Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH AQIDAH AKHLAK

GURU PEMBIMBING

Sri Maulida Khairiyah S.Pd.I, M.Pd

DISUSUN OLEH
DEA RAISSA AULIA PUTRI

NOR HEKMAH

SITI MARFUAH

RADIFA NAZHMA MUNTAZHIRA

M. ALDY BUKHARI

MAN 1 TAPIN
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "BEKERJA KERAS DAN KOLABORATIF" dengan
tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran AQIDAH AKHLAK . Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang manusia prasejarah bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sri Maulida Khairiyah S.Pd.I, M.Pd selaku guru
Mata Pelajaran aqidah akhlak . Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Rantau, 19 Januari 2022


i

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Daftar Isi...............................................................................................................
B. Kata Pengantar.....................................................................................................

BAB 2 ISI

A. Bekerja Keras dan Kolaborasi..............................................................................


1. Pengertian bekerja keras dan kolaboratif...................................................
2. Makna Bekerja Keras dan Kolaboratif Dalam Islam.....................................
B. Kompetisi Dalam Kebaikan...................................................................................
1. Pengertian Kompetisi Dalam Kebaikan..................................................
2. Ciri-Ciri Perilaku Kompetisi Dalam Kebaikan.........................................
3. Balasan Pelaku Kompetisi Dalam Kebaikan...........................................
4. Hikmah Perilaku Kompetisi Dalam Kebaikan………………………………..

BAB 3 PENUTUP

A.Kesimpulan………………………………………………………………………………………
Ii

BAB 1
A. Bekerja Keras dan Kolaboratif
1. Pengertian Bekerja Keras dan Kolaboratif

Kerja keras adalah kegiatan yang dikerjakan secara sungguh-sungguh tanpa mengenal lelah atau
berhenti sebelum target kerja tercapai dan selalu mengutamakan atau memperhatikan kepuasan hasil pada setiap
kegiatan yang dilakukan. Kerja keras dapat diartikan bekerja mempunyai sifat yang bersungguh-sungguh untuk
mencapai sasaran yang ingin dicapai. Mereka dapat memanfaatkan waktu optimal sehingga kadang-kadang tidak
mengenal waktu, jarak, dan kesulitan yang dihadapinya. Mereka sangat bersemangat dan berusaha keras untuk
meraih hasil yang baik dan maksimal.

Bekerja keras sangat perlu dilakukan oleh setiap manusia untuk menggapai keperluan, kebutuhan dan
impiannya. Kerja keras adalah kegiatan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk mencapai target yang
akan dituju. Dalam Islam kerja keras disebut juga dengan ikhtiar yaitu syarat untuk mencapai maksud dan daya
upaya dengan bersungguh-sungguh dalam melakukan segala sesuatu semata-mata karena Allah Swt.

Tanpa adanya kerja keras, seseorang akan sulit mendapatkan apa yang dicita- citakan atau ditujukan.
Oleh karena itu, Islam sangat menganjurkan umatnya untuk bekerja keras dalam menggapainya. Dengan bekerja
keras seseorang akan mudah meraih cita-citanya. Sebaliknya jika seseorang hanya berpangku tangan
dan bermalas-malasan tidak akan mungkin cita-cita itu akan datang dengan sendirinya. Allah Swt. berfirman:

َ َ‫َّج َع ۡلنَا النَّه‬


:‫ار َم َعا ًشا‬ َ ‫و‬

Artinya : “Kami telah membuat waktu siang untuk mengusahakan kehidupan (bekerja).” (QS an-Naba’[78]:11)

Secara istilah, kerja keras memiliki makna semangat yang berkobar, memiliki kemampuan dan kemauan besar.
Semua akan dilakukan secara sungguh-sungguh untuk mencapai hasil maksimal. Adapun manfaat dari bekerja
keras adalah sebagai berikut:

 Kita bisa membantu mengembangkan potensi diri


 Membentuk pribadi yang senantiasa selalu bertanggung jawab
 Dapat meningkatkan taraf hidup dan juga kesejahteraan
 Mampu mencukupi kebutuhan hidup
 Mampu mengangkat harga dan martabat hidup

Kolaboratif adalah kerja sama antara satu pihak dengan pihak lainnya untuk memperoleh manfaat dan
keuntungan satu sama lain. Sikap ini akan menjadi salah satu penguat silaturahmi antar sesama. Karena
sepanjang waktu mereka akan saling berkomunikasi dan mengenal satu-sama lain.

Dibutuhkan pemahaman dan penghargaan pada keahlian, kompetensi serta karakter orang lain.
Penelitian menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan kolaborasi yang tertinggi dapat diraih ketika kolaborasi itu
melibatkan orang-orang dengan beragam gaya kerja, nilai-nilai, budaya, pendidikan dan latar belakang pekerjaan
yang berlainan. Orang-orang tersebut akan menghadirkan pemikiran yang benar-benar berbeda dan akibatnya
suatu persoalan akan ditangani dari berbagai segi. Akan tetapi, agar kolaborasi di level ini bisa berjalan efektif,
dibutuhkan kepercayaan dan rasa saling menghormati.

Aktivitas membangun tim dapat menciptakan lingkungan yang tepat bagi semua orang untuk belajar
berkolaborasi. Game pembelajaran berdasarkan pengalaman mensimulasikan skenario kolaborasi, di mana
seluruh anggota tim harus berkontribusi dalam situasi yang menyenangkan dan tenang. Hasilnya, para peserta
membuktikan pentingnya pengalaman membangun tim selama beberapa tahun ke depan ketika mereka sendiri
berkolaborasi dalam proyek nyata di tempat kerja.

Islam juga memerintahkan umatnya untuk saling bekerja sama dalam meraih tujuan yang baik. Tiada
kata pekerjaan berat jika dikerjakan secara bersama -sama. Seperti pepatah mengatakan berat sama dipikul,
ringan sama dijinjing yang artinya suka duka, baik buruk akan dihadapi bersama. Itulah keistimewaan dari kerja
sama. Segala sesuatu akan dirasakan bersama-sama.

Dalam bekerja sama, kita harus memiliki sikap tolong-menolong. Tanpa adanya sikap tersebut, kolaboratif
saling terjalin. Oleh karena itu, berusahalah menanamkan sifat dan sikap tolong-menolong. Rasulullah Saw.
bersabda:

‫يَ ِّس َرا َواَل تُ َعس َِّرا َوبَ ِّش َرا َواَل تُنَفِّ َر‬

Artinya : “Permudahlah dan jangan mempersulit, berilah kabar gembira dan jangan membuat orang lari, saling
bekerja samalah kalian berdua dan jangan berselisih. (HR. Bukhari).

2. Makna Bekerja Keras dan Kolaboratif dalam islam


Secara istilah, kerja keras memiliki makna semangat yang berkobar, memiliki kemampuan dan kemauan
besar. Semua akan dilakukan secara sungguh-sungguh untuk mencapai hasil maksimal.

Kolaboratif adalah kerja sama antara satu pihak dengan pihak lainnya untuk memperoleh manfaat dan
keuntungan satu sama lain. Sikap ini akan menjadi salah satu penguat silaturahmi antar sesama. Karena
sepanjang waktu mereka akan saling berkomunikasi dan mengenal satu-sama lain. Orang sukses adalah mereka
yang memiliki semangat dan aksi kerja keras baik dalam kelompok maupun individu. Meskipun ada pekerjaan
yang dilakukan dengan individu, tetapi tetap saja masih membutuhkan individu lainnya. Dalam melakukan kerja
keras dan kerja sama, ada beberapa ciri dan prinsip yang harus diyakini dan diteladani, yaitu

A. Ciri ciri dan prinsip kerja keras

 Melakukan segala perbuatan dengan tulus karena Allah.


 Melakukan dengan sungguh sungguh dan pantang menyerah.
 Tidak meremehkan pekerjaan dan tidak tergesa gesa menyikapi pekerjaan.
 Menyerahkan hasil kepada Allah.

B. Ciri ciri dan prinsip kerja sama

 Berkolaborasi dalam hal kebaikan.


 Mengutamakan kepentingan bersama.
 Kolaborasi didasari aras kejujuran, keterbukaan dan saling percaya.

Nilai dan manfaat positif melakukan kerja keras dan kerja sama

A. Nilai positif dan manfaat kerja keras

 Lebih dekat dengan Allah Swt.


 Mampu menggapai impian yang dicita-citakan
 Tidak mudah nyerah
 Bersyukur atas hasil yang diterima

B. Nilai positif dan manfaat kolaboratif

 Mendapatkan pahala
 Disayangi sesama makhluk
 Segala sesuatu menjadi mudah
 Menjadi pribadi yang lebih baik
 Terjalin silaturahmi

B. Kompetisi dalam kebaikan


1. Pengertian kompetisi dalam kebaikan

Kompetisi memiliki arti bersaing atau berlomba-lomba untuk mendapatkan sesuatu. Kebaikan adalah
perilaku yang membawa dampak positif bagi orang lain. Berbuat baik pada diri sendiri juga merupakan
kewajiban kita sebagai umat manusia, artinya kita bisa berguna bagi orang lain dan tidak membawa dampak
negatif bagi orang lain. Jadi, kompetisi dalam kebaikan memiliki makna berlomba-lomba atau bersaing dalam
berbuat kebaikan atau berbuat hal yang positif yang dapat berguna untuk orang lain.

Berlomba-lomba dalam kebaikan ini oleh umat islam dikenal dengan istilah fastabiqul khoirot. Istilah
tersebut diambil langsung dari Surah Al-Baqarah ayat 148. Mereka yang senantiasa aktif melakukan kebaikan
disebut sebagai Sabiqun Bil Khairat. Selain itu Allah Swt. juga memerintahkan kita agar menjadi pelopor atau
orang yang berbuat kebaikan itu sendiri agar menjadi contoh yang baik bagi orang lain dalam Qur'an Surah al-
Bayyinah ayat 7.

Kita sebagai sorang pelajar tentu juga berkompetisi dengan pelajar lainnya untuk menjadi lebih baik di
kelas. Bukan berarti teman sekelas kita menjadi musuh karena kita bersaing dengannya. Melainkan menjadi
motivasi kita agar semakin giat dan rajin belajarnya. Seperti yang tertulis dalam Qur'an Surah Al-Maidah ayat 2
"Jangan sampai kebencian(mu) kepada suatu kaum karena mereka menghalang-halangimu dari masjidilharam,
mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan."

2. Ciri-ciri pelaku kompetisi dalam kebaikan


a. Memiliki niat yang ikhlas

Niat yang ikhlas merupakan faktor penting dalam setiap amal. Di dalam Islam ikhlas merupakan rukun
amal yang pertama dan terpenting. Niat yang ikhlas karena Allah dalam melakukan kebaikan akan membuat
seseorang memiliki perasaan yang ringan dalam mengerjakan amal-amal yang berat sekalipun, apalagi bila amal
kebaikan itu tergolong amal shalih yang ringan. Sedangkan tanpa keikhlasan, jangankan amal yang berat, amal
yang ringan pun akan terasa berat. Di samping itu, keikhlasan akan membuat seseorang berkesinambungan
dalam melakukan amal kebaikan. Orang yang ikhlas tidak akan bertambah semangat hanya karena dipuji dan
tidak akan melemah karena dicela. Adanya pujian atau celaan tidak akan mempengaruhi semangatnya dalam
melakukan kebaikan.

b. Cinta kepada kebaikan dan cinta kepada orang yang berbuat baik
Seseorang akan antusias melaksanakan kebaikan manakala pada dirinya terdapat rasa cinta pada kebaikan.
Karena tidak mungkin seseorang melakukan suatu kebaikan apabila dia sendiri tidak suka pada kebaikan itu.
Oleh karena itu, rasa cinta pada kebaikan harus kita tanamkan ke dalam jiwa sehingga kita menjadikan setiap
bentuk kebaikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan.

Di samping cinta kepada kebaikan, maka harus tertanam juga di dalam jiwa rasa cinta kepada siapa saja yang
berbuat baik. Hal ini akan membuat kita ingin selalu meneladani dan mengikuti segala bentuk kebaikan, siapa
pun yang melakukannya. Allah SWT telah menyebutkan kecintaan-Nya kepada siapa saja yang berbuat baik.
Allah berfirman:

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah mencintai orang¬orang yang berbuat baik” (QS. Al
Baqarah (2) : 195)

c. Merasa beruntung bila melakukan suatu kebaikan

Berbuat baik merupakan sesuatu yang sangat mulia dan seseorang akan bersemangat melakukan kebaikan
apabila dengan kebaikan itu dia merasa yakin memperoleh keberuntungan, baik di dunia maupun di akhirat. Ada
banyak keuntungan yang akan diperoleh manusia bila ia berbuat baik.

d. Merasa rugi bila meninggalkan suatu kebaikan

Apabila seseorang merasa beruntung dengan kebaikan yang dilakukannya karena sejumlah keutamaan yang
disebutkan dalam al-Qur’an, maka ia akan merasa sangat merugi apabila meninggalkannya. Bagi seorang
mukmin, bagaimana mungkin dia tidak merasa rugi bila tidak melakukan kebaikan, karena kehidupan ini
memang harus dijalani untuk mengabdi kepada Allah SWT yang merupakan puncak dari segala bentuk kebaikan
yang harus dijalani.

e. Meneladani Generasi yang Baik

Perbuatan akan menjadi lebih baik apabila seseorang mau menjadi teladan bagi orang lain dalam berbuat baik.
Hal ini menjadi penting karena dengan demikian ia menyadari bahwa meskipun ia merasa sudah banyak
perbuatan baik tetapi tetap saja ia merasa masih sedikit dalam melakukan kebaikan dibandingkan dengan orang
lain.

3. Balasan Pelaku Kompetisi dalam Kebaikan


a. Selalu bersama Allah SWT

َ‫اِ َّن هّٰللا َ َم َع الَّ ِذ ۡينَ اتَّقَوْ ا وَّالَّ ِذ ۡينَ هُمۡ ُّم ۡح ِسنُ ۡون‬

artinya: Sungguh, Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. ( QS. an-
Nahl : 128 )

kandungan: Dalam ayat ini, Allah swt menjelaskan alasan mengapa Nabi diperintahkan bersabar dan dilarang
untuk cemas dan berkecil hati. Allah swt menegaskan bahwa Dia selalu ada bersama orang yang bertakwa dan
orang yang berbuat kebaikan sebagai penolong mereka. Allah selalu memenuhi permintaan mereka,
memperkuat, dan memenangkan mereka melawan orang-orang kafir.

Orang-orang yang takwa selalu bersama Allah swt karena mereka terus menyucikan diri untuk mendekatkan diri
kepada-Nya dan melenyapkan kemasygulan yang ada pada jiwa mereka. Mereka tidak pernah merasa kecewa
jika kehilangan kesempatan, tetapi juga tidak merasa senang bila memperoleh kesempatan. Demikian pula Allah
selalu menyertai orang yang berbuat kebaikan, melaksanakan kewajiban mereka kepada-Nya, dan selalu menaati
perintah dan menjauhi larangan-Nya.

b. Menambah kenikmatan
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫ار ااۡل ٰ ِخ َرةَ فَاِ َّن َ اَ َع َّد لِ ۡل ُم ۡح ِس ٰن‬
‫ت ِم ۡن ُك َّن اَ ۡجرًا َع ِظ ۡي ًما‬ َ ‫َواِ ۡن ُك ۡنتُ َّن تُ ِر ۡدنَ َ َو َرس ُۡولَهٗ َوال َّد‬

artinya: Dan jika kamu menginginkan Allah dan Rasul-Nya dan negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah
menyediakan pahala yang besar bagi siapa yang berbuat baik di antara kamu. ( QS. al-Ahzab : 29 )

kandungan: Pilihan kedua yang disampaikan Rasulullah ialah jika para istrinya memilih keridaan Allah dan
Rasul-Nya dan pahala hari akhirat, maka taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah telah menyediakan pahala
yang besar bagi para istrinya yang baik dalam perkataan, perbuatan, dan tingkah laku. Mereka ditempatkan di
dalam surga yang penuh kenikmatan.

c. Dicintai Allah

‌َ‫اس‌ؕ َوهّٰللا ُ ي ُِحبُّ ۡال ُم ۡح ِسنِ ۡي ۚن‬ ۡ ۡ ۡ َّ ‫الَّ ِذ ۡينَ ي ُۡنفِقُ ۡونَ فِى ال َّسرَّٓا ِء َوال‬
ِ َّ‫ضرَّٓا ِء َوال ٰك ِظ ِم ۡينَ الغ َۡيظَ َوال َعافِ ۡينَ ع َِن الن‬

artinya: (yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan. ( QS. Ali
Imran : 134 )

kandungan: Ayat ini langsung menjelaskan sifat-sifat orang yang bertakwa, yaitu: Pertama: Orang yang selalu
menafkahkan hartanya baik dalam keadaan berkecukupan maupun dalam keadaan kesempitan (miskin), sesuai
dengan kesanggupannya. Menafkahkan harta itu tidak diharuskan dalam jumlah yang ditentukan sehingga ada
kesempatan bagi si miskin untuk memberi nafkah. Bersedekah boleh saja dengan barang atau uang yang sedikit
nilainya, karena itulah apa yang dapat diberikan tetap akan memperoleh pahala dari Allah swt.

d. Memperoleh rahmat Allah

َ‫صاَل ِحهَا َو ۡادع ُۡوهُ َخ ۡوفًا َّوطَ َم ًعا‌ ؕ اِ َّن َر ۡح َمتَ هّٰللا ِ قَ ِر ۡيبٌ ِّمنَ ۡال ُم ۡح ِسنِ ۡين‬ ‫اۡل‬ ۡ
ِ ‫َواَل تُف ِسد ُۡوا فِى ا َ ۡر‬
ۡ ‫ض بَ ۡع َد ِا‬

artinya: Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-
Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat
kebaikan. ( QS. al-A'raaf : 56 )

kandungan: Dalam ayat ini Allah melarang manusia agar tidak membuat kerusakan di muka bumi. Larangan
membuat kerusakan ini mencakup semua bidang, seperti merusak pergaulan, jasmani dan rohani orang lain,
kehidupan dan sumber-sumber penghidupan (pertanian, perdagangan, dan lain-lain), merusak lingkungan dan
lain sebagainya. Bumi ini sudah diciptakan Allah dengan segala kelengkapannya, seperti gunung, lembah,
sungai, lautan, daratan, hutan dan lain-lain, yang semuanya ditujukan untuk keperluan manusia, agar dapat
diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan mereka. Oleh karena itu, manusia dilarang
membuat kerusakan di muka bumi.

Selain itu, Allah juga menurunkan agama dan mengutus para rasul untuk memberi petunjuk agar manusia dapat
hidup dalam kebahagiaan, keamanan dan kedamaian. Sebagai penutup kenabian, Allah mengutus Rasulullah saw
yang membawa ajaran Islam sebagai rahmat bagi semesta alam. Bila manusia mengikuti ajaran Islam dengan
benar, maka seluruhnya akan menjadi baik, manusia menjadi baik, bangsa menjadi baik, dan negara menjadi
baik pula.
Sesudah Allah melarang manusia membuat kerusakan, maka di akhir ayat ini diungkap lagi tentang etika berdoa.
Ketika berdoa untuk urusan duniawi atau ukhrawi, selain dengan sepenuh hati, khusuk dan suara yang lembut,
hendaknya disertai pula dengan perasaan takut dan penuh harapan. Cara berdoa semacam ini akan mempertebal
keyakinan dan akan menjauhkan diri dari keputusasaan, karena langsung memohon kepada Allah yang
Mahakuasa dan Mahakaya. Rahmat Allah akan tercurah kepada orang yang berbuat baik, dan berdoa merupakan
perbuatan baik. Oleh karenanya, rahmat Allah tentu dekat dan akan tercurah kepadanya. Anjuran untuk berbuat
baik banyak diungkap dalam Al-Qur'an, seperti berbuat baik terhadap tetangga, kepada sesama manusia, kepada
kawan, kepada lingkungan dan lainnya. Karena itu, bila seseorang akan menyembelih binatang, hendaknya ia
melakukan dengan cara yang baik, yaitu dengan pisau yang tajam agar tidak menyebabkan penderitaan bagi
binatang itu.

e. Memperoleh pahala

َ‫ُض ۡي ُع اَ ۡج َر ۡال ُم ۡح ِسنِ ۡي ۙن‬ ‫هّٰللا‬


ِ ‫اِ َّن َ اَل ي‬

artinya: Sungguh, Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik ( QS. At Taubah : 120)

kandungan: Allah tidak menyia-nyiakan setiap amal kebajikan dan pengorbanan yang diberikan oleh setiap
orang mukmin. Ganjaran pahala yang amat besar disediakan-Nya untuk orang-orang mukmin yang telah
berjuang bersama Rasulullah, dan selanjutnya, untuk orang-orang mukmin yang berjuang di jalan Allah, hingga
Hari Kiamat kelak. Balasan setiap kebajikan adalah kebajikan pula, inilah ketentuan dari Allah.

f. Dimasukkan ke dalam surga

ٍ ّ‫فَاَثَابَهُ ُم هّٰللا ُ بِ َما قَالُ ۡوا َج ٰن‬


َ‫ت ت َۡج ِر ۡى ِم ۡن ت َۡحتِهَا ااۡل َ ۡن ٰه ُر ٰخلِ ِد ۡينَ فِ ۡيهَا‌ ؕ َو ٰذلِكَ َجزَ ٓا ُء ۡال ُم ۡح ِسنِ ۡين‬

artinya: Maka Allah memberi pahala kepada mereka atas perkataan yang telah mereka ucapkan, (yaitu) surga
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah balasan (bagi) orang-orang
yang berbuat kebaikan. (QS. al Maidah : 85)

kandungan: Berdasarkan ucapan mereka yang mengungkapkan keimanan dan keikhlasan mereka yang sungguh-
sungguh kepada Allah, maka Allah memberi mereka pahala, berupa surga tempat mereka memperoleh
kenikmatan dan karunia Allah yang berupa kebun-kebun dan taman-taman yang indah. Pada hakekatnya
keindahan dan kenikmatan yang mereka peroleh di dalam surga itu tidak dapat digambarkan dengan kata-kata.
Surga akan dikaruniakan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan beramal saleh semasa ia hidup di
dunia.

4. Hikmah perilaku komoetisi dalam kebaikan

 Melakukan kebaikan adalah salah satu cara untuk mengenal Allah. Contohnya : tidak menunda-nunda
sholat, ketika waktunya tiba maka ia segera mengerjakannya.
 Melakukan perlombaan dalam kebaikan sesuai dengan kemampuan masing-masing individu tanpa
memaksakan sesuatu diluar kemampuannya. Contohnya : bersedekah ketika memiliki uang berlebih.
 Akan mendapatkan hasil yang baik dan maksimal jika kita berlomba-lomba dalam kebaikan. Artinya
saat kita berlomba, kita akan mencoba sebisa dan semampu kita agar mendapat hasil maksimal dalam
berbuat baik.
 Disenangi banyak orang karena kita orang yang pekerja keras, sehingga tidak menyusahkan orang lain
dalam suatu kelompok.
 Tidak pemalas atau menjadi orang yang rajin.
 Selalu melakukan hal-hal positif dihidup kita.
 Hidup menjadi berkah
KESIMPULAN
Dalam Islam kerja keras disebut juga dengan ikhtiar yaitu syarat untuk mencapai maksud dan
daya upaya dengan bersungguh-sungguh dalam melakukan segala sesuatu semata-mata karena Allah
Swt. Tanpa adanya kerja keras, seseorang akan sulit mendapatkan apa yang dicita- citakan atau
ditujukan. Oleh karena itu, Islam sangat menganjurkan umatnya untuk bekerja keras dalam
menggapainya. Islam juga memerintahkan umatnya untuk saling bekerja sama dalam meraih tujuan
yang baik. Tiada kata pekerjaan berat jika dikerjakan secara bersama -sama. Seperti pepatah
mengatakan berat sama dipikul, ringan sama dijinjing yang artinya suka duka, baik buruk akan
dihadapi bersama. Itulah keistimewaan dari kerja sama. Segala sesuatu akan dirasakan bersama-sama.
Dalam  bekerja  sama,  kita  harus  memiliki  sikap  tolong-menolong.  Tanpa adanya sikap tersebut,
kolaboratif saling terjalin. Oleh karena itu, berusahalah menanamkan sifat dan sikap tolong-menolong.

Anda mungkin juga menyukai