Anda di halaman 1dari 30

NASKAH DRAMATURGIE

MALING SANDAL

DRAMA 3 BABAK 12 PLOT


KARYA : ARIEF AKBAR BSA
SLOT PLOTING

PLOT 1 : - Outframe pohon


- Adegan 3 olah tubuh (ballet) anatomi tubuh
- Prolog narasi Savitri
PLOT 2 : - Outframe penjara/teralis besi
- Savitri monolog
- Narasi Savitri memanggil Algor
- savitri memang
PLOT 3 : - Inframe Algor Partners
- Figur publik berita Algor
- Dialog Algor Partners
- Ekspose awak media/wartawan + dialog
PLOT 4 : - Inframe rumah Hadi Suryo & Ningsih
- Dialog Hadi Suryo & Ningsih
- Narasi kesuksesan Hadi suryo & Ningsih
- Dialog susulan Hadi Suryo dan Ningsih
PLOT 5 : - Outframe pohom
- Dialog Algor Partners mencari Savitri
PLOT 6 : - Inframe penjara
- Savitri monolog
- Dialog Algor dan Savitri
- Narasi pertemuan Savitri & Algor
- Proses figur Eyang Warno
PLOT 7 : - Outframe pohon
- Dialog Algor Partmers
- Proses Eyang Warno
- Srikandi Kanvas
PLOT 8 : - Ruang sidang / persidangan
- JPU memanggil saksi Hadi Suryo & Ningsih dan Pratiwi
PLOT 9 : - Outframe Rumah Hadi Suryo dan Ningsih
- Masuknya tokoh Pratiwi
- Gambaran MOTIF, Savitri tak mencuri
PLOT 10 : - Ruang sidang / persidangan
- Kesaksian tentang Eyang Warno
- Algor bersikukuh dgn pembuktian
PLOT 11 : - Outframe pohon
- Kemunculan figur Kusno Aji
- Perjelas keserakahan ningsih srikandi kanvas
PLOT 12 : - Ruang Sidang / persidangan
- Algor memanggil saksi Kusno Aji
- Tabir terkuak
- Vonis pengadilan bebas nya Savitri
PLOT 1

- Panggung di sorot lampu temaram nuansa biru


- Kegelapan 80%
Menampilkan adegan tarian 3 ballet menggambarkan duka nestapa atas musibah savitri yang di
vonis pe jara 10 tahun.
Illustrasi musik : lagu angel sarah mclahan
Selesai musik pengiring (angel) penambahan lampu fokus pada sosok savitri yg di giring 3 ballet
memasuki terali besi.

Terdengar prolog narasi,


Savitri … 3x
Adalah wanita paruh baya yang terlahir dari kisah cinta sang warna,
Cinta dari pemujaan, serta cinta dalam goresan yang tersayat…
Savitri…
Tumbuh dewasa bersama jiwa jiwa yang tenang,
Menghiasi cakrawala penuh warna,
Memberi riak pada kehidupan,
Tetap terjaga keteduhan nurani dan simfoni hati yg menyatu pada goresan jari jemarinya,
Mengurai,
Mewarnai,
Bingkai kanvas menjadi nyata sebuah gurat kehidupan.
Takdirmu adalah srikandi kanvas,
Tanpa pengakuan dan pemujaan sang waktu,
Selalu mendengar jeritan kalbu,
Dan tetap terdiam di asalmu yang penuh dengan rindangnya pepohonan,
Pada sebuah dataran lembah di pelosok gunung lawu,
Savitri,
Kau tak sendirian,
Savitri,
Kau adalah jasad nyata atas saudarimu di srikandi kanvas,
Pengabdianmu adalah wujud nyata baktimu pada Eyang Warno diantara para saudarimu
srikandi kanvas,
Savitri,
Dulu engkau berjanji demi langit dan bumi akan memberikan sebuah maha karya,
Dan kini setelah pertapaanmu,
Sempurna sudah apa yang telah kau telan,
Buah dari untaian jari jemarimu sendiri,
Sebuah lukisan tergores bersama darah dan nestapamu,
Kanvas penuh warna yang tak bertuan,
Savitri,
Ingatlah, ingatlah,
Sabdo eyang warno gurumu,
Kau adalah pelukis srikandi yang tercatat di cakrawala sebagai SRI DAYANG WARNI
PLOT 2
- Panggung terali besi disorot lampu dgn kecerahan 70%

Savitri : ( monolog )
Tidak, tidak,
Jika aku SRI DAYANG WARNI, maka tak akan mungkin aku terpuruk disini ?
Telah kulukis suara hati,
Telah kulukis langkah kaki suamiku
Ada tangis dan tawa
Ada duka dan suka saat kita berdua memadu, kasih duhai suamiku,
Andaikan kau masih ada disisiku,
Tentulah suamiku akan selalu menjagaku
(menangis)
Langkahku gontai dan terjatuh bersama sandal impian kita,
Mereka, mereka, mereka telah merampas pijakan kaki kita,
Dengan sengaja mereka melecehkan aku dan jebloskan atas hasil dari hasil karya kita,
(tambahan improvisasi jika memungkinkan)
(kemudian savitri teringat algor buah hati nya)
Algor....!
Ya aku masih punya buah hati kita,
Algor putraku, tolong ibu mu ini nakk,
Wahai cakrawala, aku memanggil anakku melalui getar rasa,
Wahai algor anakku, ibu memanggilmu nak,
Datanglah pada ibumu ini nak,

(Illustrasi musik dan penataan lampu sedikit gelap)

Kemudian terdengar narasi:


Savitri terkulai tak berdaya,
Dalam keputus-asa an, teringat akan sosok anaknya yang bernama algor,
Memanggil-manggil tanpa daya,
Berteriak tanpa henti seiring dengan kedukaan yang membahana,
Berharap sebuah harap pada kemungkinan,
Hingga sang waktu pun berderai nyanyian sumbang nan pilu,
Membawa savitri pada kerinduan yang mendalam,

Entah karena merindu sosok putranya,

Entah karena jengah penatnya jeruji besi yang membelenggunya,

Hanya savitri yang tahu persis,


PLOT 3

- Panggung : ruang kantor algor partners.

Tampak sosok Algor dan 2 orang figur ajudan.


Rolling adegan publik bergantian membicarakan kesuksesan Algor partners menangani kasus2
besar.
(setting dialog ditentukan sesuai publisitas karakter dengan dialog2 pendek dan jelas)
(proporsional intensitas gerak disesuaikan oleh sutradara)

Kemudian setelah babak publisitas usai, Algor partners berdialog,


Ajudan 1 : pak Algor,
Seperti yang kau lihat dan dengar di luar sana, banyak orang masih saja membicara-
kan kesuksesan kita memenangi beberapa kasus-kasus besar. Apa bapak tidak
merasa jengah dan membosankan..
(berpikir) apa tidak sebaiknya kita cuti saja pak, bukan kah sebulan kedepan kita
tidak ada jadwal persidangan,
Cuti pak cuti, untuk menyegarkan pikirian,
Ajudan 2 : nha betul itu boss, hidup ini kudu di nikmati pak Algor, sesekali refreshing untuk
mendapatkan berbagai inspirasi,
Ajudan 1 : (reaksi Algor datar saja/ kemudian mendekati Algor)
Atau, bagaimana kalau pak Algor kunjungi desa saya, nanti akan saya perkenalkan
banyak gadis2 cantik disana pak, , (menunduk) terkadang saya prihatin bapak sibuk
kerja sedangkan persoalan wanita tak di hiraukan,
Ajudan 2 : husss kau pikir boss kita ini bujang lapuk ???
Janganlah jadi kompor dalam sekam saudaraku, Persoalan jodoh ndak bisa ditawar-
tawarkan,
Nanti juga akan datang dgn sendirinya jika tiba waktunya,
Ajudan 1 : sampai kapan,? kalau terus2 an disibukkan urusan pekerjaan, apa mungkin jodoh
bisa datang dengan sendirinya gitu ?,
Algor : ah sudah, sudah,
Apa yg kalian bicarakan tak menarik sama sekali buatku,
(merenung) aku sedang berpikir mengapa ibuku tak lagi memberi kabar satu tahun
ini ?,
Apa beliau baik-baik saja atau ada sesuatu kah ? Aku sedikit risau tentang hal ini,
Ajudan 1 : bisa jadi bu Savitri sedang melukis di daerah tertentu seperti biasanya pak,,
Algor : (merespon) kalaupun ibuku prosesi melukis, tentu tetaplah tak sulit memberi kabar
kepadaku,
Apa karena aku terlalu sibuk hingga tak lagi memperhatikan ibuku, apa mungkin
ibuku merasa aku jarang membalas suratnya lantas mengira aku sangat sibuk hingga
ibuku pun enggan memberi kabar padaku ? coba kamu cek, kapan Ibuku terakhir
mengirim surat ?
Ajudan 2 : (pergi ke meja mencari surat2)
Yang terakhir ini sudah 1 tahun 2 bulan pak algor,
Algor : (berpikir) cukup lama aku tak perhatikan ini,
Kalian berdua siapkan keperluan untuk ikut bersamaku ke kampung halaman ku
menengok ibuku,
Dan jangan lupa kontrol semua jadwal persidangan setelah kita kembali kesini,

Kemudian illistrasi musik mengalun simbol jam berdentang,

Tata lampu meredup dan rolling pada babak TERALI BESI terlihat Savitri teramat gelisah,
3 koreo ballet memasuki level menari nari memberikan arahan akan sambung rasa antara Algor
dan Savitri.
Algor dan Savitri menata gerak laku berbagi rasa dan bathin tanpa kata kata,
Dilanjutkan suara jam berdentang keras pertanda setting baru tercipta, dimana selanjutnya
muncullah berita berita dan koran, serta para wartawan membicarakan Savitri telah di penjara
dengan vonis 10 tahun..

Siluet disesuaikan material panggung dan dalam arahan sutradara,

Lalu terlihat laku eksentrikal koreo monolog :

Figur 1 : Koran,, Koran,,


Berita hari ini adalah berita kedukaan,,
Berita hari ini adalah berita kemandulan
Dan berita hari ini adalah berita caplok mencaplok,,
(improvisasi jika diperlukan)

Figur 2 : mari mari yang belum membaca kabar minggu ini,,


Sebuah lukisan keramat telah memakan korban,,
Mari mari petik beritanya,, sang pelukis terkungkung oleh lukisannya sendiri,,
(improvisasi bila diperlukan)

Figur 3: sayang terlewatkan,,


Savitri pelukis srikandi kanvas telah terpenjara,,
Savitri nya Savitri,,
Jangan terlewatkan berita heboh,,
Savitri di vonis 10 tahun panjara,,
(improvisasi bila diperlukan)
PLOT 4

- Panggung : kediaman rumah Hadi Suryo dan Ningsih


- Penataan lampu full colour (kemewahan)
- Properti meja dan kursi serta hiasan dinding

Hadi suryo sedang duduk menghitung uang, sedangkan ningsih duduk sedang merias diri.
(Improvisasi Hadi Suryo soal kekayaannya semakin banyak)

Ningsih : mas Hadi suamiku,,


Tiap hari kau selalu saja menghitung uang, apa kamu tak bosan hari-hari hanya
untuk itung duit saja ?
Hadi suryo : (hanya menoleh dan tak hiraukan)
Ningsih : suamiku, (sembari heran geleng2 kepala)
Hadi suryo : (merespon) aku kaaaaayaa, kamu kaya, dan kita kaya rayaaa,

(improvisasi umbar kekayaan)


(improvisasi Ningsih mondar-mandir minta diperhatikan)

Ningsih : (menghampiri Hadi Suryo) mas, mas Hadi,,


Aku kepengen beli sepeda brompton, (agak genit)
Itu lho,, pit sing harganya muaaahaall banget,,,
Dikampung kita tak ada yg punya mas,, lha wong beli nya saja di amrik sana pake
Garuda,
Hadi Suryo : piro, piro,, regane,,
Wes sana kamu beli sekarang, (kasih uang),
Sekalian kamu beli yang banyak buat adik-adikmu yang keree keree itu, biar ikut
ngerasakno nikmatnya dadi wong sugih,, jadi orang kayaaa,,
Ningsih : lho kok kamu ngomong nya gitu sih suamiku,
Hadi Suryo : apa nya, ? (bingung),
Ningsih : Senajan adik-adikku melarat miskin, tapi biar gimana pun juga itu adik ku lho mas,
adikmu juga kan ?
Adik sendiri kok di hina-hina, (sedikit jengkel/nesu)
Kamu lupa ya, dulu juga kita miskin, malah lebih parah dari mereka,
Sekarang aja sudah kaya itupun berkat adik-adik kita juga ikut membantu ambil
lukisan Savitri,
suamiku, why ? hellooo, kok mendadak jadi lupa begitu ?
Hadi Suryo (respon) wes, wes tho, sudah, aku tak mau mengenang kisah dulu kala,
Maksudku itu begini,
Sana kamu kasih duit yang banyak juga buat adik2 mu itu, biar mereka juga dilihat
kaya raya,
Ningsih : dikasih duit mas, mereka semua,,? (bingung pada sikapnya yang mendadak
perhatian)
Hadi Suryo : (mengangguk) iyaa, kamu ini gimana sih, memang kamu budek, ga denger apa
omongan tetangga, cibiran mereka itu lho sama adik-adikmu, “kaya apanya,,”
masak orang kaya kok saudara2 nya miskin,, dimana mana kaya itu yaa saudaranya
juga kayaaa,
Makanya sudah sana kamu ambil uang buat kasih adik2mu biar ndak di nyekkk
terus,, (direspon Ningsih)
Ambil saja dari brankas warna kuning,
Ningsih : brankas kuning,, ?
Bukannya itu brankas yg paling banyak isinya mas,,
Hadi Suryo : iya yg kuning memang yg mana, hijau, merah, biru, ?
Lagian minggu depan aku sudah dapat uang lagi dari pelangganku dalam jumlah
yang sangat banyak,
Itu brankas kuning isinya 500 milyar, sudah sana kamu ambil dan bagikan merata
buat adik2mu,
Nkngsih : ( heran ) kamu ga sayang wahai suamiku, uang segitu banyak cuman dikasihkan
Cuma-Cuma saja?,
Hadi Suryo : hhhhhmmm ga dikasih salah, dikasih salah,
Karepmu kuwi opo jane, tuku sepeda brompton tapi medittt, ora mbok pikirke
adi-adi mu,,
Ningsih : (respon) iya iyaaa jo nesuuu,,
Kamu memang suamiku yang paling baik hati di dunia,

Kemudian ningsih berlalu ambil brankas nya,

Sketsa kain putih di sorot lampu, terlihat adegan Ningsih membagikan uang kepada adik2nya
(lampiran dialog, disesuaikan berita nasional yang sedang tranding /majas sindiran)
Siluet sketsa kain putih diiringi musik tabuh kendang, dan kemudian Ningsih bersama para
pembantu menghampiri Hadi Suryo
Ningsih : Mas Hadi, di luar ramai sekali, bukannya hari ini sampeyan mau gegandrungan
bareng sama penduduk desa? (respon Hadi Suryo mengingat ingat)
Lho piye tho mas, masak lupa sama rencana sendiri?
Hadi Suryo : Ini hari apa tho,?
Ningsih : Lho lho lho, sekarang ini kan hari Kamis malam Jumat kliwon mas,
Hadi Suryo : Astaga nagaaa (tepok jidat), walah dalahh, kok aku bisa lupa ya istriku (sedikit
tersipu). Ya sudah, kamu ambilkan uang lagi yang banyak buat saweran, biar
seluruh warga gembira bahagia,
Ningsih : Mau ambil uang berapa tho mas?
Hadi Suryo : ambil saja dulu satu karung
Ningsih : Oceee tuan besar,
Kemudian terdengarlah musik pengiring penanda Horamg Kaya sang Hadi Suryo.
Kursi kebesaran dibawa ke tengah serta duduklah Hadi Suryo di Kursi tersebut.
(Mulailah pertunjukkan musik-musik tradisional Jaipong,Rampak, dsb disesuaikan dengan
budaya lokal masing-masing ditiap daerah.
IMPROVISASI FULL HADI SURYO DAN NINGSIH MEMBERIKAN ADEGAN PENGHAMBURAN UANG
PLOT 5

- Panggung : idem plot 1 berikut tampilan poster Savitri terpidana.


Menggambarkan lalu lalang figuran berada di pedesaan dengan fragmen utama 4 figur Srikandi
yang sedang melukis.

Tak lama muncul berjalan gemulai (teatrikal) sosok Nyi Guru Gandawati.

Serentak para Srikandi memberikan salam : Salam hormat kami untuk Nyi Guru Gandawati,
(Dan direspons oleh Gandawati)

Nyi Guru Gandawati: (sembari mengamati pelukis) Kalian harus tahu, melukis adalah bukan
sekedar imajinasi. Melukis adalah kekuatan sekaligus tantangan. Tak ada
beda dengan kehidupan nyata yang tak pernah berbohong.
Kau harusnya memberi anak panah pada busurnya (menunjuk lukisan
Figur dan direspons).
Ketahuilah, dalam menjalani hidup kalian sebagai Srikandi harus mampu
memberikanng baik dalam bermasyarakat. Karena dengan itu kalian telah
menunjukkan kehormatan kalian di mata Tuhan dan di hadapan
khalayak.
Figur C : Nyi Guru, bagaimana jika ternyata upaya kita sebagai para Srikandi tak di
pandang mata oleh para khalayak umum?
Nyi Guru Gandawati: Apa yang kau maksud nak,?
Figur C : Seperti pada lukisanku ini Nyi Guru, di luar sana banyak tindak perbuatan
yang buruk eksploitasi kaum wanita di mata para lelaki.
Nyi Guru Gandawati: Seharusnya kalian memahami hukum gravitasi berat. Segalanya akan
Menjadi tolak ukur jika kalian mencerminkan bukan sebagai Srikandi, dan
kalian akan merasakan ketika bobot kebaikan yang kalian berikan pada
kecantikan dan keindahan laku sebagai Srikandi, maka itulah sesuatu yang
akan membawamu pada kepastian penghormatan.
Figur D : Nyi Guru (bertanya dan melambai tangan), bagaimana jika bukan
kehendak kita, namun dari para kaum lelakilah yang membuat kerusakan?
Nyi Guru Gandawati: Yakinlah pada diri sendiri dan selalu memohon perlindungan pada sang
pemilik langit dan bumi, niscaya semua yang kalian khawatirkan tak akan
pernah terjadi.
Figur D : Tapi Nyi Guru Gandawati, kami semua telah melakukan apa yang guru
ajarkan. Namun tetap saja di luar sana banyak para wanita dieksploitasi,?
Nyi Guru Gandawati: Apakah kalian menyerah dan meragukan kekuatan doa,?

(Dijawab bersamaan para figur) : “Tidak guru, kami percaya!”


(Kemudian Nyi Guru Gandawati berlalu kembali ke Pertapaannya)
Algor partners sedang mencari informasi (teatrikal wayang) diiringi illustrasi musik dan tata
lampu beradaptasi dgn para figuran.

Ajudan 1 : maaf Nini, bolehkah kami bertanya,,?


Figur A : (respon) yaa,, mau menanyakan apa nakk,,
Ajudan 1 : tahukah nini, dimana rumah Savitri,
Telah lama kami tinggalkan desa ini, hingga kami sedikit lupa karena banyak
pembangunan baru di desa ini yang membuat kami jadi pangling,
Figur A : ooo tentu, bukankah kini dana desa telah menyebar rata hingga kami semua telah
rasakan manfaatnya,, sebentar,
Apakah kalian belum tahu, kalau Savitri sudah tidak tinggal lagi disini,
Ajudan 2 : lho lho,, ada apa, mengapa savitri tidak ada disini lagi ? Apakah sesuatu telah
menimpanya ?
Figur A : (bingung) kalian ini siapa,,? Dan mengapa kalian mencari savitri,, ?
Algor : Aku algor nini,, algor putra savitri,,
Lalu ada apa dgn ibuku dan apa yg terjadi pada ibuku ,,?
Figur A : (memanggil figur B yg sdg berjalan) yunda, yunda, ini Algor anaknya Savitri, yang
bekerja di kota besar itu lho,
Figur B : (terkagum-kagum memandang Algor) Algor, ooo ya ya ya, dulu kamu masih kecil
nakk, kini sudah tumbuh dewasa dan,, (dehem) tampan jelita lagii,

(lalu figur B memanggil teman-temannya) hei hei sini, ini putra nya Savitri telah kembali,
(semua merespon ke gandrungan) laku dan gerak disesuaikan sesuai arahan sutradara,
Saat musik terhenti,

Algor : hey hey hey, ada apa dengan kalian semua,


Tidak pernahkan kalian melihat ketampanan brad pitt (aksi top)
Tolonglah jangan membuat aku bingung, aku hendak bertanya dimana ibuku dan
bagaimana aku bisa bertemu,
Figur B : (bersama teman2 respon gandrung) ohhh, andaikan bumi dan langit tercipta begitu
indah, maka keindahan itu sungguh ada padamu hai pemuda tampan,,, sungguh
ketampananmu melebihi dari sosok siapa tadi, brad pit,, ooo no no no,
ketampananmu di atas dari itu. Menurutku sih sejajar dengan, (sebut tokoh yang
dimainkan—si Algor)
Algor : (batuk berdehem) sudah lah, plisss deh omg,
Tolong jelaskan padaku, dimana Savitri ibuku,
Figur A : kemarilah,
Sungguh kau tak tahu akan kondisi ibumu nakk,
Algor : (merespon) makanya aku datang kemari dan bertanya pada kalian ,
Figur A : ibumu terkena musibah dan malang nasibnya, ia difitnah oleh sahabatnya sendiri
Ningsih istri dari Hadi Suryo si raja kaya mendadak lantaran sebab telah merebut
lukisan keramat milik ibumu Savitri,,
Figur B : dan semenjak Hadi Suryo dan Ningsih menyimpan lukisan itu, tak perlu waktu lama,
mereka bergelimang harta dan tahta, hingga ibumu di tendangnya, bahkan di
jebloskan penjara karena mereka mempunyai uang banyak,
Tahukah berapa lama ibumu di vonis pengadilan,?

(bersamaan para figuran menjawab) 10 tahun penjara,

Algor : Apaaa, jadi benar pemberitaan di luar sana,


Jika ibuku telah dipenjara oleh sebab kesalahan yang tak pernah di perbuatnya ,,?

(pengembangan adegan pada babak ini)


(intensitas rolling plot 6 diiringi 3 tarian ballet)
PLOT 6

Panggung : Simultan rolling plot 5


Tata cahaya dimmer running moving,
Masih dalam suasana tarian 3 ballet menggambarkan duka nestapa,

Savitri monolog,
Savitri : Duhai gelapnya jeruji besi,
Andai dapat ku urai kata dan kuungkapkan gundah gulana ini,
Maka tak semestinya aku terpuruk disini,
Akankah kulepaskan ikhlas atas putusan 10 tahun ini,
Sementara tak seharusnya semua ini menimpa padaku,
10 tahun, tak akan kulihat sinarnya mentari,
10 tahun, selesai sudah keringat ini mengering,
Karena 10 tahun kedepan dapat kurasakan darahku dikuras sang waktu,

Wajahku,
Kulitku ini,
Serta tulangku akan merapuh,

Bagaimanapun juga, aku adalah wanita biasa yang membutuhkan ketabahan,


Bersabar atas tikaman belati hukum yang mandul dan tersungkur tanpa daya,

Lihatlah,
Para hakim berjubah kehormatan bersimbah darah kotor,
Menipu diri sendiri dan untuk dirinya sendiri,
Sungguh, tak pantas jubah itu kau kenakan,
Bilamana dengan jubahmu telah tergadai kenistaan
Menghakimi sesuatu yang tak bergerak,
Meniduri mayat2
Serta mencincang-cincang kebenaran
Hingga robek berkalang-tanah tanpa tersisa sedikitpun,

Keadilan,
Kebenaran,
dImana kalian,?

Kemudian 3 ballet menarik algor (teatrikal) menuju savitri,


Algor telah datang, dan berinteraksi dengan Savitri di dalam penjara

Algor : Ibu,, kau kah ibuku ??


Savitri : (respon bingung)
Algor : (semakin dekat dgn savitri)
Ibu, ohh ibu,, apa yang terjadi denganmu ibu,,
Aku telah mendengar semuanya, jika ibu tertimpa ketidak-adilan ini,,
Savitri : anakku, duhai Algor anakku,
Syukurlah kau telah mendengar panggilan hatiku dan datang kesini,,
Algor : ya ibu,, aku Algor putramu,
Aku telah disini ibu, dihadapan ibu (memeluk)
Savitri : duhai anakku,,ibu sangat merindukanmu,
Kini kau telah tumbuh dewasa, tampan dan gagah seperti ayahmu nak,
Bagaimana keadaanmu nakk, kau baik-baik saja kan,
Algor : seperti yg ibu lihat, aku putramu baik-baik saja, dan berkat doa ibu aku sehat dan
sukses selalu,
Ibu harus tetap sehat ya, dan jangan banyak pikirian,aku janji akan membebaskan
ibu dari sini,,
Savitri : (menjauh) bagaiamana caranya kau akan membebaskan ibumu ini nakk,,
Palu hukum telah diketuk hingga tak ada sedikitpun pembelaan utk ibumu ini, dan
tanpa keringanan ibu diseret penjara,
Algor : ibu, dengarlah,
Bumi dan langit tercipta untuk keseimbangan, bukankah ini yang selalu ibu ajarkan
padaku saat kecil,
Keseimbangan adalah adil dalam dua sisi, sedangkan ibu diperlakukan dengan tidak
adil, bukankah keadilan selalu mencari kebenaran,bu, dan ibu dalam koridor
kebenaran yang dihasut oleh siasat fitnah dan dusta.
Aku Algor ibu, Algor, putra ibu yang kini menjadi pengacara hukum besar, banyak
menuntaskan kasus-kasus besar dengan gemilang,
Dan ibu harus yakin, aku Algor putramu akan mampu membebaskan ibu dari jeratan
hukum yang timpang ini !
Savitri :tapi anakku,
Tidakkah kau lihat, ibumu telah divonis 10 tahun,?
Dan,,\ ini sudah INKRAH duhai anakku,
Algor : (respon) sedikitnya aku telah memahami kasus ibu ini,
Ada satu pedoman, seorang pembuat nasi goreng namun ia tertuduh mencuri nasi
goreng buatannya sendiri ? (manggut-manggut)
Dalam hukum sebab akibat, maka di sini sudah nampak kejanggalannya,
(berfikir) ya,, di sini memang aku masih membutuhkan lebih banyak bukti-bukti lagi
ibu,(berpikir) ibu,,,
Ada satu celah hukum yang bisa membebaskan ibu dari sini,?
Savitri : (respon gembira) benarkah, celah hukum apa itu anakku,?
Algor : KITA BUKA KEMBALI PERSIDANGAN *PENINJAUAN KEMBALI yang dikenal dengan
sidang PK ibu,
(Respon keduanya Elementer retorik teatrikal)

Algor : Dulu sewaktu aku kecil, aku teringat perkataan guru Eyang Warno, (improvisasi)
Savitri : ( cutting) eyang warno,!!
Algor : ya ibu, Eyang Warno pernah berkata padaku,
“cucuku kelak suatu hari nanti jika sudah tiba waktunya, kau harus datangi ibumu
dan bebaskanlah duka nestapanya oleh sebab hasil dari buah goresan jari
jemarinya, ?”
Ya aku ingat ibu, eyang warno berkata jelas sekali dihadapan mukaku ini, jika saat
itu telah tiba padaku, mintalah AIR CAWAN pada ibumu, aku tak mengerti tentang
AIR CAWAN ini ibu, apa maksudnya,
Savitri : Air Cawan, ?
Algor : ya ibu, ibu tahu maksud dari eyang warno,
Savitri : (berpikir) ibu ingat anakku,
(berjalan membelakangi) jadi selama ini eyang warno telah melihat kejadian ini,,
Kejadian yang akan menimpa ibu mu ini anakku,,
Ohhh guru, mengapa kau tak pernah memberitahukan aku walau dalam isyarat,, ?
Mengapa kau tak beberkan akibat dari buah lukis GANTUNG DARAH ini,
(mendesah) Algor anakku,,ibu tahu akan pesan Eyang Warno ini,
Algor : (merespon)
Savitri : di lembah Lawu ada sebuah pancuran air, sama persis dengan lukisan yang ibu
gores,
Datanglah kesana anakku, kau harus menemui Eyang Warno
di tepian pancuran air itu..
Algor : Bukankah Eyang Warno telah mangkat 10 tahun yang lalu ibu, ?
Savitri : ya benar,
Tapi eyang warna dapat menemuimu di tepian pancuran air itu anakku,
Algor : Bagaimana caranya ibu, kan sdh tiada,,!
Savitri : Dengan Air Cawan yang kau taburkan di tepian pancuran, niscaya Eyang Warno
akan datang padamu,
Pulanglah ke rumah nakk, di kamar ibu, di sudut lemari kecil
ada botol berisi Air Cawan,
bawalah dan segeralah kau pergi ke lereng lawu, tanyakan pada Eyang Warno akan
nasib ibumu ini,
dan harus bagaimana agar terbebas dari jeratan penjara ini,
Algor : (merespon) baik ibu, aku akan langsung kesana untuk mencari bukti-bukti,
Bersabarlah ibu, aku pasti akan membebaskan ibu,
Savitri : (merespon)

Kemudian Algor berpamitan dgn Savitri utk menemui eyang warno di lereng gunung Lawu,\
PLOT 7

Panggung : 2 latar sekaligus dengan pola rolling stage


Instalasi terali besi dan ruang pengadilan.
Suasana : menggambarkan Algor telah bertemu dengan eyang warno (tetrikal scrabe) sekaligus
mengarah pada babak akhir sebuah persidangan di buka kembali..

Algor dan Eyang Warno improvisasi sesuai ARAHAN SUTRADARA hingga sampailah pada
persidangan,,

Terdengar Narator menggambarkan Epilog, memberikan jeda kesiapan memasuki babak


persidangan.

Panitera : (memukul gong) sidang PENINJAUAN KEMBALI atas permintaan Algor Partners
atas kasus SAVITRI kembali digelar dan dibuka untuk umum.

Hakim Ketua : (para hakim memasuki ruang sidang)


Baik, menimbang, memperhatikan, serta menetapkan surat permohohan dari
penasihat hukum atas PK dengan nomer 12/PT/0514 tpd/1973 atas kasus
terdakwa Savitri dengan ini dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum (ketok
palu 3x)
Saudara penuntut umum, apakah saudara bisa menghadirkan kembali terdakwa
untuk disidangkan pada hari ini?
JPU : sudah dihadirkan yang mulai,
Hakim ketua : baik silahkan, di mana terdakwanya, (respon jpu dan savitri) ooo kamu savitri,
Silahkan duduk di depan, (respon savitri)
Saudari terdakwa, apakah saudari dalam keadaan sehat dan bersedia menjalani
persidangan ini,?
Savitri : Alhamdulilah sehat dan siap menjalani sidang ini yang Mulia,
Hakim ketua : Baik, jadi sudah siap ya untuk menjalani sidang hari ini, (memberi tanggapan
pada hakim 1 dan 2)
Hakim 1 : Saudari terdakwa, apakah saudari didampingi oleh penasehat hukum?
Savitri : (respon) ya, saya di dampingi pengacara, (Algor merespon)
Algor : (berdiri serahkan data) ini surat kuasa dan copy CV Algor partners yang mulia,
(para hakim, jpu dan pengacara respon mendatangi hakim)
Hakim 1 : Jadi kamu telah didampingi oleh team penasehat hukum,
Apakah saudari telah mengenal sebelumnya dengan penasihat hukum ini,?
Savitri : Ya yang Mulia, saya sangat mengenalnya karena dia adalah anak kandungku
sendiri,
Hakim 1 : (respon kaget, rileks suasana) wowww, jadi dia itu anakmu tho,, lalu mengapa
saat di pengadilan negeri dulu dia tidak membelamu,?
Algor : (respon) yang mulia, konteksnya adalah saat ini beliau sekarang telah
di dampingi penasihat hukum, dan tidak ada kompetensinya membicarakan hal
, yang sdh berlalu,
Hakim 1 : wowwww, (nyolot nehh), tak perlu nge gasss kali
Saya hanya memastikan saja, silahkan, (menunjuk hakim 2)
Hakim 2 : Dalam hal pembelaan memang di perbolehkan oleh undang2 hubungan satu
darah,Justru ini bakal menarik seorang anak membela ibunya, diharapkan dalam
persidangan ini anda dapat memberikan bukti2 hukum yg kuat ndak lemah
macam kurang vitamin ya,
(mengarah pada JPU), saudara penuntut umum, apakah
anda sudah bisa menghadirkan saksi-saksi dan barang bukti pada persidangan
kali ini,?
JPU : sudah di siapkan yang mulia,
Hakim 2 : (respon manggut2) jadi sudah siap semuanya, silahkan (mengarah hakim ketua)
Hakim ketua : untuk salinan hasil putusan dari pengadilan negeri apakah sudah dituangkan,?
Baik, sebelum pembacaan vonis dari pengadilan negeri oleh JPU, tolong
dipahami bahwa dalam PK ini diharuskan dan diutamakan adanya temuan bukti-
bukti baru yang nantinya dalam persidangan ini akan kami telaah lebih lanjut,,,
Tentu nya disertai pula dengan materi tertulis ya, bisa dimengerti,?
(Merespon JPU dan Pengacara)
Jika sudah disepakati, silahkan dimulai pembacaan vonisnya saudara penuntut
umum,
JPU : terima kasih yang mulia,,
Berdasarkan keputusan penetapan vonis hukuman dengan nomor,
1214/PN/MS-JJ/V/1973 yang telah dijatuhkan pada perkara savitri,
Menimbang, memperhatikan, menetapkan dan memutuskan dan seterusnya,
(saya langsung pada bagian keputusan yg mulia),
Bahwa saudari Savitri dengan bukti-bukti yang kuat dan meyakinkan telah dinyatakan
bersalah atas pencurian sebuah karya seni dan atau benda seni bernilai tinggi yaitu
sebuah Lukisan bergambar Sandal milik saudara Hadi Suryo yang telah dicuri di dalam
rumah tinggalnya di jalan Lompobatang no 29, Rt. 002, Rw. 03 dan seterusnya,
Maka dengan ini pengadilan negeri menjatuhkan hukuman 10 tahun penjara dipotong
masa tahanan,,demikian penetapan pengadilan negeri yang telah ditanda-tangani
oleh majelis hakim dan hakim anggota serta panitera untuk di terima dan di patuhi,

Demikian yang Mulia vonis terpidana savitri telah ditetapkan dan diterima baik
JPU dan terpidana tanpa proses pengajuan banding,
Hakim 2 : Apakah ini sudah termasuk berkas-berkas acara penyidikan dan penyelidikannya
JPU : Benar yang mulia, 4 bundle berkas sudah menyeluruh, lengkap dan sudah kami
berikan pada majelis hakim tadi,
Hakim ketua : Ya,, baik,
(pada Savitri) apakah saudari sudah mendengar penetapan vonis yang tadi telah
dibacakan,?
(respon Savitri) jika demikian, apakah saudari terdakwa menerima penetapan
tersebut atau menolaknya,?
Savitri (tampak kebingungan)
Hakim ketua : Saudari terdakwa, apakah saudari menerima hasil penetapan vonis yang tadi
telah dibacakan oleh penuntut umum,, ?
Savitri : (masih bingung dan menoleh Algor) (algor respon menggeleng yang artinya
MENOLAK)
Hakim ketua : Artinya begini, tolong untuk diperhatikan...
Kalau saudari terdakwa menerima penetapan putusan tadi, maka selesailah,
Sidang ini ditutup dan kamu kembali lagi ke penjara untuk menjalani vonis 10
tahun dari putusan pengadilan negeri sebelumnya yang tadi telah dibacakan JPU,
Jadi bagaimana,
Apakah saudari terdakwa menerima atau menolaknya,
Savitri : Menolak yang mulia,,
Hakim ketua : Menolak,? (respon)..
Apa saudari yakin bisa memaparkan bukti-bukti baru dalam persidangan ini, ?
Pengacara : Yang mulia, tentulah telah kami siapkan bukti-bukti baru yang nanti akan
membuka tabir atas amburadulnya vonis yang salah alamat ini,
Hakim ketua : Ya itu nanti silahkan anda uraikan di dalam persidangan ini,
Artinya kamu menolak vonis yang telah dijatuhkan tadi,?
Jika demikian, silahkan saudara JPU mengajukan dan mempersiapkan saksi-saksi
(sambil membaca berkas) disini saya lihat masih terkait 3 saksi terdahulu yang
akan anda ajukan, apakah ada saksi baru untuk dihadirkan dalam persidangan
ini,, ?
JPU : Ada 1 yang mulia,
Selain 3 saksi terdahulu, kami akan ajukan dalam persidangan ini,
Saksi tersebut bernama Songko Jalitot,
Hakim ketua : Siapa namanya,?
JPU : Sdr Songko Jalitot yang Mulia,,
Hakim ketua : (respon) kok aneh namanya, saya catat saksi berikutnya adalah saudara
Songko Jalitot, (respon mencatat)
Pengacara : Keberatan yang mulia,
Menurut catatan kami, sdr songko jalitot adalah sosok paranormal,, dari
namanya nya sudah tidak berbobot dan bonapid alias sangat tidak kompeten.
Bagaimana mungkin seorang cenayang dapat memberikan kesaksian di dalam
persidangan ini yang Mulia?
Hakim ketua : (pada JPU) Apakah benar saksi ini seorang, DUKUN....
JPU : Benar yang Mulia, bukankah setiap manusia sama dimata hukum yang
mempunyai hak kesaksian...
Pengacara : Yang mulia,, persoalannya saksi tersebut bukanlah saksi peristiwa, yang ada pada
saat kejadian, jadi mana mungkin dapat memberikan kesaksian yang obyektif,,
bisa2 kesaksiannya hanya persoalan jodoh dan me melet yang mulia karena yang
mulia sosok yang cantik mempesonah, terima kasih,
JPU : sdr pengacara, anda terlalu naif dalam menilai,
Kedudukan seseorang adalah sama dimata hukum dan memiliki hak sama pula
dimata hukum, jadi dia tetap memiliki hak kesaksian,
Pengacara : (berdiri) kesaksian berdasar asumsi,?
Saya bertanya kepada anda,, saat dulu anda selesaikan sidang skripsi, apakah
tema skripsi yang mangacu pada pendapat asumsi dapat diterima dalam sidang
pendadaran,,? Tentulah hasil skripsi harus berdasarkan fakta dan tesis, disertasi
akurat yang dapat diterima dan bukan hanya sebuah asumsi belaka, kami tetap
keberatan dan menolak saksi ini yang mulia,
(improvisasi debat JPU dan pengacara)

Hakim ketua : (mengetuk palu) sudah, sudah, keberatan dari penasehat hukum diterima,
Mengingat saksi ini bukanlah saksi kejadian, saksi ahli dan saksi keterikatan,

(kemudian lampu menyusut gelap, siluet menggambarkan hiruk pikuk persidangan yg alot
diawal persidangan dgn laku tanpa dialog)
PLOT 8

- Panggung : ruang sidang, rolling babak sebelumnya,

Panitera berulang-ulang memukul gong pertanda sidang dimulai, hingga sampailah pada sidang
ke 10,

Hakim ketua : Sidang lanjutan PK atas terdakwa Savitri kembali digelar dan terbuka untuk
umum,,(ketok palu 3kali)
Bagaimana sdr JPU , apakah sidang hari ini sudah bisa menghadirkan para
saksi-saksi,, ?
JPU : Sudah yang Mulia, semua saksi sudah hadir dan siap dimintakan kesaksiannya,,
Hakim ketua : Bagus,, untuk mempercepat persidangan ini silahkan dihadirkan,,
JPU : Baik yang mulia, yang pertama kami panggilkan saksi atas nama sdr Hadi Suryo
(respon Hadi Suryo) silahkan pak,,
Hadi Suryo : (melangkah meja saksi)
Hakim ketua : (pada hadi suryo) tolong identitasnya pak,, (meminta KTP)
Hadi Suryo : (respon memberikan KTP)
Hakim ketua : Saudara atas nama hadi suryo, umur 42 tahun, pekerjaan politisi,
(jeda) ini sdr anggota dewan atau sebagai anggota partai, ?
Hadi Suryo : Saya sebagai anggota dewan sekaligus aktif dalam kepengurusan partai politik
bla bla bla yang mulia,,
Hakim ketua : Partai bla bla bla maksudnya partai apa itu, ?
JPU : Begini yang mulia,, karena ini persidangan kasus kriminalitas, jadi saksi ini tak
perlu menyebutkan nama partainya yang mulia,,
Hakim ketua : lho kok begitu, ndak apa2 tho disebutkan nama partai nya supaya jelas saksi ini
aktif di partai mana, di KTP tidak tercantum, makanya saya mau tahu saksi ini
aktif dipartai mana,
Ini tidak melanggar ketentuan,, menyebutkan profesi yang jelas adalah
kebenaran dalam sebuah kesaksian agar tidak bias,, jadi sdr saksi aktif di partai
mana,,?
Hadi suryo : Yang jelas bukan partai golidar, damkar, pkip, ptb ataupun gerunding yang mulia,
Hakim Ketua : Trus saudara ini dari partai mana,?
Hadi suryo : dari partai SBI yang mulia,
Hakim ketua : partai SBI (semua bisa indah), (berpikir) ya ya partai gurem yang warna abu-abu
itu ya,
Baik saya lanjut, nama hadi suryo, umur 42 tahun, pekerjaan anggota dewan
partai SBI (semua bisa indah) alamat jl. Sakti mandroguno no 212 rt 007 rw 13
kota Antah Brantah Jawa Tengah, apa ini sudah benar yang saya sebutkan tadi ?
Hadi suryo : Ya benar yg mulia,,
Hakim ketua : sdr tahu hadir disini utk memberikan kesaksian, bicara benar dan tidak
berbohong, bilamana sdr terdapati memberikan keterangan palsu, maka sdr
dapat dipidana, apakah bisa dimengerti,
sdr pengacara dapat diterima saksi ini,, (respon pengacara),
silahkan disumpah dulu.
(Setelah saksi disumpah) Jika demikian silahkan dimulai sdr JPU,
JPU : Sdr saksi, sebelumnya apakah sdr mengenal dengan terdakwa Savitri,,
Hadi Suryo : Ya, saya mengenalnya pak Jaksa.
JPU : Sdr mengenalnya.. sebagai apa dan sejauh mana sdr mengenal dengan sdri
terdakwa Savitri ?
Hadi suryo : Saya mengenal dia sebagai sahabat istri saya Ningsih pak, dan dia sering
berkunjung ke rumah kami sebagai layaknya seorang sahabat dengan istri saya,
JPU : Apakah sdr ada hubungan darah,
Hadi suryo : Tidak ada pak,
JPU : Jadi sdr mengenal sdri terdakwa ini hanya sebatas teman akrabnya istri sdr,
(respon hadi suryo) apakah selama pertemanan dengan istri sdr ada hal-hal
aneh, seperti sikap-sikap yang mencurigakan atau lainnya,,
Hadi Suryo : Benar pak, saya mulai curiga pada saat istri saya mengeluh tentang savitri yang
sering meminta uang pada istri saya, lalu ujung2 nya di 2 minggu berikutnya
Savitri mengambil lukisan saya, yang saya letakkan di ruang tamu depan pak,
JPU : (respon) mengambil lukisan,? Kenapa tak ambil itu kulkas atau komputer,?
(direspon Hadi Suryo) Lalu, kapan kejadian tepatnya, lukisan sdr dicuri sdri
terdakwa, ?
Hadi suryo : Kalau ndak salah di bulan agustus pas saya sedang kampanye legeslatif pak,,
JPU : Baik, lalu bagaimana sdr yakin kalau Sdri Savitri lah yang telah mencuri lukisan
itu,,?
Hadi suryo : Pada saat itu saya sedang berbincang-bincang dengan Pratiwi di ruang tengah,
sedangkan Savitri sedang bertemu istri saya ningsih di ruang tamu, tak lama saya
dengar savitri dan ningsih seperti meributkan sesuatu, saat saya datangi benar
saja istri saya menjelaskan baru saja savitri mengambil dan membawa lukisan
kami yang kami letakkan di dinding ruang tamu,
JPU : Jadi pada saat itu sdr melihat sendiri pelaku pencuriannya adalah sdri Savitri,,,?
Hadi suryo : Benar pak,
JPU : Anda yakin telah menyaksikan sendiri, jika Savitri telah mengambil lukisan yang
tergantung di rumah saudara? (Menegaskan, dan direspon Benar)
(pada majelis hakim) sampai disini cukup yang mulia,
Hakim ketua : (respon) silahkan, dari penasehat hukum,
Pengacara : (reapon) terima kasih yg mulia,,
(berdiri menghampiri) tadi saudara mengatakan pada saat kejadian, sdr sedang
bersama Pratiwi, apa ini benar, ??
(respon hadi suryo) tolong jelaskan sdr sedang membicarakan apa pada saat
itu,,?
Hadi Suryo : Tentu membicarakan soal politik karena saat itu masa kampanye,,,
Pengacara : Membicarakan politik ya,
Bagaimana bisa seorang pratiwi yang tak lain teman istri saudara sesama
seniman bicara soal politik,?
Saudara tahu, data yang kami miliki, Pratiwi bukanlah figur politisi
melainkan sebagai pelukis sama seperti dengan Savitri dan istri saudara sendiri..
(direspon diam oleh Hadi Suryo),
Disaat mengunjungi rumah sdr, apakah sekedar berkunjung ataukah Pratiwi
sengaja datang karena sdr panggil untuk membicarakan sesuatu “yang (kode
tangan) dalam tanda kutip begitu?
Hadi suryo : Ya,, seperti biasa, karena memang teman dekat dengan istri saya, Pratiwi
sering sekali mengunjungi rumah kami dan kebetulan kami satu aliansi dalam
membicarakan pandangan politik, jadi kami hanya membicarakan
politik saja pak,
Pengacara : Yakin, sdr hanya membicarakan politik saja dengan Pratiwi,,?
sementara Pratiwi bukanlah tokoh politik, ia tak lain sahabat istri sdr yang
sebagai sesama pelukis di srikandi kanvas,,, jadi tolong jelaskan sejelas-jelasnya,
bagaimana mungkin sdr membicarakan politik kepada seseorang yang bukan
bagian dari politik,
Pratiwi adalah seniman lukis sama seperti savitri dan ningsih istri sdr, ketika
seorang pelukis bertemu dengan sesama pelukis, tentu bukan persoalan politik
saja yang dibicarakannya, korelasinya bertentangan, dan lebih tepatnya sebagai
pertemuan untuk mencapai kesepakatan antara saudara dengan Pratiwi,..
JPU : Keberatan yang mulia,
Ini adalah penggiringan asumsi,!
Pengacara : (cutting) benar asumsi yang dijadikan landasan hukum pada sidang sebelumnya
di Pengadilan Negeri hingga jatuhlah vonis 10 tahun penjara atas dasar yang
kau katakan ASUMSI...
Yang mulia, saksi ini telah menjadikan asumsi bagian dari kebenaran,
sedangkan faktanya pada saat kejadian, saksi sedang mengatur siasat kepada
Pratiwi agar Savitri tak bisa mengambil lukisan miliknya sendiri yang telah
dirampas oleh saksi ini,
JPU : (respon marah) keberatan yang Mulia, Anda tidak bisa menekan saksi dengan
alibi yang tidak diketahuinya,
Hakim ketua : Keberatan ditolak, silahkan lanjutkan (pada pengacara)
Pengacara : Terima kasih yang Mulia,
(pada saksi) sdr tidak bisa menjawab apa yang sedang dibicarakan pada saat
Kejadian bersama Pratiwi, sementara faktanya sdr dengan Pratiwi memiliki
benang merah atas transaksi pinjaman uang terdakwa Savitri kepada sdr saksi
Hadi Suryo senilai 14jt sehingga atas dasar ini, sdr saksi meminta jaminan
atas lukisan milik Savitri,
JPU : (cutting) Keberatan yang mulia,
Ini sudah mengarah pada tuduhan tanpa bukti yang mendasar,
Hakim ketua : sdr penasehat hukum, apakah sdr menyadari konsekwensinya bila
menyampaikan dalam persidangan ini tanpa bukti-bukti yang valid, maka sdr
dapat ditindak pidana,?
Pengacara : Yang mulia, apa yang kami sampaikan adalah kebenarannya pada saat kejadian,
terbukti sdr saksi telah berkata bohong di dalam persidangan ini, yang
mengatakan hanya sebatas kenal Pratiwi sebagai sahabat Ningsih, namun
sesungguhnya sdr saksilah yang memanggil Pratiwi untuk merundingkan siasat
atas penguasaan lukisan Savitri menjadi miliknya dengan merampas paksa,

Kami berikan bukti tanda terima sdr saksi kepada pratiwi kuitansi uang sejumlah
10jt tertanggal 12 agustus atas dasar saat kejadian telah disepakati kong kalikong
sdr saksi dengan pratiwi,, (menyerahkan bukti pada majelis hakim)
Hakim ketua : Bagaiamana sdr saksi, dapatkah anda menjelaskan tentang bukti ini kalau sdr
saksi telah memberikan uang atas persekongkolan itu,
Hadi suryo : (kebingungan) Begini yang mulia,
Benar saya telah memberikan sejumlah uang pada pratiwi, tapi itu untuk
keperluan politik saja seperti produksi bendera, kaos dan bukan untuk lainnya
yang mulia,
Hakim ketua : Jika untuk urusan politik, bukankah Pratiwi bukan seorang politikus dan tidak
berkaitan dengan urusan politik,?
JPU : Begini yang mulia, banyak hal yang tidak harus dibuka di dalam persidangan ini,,
terlebih persoalan uang,?
Hakim 1 : Itu nanti anda masukkan pada bagian eksepsi, dan pengadilan memerlukan
keterangan yang jelas dan terang benderang, silahkan dilanjut penasehat hukum.
Pengacara : Terima kasih yang mulia,
Seperti yang sudah terungkap dalam persidangan ini, jika saksi telah memutar
balikkan fakta akan persekongkolan dalam menguasai lukisan Savitri. Dimana
kasus ini hanyalah persoalan perdata semata tentang pinjam meminjam uang
atas kebutuhan terdakwa dengan saksi ini. (Berunding) ijinkan kami menyajikan
bukti lain yang mulia,
Hakim ketua : Bukti apa itu, (berunding dengan hakim 1 dan hakim 2)
Pengacara : Bukti selembar tiket konser pertunjukkan budayawan terkenal Arief Akbar
di semarang tertanggal 13 agustus,, tiket ini oleh sdr saksi dibelikan secara
khusus utk Pratiwi karena budayawan arief akbar adalah idolanya Pratiwi, dan
sebagai ucapan terima kasih kepada Pratiwi atas berhasilnya menguasai lukisan
Savitri,
JPU : Keberatan yang mulia,
Apa korelasinya dengan sebuah tiket karcis pertunjukkan,?
Pengacara : Benar ini hanya sekedar tiket karcis,
namun di balik tiket ini tertulis tangan oleh Hadi Suryo dengan kalimat,
“semoga kau bahagia melihat idolamu, dan terimaksih telah selamatkan pohon
emasku,”(Merespon meledek)
Mohon diterima alat bukti ini yang mulia, (serahkan majelis hakim)
Hakim ketua : (pada saksi) Apakah benar ini tulisan saudara saksi,?
Hadi Suryo : (pucat pasi) ya benar yang mulia itu tulisan saya,,
Hakim ketua : (berunding hakim 1 dan 2) Apakah ada lagi yang akan di pertanyakan dari
penasehat hukum,?
Pengacara : Sampai di sini, cukup yang mulia,

(kemudian lampu mulai gelap, hingga sang penitera memukul gong pertanda sidang berlanjut
dgn kesaksian lainnya, )
PLOT 9

Panggung : ruang sidang / persidangan

Rolling plot 8 setelah panitera memukul gong persidangan ke 20

Hakim ketua : Sidang PK atas kasus terdakwa Savitri kembali digelar dan terbuka untuk umum
(ketok palu 3x) berunding dengan Haki, 1 dan 2,
(pada JPU) Bagaimana sudah 8 saksi telah dihadirkan, apakah masih ada saksi lain
yang akan dihadirkan,?
JPU : Pada sidang sebelumnya, telah kami sampaikan kepada majelis hakim bahwa
kami masih tersisa 1 saksi lagi yang akan kami hadirkan yang mulia,, kami
panggilkan saksi atas nama saudari Pratiwi, silahkan (Pratiwi merespon )
dan ini tanda pengenalnya yang Mulia (serahkan KTP Pratiwi)
Hakim ketua : Sdri bernama Pratiwi, lahir di pati 14 bulan 12 1975 pekerjaan seniman,, (jeda) ini
sdri sebagai seniman apa,?
Pratiwi : Sebagai pelukis bu Hakim,,
Hakim ketua : Ooo sama dengan sdri terdakwa ya,, (respon Pratiwi)
Baik, alamat di jalan mengkudu nomer 15 kota pati, apa ini benar atau ada
perubahan,,?
Pratiwi : Benar yang Mulia,
Hakim ketua : Sdri sebagai saksi dalam persidangan ini, wajib memberikan kesaksian dengan
sebenar-benarnya dan tidak berbohong,
apakah sdri bersedia memberikan kesaksian di dalam sidang ini,?
(respon Pratiwi) silahkan anda disumpah dulu,

Kemudian pratiwi disumpah (tetrikal) lalu hakim mempersilahkan JPU utk dimulai,

JPU : Sdri saksi, pada saat kejadian lukisan tersebut dicuri, apakah sdri ada di tempat
kejadian,,?
Pratiwi : (mengangguk) Ya, saya ada disana pak,
JPU : Apakah sdri saksi mengenal dengan terdakwa,,? (Respon Pratiwi)
Bisakah sdri jelaskan hubungan sdri dgn terdakwa,,,?
Pratiwi Saya memang mengenal Savitri semenjak di Srikandi Kanvas, saya melihat ada
tabiat kurang baik seperti Savitri kerap sekali menjiplak lukisan-lukisan milik
teman-teman Srikandi Kanvas lainnya,
JPU : Maksud saudari saksi, bahwa saudari terdakwa ini bukanlah pemilik ide atas
lukisan sandal tersebut ?
Pratiwi : Ya, dalam karya Savitri seringkali menjiplak karya-karya milik teman-teman pak,
seperti lukisan sandal ini, sebetulnya itu gagasan Ningsih bukan Savitri,

(mendengar ini savitri marah besar dan berdiri sembari berteriak,)


Savitri : Bohong, dia bohong yang mulia, (improvisasi kemarahan pada Pratiwi)
bukankah kau tahu siapa yang terbaik dari murid eyang warno,!!
Hakim ketua : (ketok palu) tenang, tenang, nanti sdri terdakwa bisa menyanggahnya,,
Silahkan dilanjut (pada pratiwi)
Pratiwi : Sementara hanya itu yang saya ketahui pada diri TERDAKWA yang mulia,
JPU : Lalu saat kejadian, apakah sdri melihat sendiri lukisan itu dicuri oleh sdri
terdakwa,?
Pratiwi : Benar pak, saya melihatnya Savitri membawa lukisan itu dari rumah Hadi Suryo,
JPU : Sampai di sini, cukup yang mulia,

Hakim ketua : (respon Pratiwi) sdri paham konsekwensinya jika bicara bohong,
Dari penasehat hukum apakah ada yang ditanyakan,?
Pengacara : Terima kasih yang mulia,
(berdiri ke arah saksi) sdri saksi, sdh berapa lama sdri kenal dengan savitri,?
Pratiwi : Hhhmm, semenjak di Srikandi Kanvas, kurang lebih sudah 12 tahun pak,
Pengacara : 12 tahun ya, jadi dengan durasi pertemanan yang begitu lama dan bukan sekedar
pertemanan biasa karena sudah cukup lama sdri mengenalnya..
Jika demikian sdri saksi tentu mengenal karya Savitri yang berjudul
boneka gundul,
Pratiwi : Yaa, saya bahkan melihatnya saat Savitri selesaikan lukisan jelek itu (sinis)
Pengacara : Jadi anda tahu karya itu, (respon Pratiwi)
Ya ya, dalam karya boneka gundul
terdapat 5 figur yang sedang duduk di bawah pohon,
Apakah sdri saksi tahu, menggambarkan figur siapakah dari ke 5 figur di dalam
lukisan itu,?
Pratiwi : (kaget) Eemmm, kalau soal itu saya tidak tahu pak, bapak bisa tanyakan langsung
pada pembuat lukisan itu, mengapa tanya saya, gitu saja kok repot..
Pengacara : Yang mulia,
Kami sudah konfrontir dan menanyakan langsung pada Savitri siapa-siapa yang
dimaksud dari 5 figur yang duduk di bawah pohon,
diantaranya adalah sdri Pratiwi,
(Menunjukkan copy lukisan Pratiwi)
Yang Mulia, kami tunjukkan karya lukisan Pratiwi yang berjudul DI BAWAH BULAN
Dimana lukisan ini menggambarkan sosok Savitri dalam Srikandi Kanvas adalah
Bulan yang Menyinari,
kaitannya,, tentu savitri adalah pengayom dan bukan tukang jiplak karya orang
lain, (menunjukkan bukti) pada \Narasi lukisan DI BAWAH BULAN, tertulis,
“untuk kakak tercinta Savitri yg telah mengilhami lukisan ini menjadi indahnya
bulan purnama menerangi kegelapan, tertanda pratiwi,”
pada pameran lukisan di Yogyakarta tahun 1986,,”
(serahkan bukti pada majelis hakim)
Jadi kesimpulannya yang mulia, bagaimana mungkin sang panutan dicitrakan
sebagai tukang jiplak karya, mohon dipertimbangakan yang mulia
,
Hakim ketua : (marah) Kami ingatkan sdri saksi untuk bicara jujur dan memberikan keterangan
yang sebenar benarnya,
Sdri tahu hukumannya bilamana memberikan ketarangan palsu,
(respon pratiwi memucat) kemudian majelis hakim berunding,
Ada lagi yang akan ditanyakan, (pada pengacara)
Pengacara : (pengacara lain) satu pertanyaan lagi yang mulia,
(pada saksi) tadi sdri saksi mengatakan telah melihat sendiri pelaku pencurian
sebagai saksi kejadian,
Apakah benar sdri melihatnya sendiri kalau Savitri yang mencuri lukisan itu,?
Pratiwi : yaa iyalah, masak iya dong, saya melihat nya sendiri,
Pengacara : Saya ingatkan, tadi anda sdh ditegur oleh majelis hakim bilamana anda
memberikan keterangan palsu dapat dipidana, masih yakin kah dengan
pernyataan sdri jika sdri saksi telah melihat langsung Savitri yang mencuri lukisan
itu, yang sejatinya bahwa itu lukisannya sendiri dicuri oleh pembuatnya sendiri,?

(respon mantap tanpa keraguan jika pratiwi memang melihat Savitri mencuri)

Majelis hakim yang Muliasaksi ini telah berbohong berkali kali di dalam
memberikan kesaksian PALSU,
dalam tindak kejahatan selalu ada motif yang Mulia,
sememtara disini,
Kami tak melihat adanya motif apapun atas kasus pencurian Savitri,,

Sementara kejadian yang sesungguhnya adalah seperti ini,!!!

(Lampu padam dan Rolling plot 10)


PLOT 10

Panggung : rumah hadi suryo dan ningsih,,


Tata lampu sangat cerah dominan biru,,, (flashback)

Tampak sosok Hadi Suryo tengah panik oleh sebab lukisan Savitri akan diminta kembali,

Hadi Suryo : Waduhhh, bagaimana ini kalau lukisan aji ini kembali diambil pemiliknya Savitri,
Bagaimana dengan nasib karier ku, bisnisku, uangku, dan segala kekayaan ini,!!
Pohon emasku akan sirna semua dong kalau aku tak lagi menyimpan
lukisan ini (sembari menggeleng-geleng bingung)
Tidak, tidak, aku tak mau hidup keree lagi,
Biar bagaiamanapun aku harus mengusai lukisan aji ini,
(Improvisasi lebih Utama)
(menengok kehadiran istrinya Ningsih dan Pratiwi yang belum juga nongol)

Duhhh, mana lama sekali istriku ini,


Kira2 Pratiwi berhasil atau tidak yaaa mempengaruhi Savitri untuk tidak menebus
Lukisannya yang sedang digadai kepadaku,?
(Anatlomi) semoga saja ningsih dan pratiwi bisa yakinkan savitri agar lukisan mau
dijual kepadaku,

(lalu masuklah ningsih dan pratiwi)

Hei heii,, gimana istriku,, apakah kau bisa yakinkan savitri untuk mau menjual
lukisan nya,
(respon Ningsih panik) Pratiwi,.. apakah berhasil,... Savitri mau menjual
lukisannya,?
Pratiwi : (menggeleng) dia tak mau menjualnya sekalipun seharga seratus rudal milik iran
mas Hadi, dan dia tetap bersikukuh untuk mengambil lukisan itu dari kalian.
Hadi Suryo : Ahhhhh (menggeram) lantas bagaimana nasib kita bila lukisan ini diambil
kembali,?
Maukah kau kembali hidup susah seperti dulu istriku,,,? (pada Ningsih)
Ningsih : (menggeleng) apapun yang terjadi kita tak boleh biarkan Savitri mengambil
lukisan ini,,
(mendekat pada lukisan) lihatlah,, ini bukanlah sembarang lukisan,, benar sabdo
Eyang Warno,
siapapun yang menguasai lukisan ini akan makmur hidupnya dan kaya raya
serta bergelimang harta dan tahta,
Pratiwi : (mendekati ningsih) sahabatku, aku tahu banyak semuanya atas capaianmu
akibat lukisan ini, dan tak aku pungkiri,, akupun turut merasakan nikmatnya
bergelimang harta dari pengaruh lukisan itu ada di rumah kalian,
Kau dan suamimu harus bisa pertahankan lukisan ini, kalau perlu seret Savitri ke
penjara,!!!
Ningsih : Penjara, bagaimana caranya Pratiwi,
Pratiwi : Tadi Savitri mengatakan padaku kalau dia akan kesini, (laku serius)
Nanti setelah Savitri sampai di sini kalian berdua di dalam kamar saja, biar aku
yang menemui Savitri,
respon Ningsih & Hadi Suryo) Nanti aku akan katakan pada Savitri kalau
kalian sedang istirahat, dan aku akan sarankan pada Savitri,
“ itu kan lukisanmu sendiri, mengapa tak kau ambil saja dan bawa pulang,
semua orang juga tahu kalau itu adalah lukisanmu,
sana cepatlah kau bawa pulang lukisan itu mumpung Ningsih dan suaminya
sedang di dalam kamar,”
(Respon Ningsih dan Hadi Suryo tak setuju jika lukisannya justru dibawa Savitri)
Kalian ini gimana sih, kan nanti tinggal kalian laporkan saja pencurian Benda Seni
bernilai tinggi, yang pengelolaannya hanya oleh negara...
ada undang2 nya dan kasih duit polisi dan jaksa, selesai sudah urusannya,
Ningsih : wahhhh kamu sungguh pintar sekali Pratiwi,
Hadi Suryo : ya ya ya, aku setuju sekali Pratiwi,
(sedikit bingung) maafkan kami Savitri, aku terpaksa karena kami tak mau
kembali hidup susah dan kereee,

(kemudian savitri mendatangi mereka (tetrikal stage) menggambarkan Savitri mengikuti


arahan Pratiwi mengambil dan membawa lukisan itu,

(lampu kembali padam dan rolling plot 11)


PLOT 11

Panggung : ruang sidang kembali,,,,


Tata cahaya tetap terang benderang,,

Pengacara : Demikianlah faktanya dimana semua bukti-bukti mengarah pada siasat busuk
saudari saksi ini dalam membantu saudara Hadi Suryo dalam menguasai atas
lukisan yang telah dilukisnya sendiri oleh Savitri yang Mulia,
Sdri savitri dijebak dan diarahkan oleh saksi untuk mengambil dan membawa
lukisan miliknya sendiri hingga tertuduh pada pasal-pasal pencurian benda-
benda seni bernilai tinggi, sedangkan status lukisan ini adalah persoalan
sangkutan hutang piutang, dimana sdri Savitri telah meminjam uang pada
Hadi Suryo sehingga Hadi Suryo meminta jaminan
atas hutang tersebut sebuah lukisan milik Savitri,
JPU : Keberatan yang mulia,
Tidak ada transaksi hutang piutang dalam kasus ini yang mulia,
Pengacara : Jika tidak ada persoalan hutang piutang, lalu atas dasar apa Savitri pada tanggal
17 Agustus memberikan uang sejumlah 2 juta kepada Hadi Suryo, bukankah ini
adalah UPAYA niat mencicil atas hutang Savitri pada sdr Hadi Suryo,?
(mengambil barang bukti) kembali kami hadirkan bukti kwitansi pembayaran
Savitri 2 juta pada saudara hadi suryo atas sebuah niat mencicil hutang yang
Mulia, (berjalan serahkan pada majelis)

(kemudian pengacara datangi saksi) tidak diragukan lagi, inilah faktanya jika sdri saksi telah
berbohong dalam persidangan ini,,!!!
Cukup sekian dari saya yang mulia, (berlalu ke meja nya)

(majelis hakim terlihat berunding pada hakim 1 dan 2)

Diringi musik dan suara narator,


Narasi :
Keadilan akan selalu memancarkan cahaya pada sebuah kebenaran,
Savitri kini tersenyum lebar dan mengembang riak suka cita,
Savitri kini berbahagia karena memiliki putra yang sangat gigih membela sebuah lebenaran,
Savitri kini dapat bersenandung atas sebuah maha karya yang bernyanyi,
Pengadilan tak lagi menyeramkan bagi insan yang memiliki kejujuran,
Terali besi tak lagi pengap bagi insan yang mempunyai hati nurani,,

Menebar kebaikan,,
Menebar kebenaran,,
Maka niscaya tak perlu lagi bersandar pada kepalsuan dan kehinaan atas permainan dunia,,,

(kemudian hakim ketua mengetuk palu)


Hakim ketua : Berdasarkan bukti2 yang ada, maka pengadilan memutuskan untuk menangkap
sdri pratiwi atas dakwaan memberikan keterangan palsu,,
Petugas,
Tangkap Pratiwi dan segera proses BAP,

(2 orang polisi datang menangkap pratiwi)

(improvisasi Pratiwi atas peristiwa ini, roll stage menolak ditangkap dan lampiaskan marah
menghampiri savitri).

LAMPU PADAM, tetap terdengar rintihan pratiwi,


PLOT 12

Panggung : ruang sidang

Dihadirkan sosok Eyang Warno dan Kusno Aji \


sebagai kunci atas menangnya Savitri dalam persidangan PK

DIALOG MAJELIS HAKIM, JPU DAN PENGACARA full improvisasi ENDING DRAMA,,
Sepenuhnya sesuai arahan SUTRADARA utk menutup ENDING DRAMA MALING SANDAL,,

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai