Potensi energi surya di Indonesia

Sebagai negara yang berada di wilayah khatulistiwa, Indonesia hampir sepanjang


tahun mendapatkan sinar matahari yang cukup, sehingga memiliki potensi energi
surya yang yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan baik untuk pembangkit listrik
ataupun untuk keperluan lainnya. Sesuai dengan data yang disebutkan dalam RUEN,
Indonesia memiliki total potensi energi surya sebesar 207.898 MWp yang tersebar di
34 Provinsi.

Gambar 1 - Peta potensi energi surya Indonesia (P3TKEBTKE, KESDM, 2017)

Sedangkan potensi teknis surya per provinsi adalah sebagai berikut:


Tabel 1 – Potensi teknis surya per provinsi
Potensi Potensi Teknis
No Provinsi
Teoritikal (MW) (MW)
1 Aceh 52.540 7.881
2 Bali 8.362 1.254
3 Bangka-Belitung 18.736 2.810
4 Banten 16.407 2.461
5 Bengkulu 23.167 3.475
6 D.I Yogyakarta 6.639 996
7 DKI Jakarta 1.499 225
8 Gorontalo 8.122 1.218
9 Jambi 58.977 8.847
10 Jawa Barat 60.660 9.099
8
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
11 Jawa Tengah 58.355 8.753
12 Jawa Timur 68.903 10.335
13 Kalimantan Barat 134.089 20.113
14 Kalimantan Selatan 40.209 6.031
15 Kalimantan Tengah 56.390 8.459
16 Kalimantan Timur 89.859 13.479
17 Kalimantan Utara 30.956 4.643
18 Kepulauan Riau 5.019 753
19 Lampung 51.754 7.763
20 Maluku 14.920 2.238
21 Maluku Utara 13.466 2.020
22 Nusa Tenggara Barat 20.243 3.036
23 Nusa Tenggara Timur 66.205 9.931
24 Papua 48.478 7.272
25 Papua Barat 13.567 2.035
26 Riau 42.047 6.307
27 Sulawesi Barat 11.178 1.677
28 Sulawesi Selatan 50.586 7.588
29 Sulawesi Tengah 41.244 6.186
30 Sulawesi Tenggara 26.113 3.917
31 Sulawesi Utara 14.805 2.113
32 Sumatera Barat 39.323 5.898
33 Sumatera Selatan 114.883 17.233
34 Sumatera Utara 79.006 11.851
TOTAL 1.359.988 207.898

Potensi energi ini berdasarkan seluruh luas daratan Indonesia yang telah dipotong oleh
luasan kawasan hutan Indonesia, untuk potensi teknis berdasarkan 15% efisiensi
konversi fotovoltaik.

2.2. Prinsip kerja PLTS

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) fotovoltaik adalah sistem pembangkit listrik
yang energinya bersumber dari radiasi matahari melalui konversi sel fotovoltaik. Sistem
fotovoltaik mengubah radiasi sinar matahari menjadi listrik. Semakin tinggi intensitas
radiasi (iradiasi) matahari yang mengenai sel fotovoltaik, semakin tinggi daya listrik
yang dihasilkannya. Pada aplikasi PLTS off-grid, kelebihan daya listrik yang dihasilkan
pada siang hari disimpan di dalam baterai sehingga dapat digunakan kapanpun untuk
berbagai kebutuhan.
A. Jenis PLTS Fotovoltaik
Umumnya sistem PLTS dapat dibagi berdasarkan:
a. Mode Pengoperasian
9
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
 PLTS On Grid (terhubung ke jaringan listrik)
Pembangkitan tenaga listrik yang energinya bersumber dari radiasi
matahari melalui konversi sel fotovoltaik dimana sistem kelistrikannya
terhubung ke jaringan listrik umum. Sistem ini pada umumnya tidak
dilengkapi dengan baterai.
 PLTS Off Grid (tidak terhubung ke jaringan listrik)
Pembangkitan tenaga listrik yang energinya bersumber dari radiasi
matahari melalui konversi sel fotovoltaik dimana sistem kelistrikannya tidak
terhubung ke jaringan listrik umum. Sistem ini pada umumnya dilengkapi
dengan baterai.
b. Posisi Pemasangan
 PLTS Ground Mounted (dipasang diatas permukaan tanah)

 PLTS Rooftop (dipasang diatas atap atau dapat terintegrasi dengan atap)

 PLTS Terapung

10
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
c. Desain sistem
 PLTS Terpusat
Sistem PLTS yang modul fotovoltaiknya didesain secara terpusat (dalam
satu area) dan memiliki sistem jaringan distribusi untuk menyalurkan
daya listrik ke beban.

 PLTS Tersebar/Terdistribusi
Sistem PLTS yang modul fotovoltaiknya didesain secara tersebar dan
umumnya tidak memiliki sistem jaringan distribusi, sehingga setiap
pelanggan memiliki sistem PLTS tersendiri.

B. Komponen utama sistem PLTS


Diagram instalasi PLTS secara umum ditunjukkan oleh Gambar 2.

Gambar 2 – Blok diagram sistem PLTS

11
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
 PLTS Off Grid

Gambar 3 – Diagram sistem PLTS off grid tipe AC coupling

Gambar 4 – Diagram sistem PLTS off grid tipe DC coupling

 PLTS On Grid

Gambar 5 – Diagram sistem PLTS on grid

12
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Tabel 2 – Komponen PLTS

Nama Komponen dan Gambar Fungsi/Keterangan Prediksi

Modul Berfungsi untuk mengubah 20-25 tahun


fotovoltaik tipe energi cahaya matahari menjadi
kristalin (PV) energi listrik DC.

Solar Berfungsi untuk mengendalikan 5-10 tahun


Charger proses pengisian (charging)
Controller baterai dari fotovoltaik (PV
Array).

Inverter Berfungsi untuk mengubah 10 tahun


/charger energi listrik DC dari baterai
menjadi energi listrik AC atau
sebaliknya.

Penyangga PV Berfungsi sebagai support 20–25 tahun


modul untuk menyimpan dan
menyangga modul surya sesuai
dengan posisi dan kemiringan
yang telah ditentukan. Terbuat
dari besi yang galvanized untuk
melindungi dari karat.

Baterai Berfungsi untuk menyimpan 5 tahun


energi listrik selama siang hari.
Energi yang tersimpan akan
dipakai pada saat malam atau
bila energi dari PV tidak
mencukupi.

13
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Combiner box Merupakan panel DC yang 5–10 tahun
berfungsi menggabungkan
output dari beberapa String PV
menjadi satu. Berfungsi juga
sebagai panel isolasi dan proteksi
terhadap arus/ tegangan lebih
dan petir.

Solar/Battery Merupakan panel AC yang 10 tahun


inverter berfungsi menggabungkan
output dari beberapa Solar
Inverter dan Battery Inverter
menjadi satu. Berfungsi juga
sebagai panel isolasi dan proteksi
terhadap arus/ tegangan lebih
dan lightning.

Panel distribusi Merupakan panel AC 10 tahun


tegangan rendah 1 fasa atau 3
fasa, berfungsi menyalurkan
daya dari pembangkit ke beban.
Terdiri dari beberapa output
feeder.

Kabel listrik Meliputi kabel fotovoltaik, kabel 10–15 tahun


baterai, dan kabel power lainnya,
disesuaikan dengan kriteria yang
ditetapkan di RKS.

Rumah Merupakan bangunan/rumah, 20 tahun


pembangkit yang berfungsi untuk
(Power House) penempatan peralatan dan
tempat kegiatan operasional
pembangkit.

Sistem Sistem pentanahan peralatan 5 - 10 tahun


pentanahan dibuat dengan menggunakan rod
dan tembaga. Penangkal petir
penangkal berfungsi untuk melindungi
petir peralatan PV Array dan rumah
baterai / inverter dari sambaran
petir.

14
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Tiang Tiang distribusi terbuat dari pipa 5 - 10 tahun
distribusi besi dan tiap tiang dipasang
dan lampu lampu penerangan jenis super
penerangan hemat energi (lampu LED).

Energy limiter Merupakan alat yang digunakan 5 – 10 tahun


untuk membatasi pemakaian
listrik konsumen. Alat ini sangat
penting digunakan untuk
menjaga kehandalan sistem
pembangkit agar beroperasi
sesuai dengan desain yang
direncanakan (tidak overload).
Pyranometer Merupakan sensor yang 10–15 tahun
berfungsi untuk mengukur
besarnya intensitas radiasi
matahari pada permukaan
bidang dengan satuan W/m2.
Kinerja alat ini dengan dipasang
pada suatu permukaan bidang
kemudian dengan adanya
hantaman cahaya tepat pada
sensor cahaya yang akan
diteruskan pada tampilan
komputer
2.3. Tahapan kegiatan PLTS

Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa pengembangan PLTS dimulai dari tahap


pra-konstruksi, tahap konstruksi, tahap operasi, dan pasca operasi.
a. Tahapan pra-konstruksi
Pada tahapan ini, ada beberapa kegiatan yang dilakukan dimana terdapat potensi
dampak lingkungan. Secara garis besar tahapan pra-konstruksi
simpangan besarnya meliputi:
fluks yang
 Survey kesiapan lokasi diberikan cahaya tersebut

 Pengadaan lahan dan peruntukannya, serta pembersihan lahan.


 Sosialisasi dan konsultasi publik
 Perizinan (izin lokasi dan izin lingkungan)
b. Tahapan konstruksi
Secara garis besar tahapan konstruksi meliputi:
 Perekrutan tenaga kerja
15
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
 Pembuatan dan operasional basecamp,
 Aksesibilitas lokasi
 Mobilisasi peralatan/material
 Penyiapan/pematangan lahan
 Pembangunan pembangkit dan sarana penunjang
 Pendirian/pemasangan tiang transmisi dan/atau distribusi
 Uji comissioning
 Pengelolaan limbah
c. Tahapan operasi
Secara garis besar tahapan operasi meliputi:
 Rekrutmen tenaga kerja pengoperasian
 Pengoperasian pembangkit
 Pemeliharaan pembangkit
 Pemeliharaan baterai
 Pengelolaan limbah
d. Tahapan pasca operasi
Secara garis besar tahapan pasca operasi meliputi:
 Pembongkaran fasilitas PLTS
 Pemutusan hubungan kerja
 Pemulihan lingkungan
 Transportasi
 Pengolahan limbah

16
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
BAB III
IZIN LINGKUNGAN PLTS

17
Panduan Pengelolaan
Panduan Pengelolaan Lingkungan
Lingkungan Pembangkit
PembangkitListrik
ListrikTenaga
TenagaSurya
Surya(PLTS)
(PLTS)
BAB III
IZIN LINGKUNGAN PLTS

3.1. Regulasi izin lingkungan

Perencanaan pembangunan PLTS yang berbasis pada pengelolaan lingkungan hidup


perlu disesuaikan dengan regulasi yang sudah diamanatkan oleh Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, diantaranya adalah:
a. PP Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
 Dokumen lingkungan terdiri dari SPPL, formulir UKL-UPL, dan dokumen Amdal.
 Izin lingkungan adalah izin yang diberikan izin yang diberikan kepada setiap
orang yang melakukan Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-
UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai
prasyarat memperoleh izin Usaha dan/atau Kegiatan.
 Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan
hidup wajib memiliki Amdal, sedangkan setiap usaha dan/atau kegiatan yang
tidak termasuk dalam kriteria wajib AMDAL wajib memiliki UKL-UPL.
b. Permen LH Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen
Lingkungan Hidup.
 Permen ini dapat digunakan oleh Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah dalam
mengajukan izin lingkungan.
c. Permen LH No 8 Tahun 2013 tentang Tata Laksana penilaian, pemeriksaan
dokumen lingkungan hidup serta penerbitan izin lingkungan
 Keputusan kelayakan lingkungan hidup dan izin lingkungan, jika rencana usaha
dan/atau kegiatan dinyatakan layak lingkungan akan didasarkan atas terbitnya
izin lingkungan berupa surat keputusan kelayakan lingkungan maka kewajiban
pemegang izin lingkungan harus memenuhi, antara lain:
1. Persyaratan, standar, dan baku mutu lingkungan dan/atau kriteria baku
kerusakan lingkungan sesuai dengan RKL-RPL dan peraturan perundang-
undangan.
2. Menyampaikan laporan pelaksanaan persayaratan dan kewajiban yang
dimuat dalam izin lingkungan selama 5 (lima) bulan sekali.

18
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
3. Mengajukan permohonan perubahan izin lingkungan apabila direncanakan
untuk melakukan perubahan terhadap deskripsi rencana usaha dan/atau
kegiatannya.
4. Kewajiban lain yang ditetapkan oleh Menteri, Gubernur, atau
Bupati/Walikota sesuai kewenangannya berdasarkan kepentingan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
d. Permen LHK No. P.26 Tahun 2018 tentang Pedoman penyusunan dan penilaian
serta pemeriksaan dokumen lingkungan hidup dalam pelaksanaan pelayanan
perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik.
 Permen ini digunakan oleh pengembang swasta (pelaku usaha) dalam
mengurus izin lingkungan.
 Pengurusan izin lingkungan sudah terintegrasi secara elektronik sesuai dengan
standar pelayanan publik dan perlindungan lingkungan hidup.
e. Permen LHK No P.38 Tahun 2019 tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan
Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
 Pembangkit PLTS dengan kapasitas ≥ 50 MW wajib AMDAL.
Tabel 3 – Dokumen lingkungan hidup

KETERANGAN SPPL UKL-UPL AMDAL


Waktu Sebelum pelaksanaan Sebelum pelaksanaan Sebelum pelaksanaan
Penyusunan usaha/kegiatan usaha/kegiatan usaha/kegiatan
Skala  PLTS Kapasitas < 1  PLTS Kapasitas 1 s.d <  PLTS Kapasitas ≥ 50
usaha/kegiatan MW 50 MW MW
pembangunan  Kegiatan dengan  Kegiatan dalam satu  Kegiatan dalam satu
PLTS potensi dampak alih lokasi dengan potensi lokasi dengan potensi
fungsi lahan dan dampak alih fungsi dampak alih fungsi
dampak lingkungan guna lahan dan guna lahan dan
lainnya tidak ada dampak lingkungan dampak lingkungan
atau kecil lainnya tidak besar lainnya sangat besar
Penyusun Pemrakarsa kegiatan Konsultan/ Pemrakarsa Konsultan tersertifikasi
kegiatan (kompetensi penyusun
AMDAL)*

19
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Mekanisme Mengisi formulir SPPL Melalui tahap pemerksaan Melalui tahapan penilai
penyusunan dan melakukan dokuemn UKL/UPL oleh Komisi Penilai AMDAL
pendaftaran langsung sebelum mendapatkan sebelum mendapatkan
ke instansi/Lembaga rekomendasi persetujuan Surat Keputusan
lingkungan hidup atau penolakan UKL/UPL Kelayakan/Izin
daerah setempat Lingkungan
Media pengajuan  Pemerintah  Pemerintah  Pemerintah
pusat/daerah melalui pusat/daerah melalui pusat/daerah melalui
Lembaga lingkungan Lembaga lingkungan Lembaga lingkungan
setempat setempat setempat
 Pengembang (pelaku  Pengembang (pelaku  Pengembang (pelaku
usaha) melalui OSS usaha) melalui OSS usaha) melalui OSS

* Sertifikat dapat berkoordinasi dengan BNSP/LSP, sesuai dengan kriteria pada Permen
Tenaga Kerja No. 122/2016.

3.2. Pedoman izin lingkungan untuk Pemerintah Pusat/Pemerintah


Daerah dan pengembang swasta/pelaku usaha

Saat ini pedoman izin lingkungan mengacu kepada Peraturan Menteri LH No No.16
Tahun 2012 dan Peraturan Menteri LHK No P.26 Tahun 2018. Kedua peraturan
tersebut menjadi acuan dalam menyusun dokumen lingkungan, baik disusun oleh
Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah ataupun pengembang swasta/pelaku usaha.
Dalam menyusun dokumen panduan pengelolaan lingkungan PLTS disusun sesuai
dengan kapasitas PLTS apakah akan menyusun SPPL, formulir UKL-UPL, ataupun
dokumen Amdal.

Peraturan Menteri LH No.16 Tahun 2012 menjadi acuan bagi Pemerintah


Pusat/Pemerintah Daerah dan format seluruh dokumen lingkungan dapat dilihat pada
lampiran 1, sedangkan untuk pengembang swasta/pelaku usaha dapat mengacu pada
Peraturan Menteri LHK No P.26 Tahun 2018, seluruh dokumen yang diajukan melalui
perizinan yang berintegrasi secara elektronik sesuai dengan standar pelayanan publik
diajukan melalui sistem elektronik pada Lembaga Online Single Submission (OSS)
dengan melengkapi dokumen format formulir dokumen lingkungan dapat dilihat pada
lampiran 2.
20
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
BAB IV
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN

21
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
BAB IV
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN

Dokumen lingkungan dibagi menjadi tiga kategori yaitu SPPL, UKL/UPL dan AMDAL.
Penentuan kriteria dilakukan sesuai jenis rencana usaha dan/atau kegiatan
berdasarkan kriteria yang dijelaskan pada Tabel 3. Adapun informasi dan penjelasan
isi dokumen sebagaimana dideskripsikan pada sub bab selanjutnya:

4.1. SPPL

Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup


(SPPL) adalah pernyataan kesanggupan dari penganggung jawab usaha dan/atau
kegiatan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup atas
dampak lingkungan hidup dari usaha dan/atau kegiatan diluar usaha dan/atau
kegiatan yang wajib AMDAL atau UKL-UPL. Pada pembangunan PLTS dengan kapasitas
< 1 MW wajib memiliki SPPL yang dapat diajukan ke Lembaga lingkungan daerah
setempat.
a. Pengisian dan pengajuan SPPL terdiri dari:
 Identitas pemrakarsa/pelaku usaha.
 Informasi singkat terkait dengan usaha dan/atau kegiatan.
 Keterangan singkat mengenai dampak lingkungan yang terjadi dan
pengelolaan lingkungan hidup yang akan dilakukan.
 Pernyataan kesanggupan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup.
 Tandatangan pemrakarsa di atas kertas bermaterai cukup.
b. Verifikasi dan pendaftaran SPPL

4.2. Formulir UKL-UPL

Formulir Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan


Hidup (UKL-UPL) adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha/atau kegiatan
yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Pada

22
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
pembangunan PLTS dengan kapasitas 1-50 MW wajib memiliki formulir UKL-UPL yang
dapat diajukan ke Lembaga lingkungan daerah setempat.

A. Pengajuan formulir UKL-UPL untuk Pemerintah Pusat/Pemerintah


Daerah
Lingkup informasi yang perlu dicakup dalam Formulir UKL-UPL terdiri dari:
a) Identitas Pemrakarsa Pembangunan PLTS
b) Rencana Usaha dan/atau kegiatan. Garis Besar komponen rencana usaha dan/atau
kegiatan:
1. Kesesuaian lokasi rencana kegiatan pembangunan PLTS dengan tata ruang
daerah setempat.
2. Penjelasan mengenai persetujuan prinsip atas rencana kegiatan yang diberikan
oleh Kepala Daerah.
3. Uraian mengenai komponen rencana kegiatan pembangunan PLTS yang dapat
menimbulkan dampak lingkungan.
b) Pra-konstruksi: survey kesiapan lokasi, pengadaan lahan dan
peruntukannya, sosialisasi dan konsultasi publik.
c) Kontruksi: perekrutan tenaga kerja, pembuatan dan operasional basecamp,
mobilisasi peralatan/material, penyiapan/pematangan lahan, pembangunan
pembangkit dan sarana penunjang, pendirian/pemasangan tiang transmisi
dan/atau distribusi, pengelolaan limbah.
d) Operasi: rekrutmen tenaga kerja, pengoperasian pembangkit, pemeliharaan
baterai, pemeliharaan pembangkit, pengelolaan sistem sanitasi lingkungan,
pengelolaan limbah.
e) Pasca operasi: pembongkaran fasilitas PLTS, pemutusan hubungan kerja,
pemulihan lingkungan, transportasi, pengelolaan limbah.
c) Dampak lingkungan yang ditimbulkan dan upaya pengelolaan lingkungan serta
upaya pemantauan lingkungan. Bagian ini pada dasarnya berisi satu tabel/ matriks,
yang merangkum mengenai:
1. Dampak lingkungan yang ditimbulkan rencana kegiatan, kolom dampak
lingkungan terdiri atas tiga sub kolom yang berisi informasi:

23
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
 Sumber dampak, kegiatan penghasil dampak untuk setiap tahapan
kegiatan pembangunan PLTS (pra-kontruksi, konstruksi, operasi, dan
pasca operasi);
 Jenis dampak, kegiatan pembangunan PLTS pada setiap tahapan kegiatan
(pra-kontruksi, konstruksi, operasi, dan pasca operasi);
 Besaran dampak, parameter yang bersifat kuantitatif, besaran dampak
harus dinyatakan secara kuantitatif (pra-kontruksi, konstruksi, operasi, dan
pasca operasi);
2. Bentuk upaya pengelolaan lingkungan hidup (UKL)
Kolom upaya pengelolaan lingkungan hidup terdiri atas tiga sub kolom yang
berisi informasi:
 Bentuk upaya pengelolaan lingkungan hidup, yang diisi dengan informasi
mengenai bentuk/jenis pengelolaan lingkungan hidup yang direncanakan
untuk mengelola setiap dampak lingkungan yang ditimbulkan;
 Lokasi pengelolaan lingkungan hidup, yang diisi dengan informasi
mengenai lokasi dimana pengelolaan lingkungan dimaksud dilakukan
(dapat dilengkapi dengan narasi yang menerangkan bahwa lokasi tersebut
disajikan lebih jelas dalam peta pengelolaan lingkungan pada lampiran
UKL-UPL); dan
 Periode pengelolaan lingkungan hidup, yang diisi dengan informasi
mengenai waktu/periode dilakukannya bentuk upaya pengelolaan
lingkungan hidup yang direncanakan.
3. Bentuk upaya pemantauan lingkungan (UPL)
Kolom Upaya Pemantauan Lingkungan terdiri atas tiga sub kolom yang berisi
informasi:
 Bentuk upaya pemantauan lingkungan, kegiatan memahami fenomena-
fenomena yang terjadi pada berbagai tingkatan mulai dari prilaku dampak
yang timbul akibat usaha dan/atau kegiatan.
 Lokasi pemantauan lingkungan, lokasi pembangunan PLTS.
 Periode pemantauan lingkungan, kegiatan yang dilakukan dalam
mengevaluasi dan monitoring pengelolaan lingkungan.
4. Institusi pengelola dan pemantauan lingkungan
24
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Kolom Institusi Pengelola dan Pemantauan Lingkungan, yang diisi dengan
informasi mengenai berbagai institusi yang terkait dengan pengelolaan
lingkungan dan pemantauan lingkungan yang akan:
 Melakukan/melaksanakan pengelolaan lingkungan dan pemantauan
lingkungan;
 Melakukan pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup
dan pemantauan lingkungan; dan
 Menerima pelaporan secara berkala atas hasil pelaksanaan komitmen
pengelolaan lingkungan dan pemantauan lingkungan sesuai dengan
lingkup tugas instansi yang bersangkutan, dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
d) Jumlah dan jenis izin PPLH yang iibutuhkan
Dalam hal rencana kegiatan pembangunan PLTS yang diajukan memerlukan Izin
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH).
e) Surat pernyataan
Bagian ini berisi pernyataan/komitmen pemrakarsa pembangunan PLTS untuk
melaksanakan UKL-UPL yang ditandatangani di atas kertas bermaterai.
f) Daftar pustaka
Menuliskan sumber data dan informasi yang digunakan dalam penyusunan UKL-
UPL.
g) Lampiran

Formulir UKL-UPL PLTS juga dapat dilampirkan data dan informasi lain yang dianggap
perlu atau relevan, antara lain:
 Bukti formal yang menyatakan bahwa jenis usaha kegiatan pembangunan PLTS
tersebut secara prinsip dapat dilakukan;
 Bukti formal bahwa rencana lokasi kegiatan pembangunan PLTS;
 Informasi detail lain mengenai rencana kegiatan pembangunan PLTS;
 Peta yang sesuai dengan kaidah kartografi dan/atau ilustrasi lokasi
pembangunan PLTS;
 Data dan informasi lain yang dianggap perlu.

25
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
B. Pengajuan formulir UKL-UPL untuk pengembang swasta/pelaku
usaha
Pelaku usaha/IPP yang akan mengajukan dokumen UKL-UPL melalui OSS telah
menyusun perencanaan usaha dan/atau kegiatan, lokasi usaha dan/atau kegiatan dan
perlu integrasi dengan persyaratan dan kewajiban perlindungan pengelolaan
lingkungan hidup serta hasil analisis dampak lalu lintas pada rencana pembangunan
PLTS. Selain hal tersebut data dan informasi perlu mencakup:
a. Arahan hasil penapisan dari intasnsi lingkungan hidup sesuai dengan
kewenangannya
b. Deskripsi rencana usaha dan /atau kegiatan
c. Rona lingkungan hidup awal dan disekitar lokasi rencana
d. Hasil konsultasi publik dalam hal konsultasi publik telah dilakukan sebelum pelaku
usaha mengajukan permohonan izin usaha ke Lembaga OSS.

Tahapan dalam pengajuan UKL-UPL adalah sebagai berikut:


a. Pengisian dan pengajuan formulir UKL-UPL
b. Pemeriksaan UKL-UPL dan penetapan persetujuan rekomendasi UKL-UPL

Jangka waktu dalan pengisian dan pengajuan UKL-UPL dilakukan paling lama 10
(sepuluh) hari kerja setelah lembaga OSS menerbitkan izin lingkungan berdasarkan
komitmen. Formulir UKL-UPL diisi dengan cara:
a. Formulir identitas pelaku usaha
b. Formulir deskripsi rinci rencana usaha dan/atau kegiatan
c. Matrik dampak lingkungan yang akan terjadi
d. Program pengelolaan serta pemantauan lingkungan
e. Formulir pernyataan komitmen pemrakarsa dalam formulir UKL-UPL
f. Daftar pustaka
g. Lampiran

4.3. Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak


penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup
26
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan. Dokumen AMDAL terdiri dari dokumen Kerangka Acuan (KA),
Andal, dan RKL-RPL.

Sesuai dengan Permen LHK Nomor P. 38 Tahun 2019 bahwa rencana usaha dan/atau
kegiatan yang berdampak penting wajib memiliki Amdal. Kegiatan yang berdampak
penting terdiri dari:

a. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam.


b. Eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak
terbarukan.
c. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta pemborosan dan kemorosotan sumber
daya alam dalam pemanfaatanya.
d. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam,
lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya.
e. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian Kawasan
konservasi sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya.
f. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad renik.
g. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan nonhayati.
h. Kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan/atau mempengaruhi pertahanan
negara.
i. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi lingkungan hidup.

Pada dokumen pengajuan Amdal baik yang diusulkan oleh Pemerintah


Pusat/Pemerintah Daerah atau pengembang swasta dalam proses penyiapan dokumen
perlu menyiapkan dokumen yaitu kerangka acuan, andal, dan RKL-RPL. Hal yang
membedakan dalam setiap tahap pengajuan oleh Pemerintah Pusat/Pemerintah
daerah dengan pengembang swasta yang terintegrasi melalui sistem elektronik OSS.

27
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Hal-hal umum yang diatur dalam Permen LHK P.226 tahun 2018 adalah sebagai
berikut:
a. Data dan informasi yang perlu mencakup hal-hal sebagai berikut:
 Arahan hasil penapisan dari intasnsi lingkungan hidup sesuai dengan
kewenangannya
 Deskripsi rencana usaha dan /atau kegiatan
 Rona lingkungan hidup awal dan disekitar lokasi rencana
 Hasil konsultasi publik dalam hal konsultasi publik telah dilakukan sebelum
pelaku usaha mengajukan permohonan izin usaha ke Lembaga OSS.
b. Tahapan dalam melengkapi dokumen Amdal adalah sebagai berikut:
 Pelaksanan pengumuman rencana usaha dan/atau kegiatan serta konsultasi
publik
 Pengisian dan pengajuan formulir Kerangka Acuan
 Penyusunan dan pengajuan Andal dan RKL-RPL
 Penilaian Andal dan RKL-RPL dan penetapan keputusan kelayakan lingkungan
hidup atau ketidaklayanagn lingkungan hidup.

Penyusunan dokumen Amdal dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak lembaga
OSS menerbitkan izin lingkungan berdasarkan komitmen pelaku usaha yang telah
mencantumkan pada formulir Kerangka Acuan (KA) dan perseutujuan Formulir KA,
sedangkan penyusunan dokumen Andal dan RKL-RPL dilakukan paling lama 180
(seratur delapan puluh) hari kerja.

Sebelum pelaksanaan rencana kegiatan pelaku usaha pperlu melakukan pengumuman


di lokasi serta di media, hal tersebut guna mendapatkan saran, pendapat yang menjadi
dasar dalam pengisian formulir Kerangka Acuan oleh pelaku usaha. Dalam hal
pengajuan dokumen lingkungan hidup, pelaku usaha perlu melakukan konsultasi
publik kepada masyarakat yang terkena dampak, konsultasi publik tersebut
menyampaikan informasi tentang:
a. Tujuan konsultasi publik
b. Waktu dan tempat pelaksanan
c. Bentuk, cara dan metode konsultasi publik yang akan dilakukan
28
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
d. Masyarakat mendapat informasi tambahan
e. Lingkup saran, pendapat dan tanggapan dari masyarakat.

Bentuk dan cara metode konsultasi publik bisa dilaksanakan melalui:


a. Lokakarya
b. Seminar
c. Focus group discussion
d. Temu warga
e. Forum dengar pendapat
f. Dialog interaktif
g. Bentuk, cara dan metode lain yang dapat digunakan untuk berkomunikasi secara
2 (dua) arah.

A. Amdal - Kerangka Acuan (KA)


a) Tujuan penyusunan KA adalah:
 Merumuskan lingkup dan kedalaman studi Andal;
 Mengarahkan studi Andal agar berjalan secara efektif dan efisien sesuai
dengan biaya, tenaga, dan waktu yang tersedia
Fungsi dokumen kerangka acuan adalah:
 Sebagai rujukan penting bagi pemrakarsa, penyusunan dokumen amdal,
instansi yang membidangi rencana usaha dan/atau kegiatan.
 Sebagai salah satu bahan rujukan bagi penilai dokumen andal untuk
mengevaluasi hasil studi andal.
b) Muatan dokumen terdiri dari:
1. Pendahuluan: pendahuluan pada dasarnya berisi informasi tentang latar
belakang, tujuan rencana usaha dan/atau kegiatan serta pelaksananaan
studi Amdal.
 Latar belakang berisi uraian mengenai:
a. Justifikasi dilaksanakannya rencana usaha dan/atau kegiatan,
termasuk penjelasan mengenai persetujuan prinsip yang menyatakan
bahwa jenis usaha kegiatan tersebut secara prinsip dapat dilakukan

29
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
dari pihak yang berwenang. Bukti formal atas persetujuan prinsip
tersebut wajib dilampirkan;
b. Alasan mengapa rencana usaha dan/atau kegiatan ini wajib memiliki
Amdal dan pendekatan studi yang digunakan (tunggal, terpadu, atau
kawasan); dan
c. Alasan mengapa rencana usaha dan/atau kegiatan ini dinilai oleh
Komisi Penilai Amdal (KPA) Pusat, Provinsi, atau Kabupaten/Kota.
 Tujuan rencana kegiatan berisi:
a. Uraian umum maupun rinci mengenai tujuan dilaksanakannya
rencana usaha dan/atau kegiatan; dan
b. Justifikasi manfaat dari rencana kegiatan kepada masyarakat sekitar
dan peranannya terhadap pembangunan nasional dan daerah.
 Pelaksana studi yang berisi informasi tentang:
a. Pemrakarsa dan penanggung jawab rencana usaha dan/atau
kegiatan;
b. Pelaksana studi amdal yang terdiri dari tim penyusun dokumen amdal,
tenaga ahli dan asisten penyusunan dokumen handal.

2. Pelingkupan
Muatan pelingkupan pada dasarnya berisi informasi tentang:
a. Deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dikaji.
1. Status studi amdal, apakah dilaksanakan secara terintegrasi,
bersamaan atau setelah studi kelayakan teknis dan ekonomis.
2. Kesesuaian lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan dengan rencana
tata ruang sesuai ketentuan peraturan perundangan.
3. Deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan dengan fokus kepada
komponen-komponen kegiatan yang berpotensi menyebabkan
dampak lingkungan berdasarkan tahapan kegiatan,
b. Deskripsi rona lingkungan hidup awal (environmental setting).
Deskripsi umum rona lingkungan hidup awal berisi uraian mengenai rona
lingkungan hidup (environmental setting) secara umum di lokasi
rencana usaha dan/atau kegiatan yang mencakup:
30
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
1. Komponen lingkungan terkena dampak (komponen/features
lingkungan yang ada disekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan
serta kondisi lingkungannya), yang pada dasarnya paling sedikit
memuat:
a) Komponen geo-fisik-kimia:
 Iklim: meliputi data radiasi matahari, curah hujan, kecepatan dan
arah angin, kelembapan relatif dan suhu udara dapat dilihat dari
pengukuran mandiri atau lembaga terkait.
 Kualitas udara: Mutu udara ambient adalah kadar zat, energi,
dan atau komponen lain yang ada di udara bebas. Pencemaran
udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dari
komponen lain kedalam udara ambient oleh kegiatan manusia
sehingga mutu udara turun sampai ketingkat tertentu yang
menyebabkan udara ambient tidak dapat memenuhi fungsinya.
 Kebisingan: Kebisingan diartikan sebagai bentuk suara yang
tidak diinginkan atau yang tidak sesuai dengan tempat dan
waktunya. Kebisingan juga diartikan sebagai suara yang pada
frekuensi dan besaran tertentu dapat mengganggu kenyamanan.
 Geologi: Struktur geologi akan berbeda disetiap lokasi
pembangunan PLTS, sehingga perlu melihat kondisi di lokasi
PLTS.
 Tanah: Secara fisik tanah terdiri atas campuran partikel
anorganik, bahan organik yang melapuk, air dan udara. Partikel
anorganik berupa bahan padatan yang terdiri atas kumpulan dari
beberapa jenis mineral.
 Air larian: permukaan tanah menuju ke sungai, danau dan
lautan. Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah ada yang
langsung masuk ke dalam tanah atau disebut air infiltrasi.
Sebagian lagi tidak sempat masuk ke dalam tanah dan oleh
karenanya mengalir di atas permukaan tanah ke tempat yang
lebih rendah. Ada juga bagian dari air hujan yang telah masuk
ke dalam tanah, terutama pada tanah yang hampir atau telah
31
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
jenuh, air tersebut ke luar ke permukaan tanah lagi dan lalu
mengalir ke bagian yang lebih rendah. Aliran air permukaan yang
disebut terakhir sering juga disebut air larian atau limpasan.
 Erosi: Perhitungan tingkat bahaya erosi pada suatu wilayah atau
lahan didasarkan pada perkiraan jumlah tanah hilang maksimum
yang terjadi pada lahan atau volume sedimen yang
dihasilkannya.
 Kulaitas air merupakan salah satu kebutuhan hidup yang paling
penting, karena tanpa air berbagai proses tidak dapat
berlangsung. Untuk mengetahui kualitas air diwilayah kegiatan
dilakukan pengamatan dan pengukuran kualitas air berdasarkan
system Daerah Aliran Sungai (DAS).
b) Komponen biologi
 Flora: vegetasi alamiah dan vegetasi budidaya
 Fauna darat: jika PLTS dibangun di lingkungan hutan maka akan
mempengaruhi fauna disekitarnya.
c) Komponen sosio-ekonomi-budaya
 Perilaku dan persepsi masyarakat, padat istiadat, warisan
budaya, jumlah dan kepadatan peduduk, mata pencaharian
penduduk, kesempatan kerja dan berusaha, pendapatan
masyarakat
d) Komponen kesehatan masyarakat.
 Tingkat kualitas masyarakat, sanitasi, pusat layanan kesehatan.
2. Usaha dan/atau kegiatan yang ada di sekitar lokasi rencana usaha
dan/atau kegiatan yang diusulkan beserta dampak yang
ditimbulkannya terhadap lingkungan hidup. Tujuan penjelasan ini
adalah memberikan gambaran utuh tentang kegiatan- kegiatan lain
(yang sudah ada di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan)
yang memanfaatan sumber daya alam dan mempengaruhi lingkungan
setempat.
c. Hasil pelibatan masyarakat.

32
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Pelibatan masyarakat merupakan bagian proses pelingkupan. Pelibatan
masyarakat dilakukan melalui pengumuman dan konsultasi publik.
Prosedur pelibatan masyarakat dalam proses Amdal harus mengacu
pada peraturan perundang-undangan.
d. Dampak penting hipotetik.
Dampak penting hipotetik pada bagian ini penyusun dokumen amdal
menguraikan dampak penting hipotetik terkait dengan rencana usaha
dan/atau kegiatan yang diusulkan. Proses untuk menghasilkan dampak
penting hipotetik dilakukan dengan menggunakan metode-metode
ilmiah yang berlaku secara nasional dan/atau internasional di berbagai
literatur yang sesuai dengan kaidah ilmiah metode penentuan dampak
penting hipotetik dalam Amdal.
e. Batas wilayah studi dan batas waktu kajian
Batas wilayah studi ini merupakan batas terluar dari hasil tumpang susun
(overlay) dari batas wilayah proyek, ekologis, sosial dan administratif
setelah mempertimbangkan kendala teknis yang dihadapi.
3. Metode studi: metode pengumpulan dan analisis data yang akan digunakan,
metode prakiraan dampak penting yang akan digunakan, metode evaluasi
secara holistik terhadap dampak lingkungan
4. Daftar pustaka dan lampiran
Menuliskan sumber data dan informasi yang digunakan dalam penyusunan
dokumen KA.
5. Lampiran
Pada bagian lampiran, penyusun dokumen Amdal melampirkan informasi
tambahan yang terkait dengan:
 Bukti formal yang menyatakan bahwa jenis usaha kegiatan tersebut
secara prinsip dapat dilakukan;
 Copy sertifikat kompetensi penyusun Amdal;
 Copy tanda registrasi lembaga penyedia jasa penyusunan (LPJP) Amdal
untuk dokumen Amdal yang disusun oleh LPJP atau tanda registrasi
penyusun perorangan, untuk dokumen amdal yang disusun oleh tim
penyusun perorangan;
33
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
 Keputusan Pembentukan Tim Pelaksana Studi Amdal, untuk dokumen
amdal yang disusun oleh tim penyusun perorangan;
 Biodata singkat personil penyusun Amdal;
 Surat pernyataan bahwa personil tersebut benar-benar melakukan
penyusunan dan ditandatangani di atas materai;
 Informasi detail lain mengenai rencana kegiatan (jika dianggap perlu);
 Bukti formal bahwa rencana lokasi Usaha dan/atau Kegiatan telah sesuai
dengan rencana tata ruang yang berlaku (kesesuaian tata ruang
ditunjukkan dengan adanya surat dari Badan Koordinasi Perencanaan
Tata Ruang Nasional (BKPTRN), atau instansi lain yang bertanggung
jawab di bidang penataan ruang);
 Data dan informasi mengenai rona lingkungan hidup, antara lain berupa
tabel, data, grafik, foto rona lingkungan hidup, jika diperlukan;
 Bukti pengumuman studi Amdal;
 Butir-butir penting hasil pelibatan masyarakat yang antara lain dapat
berupa: hasil konsultasi publik; diskusi dengan pihak-pihak yang terlibat;
dan pengolahan data hasil konsultasipublik; dan
 Data dan informasi lain yang dianggap perlu

B. AMDAL - Andal
a) Definisi, fungsi, dan tujuan
 Analisis dampak lingkungan hidup selanjutnya disebut Andal adalah telaahan
secara cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan.
 Fungsi pedoman penyusunan dokumen Andal Pedoman penyusunan Andal
digunakan sebagai dasar penyusunan Andal.
 Tujuan dan fungsi Andal disusun dengan tujuan untuk menyampaikan telaahan
secara cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan. Hasil kajian dalam Andal berfungsi untuk memberikan
pertimbangan guna pengambilan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan dari
rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan.
b) Muatan dokumen andal
34
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
1. Pendahuluan
Pendahuluan ini memuat ringkasan deskripsi rencana usaha dan/atau
kegiatan, dampak penting hipotetik, batas wilayah studi dan batas waktu
kajian berdasarkan hasil pelingkupan dalam kerangka acuan (termasuk bila
ada alternatif-alternatif). Pada dasarnya berisikan info-info mengenai:
a. Ringkasan deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan PLTS;
 Kesesuaian lokasi rencana/usaha
 Deskripsi rencana usaha/kegiatan yang berpotensi menyebabkan
dampak lingkungan (tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, tahap
operasi, dan tahap pasca operasi).
b. Ringkasan dampak penting hipotetik PLTS yang ditelaah/dikaji
 Setiap tahap kegiatan tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, tahap
operasi, dan tahap pasca operasi dibuat ringkasan evaluasi dampak
potensial.
c. Batas wilayah studi dan batas wilayah kajian PLTS
 Batas wilayah studi (batas proyek, batas administratif, batas ekologis,
batas sosial).
 Batas waktu kajian
2. Deskripsi rinci rona lingkungan hidup awal
Komponen lingkungan terkena dampak penting rencana usaha dan/atau
kegiatan (komponen/features lingkungan yang ada disekitar lokasi rencana
usaha dan/atau kegiatan serta kondisi lingkungannya), yang pada dasarnya
paling sedikit memuat:
1. Komponen lingkungan terkena dampak (komponen/features lingkungan
yang ada disekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan serta kondisi
lingkungannya), yang pada dasarnya paling sedikit memuat:
a) Komponen geo-fisik-kimia:
 Iklim: meliputi data radiasi matahari, curah hujan, kecepatan dan
arah angin, kelembapan relatif dan suhu udara dapat dilihat dari
pengukuran mandiri atau lembaga terkait.
 Kualitas udara: Mutu udara ambient adalah kadar zat, energi, dan
atau komponen lain yang ada di udara bebas. Pencemaran udara
35
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dari komponen
lain kedalam udara ambient oleh kegiatan manusia sehingga mutu
udara turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan udara
ambient tidak dapat memenuhi fungsinya.
 Kebisingan: Kebisingan diartikan sebagai bentuk suara yang tidak
diinginkan atau yang tidak sesuai dengan tempat dan waktunya.
Kebisingan juga diartikan sebagai suara yang pada frekuensi dan
besaran tertentu dapat mengganggu kenyamanan.
 Geologi: Struktur geologi akan berbeda disetiap lokasi
pembangunan PLTS, sehingga perlu melihat kondisi di lokasi PLTS.
 Tanah: Secara fisik tanah terdiri atas campuran partikel anorganik,
bahan organik yang melapuk, air dan udara. Partikel anorganik
berupa bahan padatan yang terdiri atas kumpulan dari beberapa
jenis mineral.
 Air larian: permukaan tanah menuju ke sungai, danau dan lautan.
Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah ada yang langsung
masuk ke dalam tanah atau disebut air infiltrasi. Sebagian lagi
tidak sempat masuk ke dalam tanah dan oleh karenanya mengalir
di atas permukaan tanah ke tempat yang lebih rendah. Ada juga
bagian dari air hujan yang telah masuk ke dalam tanah, terutama
pada tanah yang hampir atau telah jenuh, air tersebut ke luar ke
permukaan tanah lagi dan lalu mengalir ke bagian yang lebih
rendah. Aliran air permukaan yang disebut terakhir sering juga
disebut air larian atau limpasan.
 Erosi: Perhitungan tingkat bahaya erosi pada suatu wilayah atau
lahan didasarkan pada perkiraan jumlah tanah hilang maksimum
yang terjadi pada lahan atau volume sedimen yang dihasilkannya.
 Kuaitas air merupakan salah satu kebutuhan hidup yang paling
penting, karena tanpa air berbagai proses tidak dapat
berlangsung. Untuk mengetahui kualitas air diwilayah kegiatan
dilakukan pengamatan dan pengukuran kualitas air berdasarkan
sistem Daerah Aliran Sungai (DAS).
36
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
b) Komponen biologi
 Flora: vegetasi alamiah dan vegetasi budidaya
 Fauna darat: jika PLTS dibangun di lingkungan hutan maka akan
mempengaruhi fauna disekitarnya.
c) Komponen sosio-ekonomi-budaya
 Perilaku dan persepsi masyarakat, padat istiadat, warisan budaya,
jumlah dan kepadatan peduduk, mata pencaharian penduduk,
kesempatan kerja dan berusaha, pendapatan masyarakat
d) Komponen kesehatan masyarakat.
 Tingkat kualitas masyarakat, sanitasi, pusat layanan kesehatan.
3. Prakiraan dampak penting
Analisis prakiraan dampak penting pada dasarnya menghasilkan informasi
mengenai besaran dan sifat penting dampak untuk setiap dampak penting
hipotetik (DPH) yang dikaji. Karena itu dalam bagian ini, penyusun dokumen
Amdal menguraikan hasil prakiraan secara cermat mengenai besaran dan
sifat penting dampak untuk setiap dampak penting hipotetik (DPH) yang
dikaji.
Perhitungan dan analisis prakiraan dampak penting hipotetik tersebut
menggunakan metode prakiraan dampak yang tercantum dalam kerangka
acuan. Metode prakiraan dampak penting menggunakan metode-metode
ilmiah yang berlaku secara nasional dan/atau internasional di berbagai
literatur yang sesuai dengan kaidah ilmiah metode prakiraan dampak penting
dalam Amdal.
Besaran dan sifat penting dampak untuk masing-masing DPH mengacu
kepada UU No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Hal- hal yang perlu dicantumkan adalah sebagai berikut:
 Jumlah manusia yang terkena dampak
 Luas wilayah penyebaran dampak
 Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
 Banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak
 Sifat kumulatif dampak
 Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
37
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
 Kriteria lain sesuai ilmu dan teknologi
4. Evaluasi secara holistik terhadap dampak lingkungan
Dalam bagian ini, pada dasarnya penyusun dokumen Amdal menguraikan
hasil evaluasi atau telaahan keterkaitan dan interaksi seluruh dampak penting
hipotetik (DPH) dalam rangka penentuan karakteristik dampak rencana
usaha dan/atau kegiatan secara total terhadap lingkungan hidup. Dalam
melakukan evaluasi secara holistik terhadap DPH tersebut, penyusun
dokumen Amdal menggunakan metode evaluasi dampak yang tercantum
dalam kerangka acuan.
 Identifikasi dampak dan mengevaluasi dampak penting dan dilanjutkan
dengan prediksi besaran dan sifat penting pada tahap (tahap pra
konstruksi, tapak konstruksi, tahap operasi, dan tahap pasca operasi).
 Wilayah yang perlu mendapatkan perhatian/ wilayah yang menerima
dampak.
 Arahan pengelolaan lingkungan/ seluruh kegiatan yang terkena dampak
(pendekatan teknologi, pendekatan sosial ekonomi, pendekatan institusi,
SOP).
 Kesimpulan kelayakan lingkungan dari pemrakarsa.
5. Daftar pustaka
Menuliskan sumber data dan informasi yang digunakan dalam penyusunan
dokumen Andal.
6. Lampiran
Pada bagian lampiran, penyusun dokumen Andal dapat melampirkan hal-hal
sebagai berikut:
 Surat Persetujuan Kesepakatan Kerangka Acuan atau Pernyataan
Kelengkapan Administrasi Dokumen Kerangka Acuan.
 Data dan informasi rinci mengenai rona lingkungan hidup, antara lain
berupa tabel, data, grafik, foto rona lingkungan hidup, jika diperlukan.
 Ringkasan dasar-dasar teori, asumsi-asumsi yang digunakan, tata cara,
rincian proses dan hasil perhitungan-perhitungan yang digunakan dalam
prakiraan dampak.

38
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
 Ringkasan dasar-dasar teori, asumsi-asumsi yang digunakan, tata cara,
rincian proses dan hasil perhitungan-perhitungan yang digunakan dalam
evaluasi secara holistik terhadap dampak lingkungan.
 Data dan informasi lain yang dianggap perlu atau relevan.

C. AMDAL- RKL-RPL
a) Definisi
 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup selanjutnya disebut RKL adalah upaya
penanganan dampak lingkungan yang ditimbulkan dari rencana usaha dan/atau
kegiatan. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup selanjutnya disebut RPL
adalah upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak
dari rencana usaha dan/atau kegiatan.
 RKL-RPL harus memuat mengenai upaya untuk menangani dampak dan
memantau komponen lingkungan hidup yang terkena dampak terhadap
keseluruhan dampak, bukan hanya dampak yang disimpulkan sebagai dampak
penting dari hasil proses evaluasi holistik dalam Andal.Sehingga untuk beberapa
dampak yang disimpulkan sebagai bukan dampak penting, namun tetap
memerlukan dan direncanakan untuk dikelola dan dipantau (dampak
lingkungan hidup lainnya), maka tetap perlu disertakan rencana pengelolaan
dan pemantauannya dalam RKL-RPL.

Gambar 6 – Dampak-dampak lingkungan yang tercantum dalam RKL-RPL


39
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
b) Muatan dokumen RKL-RPL
1. Pendahuluan
Dalam bagian ini, penyusun dokumen Amdal menjelaskan atau menguraikan
hal-hal sebagai berikut:
 Pernyataan tentang maksud dan tujuan pelaksanaan RKL-RPL secara
umum dan jelas. Pernyataan ini harus dikemukakan secara sistematis,
singkat dan jelas.
 Pernyataan kebijakan lingkungan dari pemrakarsa. Uraikan dengan
singkat tentang komitmen pemrakarsa usaha dan/atau kegiatan untuk
memenuhi (melaksanakan) ketentuan Peraturan Perundang- Undangan
di bidang lingkungan yang relevan, serta komitmen untuk melakukan
penyempurnaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup secara
berkelanjutan dalam bentuk mencegah, menanggulangi dan
mengendalikan dampak lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan-
kegiatannya serta melakukan pelatihan bagi karyawannya di bidang
pengelolaan lingkungan hidup
2. Rencana pengelolaan lingkungan hidup
Dokumen Amdal menguraikan bentuk- bentuk pengelolaan lingkungan hidup
yang dilakukan atas dampak yang ditimbulkan dalam rangka untuk
menghindari, mencegah, meminimisasi dan/atau mengendalikan dampak
negatif dan meningkatkan dampak positif.
Uraian tersebut dicantumkan secara singkat dan jelas dalam bentuk matrik
atau tabel yang berisi pengelolaan terhadap terhadap dampak yang
ditimbulkan, dengan menyampaikan elemen-elemen sebagai berikut:
a. Dampak lingkungan
b. Sumber dampak
c. Indikator keberhasilan pengelolaan lingkungan hidup.
d. Bentuk pengelolaan lingkungan hidup.
e. Lokasi pengelolaan lingkungan hidup.
f. Periode pengelolaan lingkungan hidup.
g. Institusi pengelolaan lingkungan hidup (PLH).

40
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Seluruh elemen-elemen matriks rencana pengelolaan PLTS dijabarkan setiap
tahap pembangunan PLTS dari mulai tahap pra konstruksi, tahap konstruksi,
tahap operasi, dan tahap pasca operasi.
3. Rencana pemantauan lingkungan hidup
Rrencana pemantauan dalam bentuk matrik atau tabel untuk dampak yang
ditimbulkan. Matrik atau tabel ini berisi pemantauan terhadap terhadap
dampak yang ditimbulkan. Matrik atau tabel tersebut disusun dengan
menyampaikan elemen-elemen sebagai berikut:
a. Dampak yang dipantau, yang terdiri dari: jenis dampak yang terjadi,
komponen lingkungan yang terkena dampak, dan indikator/parameter
yang dipantau dan sumber dampak.
b. Bentuk pemantauan lingkungan hidup yang terdiri dari metode
pengumpulan dan analisis data, lokasi pemantauan, waktu dan frekuensi
pemantauan.
c. Institusi pemantau lingkungan hidup, yang terdiri dari pelaksana
pemantauan, pengawas pemantauan dan penerima laporan
pemantauan
Seluruh elemen-elemen matriks rencana pemantauan PLTS dijabarkan
setiap tahap pembangunan PLTS dari mulai tahap pra konstruksi, tahap
konstruksi, tahap operasi, dan tahap pasca operasi.
4. Jumlah dan jenis izin PPLH yang dibutuhkan
Dalam hal rencana usaha dan/atau kegiatan yang diajukan memerlukan izin
PPLH, maka dalam bagian ini, penyusun dokumen Amdal sudah
mengidentifikasi dan merumuskan daftar jumlah dan jenis izin perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup yang dibutuhkan berdasarkan rencana
pengelolaan lingkungan hidup.
Dalam pembangunan PLTS biasanya yang menjadi fokus jenis izin PPLH
adalah izin Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) untuk limbah B3.
5. Pernyataan komitmen pelaksanaan RKL-RPL
Pernyataan pemrakarsa memuat pernyataan dari pemraksarsa untuk
melaksanakan RKL-RPL yang ditandatangani di atas kertas bermaterai.
6. Daftar pustaka
41
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Menuliskan sumber data dan informasi yang digunakan dalam penyusunan
dokumen RKL-RPL.
7. Lampiran
Penyusun dokumen Amdal juga dapat melampirkan data dan informasi lain
yang dianggap perlu atau relevan.

4.4. Identifikasi potensi limbah B3

Menurut Peraturan Menteri LHK Nomor P.12/MENLHK/SETJEN/PLB.3/5/2020, limbah


adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Limbah bahan berbahaya dan beracun
adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3 (Bahan berbahaya
dan beracun). Didalam pengelolaan limbah B3 merupakan salah satu rangkaian
kegiatan yang mencakup penyimpanan, pengumpulan, pemanfatan, pengangkutan,
dan pengolahan limbah B3, dan penimbun limbah B3.
1. Penghasil limbah B3
Penghasil limbah B3 adalah setiap orang yang karena usaha dan/atau kegiatannya
menghasilkan limbah B3.
2. Pengumpul limbah B3
Pengumpul limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pengumpulan
Limbah B3 sebelum dikirim ke tempat pengolahan limbah B3, pemanfaatan limbah
B3, dan/atau penimbunan limbah B3. Setiap penghasil limbah B3, wajib melakukan
pengumpulan limbah yang dihasilkan dan mengikuti ketentuan penyimpanan
limbah. Apabila tidak mampu melakukan pengumpulan limbah dapat diserahkan
kepada Pengumpul Limbah dan menyampaikan pelaporan kepada pihak yang
berwenang seperti Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota. Penghasil limbah yang
melaksanakan pengumpulan limbahnya sendiri dilarang untuk melakukan
pencampuran limbah B3. Pengelolaan sampah dikelola dengan membuat Tempat
Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) selanjutnya sampah dibuang ke Tempat
Pembuangan Akhir (TPA).
3. Pengangkut limbah B3
Pengangkut limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
pengangkutan limbah B3. Pengangkutan limbah B3 kategori 1 wajib dilakukan
dengan menggunakan alat angkut tertutup. Spesifikasi dan ketentuan rinci
42
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
penggunaan alat angkut diatur oleh peraturan teknis kementerian perhubungan
yakni:
a) Untuk pengangkutan transportasi darat dan kereta api
 Kepmenhub No 30 Tahun 2002 Tentang Perubahan Kepmenhub No. 69
tahun 1993 Penyelenggaraan Angkutan Barang di Jalan
 Permenhub No. 48 tahun 2014 tentang Tata Cara Pemuatan, Penyusunan,
Pengangkutan, dan Pembongkaran Barang Dengan Kereta Api
 SK Dirjen Perhubungan Darat No. SK.725/AJ-302/DRJD/2004 tentang
Penyelenggaraan Pengangkutan B3 di Jalan
b) Untuk pengangkutan transportasi laut
 Permenhub Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencegahan Pencemaran
Lingkungan Maritim
 SE Dirjen Perhubungan Laut Nomor UM.003/1/2/DK-15 tentang
Pengangkutan Limbah B3 bagi Kapal-kapal Berbendera Indonesia
c) Untuk pengangkutan transportasi udara
 PM nomor 90 Tahun 2013 tentang Keselamatan Pengangkutan Barang
Berbahaya dengan Pesawat Udara
Setiap Pengangkut Limbah B3 wajib memiliki rekomendasi pengangkutan
limbah B3 serta izin pengangkutan limbah B3.
4. Pemanfaat limbah B3
Pemanfaat limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pemanfaatan
limbah B3. Pemanfaatan limbah B3 adalah kegiatan penggunaan kembali, daur
ulang, dan/atau perolehan kembali yang bertujuan untuk mengubah limbah B3
menjadi produk yang dapat digunakan sebagai substitusi bahan baku, bahan
penolong, dan/atau bahan bakar yang aman bagi kesehatan manusia.
Pemanfaatan terhadap limbah B3 dari sumber tidak spesifik yang memiliki
kontaminasi radioaktif lebih besar dari atau sama dengan 1 Bq/cm2 (satu Becquerel
per sentimeter persegi) dilarang untuk dilakukan pemanfaatan limbah B3 bagi
penghasil limbah.
5. Pengolah limbah B3
Pengolah limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pengolahan
limbah B3. Pengolahan limbah B3 adalah proses untuk mengurangi dan/atau
43
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
menghilangkan sifat racun. Pengolahan limbah wajib dilaksanakan oleh penghasil
limbah. Jika tidak mampu melakukan sendiri, pengolahan limbah dapat diserahkan
kepada Pengolah Limbah B3.
6. Penimbun limbah B3
Penimbun limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan penimbunan
limbah B3. Penimbunan limbah B3 adalah kegiatan menempatkan limbah B3 pada
fasilitas penimbunan dengan maksud tidak membahayakan kesehatan manusia dan
lingkungan hidup. Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melaksanakan
penimbunan limbah, jika tidak mampu melakukan sendiri wajib diserahkan kepada
Penimbun Limbah B3 profesional yang memiliki izin.

Proses dalam izin pengelolaan limbah B3 mencakup seluruh kegiatan pengumpulan


limbah, pemanfaatan limbah, pengolahan limbah, penimbunan limbah. Sesuai dengan
Peraturan Menteri LHK No. P.95 Tahun 2018, seluruh pelaku usaha pengelolaan limbah
B3 mengajukan permohonan perizinan dan rekomendasi kepada Menteri, Gubernur,
dan Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan melalui Lembaga OSS.

Pengurusan izin tempat penyimpanan sementara limbah B3 akan dilaksanakan setelah


keluarnya Izin Lingkungan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Adapun pengurusan
izin TPS dapat mengacu pada Peraturan Menteri LHK No. P.12 Tahun 2020. Limbah
B3 tersebut selanjutnya di ambil oleh pihak ketiga/kontraktor yang telah memiliki izin.
Pengangkutan limbah berbahaya harus melalui dan di cek di pos jaga utama.

44
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
BAB V
ASPEK PENGELOLAAN LINGKUNGAN PLTS

45
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
BAB V
ASPEK PENGELOLAAN LINGKUNGAN PLTS

Dalam setiap tahapan pembangunan dan pengembangan PLTS perlu memperhatikan


kondisi lingkungan, untuk itu perlu dijabarkan mengenai kegiatan-kegiatan dalam tiap
tahapan dan memperhatikan kondisi terkait lingkungan.

5.1. Tahap pra konstruksi

a. Survey kesiapan lokasi


 Survei lokasi dilakukan untuk mengetahui kelayakan kegiatan yang akan
dilaksanakan baik kelayakan teknis, kelayakan finansial, dan kelayakan
lingkungan.
 Kegiatan survey meliputi survey topografi, investigasi tanah, dan hidrologi
dilakukan dalam rangka studi kelayakan dan penentuan desain teknis dan
struktur. Survei topografi lokasi menentukan ketinggian dan kemiringan di
seluruh lokasi. Hasil survei ini bisa digunakan untuk perataan menyesuaikan
kemiringan untuk instalasi modul PV, stasiun Inverter dan pemasangan stasiun
utama. Dapat juga digunakan untuk jalan dan desain drainase untuk menentukan
berapa banyak kemiringan air dapat mengalir melalui arah yang diinginkan.
 Pada saat survei lokasi, perlu dipastikan peruntukan lahan bukan berada pada
zona merah/zona terbatas dan tidak menyalahi peraturan tata ruang. Jalur
mobilisasi barang/material maupun personil perlu dipastikan faktor keamanan
dan tidak merusak lingkungan sekitar. Proses clearing lahan juga perlu
direncanakan sesuai ketentuan sehingga tidak menyalahi peraturan dibidang
lingkungan hidup.
 Dapat mengacu pada SNI 8395: 2017- Panduan kelayakan pembangunan PLTS
terpusat fotovoltaik.
b. Pengadaan lahan dan peruntukannya (membeli lahan untuk membuat
bangunan/akan membangun di tanah tersebut).
 Pengadaan lahan dengan mempertimbangkan peruntukan lahan, aspek legal
tanah, kesepakatan pembebasan lahan, bentuk ganti rugi, dan luas tanah

46
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
masing-masing warga yang tanahnya akan dibangun PLTS sehingga perlu
dibayar atas pembebasan lahan kepada warga.
 Pada saat proses akuisisi lahan, perlu dipastikan tidak terjadi konflik sosial
dengan masyarakat dan tidak menyalahi norma/adat setempat.
Keabsahan/legalitas kepemilikan lahan juga perlu dipastikan untuk meminimalisir
risiko hukum kedepannya.
 Mengikuti aturan mengenai dibidang pertanahan.
c. Sosialisasi dan konsultasi publik
 Kegiatan sosialisasi dan konsultasi publik adalah penyampaian informasi kepada
masyarakat tentang adanya kegiatan pembangunan di wilayahnya. Hal ini untuk
menghimpun pendapat, pandangan kepada masyarakat dan memberikan
gambaran kegiatan pembangunan PLTS sehingga akan membangun kesepakatan
bagi semua pemangku kepentingan dalam pengelolaan lingkungan PLTS.
 Pada saat proses sosialisasi, perlu dipastikan tidak terjadi konflik dengan
masyarakat. Diupayakan pendekatan edukasi dengan mengedepankan
norma/adat istiadat setempat sehingga masyarakat dapat lebih mudah
memahami dan menerima keberadaan PLTS baik dilihat dari aspek manfaat
maupun dari aspek lingkungan.

5.2. Tahap konstruksi

a. Perekrutan tenaga kerja


 Pada tahap konstruksi akan dilakukan perekrutan tenaga kerja. Perekrutan
tenaga kerja khususnya untuk tenaga kerja yang memenuhi kriteria yang
disyaratkan dan dibutuhkan akan dioptimalkan berasal dari penduduk sekitar,
untuk posisi-posisi tertentu tenaga kerja akan didatangkan dari luar apabila posisi
tersebut tidak bisa diisi oleh tenaga kerja lokal.
 Mengikuti aturan bidang tenaga kerja (terkait kompetensi, upah)
b. Pembuatan dan operasional basecamp
 Pekerja yang membangun PLTS biasanya jauh dari pemukiman, sehingga
dibangun base camp untuk tempat pekerja selama kegiatan konstruksi dilokasi
pembangunan PLTS.

47
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
 Pada kegiatan ini perlu diperhatikan faktor keamanan lingkungan, terutama
untuk jalur pengolahan/pembuangan limbah operasional selama proses
konstruksi
c. Mobilisasi peralatan/material
 Pelaksanana kegiatan pembangunan memerlukan material dan sejumlah alat
bantu mekanis yang memadai, peralatan tersebut sangat diperlukan mengingat
kegiatan pembangunan memerlukan spesifikasi teknis peralatan yang khusus
untuk pembangunan PLTS. Biasanya pembangunan PLTS off grid berada di lokasi
relatif melewati pemukiman warga, sehingga material seperti semen perlu
diperhatikan sehingga tidak mencemari lingkungan warga yang dilewati. Perlu
dipastikan proses pengiriman dilakukan oleh kurir berizin dengan
mengedepankan standar keamanan dan lingkungan terutama untuk material-
material yang mengandung B3.
 Pada kegiatan ini, perlu dipastikan proses pengiriman dilakukan oleh kurir berizin
dengan mengedepankan standar keamanan dan lingkungan terutama untuk
material-material yang mengandung B3.
 Mengikuti aturan bidang transportasi.
d. Penyiapan/pematangan lahan
Penyiapan/pematangan lahan terdiri dari beberapa kegiatan antara lain:
 Pada kegiatan ini perlu untuk selalu mengedepankan aspek lingkungan sehingga
perlindungan lingkungan dapat terjaga dengan baik terutama saat pelaksanaan
cut&fill lahan serta clearing/pembersihan permukaan lahan (baik vegetasi
maupun fauna yang mungkin ada).
 Pembersihan dan grubbing semua tumbuhan. Pembersihan sesuai dengan
pembuangan bahan sampai ke tanah asli yang keras. Bahan-bahan harus
dibersihkan termasuk, tanpa batasan, pohon, kayu, semak, tanaman rumput,
tumbuhan longgar, struktur, pondasi dan setiap instalasi bawah tanah di dalam
areal konstruksi. Pengelupasan dan pembuangan humus pada area pondasi dan
pipa dikuburkan dan daerah di mana bangunan permanen akan berlokasi
(misalnya stasiun inverter, bangunan utama) di dalam areal konstruksi,
umumnya kedalaman 20 sampai 30 cm di bawah permukaan tanah yang ada.

48
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
 Pembuangan bahan yang dibersihkan. Kayu sisa konstruksi harus disimpan
dengan rapi dan ditumpuk di tempat yang ditentukan. Semua kayu lainnya dan
semua semak-semak, tunggul, akar dan sampah lainnya dari kegiatan
pembersihan dan grubbing harus diangkut oleh kontraktor/pihak ketiga ke
Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
 Pembuangan bahan yang dibersihkan. Semua kayu dan semak-semak, tunggul,
akar dan sampah lainnya dari kegiatan pembersihan dan grubbing harus diangkut
oleh kontraktor/pihak ketiga ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
 Pemulihan saluran air di daerah yang dibersihkan untuk mencegah halangan di
saluran drainase lokasi, kontraktor harus menjaga setiap areal drainase bebas
dari pohon-pohon tumbang, tunggul, semak dan sampah lainnya. Penyimpanan
sementara terletak jauh dari saluran drainase.
 Penyediaan lahan harus mempertimbangkan kondisi topografi karena
kemungkinan adanya kondisi lahan yang berbeda-beda. Oleh karena itu perlu
adanya rekayasa teknis contoh cut and fill sehingga kondisi topografi tanah
memenuhi syarat teknis untuk pembangunan PLTS.
 Pada kegiatan ini perlu untuk selalu mengedepankan aspek lingkungan sehingga
perlindungan lingkungan dapat terjaga dengan baik terutama saat pelaksanaan
cut&fill lahan serta clearing/pembersihan permukaan lahan (baik vegetasi
maupun fauna yang mungkin ada).
e. Pembangunan pembangkit dan sarana penunjang
 Kegiatan konstruksi utama utama adalah memasang instalasi modul PV,
membangun stasiun utama yang terdiri dari ruang kontrol, ruang pemeliharaan
dan operasional, gudang material.
 Sarana penunjang yang dibangun berupa standar kekerasan jalan, beban
kendaran, frekuensi penggunaan, tanda lalu lintas, belokan, dan manajemen
pemantauan jalan. Lainnya adalan bangunan untuk petugas keamanan, ruang
penyimpanan, peralatan pemadam kebakaran, dan toilet.
 Mengikuti aturan bidang sipil, konstruksi, dan ketenagalistrikan.
f. Pendirian/pemasangan tiang transmisi dan/atau distribusi
 Jalur transmisi dan/atau distribusi merupakan saluran udara tegangan rendah
dan menengah.
49
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
 Mengikuti aturan bidang ketenagalistrikan.
g. Pengelolaan limbah
 Pengelolaan limbah seperti dus, kabel, plastik dll yang telah digunakan dapat
dikelola pada tempat yang sudah disediakan dan berada di luar PLTS.
 Limbah B3 dengan karakter reaktif, korosif, dan/atau beracun wajib memiliki
konstruksi dinding dibuat mudah untuk dilepas dan konstruksi atap, dinding, dan
lantai harus tahap terhadap korosi dan api.

5.3. Tahap operasi

a. Rekrutmen tenaga kerja


Seperti halnya tahap konstruksi, tahap operasi akan dilakukan perekrutan tenaga
kerja walaupun dengan jumlah yang lebih kecil. Perekrutan tenaga kerja khususnya
tenaga kerja unskilled yang memenuhi kriteria yang disyaratkan dan dibutuhkan
akan dioptimalkan berasal dari penduduk sekitar.
b. Pengoperasian pembangkit
 Pada kegiatan pengoperasian pembangkit perlu diperhatikan aspek Keselamatan
Ketenagalistrikan (K2) dan aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Kegiatan pemeliharaan meliputi pemeliharaan setiap komponen PLTS sesuai SOP
dan buku manual pemeliharaan sistem PLTS, serta pengolahan sistem sanitasi
yang berwawasan lingkungan. Jika pada kegiatan ini ada komponen yang harus
diganti, maka komponen yang diganti tersebut harus diolah sesuai standar
pengolahan lingkungan.
 Pembangkit listrik tenaga surya adalah pembangkit listrik yang mengubah energi
surya menjadi energi listrik. Energi matahari diubah menjadi energi listrik oleh
modul surya fotovoltaik dengan keluaran arus searah (DC). Energi listrik tersebut
selanjutnya disimpan dalam baterai atau digunakan oleh beban listrik. Arus listrik
searah diubah menjadi arus bolak-balik (AC) tegangan rendah oleh Inverter.
Selanjutnya pada sistem on grid arus bolak balik tegangan rendah dapat
dinaikkan menjadi tegangan menengah/tinggi yang sesuai dengan standar
tegangan PLN melalui transformer dan selanjutnya listrik dapat didistribusikan
atau ditransmisikan ke gardu induk PLN terdekat, untuk sistem off grid energi
listrik arus bolak balik tegangan rendah langsung didistribusikan ke pelanggan.
50
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
 Mengikuti aturan di bidang ketenagalistrikan
c. Pemeliharaan baterai
 Baterai merupakan salah satu komponen utama sistem PLTS (off-grid) yang
memerlukan pemeliharaan, baik penambahan air aki maupun penggantian
baterai karena rusak atau telah melampaui siklus masa pakainya (life cycle).
 Kerusakan pada baterai dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain
dikarenakan pengelolaan dan pemeliharaan sistem baterai yang tidak benar,
seperti kelebihan beban, disfungsi discharge dan charging, dsb. Untuk itu definisi
baterai bekas / rusak pada sistem PLTS perlu didefinisikan lebih tegas dan jelas.
 Sistem baterai dinyatakan telah menjadi baterai bekas/rusak apabila
menunjukkan beberapa indikator berikut:
o Kapasitas pelayanan baterai terhadap beban kurang dari satu malam (8 jam)
o Terjadi kerusakan baterai secara fisik
o Hasil pengukuran karakteristik kelistrikan yang jauh dari spesifikasi pabrikan
o Usia baterai telah melewati masa perkiraan umur baterai yang telah
ditetapkan oleh pabrikan
 Adapun metode untuk melakukan identifikasi baterai bekas/rusak dalam sistem
PLTS terdiri dari beberapa tahapan, antara lain: Melakukan Inspeksi visual secara
menyeluruh, melakukan pemindaian panas dengan menggunakan kamera
termal, Pengukuran Tegangan, Pengukuran Resitansi Dalam (Internal
Resistance).
 Mengikuti aturan di bidang ketenagalistrikan.
d. Pemeliharaan pembangkit
 Pembersihan sampah dari sisa bahan habis pakai atau komponen yang rusak
seperti kertas, plastik, kabel, modul dll.
 Pemeliharaan pembangkit dari fauna disekitar lokasi PLTS dengan melakukan
pembersihan sampah ataupun pohon yang tumbuh dan dicek atau dibersihkan
setiap seminggu sekali.
 pembersihan modul surya dan memotong rumput atau vegetasi yang tumbuh
disekitar modul surya.
 Sesuai dengan Lampiran I PP Nomor 101 Tahun 2014 tentang Daftar Limbah B3
dari Sumber Tidak Spesifik, Zat pencemar dari baterai bekas termasuk di dalam
51
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
daftar limbah B3 dari sumber tidak spesifik dengan Kode Limbah A102d dan
dimasukkan ke dalam Kategori Bahaya 1. Adapun karakteristik dari barang yang
dikategorikan Limbah B3 antara lain memiliki karakterstik sebagai berikut: mudah
meledak, mudah menyala, reaktif , infeksius , korosif, dan/ atau, beracun.
 Pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan oleh kegiatan PLTS antara lain modul
surya sebagai semi konduktor material, baterai, bahan bakar dll. Limbah B3
tersebut akan di simpan sementara ditempat aman dipagari di lokasi PLTS dan
ditandai dengan Limbah B3. baterai bekas sebagai salah satu limbah dari sistem
PLTS termasuk salah satu Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3)
sehingga ketika telah habis pakai, pengelolaannya harus sesuai dengan aturan
Pengelolaan Limbah B3 yang ada.
 Mengikuti aturan di bidang ketenagalistrikan
e. Pengelolaan sistem sanitasi lingkungan
Adanya kejelasan pengelolaan limbah komponen yang sudah tidak bisa digunakan
dan kejelasan pengelolaan limbah B3.
f. Pengelolaan limbah
Pengelolaan limbah seperti dus, kabel, plastik dll yang telah digunakan dapat
disimpan pada tempat yang sudah disediakan dan berada di luar PLTS.

5.4. Tahap pasca operasi

a. Pembongkaran fasilitas PLTS


Tahap pembongkaran fasilitas PLTS dilakukan Ketika PLTS sudah tidak bisa
dimanfaatkan lagi atau sesuai dengan perjanjian masa pakai PLTS.
b. Pemutusan hubungan kerja
Pemutusan kerja akibat terhentinya operasional kegiatan pengoperasian PLTS,
biasanya berpotensi menimbulkan dampak kepada masyarakat sekitar.
c. Pemulihan lingkungan
Tahap pemulihan lingkungan berkaitan dengan pengembalian kondisi lahan apabila
operasional kegiatan dihentikan. Biasanya pemulihan lingkungan sudah tertulis
didalam kesepakatan ketika sosialisasi.
d. Transportasi
Pemindahan atau pengangkutan hasil pembongkaran PLTS.
52
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
e. Pengelolaan limbah
Pengelolaan limbah dari pembongkaran PLTS di identifikasi dan di kelola sesuai
dengan Peraturan yang berlaku.

5.5. Pengelolaan limbah B3 PLTS

Limbah B3 yang dihasilkan oleh kegiatan pengembangan PLTS antara lain modul surya,
baterai, minyak oli trafo, sisa kabel, sisa plastik.
a. Modul surya: Penyumbang utama berat total modul PV silikon kristal adalah kaca
(75%), diikuti oleh polimer (10%), aluminium (8%), silikon (5%), tembaga (1%)
dan sejumlah kecil perak, timah, dan komponen logam lainnya. Timbal dan timah,
jika larut ke dalam tanah dan air tanah menyebabkan masalah kesehatan dan
lingkungan. Untuk bahan-bahan yang masih berharga seperti tembaga, perak,
silikon dan komponen logam lainnya memberikan peluang jika dilakukan daur
ulang untuk mencegah pencemaran lingkungan.
b. Baterai: Setiap ada baterai yang rusak atau telah habis masa pakainya, maka
baterai tersebut menjadi limbah B3 yang harus dikelola, prosedur pengelolaan
yaitu mengidentifikasi jumlah limbah baterai bekas yang dihasilkan. Tatacara
pengumpulan dan penyimpanan limbah B3 baterai bekas sudah diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 dan Keputusan Bappedal Nomor 1
Tahun 1995. Kegiatan pengangkutan Limbah B3 Baterai bekas diatur dalam
Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014.
c. Minyak oli trafo: sisa minyak oli trafo disimpan dengan baik, sehingga tidak
terbuang di lokasi PLTS dan tidak menyebabkan kerusakan lingkungan.
d. Sisa kabel: Sisa kabel sisa dari pemasangan jaringan PLTS, disimpan dengan baik
sehingga apabila akan ada pergantian kabel bisa digunakan kembali, dan kabel
yang rusak diidentifikasi untuk dipisahkan dengan limbah yang cair.
e. Sisa plastik: sisa plastik dari bungkusan material diidentifikasi dengan limbah-
limbah yang lainnya, sehingga tidak tercampur dan tidak merusak lingkungan
sekitar dan lingkungan PLTS.

Limbah B3 tersebut diatas harus disimpan sementara di dalam bangunan tersendiri


(TPS/Tempat Penyimpanan Sementara) di lokasi sekitar PLTS, dipagari dan ditandai
53
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
dengan lambang/tulisan yang menjelaskan bahwa isi bangunan tersebut adalah limbah
B3. Pengembang kemudian menghubungi pengumpul limbah B3 yang akan mengambil
limbah B3 dari area PLTS.

54
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
BAB VI
IDENTIFIKASI DAMPAK
DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN

55
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit ListrikTenaga
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik TenagaSurya
Surya(PLTS)
(PLTS)
BAB VI
IDENTIFIKASI DAMPAK DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Identifikasi dampak lingkungan adalah pengenalan terhadap penyebab dampak dan


komponen yang diduga terkena dampak dari suatu aktifitas/proyek yang dilaksanakan.
Identifikasi dampak yang merupakan awal dari proses analisis dampak mempunyai
kedudukan yang sangat menentukan. Baik buruknya atau tajam tidaknya kajian
dampak lingkungan bergantung pada identifikasi dampak sehingga memerlukan
banyak diskusi dengan para ahli maupun stakeholder.

Identifikasi dampak umumnya difokuskan pada kegiatan suatu usaha atau proyek yang
diperkirakan akan menjadi sumber dampak serta komponen-komponen/parameter-
parameter lingkungan yang diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar akibat
rencana kegiatan/usaha/proyek. Penyebab dampak atau sumber perubahan
lingkungan harus ditetapkan saat proses identifikasi terutama pada tahapan atau
proses yang terjadi pada komponen lingkungan yang terkena dampak. Selanjutnya
dilakukan upaya penanganan dampak lingkungan baik berupa upaya pencegahan,
penanggulangan maupun pengendalian. Upaya-upaya ini diarahkan agar dapat
mengurangi dampak-dampak yang bersifat negatif serta mengembalikan dampak-
dampak yang bersifat positif.

Kegiatan pembangunan pembangkit listrik tenaga surya juga tidak terlepas dari
aktifitas yang memberikan dampak lingkungan. Akan tetapi, dampak-dampak yang
ditimbulkan dalam setiap tahapan mulai dari perencanaan sampai tahapan pasca
operasi telah diidentifikasi dan secara umum dijelaskan pada Tabel 4. Masing-masing
kegiatan diidentifikasi jenis dampaknya untuk dilakukan upaya pengelolaan serta
pemantauan pada setiap aktifitas yang umumnya dilakukan secara berkala setiap 6
(enam) bulan. Tabel 4 menjelaskan secara umum mengenai identifikasi dampak dan
bentuk pengelolaan serta periode pemantauan lingkungan di sekitar PLTS. Aktifitas
lain yang berlum teridentifikasi dalam kegiatan pembangunan dan pemanfatan PLTS
pada Tabel 4 dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi/aktifitas masing-masing
tahapan.
56
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Tabel 4 – Identifikasi dampak dan bentuk pengelolaan dan pemantauan lingkungan PLTS

NO KEGIATAN JENIS DAMPAK UPAYA PENGELOLAAN UPAYA KETERANGAN


PEMANTAUAN
TAHAP PRA-KONSTRUKSI
1 Survei kesiapan lokasi  Persepsi 1. Mengakomodir saran dan tanggapan dari Dilakukan selama
(topografi, hidrologi, masyarakat masyarakat sekitar yang disampaikan pada saat berlangsungnya
desain teknis, survei  Dampak sosial sosialisasi rencana kegiatan. kegiatan pada tahap
keterimaan terjadi penolakan 2. Menyediakan fasilitas pusat informasi dan posko pra konstruksi dan
masyarakat) masyarakat pengaduan untuk menerima masukan dan keluhan pelaporan setiap 6
dari masyarakat sekitar terkait dengan (enam) bulan sekali
pelaksanaan kegiatan. atau setiap semester
3. Menjalin komunikasi yang harmonis serta menjaga
kemitraan dengan masyarakat sekitar untuk
memudahkan keberlanjutan proyek.
4. Selalu melakukan koordinasi dan penyampaian
informasi yang tepat terkait rencana kegiatan
dalam setiap tahapannya dengan melibatkan
aparat pemerintah setempat, tokoh masyarakat
dan perwakilan masyarakat sehingga terbentuk
komunikasi, koordinasi dan kerjasama yang baik
antara pihak pemrakarsa kegiatan dengan
masyarakat di sekitar lokasi rencana kegiatan.
2 Pengadaan lahan dan  Persepsi Sosialisasi pada masyarakat yang lahannya akan Dilakukan selama
peruntukannya masyarakat dibebaskan untuk PLTS sesuai UU No. 2 Tahun 2012 berlangsungnya
(membeli lahan,  Dampak sosial dan tentang Pengadaan tanah bagi Pembangunan Untuk kegiatan pada tahap
pembebasan lahan) legalitas lahan Kepentingan Umum. pra konstruksi dan
pelaporan setiap 6
(enam) bulan sekali
atau setiap semester

57
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
3 Sosialisasi Persepsi masyarakat 1. Mengakomodir saran dan tanggapan dari Dilakukan selama
masyarakat sekitar yang disampaikan pada saat berlangsungnya
sosialisasi rencana kegiatan. kegiatan pada tahap
2. Menyediakan fasilitas pusat informasi dan posko pra konstruksi dan
pengaduan untuk menerima masukan dan keluhan pelaporan setiap 6
dari masyarakat sekitar terkait dengan (enam) bulan sekali
pelaksanaan kegiatan. atau setiap semester
3. Menjalin komunikasi yang harmonis serta menjaga
kemitraan dengan masyarakat sekitar untuk
memudahkan keberlanjutan proyek.
4. Selalu melakukan koordinasi dan penyampaian
informasi yang tepat terkait rencana kegiatan
dalam setiap tahapannya dengan melibatkan
aparat pemerintah setempat, tokoh masyarakat
dan perwakilan masyarakat sehingga terbentuk
komunikasi, koordinasi dan kerjasama yang baik
antara pihak pemrakarsa kegiatan dengan
masyarakat di sekitar lokasi rencana kegiatan.
TAHAP KONSTRUKSI
1 Perekrutan Tenaga Persepsi masyarakat 1. Memprioritaskan dan melibatkan tenaga kerja Dilakukan selama
Kerja lokal dalam proses pembangunan melalui berlangsungnya
kontraktor terkait. kegiatan pada tahap
konstruksi dan
2. Mensyaratkan kontraktor dan sub-kontraktor
pelaporan setiap 6
untuk melakukan sosialisasi mengenai (enam) bulan sekali
kesempatan kerja sebagai tenaga kerja atau setiap semester
konstruksi; jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan,
persyaratan yang dibutuhkan, dan mekanisme
penerimaan.
3. Melakukan Sosialisasi penerimaan tenaga kerja
dengan dilakukan bekerja sama dengan kepala
desa/lurah.
58
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
2 Pembuatan dan Keluhan masyarakat 1. Memakai alat-alat yang terpelihara dan Dilakukan selama
operasionalisasi terhadap gangguan menggunakan teknik konstruksi yang benar berlangsungnya
basecamp kenyamanan, sehingga tingkat kebisingannya rendah. kegiatan pada tahap
kebisingan, konstruksi dan
2. Tidak ada kegiatan konstruksi antara jam 22.00-
keamanan. pelaporan setiap 6
05.00 (jam istirahat malam) kecuali keadaan (enam) bulan sekali
tertentu yang mengharuskan dilakukan pada atau setiap semester
malam hari. Dengan berkoordinasi dengan
kelurahan/desa dan masyarakat sekitar kegiatan
konstruksi.
3 Aksesbilitas/Mobilisasi  Ketidaknyamanan 1. Mengatur kecepatan kendaraan pengangkut Dilakukan selama
peralatan/ material kawasan material dan kendaraan proyek lainnya dengan berlangsungnya
(contoh ketika hujan  Kerusakan kecepatan <40 km/jam saat melewati daerah kegiatan pada tahap
semen bisa mencemari prasarana jalan konstruksi
permukiman penduduk yang dapat mereduksi
sekitar), dan tenaga dan lingkungan
kerja (dipecah):  Penurunan kualitas kebisingan hingga 5 dBA.
udara, peningkatan 2. Melakukan perawatan berkala pada peralatan
kebisingan konstruksi dan kendaraan pengangkut material
dan kendaraan proyek lainnya untuk mengurangi
kebisingan mesin peralatan dan kendaraan.
3. Membatasi jadwal mobilisasi hingga sore hari
untuk mencegah kebisingan di malam hari di
lingkungan permukiman pada saat waktu istirahat.
4. Menggunakan kendaraan proyek yang memiliki
kelayakan teknis operasional berdasarkan hasil uji
kelaikan.
5. Menyediakan fasilitas pusat informasi dan posko
pengaduan untuk menerima masukan dan keluhan
dari masyarakat sekitar terkait dengan
pelaksanaan kegiatan di lokasi kegiatan

59
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
6. Koordinasi dan pemberitahuan kepada Kepala
Desa dan Camat serta instansi terkait selama
berlangsungnya pelaksanaan kegiatan untuk
mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
4 Penyiapan/pematangan  Gangguan 1. Melakukan pembersihan lahan hanya pada lahan Dilakukan selama
lahan (termasuk keanekaragaman proyek. berlangsungnya
aksesbilitas ke lokasi hayati 2. Melakukan identifikasi dan inventarisasi jenis kegiatan pada tahap
PLTS)  Pencemaran udara, konstruksi
tumbuhan sebelum melakukan pembersihan
tanah, dan air
lahan.
3. Melaksanakan penghijauan pada lahan terbuka
disekitar areal proyek.
4. Tidak melakukan penebangan pohon jika tidak
diperlukan, khususnya pada areal terganggu.
5. Menyediakan septic tank di basecamp.
6. Melakukan penyedotan septic tank secara berkala
oleh pihak ke-3 apabila septic tank dalam keadaan
penuh.
7. Melakukan penyiraman di sekitar tapak proyek,
khususnya pada area yang berdekatan dengan
masyarakat atau di area terdekat dengan
pemukiman.
8. Pemasangan pagar pembatas proyek di area yang
berdekatan dengan pemukiman penduduk.
9. Mempersyaratkan kepada kontraktor untuk
menggunakan kendaraan/alat berat yang memiliki
Sertifikat Laik Operasi (SLO).
5 Pembangunan  Gangguan 1. Melakukan pembangunan hanya pada lahan Dilakukan selama
pembangkit dan sarana keanekaragaman proyek. berlangsungnya
penunjang hayati
60
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
 Penurunan kualitas 2. Melakukan identifikasi dan inventarisasi jenis kegiatan pada tahap
udara, air, dan tumbuhan sebelum melakukan pembersihan konstruksi
tanah lahan.
3. Melaksanakan penghijauan pada lahan terbuka
disekitar areal proyek.
4. Tidak melakukan penebangan pohon jika tidak
diperlukan, khususnya pada areal terganggu.
5. Menyediakan septic tank di basecamp
6. Melakukan penyedotan septic tank secara berkala
oleh pihak ke-3 apabila septic tank dalam keadaan
penuh.
7. Melakukan penyiraman di sekitar tapak proyek,
khususnya pada area yang berdekatan dengan
masyarakat atau di area terdekat dengan
pemukiman.
8. Pemasangan pagar pembatas proyek di area yang
berdekatan dengan pemukiman penduduk.
9. Mempersyaratkan kepada kontraktor untuk
menggunakan kendaraan/alat berat yang memiliki
Sertifikat Laik Operasi (SLO).
6 Pendirian/pemasangan  Persepsi 1. Melakukan pembangunan hanya pada lahan Dilakukan selama
tiang transmisi masyarakat proyek. berlangsungnya
dan/atau distribusi tentang isu 2. Melakukan identifikasi dan inventarisasi jenis kegiatan pada tahap
keselamatan dan konstruksi
tumbuhan sebelum melakukan pembersihan
gangguan
lahan.
kesehatan
terhadap 3. Melaksanakan penghijauan pada lahan terbuka
masyarakat disekitar areal proyek.

61
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
 Gangguan 4. Tidak melakukan penebangan pohon jika tidak
keanekaragaman diperlukan, khususnya pada areal terganggu.
hayati 5. Menyediakan septic tank di basecamp.
6. Melakukan penyedotan septic tank secara berkala
oleh pihak ke-3 apabila septic tank dalam keadaan
penuh.
7. Melakukan penyiraman di sekitar tapak proyek,
khususnya pada area yang berdekatan dengan
masyarakat atau di area terdekat dengan
pemukiman.
8. Pemasangan pagar pembatas proyek di area yang
berdekatan dengan pemukiman penduduk.
9. Mempersyaratkan kepada kontraktor untuk
menggunakan kendaraan/alat berat yang memiliki
Sertifikat Laik Operasi (SLO).
10. Melakukan penyuluhan kesehatan kepada
masyarakat sekitar lokasi kegiatan melalui
program CD bidang kesehatan masyarakat,
termasuk vector penyakit malaria.
11. Terlibat aktif dalam tanggap darurat bidang
kesehatan masyarakat.
TAHAP OPERASI
1 Rekrutmen tenaga kerja Persepsi masyarakat 1. Memprioritaskan dan melibatkan tenaga kerja Dilakukan selama
lokal dalam proses pembangunan melalui berlangsungnya
kontraktor terkait. kegiatan pada tahap
operasi dan pelaporan
2. Mensyaratkan kontraktor dan sub-kontraktor
setiap 6 (enam) bulan
untuk melakukan sosialisasi mengenai sekali atau setiap
kesempatan kerja sebagai tenaga kerja semester

62
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
konstruksi; jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan,
persyaratan yang dibutuhkan, dan mekanisme
penerimaan.
3. Melakukan Sosialisasi penerimaan tenaga kerja
dengan dilakukan bekerja sama dengan kepala
desa/lurah.
2 Pengoperasian  Kemungkinan 1. Menyiapkan IPAL Domestik. Dilakukan selama
pembangkit kebakaran akibat 2. Menyiapkan TPS sampah padat berlangsungnya
kegagalan sistem 3. Melakukan pemilahan sampahberdasarkan kegiatan pada tahap
 Peningkatan air operasi
jenisnya, organik, anorganik.
limbah domestik
 Peningkatan
sampah
3 Pemeliharaan baterai  Kemungkinan 1. Menyiapkan dan mengurus izin TPS Limbah B3. Dilakukan selama
kebakaran akibat 2. Melakukan koordinasi dengan pihak ketiga berlangsungnya
kegagalan sistem pengumpul limbah b3 berizin untuk pengumpulan kegiatan pada tahap
 Pencemaran akibat operasi
limbah b3.
tumpahan cairan
elektrolit baterai
dan limbah baterai
4 Pemeliharaan  Peningkatan 1. Menyiapkan dan mengurus izin TPS limbah B3. Dilakukan selama
pembangkit Limbah B3 2. Melakukan koordinasi dengan pihak ketiga berlangsungnya
pengumpul limbah b3 berizin untuk pengumpulan kegiatan pada tahap
operasi
limbah b3.
5 Pengelolaan sistem  Persepsi 1. Menyiapkan IPAL domestic. Dilakukan selama
sanitasi lingkungan masyarakat 2. Menyiapkan TPS sampah padat. berlangsungnya
kegiatan pada tahap
operasi

63
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
TAHAP PASCA OPERASI
1 Pemutusan hubungan Sumber penghasilan 1. Melakukan sosialisasi pemutusan tenaga kerja Dilakukan selama
kerja dan pendapatan dengan dilakukan bekerja sama dengan kepala berlangsungnya
masyarakat desa/lurah. kegiatan pada tahap
pasca operasi
2. Memberikan pesangon kepada tenaga kerja yang
diputus kontraknya.
2 Pembongkaran sisa Penumpukan limbah 1. Menyiapkan TPS sampah padat. Dilakukan selama
PLTS sampah, sipil 2. Melakukan pemilahan sampah berdasarkan berlangsungnya
maupun sisa jenisnya, organik, anorganik. kegiatan pada tahap
material PLTS pasca operasi
3. Menyiapkan dan mengurus izin TPS limbah B3.

64
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
BAB VII
PERHITUNGAN
NILAI PENURUNAN EMISI CO2
DARI PLTS (ON-GRID DAN OFF-GRID)

65
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit ListrikTenaga
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik TenagaSurya
Surya(PLTS)
(PLTS)
BAB VII
PERHITUNGAN NILAI PENURUNAN EMISI CO2 DARI PLTS
(ON-GRID DAN OFF GRID)

Penghitungn potensi pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) akan menjadi nilai
tambah dari dokumen lingkungan, karena kegiatan pembangunan PLTS membawa
dampak positif bagi lingkungan. Kegiatan pembangunan PLTS membantu
pengurangan emisi CO2 serta memantau upaya penurunan emisi GRK secara nasional.
Cara perhitungan penurunan emisi pada PLTS adalah sebagai berikut:

1. Contoh perhitungan penurunan emisi CO2 dari PLTS off-grid


PLTS yang berlokasi di Desa Sungai Santi, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten
Kampar, Provinsi Riau, dengan kapasitas 24 kWp (dibangun oleh Direktorat Jenderal
EBTKE Tahun 2015). Penurunan emisi CO2 nya pada tahun 2016 dapat dihitung
sebagai berikut:
Dalam perhitungan ini dapat dirinci antara lain:
Lama beroperasi dalam setahun = 365 (hari)
Faktor emisi baseline (FE) = 0.8 (tCO2/kWh)
TDL = Losses rata-rata transmisi dan distribusi teknis yang akan diamati
dalam mini-grid pembangkit listrik bertenaga diesel yang dipasang
oleh publik atau perusahaan distribusi di daerah terpencil adalah
20%.
Emisi baseline dihitung berdasarkan produksi listrik atau konsumsi bahan bakar dari
teknologi yang digunakan atau yang akan digunakan untuk menghasilkan jumlah
energi yang setara jika tidak ada aksi mitigasi:

1
𝐸𝐵𝑦 = 𝐸𝐵𝐿,𝑦 × 𝐹𝐸 𝑦 ×
(1 − 𝑇𝐷𝐿)

Jika data yang diketahui adalah kapasitas terpasang pembangkit EBT, maka
persamaan yang digunakan adalah:

𝐸𝐵𝐿,𝑦 = 𝐾𝑇 × (1 − 𝐷𝐸𝑦 ) × 𝑅𝑦 × 365

66
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Dimana:
𝐸𝐵𝐿,𝑦 = Energi baseline periode y (kWh)
KT = Kapasitas terpasang masing-masing jenis pembangkit (kW-peak)
DEy = Degradasi efisiensi (manufacture) untuk sel christalline sebesar 0.5 % per
tahun
Ry = Radiasi matahari per wilayah sesuai publikasi terakhir (kWh/m2/hari)

𝑘𝑊ℎ

Sehingga 𝐸𝐵𝐿,𝑦 = 24 (𝑘𝑊) 𝑥 (1 − 0.5%)𝑥 4.95 ( ℎ𝑎𝑟𝑖 )x 365 (hari) = 43.145,19 kWh
𝑚2

1
𝐸𝐵𝑦 = 43.145,19 (kWh) x 0.8 (tCO2/kWh) x (1−20%) = 43.145,19 tCO2

Maka penurunan emisi =


𝑃𝐸𝑦 = 𝐸𝐵𝑦 − 𝐸𝑃𝑦
= 43.145,19 – 0
= 43.145,19 tCO2

2. Contoh perhitungan penurunan emisi CO2 dari PLTS on grid


PLTS di Bandar Udara Muhammad Salahuddin Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat,
dengan kapasitas 200 kWp (dibangun oleh Direktorat Jenderal EBTKE Tahun 2016).
Penurunan emisi CO2 nya pada tahun 2017 dapat dihitung sebagai berikut:
Dalam perhitungan ini dapat dirinci antara lain:
Lama beroperasi dalam setahun = 365 (hari)
Faktor emisi baseline (FE) = 0.8 (tCO2/MWh)
Effisiensi sel = 100 (%)
Degradasi effisiensi = 0,99
Radiasi matahari = 5,12 (kWh/m2/hari)

Perhitungan emisi baseline


EBy = Ply x FEGy
Dimana:
EBy = Emisi baseline dalam periode y (ton CO2)

67
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Ply = Jumlah energi listrik neto yang disalurkan oleh aksi mitigasi ke sistem interkoneksi
tenaga listrik dalam periode y (MWh)
FEGy = Faktor emisi GRKsistem ketenagalistrikan dalam periode y (tCO2/MWh)
Sehingga EBy = 0,2 x 365 (hari) x 200 (kW) x 100 (%) x 0,99 x 5,12 (kWh/m2/hari)
= 74.004 MWh x 0,8 (tCO2/MWh)
= 61.424 tCO2
Maka, penurunan emisinya sebesar:
𝑃𝐸𝑦 = 𝐸𝐵𝑦 − 𝐸𝑃𝑦
= 61.424 – 0
= 61.424 tCO2

68
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
DAFTAR PUSTAKA

Tim Ditjen EBTKE Panduan Pengoperasian dan Pemeliharaan PLTS Off-Grid,


Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, 2017
Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Nasional Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan https://jdihn.go.id

69
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
LAMPIRAN

Lampiran 1
Sesuai dengan Peraturan Menteri LHK Nomor 16 Tahun 2012
FORMAT TABEL RINGKASAN PROSES PELINGKUPAN AMDAL-KERANGKA ACUAN
No Deskripsi Rencana Pengelolaan Lingkungan Komponen Pelingkupan Wilayah Batas
kegiatan Yang Yang Sudah Lingkungan Studi waktu
Berpotensi Menimbulkan Direncanakan Sejak Terkena Kajian
Dampak Lingkungan Awal Sebagai Bagian Dampak
Dari Rencana Kegiatan
Dampak Evaluasi Dampak
Potensial Dampak Penting
Potensial Hipotik (DPH)
Tahap Pra Konstruksi
Tahap Konstruksi
Tahap Operasi
Tahap Pasca Operasi

FORMAT RINGKASAN METODE STUDI AMDAL-KERANGKA ACUAN


No DPH Metode Prakiraan Data dan Informasi Metode Pengumpulan Metode Analisisi Data Metode
Dampak yang Relevan dan Data Untuk Prakiraan Untuk Prakiraan Evaluasi
Dibutuhkan

FORMAT RINGKASAN ANALISIS DAMPAK AMDAL-ANDAL


No DPH Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Tahap Pra Konstruksi
Tahap Konstruksi
Tahap Operasi
Tahap Pasca Operasi

70
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
FORMAT MATRIKS RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL)
No Dampak Lingkungan Sumber Indikator Bentuk Lokasi Periode Institusi
Yang Dikelola Dampak Keberhasilan Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan Lingkungan Lingkungan Lingkungan Lingkungan
Lingkungan Hidup Hidup Hidup Hidup Hidup
Dampak Penting Yang Dikelola

Dampak Lingkungan Lainnya Dikelola

FORMAT MATRIKS/TABEL RPL


No Dampak LIngkugan Yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

Jenis Dampak Indikator/ Sumber Metode Lokasi Waktu dan Pelaksana Pengawas Penerima
Yang Timbul Parameter Dampak Pengumpulan Pantau Frekuensi Laporan
dan Analisis
Dampak
Tahap Pra
Konstruksi
Tahap
Konstruksi
Tahap Operasi
Tahap Pasca
Operasi

FORMAT MATRIKS UKL-UPL


Sumber Jenis Besaran Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi Keterangan
Dampak Dampak Dampak Pengelolaan
dan
Pemantauan
Lingkungan
Hidup
Bentuk Lokasi Periode Bentuk Lokasi Periode
Upaya Pengelolaan Pengelolaan Upaya Pemantauan Pemantauan
Pengelolaan Lingkungan Lingkungan Pemantauan Lingkungan Lingkungan
Hidup Hidup Hidup Hidup

71
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Lingkungan Lingkungan
Hidup Hidup
Tahap Pra
Konstruksi
Tahap
Konstruksi
Tahap
Operasi
Tahap
Pasca
Operasi

72
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN
LINGKUNGAN HIDUP (SPPL)

SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN


PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (SPPL)

Kami yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : ............................................................................
Jabatan : ............................................................................
Alamat : ............................................................................
Nomor Telp : ............................................................................

Selaku penanggung jawab atas pengelolaan lingkungan dari:


Nama perusahaan/Usaha : .........................................................
Alamat perusahaan/usaha : .........................................................
Nomor telp. Perusahaan : .........................................................
Jenis Usaha/sifat usaha : .........................................................
Kapasitas Produksi : .........................................................

dengan dampak lingkungan yang terjadi berupa:


1.
2.
3.
4.
5. dst.
merencanakan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan
melalui:
1.
2.
3.
4.
5. dst.

Pada prinsipnya bersedia untuk dengan sungguh-sungguh untuk melaksanakan


seluruh pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan sebagaimana tersebut di
atas, dan bersedia untuk diawasi oleh instansi berwenang.

Tanggal, Bulan, Tahun


Yang menyatakan,
Materai dan tanda tangan

(..................N A M A...................)

Nomor bukti penerimaan oleh


instansi LH
Tanggal:
Penerima:
73
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
LAMPIRAN 2
Sesuai dengan Peraturan Menteri LHK Nomor P.26/ Tahun 2018

FORMAT FORMULIR KERANGKA ACUAN

A. UMUM

FORM Kerangka Acuan (Form KA)


Nama Kegiatan :
Pelaku usaha :
Penyusun :
Deskripsi Rencana Kegiatan :
Lokasi Rencana Kegiatan dan :
keterkaitannya dengan lokasi
khusus
Hasil Pelibatan Masyarakat :

B. PELINGKUPAN

No Pengelolaan Lingkungan Komponen Pelingkupan Wilayah Batas


Yang Sudah Lingkungan Studi waktu
Direncanakan Sejak Awal Terkena Kajian
Sebagai Bagian Dari Dampak
Rencana Kegiatan
Dampak Evaluasi Dampak
Potensial DampakPotensial Penting
Hipotik (DPH)
Tahap Pra Konstruksi
Tahap Konstruksi
Tahap Operasi
Tahap Pasca Operasi

C. METODE STUDI
No DPH Metode Prakiraan Data dan Informasi yang Metode Pengumpulan Metode Analisisi Data Metode Evaluasi
Dampak Relevan dan Dibutuhkan Data Untuk Prakiraan Untuk Prakiraan

74
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
FORMAT MATRIKS RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL)
No Dampak Sumber Indikator Bentuk Lokasi Periode Institusi
Lingkungan Yang Dampak Keberhasilan Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan
Dikelola Pengelolaan Lingkungan Lingkungan Lingkungan Lingkungan
Lingkungan Hidup Hidup Hidup Hidup Hidup
Dampak Penting Yang Dikelola

Dampak Lingkungan Lainnya Dikelola

FORMAT MATRIKS/TABEL RPL


No Dampak LIngkugan Yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi Pemantauan Lingkungan
Hidup
Jenis Dampak Yang Indikator/ Sumber Metode Lokasi Waktu dan Pelaksana Pengawas Penerima
Timbul Parameter Dampak Pengumpulan Pantau Frekuensi Laporan
dan Analisis
Dampak
Tahap Pra Konstruksi
Tahap Konstruksi
Tahap Operasi
Tahap Pasca Operasi

FORMAT MATRIKS UKL-UPL


Sumber Jenis Besar Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi Keterangan
Dampak Dampak an Pengelolaan
Damp dan
ak Pemantauan
Lingkungan
Hidup
Bentuk Lokasi Periode Bentuk Lokasi Periode
Upaya Pengelolaan Pengelolaan Upaya Pemantauan Pemantauan
Pengelolaan Lingkungan Lingkungan Pemantauan Lingkungan Lingkungan
Lingkungan Hidup Hidup Lingkungan Hidup Hidup
Hidup Hidup

75
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Tahap Pra
Konstruksi
Tahap
Konstruksi
Tahap
Operasi
Tahap
Pasca
Operasi

76
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN
LINGKUNGAN HIDUP (SPPL)

SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN


PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (SPPL)

Kami yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : ............................................................................
Jabatan : ............................................................................
Alamat : ............................................................................
Nomor Telp : ............................................................................

Selaku penanggung jawab atas pengelolaan lingkungan dari:


Nama perusahaan/Usaha : .........................................................
Alamat perusahaan/usaha : .........................................................
Nomor telp. Perusahaan : .........................................................
Jenis Usaha/sifat usaha : .........................................................
Kapasitas Produksi : .........................................................

dengan dampak lingkungan yang terjadi berupa:


1.
2.
3.
4.
5. dst.
merencanakan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan
melalui:
1.
2.
3.
4.
5. dst.

Pada prinsipnya bersedia untuk dengan sungguh-sungguh untuk melaksanakan


seluruh pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan sebagaimana tersebut di
atas, dan bersedia untuk diawasi oleh instansi berwenang.

Tanggal, Bulan, Tahun


Yang menyatakan,
Materai dan tanda tangan

(..................N A M A...................)

Nomor bukti penerimaan oleh


instansi LH
Tanggal:
Penerima:

77
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
DIREKTORAT ANEKA ENERGI BARU DAN ENERGI TERBARUKAN
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI
KEMENTERIAN SUMBER DAYA MINERAL
2020

78
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

Anda mungkin juga menyukai