Anda di halaman 1dari 13

Pengembangan Potensi Wilayah dan Kesehatan

Lingkungan

NAMA : R. IMAM IBRAHIM PUSPONEGORO


KELAS : XII IPS
NO. ABSEN :14
GURU PEMBIMBING :DESI WIDYA WAHYUNI

SMA PATRA MANDIRI 01 PALEMBANG


TAHUN AJARAN 2022/2023
A. Kajian Jaringan Transportasi Sebagai Penopang Pengembengan
Potensi Wilayah

1. Sistem jaringan Transportasi


Jaringan transportasi merupakan serangkaian Jaringan prasarana transportasi (jembatan,
jal lainnya) yang berhubungan dengan simpul sarana transportasi (terminal, bandara, dan
pelabuhan sehingga membentuk satu kesatuan sistem jaringan raya, jalur pelayaran, rel, jalur
penerbangan, dan transportasi untuk keperluan penyelenggaraan lal lintas dan angkutan di
suatu wilayah. Sementara transportasi adalah suatu usaha untuk memindahkan
menggerakkan, mengangkut atau mengalihkan orang ataupun barang dari suatu tempat ke
tempat lain, di mana di tempat lain objek tersebut lebih berguna atas

Transportasi memiliki fungsi dan manfaat penting yang terbagi menjadi beberapa
bagian. Fungsi transportasi dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu untuk
melancarkan perpindahan barang dan manusia, dan menunjang pembangunan
wilayah. Transportasi juga memberikan kontribusi yang besar sebagai penghubung
antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya dalam rangka mendorong
pembangunan wilayah tertinggal. Sistem transportasi dapat berkembang dengan baik
apabila didukung oleh beberapa hal berikut.

a. Ruang untuk bergerak (jalan, sungai, dan udara);


b. Tempat akhir dan awal pergerakan (terminal, stasiun, pelabuhan, dan bandara);
c. Kendaraan sebagai alat atau sarana; d. Pengelola transportasi.

Kesemua komponen tersebut meru-pakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan
dan saling mempengaruhi. Komponen-komponen tersebut bergantung pada kondisi
wilayah yang ada, dengan potensi, kebutuhan dan permasalahan yang beragam. Jenis
transportasi terbagi menjadi tiga yaitu sebagai berikut.

a. Transportasi darat: kereta api, bis, mobil, kendaraan


bermotor, delman, gerobak, dan lainnya.
b. Transpotasi air: kapal, perahu, dan rakit.
c. Transportasi udara: pesawat terbang.

2. Kajian Jringan Transportasi Melalui Peta, Pengindraan Jauh dan SIG


Transportasi memegang peranan penting dalam berbagai kegiatan, terutama
mendukung roda perekonomian suatu wilayah. Transportasi yang memadai dapat
membuat proses produksi, distribusi, dan konsumsi berjalan lancar. Apabila kamu
memperhatikan wilayah perkotaan atau perdesaan di Indonesia memiliki masalah di
bidang transportasi seperti macet, jalan rusak, dan drainase yang terganggu. Kondisi
ini dikarenakan manajemen transportasi yang kurang maksimal, sehingga berdampak
pada terganggunya perekonomian. Semakin berkembang dan meningkatnya
pertumbuhan penduduk menuntut adanya pemenuhan fasilitas yang mendukung setiap
kegiatan, tidak terkecuali penyediaan Jaringan transportasi yang efisien dan efektif
baik darat, udara maupun laut. Permasalahan yang terjadi adalah bagaimana wilayah
tersebut dapat mengembangkan jaringan transportasi dengan berbagai potensi dan
kendala yang beragam. Salah satu upaya untuk mengkaji dan mengembangkan
jaringan transportasi adalah dengan menggunakan peta, penginderaan jauh, dan

sistem informasi geografis.

a.Pemanfaatan Peta untuk Kajian Transportasi

Peta yang digunakan dalam kajian transportasi adalah peta tematik. Peta tematik
merupakan peta yang menggambarkan tema tertentu. Penggunaan peta dalam kegiatan
transportasi dinilai sangat penting, karena kegiatan transportasi berkaitan dengan
data-data spasial. Secara umum dalam peta jaringan transportasi memberikan
informasi tentang:
1) pola jalur lalu lintas,
2) letak stasiun, terminal, pelabuhan, dan bandara sesuai dengan jenis dan kelas
pelayanan,
3) jenis dan kualitas jalur lalu lintas,
4) sarana dan prasarana pendukung,
5) klasifikasi jalan, dan sebagainya.

b.Pemanfaatan Penginderaan Jauh untuk Koj Transportasi

Interpretasi pengembangan jaringan transportas pada teknik penginderaan jauh


diarahkan until mengetahui kemampuan lahan terhadap jaringa jalan, mengetahui
jalur alternatif baik darat, la maupun udara, pemantauan kondisi jalan, mengetah
perkembangan jalan, pengawasan lalu lintas, manajeme transportasi, pemantauan
volume lalu lintas kendaraa membantu dalam proses perencanaan seperti pea jaringan
pelayanan transportasi (travel, jalur, dan alur), masterplan, inventarisasi dan
identifikasi sarana perhubungan, perencanaan konstruksi transportas perbaikan proses
desain, dan monitoring pembangunan.

c.Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis untuk Kajian Transportasi 

SIG merupakan suatu sistem memasukkan menyimpan, memperbaiki, memperbarui,


mengelola memanipulasi, mengintegrasi, menganalisis, dan menampilkan data dalam
suatu informasi berbasis geografi. Informasi yang berbasis geografi digambarkan
dalam bentuk peta tertentu. Sistem informasi geografis digunakan sebagai sarana
pendukung yang dapat memaksimalkan sistem kerja sehingga dapat mengefektifkan
waktu, dana, dan tenaga. Hal ini didasarkan pada kemampuan SIG dalam mengga-
bungkan beberapa jenis data.

SIG dapat merepresentasikan suatu model objek nyata di permukaan bumi di layar
monitor sebagaimana peta pada umumnya. Akan tetapi SIG memiliki kelebihan
dibandingkan dengan peta cetak. Informasi yang ditampilkan pada SIG disebut
dengan peta digital yang dapat diedit, dimanipulasi, analisis, dan dicetak sebagai peta,
termasuk jaringan transportasi. Sementara peta is cetak tidak dapat melakukan hal
tersebut. SIG dapat da menganalisis jaringan transporasi berdasarkan unsur- unsur
geo-grafis tertentu. Misalnya dalam pembangunan permukiman, jarak yang
diperbolehkan dari sungai adalah 30 meter. SIG dapat melakukan analisis melalui
fungsi buffer. 
Lebih dari 80% informasi dari SIG digunakan untuk mengelola jaringan transportasi,
fasilitas pelabuhan bandara, dan sebagainya. SIG dapat dimanfaatkan untuk
menentukan suatu lokasi yang ideal. Hal tersebut menjadi perhatian penting untuk
memutuskan suatu desain pembangunan. Suatu pembangunan membutuhkan
keputusan yang akurat dan cepat Misalnya kita dapat mengetahui lokasi distribusi
barang memantau aktivitasnya, dan mengoptimalkan sumber daya secara optimal.

B. Kajian Sumber Daya Alam sebagai Pengembangan Potensi Wilayah

1. Penginderaan Jauh untuk Kajian Sumber Daya Alam dalam Pengembangan Potensi
Wilayah

Penginderaan jauh memberikan pemanfaatan yang besar bagi pembangunan dan


inventarisasi sumber daya alam. Sebagai upaya memelihara konsistensi keberadaan
sumber daya alam di Indonesia, maka diperlukan suatu monitoring yang dapat
mengamati, menganalisa, dan menyajikan, serta membuat pemodelan keputusan,
sehingga eksistensi sumber daya alam tetap terjaga. Penginderaan jauh merupakan
salah satu teknologi terintegrasi yang dapat memodelkan permasalahan sumber daya
alam kaitannya dengan menjaga eksistensinya dan dapat dimanfaatkan dengan tepat.

Secara umum manfaat penginderaan jauh dalam bidang sumber daya alam adalah
sebagai berikut. Pemetaan sebaran sumber daya alam.

b. Sebagai sumber data kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh banyak hal.
c. Sumber data pemetaan potensi sumber daya alam.
d.Pemantauan sebaran sumber daya alam. Perencanaan
e. pembangunan wilayah.

2. Sistem Informasi Geografis untuk Sumber Daya Alam dalam Pengembangan


Potensi Wilayah

Banyak instansi baik pemerintah, swasta, maupun individu masyarakat yang telah
memanfaatkan sistem informasi geografis untuk inventarisasi sumber daya alam.
Sebagai contoh adalah Kementerian Kelautan dan Perikanan, BAPPEDA,
Kementerian Kehutanan, LAPAN, BIG, dan sebagainya.
a. Mengetahui Sebaran dan Pola Sumber Daya Alam 
Melalui sebaran sumber daya alam dapat dijadikan pengambilan kebijakan
pengelolaan sumber daya alam selanjutnya.

b. Sumber daya alam merupakan cadangan devisa suatu negara. Jumlah sumber daya
alam mempengaruhi pembangunan suatu negara. Suatu negara yang mengetahui
jumlah kekayaan alamnya maupun cadangan tentu dapat memanfaatkan dengan
optimal untuk pembangunan.

c. Pemantauan Kawasan Potensial dan Kritis


Kawasan potensial merupakan kawasan yang memiliki potensi tertentu yang dapat
dikembangkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kawasan kritis
merupakan suatu kawasan yang telah mengalami kerusakan lingkungan parah karena
faktor alam maupun manusia. Pemanfaatan sistem informasi geografis dalam
pemantauan kawasan potensial dan kritis dapat membuat pemodelan luas lahan yang
dapat dikembangkan, pemetaan lahan kritis, upaya penanggulangan, dan sebagainya.

d. Pemantauan Rehabilitasi dan Konservasi Sumber

Daya Alam Lahan yang telah dimanfaatkan mengalami penurunan kualitas


lingkungan, baik dari segi fisik, kimia, atau bilogisnya. Rehabilitasi dan konservasi
sumber daya alam merupakan upaya dalam perbaikan lingkungan dan peningkatan
kualitas lingkungan atau mengembalikan fungsi lingkungan sebagaimana mestinya.
Inventarisasi sumber daya alam merupakan dasar baik dalam mengelola kekayaan
sumber daya alam. Kendala yang sering terjadi dalam inventarisasi yang sumber daya
alam di Indonesia adalah luasnya cakupan yang diinventarisasi. Tersedianya
informasi mengenai sumber daya alam dapat membantu upaya peningkatan
pengelolaan sumber daya alam yang baik. Permasalahan- permasalahan yang
mungkin terjadi di lingkungan dapat dihindari. Informasi yang dibutuhkan untuk
pengembangan inventarisasi sumber daya alam adalah data spasial.

Kegiatan inventarisasi sumber daya alam harus memperhatikan beberapa hal. Hal
yang perlu diperhatikan dalam kegiatan inventarisasi sumber daya alam adalah
sebagai berikut.

1) Kemampuan SDM
Sumber daya manusia menentukan keberhasilan dan tingkat kedetailan inventarisasi.
Kemampuan SDM yang berkualitas mampu menyediakan data dengan akurasi yang
tepat.
2) Ketersediaan Data
Tidak setiap daerah tersedia informasi berupa citra penginderaan jauh, data hasil
penelitian, dan data statistik. Daerah dengan data yang tersedia, akan memudahkan
dalam mengolahnya. Berbeda halnya dengan tidak tersedia data. Maka sebelum
mengolah harus mengumpulkan data terlebih dahulu yang tentunya akan menyita
biaya, tenaga, dan waktu.
3) Kondisi Lapangan
Kondisi lapangan yang sulit dijangkau dapat. memanfaatkan penginderaan jauh
sebagai sumber data tunggal. Apabila daerah tersebut memungkinkan dijangkau,
maka perlu data tambahan seperti data terestrial.

3. Peta untuk Sumber Daya Alam dalam Pengembangan Potensi Wilayah


Sumber daya alam yang ada di Indonesia memiliki peran ganda yaitu sebagai
penopang perekonomian nasional dan kehidupan masyarakat. Karena pemanfaatan
sumber daya alam yang mengedepankan pola produksi agresif, eksploitatif, dan
ekspansif tanpa memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan dan lestari
menyebabkan kualitas lingkungan semakin menurun.
C. Kajian Sumber Daya Manusia sebagai Pengembangan Potensi Wilayah

Sumber daya manusia merupakan subjek dan objek dalam pembangunan wilayah.
Berhasil atau tidaknya pembangunan bergantung pada kualitas penduduk dalam
mengelola potensi sumber daya alam. Sumber daya alam yang melimpah merupakan
modal besar dalam pembangunan apabila diiringi oleh manusia yang berkualitas.

1.Penginderaan Jauh untuk Kajian Kependudukan 


Penginderaan jauh menghasilkan data keruangan yang sederhana tentang fenomena di
permukaan bumi. Salah satu penerapan penginderaan jauh adalah bidang
kependudukan yaitu untuk memetakan distribusi penduduk, jumlah, komposisi,
kualitas, dan permasalahan kependudukan. Penginderaan jauh dalam hal ini
merupakan media atau alat untuk merekam fenomena kependudukan yang didasarkan
pada beberapa aspek seperti kepadatan permukiman, pola permukiman, sebaran, dan
lainnya. Data yang diperoleh selanjutnya diolah menggunakan SIG dan disajikan
dalam bentuk peta.

2. Sistem Informasi Geografis untuk Kajian Kependudukan


Jumlah penduduk di Indonesia setiap tahunnya mengalami perubahan. Permasalahan
yang dihadapi saat ini adalah proses pendataan perubahan penduduk yang masih
pembukuan. Untuk mempermudah pengolahan struktur data kependudukan
diperlukan pengolahan yang matang. Data yang terstruktur rapi dapat dimanfaatkan
sebagai perencanaan pembangunan dan mengevaluasi pembangunan yang telah
berjalan di suatu wilayah. Menurut Setiadi, dkk (2015:181) sistem informasi
merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri atas pengumpulan, pengolahan, analisis,
dan penyajian data spasial, sehingga diperoleh informasi spasial untuk menjawab atau
menyelesaikan suatu masalah dalam ruang muka bumi tertentu.

3. Peta untuk Kajian Kependudukan


Perkembangan suatu wilayah dipengaruhi oleh empat aspek, yaitu ekonomi, sosial
budaya, fisik, dan lingkungan. Berkaitan dengan sosial budaya permasalahan yang
dihadapi dalam pembangunan saat ini adalah sebaran dan kepadatan penduduk di
setiap wilayah Indonesia yang tidak merata dan proporsional. Misalnya lebih dari
50% penduduk tinggal di Pulau Jawa yang luasnya tidak lebih dari 6% luas Indonesia.
Sementara di Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara
perbandingan penduduk dengan luas lahan sangat besar.
Pengembangan wilayah pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari penduduk. Kajian
kependudukan dalam pengembangan wilayah memiliki tujuan, diantaranya sebagai
berikut.
a.Mengetahui kuantitas dan kualitas penduduk berdasarkan kondisi sosial ekonomi.
b.Mengetahui pertumbuhan penduduk pada masa lampau dan sekarang, serta
penyebarannya dalam suatu waktu dan wilayah tertentu.
c.Mengidentifikasi hubungan sebab akibat antara perkembangan penduduk dengan
berbagai aspek.
d.Memproyeksikan pertumbuhan penduduk dan konsekuensi serta pengaruhnya
terhadap pengembangan wilayah.
e.Kajian Potensi Wilayah Tata Guna Lahan 
D.Kajian Sumber Daya MAnusia sebagai Pengembangan Potensi Wilayah

Pemanfaatan lahan membutuhkan kajian yang mendalam sebagai bahan pertimbangan


pembangunan wilayah. Tujuannya adalah untuk menentukan lahan yang sesuai
dengan peruntukannya. Penginderaan jauh dapat membantu perencanaan tersebut dan
hasilnya dapat digunakan sebagai pertimbangan pembangunan. Lokasi yang akan
dibangun tersebut mempertimbangkan berbagai aspek, agar tidak melanggar
ketentuan penggunaan lahan. Misalnya pembangunan permukiman, kriteria yang
dapat dijadikan parameter antara lain, bahaya banjir, lereng, daya dukung tanah,
kepekaan erosi, tebal tanah dan sebagainya. Dengan bantuan penginderaan jauh dapat
memetakan daerah yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan tersebut.
Kajian tata guna lahan juga dapat memanfaatkan SIG. Melalui SIG tata guna lahan
dapat dibuat pemodelan perencanaan zonafikasi lahan, sehingga hasilnya dapat
digunakan perencanaan pembangunan.

1.Pemanfaatan Penginderaan Jauh untuk Kajian Tata Guna Lahan

Pada dasarnya penginderaan jauh dapat digunakan untuk berbagai bidang kajian
termasuk tata guna lahan, seperti lahan pertanian, hutan, pemukiman, dan industri.
a. Lahan Pertanian
Untuk memelihara konsistensi penggunaan lahan untuk pertanian diperlukan suatu
sistem yang mampu mengamati, mengidentifikasi, mendeskripsikan, menyajikan dan
membuat model tentang keputusan pembangunan sehingga kegiatan ekonomi pada
lahan pertanian tetap berkelanjutan.
b. Hutan merupakan sumber daya alam yang berperan dalam menjaga keseimbangan
dan ekosistem alamiah termasuk di Indonesia. Sebagai sumber daya alam yang harus
dilindungi perlu adanya upaya pengelolaan yang terintegrasi. Akan tetapi tidak
memungkinkan pengelolaan seperti pengawasan dilakukan secara manual atau
pengawasan di hutan secara langsung. Salah satu cara mengatasi hal tersebut adalah
melalui penginderaan jauh menggunakan citra LANDSAT.
c.Lahan Permukiman
Kajian permukiman merupakan kenampakan objek di permukaan bumi yang rumit
dengan berbagai karakteristik tersendiri. Hal ini dikarenakan pertumbuhan,
perkembangan dan kebutuhan akan permukiman yang cenderung terus meningkat
tanpa terkendali.
 Di dalam kajian permukiman diperlukan penginderaan jauh dengan resolusi spasial
dan spektral tinggi sehingga diperoleh data secara detail.
d. Pertambangan
Citra penginderaan jauh dengan resolusi spasial yang tinggi seperti Landsat atau
Ikonos dapat memberikan gambaran mengenai wilayah pertambangan dengan jelas.
Kawasan pertambangan pada citra tampak perubahan kondisi lingkungan fisik, seperti
perubahan topografi, tutupan lahan, bentuk muka bumi, dan perubahan fungsi lahan
lainnya. Adapun manfaat penginderaan jauh di bidang pertambangan di antaranya
adalah untuk inventarisasi potensi tambang, pemetaan tutupan lahan, perencanaan site
plan lokasi tambang, monitoring perubahan lahan, monitoring reklamasi lahan, dan
sebagainya.
2. Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis untuk Kajian Tata Guna Lahan

Tata guna lahan merupakan kajian geografis yang membutuhkan pertimbangan dari
berbagai bidang. Misalnya lahan di kota dimanfaatkan untuk non-pertanian. SIG
dapat membantu dalam merencanakan masing-masing penggunaan lahan di setiap
wilayah sesuai dengan kriteria tertentu sebagai acuan pembangunan utilitas tertentu.
Lokasi dari utilitas yang akan dibangun perlu dipertimbangkan supaya pembangunan
dapat tercapai sebagaimana mestinya. Contohnya pembangunan permukiman harus
memperhatikan kriteria antara lain jarak dengan sungai 20 meter, berjarak 10 meter
dari jalan yang raya, terdapat selokan, kemiringan lereng datar atau landai, dan
lainnya. Dari beberapa kriteria tersebut dapat digabungkan menjadi satu, sehingga
menghasilkan data baru. Berdasarkan data tersebut akan memunculkan wilayah yang
sesuai, kurang sesuai, tidak sesuai, atau bergantung dengan klasifikasi tertentu. Di
daerah pedesaan tata guna lahan lebih mengarah pada lahan pertanian. Dengan
menggunakan SIG dapat memetakan lokasi pembukaan lahan pertanian,
pembangunan perumahan supaya tidak mengganggu produktivitas pertanian, dan
sebagainya.

3. Pemanfaatan Peta untuk Kajian Tata Guna Lahan

Penggunaan lahan dan penutup lahan suatu wilayah berperan besar dalam pengelolaan
lahan. Oleh karenanya penggunaan lahan dan penutup lahan harus dikaji lebih
mendalam. Penutup lahan berkaitan dengan kemampuan yang ada di permukaan
bumi, seperti lahan kosong, lahan terbangun, vegetasi, dan lainnya. Sementara
penggunaan lahan berkaitan dengan hasil pengolahan suatu lahan yang dilakukan
manusia untuk tujuan tertentu seperti permukiman, industri, dan jalan.
 Penggunaan peta untuk kajian tata guna lahan akan lebih efisien dan efektif, karena
peta menampilkan informasi geografis lahan. Informasi tentang lahan pada peta dapat
dikenali dengan mudah. Manfaat peta penggunaan lahan secara umum adalah sebagai
berikut.
a. Mengetahui jenis pemanfaatan lahan pada wilayah tertentu.
b. Dapat digunakan sebagai kajian hubungan antara kenampakan fisik lahan dengan
kondisi sosial. 
c. Mengetahui kecenderungan perkembangan lahan.
d. Sebagai saran dan masukan dalam pemodelan perencanaan pemanfaatan lahan atau
evaluasi.
e. Dapat digunakan sebagai acuan pembangunan fisik
lahan dan pengembangan sosial.

E. Kajian Kesehatan Lingkungan

Perkembangan penginderaan jauh, sistem informasi geografis, dan peta tidak hanya
dimanfaatkan untuk kajian kebumian seperti kajian geografi. Penggunaan
penginderaan jauh, SIG, dan peta dapat digunakan untuk kajian kesehatan lingkungan.
Perkembangan teknologi ini tentunya dapat memudahkan pekerjaan manusia dalam
mendukung pembangunan nasional
.
 1.Pemanfaatan Penginderaan Jauh untuk Kajian Kesehatan Lingkungan
Dalam rangka ekologi hubungan antara kawasan permukiman dan kejadian bencana
alam dengan kualitas kesehatan lingkungan merupakan satu kesatuan yang saling
mempengaruhi. Objek permukiman dan daerah yang terkena dampak bencana
memiliki karakteristik visual yang berbeda. Misalnya kepadatan permukiman, sebaran
permukiman, pola dan luas ruang terbuka hijau, kerusakan bangunan, dan tingkat
aksesibilitas. Masing-masing karater tersebut dapat direkam dengan penginderaan
jauh dengan resolusi spasial tinggi.

2.Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis untuk Kajian Lingkungan

Salah satu upaya untuk mengatasi, mengontrol, memantau kesehatan lingkungan


tersebut adalah dengan menggunakan sistem informasi geografis. Bagaimana dengan
dampak kesehatan dari perkembangan industri dan bencana alam? Ya, dengan
menggunakan sistem informasi geografis, permasalahan kesehatan tersebut dapat
dibantu. Menurut Sunaryo (2007: 26), SIG sebagai alat yang dapat memperlihatkan
masalah kesehatan masyarakat, terutama masalah kesehatan yang berbasis wilayah
atau area, melalui kemampuan analisis keruangan perencanaan dan intervensi masalah
kesehatan menjadi lebih spesifik dan berdasar kepada wilayah sasaran.
Kenampakan keruangan kesehatan lingkungan suatu wilayah dapat ditampilkan
berupa peta, sehingga segala tindakan dalam pengambilan kebijakan dapat diambil
dengan tepat. Manfaat sistem informasi geografis untuk kajian kesehatan di antaranya
sebagai berikut.
a. Memberikan gambaran daerah kejadian kesehatan. 
b. Penanggulangan sebaran penyakit.
c.Pemetaan pola sebaran penyakit.
d. Analisis kondisi kesehatan di suatu daerah. e. Analisis dan pemantauan kesehatan
masyarakat.
f. Pemetaan tenaga medis dan kebutuhannya.
g. Evaluasi dan pengamatan sumber daya kesehatan. h. Analisis kebutuhan obat-
obatan, dan sebagainya.
3. Sumber Data SIG dalam Kajian Kesehatan Lingkungan

Agar kajian kesehatan lingkungan dengan menggunakan SIG dapat menyajikan data
yang akurat, maka harus memenuhi syarat terutama dalam sumber data. Sumber data
harus akurat, sehingga data diperoleh dapat dipertanggungjawabkan. Sumber data
dalam kajian kesehatan dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, di
antaranya sebagai berikut. yang
a.Data Fisik
Sumber data fisik berkaitan dengan bentang alam
lingkungan.
1) Iklim.             3) Topografi.
2) Tanah.           4) Hidrologi,dan sebagainya

b. Data Sosial

Sumber data sosial berkaitan dengan kondisi masyarakat, misalnya sebagai berikut.

1) Jumlah penduduk
2) Sebaran penduduk. 
3) Kondisi permukiman.
4) Kondisi sanitasi.
5) Fasilitas umum.
4. Pemanfaatan Peta untuk Kajian Kesehatan Lingkungan

Peta menyajikan informasi fenomena yang ada di permukaan bumi secara keruangan.
Peta juga dapat menyajikan informasi terkait kesehatan lingkungan. Melalui peta
kesehatan lingkungan, orang yang memanfaatkan lebih mudah menangkap informasi
yang ingin disampaikan. Misalnya tingkat kekritisan permukiman kumuh di kawasan
pesisir. Melalui peta tersebut pembaca merasa mudah memahami informasi yang
ditampilkan seperti sebaran permukiman kumuh, luasan, pola persebarannya, kondisi
permukiman, dan sebagainya. Bagi pemerintah peta tersebut bermanfaat dalam
mengambil kebijakan dalam mengatasi permukiman kumuh, seperti penentuan lokasi
toilet umum, tempat pembuangan akhir sampah, tempat pembuangan sementara,
ataupun pembangunan fasilitas umum lainnya.
Berikut beberapa manfaat peta bagi kesehatan lingkungan.

a. Peta dapat digunakan sebagai alat monitoring masalah kesehatan yang ada di
masyarakat. Pemetaan dilakukan pada kelompok masyarakat dan cakupan wilayahnya
berdasarkan status kesehatan, kebutuhan masyarakat, jumlah penderita, dan lainnya.

b. Peta digunakan untuk mengidentifikasi masalah dan risiko kesehatan di


masyarakat. Permasalahan kesehatan yang ada di setiap daerah berbeda-beda
termasuk faktor penyebab kualitas kesehatan masyarakat. Melalui pemetaan,
pengambil kebijakan dan masyarakat dapat menentukan arah penanganan dan
peningkatan kualitas kesehatan.

c. Memberikan informasi, mendidik, dan member- dayakan masyarakat mengenai isu-


isu kesehatan lingkungan. Peta menyajikan informasi tentang kelompok masyarakat
yang memiliki pengetahuan kurang berdasarkan daerah tertentu. Pada masya rakat
yang pengetahuannya kurang dapat dilakukan sosialisasi kesehatan lingkungan.

d. Pemetaan kesehatan lingkungan juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan


memecahkan masalah berdasarkan luasan tertentu. Kelompok masyarakat dipetakan
dengan kriteria tertentu, misalnya risiko penyakit malaria di desa A sangat tinggi,
risiko penyakit demam berdarah di desa B sedang, dan risiko penyakit muntaber di
desa C tinggi. Berdasarkan permasalahan tersebut, dapat memberdayakan kader-kader
yang dapat mendukung penyuluhan dalam mengurangi risiko penyakit.

e. Peta kesehatan lingkungan dapat menggambarkan jangkauan pelayanan kesehatan


(puskesmas, rumah sakit, dokter umum, bidan, mantri) terhadap pen duduk,
kebutuhan minimum di suatu wilayah jumlah penduduk yang dapat dilayani, dan
sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai