Anda di halaman 1dari 12

BAB 5.

PEMBAHASAN

Pembahasan penulis akan memaparkan metode Failure Mode and Effect


Analysis (FMEA) di Workshop PT Sentrabumi Palapa Utama. Sebagai masukan
atau saran untuk meminimalisir dampak hasil akhir akibat dari kegagalan
komponen forklift. untuk lebih jelasnya akan dibahas pada sub bab berikut:

5.1 Data dan Pembahasan


Pengolahan data FMEA pada analisis ini mempunyai dua tahap, yaitu:
1. Pengolahan data berdasarkan metode FMEA, dan data historis (data
teknis) perusahaan.
2. Menghitung nilai RPN (Risk Priority Number) sehingga dapat
memprioritaskan risiko yang harus ditangani terlebih dahulu.
5.1.1 Analisis FMEA
Dalam pelaksanaan kegiatan FMEA adalah pembentukan sebuah tim yang
mewakili proses yang akan dianalisis. Tim FMEA terdiri dari anggota-anggota
yang paham kondisi proses dan dapat memberikan kontribusi kepada FMEA itu
sendiri. Pada saat tim FMEA akan memulai kegiatan FMEA, penetapan batasan
masalah sangat penting karena hal ini akan menentukan jangkauan dari proyek
FMEA. Adapun batasan masalah kegiatan FMEA sebagai berikut:
1. Data komponen sesuai dengan data kuesioner historis PT Sentrabumi
Palapa Utama
2. Analisis dilakukan pada unit Forklift truck FD100 1997
3. Analisis tidak dilakukan pada pembiayaan perawatan unit.
4. Analisis dilakukan pada pemberian rekomendasi tindakan bagi perusahaan
untuk menangani masalah kegagalan.
Setelah batasan aspek ditentukan pencarian ide terhadap masalah utama
dilakukan tim FMEA dengan memperhatikan kondisi yang ada. Kegiatan
brainstorming terus dilakukan saat pembentukan tim sampai analisis proses.
Adapun hasil brainstorming yang didapatkan didokumentasikan ke dalam form
FMEA pada tabel 5.1.

27
28

Tabel 5.1 Hasil analisis FMEA

Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Worksheet


1. Process / product : Toyota Forklift truck FD100 1997
Leader : Bpk. Teguh
Component Potential Failure Mode Potenstial Effect of Failure Potential Cause of Failure Recommended Action
(Komponen) (Potensial Mode (Potensial Efek Kerusakan) (Potensial Penyebab (Tindakan Yang
Kerusakan) Kerusakan) Direkomendasi)

1. Oil cooller 1. Rongga oil cooller 1. Kinerja Oil cooller tidak 1. Usia pakai komponen oil 1. Cara penggunaan yang
berkarat maksimal. cooller. benar sesuai SOP.
2. Oil cooller bocor. 2. Dapat merusak engine. 2. Dilakukan penggantian dan
pemeriksaan secara berkala.

2. Bearing roda 1. Bearing aus. 1. Bearing pecah 1. Usia pakai bearing 1. Pemeriksaan dan
2. Bearing berkarat 2. Dapat berakibat pada 2. Kurang perawatan penggantian grease.
kinerja mesin yang semakin (memberi grease). 2. Penggantian bearing jika
berat. pecah.

3. radiator 1. Radiator bocor 1. Sistem pendinginan pada 1. Usia pakai radiator. 1. Pemeriksaan air radiator.
2. Radiator tersumbat forklift tidak maksimal. 2. Akibat kurang perawatan. 2. Servis radiator
29

Tabel lanjutan 5.1 Hasil analisis FMEA

4. Power 1. Selang power 1. Kemudi tidak berfungi 1. Umur pakai selang 1. Pemeriksaan dan
steering steering aus penggantian secara
2. Selang power berkala.
steering bocor/pecah
5. Chain sub 1. Chain berkarat 1. Mengakibatkan hidrolis 1. Kurang pelumasan 1. Pemeriksaan dan
assy berat. pelumasan secara
berkala

6. Fuel filter 1. Fuel filter tersumbat 1. Mengakibatkan mesin 1. Usia pakai fuel filter 1. Pemeriksaan secara
2. Fuel filter kotor tidak nyala 2. Solar yang digunakan berkala pada fuel filter
2. Pembakaran yang tidak solar sisa 2. Penggantian dilakukan
sempurna jika fuel filter tidak
dapat dibersihkan lagi.
7. Oil filter 1. Oil filter tersumbat 1. Mengakibatkan oli tidak 1. Oil jarang di tap 1. Pemeriksaan pada oil
2. Oil filter kotor bersirkulai dengan baik 2. Oil yang di tap filter
menggunakan oil bekas 2. Lakukan penggantian
oli secara berkala
30

8. Nozzle assy 1. Nozzle tersumbat 1. Mengakibatkan tenaga 1. Bahan bakar (solar) 1. Pemeriksaan meriksaan
2. Nozzle kotor yang dikeluarkan tidak kotor pada Nozzle
optimal 2. Fuel filter kotor 2. Penggantian berkala
2. Mengakibatkan mesin pada fuel filter/
menjadi pincang
9. Water pump 1. Aus pada sirip water 1. Sistem pendingin tidak 1. Usia pakai komponen 1. Pemeriksaan dan
assy pump assy bekerja secara maksimal water pump assy penggantian secara
2. Seal pada water 2. Terjadi over head 2. Kesalahan pada berkala setiap 6000 jam
pump assy mengeras penggunaan air pada water pump assy

10. V-belt (fan 1. V-belt putus 1. Terjadi panas berlebih 1. Usia pakai v-belt 1. Pemeriksaan dan
belt) 2. Keausan pada v-belt pada sistem pendingin 2. Adanya kotoran pada penggantian secara
2. Charging system tidak V-belt berkala setiap 4000 jam
berkerja pada V-belt

11. alternator 1. kumparan terbakar 1. mengakibatkan sistim 1. Umur pakai alternator 1. Pemeriksaan secara
charging tidak berjalan 2. Akibat panas berlebih berkala pada alternator
2. accu cepat aus dari pemakaian. 2. Penggantian pada
alternator / kumparan
31

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa analisis dilakukan pada 11 komponen


Toyota Forklift truck FD100 1997. Pemilihan analisis komponen dilakukan sesuai
dengan dokumen historis PT.Sentrabumi Palapa Utama. Setelah diketahui
komponen yang akan dianalisis selanjutnya dilakukan pengamatan potensi modus
kegagalan (potential failure mode), potensi efek dari kegagalan (failure effect (s)
of failure), potensi penyebab dari kegagalan (potential cause(s) of failure), dan
tindakan yang direkomendasikan (recommended action). 5.1. Analisis Nilai
Severity, Occurrence, Detection, dan Risk Priority Number
(RPN)
Setelah komponen teridentifikasi maka ditentukan nilai severity,
occurrence, dan detection. Untuk menentukan nilai tersebut dilakukan melalui
brainstorming. Dari hasil brainstorming maka didapatkan nilai severity,
occurrence, dan detection untuk tiap komponen. Adapun hasil penilaian dapat
dilihat pada tabel 5.2. Perhitungan RPN merupakan bagian penting dalam FMEA
karena dari nilai RPN akan diketahui prioritas risiko yang termasuk komponen
kritis. RPN dapat dihitung menggunakan persamaan 1.
Tabel 5.2 Nilai Severity, Occurrence, Detection, dan Risk Priority Number (RPN)
No. Komponen Severity Occurrence Detection RPN
𝑃𝑆)
1. Oil cooler 9 2𝐿) 1 18
𝐻𝑆)
2. Bearing Roda 7 5𝑀) 2 70
3. Radiator 𝐻𝑆) 𝐿) 2 28
7 2
4. Power steering 4𝑀𝑆) 2𝐿) 1 8
5. Chain sub Assy 𝑃𝑆) 𝐿) 3 54
9 2
6. Fuel filter 𝑀𝑆) 𝑀) 2 48
6 4
7. Oil filter 𝐻𝑆) 𝐿) 2 42
7 3
8. Nozzle Assy 𝑃𝑆) 𝐿) 2 36
9 2
9. Water pump Assy 𝑃𝑆) 𝐿) 1 18
9 2
10. V-belt (fan belt) 𝐻𝑆) 𝐿) 1 16
8 2
11. Alternator (Dinamo 9𝑃𝑆) 2𝐿) 1 18
ampere)
Jumlah 356
𝑀𝑆)
Moderate Severity, 𝐻𝑆) High Severity, 𝑃𝑆) Potential Severity.
𝐿)
Low, 𝑀) Moderate.
32

80

70

60

50
RPN

40

30

20

10

18 70 28 8 54 48 42 36 18 16 18
0
Oil cooller Bearing Roda Radiator Power Chain sub Fuel Filter Oil Filter Nozzle Assy Water pump V-belt (fan Alternator
Steering Assy Assy belt) (dinamo
ampere)
Nama Komponen

Gambar 5.1 Grafik nilai RPN


33

Berdasarkan komponen yang telah terdaftar dan diketahui nilai RPN


masing-masing, maka dapat ditentukan komponen kritis. Komponen kritis
tersebut yang akan dianilisis lebih lanjut sebagai langkah awal dari tindakan
penanganan risiko untuk mempertahankan kinerja Toyota Forklift truck FD100
1997. Menurut Yumaida (2011), suatu risiko dikategorikan sebagai risiko kritis
jika memiliki nilai RPN di atas nilai kritis. Nilai kritis RPN ditentukan dari rata-
rata nilai RPN dari seluruh komponen. Untuk
𝑅𝑃𝑁 356
Nilai Kritis RPN = = 32,4
𝐼𝑡𝑒𝑚 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 11
Berdasarkan Gambar 5.1 diketahui nilai kritis RPN diperoleh 5 komponen
kritis. Nilai RPN dari 5 komponen tersebut berada di atas 32,4 yang merupakan
nilai kritis RPN.
Tabel 5.3 Daftar komponen kritis
No. Komponen Severity Occurrence Detection RPN
1. Bearing Roda 7𝐻𝑆) 5𝑀) 2 70
2. Chain sub Assy 9𝑃𝑆) 2 𝐿) 3 54
3. Fuel Filter 6𝑀𝑆) 4𝑀) 2 48
4. Oil Filter 7𝐻𝑆) 3 𝐿) 2 42
5. Nozzle Assy 9𝑃𝑆) 2 𝐿) 2 36
𝑀𝑆) 𝐻𝑆) 𝑃𝑆)
Moderate Severity, High Severity, Potential Severity.
𝐿)
Low, 𝑀) Moderate.

1. Bearing Roda
Bearing adalah suatu komponen yang berfungsi untuk mengurangi
gesekan pada machin eatau komponen-komponen yang bergerak dan saling
menekan antara satu dengan yang lainnya. Bearing digunakan untuk menahan /
menyangga komponen-komponen yang bergerak. Bearing biasanya dipakai
untuk menyangga perputaran pada shaft, dimana terjadi sangat banyak gesekan.
Analisa modus kegagalan pada Bearing roda aus dan pecah yang disebabkan
oleh umur pemakaian. Efek kegagalan yaitu gotri terlepas dari dudukan sehingga
roda macet saat beroprasi. Untuk mencegah modus kegagalan tersebut maka
tindakan yang direkomendasikan yaitu pemeriksaan dan penggantian komponen
secara berkala.
34

Gambar 5.2 Bearing roda

2. Chain sub Assy


Chain sub Assy merupakan komponen yang berfungsi pemindah tenaga
untuk mengangkat finger board. Analisa modus kegagalan yang terjadi pada
chain sub assy adalah berkarat yang disebabkan oleh kurangnya perawatan
(pelumasan) pada chain sub assy. Efek kegagalan menyebabkan kinerja hidrolic
berat. Untuk mencegah modus kegagalan tersebut maka tindakan yang
direkomendasikan yaitu pemeriksaan dan pelumasan komponen secara berkala.

Gambar 5.3 Chain sub Assy


3. Fuel Filter
Fuel filter adalah sebuah element saringan yang berfungsi menyaring
kotoran pada bahan bakar, sebelum bahan bakar di distribusikan dari tangki
bahan bakar ke ruang bakar. Analisa modus kegagalan yang terjadi pada fuel
35

filter adalah tersumbat yang disebabkan oleh usia pakai fuel filter dan akibat
solar yang digunakan adalah solar sisa. Efek kegagalan yang terjadi adalah
mesin sukar nyala dan mengakibatkan pembakaran yang kurang sempurna.
Untuk mencegah modus kegagalan tersebut maka tindakan yang
direkomendasikan yaitu pemeriksaan dan penggantian komponen secara berkala.

Gambar 5.4 Fuel Filter

4. Oil Filter
Oil filter berfungsi untuk menyaring kotoran yang terdapat didalam oli
sebelum oli masuk melumasi bagian-bagian mesin. Analisa modus kegagalan
yang terjadi adalah oil filter tersumbat yang disebabkan oleh oil yang jarang di
tap dan oil yang digunakan oil bekas. Efek kegagalan yang terjadi adalah
mengakibatkan over head, komponen kurang pelumasan sehingga dapat
mengakibatkan kemacetan pada komponen yang bergerak. Untuk mencegah
modus kegagalan tersebut maka tindakan yang direkomendasikan yaitu
pemeriksaan dan penggantian komponen secara berkala.
36

Gambar 5.5 Oil filter

5. Nozzle Assy
Nozzle bahan bakar disebut juga dengan pengabut atau ada yang menyebut
dengan Injektor. Disebut injector karena tugas dari komponen ini adalah
menginjeksi bahan bahan bakar ke ruang bakar, dan disebut pengabut karena
bahan bakar keluar dari komponen ini dalam bentuk kabut, sedangkan disebut
nozzle karena ujung komponen ini luas penampangnya makin mengecil. Analisa
yang dilakukan. Analisa modus kegagalan yang terjadi nozzle assy tersumbat
yang disebabkan oleh terdapat kotoran dan air yang masuk pada nozzle assy.
Efek kegagalan yang terjadi adalah mengakibatkan tenaga yang dikeluarkan
mesin tidak optimal karena pembakaran yang terjadi tidak sempurna dan mesin
menjadi pincang. Untuk mencegah modus kegagalan tersebut maka tindakan
yang direkomendasikan yaitu pemeriksaan, pembersihan dan penyetelan secara
berkala.
37

Gambar 5.6 Nozzle Assy

5.2 Usulan Tindakan Penanganan Komponen Kritis


Berdasarkan pengolahan data FMEA didapatkan 5 komponen kritis. Maka
tahap berikutnya usulan tindakan penanganan untuk komponen yang termasuk
kritis. Tujuan dari tahap ini adalah mempersiapkan orang untuk melakukan
sesuatu bila risiko terjadi dan untuk mengurangi risiko yang mungkin terjadi.
Usulan tindakan penanganan dapat berupa tidakan yang spesifikasi dari studi
FMEA tingkat lanjut. Usulan tindakan penanganan risiko dilakukan dengan
mengurangi risiko (Risk Mitigation). Menurut Yumaida (2011), dengan
pengurangan risiko, pihak perusahaan mencoba mengurangi resiko dalam dua
cara. Pertama, pengurangan peluang terjadinya suatu resiko. Kedua, yaitu
pengurangan dampak negatif yang ditimbulkan dari suatu risiko. Pengurangan
dampak terjadinya risiko dapat dilakukan oleh personil seketika saat diketahui
terjadinya kegagalan tersebut. Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi data dapat
diberikan usulan tindakan untuk dilakukan yaitu:
1. Mengadakan brainstorming antar personil di lapangan sebagai ajang tukar
wawasan dan pengalaman.
2. Meningkatkan pengawasan terhadap kerja personil di lapangan.
3. Analisis beban kerja personil, perusahaan harus selalu memperhatikan beban
kerja personil agar kegiatan perawatan terlaksana dengan baik.
4. Melaksanakan sistem logistic improve.
38

5. Pelaksanaan perawatan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP)


6. Analisis life time komponen Toyota Forklift truck FD100 1997.
7. Dibuat standarisasi tindakan penangan masalah.
8. Mengelola historical problem dengan baik.
9. Melakukan pengawasan khusus terhadap 5 komponen kritis untuk mencegah
terjadinya kerusakan.

Anda mungkin juga menyukai