PENDAHULUAN
Antropometri (ukuran tubuh) merupakan salah satu cara langsung menilai status gizi, khususnya
keadaan energi dan protein tubuh seseorang. Dengan demikian, antropometri merupakan indikator status
gizi yang berkaitan dengan masalah kekurangan energi dan protein yang dikenal dengan KEP.
Antropometri dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Konsumsi makanan dan kesehatan
(adanya infeksi) merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi antropometri (Aritonang, 2013).
Keunggulan antropometri antara lain prosedurnya sederhana, aman, dan dapat dilakukan dalam
jumlah sampel yang besar. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli. Alatnya murah, mudah dibawa, tahan
lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah setempat. Tepat dan akurat karena dapat dibakukan, dapat
mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau, umumnya dapat mengidentifikasi status
gizi sedang, kurang dan buruk karena sudah ada ambang batas yang jelas. Dapat mengevaluasi perubahan
status gizi pada periode tertentu atau dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dapat digunakan untuk
penapisan kelompok yang rawan gizi (Istiany dkk, 2013).
Kelemahan antropometri antara lain yaitu tidak sensitif, artinya tidak dapat mendeteksi status gizi
dalam waktu singkat. Faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan penurunan penggunaan energi) dapat
menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri. Kesalahan yang terjadi pada saat
pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi dan validitas pengukuran antropometri. Kesalahan ini
terjadi karena latihan petugas yang tidak cukup, kesalahan alat atau kesulitan pengukuran (Istiany dkk,
2013).
Dibandingkan dengan metode lainnya, pengukuran antropometri lebih praktis untuk menilai
status gizi (khususnya KEP) di masyarakat. Ukuran tubuh yang biasanya dipakai untuk melihat
pertumbuhan fisik adalah berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar lengan atas (LILA), lingkar kepala
(LK), tebal lemak dibawah kulit (TL) dan pengukuran tinggi lutut. Penilaian status gizi antropometri
disajikan dalam bentuk indeks misalnya BB/U, TB/U, PB/U, BB/TB, IMT/U (Aritonang, 2013).
Ada beberapa penilaian status gizi dapat diterapkan yaitu (1) skrining atau penapisan, adalah
status gizi perorangan untuk keperluan rujukan dari kelompok atau puskesmas dalam kaitannya dengan
suatu tindakan atau intervensi, (2) pemantauan pertumbuhan yang berkaitan dengan kegiatan penyuluhan,
(3) penilaian status gizi pada kelompok masyarakat yang dapat digunakan untuk mengetahui hasil suatu
program sebagai bahan perencanaan suatu program (Aritonang, 2013)
1.2 TUJUAN
Tujuan Umum:
Mengupayakan memperoleh data yang berkualitas baik dalam suatu survei atau
penelitian lapangan.
Tujuan Khusus:
1. Mempelajari kemampuan petugas pengukur dalam melakukan pengukuran
antropometri (contoh: berat badan dan tinggi badan).
2. Mempelajari sifat-sifat kesalahan pengukuran, apakah sistematis atau tidak berpola.
3. Mengetahui kecenderungan arah kesalahan sistematis yang dilakukan petugas
pengukur (selalu lebih besar atau selalu lebih kecil) 4. Memperbaiki kesalahan dan
meningkatkan kemampuan petugas pengukur dalam melakukan pengukuran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. STANDAR ANTROPOMETRI
Standar Antropometri Anak di Indonesia mengacu pada WHO Child Growth Standards
untuk anak usia 0-5 tahun dan The WHO Reference 2007 untuk anak 5 (lima) sampai dengan 18
(delapan belas) tahun. Standar tersebut memperlihatkan bagaimana pertumbuhan anak dapat
dicapai apabila memenuhi syarat-syarat tertentu. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dari
negara manapun akan tumbuh sama bila gizi, kesehatan dan pola asuh yang benar terpenuhi.
Melalui berbagai telaahan dan diskusi pakar, Indonesia memutuskan untuk mengadopsi standar
ini menjadi standar yang resmi untuk digunakan sebagai standar antropometri penilaian status
gizi anak melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang
Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.
Standar Antropometri Anak digunakan untuk menilai atau menentukan status gizi anak.
Penilaian status gizi Anak dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran berat badan dan
panjang/tinggi badan dengan Standar Antropometri Anak. Klasifikasi penilaian status gizi
berdasarkan Indeks Antropometri sesuai dengan kategori status gizi pada WHO Child Growth
Standards untuk anak usia 0-5 tahun dan The WHO Reference 2007 untuk anak 5-18 tahun.
Umur yang digunakan pada standar ini merupakan umur yang dihitung dalam bulan penuh,
sebagai contoh bila umur anak 2 bulan 29 hari maka dihitung sebagai umur 2 bulan. Indeks
Panjang Badan (PB) digunakan pada anak umur 0-24 bulan yang diukur dengan posisi
terlentang. Bila anak umur 0-24 bulan diukur dengan posisi berdiri, maka hasil pengukurannya
dikoreksi dengan menambahkan 0,7 cm. Sementara untuk indeks Tinggi Badan (TB) digunakan
pada anak umur di atas 24 bulan yang diukur dengan posisi berdiri. Bila anak umur di atas 24
bulan diukur dengan posisi terlentang, maka hasil pengukurannya dikoreksi dengan
mengurangkan 0,7 cm.
B. BB (Berat badan)
Berat badan menggambarkan tentang massa tubuh. Dalam keadaan normal, BB
berkembang mengikuti perkembangan umur (balita). Sedangkan saat dalam keadaan
tidak normal, BB berkembang lebih cepat atau lambat. Berdasarkan sifat tersebut,maka
indicator BB/U hanya dapat menggambarkan status gizi saat ini. (Aritonang, 2013)
BAB III
METODE
dilakukan sebaiknya pagi hari setelah buang air atau keadaan perut kosong supaya hasil
akurat.
Klien diminta melepas alas kaki, aksesoris yang dignakan dan menggunakan pakaian
seminimal mungkin
klien naik ke timbangan dengan posisi menghadap ke depan, pandangan lurus, tangan
disamping kanan kiri dan posisi rileks tidak banyak gerakan.
Memasang mikrotoise pada dinding yang rata dan tegak lurus pada lantai
Mikrotoa digeser ke atas hingga melebihi tinggi anak yang akan diukur
Posisi kepala, bahu belakang, pantat dan tumit dirapatkan ke dinding, pandangan
diluruskan
Angka pada mikrotoa dibaca dengan pandangan mata sejajar pada angka yang
ditunjuk oleh garis mikrotoa
Hasil dicatat
Pengukur 3 (Berat Badan)
a b (a-b) (a-b) 2
a b (a-b) (a-b) 2
+ s = (a + b) S = (a + b)
1 60 60.1 -0,1 0,01 62 62.3 -0,3 0,09 - 124,3 120,1
4 49.3 49.1 0,2 0,04 51 51.5 -0,5 0,25 - 102,5 98,4
5 50.4 50.2 0,2 0,04 51.9 51.5 0,4 0,16 + 103,4 100,6
2x 1,02
Pengukur 3 (Tinggi Badan)
a b (a-b) (a-b) 2
a b (a-b) (a-b) 2
+ s = (a + b) S = (a + b)
1 145.5 145.3 0,2 0,04 146 146.5 -0,5 0,25 - 292,5 290,8
2 149 149.1 -0,1 0,01 150 150.5 -0,5 0,25 - 300,5 298,1
3 155 155.3 -0,1 0,09 155.9 156 -0,1 0,01 - 311,9 310,3
4 150.3 150.1 0,2 0,04 151 151.3 -0,3 0,09 - 302,3 300,4
5 173.5 173.7 -0,2 0,04 173.8 173 0,8 0,64 + 346,8 347,2
6 160.5 160.5 0 0 160 160.4 -0,4 0,16 - 320,4 321
8 171.2 171.3 -0,1 0,01 171.7 171.3 0,4 0,16 + 343 342,5
9 153.5 153.2 0,3 0,09 153.7 153.4 0,3 0,09 + 307,1 306,7
10 154.6 154.5 0,1 0,01 154.2 154 0,2 0,04 + 308,2 309,1
2x 0,66