Anda di halaman 1dari 65

MENINGKATKAN VALIDITAS

HASIL PENGUKURAN STATUS GIZI


BALITA DI POSYANDU DI ERA
PANDEMI COVID-19

Oleh: Suyatno
Sekjen Ikatan Ahli Gizi Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAGIKMI)
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitasa Diponegoro
Contact: e-mail suyatnofkmundip@gmail.com
Hp. 08122815730

Penyuluhan Kepatuhan Penerapan Protokol Kesehatan Dalam Pemantauan


Status Gizi Balita Di Posyandu Di Kabupaten Demak, 30 Desember 2021
Sekilas Kegiatan Pengabdian FKM UNDIP di Era
Pandemi Covid-19 tahun 2021
Pemantauan Pertumbuhan

• Growth Monitoring terhadap Gizi dan Kesehatan Anak Ibu (Sumber: C. G. Victora
et al. 2010).(Victora et al. 2010)
Surveilens Gizi

Pemantauan Pertumbuhan
Balita (Intervensi Spesifik)

Di Posyandu sejak tahun 1986

Data
Permasalahan:
Antropometri • Dokumentasi (-)
• Manual

DETEKSI DINI Aplikasi Pencatatan


dan Pelaporan Gizi
INTERVENSI Berbasis Masyarakat
(e-PPGBM)
Sumber Data e-PPGBM

Ujung tombak:
Kader Posyandu

Prinsip
Surveilans :
• Terus
menerus
• Tepat waktu
• Teratur
• Valid
Validitas : derajat ketepatan alat ukur
penelitian terhadap isi sebenarnya yang diukur.
Mangapa Hasil e-PPGBM berbeda dengan
Hasil Survei Lain (SSGBI, SSGI, Riskesdas dll)
1. Sampel yang diukur pada e-PPGBM adalah
seluruh Balita, dengan survei lain sampling
2. Belum semua data balita di Posyandu diunggah
ke e-PPGBM.
3. Tenaga pengukur e-PPGBM adalah kader, sedang
pada survei lain: pengukur terlatih.
4. Alat yang digunakan, pada e-PPGBM belum
semua standar, sedang pada survei lain: alat
ukur standar.
VALIDIITAS
SUMBER DATA
E-PPGBM
Faktor yang Mempengaruhi Validitas Data

(Rosalind and Gibson 2005; de


Onis et al. 2009; WHO 2012a)
How to calculate Accuracy?
Cadre Supervisor Sc Ss Dke Dke2
No.Child a b c d (a+b) (c+d) (Sc-Ss)
1 100.0 100.2 100.3 100.1 200.2 200.4 -0.2 0.04
2 100.3 100.0 101.8 102 200.3 203.8 -3.5 12.25
3 80.1 80.3 82 81.8 160.4 163.8 -3.4 11.56
4 70.6 71.0 70.6 70.7 141.6 141.3 0.3 0.09
5 60.5 60.4 60.5 60.4 120.9 120.9 0.0 0
6 88.3 88.1 88.3 88.3 176.4 176.6 -0.2 0.04
7 99.0 99.2 99.1 99.0 198.2 198.1 0.1 0.01
8 89.9 89.5 90.0 89.9 179.4 179.9 -0.5 0.25
9 78.6 78.3 78.6 78.6 156.9 157.2 -0.3 0.09
10 88.5 88.9 88.5 88.6 177.4 177.1 0.3 0.09
mean IDcI/2 Σds2

Inter variability = mean IDcI/2 = mean (absolute value of Dc)/2

The smaller value of the variability indicates better skill

Good Acuracy if ΣDc2 < 3 Σds2

WHO. Measuring Changes in the Nutritional Status of Children. Geneva: world Health Organization; 1983.
How to calculate Precision?
Cadre Supervisor
No.Child 1st 2nd dc =a – b dc2 1st 2nd ds=c – d ds2
1 100.0 100.2 -0.2 0.04 100.3 100.1 0.2 0.04
2 100.3 100.0 0.3 0.09 101.8 102 -0.2 0.04
3 80.1 80.3 -0.2 0.04 82 81.8 0.2 0.04
4 70.6 71.0 -0.4 0.16 70.6 70.7 -0.1 0.01
5 60.5 60.4 0.1 0.01 60.5 60.4 0.1 0.01
6 88.3 88.1 0.2 0.04 88.3 88.3 0 0
7 99.0 99.2 -0.2 0.04 99.1 99.0 0.1 0.01
8 89.9 89.5 0.4 0.16 90.0 89.9 0.1 0.01
9 78.6 78.3 0.3 0.09 78.6 78.6 0 0
10 88.5 88.9 -0.4 0.16 88.5 88.6 -0.1 0.01
mean IdcI Σdc2 mean IdsI Σds2

Intra variability = mean IdcI = mean (absolute value of dc)


The smaller value of the variability indicates better skill

Good Precisian if Σdc2 < 2 Σds2

WHO. Measuring Changes in the Nutritional Status of Children. Geneva: world Health Organization; 1983.
Dampaknya:
• Ada kesalahan klasifikasi
• Deteksi dini kurang berhasil
• Tidak ada respon memadai
terhadap gangguan gizi awal
Data
Surveilens Miss-
leading
tidak Valid
• Data informasi hasil
pengukuran digunakan
sebagai pertimbangan
kebijakan
• Informasi dipublikasikan
digunakan sebagai referensi
PERMASALAHAN DI
POSYANDU YANG
MEMPENGARUHI VALIDITAS
DATA ANTROPOMETRI DI
E-PPGBM
PENGUMPULAN DATA ANTROPOMETRI DI
PERMASALAHAN POSYSNDU POSYANDU:
• Dihadapkan sejumlah Permasalahan:
1. Ketersediaan sarana pendukung (terutama alat timbang
dan pengukur tinggi badan terstandar)
2. Karakteristik Kader: masih banyak kader usia tua dan
pendidikan relatif rendah dll
3. Keterampilan kader dalam mengukur berat, tinggi dan
panjang anak masih yang rendah
4. Kader tenaga sukarela, dan sering berganti tanpa diikuti
dengan pelatihan keterampilan teknis yang memadai
5. Faktor Anak yang diukur (jumlah per Posyandu banyak,
anak rewel, ibu balita tidak sabar dsb)
A. Faktor Ketersediaan Alat
Ukur
Gambaran Jenis Alat Ukur di Posyandu

Pengukuran Nama Alat ukur di Posyandu


Tinggi Badan Stadiometer (SAGA-Kemenkes)
Microtoice
Meteran/mistar

Panjang Badan Infantometer (akrilik-kemenkes)


infantometer gulung (tikar pertumbuhan) (dispermandes)
infantometer kayu
meteran/mistar
Metline

Berat Badan Dacin


Baby scale
timbangan digital
timbangan injak pegas

Hasil Studi di 94 Posyandu di Kabupaten Demak (Suyatno, 2019)


1. Keberadan Alat Ukur Tidak Standar

Tikar pertumbuhan
Alat Ukur Standar

• Pengukur panjang badan: Infantometer (mm)


• Pengukur tinggi badan: Stadiometer (mm)
• Pengukur berat badan: dacin atau beam scale
Alat Ukur Standar Tinggi dan Panjang Badan
Alat Ukur Standar Berat Badan

Dacin
Beam scale
2. Masalah Pemeliharaan Alat Ukur

• Tidak dilakukan tera rutin


• Tidak dilakukan kalibrasi setiap akan
digunakan
• Tidak dilakukan pemiliharaan dan
check kerusakan alat dengan benar Cara menyimpan
dacin posisi berdiri
Bantuan Alat Ukur Kemenkes 2019:
• Alat tinggi badan merk SAGA, timbangan
digital family dr, pita lila kenko
• 12 ribu buah ke semua puskesmas

Potensi Kesalahan sistematik


Potensi Kesalahan sistematik
Potensi Kesalahan sistematik
B. Faktor Kader
1. Karakteristik Kader

Penelitian pada 452 Kader di Kab Demak 2019, diketahui:


1. Masih banyak yang berusia tua diatas 50 tahun
2. Pendidikan rendah (terbanyak lulus SMP kebawah)
3. Sebagian besar sudah menikah (ibu rumahtangga)
4. Multikader
2. Keterampilan mengukur kader
Masih dijumpai :
1. Pengukuran berat badan
– Kader tidak melakukan kalibrasi alat
– Kader tidak mengecek kelayakan alat
– Sejumlah kader tidak memasang bandul
penyeimbang dengan benar dan mengoreksinya
setiap akan mengukur anak
– Masih ada kader yang tidak berusaha
meminimalisasi pakaian yang dikenakan anak
2. Pengukuran tinggi badan
– Sejumlah kader melakukan pemasangan
microtoice yang tidak sesuai prosedur
– Masih banyak kader yang tidak memastikan saat
diukur anak untuk berdiri tegak dan pandangan
muka lurus, tidak memakai kaos kaki atau
berkucir
3. Pengukuran panjang badan
– Kader melakukannya seorang diri,
yang seharusnya dilakukan dua
orang
– Posisi kepada dan kaki yang tidak
lurus aserta telapak kaki yang tegak
ketika mengukur
4. Pengukuran “SEKALI JADI” , tidak
dilakukan minimal dua kali, rata-rata
sekali jadi
5. Kesalahan posisi baca/paralaks (posisi
mata yang tidak sejajar dengan jendela
baca di alat)

Kader banyak yang belum mengikuti SOP


Contoh Praktik Salah di Lapang
Tidak ada bandul penyeimbang
Atau bandul tidak dikoreksi
sebelum dilakukan penimbangan
Pakaian tebal harus dilepas 31
Prosedur
pemasangan
Microtoice: sering
tidak dilakukan
dengan benar

32
Pandangan mata pengukur
tidak lurus atau paralaks
33
34
• Posisi kepala anak menunduk
• Agar kepala anak lurus maka
sebaiknya memegang dagu anak 35
• Alat ukur tidak standar,
• Kedua kaki tidak rapat,
• Anak memakai kaos kaki 36
Posisi asisten dan pengukur salah,
posisi kaki anak tidak rapat dan
anak memakai kaos kaki 37
Posisi asisten pengukur
tidak di atas kepala anak
Kedua kaki anak tidak rapat
dan memakai kaos kaki

38
Posisi kepala tidak lurus,
tidak ada asisten yang
membantu

39
Posisi asisten
pengukur tidak di
atas kepala anak
Kedua kaki anak tidak
rapat
40
Posisi asisten pengukur
tidak di atas kepala anak
Tidak boleh hanya satu
kaki yang diukur
41
Anak memakai topi/tutup
kepala 42
Harus diperhatikan:

• Badan anak lurus


• Pengukuran dilakukan minimal 2
orang
• Posisi kepala tengadah lurus
“Frankfort Plane”
• Betis menempel di alas alat ukur

• Telapak kaki lurus

Posisi asisten di atas kepala


anak, tidak di samping anak 43
Gambaran Validitas Hasil
Pengukuran Kader di Posyandu
• Hasil penelitian di sejumlah Posyandu di Jawa Barat
dan Jawa Tengah, menunjukkan ketelitian dan
akurasi data yang dikumpulkan kader masih rendah,
dan 90% kader membuat kesalahan pada teknik
penimbangan(Satoto, Jahari, and Soekirman 2002).
• Selain itu, berdasarkan penelitian UNICEF bahwa
tingkat presisi kader dalam menimbang hanya 39%
dan tingkat akurasinya 3%.(Fitrianti 2012)
Gambaran Validitas Hasil
Pengukuran Kader di Posyandu
• Hasil Studi di Demak (2019)
(452 kader di 94 Posyandu)
• Akurasi dan presisi kader dalam pengukuran
antropometri:
– Paling baik adalah pengukuran berat dengan
dacin, disusul tinggi badan dan panjang badan
– Semakin rumit alat ukur maka semakin rendah
akurasi dan presisinya
Dampaknya terhadap Deteksi Stunting
• Temuan anak yang dikatagorikan stunting dari pengukuran kader
angkanya lebih rendah dibandingkan hasil pengukuran dari
Bidan/TPG
– Temuan kasus stunting pada 944 anak baduta yang diukur
dengan panjang badan, hasil temuan kader lebih rendah 3,6 %
dibanding hasil pengukuran Nakes (16,2% vs 19,8%)
– Temuan kasus stunting pada 942 anak 2-5 tahun yang diukur
dengan tinggi badan, hasil temuan kader lebih rendah 0,7 %
dibanding hasil pengukuran Nakes ( 26,6% vs 27,3%)
• Dampak kesalahan pengukuran panjang badan lebih
besar dibanding tinggi badan
• Selisih temuan kasus stunting oleh kader Posyandu:
– Anak >2 tahun (TB/U) = 1,52 % lebih rendah
– Anak < 2 tahun (PB/U) = 6,56 % lebih rendah
Dibandingkan temuan oleh Supervisor terlatih
WHAT NEXT
1. Melengkapi Posyandu dengan alat ukur standar

• Pemerintah perlu membuat standardisasi alat


ukur antropometri di Posyandu
• Pengadaan alat standar, melalui:
– Bantuan dari Pemerintah pusat atau daerah
– Dana desa
– Sumber lain
• Perlu sosialisasi standar penggunaan dan
pemeliharaan dan
2. Pembentukan Tim Pendamping dan Kader Spesialis
Pengukur
Pendamping dan kader pengukur selain harus memahami tatakelola Posyandu, Tupoksi
kader dan cara pengukuran yang benar dan akurat
3. Validasi Data

•Pengambilan Data di Lapang


Validasi hasil Pengukuran kader Posyandu

• Jumlah d2 kader (berkaitan dengan presisi), tidak lebih


besar dari dua kali jumlah d2 penyelia.
• Jumlah D2 kader (berkaitan dengan akurasi) tidak lebih
besar dari tiga kali jumlah d2 penyelia.
4. Pengembangan Model Pelatihan dan Sosialisasi Cara
Pengukuran yang terstandar
5. Pelatihan TOT Kader Posyandu sesuai Standar WHO
(3 hari = 2 hari teori + 1hari Praktik)
6. Pelatihan di Tingkat Desa oleh Kader Peserta TOT
• Pelatihan dilakukan di 10 desa lokus stunting
• Narasumber Kader Kunci utusan desa yang ikut TOT di Kabupaten
• Teori dan praktik dengan bantuan check-list
7. Pendampingan Kader di saat Kegiatan Posyandu

■ Pendampingan posyandu
cara pengukuran yang
benar
■ Membetulkan praktik
kader, dengan bantuan
check-list kesesuaian SOP
pengukuran
CARA MENIMBANG ANAK YANG
BENAR:
- Bandul penyeimbang dipasang
di benar
- Anak di rimbang dengan
pakaian minimal
- Anak timbang digeser perlahan
- Petugas membaca pada posisi
mata sejajar dengan anak
timbang
- Pembacaan diulang minimal 2
kali 59
Posisi pengukuran yang benar
Untuk tinggi badan

60
Pengukuran tinggi badan yang benar

61
Pengukuran panjang badan yang benar

edited by suyatno 62
Penutup
• Akurasi Pengukuran Data Antropometri yang bersumber
dari hasil pengukuran kader di Posyandu perlu terus
ditingkatkan.
• Sebelum di input ke e-PPGBM, maka data yang
bersumber dari hasil pengukuran kader di Posyandu perlu
dilakukan validasi agar deteksi dini masalah gizi lebih
akurat
• Selain melengkapi alat ukur antropometri terstandar di
Posyandu, jika memungkinkan perlu bentuk kader khusus
pengukur antropometri yang dilatih serta didampingi
• Perlu kehati-hatian dalam menggunakan Big-Data e-
PPBGM (antropometri).
Referensi:
1. Suyatno, Martha Irene Kartasurya, Agus Suwandono, Henry Setyawan Santoso. The
impact of the inaccuracy measurement of anthropometry by posyandu cadres on
the classification of stunting of children under five years old. Annals of Tropical
Medicine Public Health (ATMPH), Volume 24 Issue 1, January 2021. pp. 24-188,
https://www.journal.atmph-specialissues.org/uploads/179/9172_pdf.pdf DOI:
http://doi.org/10.36295/ASRO.2021.24188
2. Suyatno, Agus Suwandono, Martha Irene Kartasurya, Henry Setyawan Susanto, Siti
Fatimah, Naintina Lisnawati. The performance excellence of cadres of stunting
compared to ordinary posyandu cadres in monitoring the nutritional status of
toddlers in Demak Regency, Indonesia. Annals of Tropical Medicine Public Health
(ATMPH), Volume 24 Issue 1, January 2021. pp. 24-189.
https://www.journal.atmph-specialissues.org/uploads/179/9173_pdf.pdf, DOI:
http://doi.org/10.36295/ASRO.2021.24189
3. POLICY BRIEF Akurasi Pemantauan Status Gizi di Posyandu Memprihatinkan
https://kebijakankesehatanindonesia.net/images/2019/PB/Policy_Brief_Akurasi_p
emantauan_status_gizi_di_Posyandu_memprihatinkan.pdf
Cukup Sekian
What’s Your Message?

Anda mungkin juga menyukai