Anda di halaman 1dari 56

SEDIAAN

GALENIK
Bentuk-bentuk sediaan galenik
1.Hasil Penarikan : Extracta, Tinctura,
Decocta / Infusa
2.Hasil Penyulingan/ pemerasan : Aqua
aromatika, olea volatilia (minyak
menguap), olea pinguia (minyak lemak)
3.Syrup. - GEORGE BERNARD SHAW
EXTRACTIO

Extractio adalah cara menarik satu atau lebih zat-zat dari bahan asal yang
umumnya zat berkhasiat tersebut tertarik dalam keadaan (khasiatnya) tidak
berubah.
Istilah extractio hanya dipergunakan untuk penarikan zat-zat dari bahan asal
dengan menggunakan cairan penarik/ pelarut. Cairan penarik yang
dipergunakan disebut menstrum, ampasnya disebut marc atau faeces. Cairan
yang dipisahkan disebut Macerate Liquid, Colatura, Solution, Perkolat.
Umumnya extractio dikerjakan untuk simplisia yang
mengandung zat berkhasiat atau zat-zat lain untuk
keperluan tertentu.. Zat-zat berkhasiat tersebut antara
lain alkaloida, glukosida, damar, olea, resina, minyak
atsiri, lemak. Disamping itu terdapat juga jenis-jenis gula,
zat pati, zat lendir, albumin, protein, pectin, selulosa yang
pada umumnya mempunyai daya larut dalam cairan
pelarut tertentu dimana sifat-sifat kelarutan ini
dimanfaatkan dalam extractio.
Tujuan utama extractio adalah :

untuk mendapatkan zat-zat berkhasiat


pengobatan sebanyak mungkin dari zat-zat yang
tidak berfaedah, agar lebih mudah digunakan dari
pada simplisia asal. .
Suhu penarikan juga sangat mempengaruhi
hasil penarikan, suhu penarikan untuk :
Maserasi : 15 – 25 0C
Digerasi : 35 – 45 0C
Infundasi : 90 – 98 0C
Memasak : suhu mendidih
lDalam sediaan ekstrak kadar zat
berkhasiat dpt distandardisasi,
sedangkan dalam simplisia zat berkhasiat
sukar distandardisasikan.
Contoh :
Dalam Belladonnae Extractum,
kadar alkaloida jumlah, dihitung
sbg hiosiamina, C17H23NO3,
tidak kurang dari 1,295% dan
tidak lebih dari 1,305%.
Dalam beberapa hal sebelum sediaan yang
dimaksud dibuat, simplisia perlu diolah terlebih
dahulu, Misalnya mengawal lemakkannya seperti:
Strychni, Secale cornuti; atau menghilangkan zat
pahitnya seperti : Lichen islandicus.
Supaya zat-zat yang tidak berguna / merusak
tidak ikut tertarik bersama-sama dengan zat-zat
yang berkhasiat.
Cara menghilangkan isi simplisia yang tidak berguna :

1. Dengan memakai bahan pelarut yang tepat dimana bahan berkhasiatnya mudah larut, sedangkan
yang tidak berguna sedikit atau tidak larut dalam cairan penyari tersebut.

2. Dengan menarik / merendam pada suhu tertentu dimana bahan berkhasiat terbanyak larutnya.

3. Dengan menggunakan jarak waktu menarik yang tertentu dimana bahan berkhasiat dari sipmlisia
lebih banyak larutnya, sedangkan bahan yang tidak berguna sedikit atau tidak larut.

4. Dengan memurnikan / membersihkan memakai cara-cara tertentu baik secara ilmu alam maupun
ilmu kimia.
Berdasarkan konsistensinya extractum dibedakan
atas :
Extractum liquidum (ekstrak cair)
- ext. Colae liq.
Extractum spissum (ekstrak kental)
- ext. Belladonnae
Extractum siccum ( ekstrak kering )
- ext. Aloes
INFUSA

Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari


simplisia nabati dengan air pada suhu 90° selama 15
menit.
Pembuatan :
Campur simplisia dengan derajat halus yang cocok dlm
panci dg air q.s., panaskan di atas tangas air selama 15
menit terhitung mulai suhu mencapai 90° sambil sekali-
sekali diaduk. Serkai selagi panas melalui kain flanel, + kan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh
volume infus yang dikehendaki.
Infus Daun Sena dan infus simplisia yang mengandung
minyak atsiri diserkai stlh dingin.
Infus Daun Sena, Asam Jawa tdk boleh diperas krn
mengandung lendir. Asam Jawa dihilangkan dulu bijinya,
diremas dulu dg air hingga menjadi bubur.
Infus kulit kina ditambah asam sitrat 100% dari bobot
bahan berkhasiat.
Infus yg mengandung glikosida antrakinon,spt kulit
Frangula, Purshiana, ditambahkan Na. karbonat 10 % dari
bobot simplisia.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk membuat sediaan
infus :
1. Jumlah simplisia
2. Derajat halus simplisia
3. Banyaknya ekstra air
4. Cara menyerkai
5. Penambahan bahan-bahan lain
• untuk menambah kelarutan
• untuk menambah kestabilan
• untuk menghilangkan zat-zat yang menyebabkan efek lain.
1. Jumlah simplisia
kecuali dinyatakan lain, Infus yg mengandung bahan tidak berkhasiat
keras, dibuat dgn menggunakan 10% simplisia.
kecuali untuk simplisia yg tertera di bawh ini
Untuk pembuatan 100 bagian infus berikut, digunakan sejumlah
simplisia seperti yang tersebut :
Kulit kina …………………….. 6 bagian
Daun Digitalis ……………….. 0,5 bagian
Akar Ipeka …………………... 0,5 bagian
Daun Kumiskucing …………. 0,5 bagian
Sekale Kornutum ……………. 3 bagian
Daun Sena ………………… 4 bagian
Temulawak ……………… 4 bagian
2. Derajat Halus Simplisia
Yang digunakan untuk infus harus mempunyai deajat halus
sebagai berikut :
Serbuk (5/8) Akar manis, daun kumis kucing,daun sirih, daun
sena
Serbuk (8/10) Dringo, kelembak
Serbuk (10/22) Laos, akar valerian, temulawak, jahe
Serbuk (22/60) Kulit kina, akar ipeka, sekale kornutum
Serbuk (85/120) Daun digitalis
3. Banyaknya Air Ekstra

Umumnya untuk membuat sediaan infus diperlukan


penambahan air sebanyak 2 kali berat simplisia. Air
ekstra ini perlu karena simplisia yang kita gunakan pada
umumnya dalam keadaan kering.
4. Cara Menyerkai
• Pada umumnya infus di serkai selagi panas, kecuali infus simplisia yang mengandung minyak atsiri,
diserkai setelah dingin. Infus daun sena, infus asam jawa dan infus simplisia lain yang mengandung
lendir tidak boleh diperas.
• Untuk decocta Condurango diserkai dingin, karena zat berkhasiatnya larut dalam keadaan panas,
akan mengendap dalam keadaan dingin.
• Infus daun sena harus diserkai setelah dingin karena infus daun sena mengandung zat yang dapat
menyebabkan sakit perut yang larut dalam air panas, tetapi tidak larut dalam air dingin.
• Untuk asam jawa sebelum dibuat infus di buang bijinya dan diremas dengan air hingga massa
seperti bubur.
• Untuk buah adas manis dan buah adas harus dipecah dahulu.
• Bila sediaan tidak disebutkan derajat kehalusannya, hendaknya diambil derajat kehalusan suatu
bahan dasar yang keketalannya sama / sediaan galenik dengan bahan yang sama.
5. Penambahan Bahan-Bahan Lain
Pada pembuatan infus kulit kina ditambahkan asam
sitrat 10% dari bobot bahan berkhasiat dan pada
pembuatan infus simplisia yang mengandung
glikosida antrakinon, ditambahkan Natrium karbonat
10% dari bobot simplisia.
Air Aromatik (Aqua Aromatica)
Adalah larutan jenuh minyak atsiri atau zat-zat yang beraroma
dalam air. Diantara air aromatika, ada yang mempunyai daya
terapi yang lemah, tetapi terutama digunakan untuk memberi
aroma pada obat-obat atau sebagai pengawet.

Air aromatika harus mempunyai bau dan rasa yang


menyerupai bahan asal, bebas bau empirematic atau bau lain,
tidak berwarna dan tidak berlendir.
Cara pembuatan :
1. larutkan minyak atsiri sejumlah yang tertera
dalam masing-masing monografi dalam 60 ml
etanol 95%.
2. tambahkan air sedikit demi sedikit sampai
volume 100 ml sambil dikocok kuat-kuat.
3. tambahkan 500 mg talc, kocok, diamkan,
saring.
4. encerkan 1 bagian filtrat dengan 39 bagian air.
Etanol disini berguna untuk menambah kelarutan minyak
atsiri dalam air. Talc berguna untuk membantu
terdistribusinya minyak dalam air dan menyempurnakan
pengendapan kotoran sehingga aqua aromatik yang
dihasilkan jernih.
Selain cara melarutkan seperti yang tertera dalam FI II,
buku lain juga mencantumkan aqua aromatik adalah hasil
samping dari pembuatan olea volatilia secara
penyulingan sesudah diambil minyak atsirinya.
Aqua aromatik yang diperoleh sebagai hasil samping pembuatan
minyak atsiri secara destilasi dapat dicegah pembusukannya
dengan cara mendidihkan dalam wadah tertutup rapat yang tidak
terisi penuh di atas penangas air selama 1 jam.
Pemerian aqua aromatika : cairan jernih, atau agak keruh, bau
dan rasa tidak boleh menyimpang dari bau dan rasa minyak atsiri
asal.
Syarat untuk resep : jika air aromatik keruh, kocok kuat-kuat
sebelum digunakan.
Penyimpanan : dalam wadah terttutup rapat, terlindung dari
cahaya, di tempat sejuk.
Khasiat : zat tambahan.
Air aromatika yang tertera dalam FI II ada 3 yaitu :
1. Aqua Foeniculi, adalah larutan jenuh minyak adas dalam air.
Aqua foeniculi dibuat dengan melarutkan 4 g oleum foeniculi
dalam 60 ml etanol 90%, tambahkan air sampai 100 ml sambil
dikocok kuat-kuat, tambahkan 500 mg talc, kocok, diamkan,
saring. Encerkan 1 bagian filtrat dalam 39 bagian air.
Pemerian, penyimpanan sama seperti aqua aromatik.
Syarat untuk resep : seperti aqua aromatik dan sebelum
digunakan harus disaring lebih dahulu.
2. Aqua Menthae Piperitae = air permen, adalah larutan
jenuh minyak permen dalam air.
Cara pembuatan : lakukan pembuatan menurut cara yang
tertera pada aqua aromatika dengan menggunakan 2 g
minyak permen.
Pemerian, penyimpanan dan syarat untuk resep sama
seperti aqua aromatik.
3. Aqua Rosae = air mawar, adalah larutan jenuh minyak
mawar dalam air. Cara pembuatan : larutkan 1 g minyak
mawar dalam 20 ml etanol, saring. Pada filtrat tambahkan air
secukupnya hingga 5000 ml, saring.
Pemerian, penyimpanan dan syarat untuk resep sama seperti
aqua aromatika.
Khusus untuk aqua foeniculi jangan disimpan ditempat sejuk
karena etanol akan menghablur, jadi disimpan pada suhu
kamar, kalau keruh kocok dulu sebelum digunakan. Aqua
foeniculi bila menghablur harus dipanaskan pada suhu 25 0C
dan kemudian dikocok kuat-kuat, sebelum digunakan harus
disaring.
Minyak Lemak (Olea Pinguia)
Adalah campuran senyawa asam lemak bersuku tinggi
dengan gliserin (gliserida asam lemak bersuku tinggi).

Cara-cara mendapatkan minyak lemak


1. diperas pada suhu biasa, misalnya : oleum arachidis,
oleum olivae, oleum ricini
2. diperas pada suhu panas, misalnya : oleum cacao, oleum
cocos
Syarat-syarat untuk minyak lemak antara lain :
1. harus jernih, yang cair harus jernih, begitupun yang padat
sesudah dihangatkan (diatas suhu leburnya) tidak boleh
berbau tengik.
2. kecuali dinyatakan lain harus larut dalam segala
perbandingan dalam CHCl3, Eter dan Eter minyak tanah.
3. Harus memenuhi syarat-syarat minyak mineral, minyak
harsa dan minyak-minyak asing lainnya, senyawa belerang
dan logam berat.

Cara identifikasi minyak lemak :


Pada kertas meninggalkan noda lemak
Penggunaan minyak lemak :

1. Sebagai zat tambahan


2. Sebagai pelarut, misalnya : sebagai pelarut obat suntik, lotio dan
lain-lain, anti racun, untuk racun yang tidak larut dalam lemak
(racunnya dibalut lemak, lalu segera diberi pencahar atau emetikum)
tetapi bila racun yang larut dalam lemak maka dalam bentuk terlarut
absorpsi dipercepat.
3. Sebagai obat, misalnya : oleum ricini, dapat dipakai sebagai
pencahar.
Minyak lemak dibagi dalam dua golongan :
1. minyak-minyak yang dapat mengering misalnya : oleum lini,
oleum ricini.
2. minyak-minyak yang tidak dapat mengering, misalnya :
oleum arachidis, oleum olivarum, oleum amygdalarum, oleum
sesami.

Penyimpanan minyak lemak :


Kecuali dinyatakan lain, harus disimpan dalam wadah tertutup
baik, terisi penuh, terlindung dari cahaya.
Contoh-contoh minyak lemak :
1. Minyak kacang = Oleum Arachidis
Adalah minyak lemak yang telah dimurnikan, diperoleh dengan
pemerasan biji arachidis hypogeae L yang telah dikupas.

2. Minyak coklat = Oleum Cacao


Adalah lemak padat yang diperoleh dengan pemerasan panas biji
Theobroma cacao L yang telah dikupas dan dipanggang.

3. Minyak kelapa = Oleum Cocos.


Adalah minyak lemak yang di peroleh dengan pemerasan panas
endosperm cocos nucipera L yang telah di keringkan.
4. Minyak ikan = Oleum Iecoris Aselli
Adalah minyak lemak yang di peroleh dari hati segar Gadus calarias L dan
species gadus lainnya, dimurnikan dengan penyaringan pada suhu 0 0C.
Potensi vitamin A tidak kurang dari 600 SI tiap gram, potensi vitamin D
tidak kurang dari 80 SI tiap gram.

5. Minyak Lini = Oleum Lini


Adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan biji masak Linum
usitatissinum L

6. Minyak zaitun = Oleum olivae


Adalah minyak lemak yang di peroleh dengan pemerasan dingin biji masak
olea europeae L Jika perlu di murnikan.
7. Minyak jarak=Oleum ricini
Adalah minyak lemak yang di peroleh dengan pemerasan dingin biji
Ricinus communis L yang telah di kupas.

8. Minyak Wijen = Oleum sesami


Adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan biji Sesamum
indicum L.
9. Minyak Kelapa Murni = Oleum Cocos purum
Adalah minyak lemak yang dimurnikan dengan penyulingan bertingkat
,diperoleh dari endosperma Cocos nucifera yang telah dikeringkan.
10. Minyak Tengkawang = Oleum Shoreae
Adalah minyak lemak yang di peroleh dengan pemerasan panas keping biji
Shorea stenoptera Burck yang segar atau kering atau dari biji spesies
shorea yang lain.

11. Minyak Kaulmogra = Minyak Hidnokarpi


= Oleum Hydnocarpi
Adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan dingin biji dari
buah masak segar Hidnocarpus wightraria Blume, spesies Hydnocarpus lain
dan Taraktogenus kurzii King.
12. Minyak Jagung = Oleum Maydis
Adalah minyak lemak yang diperoleh dari embrio Zea mays L, kemudian
dimurnikan.

13. Minyak Pala = Oleum Myristicae expressum


Adalah campuran minyak lemak dan minyak atsiri, diperoleh dengan
pemerasan panas biji Myristica fragrans Houtt, yang telah dibuang selaput
biji dan kulit bijinya.
Minyak Atsiri (Olea Volatilia)
Minyak atsiri disebut juga minyak menguap atau minyak terbang. Olea Volatilia
adalah campuran bahan-bahan berbau keras yang menguap, yang diperoleh baik
dengan cara penyulingan atau perasan simplisia segar maupun secara sintetis.
Minyak atsiri diperoleh dari tumbuh-tumbuhan. Contoh : daun, bunga, kulit buah,
buah atau dibuat secara sintetis.

Sifat-sifat minyak atsiri :


1. mudah menguap
2. rasa yang tajam
3. wangi yang khas
4. tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik.
5. minyak atsiri yang segar tidak berwarna, sedikit kuning muda.
Warna coklat, hijau ataupun biru, disebabkan adanya zat-zat asing dalam minyak atsiri
tersebut. Misalnya : Minyak kayu putih (Oleum Cajuputi) yang murni tidak berwarna.
Warna hijau yang ada seperti yang terlihat diperdagangan karena adanya : klorophyl dan
spora-spora Cu (tembaga). Warna kuning atau kuning coklat terjadi karena adanya
penguraian.

Pemerian :
• Cairan jernih
• Bau seperti bau bagian tanaman asal.
• Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh, terlindung dari cahaya dan
ditempat sejuk.
Identifikasi :
1. teteskan 1 tetes minyak di atas air, permukaan air tidak keruh.
2. pada sepotong kertas teteskan 1 tetes minyak yang diperoleh
dengan cara penyulingan uap tidak terjadi noda transparan
3. kocok sejumlah minyak dengan larutan NaCl jenuh volume sama,
biarkan memisah, volume air tidak boleh bertambah.
Cara-cara memperoleh minyak atsiri :

A. Cara pemerasan yaitu cara yang termudah dan masih dapat dikatakan
primitif. Cara ini hanya dapat dipakai untuk minyak atsiri yang mempunyai
kadar tinggi dan untuk minyak atsiri yang mempunyai kadar tinggi dan minyak
atsiri yang tidak tahan pemanasan. Contoh : minyak jeruk
B. Cara penyulingan ( destilasi).
Ada 2:
1. Cara langsung ( menggunakan api langsung)
Bahan yang akan diolah di masukkan ke dalam sebuah bejana di atas pelat yang
berlubang dan bejana berisi air. Uap air yang naik melalui lubang dan melalui
sebuah pendingin, kemudian minyak yang keluar dengan uap air di tampung. Cara
ini hanya dapat digunakan untuk jumlah bahan bakal yang sedikit, karena jumlah
air yang akan menjadi uap dan membawa serta minyak terbatas jumlahnya.

2. Cara tidak langsung ( destilasi uap)


Bahan yang akan di olah di masukkan ke dalam sebuah bejana dan di tambah
dengan air. Alirkan ke dalamnya uap air yang berasal dari bejana lain. Cara ini
dapat digunakan untuk bahan bakal dalam jumlah yang besar terutama bahan
bakal yang mempunyai kadar minyak atsiri yang rendah.
Dari ke dua cara di atas pada bejana penampungan akan terdapat
dua lapisan, yaitu air dan minyak atsiri.
Letak minyak atsiri dan air tergantung pada berat jenisnya. Jika Bj
minyak atsiri > Bj air maka minyak atsiri berada di bawah dan
sebaliknya.
Ke dua lapisan ini dapat dipisahkan dan setelah dipisahkan sisa air
dapat di keringkan dengan menggunakan zat - zat pengering,
contoh: Na2SO4 exicatus.
Pengeringan sisa air ini perlu di lakukan sebab dengan adanya sisa
air tersebut minyak atsiri cepat rusak / menjadi tengik. Bila
lapisan minyak atsiri dan air sukar dipisahkan dapat di tambahkan
NaCl jenuh untuk menarik airnya
3. Cara Enfleurage
• Biasanya untuk minyak atsiri yang berasal dari daun bunga
yang digunakan untuk kosmetik. Daun bunga disebarkan diatas
keping gelas yang lebih dulu dilapisi dengan lemak atau gemuk.
Dibiarkan beberapa lama, tergantung dari jenis daun yang diolah,
contoh:bunga melati 24 jam. Kemudian daun bunga diangkat,
diganti dengan yang segar sampai beberapa kali, sampai lemak
itu benar-benar jenuh dengan minyak atsiri. Biasanya lemak itu
dapat digunakan untuk 30 kali.
• Kemudian lapisan lemak dikerok, dilarutkan dalam alkohol
absolut, minyak atsiri akan larut, sedangkan lemaknya tidak
larut, sehingga lemaknya dapat dipisahkan dari minyak atsiri.
Minyak atsiri yang ada dalam alkohol disuling secara vacum
(dengan alat evaporator vacum ).
Alkohol yang digunakan bukan alkohol fortior sebab waktu
diuapkan, uap air akan membawa minyak atsiri.
Cara ini dapat digunakan untuk bahan bakal dengan kandungan
minyak atsiri yang rendah dan tidak tahan pemanasan
Syarat – syarat minyak atsiri

1. Harus jernih, tidak berwarna, kalau perlu setelah pemanasan.Kejernihan dapat


dibuktikan dengan cara meneteskan 1 tetes minyak atsiri keatas permukaan air,
permukaan air tidak keruh.Minyak menguap umumnya tidak berwarna, hanya
beberapa yang sesui dengan warna aslinya. Oleum bergamottae berwarna hijau
karena klorofilnya terlarut kedalamnya. Oleum kajuputi berwarna hijau karena
senyawa tembaga dari alat penyulingnya terlarut kedalamnya. Minyak atsiri akan
berwarna kuning atau kuning kecoklatan karena sudah terurai atau teroksidasi.

2. Mudah larut dalam Chloroform atau Eter.


3. Minyak atsiri yang diperoleh dari penyulingan uap harus bebas minyak
lemak. Hal ini dibuktikan dengan cara meneteskan keatas kertas perkamen
tidak meninggalkan noda transparan.
4. Harus kering, karena air akan mempercepat reaksi oksidasi sehingga
minyak akan berwarna. Kekeringan dibuktikan dengan cara mengocok
sejumlah minyak atsiri dengan larutan Natrium Klorida jenuh vbolume sama,
biarkan memisah, volume air tidak boleh bertambah.
5. Bau dan rasa seperti simplisia.
Bau diperiksa dengan cara mencampurkan satu tetes minyak atsiri dengan
10 ml air. Rasa diperiksa dengan mencampur satu tetes minyak atsiri dengan
2 gram gula.
Contoh-contoh minyak atsiri :
1. Oleum foeniculi (minyak adas)
Cara pembuatan :
Penyulingan uap buah masak Foeniculum vulgaris Mill varietas  vulgare dan -dulce.

2. Oleum Anisi (minyak adas manis)


Cara pembuatan :
Penyulingan uap buah kering Illicium verum Hook dan buah kering Pimpenilla anisum
L (fam : Magnoliaceae)

3. Oleum Caryophylli (minyak cengkeh)


Cara pembuatan :
Penyulingan pucuk berbunga yang telah dikeringkan dari tanaman Eugenia
caryophyllata.
4. Oleum Citri (minyak jeruk)
Cara pembuatan :
Pemerasan pericarp (kulit buah bagian luar yang masih segar) dari tanaman Citrus
lemon.

5. Oleum Aurantii (minyak jeruk manis)


Cara pembuatan :
Pemerasan pericarp (kulit buah luar yang segar dan masak) dari tanamam Citrus
sinensis.

6. Oleum Eucalypti (minyak kayu putih)


Adalah minyak atsiri yang mengandung sineol 50-60%. Diperoleh dengan destilasi uap
dari daun segar, ujung cabang segar dari berbagai spesies Eucalyptus atau spesies yang
diinginkan (E. globulus, E. futicerutum, E. polybractea, E. Smithii).
7. Oleum Menthae piperitae (minyak permen)
Adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan destilasi uap dari bagian di atas tanah
tanaman berbunga Mentha piperita yang segar dan telah dimurnikan.

8. Oleum Cinnamommi ( minyak kayu manis)


Pembuatan : Penyukingan uap kulit batang dan kulit cabang Cinnamomum zeylanicum
Blume.

9. Oleum Citronellae ( minyak sereh)


Pembuatan : Penyulingan uap daun Cymbopogon Nardus.

10. Oleum Rosae ( minyak mawar)


Pembuatan : Penyulingan uap bunga segar Rosa Galica Alba.
SIRUPI

Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung


sakarosa. Kadar sakarosa adalah tidak kurang dari 64,0 % dan
tidak lebih dari 66,9% kecuali dinyatakan lain.
Pembuatan :
Kecuali dinyatakan lain, sirup dibuat sbb :
Buat cairan untuk sirop, panaskan air, tambahkan gula, jika perlu
didihkan hingga larut. Tambahkan air mendidih q.s. ad diperoleh
bobot yang dikehendaki, buang busa yang terjadi, serkai.
Cairan untuk sirup, kedalam mana gulanya akan dilarutkan dapat
dibuat dari :
1. aqua destilata : untuk sirupus simplex.
2. hasil-hasil penarikan dari bahan dasar :
a. maserat misalnya sirupus Rhei
b. perkolat misalnya sirupus Cinnamomi
c. colatura misalnya sirupus Senae
d. sari buah misalnya rubi idaei
3. larutan atau campuran larutan bahan obat misalnya :
methydilazina hydrochloridi sirupus, sirup-sirup dengan nama
patent misalnya yang mengandung campuran vitamin .

• pada pembuatan sirup dari simplisia yang mengandung


glikosida antrakinon di tambahkan Na2CO3 sejumlah 10% bobot
simplisia.

• Kecuali dinyatakan lain, pada pembuatan sirup simplisia untuk


persediaan ditambahkan metil paraben 0,25 % b/v atau
pengawet lain yang cocok.
• Kadar gula dalam sirup pada suhu kamar maksimum 66 % sakarosa, bila lebih tinggi
akan terjadi pengkristalan, tetapi bila lebih rendah dari 62 % sirup akan membusuk.

• Bj sirup kira-kira 1,3

• Pada penyimpanan dapat terjadi inversi dari sakarosa ( pecah menjadi glukosa dan
fruktosa ) dan bila sirup yang bereaksi asam inversi dapat terjadi lebih cepat.

• Pemanasan sebaiknya dihindari karena pemanasan akan menyebabkan terjadinya gula


invert.

• Gula invert adalah gula yang terjadi karena penguraian sakarosa yang memutar bidang
polarisasi kekiri.

• Gula invert tidak dikehendaki dalam sirup karena lebih encer sehingga mudah berjamur
dan berwarna tua ( terbentuk karamel ), tetapi mencegah terjadinya oksidasi dari bahan
obat.
• Pada sirup yang mengandung sakarosa 62 % atau lebih, sirup tidak
dapat ditumbuhi jamur, meskipun jamur tidak mati.

• Bila kadar sakarosa turun karena inversi, maka jamur dapat tumbuh.
Bila dalam resep, sirup diencerkan dengan air dapat pula ditumbuhi
jamur.

• Untuk mencegah sirup tidak menjadi busuk, dapat ditambahkan bahan


pengawet misalnya nipagin.

• Kadang-kadang gula invert dikehendaki adanya misalnya dalam


pembuatan sirupus Iodeti ferrosi.
Hal ini disebabkan karena sirup merupakan media yang mereduksi,
mencegah bentuk ferro menjadi bentuk ferri.
Gula invert disini dipercepat pembuatannya dengan memanaskan
larutan gula dengan asam sitrat.
• Bila cairan hasil sarian mengandung zat yang mudah
menguap maka sakarosa dilarutkan dengan pemanasan lemah
dan dalam botol yang tertutup, seperti pada pembuatan Thymi
sirupus dan Thymi compositus sirupus, aurantii corticis sirupus.
Untuk cinnamomi sirupus sakarosa dilarutkan tanpa
pemanasan.

• Maksud menyerkai pada sirup adalah untuk memperoleh sirup


yang jernih.
Ada beberapa cara menjernihkan sirup :
1. Menambahkan kocokan zat putih telur segar pada sirup .
Didihkan sambil diaduk, zat putih telur akan menggumpal
karena panas.
2 Menambahkan bubur kertas saring lalu didihkan dan
saring kotoran sirup akan melekat ke kertas saring.
Cara memasukkan sirup ke dalam botol.
Penting untuk kestabilan sirup dalam penyimpanan, supaya awet (tidak
berjamur ) sebaiknya sirup disimpan dengan cara :
1. Sirup yang sudah dingin disimpan dalam wadah yang kering. Tetapi pada
pendinginan ada kemungkinan terjadinya cemaran sehingga terjadi juga
penjamuran.
2. Mengisikan sirup panas-panas kedalam botol panas ( karena sterilisasi )
sampai penuh sekali sehingga ketika disumbat dengan gabus terjadi sterilisasi
sebagian gabusnya, lalu sumbat gabus dicelup dalam lelehan parafin solidum
yang menyebabkan sirup terlindung dari pengotoran udara luar.
3. Sterilisasi sirup, disini harus diperhitungkan pemanasan 30 menit apakah
tidak berakibat terjadinya gula invert.
Maka untuk kestabilan sirup, FI III juga menuliskan tentang panambahan metil
paraben 0,25% atau pengawet lain yang cocok.
TO BE CONTINUED

Anda mungkin juga menyukai