Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Pernahkah anda mendengar kata magnet? Apa yang anda ketahui tentang
magnet? Dulu dimata pelajaran IPA SD kita pernah dikenalkan dengan benda
yang disebut magnet dan diberikan pengertian sederhana tentang magnet
yaitu suatu benda yang dapat menarik benda-benda tertentu. Dari definisi
tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa tidak semua benda dapat ditarik
oleh magnet. Contoh benda yang dapat ditarik oleh magnet adalah besi, baja,
nikel, dan lainnya. Sedangkan benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet
adalah non logam, perak, emas, tembaga, dan lain-lain. Sebenarnya benda-
benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet adalah benda yang ditolak oleh
magnet.
Dalam kehidupan sekarang ini kita tidak terlepas dari benda yang
namanya magnet. Magnet dapat kita temukan dengan mudah dimana saja,
misalnya di toko mainan,toko bangunan, toko elektronik, dan lainnya. Pada
saat ini magnet banyak digunakan dalam kehidupan dan merupakan salah satu
komponen terpenting dalam berbagai hal seperti elektronik, otomotif, dan
lainnya.
Seperti yang sudah kita ketahui bersama, bahwa magnet dapat menarik
benda-benda tertentu. Benda-benda tertentu ini biasa disebut dengan bahan
magnetik yang dibagi menjadi beberapa macam diantaranya bahan
diamagnetik, paramagnetik, feromagnetik, antiferomagnetik, dan bahan
ferrimagnetik (Jiles, D. C, 1998).
Berdasarkan macam-macam bahan magnetik diatas, penulis ingin
menitik beratkan pembahasan pada bahan diamagnetik karena penulis
beranggapan bahwa bahan diamagnetik memiliki manfaat yang sangat bagus
bagi kemajuan teknologi di masa depan namun belum banyak diketahui oleh
banyak orang. Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas tentang
“Diamagnetik”.

2. Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud dengan magnet?
b. Apa yang dimaksud dengan material diamagnetik?
c. Apa saja karakteristik dari material diamagnetik?
d. Apa saja aplikasi dari material diamagnetik?
3. Tujuan
a. Mengetahui pengertian magnet
b. Mengetahui hal-hal tentang material magnetik
c. Mengetahui tentang karakteristik material magnetik
d. Mengetahui aplikasi dari material diamagnetik

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Magnet
Sebelum membahas tentang diamagnetik, tidak ada salahnya kita
ketahui terlebih dahulu tentang magnet. Magnet adalah material yang dapat
menarik suatu benda seperti besi, baja dan benda logam lainnya. Asal mula
kata magnet berasal dari kata magnesia yaitu nama suatu daerah di Asia kecil.
Menurut cerita di daerah itu sekitar 4.000 tahun yang lalu telah ditemukan
sejenis batu yang memiliki sifat dapat menarik besi atau baja atau campuran
logam lainnya. Benda yang dapat menarik besi atau baja inilah yang disebut
magnet (Suryatin, 2008).
Magnet dapat dibuat dari bahan besi, baja, dan campuran logam lainnya.
Sebuah magnet terdiri atas magnet-magnet kecil yang memiliki arah yang
sama (tersusun teratur), magnet-magnet kecil ini disebut magnet elementer.
Pada logam yang bukan magnet, magnet elementernya mempunyai arah
sembarangan (tidak teratur) sehingga efeknya saling meniadakan, yang
mengakibatkan tidak adanya kutub-kutub magnet pada ujung logam tersebut.
Setiap magnet memiliki dua kutub, yaitu utara dan selatan. Kutub magnet
adalah daerah yang berada pada ujung-ujung magnet dengan kekuatan magnet
yang paling besar (Afza, 2011).
Berdasarkan cara mendapatkannya, magnet dibedakan menjadi 2 macam
yaitu, magnet alam dan magnet buatan. Magnet alam adalah magnet yang
didapatkan dari hasil bumi. Sedangkan magnet buatan adalah magnet yang
didapatkan dengan cara mencampurkan beberapa bahan kimia tertentu hingga
menjadi magnet.
Benda magnetik dapat dibedakan menjadi dua macam berdasarkan sifat
kemagnetannya yaitu benda magnetik dan benda non-magnetik. Benda
magnetik adalah benda yang dapat ditarik oleh magnet, sedangkan benda
non-magnetik adalah benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet (Suryatin,
2008). Contoh benda magnetik adalah logam seperti besi dan baja, namun
tidak semua logam dapat ditarik oleh magnet, sedangkan contoh benda non-
magnetik adalah oksigen cair, kayu, plastik, dan lain-lain.
Sifat kemagnetan suatu benda berasal dari momen-momen magnet yang
dihasilkan oleh elektron. Momen magnet berasal dari tiga sumber yaitu :
1. Spin elektron.
2. Gerakan orbital elektron.
3. Perubahan gerakan orbital dari elektron yang disebabkan oleh medan
magnet.

2
2. Diamagnetik
Diamagnetik adalah sifat material untuk menghasilkan suatu medan
magnet saat material tersebut dikenai medan magnet dari luar dan cenderung
menghasilkan efek tolak menolak. Diamagnetik merupakan sifat magnet yang
paling lemah dan tidak permanen yang hanya muncul selama berada dalam
medan magnet luar. Kekuatan magnet yang dimiliki material diamagnetik jauh
lebih lemah dibandingkan kekuatan magnet yang dimiliki material
feromagnetik ataupun paramagnetik . Biasanya material diamagnetik disebut
material 'non-magnetik', termasuk di antaranya air, kayu , senyawa organik
seperti minyak bumi dan beberapa jenis plastik , serta beberapa logam seperti
tembaga, merkuri ,emas dan bismut. Superkonduktor adalah contoh
diamagnetik sempurna yang memiliki kekuatan menolak magnet yang sangat
kuat.
Material diamagnetik mempunyai susceptibility magnetik yang kecil dan
bernilai negatif (m  0) serta memiliki permeabilitas bahan : μ < μo.
Besarnya momen magnetik yang diinduksikan sangat kecil, dan dengan arah
yang berlawanan dengan arah medan luar. Bahan diamagnetik adalah bahan
yang resultan medan magnet atomik dari masing -masing atom/molekulnya
adalah nol, tetapi orbit dan spin elektronnya tidak nol (Halliday & Resnick,
1989). Bahan diamagnetik tidak mempunyai momen dipol magnet permanen.
Jika bahan diamagnetik diberi medan magnet luar, maka elektron-
elektron dalam atom akan mengubah gerakannya sedemikian rupa sehingga
menghasilkan resultan medan magnet atomik yang arahnya berlawanan dengan
medan magnet luar tersebut.

Gambar 2.1 Grafik material magnetik saat diberi medan magnet luar.
Sumber : https://www.scribd.com/doc/77850625/DIAMAGNETIK-PARAMAGNETIK-
FEROMAGNETIK

Dari gambar grafik diatas, kita bisa melihat bahwa ketika material
diamagnetik diberi medan magnet luar,arah grafik magnetismenya adalah
kebawah. Hal ini menunjukkan nilai suseptibilitasnya negatif. Semakin besar
kekuatan medan magnet luar, maka akan semakin kecil nilai magnetisme dari
material diamagnetik.
Sifat diamagnetik suatu material ditimbulkan oleh gerak orbital elektron
sehingga semua material bersifat diamagnetik karena atomnya mempunyai

3
orbital elektron. Suatu material dapat ditarik magnet apabila susunan atom
dalam bahan tersebut mempunyai spin elektron yang tidak berpasangan. Pada
material diamagnetik, semua spin elektron memiliki pasangan sehingga momen
magnet yang dihasilkan oleh spin elektron saling meniadakan dan tidak
menarik garis gaya. Akibatnya sifat magnetisme material ini hanya dipengaruhi
oleh momen magnet orbital.
Ketika suatu material diletakkan pada area medan magnet,maka elektron-
elektron di dalam atom akan mengalami gaya Lorent. Gaya Lorent ini dapat
meningkatkan gaya sentripetal dari elektron saat elektron tertarik mendekati
inti atom dan dapat mengurangi gaya sentripetal dari elektron saat elektron
menjauh dari inti atom tergantung pada arah medan magnet luar yang
mengakibatkan perubahan jari-jari orbit elektron. Perubahan jari-jari orbit
elektron ini akan meningkatkan momen magnet orbital yang berlawanan
dengan medan magnet luar dan menurunkan momen magnet orbital yang
searah dengan medan magnet luar. Sehingga secara keseluruhan akan timbul
momen magnet total yang melawan medan magnet luar atau disebut
magnetisasi negatif.

Gambar 2.2 material diamagnetik ketika diberi medan magnet luar.


Sumber : http://material-sciences.blogspot.com/2015/05/pengenalan-magnetisme.html

Dari gambar diatas, kita bisa melihat bahwa material diamagnetik dalam
kondisi normal ketika tidak ada medan magnet luar yang diberikan. Kemudian
saat medan magnet luar diberikan,magnetisasi material magnetik memiliki arah
yang berlawanan dengan medan magnet luar. Dan pada saat medan magnet luar
dihilangkan,maka material diamagnetik akan kembali seperti semula.

3. Karakteristik Diamagnetik
1. Material diamagnetik menolak garis medan magnet luar. Pada material
lainnya (paramagnetik/ferromagnetik) garis medan magnet luar bisa
melewati/menembus material tersebut. Namun pada material diamagnetik,
garis medan magnet ditolak dan tidak melewati/menembus material ini.

4
Gambar 3.1 Tingkah laku garis medan magnet
Sumber : Rajendran, V and A Marikani. 2004. Materials Science. New Delhi: Tata McGraw-
Hill.

2. Bahan yang resultan medan magnet atomis masing-masing


atom/molekulnya adalah nol. Jika bahan diamagnetik diberi medan magnet
luar, maka elektron-elektron dalam atom akan berubah gerakannya
sedemikian hingga menghasilkan resultan medan magnet atomis yang
arahnya berlawanan. Karena medan magnet atomis yang berlawanan
maka menimbulkan gaya yang dapat menyebabkan saling tolak menolak
anatara bahan diamagnetik dengan sumber magnet.

Gambar 3.2 Arah magnetisasi material diamagnetik ketika diberi medan magnet luar.
Sumber : https://nptel.ac.in/courses/113106032/15%20-%20Magnetic%20Properties.pdf

3. Jika solenoida dirnasukkan bahan ini, induksi magnetik yang timbul lebih
kecil. Selenoida adalah kawat berarus yang biasanya dililitkan pada logam
sehingga menghasilkan medan magnet.

Gambar 3.3 Selenoida saat diberi arus listrik


Sumber : http://eprints.umsida.ac.id/1728/1/MAGNET%2C%2028-02-2018.pdf

5
4. Suseptibilitas/kerentanan magnetik (k) bernilai negatif dan sangat kecil
artinya ialah memiliki sitat magnetik yang lemah.

Gambar 3.4 kerentanan Magnetik pada diamagnetik dan paramagnetik


Sumber : https://ee.unsoed.ac.id/~stwn/kul/tke131103/pbahan-2017-03.pdf

5. Memiliki sedikit spin elektron yang tidak berpasangan.

Gambar 3.5 Susunan spin elektron unsur.


Sumber : http://materimentor.blogspot.com/2016/08/bahan-diamagnetik.html

6. Pada tabel periodik unsur banyak terletak di golongan I B, II B, III A, IV


A, V A, VI A, VII A, VIII A.

6
Gambar 3.6 Tabel periodik unsur
Sumber : https://www.birmingham.ac.uk/Documents/college-
eps/metallurgy/research/Magnetic-Materials-Background/Magnetic-Materials-Background-
4-Classification-of-Magnetic-Materials.pdf

7. Tidak memiliki momen dipol magnet permanen. Dipol – dipol dalam


bahan diamagnetik tidak permanen, efek magnetiknya sangat kecil,
momen induksinya magnetismenya cenderung berlawanan arah dengan
medan magnet eksternalnya, sehingga suseptibilitasnya berharga negatif
dan relatif kecil, dan tidak tergantung pada perubahan suhu.

Gambar 3.7 Arah magnetisasi material diamagnetik


Sumber : http://material-sciences.blogspot.com/2015/05/pengenalan-
magnetisme.html
4. Material Diamagnetik
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa bahan diamagnetik
adalah bahan yang resultan medan magnet atomik dari masing-masing
atom/molekulnya adalah nol, tetapi orbit dan spin elektronnya tidak nol
(Halliday & Resnick, 1989) dan mempunyai susceptibility magnetik yang
kecil dan bernilai negatif (m  0) serta memiliki permeabilitas bahan : μ <
μo. Berikut ini adalah beberapa contoh material yang termasuk diamagnetik.

1. Tembaga
Tembaga adalah unsur kimia dengan simbol Cu dengan nomor atom 29.
Tembaga memiliki sifat penghantar listrik dan panas yang tinggi,
keuletan yang tinggi dan sifat tahanan korosi yang baik. Biasanya
tembaga dicampur dengan 30% zinc untuk membuat kuningan dan

7
dicampur dengan 20% timah putih untuk membuat perunggu. Tembaga
memiliki titik leleh sebesar 1084,62 0C, titik didih 2562 0C, densitas 8.94
g/cm3, dan konduktivitas termal 401 W/mK.

Gambar 4.1 Tembaga


2. Raksa/Mercury
Raksa/merkuri adalah unsur kimia yang mempunyai nomor atom 80 dan
Merupakan satu-satunya unsur logam yang berbentuk cair pada suhu
kamar ( 25 °C ) serta sangat mudah menguap. Raksa dapat membeku
pada suhu -38,87 °C dan mendidih pada suhu 356,9 °C. Warnanya
tergantung pada bentuk fasanya. Fasa cair berwarna putih perak,
sedangkan fasa padat berwarna abu-abu. Densitas raksa yaitu 13,55
g/cm3 merupakan densitas yang tertinggi dari semua benda cair.

Gambar 4.2 Raksa

3. Perak
Perak adalah unsur logam dengan nomor atom 47 yang mempunyai sifat
mengkilap, mudah ditempa, memiliki daya hantar listrik dan panas yang
tinggi, serta tahan terhadap korosi. Oleh karena itu, perak banyak
digunakan sebagai peralatan rumah tangga dan perhiasan. Selain itu,
perak juga besifat fotosensitif (peka terhadap cahaya) sehingga sering
dipakai sebagai bahan dalam fotografi. Perak memliki titik lebur 1235 K,
titik didih 2436 K dan massa jenis 10,5 g/cm3.

8
Gambar 4.3 Perak
4. Bismut
Bismut adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Bi dengan nomor atom 83. Memiliki titik lebur 544.59 K, titik
didih 1837 K, dan massa jenis 9,75 g/cm3. Bismut merupakan logam
paling diamagnetik, dan konduktor panas yang paling rendah di antara
logam, kecuali raksa. Ia memiliki resitansi listrik yang tinggi.

Gambar 4.4 Bismut


5. Timbal
Timbal adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Pb dengan nomor atom 82. Merupakan logam putih kebiru-
biruan dengan pancaran yang terang, sangat lunak, mudah dibentuk, dan
bukan konduktor listrik yang baik. Timbal titik didih 2023 K, titik lebur:
600.65 K, dan densitas yang tinggi, yaitu 11,34 g/cm3, serta memiliki
resistansi tinggi terhadap korosi.

Gambar 4.5 Timbal

9
5. APLIKASI DIAMAGNETIK

Diamagnetisme Bahan diamagnetik kurang akrab daripada bahan


feromagnetik atau paramagnetik, meskipun diamagnetisme telah dikenal
sejak Michael Faraday menemukannya pada tahun 1846. Pada saat itu
dianggap sedikit nilai praktis. Levitasi diamagnetik pertama kali ditunjukkan
pada tahun 1939, ketika manik-manik kecil dari grafit dan bismut diangkat
dalam medan elektromagnetik. Pada 1990-an, eksperimen laboratorium
mengangkat benda-benda nonmagnetik dan bahan-bahan termasuk telur
katak, katak, tikus, hidrogen cair, helium, dan air. Levitasi diamagnetik,
sekali dianggap sebagai keingintahuan laboratorium, baru-baru ini
menemukan aplikasi komersial. Diamagnetisme sendiri telah digunakan
hanya di satu wilayah komersial yang terkenal eksplorasi minyak. Waduk
minyak bumi yang dibuat oleh Salt Domes, dengan diamagnetik melemahkan
medan magnet dari kerak Bumi. Instrumen prospeksi magnetik yang dipasang
di pesawat merekam variasi di medan magnet, sehingga membantu Salt
Domes menemukan reservoir minyak.

Aplikasi yang mengeksploitasi sifat diamagnetik untuk levitasi praktis


memerlukan integrasi magnet permanen dalam sistem hibrida. Magnet
permanen yang kuat menyediakan kapasitas angkat untuk menyeimbangkan
gaya gravitasi. Bahan diamagnetik yang digunakan dengan magnet permanen
yang diposisikan secara selektif memberikan stabilitas untuk menjaga agar
levitasi seimbang dalam batas yang wajar. SRI International baru-baru ini
mengembangkan sistem levitasi hibrida berdasarkan magnet permanen untuk
mengangkat dan diamagnetisme untuk stabilitas kontrol yang diperlukan
(patent pending). SRI telah secara aktif mempelajari fenomena ini dan telah
mengembangkan mekanisme untuk memanfaatkan kekuatannya dalam
aplikasi yang bermanfaat. Upaya-upaya ini pada gilirannya menghasilkan
beberapa paten dan penemuan lain. Misalnya, SRI ' Sistem levitasi hibrida
telah digunakan untuk menyediakan sistem transportasi ruang bersih bagi
produsen utama sistem penyimpanan media magnetik. Aplikasi ini secara
pasif telah mengangkat lebih dari 16 kg muatan, menetapkan rekor dunia.

10
Gambar 5.1 sistem levitasi

Sumber : https://www.sensorsmag.com/components/diamagnetic-levitation-invisible-force

Dalam sistem levitasi tersebut, banyak magnet bias yang kuat dipasang pada
stasioner, struktur pendukung kaku dan magnet angkat (magnet bias levitated)
melekat pada alat angkut yang dapat digerakan. Magnet tersebut
menyediakan gaya tarik yang diperlukan untuk melawan gravitasi

11
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
1. Sampir semua bahan menunjukkan diamagnetisme meskipun ditutupi oleh
efek magnetik lainnya
2. Kerentanan substrat diamagnetik berbanding lurus dengan nomor atom
3. Semakin besar nilai dari suseptibilitas jika atom lebih besar
4. Dalam model langevin, diamagnetisme dikaitkan dengan pengaruh medan
magnet pada orbital momentum elektron. Meskipun s-elektron memiliki
momentum sudut nol tanpa adanya medan magnet. namun mereka
memperoleh sejumlah kecil momentum orbital di atas aplikasi yang
diajukan. ini menjelaskan mengapa semua elektron dalam atom
berkontribusi pada diamagnetisme.
2. Saran
Sebelum memilih material diamagnetik yang akan digunakan sebagai
aplikasi dalam teknologi,sebaikmya pahami terlebih dahulu sifat-sifat dan
karakteristiknya agar memperoleh hasil yang baik.

12
Daftar Pustaka

Dytchia, Kesuma Septi. 2011. Studi karakterisasi bahan magnet (Skripsi).


Universitas Negeri Padang. Padang.
Goldman, Alex. 2006. Modern Ferrite Technology 2nd Edition. Pittsburgh:
Springer Science+Business Media, Inc.
https://www.scribd.com/doc/57124587/Diamagnetic (Diakses pada tanggal 22
Agustus 2018)
https://www.scribd.com/doc/93894126/Makalah-Material-Magnetik (Diakses
pada tanggal 22 Agustus 2018)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/64386/Chapter%20II.pdf
sequence=4&isAllowed=y (Diakses pada tanggal 22 Agustus 2018)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/48217/Chapter%20II.pdf;

sessionid=DC704DC15D8A2EE2638EF072B19CEADA?sequence=4
(Diakses pada tanggal 25 Agustus 2018)
https://nptel.ac.in/courses/113106032/15%20-%20Magnetic%20Properties.pdf
(Diakses pada tanggal 25 Agustus 2018)
https://www.youtube.com/watch?v=12BMlhtYurs (Diakses pada tanggal 26
Agustus 2018)
https://www.youtube.com/watch?v=2RRX8xmLR8E (Diakses pada tanggal 26
Agustus 2018)
https://www.youtube.com/watch?v=F1Gd8BhXYNY (Diakses pada tanggal 26
Agustus 2018)
https://www.sensorsmag.com/components/diamagnetic-levitation-invisible-force
(Diakses pada 27 Agustus 2018)
Rajendran, V and A Marikani. 2004. Materials Science. New Delhi: Tata
McGraw-Hill.

13
Rios, A. 2016. Recent Advances in Magnetic Nanomaterials for Improving
Analytical Processes. Vol 84. Dari https://www.sciencedirect. co
m/science/article/pii/S0165993616300450. (Online), diakses pada 29
Agustus 2018.
Sari, D.R. 2017. Material Nano. Dari https://id.scribd.com/document/351652556
/MAKALAH-NANOMATERIAL. (Online),diakses pada 30 Agustus 2018
Sari, I.N. 2012. Nanomaterial. Dari http://mala.blog.uns.ac.id/2012/02/12/
nanomaterial/. (Online), diakses pada 29 Agustus 2018.

14
Studi kasus
 Diamagnetic phase transitions in two-dimensional conductors

Sebuah teori yang menggambarkan amplitudo kerentanan dan bifurkasi induksi


magnetik dekat dHvA didorong fase transisi diamagnetik di kuasi dua dimensi
(2D) konduktor organik dari (ET)2X dengan x= Cu(NCS)2 , KHg(SCN)4, I3,
AuBr2, Ibr2.

Suhu, diagram fase medan magnetik untuk fase transisi diamagnetik di 2D


konduktor organik dengan x= Cu(NCS)2 , KHg(SCN)4, I3, AuBr2, Ibr2, untuk TD =
0 dan TD = 0,05 K. Batas fase memisahkan fase homogen dan domain ditemukan
dari persamaan untuk penguranganamplitudo dHv Aoscillations menjadi rasio
amplitudo osilasi dan periode mereka.

• ketergantungan suhu amplitudo kerentanan dalam 2D organik Tc = 0,15 K


for TD=0, H= 8,15 T dan TD=0,05 K, H=6,95 T.

15
• Medan magnet (dalam T) ketergantungan amplitudo kerentanan dalam 2D
konduktor organik di sekitar medan magnet kritis Hc= 6T untuk TD = 0,
T= 0,4K dan TD= 0,05K, T=0,26K

Amplitudo kerentanan cenderung tidak terbatas saat mendekati titik transisi


fase.Dengan demikian, memainkan peran yang berbeda kerentanan dalam kasus
fase ferromagnetik orde kedua transisi saat suhu mencapai Tc atau medan magnet
mencapai Hc. Peningkatan suhu dan magnet yang kuat ketergantungan medan dari
amplitudo kerentanan menandakan pada set transisi fase diamagnetik.

Kesimpulan
Peneliti telah menghitung suhu dan ketergantungan medan magnet dari
amplitudo kerentanan dan bifurkasi induksi magnetik dekat fase diamagnetik
transitionmagnetic field Hc dan transisi fase diamagnetik suhu Tc secara
bersamaan. Menunjukkan bahwa ada peningkatan drastis dalam suhu dan
ketergantungan medan magnet dari amplitudo kerentanan saat mendekati titik
transisi fase diamagnetik. Di dekat titik transisi fase, dependensi suhu dan medan
magnet dipasangkan dengan yang tipikal dari teori transisi fase medan-mean

Efek yang dihitung penting untuk menemukan suhu dan rentang medan
magnet keberadaan domain Condon di masing-masing siklus dHvA. Fenomena
kritis yang kuat dalam kerentanan dan pemisahan induksi memungkinkan untuk
menghasilkan pencarian yang lebih efektif untuk domain Condon dalam logam
2D semu.

16
17

Anda mungkin juga menyukai