MALING SANDAL
Savitri : ( monolog )
Tidak, tidak,
Jika aku SRI DAYANG WARNI, maka tak akan mungkin aku terpuruk disini ?
Telah kulukis suara hati,
Telah kulukis langkah kaki suamiku
Ada tangis dan tawa
Ada duka dan suka saat kita berdua memadu, kasih duhai suamiku,
Andaikan kau masih ada disisiku,
Tentulah suamiku akan selalu menjagaku
(menangis)
Langkahku gontai dan terjatuh bersama sandal impian kita,
Mereka, mereka, mereka telah merampas pijakan kaki kita,
Dengan sengaja mereka melecehkan aku dan jebloskan atas hasil dari hasil karya kita,
(tambahan improvisasi jika memungkinkan)
(kemudian savitri teringat algor buah hati nya)
Algor....!
Ya aku masih punya buah hati kita,
Algor putraku, tolong ibu mu ini nakk,
Wahai cakrawala, aku memanggil anakku melalui getar rasa,
Wahai algor anakku, ibu memanggilmu nak,
Datanglah pada ibumu ini nak,
Tata lampu meredup dan rolling pada babak TERALI BESI terlihat Savitri teramat gelisah,
3 koreo ballet memasuki level menari nari memberikan arahan akan sambung rasa antara Algor
dan Savitri.
Algor dan Savitri menata gerak laku berbagi rasa dan bathin tanpa kata kata,
Dilanjutkan suara jam berdentang keras pertanda setting baru tercipta, dimana selanjutnya
muncullah berita berita dan koran, serta para wartawan membicarakan Savitri telah di penjara
dengan vonis 10 tahun..
Hadi suryo sedang duduk menghitung uang, sedangkan ningsih duduk sedang merias diri.
(Improvisasi Hadi Suryo soal kekayaannya semakin banyak)
Sketsa kain putih di sorot lampu, terlihat adegan Ningsih membagikan uang kepada adik2nya
(lampiran dialog, disesuaikan berita nasional yang sedang tranding /majas sindiran)
Siluet sketsa kain putih diiringi musik tabuh kendang, dan kemudian Ningsih bersama para
pembantu menghampiri Hadi Suryo
Ningsih : Mas Hadi, di luar ramai sekali, bukannya hari ini sampeyan mau gegandrungan
bareng sama penduduk desa? (respon Hadi Suryo mengingat ingat)
Lho piye tho mas, masak lupa sama rencana sendiri?
Hadi Suryo : Ini hari apa tho,?
Ningsih : Lho lho lho, sekarang ini kan hari Kamis malam Jumat kliwon mas,
Hadi Suryo : Astaga nagaaa (tepok jidat), walah dalahh, kok aku bisa lupa ya istriku (sedikit
tersipu). Ya sudah, kamu ambilkan uang lagi yang banyak buat saweran, biar
seluruh warga gembira bahagia,
Ningsih : Mau ambil uang berapa tho mas?
Hadi Suryo : ambil saja dulu satu karung
Ningsih : Oceee tuan besar,
Kemudian terdengarlah musik pengiring penanda Horamg Kaya sang Hadi Suryo.
Kursi kebesaran dibawa ke tengah serta duduklah Hadi Suryo di Kursi tersebut.
(Mulailah pertunjukkan musik-musik tradisional Jaipong,Rampak, dsb disesuaikan dengan
budaya lokal masing-masing ditiap daerah.
IMPROVISASI FULL HADI SURYO DAN NINGSIH MEMBERIKAN ADEGAN PENGHAMBURAN UANG
PLOT 5
Tak lama muncul berjalan gemulai (teatrikal) sosok Nyi Guru Gandawati.
Serentak para Srikandi memberikan salam : Salam hormat kami untuk Nyi Guru Gandawati,
(Dan direspons oleh Gandawati)
Nyi Guru Gandawati: (sembari mengamati pelukis) Kalian harus tahu, melukis adalah bukan
sekedar imajinasi. Melukis adalah kekuatan sekaligus tantangan. Tak ada
beda dengan kehidupan nyata yang tak pernah berbohong.
Kau harusnya memberi anak panah pada busurnya (menunjuk lukisan
Figur dan direspons).
Ketahuilah, dalam menjalani hidup kalian sebagai Srikandi harus mampu
memberikanng baik dalam bermasyarakat. Karena dengan itu kalian telah
menunjukkan kehormatan kalian di mata Tuhan dan di hadapan
khalayak.
Figur C : Nyi Guru, bagaimana jika ternyata upaya kita sebagai para Srikandi tak di
pandang mata oleh para khalayak umum?
Nyi Guru Gandawati: Apa yang kau maksud nak,?
Figur C : Seperti pada lukisanku ini Nyi Guru, di luar sana banyak tindak perbuatan
yang buruk eksploitasi kaum wanita di mata para lelaki.
Nyi Guru Gandawati: Seharusnya kalian memahami hukum gravitasi berat. Segalanya akan
Menjadi tolak ukur jika kalian mencerminkan bukan sebagai Srikandi, dan
kalian akan merasakan ketika bobot kebaikan yang kalian berikan pada
kecantikan dan keindahan laku sebagai Srikandi, maka itulah sesuatu yang
akan membawamu pada kepastian penghormatan.
Figur D : Nyi Guru (bertanya dan melambai tangan), bagaimana jika bukan
kehendak kita, namun dari para kaum lelakilah yang membuat kerusakan?
Nyi Guru Gandawati: Yakinlah pada diri sendiri dan selalu memohon perlindungan pada sang
pemilik langit dan bumi, niscaya semua yang kalian khawatirkan tak akan
pernah terjadi.
Figur D : Tapi Nyi Guru Gandawati, kami semua telah melakukan apa yang guru
ajarkan. Namun tetap saja di luar sana banyak para wanita dieksploitasi,?
Nyi Guru Gandawati: Apakah kalian menyerah dan meragukan kekuatan doa,?
(lalu figur B memanggil teman-temannya) hei hei sini, ini putra nya Savitri telah kembali,
(semua merespon ke gandrungan) laku dan gerak disesuaikan sesuai arahan sutradara,
Saat musik terhenti,
Savitri monolog,
Savitri : Duhai gelapnya jeruji besi,
Andai dapat ku urai kata dan kuungkapkan gundah gulana ini,
Maka tak semestinya aku terpuruk disini,
Akankah kulepaskan ikhlas atas putusan 10 tahun ini,
Sementara tak seharusnya semua ini menimpa padaku,
10 tahun, tak akan kulihat sinarnya mentari,
10 tahun, selesai sudah keringat ini mengering,
Karena 10 tahun kedepan dapat kurasakan darahku dikuras sang waktu,
Wajahku,
Kulitku ini,
Serta tulangku akan merapuh,
Lihatlah,
Para hakim berjubah kehormatan bersimbah darah kotor,
Menipu diri sendiri dan untuk dirinya sendiri,
Sungguh, tak pantas jubah itu kau kenakan,
Bilamana dengan jubahmu telah tergadai kenistaan
Menghakimi sesuatu yang tak bergerak,
Meniduri mayat2
Serta mencincang-cincang kebenaran
Hingga robek berkalang-tanah tanpa tersisa sedikitpun,
Keadilan,
Kebenaran,
dImana kalian,?
Algor : Dulu sewaktu aku kecil, aku teringat perkataan guru Eyang Warno, (improvisasi)
Savitri : ( cutting) eyang warno,!!
Algor : ya ibu, Eyang Warno pernah berkata padaku,
“cucuku kelak suatu hari nanti jika sudah tiba waktunya, kau harus datangi ibumu
dan bebaskanlah duka nestapanya oleh sebab hasil dari buah goresan jari
jemarinya, ?”
Ya aku ingat ibu, eyang warno berkata jelas sekali dihadapan mukaku ini, jika saat
itu telah tiba padaku, mintalah AIR CAWAN pada ibumu, aku tak mengerti tentang
AIR CAWAN ini ibu, apa maksudnya,
Savitri : Air Cawan, ?
Algor : ya ibu, ibu tahu maksud dari eyang warno,
Savitri : (berpikir) ibu ingat anakku,
(berjalan membelakangi) jadi selama ini eyang warno telah melihat kejadian ini,,
Kejadian yang akan menimpa ibu mu ini anakku,,
Ohhh guru, mengapa kau tak pernah memberitahukan aku walau dalam isyarat,, ?
Mengapa kau tak beberkan akibat dari buah lukis GANTUNG DARAH ini,
(mendesah) Algor anakku,,ibu tahu akan pesan Eyang Warno ini,
Algor : (merespon)
Savitri : di lembah Lawu ada sebuah pancuran air, sama persis dengan lukisan yang ibu
gores,
Datanglah kesana anakku, kau harus menemui Eyang Warno
di tepian pancuran air itu..
Algor : Bukankah Eyang Warno telah mangkat 10 tahun yang lalu ibu, ?
Savitri : ya benar,
Tapi eyang warna dapat menemuimu di tepian pancuran air itu anakku,
Algor : Bagaimana caranya ibu, kan sdh tiada,,!
Savitri : Dengan Air Cawan yang kau taburkan di tepian pancuran, niscaya Eyang Warno
akan datang padamu,
Pulanglah ke rumah nakk, di kamar ibu, di sudut lemari kecil
ada botol berisi Air Cawan,
bawalah dan segeralah kau pergi ke lereng lawu, tanyakan pada Eyang Warno akan
nasib ibumu ini,
dan harus bagaimana agar terbebas dari jeratan penjara ini,
Algor : (merespon) baik ibu, aku akan langsung kesana untuk mencari bukti-bukti,
Bersabarlah ibu, aku pasti akan membebaskan ibu,
Savitri : (merespon)
Kemudian Algor berpamitan dgn Savitri utk menemui eyang warno di lereng gunung Lawu,\
PLOT 7
Algor dan Eyang Warno improvisasi sesuai ARAHAN SUTRADARA hingga sampailah pada
persidangan,,
Panitera : (memukul gong) sidang PENINJAUAN KEMBALI atas permintaan Algor Partners
atas kasus SAVITRI kembali digelar dan dibuka untuk umum.
Demikian yang Mulia vonis terpidana savitri telah ditetapkan dan diterima baik
JPU dan terpidana tanpa proses pengajuan banding,
Hakim 2 : Apakah ini sudah termasuk berkas-berkas acara penyidikan dan penyelidikannya
JPU : Benar yang mulia, 4 bundle berkas sudah menyeluruh, lengkap dan sudah kami
berikan pada majelis hakim tadi,
Hakim ketua : Ya,, baik,
(pada Savitri) apakah saudari sudah mendengar penetapan vonis yang tadi telah
dibacakan,?
(respon Savitri) jika demikian, apakah saudari terdakwa menerima penetapan
tersebut atau menolaknya,?
Savitri (tampak kebingungan)
Hakim ketua : Saudari terdakwa, apakah saudari menerima hasil penetapan vonis yang tadi
telah dibacakan oleh penuntut umum,, ?
Savitri : (masih bingung dan menoleh Algor) (algor respon menggeleng yang artinya
MENOLAK)
Hakim ketua : Artinya begini, tolong untuk diperhatikan...
Kalau saudari terdakwa menerima penetapan putusan tadi, maka selesailah,
Sidang ini ditutup dan kamu kembali lagi ke penjara untuk menjalani vonis 10
tahun dari putusan pengadilan negeri sebelumnya yang tadi telah dibacakan JPU,
Jadi bagaimana,
Apakah saudari terdakwa menerima atau menolaknya,
Savitri : Menolak yang mulia,,
Hakim ketua : Menolak,? (respon)..
Apa saudari yakin bisa memaparkan bukti-bukti baru dalam persidangan ini, ?
Pengacara : Yang mulia, tentulah telah kami siapkan bukti-bukti baru yang nanti akan
membuka tabir atas amburadulnya vonis yang salah alamat ini,
Hakim ketua : Ya itu nanti silahkan anda uraikan di dalam persidangan ini,
Artinya kamu menolak vonis yang telah dijatuhkan tadi,?
Jika demikian, silahkan saudara JPU mengajukan dan mempersiapkan saksi-saksi
(sambil membaca berkas) disini saya lihat masih terkait 3 saksi terdahulu yang
akan anda ajukan, apakah ada saksi baru untuk dihadirkan dalam persidangan
ini,, ?
JPU : Ada 1 yang mulia,
Selain 3 saksi terdahulu, kami akan ajukan dalam persidangan ini,
Saksi tersebut bernama Songko Jalitot,
Hakim ketua : Siapa namanya,?
JPU : Sdr Songko Jalitot yang Mulia,,
Hakim ketua : (respon) kok aneh namanya, saya catat saksi berikutnya adalah saudara
Songko Jalitot, (respon mencatat)
Pengacara : Keberatan yang mulia,
Menurut catatan kami, sdr songko jalitot adalah sosok paranormal,, dari
namanya nya sudah tidak berbobot dan bonapid alias sangat tidak kompeten.
Bagaimana mungkin seorang cenayang dapat memberikan kesaksian di dalam
persidangan ini yang Mulia?
Hakim ketua : (pada JPU) Apakah benar saksi ini seorang, DUKUN....
JPU : Benar yang Mulia, bukankah setiap manusia sama dimata hukum yang
mempunyai hak kesaksian...
Pengacara : Yang mulia,, persoalannya saksi tersebut bukanlah saksi peristiwa, yang ada pada
saat kejadian, jadi mana mungkin dapat memberikan kesaksian yang obyektif,,
bisa2 kesaksiannya hanya persoalan jodoh dan me melet yang mulia karena yang
mulia sosok yang cantik mempesonah, terima kasih,
JPU : sdr pengacara, anda terlalu naif dalam menilai,
Kedudukan seseorang adalah sama dimata hukum dan memiliki hak sama pula
dimata hukum, jadi dia tetap memiliki hak kesaksian,
Pengacara : (berdiri) kesaksian berdasar asumsi,?
Saya bertanya kepada anda,, saat dulu anda selesaikan sidang skripsi, apakah
tema skripsi yang mangacu pada pendapat asumsi dapat diterima dalam sidang
pendadaran,,? Tentulah hasil skripsi harus berdasarkan fakta dan tesis, disertasi
akurat yang dapat diterima dan bukan hanya sebuah asumsi belaka, kami tetap
keberatan dan menolak saksi ini yang mulia,
(improvisasi debat JPU dan pengacara)
Hakim ketua : (mengetuk palu) sudah, sudah, keberatan dari penasehat hukum diterima,
Mengingat saksi ini bukanlah saksi kejadian, saksi ahli dan saksi keterikatan,
(kemudian lampu menyusut gelap, siluet menggambarkan hiruk pikuk persidangan yg alot
diawal persidangan dgn laku tanpa dialog)
PLOT 8
Panitera berulang-ulang memukul gong pertanda sidang dimulai, hingga sampailah pada sidang
ke 10,
Hakim ketua : Sidang lanjutan PK atas terdakwa Savitri kembali digelar dan terbuka untuk
umum,,(ketok palu 3kali)
Bagaimana sdr JPU , apakah sidang hari ini sudah bisa menghadirkan para
saksi-saksi,, ?
JPU : Sudah yang Mulia, semua saksi sudah hadir dan siap dimintakan kesaksiannya,,
Hakim ketua : Bagus,, untuk mempercepat persidangan ini silahkan dihadirkan,,
JPU : Baik yang mulia, yang pertama kami panggilkan saksi atas nama sdr Hadi Suryo
(respon Hadi Suryo) silahkan pak,,
Hadi Suryo : (melangkah meja saksi)
Hakim ketua : (pada hadi suryo) tolong identitasnya pak,, (meminta KTP)
Hadi Suryo : (respon memberikan KTP)
Hakim ketua : Saudara atas nama hadi suryo, umur 42 tahun, pekerjaan politisi,
(jeda) ini sdr anggota dewan atau sebagai anggota partai, ?
Hadi Suryo : Saya sebagai anggota dewan sekaligus aktif dalam kepengurusan partai politik
bla bla bla yang mulia,,
Hakim ketua : Partai bla bla bla maksudnya partai apa itu, ?
JPU : Begini yang mulia,, karena ini persidangan kasus kriminalitas, jadi saksi ini tak
perlu menyebutkan nama partainya yang mulia,,
Hakim ketua : lho kok begitu, ndak apa2 tho disebutkan nama partai nya supaya jelas saksi ini
aktif di partai mana, di KTP tidak tercantum, makanya saya mau tahu saksi ini
aktif dipartai mana,
Ini tidak melanggar ketentuan,, menyebutkan profesi yang jelas adalah
kebenaran dalam sebuah kesaksian agar tidak bias,, jadi sdr saksi aktif di partai
mana,,?
Hadi suryo : Yang jelas bukan partai golidar, damkar, pkip, ptb ataupun gerunding yang mulia,
Hakim Ketua : Trus saudara ini dari partai mana,?
Hadi suryo : dari partai SBI yang mulia,
Hakim ketua : partai SBI (semua bisa indah), (berpikir) ya ya partai gurem yang warna abu-abu
itu ya,
Baik saya lanjut, nama hadi suryo, umur 42 tahun, pekerjaan anggota dewan
partai SBI (semua bisa indah) alamat jl. Sakti mandroguno no 212 rt 007 rw 13
kota Antah Brantah Jawa Tengah, apa ini sudah benar yang saya sebutkan tadi ?
Hadi suryo : Ya benar yg mulia,,
Hakim ketua : sdr tahu hadir disini utk memberikan kesaksian, bicara benar dan tidak
berbohong, bilamana sdr terdapati memberikan keterangan palsu, maka sdr
dapat dipidana, apakah bisa dimengerti,
sdr pengacara dapat diterima saksi ini,, (respon pengacara),
silahkan disumpah dulu.
(Setelah saksi disumpah) Jika demikian silahkan dimulai sdr JPU,
JPU : Sdr saksi, sebelumnya apakah sdr mengenal dengan terdakwa Savitri,,
Hadi Suryo : Ya, saya mengenalnya pak Jaksa.
JPU : Sdr mengenalnya.. sebagai apa dan sejauh mana sdr mengenal dengan sdri
terdakwa Savitri ?
Hadi suryo : Saya mengenal dia sebagai sahabat istri saya Ningsih pak, dan dia sering
berkunjung ke rumah kami sebagai layaknya seorang sahabat dengan istri saya,
JPU : Apakah sdr ada hubungan darah,
Hadi suryo : Tidak ada pak,
JPU : Jadi sdr mengenal sdri terdakwa ini hanya sebatas teman akrabnya istri sdr,
(respon hadi suryo) apakah selama pertemanan dengan istri sdr ada hal-hal
aneh, seperti sikap-sikap yang mencurigakan atau lainnya,,
Hadi Suryo : Benar pak, saya mulai curiga pada saat istri saya mengeluh tentang savitri yang
sering meminta uang pada istri saya, lalu ujung2 nya di 2 minggu berikutnya
Savitri mengambil lukisan saya, yang saya letakkan di ruang tamu depan pak,
JPU : (respon) mengambil lukisan,? Kenapa tak ambil itu kulkas atau komputer,?
(direspon Hadi Suryo) Lalu, kapan kejadian tepatnya, lukisan sdr dicuri sdri
terdakwa, ?
Hadi suryo : Kalau ndak salah di bulan agustus pas saya sedang kampanye legeslatif pak,,
JPU : Baik, lalu bagaimana sdr yakin kalau Sdri Savitri lah yang telah mencuri lukisan
itu,,?
Hadi suryo : Pada saat itu saya sedang berbincang-bincang dengan Pratiwi di ruang tengah,
sedangkan Savitri sedang bertemu istri saya ningsih di ruang tamu, tak lama saya
dengar savitri dan ningsih seperti meributkan sesuatu, saat saya datangi benar
saja istri saya menjelaskan baru saja savitri mengambil dan membawa lukisan
kami yang kami letakkan di dinding ruang tamu,
JPU : Jadi pada saat itu sdr melihat sendiri pelaku pencuriannya adalah sdri Savitri,,,?
Hadi suryo : Benar pak,
JPU : Anda yakin telah menyaksikan sendiri, jika Savitri telah mengambil lukisan yang
tergantung di rumah saudara? (Menegaskan, dan direspon Benar)
(pada majelis hakim) sampai disini cukup yang mulia,
Hakim ketua : (respon) silahkan, dari penasehat hukum,
Pengacara : (reapon) terima kasih yg mulia,,
(berdiri menghampiri) tadi saudara mengatakan pada saat kejadian, sdr sedang
bersama Pratiwi, apa ini benar, ??
(respon hadi suryo) tolong jelaskan sdr sedang membicarakan apa pada saat
itu,,?
Hadi Suryo : Tentu membicarakan soal politik karena saat itu masa kampanye,,,
Pengacara : Membicarakan politik ya,
Bagaimana bisa seorang pratiwi yang tak lain teman istri saudara sesama
seniman bicara soal politik,?
Saudara tahu, data yang kami miliki, Pratiwi bukanlah figur politisi
melainkan sebagai pelukis sama seperti dengan Savitri dan istri saudara sendiri..
(direspon diam oleh Hadi Suryo),
Disaat mengunjungi rumah sdr, apakah sekedar berkunjung ataukah Pratiwi
sengaja datang karena sdr panggil untuk membicarakan sesuatu “yang (kode
tangan) dalam tanda kutip begitu?
Hadi suryo : Ya,, seperti biasa, karena memang teman dekat dengan istri saya, Pratiwi
sering sekali mengunjungi rumah kami dan kebetulan kami satu aliansi dalam
membicarakan pandangan politik, jadi kami hanya membicarakan
politik saja pak,
Pengacara : Yakin, sdr hanya membicarakan politik saja dengan Pratiwi,,?
sementara Pratiwi bukanlah tokoh politik, ia tak lain sahabat istri sdr yang
sebagai sesama pelukis di srikandi kanvas,,, jadi tolong jelaskan sejelas-jelasnya,
bagaimana mungkin sdr membicarakan politik kepada seseorang yang bukan
bagian dari politik,
Pratiwi adalah seniman lukis sama seperti savitri dan ningsih istri sdr, ketika
seorang pelukis bertemu dengan sesama pelukis, tentu bukan persoalan politik
saja yang dibicarakannya, korelasinya bertentangan, dan lebih tepatnya sebagai
pertemuan untuk mencapai kesepakatan antara saudara dengan Pratiwi,..
JPU : Keberatan yang mulia,
Ini adalah penggiringan asumsi,!
Pengacara : (cutting) benar asumsi yang dijadikan landasan hukum pada sidang sebelumnya
di Pengadilan Negeri hingga jatuhlah vonis 10 tahun penjara atas dasar yang
kau katakan ASUMSI...
Yang mulia, saksi ini telah menjadikan asumsi bagian dari kebenaran,
sedangkan faktanya pada saat kejadian, saksi sedang mengatur siasat kepada
Pratiwi agar Savitri tak bisa mengambil lukisan miliknya sendiri yang telah
dirampas oleh saksi ini,
JPU : (respon marah) keberatan yang Mulia, Anda tidak bisa menekan saksi dengan
alibi yang tidak diketahuinya,
Hakim ketua : Keberatan ditolak, silahkan lanjutkan (pada pengacara)
Pengacara : Terima kasih yang Mulia,
(pada saksi) sdr tidak bisa menjawab apa yang sedang dibicarakan pada saat
Kejadian bersama Pratiwi, sementara faktanya sdr dengan Pratiwi memiliki
benang merah atas transaksi pinjaman uang terdakwa Savitri kepada sdr saksi
Hadi Suryo senilai 14jt sehingga atas dasar ini, sdr saksi meminta jaminan
atas lukisan milik Savitri,
JPU : (cutting) Keberatan yang mulia,
Ini sudah mengarah pada tuduhan tanpa bukti yang mendasar,
Hakim ketua : sdr penasehat hukum, apakah sdr menyadari konsekwensinya bila
menyampaikan dalam persidangan ini tanpa bukti-bukti yang valid, maka sdr
dapat ditindak pidana,?
Pengacara : Yang mulia, apa yang kami sampaikan adalah kebenarannya pada saat kejadian,
terbukti sdr saksi telah berkata bohong di dalam persidangan ini, yang
mengatakan hanya sebatas kenal Pratiwi sebagai sahabat Ningsih, namun
sesungguhnya sdr saksilah yang memanggil Pratiwi untuk merundingkan siasat
atas penguasaan lukisan Savitri menjadi miliknya dengan merampas paksa,
Kami berikan bukti tanda terima sdr saksi kepada pratiwi kuitansi uang sejumlah
10jt tertanggal 12 agustus atas dasar saat kejadian telah disepakati kong kalikong
sdr saksi dengan pratiwi,, (menyerahkan bukti pada majelis hakim)
Hakim ketua : Bagaiamana sdr saksi, dapatkah anda menjelaskan tentang bukti ini kalau sdr
saksi telah memberikan uang atas persekongkolan itu,
Hadi suryo : (kebingungan) Begini yang mulia,
Benar saya telah memberikan sejumlah uang pada pratiwi, tapi itu untuk
keperluan politik saja seperti produksi bendera, kaos dan bukan untuk lainnya
yang mulia,
Hakim ketua : Jika untuk urusan politik, bukankah Pratiwi bukan seorang politikus dan tidak
berkaitan dengan urusan politik,?
JPU : Begini yang mulia, banyak hal yang tidak harus dibuka di dalam persidangan ini,,
terlebih persoalan uang,?
Hakim 1 : Itu nanti anda masukkan pada bagian eksepsi, dan pengadilan memerlukan
keterangan yang jelas dan terang benderang, silahkan dilanjut penasehat hukum.
Pengacara : Terima kasih yang mulia,
Seperti yang sudah terungkap dalam persidangan ini, jika saksi telah memutar
balikkan fakta akan persekongkolan dalam menguasai lukisan Savitri. Dimana
kasus ini hanyalah persoalan perdata semata tentang pinjam meminjam uang
atas kebutuhan terdakwa dengan saksi ini. (Berunding) ijinkan kami menyajikan
bukti lain yang mulia,
Hakim ketua : Bukti apa itu, (berunding dengan hakim 1 dan hakim 2)
Pengacara : Bukti selembar tiket konser pertunjukkan budayawan terkenal Arief Akbar
di semarang tertanggal 13 agustus,, tiket ini oleh sdr saksi dibelikan secara
khusus utk Pratiwi karena budayawan arief akbar adalah idolanya Pratiwi, dan
sebagai ucapan terima kasih kepada Pratiwi atas berhasilnya menguasai lukisan
Savitri,
JPU : Keberatan yang mulia,
Apa korelasinya dengan sebuah tiket karcis pertunjukkan,?
Pengacara : Benar ini hanya sekedar tiket karcis,
namun di balik tiket ini tertulis tangan oleh Hadi Suryo dengan kalimat,
“semoga kau bahagia melihat idolamu, dan terimaksih telah selamatkan pohon
emasku,”(Merespon meledek)
Mohon diterima alat bukti ini yang mulia, (serahkan majelis hakim)
Hakim ketua : (pada saksi) Apakah benar ini tulisan saudara saksi,?
Hadi Suryo : (pucat pasi) ya benar yang mulia itu tulisan saya,,
Hakim ketua : (berunding hakim 1 dan 2) Apakah ada lagi yang akan di pertanyakan dari
penasehat hukum,?
Pengacara : Sampai di sini, cukup yang mulia,
(kemudian lampu mulai gelap, hingga sang penitera memukul gong pertanda sidang berlanjut
dgn kesaksian lainnya, )
PLOT 9
Hakim ketua : Sidang PK atas kasus terdakwa Savitri kembali digelar dan terbuka untuk umum
(ketok palu 3x) berunding dengan Haki, 1 dan 2,
(pada JPU) Bagaimana sudah 8 saksi telah dihadirkan, apakah masih ada saksi lain
yang akan dihadirkan,?
JPU : Pada sidang sebelumnya, telah kami sampaikan kepada majelis hakim bahwa
kami masih tersisa 1 saksi lagi yang akan kami hadirkan yang mulia,, kami
panggilkan saksi atas nama saudari Pratiwi, silahkan (Pratiwi merespon )
dan ini tanda pengenalnya yang Mulia (serahkan KTP Pratiwi)
Hakim ketua : Sdri bernama Pratiwi, lahir di pati 14 bulan 12 1975 pekerjaan seniman,, (jeda) ini
sdri sebagai seniman apa,?
Pratiwi : Sebagai pelukis bu Hakim,,
Hakim ketua : Ooo sama dengan sdri terdakwa ya,, (respon Pratiwi)
Baik, alamat di jalan mengkudu nomer 15 kota pati, apa ini benar atau ada
perubahan,,?
Pratiwi : Benar yang Mulia,
Hakim ketua : Sdri sebagai saksi dalam persidangan ini, wajib memberikan kesaksian dengan
sebenar-benarnya dan tidak berbohong,
apakah sdri bersedia memberikan kesaksian di dalam sidang ini,?
(respon Pratiwi) silahkan anda disumpah dulu,
Kemudian pratiwi disumpah (tetrikal) lalu hakim mempersilahkan JPU utk dimulai,
JPU : Sdri saksi, pada saat kejadian lukisan tersebut dicuri, apakah sdri ada di tempat
kejadian,,?
Pratiwi : (mengangguk) Ya, saya ada disana pak,
JPU : Apakah sdri saksi mengenal dengan terdakwa,,? (Respon Pratiwi)
Bisakah sdri jelaskan hubungan sdri dgn terdakwa,,,?
Pratiwi Saya memang mengenal Savitri semenjak di Srikandi Kanvas, saya melihat ada
tabiat kurang baik seperti Savitri kerap sekali menjiplak lukisan-lukisan milik
teman-teman Srikandi Kanvas lainnya,
JPU : Maksud saudari saksi, bahwa saudari terdakwa ini bukanlah pemilik ide atas
lukisan sandal tersebut ?
Pratiwi : Ya, dalam karya Savitri seringkali menjiplak karya-karya milik teman-teman pak,
seperti lukisan sandal ini, sebetulnya itu gagasan Ningsih bukan Savitri,
Hakim ketua : (respon Pratiwi) sdri paham konsekwensinya jika bicara bohong,
Dari penasehat hukum apakah ada yang ditanyakan,?
Pengacara : Terima kasih yang mulia,
(berdiri ke arah saksi) sdri saksi, sdh berapa lama sdri kenal dengan savitri,?
Pratiwi : Hhhmm, semenjak di Srikandi Kanvas, kurang lebih sudah 12 tahun pak,
Pengacara : 12 tahun ya, jadi dengan durasi pertemanan yang begitu lama dan bukan sekedar
pertemanan biasa karena sudah cukup lama sdri mengenalnya..
Jika demikian sdri saksi tentu mengenal karya Savitri yang berjudul
boneka gundul,
Pratiwi : Yaa, saya bahkan melihatnya saat Savitri selesaikan lukisan jelek itu (sinis)
Pengacara : Jadi anda tahu karya itu, (respon Pratiwi)
Ya ya, dalam karya boneka gundul
terdapat 5 figur yang sedang duduk di bawah pohon,
Apakah sdri saksi tahu, menggambarkan figur siapakah dari ke 5 figur di dalam
lukisan itu,?
Pratiwi : (kaget) Eemmm, kalau soal itu saya tidak tahu pak, bapak bisa tanyakan langsung
pada pembuat lukisan itu, mengapa tanya saya, gitu saja kok repot..
Pengacara : Yang mulia,
Kami sudah konfrontir dan menanyakan langsung pada Savitri siapa-siapa yang
dimaksud dari 5 figur yang duduk di bawah pohon,
diantaranya adalah sdri Pratiwi,
(Menunjukkan copy lukisan Pratiwi)
Yang Mulia, kami tunjukkan karya lukisan Pratiwi yang berjudul DI BAWAH BULAN
Dimana lukisan ini menggambarkan sosok Savitri dalam Srikandi Kanvas adalah
Bulan yang Menyinari,
kaitannya,, tentu savitri adalah pengayom dan bukan tukang jiplak karya orang
lain, (menunjukkan bukti) pada \Narasi lukisan DI BAWAH BULAN, tertulis,
“untuk kakak tercinta Savitri yg telah mengilhami lukisan ini menjadi indahnya
bulan purnama menerangi kegelapan, tertanda pratiwi,”
pada pameran lukisan di Yogyakarta tahun 1986,,”
(serahkan bukti pada majelis hakim)
Jadi kesimpulannya yang mulia, bagaimana mungkin sang panutan dicitrakan
sebagai tukang jiplak karya, mohon dipertimbangakan yang mulia
,
Hakim ketua : (marah) Kami ingatkan sdri saksi untuk bicara jujur dan memberikan keterangan
yang sebenar benarnya,
Sdri tahu hukumannya bilamana memberikan ketarangan palsu,
(respon pratiwi memucat) kemudian majelis hakim berunding,
Ada lagi yang akan ditanyakan, (pada pengacara)
Pengacara : (pengacara lain) satu pertanyaan lagi yang mulia,
(pada saksi) tadi sdri saksi mengatakan telah melihat sendiri pelaku pencurian
sebagai saksi kejadian,
Apakah benar sdri melihatnya sendiri kalau Savitri yang mencuri lukisan itu,?
Pratiwi : yaa iyalah, masak iya dong, saya melihat nya sendiri,
Pengacara : Saya ingatkan, tadi anda sdh ditegur oleh majelis hakim bilamana anda
memberikan keterangan palsu dapat dipidana, masih yakin kah dengan
pernyataan sdri jika sdri saksi telah melihat langsung Savitri yang mencuri lukisan
itu, yang sejatinya bahwa itu lukisannya sendiri dicuri oleh pembuatnya sendiri,?
(respon mantap tanpa keraguan jika pratiwi memang melihat Savitri mencuri)
Majelis hakim yang Muliasaksi ini telah berbohong berkali kali di dalam
memberikan kesaksian PALSU,
dalam tindak kejahatan selalu ada motif yang Mulia,
sememtara disini,
Kami tak melihat adanya motif apapun atas kasus pencurian Savitri,,
Tampak sosok Hadi Suryo tengah panik oleh sebab lukisan Savitri akan diminta kembali,
Hadi Suryo : Waduhhh, bagaimana ini kalau lukisan aji ini kembali diambil pemiliknya Savitri,
Bagaimana dengan nasib karier ku, bisnisku, uangku, dan segala kekayaan ini,!!
Pohon emasku akan sirna semua dong kalau aku tak lagi menyimpan
lukisan ini (sembari menggeleng-geleng bingung)
Tidak, tidak, aku tak mau hidup keree lagi,
Biar bagaiamanapun aku harus mengusai lukisan aji ini,
(Improvisasi lebih Utama)
(menengok kehadiran istrinya Ningsih dan Pratiwi yang belum juga nongol)
Hei heii,, gimana istriku,, apakah kau bisa yakinkan savitri untuk mau menjual
lukisan nya,
(respon Ningsih panik) Pratiwi,.. apakah berhasil,... Savitri mau menjual
lukisannya,?
Pratiwi : (menggeleng) dia tak mau menjualnya sekalipun seharga seratus rudal milik iran
mas Hadi, dan dia tetap bersikukuh untuk mengambil lukisan itu dari kalian.
Hadi Suryo : Ahhhhh (menggeram) lantas bagaimana nasib kita bila lukisan ini diambil
kembali,?
Maukah kau kembali hidup susah seperti dulu istriku,,,? (pada Ningsih)
Ningsih : (menggeleng) apapun yang terjadi kita tak boleh biarkan Savitri mengambil
lukisan ini,,
(mendekat pada lukisan) lihatlah,, ini bukanlah sembarang lukisan,, benar sabdo
Eyang Warno,
siapapun yang menguasai lukisan ini akan makmur hidupnya dan kaya raya
serta bergelimang harta dan tahta,
Pratiwi : (mendekati ningsih) sahabatku, aku tahu banyak semuanya atas capaianmu
akibat lukisan ini, dan tak aku pungkiri,, akupun turut merasakan nikmatnya
bergelimang harta dari pengaruh lukisan itu ada di rumah kalian,
Kau dan suamimu harus bisa pertahankan lukisan ini, kalau perlu seret Savitri ke
penjara,!!!
Ningsih : Penjara, bagaimana caranya Pratiwi,
Pratiwi : Tadi Savitri mengatakan padaku kalau dia akan kesini, (laku serius)
Nanti setelah Savitri sampai di sini kalian berdua di dalam kamar saja, biar aku
yang menemui Savitri,
respon Ningsih & Hadi Suryo) Nanti aku akan katakan pada Savitri kalau
kalian sedang istirahat, dan aku akan sarankan pada Savitri,
“ itu kan lukisanmu sendiri, mengapa tak kau ambil saja dan bawa pulang,
semua orang juga tahu kalau itu adalah lukisanmu,
sana cepatlah kau bawa pulang lukisan itu mumpung Ningsih dan suaminya
sedang di dalam kamar,”
(Respon Ningsih dan Hadi Suryo tak setuju jika lukisannya justru dibawa Savitri)
Kalian ini gimana sih, kan nanti tinggal kalian laporkan saja pencurian Benda Seni
bernilai tinggi, yang pengelolaannya hanya oleh negara...
ada undang2 nya dan kasih duit polisi dan jaksa, selesai sudah urusannya,
Ningsih : wahhhh kamu sungguh pintar sekali Pratiwi,
Hadi Suryo : ya ya ya, aku setuju sekali Pratiwi,
(sedikit bingung) maafkan kami Savitri, aku terpaksa karena kami tak mau
kembali hidup susah dan kereee,
Pengacara : Demikianlah faktanya dimana semua bukti-bukti mengarah pada siasat busuk
saudari saksi ini dalam membantu saudara Hadi Suryo dalam menguasai atas
lukisan yang telah dilukisnya sendiri oleh Savitri yang Mulia,
Sdri savitri dijebak dan diarahkan oleh saksi untuk mengambil dan membawa
lukisan miliknya sendiri hingga tertuduh pada pasal-pasal pencurian benda-
benda seni bernilai tinggi, sedangkan status lukisan ini adalah persoalan
sangkutan hutang piutang, dimana sdri Savitri telah meminjam uang pada
Hadi Suryo sehingga Hadi Suryo meminta jaminan
atas hutang tersebut sebuah lukisan milik Savitri,
JPU : Keberatan yang mulia,
Tidak ada transaksi hutang piutang dalam kasus ini yang mulia,
Pengacara : Jika tidak ada persoalan hutang piutang, lalu atas dasar apa Savitri pada tanggal
17 Agustus memberikan uang sejumlah 2 juta kepada Hadi Suryo, bukankah ini
adalah UPAYA niat mencicil atas hutang Savitri pada sdr Hadi Suryo,?
(mengambil barang bukti) kembali kami hadirkan bukti kwitansi pembayaran
Savitri 2 juta pada saudara hadi suryo atas sebuah niat mencicil hutang yang
Mulia, (berjalan serahkan pada majelis)
(kemudian pengacara datangi saksi) tidak diragukan lagi, inilah faktanya jika sdri saksi telah
berbohong dalam persidangan ini,,!!!
Cukup sekian dari saya yang mulia, (berlalu ke meja nya)
Menebar kebaikan,,
Menebar kebenaran,,
Maka niscaya tak perlu lagi bersandar pada kepalsuan dan kehinaan atas permainan dunia,,,
(improvisasi Pratiwi atas peristiwa ini, roll stage menolak ditangkap dan lampiaskan marah
menghampiri savitri).
DIALOG MAJELIS HAKIM, JPU DAN PENGACARA full improvisasi ENDING DRAMA,,
Sepenuhnya sesuai arahan SUTRADARA utk menutup ENDING DRAMA MALING SANDAL,,
TAMAT