Tinjauan Pustaka
Pembahasan
Rumusan Masalah
Rumusan Masalah
Permasalahan yang dibahas berdasarkan latar belakang adalah
bagaimana menentukan solusi waktu singkat dari persamaan difusi
dengan menggunakan metode pencocokan asimtotik.
Pembatasan Masalah
Pembatasan Masalah
Pada makalah ini persamaan difusi yang akan diselesaikan dibatasi
untuk kasus satu dimensi dengan syarat awal yang tak-kontinu
loncat.
Metode Perturbasi
Metode perturbasi digunakan untuk menentukan solusi
aproksimasi, yang ditulis dalam bentuk ekspansi barisan, dari suatu
sistem yang memuat suatu parameter bernilai kecil (disebut
parameter perturbasi). Sistem tersebut dapat berupa persamaan
aljabar, persamaan diferensial, persamaan beda, dan lain-lain.
Solusi yang diperoleh dari metode perturbasi ini disebut solusi
ekspansi asimtotik atau disingkat solusi asimtotik, dengan bentuk
baku
Barisan Asimtotik
Definisi 2.2.1[4] Misalkan δn (ε), n=0,1,2,..., adalah barisan fungsi
sedemikian sehingga δn = O(δn−1 ) untuk ε ≪ 1. Barisan ini
disebut barisan asimtotik.
Ekspansi Asimtotik
Definisi 2.2.2[4] Jika f (ε) dapat ditulis f (ε) ∼ N
P
n=0 an δn (ε)
bilamana ε → 0, untuk suatu konstanta an , maka f (ε) dikatakan
mempunyai ekspansi asimtotik relatif terhadap barisan asimtotik
δn (ε) untuk ε ≪ 1 atau cukup disingkat f (ε) mempunyai ekspansi
asimtotik.
Pencocokan Asimtotik
Sebagai contoh ilutrasi, pandang masalah nilai batas berikut:
d 2y dy
ε 2
+2 − y = 0, 0 ≤ x ≤ 1, (2)
dx dx
dengan syarat batas
Pencocokan Asimtotik
Misalkan solusi asimtotik dari persamaan (2) berbentuk
Aproksimasi WKB
Pada subbab sebelumnya telah digunakan ekspansi aljabar
terhadap parameter perturbasi untuk memperoleh solusi asimtotik
dari suatu persamaan diferensial. Ekspansi ini menjadi semakin
rumit analisisnya ketika dilakukan pencocokan (matching )
terhadap solusi yang berubah perlahan secara eksponensial, atau
bersifat disipatif, atau memiliki lapisan batas (kasus singular).
Ekspansi aljabar seperti ini tidak selalu berhasil. Sebagai contoh
ilustrasi, perhatikan masalah nilai batas berikut:
Aproksimasi WKB
Jika menggunakan ekspansi aljabar, maka proses pencocokan akan
gagal karena tidak ada suku yang balance dengan suku leading
order ϕ(x)y (x). Jika ada turunan pertama dalam kasus ini, maka
ekspansi tersebut dapat digunakan, walaupun terdapat masalah
perturbasi singular. Pengembangan metode perturbasi untuk
masalah tersebut diusulkan oleh Wentzel, Kramers dan Brillioun di
tahun 1920an [4] dengan menggunakan solusi asimtotik sebagai
berikut:
ψ0 (x)
y = exp + ψ1 (x) + O(ε) . (6)
ε
Model Difusi
Pandang persamaan difusi untuk kasus waktu singkat (t ≪ 1)
dengan syarat awal tak-kontinu loncat yang diberikan oleh:
∂ ∂2
c(x, t) = D 2 c(x, t), untuk − ∞ < x < ∞ dan t > 0, (7)
∂t ∂x
dengan c(x, t) adalah distribusi panas atau konsentrasi bahan
kimia pada posisi x dan waktu t, dan D adalah koefisien difusi.
Syarat Awal
(
f0 (x), untuk x ≤ 0,
c(x, 0) = (8)
0, untuk x > 0.
Daerah Asimtotik
1 Daerah I: x < 0
Analisis Daerah I
Ekspansi c(x, t) untuk t ≪ 1 dapat ditulis sebagai berikut:
Analisis Daerah I
Perhatikan bahwa
∂
c(x, t) = f1 (x) + 2tf2 (x) + 3t 2 f3 (x) + ..., (11)
∂t
∂
c(x, t) = f0′ (x) + tf1′ (x) + t 2 f2′ (x) + ...,
∂x
∂2
c(x, t) = f0′′ (x) + tf1′′ (x) + t 2 f2′′ (x) + .... (12)
∂x 2
Analisis Daerah I
1 Pada saat O(1) diperoleh persamaan
Analisis Daerah I
Dengan demikian,
1 (4)
c(x, t) = f0 (x) + tDf0′′ (x) + t 2 D 2 f0 (x) + O(t 3 ). (15)
2
Perhatikan bahwa c(x, t) meningkat pada daerah dimana f0′′ > 0,
dan sebaliknya. Perhatikan juga bahwa bilamana x → 0− maka
c(x, t) ∼ f0 (0). Namun pada x > 0, c(x, t) diharapkan bernilai
kecil dan solusi di daerah I dan III tidak akan cocok (match) tanpa
adanya lapisan batas yang berpusat di titik asal, yaitu di daerah
daerah II.
dengan solusi
x2
A(x) = + βx + Dβ 2 . (18)
4D
dimana β adalah suatu konstanta.
Ax Bx = 0. (19)
B(x) = b, (20)
Analisis Daerah II
Pada lapisan batas (daerah II), lakukan skala ulang η = txα , dengan
t ≪ 1, |η| = O(1), α > 0 akan ditentukan, dan c(x, t) = C (η, t).
∂ ∂ α ∂ ∂
c(x, t) = C (η, t) = − η C (η, t) + C (η, t)(24)
∂t ∂t t ∂η ∂t
∂ ∂ 1 ∂
c(x, t) = C (η, t) = α C (η, t)
∂x ∂x t ∂η
∂2 ∂2 1 ∂2
c(x, t) = C (η, t) = C (η, t). (25)
∂x 2 ∂x 2 t 2α ∂η 2
Analisis Daerah II
Dari sistem persamaan sebelumnya diperoleh
∂ α ∂ 1 ∂2
C (η, t) − η C (η, t) = D 2α 2 C (η, t). (26)
∂t t ∂η t ∂η
t −1 = t −2α ⇔ α = 1/2.
∂ 1 ∂ 1 ∂2
C (x, t) − η C (x, t) = D C (x, t). (27)
∂t 2t ∂η t ∂η 2
Gusrian Putra & Ahmad Syarif
Analisis Awal
Pendahuluan Analisis Asimtotik Daerah I
Tinjauan Pustaka Analisis Asimtotik Daerah III
Pembahasan Analisis Asimtotik Daerah II
Contoh
Analisis Daerah II
Karena C (η, t) = O(1), maka dapat digunakan ekspansi
C (η, t) = C0 (η) + O(t), sehingga pada saat leading order diperoleh
1 d d2
− η C0 (η) = D 2 C0 (η). (28)
2 dη dη
d
Misalkan w (η) = C0 (η), maka persamaan (28) menjadi
dη
1 dw
− ηw = D . (29)
2 dη
Analisis Daerah II
Dengan menggunakan metode pemisahan variabel, solusi
persamaan (29) diberikan oleh:
2 /4D
w (η) = Ge −η , dengan G = ±e K , K = const. (30)
d
Karena w (η) = C0 (η), maka solusi dari persamaan (28)
dη
diberikan sebagai berikut:
Z η
2
C0 (η) = F + G e −s /4D ds. (31)
−∞
Pencocokan Asimtotik
x
Dengan menggunakan pengskalaan ulang η = √
t
maka diperoleh
1 Solusi daerah I
√
C (η, t) = f0 (η t) + O(t), (32)
Pencocokan Asimtotik
Karena C (η, t) = C0 (η) + O(t), maka untuk t ≪ 1 diperoleh
syarat pencocokan pada daerah I dan III sebagai berikut:
1 Untuk η → −∞
2 Untuk η → ∞
η2 βη Dβ 2
C (η, t) ∼ exp − − 1 − + bln t
4D t 2 t
1 1
− b+ ln(ηt + 2βD) + d .
2 (35)
2
Pencocokan Asimtotik
Dari persamaan (31) dan (34) diperoleh C0 (η) ∼ F = f0 (0)
bilamana η → −∞. Selanjutnya bilamana η → ∞, dengan
menggunakan pengintegralan parsial dan mengganti F = f0 (0),
persamaan (31) dapat ditulis ulang menjadi
Z ∞
2 2D −η2 /4D
C0 (η) = f0 (0) + G e s /4D ds − e (36)
−∞ η
1 −η2 /4D
+O e . (37)
η2
Pencocokan Asimtotik
Agar persamaan (36) konsisten dengan syarat pencocokan (33),
maka haruslah
Z ∞
2
f0 (0) + G e −s /4D ds = 0. (38)
−∞
R∞ 2
Diketahui bahwa 0 e −t dt = π2 [4]. Akibatnya
p
R ∞ s 2 /4D √ f0 (0)
−∞ e ds = 4πD. Dengan demikian G = − √ . Oleh
4πD
karena itu
η2
c(x, t) = C0 (η) ∼ exp − + ln(−2DG ) − ln η . (39)
4D
Pencocokan Asimtotik
Agar konsisten dengan syarat pencocokan (33), maka mestilah
1
β = 0, b = dan d = ln(−2DG ).
2
Model
Perhatikan masalah nilai awal untuk persamaan difusi berikut:
∂ ∂2
c(x, t) = c(x, t), untuk − ∞ < x < ∞ dan t > 0, (40)
∂t ∂x 2
dengan syarat awal
(
e x , untuk x ≤ 0,
c(x, 0) = (41)
0, untuk x > 0.
Model
Perhatikan bahwa f (x) = e x adalah fungsi yang turunan pertama
dan turunan keduanya kontinu, e x → 0 bilamana x → −∞, e 0 = 1
dan
Z 0
e x dx = 1. (42)
−∞
Solusi Daerah I
Dalam contoh ini, koefisien difusi D = 1. Dengan demikian
0
diperoleh G = − √f04πD
(0)
= − √e4π = − √14π . Berdasarkan persamaan
(15), solusi untuk daerah I (x < 0) diberikan oleh
1
c(x, t) = e x + te x + t 2 e x + O(t 3 ). (43)
2