Anda di halaman 1dari 10

KLASIFIKASI MATERIAL MAGNETIK

MK Kimia Material Magnetik - Dr. Suyanta, M.Si.


Arif Rachman Hakim (22/495499/PPA/06304)
Karisma Triatmaja (22/500444/PPA/06351)
Khoirunisa (22/499892/PPA/06345)
Nida Khafiyya (22/500161/PPA/06350)

Pengertian dan Klasifikasi

Magnet merupakan suatu obyek yang mempunyai suatu medan magnet. Magnet juga
dapat diartikan sebagai suatu benda yang memiliki gejala dan sifat yang dapat mempengaruhi
bahan-bahan tertentu yang berada di sekitarnya. Asal kata magnet diduga dari kata magnesia
yaitu nama suatu daerah di Asia kecil.
Magnet dapat dibuat dari bahan besi, baja, dan campuran logam serta telah banyak
dimanfaatkan untuk industri otomotif dan lainnya. Sebuah magnet terdiri atas magnet-magnet
kecil yang memiliki arah yang sama (tersusun teratur), magnet-magnet kecil ini disebut
magnet elementer. Pada logam yang bukan magnet, magnet elementernya mempunyai arah
sembarangan (tidak teratur) sehingga efeknya saling meniadakan, yang mengakibatkan tidak
adanya kutub-kutub magnet pada ujung logam. Setiap magnet memiliki dua kutub, yaitu:
utara dan selatan. Kutub magnet adalah daerah yang berada pada ujung-ujung magnet dengan
kekuatan magnet yang paling besar berada pada kutub-kutubnya.
Sifat magnet suatu material sendiri dipengaruhi oleh orbital, elektron tak berpasangan
dan orientasi momen magnetiknya. Unsur Be dan Mg adalah contoh umum bagaimana orbital
mempengaruhi sifat kemagnetan material. Be yang memiliki jumlah elektron valensi sama
dengan Mg nyatanya cenderung menolak medan magnet atau yang disebut material
diamagnet, sedangkan Mg sedikit tertarik pada medan magnet yang kemudian dikategorikan
sebagai paramagnetik. Perbedaan Be dan Mg hanyalah pada orbital dimana elektron valensi
menempatinya. Orbital 3s2 dari Mg diperkirakan mengalami hibridisasi dengan orbital 3p
membentuk kondisi eksitasi 3s13p1, sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh Be. Hal ini
memberikan informasi pada kita bahwa orbital juga memberikan pengaruh pada sifat
kemagnetan material.
Elektron tak berpasangan, logam Mn dengan nomor atom 25 termasuk dalam material
yang sedikit tertarik pada medan magnet (paramagnetik). Adapun Fe, Co, dan Ni dengan
nomor atom berturut-turut 26, 27, dan 28 adalah logam yang tertarik pada medan magnet atau
yang dikenal sebagai ferromagnetik. Dari segi orbital, Mn dan Fe, Co, serta Ni adalah sama
sebagai 3d. Hal yang membedakan Mn dengan logam Fe, Co, dan Ni adalah banyaknya
elektron yang tidak berpasangan. Hal ini menjadi bukti bagaimana elektron yang tidak
berpasangan mempengaruhi sifat kemagnetan suatu material.
Orientasi momen magnet, gas oksigen (O2) adalah digolongkan pada material yang
memiliki ketertarikan terhadap medan magnet cukup besar (strong paramagnetik). Meskipun
besarnya sifat paramagnetik O2 dapat dijelaskan dari elektron tidak berpasangannya,
tingginya sifat paramagnetiknya adalah hadir dari orientasi momen magnetik yang cenderung
searah. Berbeda halnya dengan CO2 yang memiliki sifat diamagnetik. Hal ini menjadi bukti
bagaimana orientasi momen magnetik mempengaruhi sifat kemagnetan suatu material.
Umumnya, material dengan orientasi momen magnetik yang searah akan menguatkan sifat
kemagnetan dari material tersebut dan begitu pula sebaliknya.
Dalam praktiknya, sifat kemagnetan suatu material dapat dianalisa dari besaran
kerentanan magnetiknya (magnetic susceptibility) (χ). Nilai kerentanan magnetik
didefinisikan sebagai derajat magnetisasi suatu material sebagai respon terhadap suatu medan
magnet yang diberikan. Berdasarkan kerentanan magnetiknya, material dapat digolongkan
menjadi 5 kategori sebagai berikut:

1. Diamagnetik
Material diamagnetik mempunyai kerentanan magnetik yang sangat kecil dan
bernilai negatif (-10-6 sampai 10-5). Diamagnetik merupakan sifat magnet yang paling
lemah, yaitu tidak permanen dan hanya muncul selama berada dalam medan magnet luar.
Jika suatu bahan diberikan medan magnet luar (H), maka akan terinduksi dengan adanya
perubahan elektron orbital yang disebabkan oleh medan magnet luar. Besarnya momen
magnetik yang diinduksikan sangat kecil, dan dengan arah yang berlawanan dengan arah
medan luar. Dalam bahan diamagnetik, atom tidak memiliki momen magnetik ketika tidak
ada medan yang diterapkan. Adapun logam yang termasuk diamagnetik yaitu emas (Au)
dan perak (Ag).

2. Paramagnetik
Material paramagnetik mempunyai nilai kerentanan magnetik yang kecil namun
masih bernilai positif (+10-5 sampai +10-3). Bahan paramagnetik adalah bahan yang ditarik
lemah oleh magnet. Hal ini muncul karena elektron seolah-olah berputar (spin) di sekitar
sumbunya sambil mengorbit inti atom yang menyebabkan spin magnetik sebagai
tambahan dari momen orbital magnetiknya. Jika momen magnetik, spin, dan orbital pada
sebuah atom saling menghilangkan, maka atom tersebut memiliki momen magnetik 0 yang
disebut sifat diamagnetik. Jika penghilangannya hanya sebagian maka atom akan memiliki
momen magnetik permanen yang disebut sifat paramagnetik. Berdasarkan model
Langevin, yang berlaku untuk bahan dengan elektron terlokalisasi yang tidak berinteraksi,
menyatakan bahwa masing-masing atom memiliki momen magnetik yang berorientasi
secara acak sebagai akibat dari agitasi termal. Penerapan medan magnet menciptakan
sedikit keselarasan dan rendahnya magnetisasi dalam arah yang sama dengan bidang yang
diterapkan. Suhu yang meningkat, maka agitasi termal akan meningkat dan akan menjadi
lebih sulit untuk menyelaraskan momen magnet atom dan maka kerentanan akan
berkurang. Adapun beberapa unsur yang bersifat paramagnetik adalah Magnesium (Mg),
Molybdenum (Mo), Litium (Li), dan Tantalum (Ta).

Gambar 1. Arah spin material paramagnetik

3. Feromagnetik

Material feromagnetik memiliki nilai kerentanan magnetik yang besar dan positif
mencapai 106. Feromagnetik lebih kuat dibandingkan dengan diamagnetik dan
paramagnetik. Feromagnetik memiliki momen magnetik permanen tanpa adanya medan
magnet yang diberikan dari luar. Pada kisi kristal material feromagnetik, atom-atom yang
berdekatan akan saling mendekati dalam waktu yang bersamaan secara tepat sehingga
beberapa orbit elektronnya akan overlapping dan terjadi interaksi yang kuat. Fenomena ini
disebut dengan interaksi pertukaran (exchange coupling) diantara atom atom berdekatan
dimana momen-momen magnetik dari sebuah atom di dalam kisi terarahkan dan
memberikan magnetisasi yang kuat. Feromagnetisme terjadi ketika atom disusun dalam
kisi dan magnet atom momen dapat berinteraksi untuk menyelaraskan sejajar satu sama
lain. Oleh karena itu, bahan feromagnetik biasanya dibandingkan dalam hal kejenuhan
magnetisasi (magnetisasi ketika semua domain disejajarkan) daripada kerentanan. Saat
bahan feromagnetik dipanaskan terjadi agitasi termal atom yang menyebabkan tingkat
keselarasan momen magnetik atom berkurang dan saturasi magnetisasi juga berkurang.
Akhirnya agitasi termal menjadi begitu besar sehingga material berubah menjadi
paramagnetik dengan adanya suhu transisi yang disebut dengan suhu Curie (T C). Adapun
beberapa logam yang termasuk ferromagnetik yaitu besi (Fe), nikel (Ni), kobal (Co), dan
campuran dari logam-logam ini.

Gambar 2. Arah spin material feromagnetik

4. Anti feromagnetik

Material Anti feromagnetik mempunyai nilai kerentanan magnetik yang kecil dan
positif (+10-5 sampai +10-3). Gabungan momen magnetik antara atom-atom atau ion-ion
yang berdekatan dalam suatu golongan bahan tertentu akan menghasilkan penyelarasan
anti-paralel, gejala ini disebut anti-feromagnetik. Dalam tabel periodik, satu-satunya unsur
yang menunjukkan anti ferromagnetisme pada suhu kamar adalah Kromium (Cr). Bahan
anti feromagnetik sangat mirip dengan bahan feromagnetik tetapi pertukarannya interaksi
antara atom tetangga mengarah pada penyelarasan anti-paralel dari momen magnet atom.
Oleh karena itu, medan magnet menghilang dan material tampak berperilaku di dalam
dengan cara yang sama seperti bahan paramagnetik. Seperti bahan feromagnetik, bahan ini
menjadi paramagnetik di atas suhu transisi, yang dikenal sebagai suhu Néel (TN).

Gambar 3. Arah spin material antiferomagnetik

5. Ferimagnetik

Material ferimagnetik memiliki nilai kerentanan magnetik yang cukup besar.


Ferimagnetik hanya diamati pada senyawa yang memiliki struktur kristal lebih kompleks
daripada elemen murni. Di dalam bahan-bahan ini, interaksi pertukaran mengarah pada
penyelarasan paralel atom di beberapa situs kristal dan penjajaran anti-paralel lainnya.
Bahan terurai menjadi domain magnetik, seperti bahan feromagnetik dan perilaku
magnetik juga sangat serupa, meskipun bahan ferimagnetik biasanya memiliki magnetisasi
saturasi yang lebih rendah.

Gambar 4. Arah spin material ferimagnetik

Secara umum, rangkuman klasifikasi sifat kemagnetan material, contoh material, dan
hubungan orientasi momen magnet dan kerentanan magnetiknya ditunjukan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Rangkuman klasifikasi sifat kemagnetan material dan hubungan orientasi


momen magnet serta kerentanan magnetiknya.

Jenis Contoh Sifat Magnetik


Diamagnetik Gas inert; Atom tidak
beberapa memiliki
logam misalnya momen
Au, Cu, Hg; unsur magnetik.
non-logam Kerentanannya
misalnya B, Si, P, kecil
S; ion misalnya & negatif, -10-6
Na+, Cl- dan hingga -
garamnya; 10-5
diatomik molekul
misalnya H2, N2;
H2O; senyawa
organik
Paramagnetik Beberapa logam, Atom
misalnya Al; Memiliki
beberapa gas momen
diatomik, orientasi
misalnya O2, NO ; magnetik
ion dari logam secara acak.
transisi dan logam Kerentanannya
tanah jarang, dan kecil
garamnya; tanah dan positif,
jarang oksida +10-5 hingga
+10-3
Feromagnetik Logam transisi Fe, Atom memiliki
H, Co, Ni; tanah momen paralel
jarang magnet sejajar.
dengan 64≤ Z Kerentanan
≤69; paduan besar
elemen (di bawah TC)
feromagnetik;
beberapa
paduan Mn,
misalnya
MnBi, Cu2MnAl
Anti Logam transisi Atom memiliki
feromagnetik Mn, Cr dan antiparalel
senyawanya, selaras
misalnya MnO, momen
CoO, NiO, Cr2O3, magnetik.
MnS, MnSe, Kerentanannya
CuCl2 kecil
dan positif,
+10-5 hingga
+10-3
Ferimagnetik Fe3O4 (magnetit); Atom telah
γFe2O3 bercampur
(maghemit); paralel dan
campuran oksida antiparalel
besi sejajar
dan elemen momen
lainnya magnetik.
seperti Sr ferit Kerentanan
besar
(di bawah TC)

Magnetisasi dan Kerentanan


Kerentanan magnetik, atau disimbolkan (χ), merupakan material yang bergantung
pada susunan putaran. Material paramagnetik, feromagnetik, antiferomagnetik, dan
ferimagnetik semuanya memiliki χ > 0, tetapi besarnya kerentanannya bervariasi dengan jenis
susunan dan temperatur. Jika dilihat jenis susunan magnetik ini terutama di antara unsur-
unsur 3d dan 4f serta paduan dan senyawanya. Misalnya, Fe, Co, Ni, Nd 2Fe14B, SmCo5, dan
YCo5 semuanya adalah ferromagnet, Cr dan MnO adalah antiferromagnet, dan Fe 3O4 dan
CoFe2O4 adalah ferrimagnet. Senyawa diamagnetik memiliki suseptibilitas negatif yang
lemah (χ < 0).

Definisi

H = medan magnet terapan (satuan: Henry (H))

B = medan magnet induksi dalam suatu bahan (satuan: Tesla (T))

M = magnetisasi, yang mewakili momen magnetik di dalam material dengan adanya medan
eksternal H.
Kerentanan magnetik χ = M/H

Biasanya, χ diberikan dalam satuan molar dalam sistem cgs:

χm= kerentanan molar (satuan: cm/mol)

Nilai tipikal χm:

Untuk mengkorelasikan χ dengan jumlah elektron tak berpasangan dalam suatu senyawa,
pertama-tama kita mengoreksi kontribusi diamagnetik elektron inti yang kecil:

Kerentanan Paramagnet

Untuk zat paramagnetik:

Hubungan terbalik antara suseptibilitas magnetik dan T, suhu absolut, disebut Hukum Curie,
dan konstanta pembanding C adalah konstanta Curie:

C merupakan "konstanta" yang bergantung pada µ, momen magnetik efektif molekul atau
ion, yang pada gilirannya bergantung pada jumlah elektron tak berpasangannya:
Gambar 5. Grafik kerentanan material paramagnetik

Di sini µ adalah magneton Bohr, konstanta fisik yang didefinisikan sebagai µ = eh/4πm =
9,274 x 10-21 erg/gauss (dalam satuan cgs). Dalam satuan cgs, kita dapat menggabungkan
konstanta fisik,

Menggabungkan persamaan ini, diperoleh:

Kerentanan ferro, ferri, dan antiferromagnet

Logam dan paduan dalam deret 3d cenderung memiliki suhu kritis yang tinggi karena
atom-atomnya terikat langsung satu sama lain dan interaksinya kuat. Misalnya, Fe dan Co
memiliki suhu kritis (juga disebut suhu Curie, Tc , untuk zat feromagnetik) masing-masing
1043 dan 1400 K. Temperatur Curie ditentukan oleh kekuatan interaksi pertukaran magnetik
dan jumlah elektron tak berpasangan per atom. Jumlah puncak elektron tak berpasangan
antara Fe dan Co saat d-band terisi, dan interaksi pertukaran lebih kuat untuk Co daripada Fe.
Berbeda dengan logam dan paduan feromagnetik, garam paramagnetik dari ion logam transisi
biasanya memiliki suhu kritis di bawah 1K karena ion magnetik tidak terikat secara langsung
satu sama lain dan dengan demikian putarannya digabungkan dengan sangat lemah dalam
keadaan padat. Misalnya, dalam gadolinium sulfat, ion Gd paramagnetik diisolasi satu sama
lain oleh ion SO2. Kerentanan magnetik vs suhu (Kelvin) untuk bahan ferrimagnetik,
feromagnetik, dan antiferomagnetik ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 6. Plot tipikal χ vs. T untuk ferro-/ferrimagnet dan antiferomagnet

Di atas suhu kritis T , senyawa feromagnetik menjadi paramagnetik dan mematuhi


hukum Curie-Weiss:

Hal ini mirip dengan hukum Curie, kecuali bahwa plot 1/χ vs T digeser menjadi
perpotongan positif T pada sumbu suhu. Ini mencerminkan fakta bahwa bahan feromagnetik
(dalam keadaan paramagnetiknya) memiliki kecenderungan yang lebih besar agar putarannya
sejajar dalam medan magnet daripada paramagnet biasa di mana putarannya tidak
berinteraksi satu sama lain. Ferrimagnets mengikuti perilaku pemesanan yang sama. Plot
tipikal χ vs. T dan 1/χ vs. T untuk ferro-/ferrimagnet dan antiferomagnet ditunjukkan pada
gambar di bawah ini.

Gambar 7. Plot tipikal 1/χ vs. T untuk ferro-/ferrimagnet dan antiferomagnet

Padatan antiferomagnetik juga bersifat paramagnetik di atas suhu kritis, yang disebut
suhu Néel, TN . Untuk antiferromagnet, χ mencapai maksimum pada T dan lebih kecil pada
temperatur yang lebih tinggi (di mana spin paramagnetik lebih lanjut tidak teratur oleh energi
panas) dan pada temperatur yang lebih rendah (di mana spin berpasangan). Biasanya,
antiferromagnet mempertahankan beberapa kerentanan positif bahkan pada suhu yang sangat
rendah karena canting pada putaran pasangannya. Namun nilai maksimum χ jauh lebih
rendah untuk antiferromagnet daripada ferro atau ferrimagnet. Hukum Curie-Weiss juga
dimodifikasi untuk antiferromagnet, yang mencerminkan kecenderungan spin (dalam
keadaan paramagnetik di atas T ) untuk menolak urutan paralel. Plot 1/χ vs. T memotong
sumbu suhu pada suhu negatif, -θ, dan hukum Curie-Weiss menjadi:

Anda mungkin juga menyukai