Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK KOMERSIAL

UJI FUNGSI PRODUK

NAMA : Vindha Dhila Wulandari

NIM : 201710301041

KELOMPOK/KELAS : 3/TIP A

HARI/TANGGAL : Jumat, 21 Oktober 2022

JAM : 07.00 WIB

ASISTEN : 1. Retha Talia Shasabilah

2. Rifqoh Anggarani Mulyana

3. Mas Anang Fuad Rifa’i

4. Eva Yulia Windiari

5. Sheila Fanesha Praditya

LABORATORIUM TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AGROINDUSTRI


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kualitas suatu produk menjadi pertimbangan bagi setiap konsumen untuk
membeli atau tidak produk tersebut. Kualitas produk menunjukkan bahwa produk
yang dijual suatu perusahaan memiliki nilai jual lebih yang tidak dimiliki oleh
produk pesaing (Fatmawati dan Soliha, 2017). Produk dengan kualitas yang baik
serta dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, bahkan mampu melebih
harapannya, dapat memberikan kepuasan bagi konsumen. Kepuasan konsumen
menandakan bahwa perusahaan mampu menghasilkan produk yang baik, bahkan
lebih baik dibanding dengan produk pesaing, yang secara tidak langsung
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki produktivitas yang baik pula dalam
menghasilkan produk. Kualitas terbaik suatu produk dapat diperoleh dari bahan
baku yang digunakan maupun proses produksi yang dilalui (Herawati dan Mulyani,
2016). Produk yang dihasilkan akan berkualitas jika bahan baku yang digunakan
juga memiliki kualitas yang tinggi pula. Namun, bahan baku yang berkualitas saja
belum cukup untuk menghasilkan produk yang berkualitas jika proses produksinya
kurang baik.
Dalam meningkatkan kualitas produk tidak lepas perhatian terhadap
memenuhi kebutuhan konsumen. Kebutuhan konsumen yang harus dipenuhi harus
melewati beberapa tahapan pengembangan produk. Tahapan pengembangan
produk menurut Sofjan (2016) adalah suatu fase generik yang secara keseluruhan
mulai dari identifikasi peluang, generasi konsep, evaluasi konsep atau produk,
pengemangan dan peluncuran. Oleh karena itu dituliskanlah laporan praktikum ini
untuk mengetahui produk kemasan sesuai dengan uji yang diharapkan, mengetahui
kesesuaian produk dengan kebutuhan konsumen dan mengidentifikasi pembanding
dengan produk yang sejenis.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dilakukan praktikum uji fungsi kali ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui produk kemasan sesuai dengan uji yang diharapkan
2. Untuk mengetahui kesesuaian produk dengan kebutuhan konsumen
3. Sebagai pembanding dengan produk yang sejenis
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Produk


Masker wajah merupakan sediaan kosmetika perawatan kulit wajah yang
memiliki banyak manfaat positif untuk kulit sesuai dengan kebutuhan masing-
masing kulit wajah. Masker wajah dapat membersihkan kulit dari bintik hitam,
mengencangkan pori-pori pada kulit berminyak, menenangkan kulit sensitif,
merevitalisasi kulit kering dan bahkan sebagai anti aging (Buck, 2014). Masker
lumpur (clay mask) merupakan masker yang terbuat dari lumpur (clay) salah satu
contohnya yaitu bentonit dan kaolin. Clay merupakan lempung tanah liat yang
terbentuk dari pelapukan batuan granit yang dapat mengeras dan membentuk massa
padatan seiring dengan hilangnya air karena penguapan. Masker lumpur ini
berfungsi untuk mengangkat kotoran serta mendetoksifikasi kulit wajah (Fauziah,
2018). Menurut Lubis (2018) menyatakan bahwa masker clay ini sangat baik untuk
kulit wajah tipe berminyak dan rentan berjerawat karena mampu membersihkan
kulit secara mendalam atau deep cleansing. Masker clay akan menyerap kelebihan
minyak dari wajah sekaligus menarik kotoran dari dalam pori-pori.
Faktor utama yang membentuk clay adalah mineral clay seperti bentonit dan
kaolin. Kaolin yang merupakan bahan pengental yang digunakan pada kosmetik
(masker) berfungsi menyerap kotoran pada pori-pori, memperhalus kulit wajah,
mencegah timbulnya jerawat serta memperlancar peredaran darah (Fauziah, 2018).
Menurut Eriatna (2017), kaolin memiliki pH yang baik untuk sediaan masker yaitu
4,5-7, sifat kaolin itu sendiri memiliki permeabilitas yang baik dan dapat larut
dalam air. Sedangkan bentonit merupakan alumunium silikat hidrat koloidal alam
mempunyai kelebihan sangat baik dalam menyerap kotoran, namun bentonit
memiliki pH 8- 9,5 dan memiliki sifat permeabilitas yang kurang baik sehingga
dapat mempengaruhi daya sebar pada sediaan masker (Eriatna, 2017). Menurut
Fauziah (2018), bentonit berfungsi sebagai pelembut dengan menyerap kotoran
yang menyumbat pori-pori kulit wajah. Dilihat dari fungsi kedua bahan yang
hampir sama maka dapat dikombinasikan sebagai basis masker lumpur atau masker
clay. Masker edamame adalah salah satu inovasi terbaru yang memiliki tekstur
seperti lumpur. Masker edamame ini termasuk jenis masker clay yang memiliki
manfaat mencegah penuaan dini, mencerahkan kulit karena mengandung vitamin C
dan sumber antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas. Dan yang terakhir
mengandung zat besi yang dapat mengatasi kulit pucat dan kering. Hal ini
dikarenakan pada edamame mengandung isoflavone yang merupakan kelompok
fitoestrogen yang mampu mencegah kerusakan kolagen dan mampu mengenyalkan
kulit. (Rahayu, 2012).
Dalam suatu produk memiliki standar masing-masing guna menjadi acuan
untuk menjadi syarat umum ketentuan membuat produk. Berikut merupakan
standar masker clay sebagai sediaan masker
1. Uji organoleptik
Menurut Fauziah (2018), organoleptik mengamati warna, bau, dan
konsistensi masker clay. Uji organoleptik ini memiliki standar normal yang
seharusnya sedian masker.
2. pH
Sediaan masker sebanyak 1 gram dimasukkan ke dalam wadah yang
kemudian dilarutkan denga aquades. Kemudian elektroda yang telah di
kalibrasi menggunakan larutan buffer pH 4 dan 7 di celupkan dalam wadah.
Menurut Sianipar (2018), pH sedian masker clay dapat dikatakan baik dan
memenuhi syarat jika di sesuai kisaran nilai pH kulit wajah yaitu 4,5-7,5.

2.2 Manfaat Produk


Masker edamame adalah sebuah produk inovasi yang dirancang untuk
mengembangkan suatu produk yang telah ada di dalam pasaran. Pengembangan
produk ini dilakukan untuk menghasilkan produk yang baru dengan suatu manfaat
yang lebih dari produk yang ada di dalam pasaran. Masker edamame merupakan
masker yang memiliki kandungan yang cocok bagi kulit sensitif. Hal ini
dikarenakan bahan baku dari masker edamame yaitu ekstrak edamame mengandung
isoflavone yang merupakan kelompok fitoestrogen. Kandungan isoflavone ini
mampu mencegah kerusakan kolagen dan mampu mengenyalkan kulit. Selain itu,
edamame juga mampu mencegah penuaan dini, mencerahkan kulit karena
mengandung vitamin C dan sumber antioksidan yang mampu menangkal radikal
bebas. Dan yang terakhir mengandung zat besi yang dapat mengatasi kulit pucat
dan kering (Rahayu, 2012). Selain menggunakan ekstrak edamame dalam
pembuatan masker clay ini menggunakan bahan pengisi clay berupa kaolin dan
bentonit, nipagin, gliserin, xanthan gum dan aquades. Nipagin berfungsi sebagai
bahan tambahan untuk pengawet yang ditambahkan dengan tujuan menghambat
pertumbuhan bakteri yang dapat menyebabkan kerusakan pada masker (Nofita dan
Ulfa, 2017). Gliserin berfungsi sebagai zat aktif antijerawat dan antioksidan dalam
mencegah penuaan dini untuk melembabkan kulit (Agatha, 2016). Selanjutnya
digunakan xanthan gum sebagai agent penstabil dan pensuspensi, pengemulsi, dan
geling agent yang tidak beracun (Nugrahani dkk., 2021). Dan terakhir aquades
digunakan sebagai bahan pelarut bahan-bahan bubuk yang digunakan dalam proses
pembuatan masker edamame.

2.3 Kemasan Produk


Kemasan adalah wadah untuk produk meliputi penampilan fisik wadah,
termasuk warna, desain, bentuk, pelebelan, dan bahan yang digunakan (Agriya,
dkk., 2012). Menurut Susetyarsi (2012), kemasan merupakan hal yang penting
karena kemasan tidak hanya digunakan sebagai pelindung terhadap produk, tetapi
kemasan digunakan juga sebagai media promosi untuk memikat konsumen
sehingga konsumen berkeputusan untuk melakukan pembelian produk yang
bersangkutan.
Menurut Susetyarsi (2012), bahan kemasan saat ini sangat beragam kemasan
pada umumnya terbuat dari :
1. Gelas, mudah pecah, transparan.
2. Metal, biasanya dibuat dari aluminium, mempunyai kekuatan yang tinggi.
3. Kertas, tidak tahan terhadap kelembaban dan air sehingga mudah rusak.
4. Plastik, kemasan ini dapat berbentuk kantung, botol, stoples, kotak dan
sebagainya. Penggunaan plastic sebagai kemasan semakin luas karena ongkos
produksinya relatif murah, mudah dibentuk dan dimodifikasi. Kemasan dari
plastik ini sifatnya sangat beragam ada yang hanya sekali pakai ada yang bisa
dipakai berulang-ulang tergantung dari jenis plastic yang digunakan.
Kemasan pot jar adalah kemasan yang berbahan plastik. Jar merupakan salah
satu bentuk kemasan yang dapat terbuat dari plastik atau kaca yang mempunyai
ciri-ciri bagian leher pendek dan berdiameter mulut lebar karena digunakan untuk
mengemas bahan pangan setengah padat atau padat. Kemasan pot jar ini memiliki
beberapa bagian seperti pada bagian tengah nya terdapat spatula guna
memudahkan pengaplikasian produk. Pada kemasan ini dilakukan pencamtuman
labelling. Peran label pada produk sangat penting karena label yang baik dan
benar memudahkan konsumen dalam pemilihan produk yang diperlukannya.
Label juga berfungsi untuk memberikan informasi yang benar dan jelas kepada
konsumen tentang setiap produk yang dikemas sebelum membeli produk tersebut
(Septian dan Rahayu, 2014).

2.4 Pengujian Produk


Pengujian produk atau pengujian konsep produk merupakan suatu kegiatan
yang ada didalam salah satu tahap pengembangan produk. Sebelum diproduksi dan
di pasarkan produk baru lebih dahulu diuji untuk mendapatkan umpan balik dari
kelompok konsumen yang menjadi sasaran. Dengan menggunakan hal-hal yang
dipelajari dari prototipe maka kemudian perusahaan menjalankan produksi yang
terbatas. Lalu perusahaan dapat menguji produk tersebut untuk melihat apakah
produk tersebut sudah memenuhi persyaratan standar produk apa belum. Jika sudah
memenuhi persyaratan maka produk akan dijual pada daerah yang terbatas. Karena
promosi dan saluran distribusi harus ditetapkan untuk uji pasar (Wijaya, 2013).
Selain itu, jika hasil evaluasi dan pengujian tidak memenuhi kriteria yang
diharapkan, akan dilakukan penyempurnaan produk. Sehingga pengujian produk
yang merupakan salah satu tahapan sebelum penjualan produk memiliki arti yang
sangat penting. Hal ini dikarenakan kegiatan pengujian produk dapat memperkaya
konsep produk dan memilih produk terbaik yang diminati konsumen. Metode
seperti ini bisa diterapkan dalam berbagai macam produk, baik barang maupun jasa.
Banyak perusahaan atau usaha merasa puas apabila sudah mendapatkan gagasan
atau ide produk dan tidak mematangkan gagasan tersebut menjadi konsep untuk
diuji. Apabila produk tersebut belum diuji maka produk tersebut akan mengalami
kesulitan ketika memasuki pasaran (Mustafa, 2022).

2.5 Ketahanan Produk


Ketahanan produk adalah suatu kemampuan produk dalam melakukan
kegiatan yang diinginkan oleh konsumen tanpa kegagalan dan sesuai dengan batas
performa yang diinginkan konsumen tanpa kegagalan dan sesuai batas performa
suatu produk. Ketahanan produk sangat berpengaruh akan umur simpan dalam
produk. Umur simpan atau shelf life adalah suatu rentang waktu yang dimiliki oleh
produk mulai dari produksi hingga konsumsi bahkan sebelum produk mengalami
penurunan kualitas dan tidak layak untuk dikonsumsi. Penurunan kualitas produk
dapat dilihat dari parameter sensori. Pengujian umur simpan ini bertujuan untuk
menggambarkan seberapa lama produk dapat bertahan pada kualitas yang sama
selama proses penyimpanan. Selama rentang waktu umur simpan produk harus
memiliki kandungan gizi sesuai dengan yang tertera pada kemasan, tetap terjaga
tampilan, bau, tekstur, rasa, fungsinya, dan produk harus aman dikonsumsi. Nilai
umur simpan terhitung sejak produk diproduksi dikemas (Asiah dkk.,2018).
Ketahanan produk dengan pengujian umur simpan ini tentunya berkaitan
dengan kualitas produk yang akan dihasilkan. Kualitas merupakan suatu harapan
dari setiap masyarakat yang akan membeli suatu produk. Pengaruh kualitas sangat
mempengaruhi keputusan konsumen dalam memilih dan membeli suatu produk.
Kualitas produk dan, kepuasan pelanggan, dan profitabilitas perusahaan adalah tiga
hal terkait erat. Semakin tinggi tingkat kualitas produk maka semakin tinggi pula
kepuasan pelanggan yang dihasilkan, yang mendukung harga yang lebih tinggi dan
biaya yang lebih rendah. Perusahaan yang menurunkan biayanya terlalu jauh akan
menerima akibatnya ketika kualitas pengalaman pelanggan yang menurun. Kualitas
merupakan kunci untuk menciptakan nilai dan kepuasan pelanggan (Yamit, 2017).
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat yang digunakan pada pembuatan masker edamame kali ini adalah
1. Oven
2. Baskom
3. Sendok
4. Spatula/pengaduk
5. Mangkok
6. Penggiling tepung
7. Panci
8. Saringan
9. Kompor
10. Neraca
11. Gelas ukur
12. Hotplate
13. Pengayak 80 mesh
14. pH meter
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada pembuatan masker edamame kali ini adalah
1. Edamame
2. Nipagin
3. Kaolin
4. Xanthan Gum
5. Gliserin
6. Aquades
7. Bentonit
3.2 Diagram Alir dan Fungsi Perlakuan
3.2.1 Diagram Alir
3.2.1.1 Diagram Alir Proses Pembuatan Bubuk Edamame

Mulai

Edamame
Pencucian
1 kg, air

Penirisan Air

Perebusan
Air
(t=30 menit)

Penirisan Air

Pendinginan
(t=15 menit)

Kulit
Pengupasan
edamame

Pengeringan
dengan oven
Uap air
(T=120°C, t=4
jam)

Penggilingan

Bubuk
Edamame

Selesai

3.2.1.2 Diagram Alir Proses Pembuatan Masker Edamame


3.2.2 Fungsi Perlakuan

Mulai

Bubuk edamame, kaolin,


bentonit, nipagin, xanthan gum, Penimbangan
aquades, gliserin

Bubuk edamame, kaolin,


Pencampuran
bentonit, nipagin, xanthan gum,

aquades, gliserin Pengadukan

Masker edamame

Pengujian
1. Uji organoleptik uji fungsi
Selesai
2. Uji pH
3. Uji organoleptik daya simpan
(T= 27˚C, t= 7 hari)

Selesai

3.2.2.1 Fungsi Perlakuan Proses Pembuatan Bubuk Edamame


Dalam proses pembuatan bubuk edamame, hal yang pertama lakukan adalah
melakukan pencucian edameme dengan tujuan membersihkan edamame dari
kotoran. Kemudian dilakukan proses perebusan 30 menit dan penirisan. Perebusan
ini bertujuan untuk membuat edamame menjadi lunak dan memudahkan saat proses
pengupasan. Setelah direbus dapat dilakukan pendinginan selama 15 menit. Setelah
dingin dapat dilakukan pengupasan pada kulit edamame dan kulit ari edamame
sehingga yang tersisa hanya biji edamame. Setelah pengupasan selesai,
dilakukanlah pengeringan yang menggunakan oven dengan suhu 120˚C selama 4
jam. Proses pengeringan ini dilakukan untuk menurunkan kadar air yang terdapat
pada biji edamame. Semakin lama proses pengeringan yang dilakukan maka
semakin rendah kadar air tepung yang dihasilkan. Hal tersebut dikarenakan
kandungan kadar air pada bahan baku yang digunakan akan berpengaruh terhadap
kadar air pada produk tepung yang akan dihasilkan. Hal ini didukung oleh
pernyataan dari Syarifah (2016), bahwa air merupakan komponen penting dalam
bahan suatu pembuatan produk khususnya produk makanan karena air dapat
mempengaruhi kenampakan, tekstur, serta aroma. Selain itu besarnya kadar air
sangat berpengaruh terhadap umur simpan bubuk edamame. Seteleh proses
pengeringan selesai, dilanjutkan proses penggilingan biji edamame yang telah
kering menggunakan alat penggilingan yang kemudian di ayak. Pengayakan
merupakan proses akhir dari penepungan, fungsi pengayakan yaitu untuk
menghomogenkan ukuran tepung yang diinginkan. Ukuran pengayakan juga
mempengaruhi kehalusan tepung itu sendiri, mekanisme tingkat pengayakan
menjadi salah satu titik kritis dalam proses penepungan teknik kering (Ulum, 2018).
Selesai diayak jadilah bubuk edamame yang diharapkan.
3.2.2.2 Fungsi Perlakuan Proses Pembuatan Masker Edamame
Setelah dihasilkan bubuk edamame, dapat dilakukan penimbangan bahan
yang digunakan. Bahan yang digunakan adalah kaolin, bentonit, gliserin, nipagin,
xanthan gum, bubuk edamame dan aquades. Kaolin dan bentonit adalah bahan
pengisi sebagai basis utama pembuatan masker edamame. Kaolin dan bentonit
merupakan satu jenis mineral clay yang akan menghasilkan tekstur seperti lumpur.
Gliserin dalam pembuatan masker sebagai bahan yang dapat mencegah penuaan
dini dan melembabkan kulit (Agatha, 2016). Nipagin sebagai pengawet yang
umumnya digunanakan pada pembuatan masker edamame. Xanthan gum sebagai
agent penstabil dan pensuspensi, pengemulsi dalam sediaan masker edamame.
Bubuk edamame sebagai ekstrak yaitu bahan utama dalam pembuatan masker
edamame. Sedangkan aquades sebagai pelarut dalam pembuatan masker edamame.
Setelah ditimbang dapat dilakukan pengadukan bahan bubuk menggunakan
tambahan aquades dan nipagin hingga homogen dan menghasilkan tekstur masker
yang diinginkan. Setelah diaduk dapat didapatkan sebuah masker edamame. Setelah
di dapatkan masker edamame dapat dilakukan uji fungsi produk dan uji daya
simpan. Pada uji fungsi produk dilakukan pengamatan keadaan uji organoleptik
berupa tekstur, aroma dan warna serta dilakukan pengamatan uji pH. Sedangkan
pada uji daya simpan dilakukan uji organoleptik berupa tekstur, warna aroma
selama 7 hari dengan suhu ruang 27ºC.
BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Uji Fungsi Produk
Tabel 4.1 Uji Fungsi Produk
No Indikator Persyaratan Hasil
1 Keadaan:
Tekstur Kental Kental
Aroma Normal Normal khas edamame
Warna Coklat coklat muda
2 pH 4,5 – 7,5 7,18

4.1.2 Uji Daya Simpan


Tabel 4.2 Uji Daya Simpan Produk
Hari Gambar Tekstur Warna Aroma Catatan
Ke-1 +++ ++++ + -

Ke-2 +++ ++++ + -


Ke-3 +++ ++++ ++ -

Ke-4 +++ ++++ +++ -

Ke-5 +++ ++++ +++ -

Ke-6 +++ ++++ +++ -


Ke-7 +++ ++++ +++ -

4.2 Hasil Perhitungan


Pada praktikum kali ini uji fungsi produk masker edamame tidak memiliki
perhitungan.
BAB 5. PEMBAHASAN

5.1 Uji Fungsi Produk


Kualitas produk merupakan suatu kemampuan produk yang melakukan
fungsi-fungsi nya. Kemampuan ini dapat meliputi daya tahan, kehandalan,
keterlitian yang diperoleh produk secara keseluruhan (Kotler dan Keller, 2016). Hal
ini didukung dengan pernyataan dari Ernawati (2019), bahwa kualitas produk
adalah faktor penting yang mempengaruhi keputusan setiap pelanggan dalam
membeli suatu produk. Dengan baiknya produk tersebut maka akan meningkatkan
minat konsumen dalam membeli produk tersebut. Kualitas produk yang baik dapat
memenuhi kesesuaian kebutuhan dan keinginan pada setiap produk dalam
spesifikasi produk.
Untuk mencapai kualitas produk yang diinginkan diperlukan suatu
standarisasi kualitas. Hal ini bertujuan untuk menjaga agar produk yang bisa
memenuhi standar yang sudah ditetapkan sehingga konsumen tidak kehilangan
kepercayaan terhadap produk. Dalam sedian masker ini memliki standar masker
clay yaitu pada uji organoleptik memiliki standar normal seharusnya sediaan
masker clay umumnya yaitu dengan keadaan tekstur kental, aroma normal serta
warna coklat, dan pH memiliki standar sediaan masker clay sesuai dengan nilai pH
kulit wajah yaitu 4,5-7,5. Pada masker edamame yang dibuat ini dilakukan uji
fungsi dan didapatkan bahwa uji organoleptik pada tekstur memiliki hasil yang
kental, aroma yang normal khas edamame, warna yang coklat muda dan nilai pH
sebesar 7,18. Dari hasil prototipe tersebut membuktikan bahwa masker edamame
ini merupakan salah satu masker yang berdasarkan standar yang ada sesuai.
Kesesuaian uji organoleptik ini dengan hasil yang didapatkan bahwa sesuai
standar yang ada. Tekstur yang dihasilkan pada suatu produk kosmetik khususnya
masker menjadi salah satu mutu sifat fisik yang dapat menentukan pilihan dan daya
tarik dari produk tersebut. Dari pengamatan yang ada masker clay edamame ini
memiliki tekstur yang kental yang sesuai dengan ciri-ciri dari masker clay pada
umumnya. Tekstur yang kental ini didapatkan dari bahan tambahan dari pengisi
clay yaitu kaolin dan bentonit. Kaolin dan bentonit merupakan salah satu basis
lumpur yang digunakan dalam pembuatan masker clay (masker lumpur) yang
memiliki kegunaan utama yaitu melembabkan dan membersihkan. Mineral clay ini
akan memiliki tekstur halus dan kental dan mengeras seiring dengan hilangnya air
karena penguapan (Mustanti, 2018). Aroma yang dihasilkan pada suatu produk
khususnya kosmetik akan memberi daya tersendiri. Penggunaan bahan alami pada
masker wajah ini memberikan efek aroma yang sesuai standar yaitu normal khas
edamame. Warna yang dihasilkan yaitu coklat muda yang disebabkan pencampuran
bahan bentonit yang memiliki warna dasar dominan coklat dibandingkan warna
ekstrak edamame yang dapat memudar dan kalah terhadap warna dominan dari
bentonit. Sedangkan pada pH yang dihasilkan sesuai standar yang ada. Hal ini
disebabkan apabila nilai pH tidak sesuai standar dan tidak stabil apat menyebabkan
terjadinya iritasi pada kulit, sehingga produk kosmetik di harapkan memiliki pH
yang sesuai dengan pH kulit (Wahyuni dkk., 2016). Dengan kesesuaian antara
standar yang ada dan hasil yang didapatkan dapat diartikan bahwa produk tersebut
dapat menjadi suatu produk yang berkualitas baik dan aman untuk dipasarkan ke
konsumen. Kesesuaian ini juga dapat menjadi suatu keterkaitan dengan sesuatu
yang dibutuhi konsumen. Kebutuhan konsumen akan masker untuk kulit sensitif
dapat direalisasikan dengan masker yang memiliki pH yang stabil dan memenuhi
standar.

5.2 Uji Daya Simpan


Umur simpan produk merupakan salah satu informasi yang sangat penting
bagi konsumen karena berkaitan dengan keamanan produk serta memberikan
jaminan mutu pada bahan n yang mana didalam suatu bahan dapat diperjelas dengan
mencamtumkan tanggal kadaluarsa (expired date) (Haris dan Fadli, 2014). Daya
simpan adalah selang waktu antara saat produksi hingga saat konsumsi dimana
produk masih dalam kondisi yang baik pada penampakan, rasa, tekstur dan nilai
gizinya. Pada uji daya simpan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
perubahan produk yang telah dibuat. Uji daya simpan ini sangat penting hal ini
dikarenakan dengan mengetahui umur simpan dapat dirancang sistem pengemasan
dan penyimpnan yang sesuai (Widowati, 2016).
Dalam hasil prototipe yang dilakukan dapat dilakukan uji daya simpan
terhadap produk selama 7 hari dengan beberapa indikator yaitu tekstur, warna, dan
aroma. Pada hari pertama dan kedua memiliki tekstur yang kental, warna yang cerah
dan aroma yang tidak menyengat. Pada hari ketiga memiliki tekstur yang kental,
warna yang cerah dan aroma yang sedikit menyengat. Pada hari keempat hingga
hari ketuju memiliki tekstur yang kental, warna yang cerah dan aroma yang
menyengat. Pengujian daya simpan ini dapat dilihat pada grafik berikut

Uji Daya Simpan


4,5
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Hari ke-5 Hari ke-6 Hari ke-7

Tesktur Warna Aroma

Grafik 4.1 Uji Daya Simpan


Dari grafik 4.1 diatas dapat dilihat bahwa tekstur dan warna tidak ada
perubahan. Sedangkan pada aroma terjadi perubahan. Perubahan ini dapat terjadi
karena bahan utamanya yaitu edamame yang memiliki bau langu. Hal ini didukung
dengan pernyataan dari Endrasari dan Nugraheni (2012) yang menyatakan bahwa
aroma pada kedelai yang langu disebabkan oleh adanya senyawa off flavor, yaitu
enzim lipoksigenase. Enzim tersebut mampu menghidrolisis polyunsaturated fat
(asam lemak tak jenuh ganda) sehingga menghasilkan senyawa volatil penyebab
aroma langu. Bau langu yang disebabkan adanya aktivitas enzim lipoksigenase
dapat disebabkan oleh adanya pencampuran enzim lipoksigenase dalam lemak
kedelai.
5.3 Pengaruh Kemasan terhadap Produk
Kemasan merupakan salah satu cara atau metode untuk memberikan
perlindungan pada pangan yang telah dihasilkan baik dalam bentuk bungkusan atau
menempatkan produk kedalam suatu wadah. Hal ini dilakukan agar produk dapat
terhindar dari pencemaran, kerusakan akibat fisik, senyawa lingkungan dan
gangguan binatang seperti serangga, sehingga mutu keamanan produk tetap terjaga
seta disimpan dalam kurun waktu yang lebih lama (Mufreni, 2016).
Masker edamame yang menggunakan jar pot dengan tambahan spatula pada
bagian tengah kemasan. Spatula guna memudahkan saat pengaplikasian masker.
Kemasan jar pot ini akan sangat berpengaruh terhadap penyimpan dan daya simpan
pada produk. Hal ini didukungan pernyataan dari Nabila dkk., (2020) menyatakan
bahwa kemasan produk sangat berpengaruh terhadap produk untuk menjadi
pertimbangan dalam keputusan pembelian. Kemasan memiliki pengaruh penting
dalam penjualan tetapi konsumen akan mempertimbangkan keputusan
pembeliannya jika produk tersebut memiliki kualitas yang kurang baik. Sehingga
produk yang akan dijual harus terus dipertahankan mutunya agar konsumen juga
tetap melakukan pembelian secara berkalaterhadap produk tersebut.
Kemasan produk memang sudah menjadi hal yang penting. Kemasan tidak lagi
hanya berfungsi sebagai wadah pembungkus produk makanan atau minuman agar
terhindar dari kotoran, debu, udara, benturan dan sinar matahari, tetapi juga sebagai
alat promosi dan menarik minat pembeli. Bahkan menurut Raheem dkk., (2014)
dengan kemasan, peningkatan penjualan dapat meningkat dan pangsa pasar dan
mengurangi biaya promosi dan pasar. Kemasan juga menyampaikan nilai khas
suatu produk Kemasan juga berlaku sebagai alat untuk diferensiasi dan membantu
konsumen untuk memutuskan produk dari berbagai macam produk paralel, serta
kemasan juga merangsang perilaku. Hal ini dikarenakan konsumen akan cenderung
memilih produk makanan dengan kemasan menarik, dibandingkan dengan produk
yang kemasannya polos atau sederhana dan tidak menarik. Bahkan dengan produk
yang sama, namun menggunakan kemasan yang berbeda dapat mempengaruhi
minat pembelian pada konsumen.
5.4 Kelebihan Produk
Masker wajah termasuk dalam salah satu jenis kosmetik yang digunakan pada
permukaan kulit manusia yang berguna untuk memelihara kebersihan, kesehatan,
dan kecantikan kulit, serta memperbaiki dan merangsang kembali sel sel yang ada
dalam kulit (Nilforoushzadeh dkk., 2018). Penggunaan masker wajah yang
dilakukan secara rutin akan memberikan hasil yang bermanfaat bagi kesehatan kulit
seperti melembutkan, menjaga kulit dari penuaan dini, menghilangkan garis-garis
halus, dan dapat membersihkan sisa-sisa kosmetik yang menempel (Dominica dan
Handayani 2019). Masker edamame adalah salah satu jenis masker clay dan
merupakan inovasi terbarukan. Akan tetapi dalam pembuatan prototipe produk dan
menghasilkan suatu produk pasti memiliki kelebihan dan kekurangan produk.
Kelebihan dari masker edamame ini adalah kandungan edamame yang dapat
memberi manfaat lebih bagi kulit. Masker edamame ini merupakan masker yang
memiliki kandungan yang cocok bagi kulit sensitif. Hal ini dikarenakan bahan baku
dari masker edamame yaitu ekstrak edamame mengandung isoflavone yang
merupakan kelompok fitoestrogen. Kandungan isoflavone ini mampu mencegah
kerusakan kolagen dan mampu mengenyalkan kulit. Selain itu, edamame juga
mampu mencegah penuaan dini, mencerahkan kulit karena mengandung vitamin C
dan sumber antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas. Dan yang terakhir
mengandung zat besi yang dapat mengatasi kulit pucat dan kering (Rahayu, 2012).
Dibandingkan dengan masker lainnya yang dipasaran seperti masker clay
kopi memiliki kelebihan kopi mengandung partikel yang sangat baik untuk
mengangkat sel-sel kulit mati (Rohmah, 2016). Biji kopi juga memiliki kandungan
senyawa polifenol sebesar 0,2% yang bermanfaat sebagai antioksidan untuk
kesehatan kulit wajah (Wulandari dkk., 2019). Adapun menurut Hertina (2013),
bahwa manfaat masker kopi ini dapat sangat baik untuk mengangkat sel-sel kulit
mati serta melembabkan dan melembutkan kulit. Dari kelebihan tersebut terdapat
kekurangan yaitu adanya keluhan dari konsumen yakni pemakaian masker kopi ini
dapat menimbulkan reaksi alergi seperti gatal, kemerahan, dan kulit kering. Selain
itu iritasi, infeksi kulit, dan bercak kehitaman juga dapat disebabkan oleh
penggunan masker kopi yang tidak cocok (Dok, 2019). Sehingga perlu adanya
penyempurnaan benefit melalui bahan yang memiliki kandungan yang cocok bagi
kulit sensitif. Penyempurnaan benefit tersebut adalah dengan penggunaan masker
edamame yang cocok untuk kulit sensitif.
BAB 6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari laporan kali ini adalah
1. Dari uji fungsi yang telah dilakukan didapatkan bahwa produk yang
dihasilkan sesuai standar yang ada. Kesesuaian standar ini dapat
menghasilkan produk yang diharapkan. Sedangkan untuk kemasan yang
diharapkan adalah kemasan yang dapat memudahkan konsumen dalam
mengaplikasikan produk. Kemasan yang cocok adalah jar pot dengan
dibagian tengah terdapat spatula kecil untuk mengaplikasikan masker ke
wajah. Fungsi kemasan bukan hanya untuk melindungi produk akan tetapi
berfungsi juga sebagai daya tarik konsumen dalam membeli produk.
2. Kesesuaian produk dengan harapan konsumen ini dilakukan dengan uji daya
simpan selama 7 hari. Uji ini untuk mengetahui bagaimana produk dapat
bertahan dan memenuhi kebutuhan konsumen. Setelah diuji didapatkan
bahwa tekstur dan warna selama 7 hari tidak mengalami perubahan.
Sedangkan aroma mengalami perubahan menjadi menyengat dari hari ketiga
hingga ketujuh. Dari tidak ada perubahan tersebut dapat memenuhi kebutuhan
konsumen akan tetapi perlunya penambahan essense pada aroma agar aroma
yang dihasilkan tetap enak dan dapat diterima oleh konsumen.
3. Masker edamame adalah salah satu masker pengembangan produk dengan
inovasi terbarukan. Masker edamame memiliki manfaat untuk anti aging dan
cocok untuk kulit sensitif. Sedangkan masker yang beredar di masyakarat luas
sekarang adalah masker kopi yang kaya akan manfaat untuk kulit. Akan tetapi
masker kopi ini memiliki kelemahan yaitu tidak cocok untuk kulit sensitif.
Sehingga dengan produk masker edamame ini dapat sebagai pembanding
dengan masker kopi yang memiliki kelebihan cocok untuk kulit sensitif.
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat diambil dari praktikum kali ini adalah saat
pengujian uji daya simpan dapat diamati dengan teliti perubahannya agar hasil
produk yang diperoleh dapat memenuhi kebutuhan konsumen.
DAFTAR PUSTAKA

Agariya, A.K., Johari Ankur, Sharma, H.K., Chandraul, U.N.S., and Deepali Singh.
2012. The Role of Packaging in Brand Communication. International
Journal of Scientific and Engineering Research, 3(2): 1-13.
Agatha, A., O. 2016. Optimasi Gelling Agent Carbopol 940 dan Humektan Gliserin
Terhadap Sediaan Gel Anti-Aging Ekstrak Spirulina Platensis Dengan
Aplikasi Desain Faktorial. Skripsi. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Asiah, N., Cempaka, L., dan David, W. (2018). Panduan Praktis Pendugaan Umur
Simpan Produk Pangan. Jakarta: Penerbitan Universitas Bakrie.
Buck, S. 2014. Home-made Treatments for Natural Beauty. London : Quarto
Publishing plc
Dok, G. 2019. Beautyclopedia: 110 rahasia cantik alami. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Dominica, D., dan Handayani, D. 2019. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Lotion
dari ekstrak daun lengkeng (Dimocarpus longan) sebagai
Antioksidan. Jurnal Farmasi dan ilmu kefarmasian Indonesia, 6(1): 1-7.
Endrasari, R., dan Nugraheni, D. 2012. Pengaruh berbagai pengolahan sari kedelai
terhadap penerimaan organoleptik. In Prosiding Seminar Nasional
Optimalisasi Pekarangan, 1(1): 468-475.
Eriatna, A. W. 2017. Aktivitas Antibakteri Sabun Tanah Bentonit dan Kaolin
Terhadap Bakteri Air Liur Anjing. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah.
Ernawati, D. 2019. Pengaruh Kualitas Produk, Inovasi Produk dan Promosi
Terhadap Keputusan Pembelian Produk Hi Jack Sandals Bandung. Jurnal
Wawasan Manajemen, 7(1): 17-32.
Fatmawati, N., dan Soliha, E. 2017. Kualitas Produk, Citra Merek Dan Persepsi
Harga Terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen Sepeda Motor
Matic “Honda”. Jurnal Manajemen Teori Dan Terapan Journal of Theory
and Applied Management, 10(1): 1-20.
Fauziah, D. W. 2018. Pengaruh Basis Kaolin dan Bentonit Terhadap Sifat Fisika
Masker Lumpur Kombinasi Minyak Zaitun (Olive Oil) dan Teh Hijau
(Camelia sinensis). Pharmauho, 3(2), 9-13
Harris, H., dan Fadli, M. 2014. Penentuan Umur Simpan (Shelf Life) Pundang
Seluang (Rasbora sp) Yang Dikemas Menggunakan Vakum Dan Tanpa
Vakum. Jurnal Saintek Perikanan, 9(2): 53–62.
Herawati, H., dan Mulyani, D. 2016. Pengaruh kualitas bahan baku dan proses
produksi terhadap kualitas produk pada UD. Tahu Rosydi Puspan Maron
Probolinggo. UNEJ e-Proceeding, 1(2): 463-482.
Hertina, N. T. 2013. Pemanfaatan Ampas Kedelai Putih dan Ampas Kopi dengan
Perbandingan Berbeda dalam Pembuatan Lulur Tradisional untuk
Perawatan Tubuh. E-Journal Universitas Negeri Surabaya, 2(3): 70–77
Kotler, P dan Keller, K. 2016. Manajemen Pemasaran edisi 12 Jilid 1 & 2.
Jakarta: PT. Indeks
Lubis, B. K. 2018. Formulasi Masker Clay Ekstrak Etanol Kentang (Solanum
tuberosum) Sebagai Anti Aging. Skripsi. Institut Kesehatan Helvetia.
Mufreni, A. N. 2016. Pengaruh Desain Produk, Bentuk Kemasan Dan Bahan
Kemasan Terhadap Minat Beli Konsumen (Studi Kasus Teh Hijau Serbuk
Tocha). Jurnal Ekonomi Manajemen, 2(2): 48-54.
Mustafa, P. S., & Angga, P. D. (2022). Strategi Pengembangan Produk dalam
Penelitian dan Pengembangan pada Pendidikan Jasmani. Jurnal
Pendidikan: Riset Dan Konseptual, 6(3): 413-424.
Mustanti, L. F. 2018. Formulasi Sediaan Masker Clay Ekstrak Ubi Jalar Ungu
(Ipomoea batatas (L.) Lam) dan Uji Efek Anti-Aging. Skripsi. Univeristas
Sumatera Utara.
Nabila, N. H., Kumairoh, N. N., dan Atmadja, S. S. 2020. Pengembangan Kualitas
Kemasan Produk Penjualan Masker Kecantikan (Studi Kasus UMKM
Dienis Beauty Sidoarjo). Jurnal Inovasi Manajemen dan Kebijakan
Publik, 3(2): 43-43.
Nilforoushzadeh, M. A., Amirkhani, M. A., Zarrintaj, P., Moghaddam, A. S.,
Mehrabi, T., Alavi, S. and Sisakht, M. M. 2018. Skin Care and Rejuvination
by Cosmeceutical Facial Mask. Journal of Cosmetic Dermatologi, 17(1):
693-702
Nofita, N., dan Ulfa, A. M. 2017. Penetapan Kadar Nipagin (Methyl Paraben) Pada
Sediaan Pelembab Wajah Secara Kromatografi Lapis Tipis
Danspektrofotometri UV. Jurnal Analis Farmasi, 2(3).
Nugrahani, F., Srifiana, Y., dan Rokhman, A. N. 2021. Pengaruh Peningkatan
Konsentrasi Xanthan Gum Sebagai Basis Gel Terhadap Sifat Fisik Gel
Pewarna Rambut Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.). Indonesia
Natural Research Pharmaceutical Journal, 6(2): 29-42.
Rahayu, T. 2012. Deteksi Senyawa Isoflavon Daidzein dan Genistein Pada Kultur
In-Vitro Kalus Kedelai (Glycine max Merr.). Jurnal Hayati, 18(1): 75-78.
Raheem, A. R., Vishnu, P. A. R. M. A. R., and Ahmed, A. M. 2014. Impact of
product packaging on consumer’s buying behavior. European journal of
scientific research, 122(2): 125-134.
Rohmah, F. A. 2016. Pengaruh Proporsi Kulit Buah Kopi dan Oatmeal Terhadap
Hasil Jadi Masker Tradisional untuk Perawatan Kulit Wajah. E-Journal
Universitas Negeri Surabaya, 5(3): 72– 79.
Septian, J., dan Rahayu, W. P. 2014. Pengetahuan Pelabelan Produsen Industri
Rumah Tangga Pangan di Kota Bogor : Food Labeling Knowledge of
Small-Medium Enterprises in Bogor. Jurnal Mutu Pangan: Indonesian
Journal of Food Quality, 1(2): 145–150
Sianipar, K. M. (2018). Formulasi dan Efektivitas Masker Clay yang Mengandung
Minyak Zaitun Murni Sebagai Anti-Aging. Skripsi. Universitas Sumatera
Utara.
Sofjan, A. 2016. Manajemen Operasi Produksi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Susetyarsi, T. (2012). Kemasan Produk Ditinjau Dari Bahan Kemasan, Bentuk
Kemasan dan Pelabelan Pada Kemasan Pengaruhnya Terhadap Keputusan
Pembelian Pada Produk Minuman Mizone Di Kota Semarang. Jurnal STIE
Semarang, 4(3): 19-28.
Wahyuni, W., A. Lullung, D. W. Asriati. 2016. Formulasi Dan Peningkatan Mutu
Masker Wajah Dari Biji Kakao Non Fermentasi Dengan Penambahan
Rumput Laut. Jurnal Industri Hasil Perkebunan, 11 (1) :89–95
Widowati, C. S. 2016. Penentuan Umur Simpan Smoothies Black Mulberry
(Morus nigra L.) Dalam Kemasan Botol Kaca Dengan Metode Aslt
Pendekatan Arrhenius. Skripsi. Universitas Pasuruan.
Wijaya, W. S. 2013. Analisis Pengembangan Produk pada Perusahaan Tepung
Terigu di Surabaya. Agora, 1(1): 294-303.
Wulandari, A., Rustiani, E., Noorlaela, E., dan Agustina, P. 2019. Formulasi
Ekstraksi dan Biji Kopi Robusta dalam Sediaan Masker Gel Peel Off untuk
Meningkatkan Kelembapan dan Kehalusan Kulit. Fitofarmaka Jurnal
Ilmiah Farmasi, 9(2): 77–85.
Yamit, Z. 2017. Manajemen Kualitas Produk & Jasa. Yogyakarta: Ekonisia.
LAMPIRAN GAMBAR

Lampiran 1. Proses Pembuatan Masker Edamame

Pencucian Perebusan Pengeringan

Pengupasan Penghalusan Pengayakan

Bubuk edamame Penimbangan kaolin Penimbangan kaolin


Penimbangan Bentonit Pengukuran gliserin Penimbangan nipagin

Penimbangan bubuk Pencampuran bentonit Pencampuran nipagin


edamame dan aquades dan aquades

Pencampuran bentonit, Pencampuran bubuk Pencampuran kaolin


nipagin, gliserin dan edamame
xanthan gum

Masker Edamame Pengujian pH

Anda mungkin juga menyukai