Di susun oleh :
Zaenal Abidin Sahrawi 200303029
Nurhasani 200303002
Kejenuhan belajar dapat dikatakan sebagai sebuah kondisi yang dimana ini merupakan
rujukan pada keadaan dimana subjek merasakan lelah secara fisik. Lelah secara fisik dapat ditandai
dengan perilaku-perilaku yang menyimpang diantaranya subjek tidak memperhatikan guru saat
menerangkan materi; mengobrol dengan teman saat guru sedang menjelaskan materi; mengantuk di
dalam kelas; menganggu teman di samping; memainkan pulpen, penggaris atau buku siswaan; sulit
menjawab pertanyaan dari guru; dan lain-lain.1
Perilaku-perilaku seperti diatas kerap kali menyebabkan mahasiswa tidak bisa konsentrasi
dalam belajar sehingga sering menjadi pemicu munculnya perilaku menyimpang seperti; Bolos,
pura-pura sakit dan lain-lain. Jika hal ini tidak ditindak lanjuti secara serius oleh para pendidik
maka akan menganggu proses belajar mengajar dan menurun nya produktivitas mahasiswa dan
dapat berimbas pada output lulusan perguruan tinggi tersebut, dengan demikian perlu kiranya ada
penanganan serius terhadap permasalahan ini.2 Bagi siswa yang mengalami kejenuhan belajar
menganggap bahwa seakan-akan pengetahuan yang diperoleh dari belajar tidak ada
kemajuan.Kejenuhan belajar memiliki dampak yang sangat buruk bagi perkembangan siswa karena
dapat memengaruhi beberapa hal diantaranya dari segi mental, psikis, hingga dari segi fisik siswa.3
Di Indonesia berdasarkan data yang berhasil diperoleh mengenai kejenuhan belajar pada
siswa ataupun mahasiswa di Indonesia. Dari survey yang dilakukan oleh lembaga UNICEF, pihak
UNICEF menerima 4.000 tanggapan siswa dari 34 provinsi yang ada di Indonesia, melalui kanal U-
Report yang terdiri dari SMS, Whatsapp dan Mesengger. Dimana hasil dari survey tersebut adalah
sebanyak 66% dari 60 juta siswa dari berbagai jenjang pendidikan di 34 provinsi mengaku tidak
nyaman belajar dirumah selama pandemi covid-19.5
1
Dela Rukmala, dkk, “Penerapan Teknik Relaksasi Untuk Mengurangi Kejenuhan Belajar (Learning Burnout)
Pelajar di SMA Negeri 1 Bulukumba”, Journal of Education, (Vol. 3, No. 1, Tahun 2022) hlm 3
2
Hamzah, dkk, “Efektifitas Konseling Kelompok Dengan Teknik Relaksasi Religius Untuk Mengurangi Kejenuhan
Belajar Mahasiswa”, Jurnal Bimbingan Konseling, (Vol. 6, N0. 1, Tahun 2017), hlm 9
3
Dela Rukmala, dkk, “Penerapan…, hlm 3
4
Ramadhani Oktavia Rahma, dkk, “Pengaruh Kejenuhan Terhadap Konsentrasi Belajar Dan Cara Mengatasinya
Pada Peserta Didik di SDN 1 Pandan”, Jurnal Pendidik Anak Cerdas dan Pintar, (Vol. 6, NO. 2, Tahun 2022), hlm
243-244
5
Ayunda Pininta Kasih, “Survei UNICEF: 66 Persen Siswa Mengaku Tak Nyaman Belajar di Rumah”,
Kompas.com, 24-06-2020, pada Survei UNICEF: 66 Persen Siswa Mengaku Tak Nyaman Belajar di Rumah
Berdasarkan hasil observasi lapangan di SMAN 1 Gerung Kabupaten Lombok Barat, ada
sebagian siswa yang mengalami kejenuhan dalam belajar, seperti sering berbicara dengan temannya
ketika pelajaran berlangsung, dan tidak memperhatikan guru saataktifitas belajar mengajar. Ketika
siswa mengalami kejenuhan dalam belajar maka kemungkinan siswa cenderung tidak akan
memperhatikan guru pada saat proses belajar mengajar, dan akan sulit menerima informasi yang
diberikan, sehingga akan berdampak pada perkembangan sosialnya dan sering gagal dalam
mengerjakan tugas-tugas atau tanggung jawabnya sebagai seorang peserta didik.6
Mengapa masalah kejenuhan belajar pada mahasiswa begitu urgent untuk di telaah lebih
lanjut karena dapat berdampak pada kesehatan mental dan keberlansungan akademik mereka.
Sebagian besar mahasiswa mengalami tekanan dan stress dalam lingkungan akademik, terutama
selama masa ujian atau tenggat waktu tugas yang ketat. Sehingga kejenuhan belajar dapat
memperparah tekanan tersebut dan menyebabkan masalah kesehatan mental yang serius
diantaranya kecemasan dan depresi. Mahasiswa yang merasa terlalu jenuh dalam belajar juga
berpotensi kehilangan motivasi dan minat dalam belajar, dimana hal ini dapat menyebabkan
penurunan kinerja akademik dan prestasi dan akan berdampak negatif kepada karir dan masa depan
mereka. Selain itu, kejenuhan belajar juga dapat memicu perilaku tidak sehat seperti kurang tidur,
kurangnya aktivitas fisik, dan kebiasaan makan yang buruk. Ini dapat menyebabkan masalah
kesehatan fisik seperti obesitas, sakit kepala, dan masalah kesehatan lainnya.
Melihat tingkat urgensi dari masalah tersebut, maka perlu dilakukan nyasebuah penelitian
ilmiah, dengan tujuan guna menemukan sebuah alternatif dalam upaya pemecahan masalah
menurunkan kejenuhan belajar siswa, agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling yang bisa digunakan adalah pendekatan konseling teman sebaya.
Berbicara mengenai solusi atau terobosan yang bisa dilakukan dalam upaya meminimalisir
tingkat kejenuhan belajar pada mahasiswa.Solusi yang bisa diterapkan adalah dengan
menggunakan pendekatan konseling teman sebaya melalui teknik relaksasi.Ada beberapa alasan
mengapa pendekatan konseling teman sebaya dikatakan cocok untuk dijadikan sebagai solusi dalam
permasalahan ini.
Konseling sebaya dipandang penting karena sebagian besar remaja, siswa ataupun
mahasiswa lebih sering membicarakan masalah masalah mereka dengan teman sebaya
dibandingkan dengan orang tua mereka (ayah&ibu) ataupun dengan guru/dosen. Untuk masalah
yang sangat sangat penting pun biasanya mereka ceritakan terhadapteman sebayanya terutama
yang sudah merasa nyaman dan sesolidaritas yang di harapkan pula, biasanya, teman sebaya ini
merasanyaman dengan salah satu temanya karna rasa solidaritas yang tinggi, walau terkadang salah
mengambil keputusan akan tetapi, rasa solidaritas ini yang membuat kenyamanan pada diri
seseorang.7
Teknik relaksasi merupakan salah satu teknik yang efektif dalam mengurangi kejenuhan
dan stress. Teknik ini mengajarkan seseorang untuk memusatkan pikiran dan meredakan
ketegangan pada tubuh dan pikiran. Di dalam konteks konseling teman sebaya, teknik relaksasi
dapat digunakan sebagai alat untuk membantu teman sebaya dalam mengatasi kejenuhan
belajar.Pada pendekatan konseling teman sebaya dengan menggunakan teknik relaksasi, teman
sebaya dapat membantu teman mereka yang mengalami kejenuhan belajar dengan cara
mengajarkan teknik relaksasi yang sederhana dan mudah dilakukan. Teknik relaksasi seperti
meditasi atau deep breathing, dapat dilakukan sejenak selama beberapa menit sebelum atau sesudah
belajar, sehingga dapat membantu mengurangi kejenuhan dan meningkatkankonsentrasi.
Ada beberapa alasan menarik sehingga peneliti melakukan penelitian tentang kejenuhan
belajar menggunakan pendekatan konseling teman sebaya melalui teknik relaksasi, diantaranya.
Konseling teman sebaya telah terbukti efektif dalam membantu individu mengatasi masalah
psikologis dan emosional, termasuk kejenuhan belajar. Dalam penelitian sebelumnya, konseling
teman sebaya telah terbukti efektif dalam mengurangi tingkat kecemasan dan stres pada
siswa.Teknik relaksasi juga telah terbukti efektif dalam mengurangi kecemasan dan stres, serta
meningkatkan konsentrasi dan fokus. Dalam penelitian sebelumnya, teknik relaksasi telah
digunakan untuk membantu individu mengatasi masalah psikologis dan emosional, termasuk
kejenuhan belajar.
7
Munawaroh. D, “Pengaruh Layanan Konseling Teman Sebaya Terhadao Motivasu Belajar Dengan Teknik
Positive Reinforcement Pada SMK Negeri 7 Bandar Lampung”, SKRIPSI, Universitas Islam Negeri Raden
Intan Lampung, 2020, hlm 24
Yang baru dari penelitian ini adalah dalam penggunaan pendekatan konseling yang
digunakan, dimana dalam penelitian ini menggunakan pendekatan konselng teman sebaya sebagai
sarana dalam problem solving nya. Pendekatan teman sebaya dianggap berpotensi dalam upaya
meminimalisir masalah yang ada karena individu cenderung lebih sering cuhat atau berkeluh
kesah kepada teman sebaya nya, ketimbang kepada orang tua ataupun keluarga.
Dalam penelitian ini, harapan yang diinginkan adalah dapat mengurangi tingkat kejenuhan
belajar siswa. Dengan menggunakan pendekatan konseling teman sebaya, diharapkan siswa dapat
merasa lebih nyaman untuk berbicara tentang masalah kejenuhan belajar mereka dan mendapatkan
dukungan dari rekan sebayanya. Selain itu, teknik relaksasi yang diimplementasikan juga diharapkan
dapat membantu siswa mengatasi stres dan kecemasan yang dapat mempengaruhi konsentrasi dan
motivasi mereka dalam belajar.
Kajian Teori
A. Konseling Teman Sebaya
a. Definisi Konseling Teman Sebaya
Menurut Carr, konseling teman sebaya (Peer Counseling) merupakan salah satu cara
bagi mahasiswa (remaja) belajar bagaimana memperhatikan dan membantu mahasiswa lain,
serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu, Tindall dan Gray
mendefinisikan bahwa konseling teman sebaya sebagai sebuah ragam tingkah laku
membantu secara interpersonal yang dilakukan oleh individu nonprofesional yang berusaha
membantu orang lain. Lebih lanjut menurut Tindall & Gray, konseling teman sebaya ini
mencakup hubungan membantu yang dilakukan secara individual (one-to-one helping
relationship), kepemimpinan kelompok, kepemimpinan diskusi, pemberian pertimbangan,
tutorial, dan semua aktivitas interpersonal manusia untuk membantu atau menolong.8
8
Rusnawati Ellis, dkk, “Efektivitas Model Konseling Teman Sebaya Untuk Mengurangi Perilaku Prokrastinasi
Akademik Pada Mahasiswa”, Jurnal BImbingan dan Konseling Terapan, (Vol. 4, No. 1, Tahun 2020), hlm 94
9
Ibid, hlm 442-443
10
Ita Vitasari, “Kejenuhan (Burnout) Belajar Ditinjau Dari Tingkat Kesepian Dan Kontrol Diri Pada Siswa
Kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta”, SKRIPSI, Universitas Negeri Yogyakarta, 2016, hlm 10-11
a) Kelelahan emosional
Maslach mengemukakan bahwa kelelahan emosional ditandai dengan perasaan
lelah yang dialami oleh individu entah itu kelelahan emosional maupun fisik. Hal
ini dapat memicu berkurangnya energi yang dimiliki untuk menghadapi berbagai
kegiatan dan pekerjaan yang dimilikinya. Maslach & Jackson berdasarkan pada
MBI mengemukakan bahwa kelelahan emosional ini disebabkan oleh tuntutan
yang berlebihan yang dihadapi oleh siswa dan ditunjukkan oleh perasaan dan
beban pikiran yang berlebihan.
b) Kelelahan fisik
Penderita Burnout atau kejenuhan mulai merasakan adanya anggota badan yang
sakit dan gejala kelelahan fisik kronis yang disertai dengan sakit kepala, mual,
insomnis, bahkan kehilangan selera makan (Muh Nurwangid, Isti Yuni Purwanti &
Kartika N. Fathiyah). Hal ini sejalan dengan Baron dan Greenberg bahwa
kelelahan fisik ditandai dengan sakit kepala, mual, susah tidur dan kurangnya nafsu
makan.
c) Kelelahan kognitif
Demerouti dkk menyatakan bahwa kelelahan kognitif ini siswa yang sedang
mengalami kejenuhan cenderung sedang mendapat beban yang terlalu berat pada
otak. Hal ini kemudian berdampak seperti yang diungkapkan kahlil yakni
ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, mudah lupa, dan kesulitan dalam membuat
keputusan (Schaufeli & Bruunk).
d) Kehilangan motivasi
Bahrer-Kohlermenyatakan bahwa kehilangan motivasi pada siswa ditandai dengan
hilangnya idealisme, siswa sadar dari impian mereka yang tidak realistis, dan
kehilangan semangat. Dari gejala di atas maka siswa sudah dianggap kehilangan
motivasi. Bentuk lain dari kehilangan motivasi adalah penarikan diri secara
psikologis sebagai respon dari stres yang berlebihan dan rasa ketidakpuasan.11
c. Indikator Kejenuhan Belajar
Sesuai dengan aspek-aspek di atas. Maka dapat diperoleh indikator dari kejenuhan
belajar yaitu (Schaufeli & Enzmann):
a. Kelelahan emosi : Perasaan depresi, rasa sedih, kelelahan emosional,
kemampuan mengendalikan emosi, ketakutan yang tidak berdasar, dan kecemasan.
b. Kelelahan fisik : gejala yang terjadi pada kelelahan fisik adalah seperti sakit
kepala, mual, pusing, gelisah, otot-otot sakit, gangguan tidur, masalah seksual,
penurunan berat badan,kurangnya nafsu makan, sesak napas, siklus menstruasi yang
tidak normal, kelelahan fisik, kelelahan kronis, kelemahan tubuh, tekanan darah tinggi
c. Kelelahan kognitif : Ketidakberdayaan, kehilangan harapan dan makna hidup,
ketakutan dirinya menjadi “gila”, perasaan tidak berdaya dan dirinya tidak mampu untuk
melakukan sesuatu, perasaan gagal yang selalu menghantui, pengahargaan diri yang
rendah, munculnya ide bunuh diri, ketidak mampuan untuk berkonsentrasi, lupa, tidak
dapat mengerjakan tugas-tugas yang kompleks, kesepian, penurunan daya tahan dalam
menghadapi frustasi yang dirasakan.
d. Kehilangan motivasi : kehilangan semangat, kehilangan idealisme, kecewa,
pengunduran diri dari lingkungan, kebosanan dan demoralisasi.
d. Dampak kejenuhan belajar
Kejenuhan belajar dapat dikatakan di mana kondisi emosional dan fisik
seseorang yang tidak dapat memproses informasi-informasi atau pengalaman baru karena
tekanan yang berkaitan dengan belajar sehingga tidak bersemangat untuk melakukan
aktivitas belajar. Kejenuhan yang terjadi pada siswa dapat berdampak pada prestasi
siswa dan pencapaian tujuan pendidikan yang inigin dicapai.
Kejenuhan belajar merupakan bagian dari jenis masalah belajar learning
disabilities,di mana indikatornya adalah hasil belajar yang rendah, lambat dalam
11
Ibid, hlm 16-17
melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya, menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar,
seperti acuh tak acuh, memiliki sikap yang menentang, berpura-pura, dusta dan
sebagainya, menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang
terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar
kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan
sebagainya.12
C. Relaksasi
a. Definisi relaksasi
Welker, dkk mendefinisikan relaksasi sebagai berikut : “Relaxation training
refers to avaricty of procedures and techniques that are employed to reduce tension
and anxiety by training the patient to be able to voluntarily relax the muscles of the
body any time he or she wishes to”.
Sedangkan menurut Beech, dkk, berpendapat bahwa relaksasi adalah salah satu
teknik dalam terapi perilaku. Relaksasi dapat digunakan individu untuk membentuk
mekanisme batin dalam diri individu dengan membentuk kepribadian yang baik
menghilangakan berbagai bentuk pikiran yang kacau akibat ketidakberdayaan individu
dalam mengendalikan ego yang dimilikinya, mempermudah individu mengontrol diri dan
menyelamatkan jiwa, dan memberikan kesehatan bagi tubuh individu.
Teknik relaksasi menurut IPt. Edi Sutarjo, Dewi Arum WMP & Ni. Kt. Suarni,
adalah suatu strategi dalam konseling yang berupa gerakangerakan yang sistematis dan
terstruktur mulai dari gerakan tangan sampai kepada gerakan kaki untuk merelaksasikan
anggota badan dan mengembalikan kondisi dari keadaan tegang ke keadaan relaks
normal, dan terkrontrol.
Berdasarkan definisi relaksasi di atas dapat disimpulkan bahwa relaksasi adalah
gerakan-gerakan tubuh yang sistematis yang dilakukan secara sukarela guna merelakskan
jiwa dan tubuh individu serta menghilangkan berbagai bentuk pikiran kacau.13
Aspek yang ingin diteliti adalah aspek kelelahan fisik.Karena kelelahan fisik dapat menjadi
masalah yang cukup serius bagi mahasiswa.Terlalu banyak waktu yang digunakan hanya untuk
belajar bisa menyebabkan kelelahan fisik.Ketika mahasiswa merasakan kelelahan secara fisik,
mereka tidak hanya kekurangan energy dan semangat namun juga berimbas pada kefokusan dalam
belajar, hal ini dapat mengakibatkan pengalaman belajar menjadi tidak produktif dan efektif.
Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh seorang mahasiswa agar terhindar dari
kelelahan fisik dalam belajar, diantaranya; selalu menjaga keseimbangan antara beban atau waktu
belajar dengan waktu istirahat, menetapkan jadwal belajar yang seimbang dan mengambil waktu
istirahat yang cukup untuk pemulihan tenaga. Dan juga mahasiswa dapat juga mencari variasi atau
metode dalam belajar agar tidak cepat mengalami kelelahan fisik dalam belajar karena variasi belajar
yang itu-itu saja.
Dalam penelitian ini memberikan suatu gambaran hasil bahwa konseling teman sebaya
dengan teknik relaksasi ini dapat menjadi alternatif yang efektif dalam mengatasi kejenuhan belajar
baik pada siswa ataupun mahasiswa. Metode ini dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan untuk
membantu siswa/mahasiswa meraih prestasi yang lebih baik.
14
Ibid, hlm 28
Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa hubungan sosial antara siswa/mahasiswa
sangat penting dalam upaya mengatasi kejenuhan dalam belajar. Konseling teman sebaya yang
dilakukan dengan baik dapat menciptakan nuansa hubungan sosial yang positif antara
siswa/mahasiswa, sehingga mereka merasa lebih nyaman dan terbuka dalam berkomunikasi. Hal ini
dapat meningkatkan kualitas interaksi sosial di antara siswa dan memperkuat persahabatan di antara
mereka.
Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan gambaran bahwa konseling teman sebaya
dengan teknik relaksasi dapat menjadi solusi dalam mengatasi kejenuhan belajar. Metode ini dapat
meningkatkan kualitas interaksi sosial di antara siswa, membantu mereka menjadi lebih tenang
dan fokus saat belajar, dan memberikan dukungan positif dalam mengatasi masalah belajar.
Penelitian Terdahulu
Sebelumnya, telah dilakukan beberapa penelitian serupa yang membahas mengenai cara
mengatasi kejenuhan belajar pada siswa di sekolah. Disini saya ingin melakukan perbandingan
dengan penelitian sebelumnya.
Jurnal pertama, yang berjudul “Penerapan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Relaksasi
Untuk Menurunkan Kejenuhan Belajar Pada Siswa”. Yang ditulis oleh “Wa Ode Husniah, Maria
Ulfa dan Winda Andriani”. Terdapat persamaan dan juga perbedaan dengan penilitian yang
dilakukan, persamaan nya adalah sama-sama menggunakan teknik relaksasi sebagai treatment
untuk mengatasi problem. Adapapun perbedaan nya terletak pada pendekatan konseling yang
digunakan yaitu bimbingan kelompok dan sample nya siswa di sekolah. Kemudian dalam jurnal
memiliki tujuan “Untuk menurunkan kejenuhan belajar siswa kelas VIII MTs Negeri 1 Kota
Makassar melalui bimbingan kelompok teknik relaksasi. Untuk tujuan nya sama-sama menurunkan
atau meminimalisir kejenuhan belajar. Lalu Metode penelitian yang digunakan dalam jurnal ini
dengan rancangan penelitiannya adalah one-group pretestpostest design. Sementara hasil penelitian
menunjukan bahwa bimbingan kelompok dengan teknik relaksasi dapat menurunkan kejenuhan
belajar siswa.
Jurnal ke-dua, yang berjudul “Efektivitas Teknik Relaksasi Melalui Bimbingan Konseling
Kelompok Dalam Mengurangi Rasa Jenuh Belajar Daring”. Dilihat dari segi judul memiliki
perbedaan dan persamaan, dimana persamaan nya adalah sama-sama menggunakan teknik relaksasi
sebagai treatment untuk mengatasi problem. Adapun perbedaan nya terletak pada pendekatan
konseling yang digunakan yaitu bimbingan kelompok dan masalahnya lebih spesifik menjelaskan
rasa jenuh akibat belajar daring. Kemudian penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat rasa
jenuh belajar daring dan mendiskripsikan efektifitas teknik relaksasi dalam mengurangi rasa jenuh
belajar siswa saat mengikuti proses belajar melalui jaringan internet. Adapun metode Penelitian nya
menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan desain yaitu rencana
penelitian berdaur ulang (siklus) yang terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan
(observasi), dan refleksi. Dan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa siswa memiliki tingkat
rasa jenuh yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran daring.
Jurnal ke-tiga yang berjudul “Efektifitas Konseling Kelompok Dengan Teknik Relaksasi
Religious Untuk Mengurangi Kejenuhan Belajar Mahasiswa”. Dilihat dari segi judul memiliki
perbedaan dan persamaan, persamaan nya adalah sama-sama membahas mengenai masalah
kejenuhan belajar. Adapun perbedaan nya terletak pada pendekatan konseling yang digunakan yaitu
konseling kelompok dan teknik nya menggunakan relaksasi religious. Tujuan nya untuk
mengetahui efektifitas konseling kelompok dengan teknik relaksasi religius sebagai upaya
mengurangi kejenuhan belajar mahasiswa. Lalu metode penelitian nya menggunakan metode
eksperimen yang diterapkan dalam penelitian ini adalah Pre-testPost-test control group design
yaitu eksprimen yang hanya menggunakan satu kelompok yang berfungsi sebagai kontrol.
Kemudian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konseling kelompok dengan teknik relaksasi
religius efektif untuk mengurangi kejenuhan belajar mahasiswa FKIP prodi BK Universitas Islam
Kalimantan (Uniska) Muhammad Arsyad Al Banjary Banjarmasin.
2. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data yang lengkap, maka peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif, kehadiran peneliti mutlak dibutuhkan karena peneliti berperan penting dalam
lokasi penelitian (lapangan). Kehadiran peneliti ditujukan untuk mendapatkan data dan informasi
yang akurat dan secara langsung.18
Adapun cara yang peneliti gunakan dalam mendapatkan data dan informasi yaitu melalui
observasi, dan wawancara. Dalam pelaksanaannya, peneliti melakukan penelitian dilokasi dengan
cara mendatangi lokasi tersebut pada waktu-waktu tertentu tanpa menggunakan jadwal secara
formal. Tujuan utama kehadiran peneliti dilokasi penelitian yaitu untuk mencari dan mengkaji data
tentang Kejenuhan dalam belajar pada (Mahasiswa UIN Mataram, semester, jurusan bimbingan
dan konseling islam, semester enam (6), kelas A) guna mendapatkan data yang lebih valid dan
akurat seperti yang diharapkan oleh peneliti.
3. Sumber data
a) Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh oleh peneliti secara langsung dari
narasumber tanpa ada perantara yang khusus. Dan dikumpulkan oleh peneliti
kemudian untuk menjawab permasalahan dalam penelitian. Sumber data ini bisa
responden atau subjek penelitian, dari hasil pengisian kuesioner, wawancara
maupun observasi.19 Adapun yang menjadi subjek penelitian dalam
15
Zuchri Abdussamad, Metode penelitian kualitatif, (Bandung, Cv. Syakir Media Press, 2021), hlm 30
16
Juliansyah Noor, Metode Penelitian, (Jakarta, Kharisma Putra Utama, 2012), hlm 35
17
Ibid, hlm 36
18
Djam'ah Satori, Metose Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta, 2014), hlm 237
19
Rachmat Kriyanto, Riset Komunikasi, (jakarta: Kencana, 2014), hlm 41
b) Data sekunder
Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau secara
tidak langsung untuk mendukung penulisan pada penelitian ini, antara lain : foto-
foto kegiatan, tabel, grafik, diagram, struktur organisasi dan rekaman kegiatan
lainnya.20
4. Teknik pengumpulan data
a) Observasi
Observasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, surat kabar, majalah, prasati, notulen rapat, lengger, dan
agenda.21Observasi merupakan salah satu metode utama dalam penelitian terutama
sekali pada penelitian kualitatif. Metode observasi merupakan metode
pengumpulan data yang paling amaliah dan yang paling banyak digunakan secara
umum, observasi berarti pengamatan dan penglihatan.22
b) Wawancara
c) Dokumentasi
Dokumentasi dapat menjadi sumber data atau informasi penting dalam
pengumpulan data. Dokumentasi dalam halini bebentuk surat-surat, berita, laporan,
dan lain nya. Yang dimana sifat utama dokumentasi adalah tidak terbatas pada
ruang dan waktu sehingga member peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-
hal yang pernah terjadi.
Dalam penelitian yang berjudul Konseling Teman Sebaya Melalui Teknik Relaksasi Untuk
Meminimalisir Tingkat Burnout Learning, (studi kasus pada mahasiswa UIN Mataram, Jurusan
Bimbingan dan Konseling lslam, Semester 6, Kelas A). yang akan diwawancarai adalah subjek utama
20
Ibid, hlm 42
21
Suharmini, Prosedur Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), hlm 231
22
Iman Suprayogo, Metode Penelitian Agama, (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2003), hlm 167
23
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm 113
24
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999), hlm 65
sebanyak 5 orang.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang akan di uraikan dibawah ini mencakup 1. Perilaku kejenuhan
belajar yang nampak, 2. Upaya yang dilakukan subjek dalam mengatasi kejenuhan belajar,
3. Layanan yang diberikan oleh teman sebaya terhadap subjek, 4. Bentuk perubahan yang
dirasakan subjek setelah diberikan perlakuan oleh teman sebaya. Secara rinci akan
dijelaskan dibawah sebagai berikut :
1. Subjek kasus 1
A. Perilaku kejenuhan belajar yang nampak
Hasil pengamatan pada subjek DHK, ketika perkuliahan berlansung lebih-
lebih lagi di mata kuliah yang bobotnya cukup besar dan pada siang hari ia sering
kali terlihat membuka handphone nya walaupun tidak ada suatu hal yang penting,
ketika dosen sedang menjelaskan ia juga sering menganggu atau mengusili
teman disebelahnya sampai teman nya pun merasa risih. Menurut wawancara
yang peneliti lakukan dengan subjek, hal utama yang menyebkan subjek begitu
merasa jenuh dalam belajar karena jam mata kuliah tersebut berada pada siang
hari, sedangkan jam-jam siang adalah kebiasaan subjek untuk tidur di kos an nya.
B. Upaya yang dilakukan subjek dalam mengatasi kejenuhan belajar
Dalam wawancara, subjek mengatakan apabila sudah mulai merasa jenuh
subjek biasanya mulai membuka handphone kemudian memainkan music atau
bermain game sebentar agar jenuh yang dirasakan dapat hilang, namun
bagaimana pun caranya subjek tetap tidak bisa menghilangkan rasa jenuh nya
secara total. Subjek juga mengatakan akan keluar untuk membasuh muka agar
dapat segar lagi dan bias focus pada perkuliahan.
C. Layanan yang diberikan oleh teman sebaya terhadap subjek
Upaya yang berikan oleh teman sebaya adalah mengajak subjek untuk
melemaskan dan merileks kan otot-otot nya, karena duduk di kursi dalam durasi
yang lama dapat menyebabkan otot-otot di tubuh menjadi menegang. Teman
sebaya mengajak subjek untuk melakukan beberapa kegiatan sederhana yang
bisa melemaskan otot-otot diantaranya melakukan peregangan otot punggung
dengan cara mencondongkan tubuh ke belakang, peregangan otot sisi tubuh
denga cara memiringkan posisi tubuh ke kiri dan kanan, dan peregangan otot
pergelangan tangan karena otot pergelangan tangan lebih sering merasakan
penengangan karena kegiatan menulis dengan cara balik telapak tangan kanan
dan kiri lalu tarik kebelakang.
D. Bentuk perubahan yang dirasakan subjek setelah diberikan perlakuan oleh teman
sebaya
Saat di wawancarai mengenai bentuk perubahan yang dirasakan subjek
setelah melakukan peregangan otot, subjek mengatakan bisa lebih rileks lagi
namun tidak bisa menghilangkan rasa jenuh dalam belajar secara penuh, subjek
berpendapat selain otot-otot nya terasa lebih rileks lagi subjek juga puas
mendengar suara otot punggungnya berbunya ketika melakukan pelemasan,
subjek berkata akan lebih sering melakukan pelemasan otot bagian punggung
karena suka mendengar suaranya subjek menambahkan seperti ada kepuasan
yang dirasakan ketika mendenger suara otot nya.
2. Subjek kasus 2
A. Perilaku kejenuhan belajar yang Nampak
Data yang diperoleh dalam observasi terhadap subjek RA, ketika subjek
mulai merasa jenuh dalam belajar di kelas subjek pindah tempat duduk
kebelakang atau bersembunyi dibelakang teman nya agar tidak terlihat oleh dosen
ketika subjek memainkan handphone ataupun tidur, subjek juga sering memotret
teman-teman nya yang sedang belajar dan setelah subjek melakukan hal itu
subjek terlihat gembira dan senang. Dalam wawancaranya, subjek mengatakan
hal yang paling sering membuat subjek merasa jenuh dalam belajar adalah
karena kurang paham dengan materi, ingin bertanya kepada teman disebelahnya
subjek merasa sungkan karena teman disebelahnya terlihat focus memperhatikan,
jadi subjek mencari kesibukan sendiri seperti memotret teman-teman nya yang
sedang belajar.
B. Upaya yang dilakukan subjek dalam mengatasi kejenuhan belajar
Dalam wawancaranya, subjek mengatakan salah satu cara nya dalam
mengurangi rasa jenuh belajar yang dirasakan adalah dengan cara minum air,
karena subjek percaya bahwa kekurangan cairan tubuh dapat menganggu
konsentrasi dan subjek juga biasanya keluar untuk membasuh muka atau hanya
sekedar melihat suasana diluar agar tidak suntuk berada dalam kelas.
C. Layanan yang diberikan oleh teman sebaya terhadap subjek
Upaya yang berikan oleh teman sebaya adalah mengajak subjek untuk
melemaskan dan merileks kan otot-otot nya, karena duduk di kursi dalam durasi
yang lama dapat menyebabkan otot-otot di tubuh menjadi menegang. Teman
sebaya mengajak subjek untuk melakukan beberapa kegiatan sederhana yang
bisa melemaskan otot-otot diantaranya melakukan peregangan otot punggung
dengan cara mencondongkan tubuh ke belakang, peregangan otot sisi tubuh
denga cara memiringkan posisi tubuh ke kiri dan kanan, dan peregangan otot
pergelangan tangan karena otot pergelangan tangan lebih sering merasakan
penengangan karena kegiatan menulis dengan cara balik telapak tangan kanan
dan kiri lalu tarik kebelakang.
D. Bentuk perubahan yang dirasakan subjek setelah diberikan perlakuan oleh teman
sebaya
Dalam proses wawancara, subjek mengatakan bisa lebih rileks lagi setelah
melakukan peregangan otot dan akan melakukan nya lagi ketika kebiasaan subjek
dalam mengatasi rasa jenuh tidak dapat membantunya dalam mengilangkan rasa
jenuh dalam belajar.
3. Subjek kasus 3
A. Perilaku kejenuhan belajar yang Nampak
Hasil observasi yang dilakukan terhadap subjek LHF, hampir sama dengan
subjek-subjek sebelumnya, subjek sering menganggu teman disebelahnya
kemudian memainkan handphone. Dalam wawancara juga subjek mengatakan
bahwa subjek entah mengapa cepat bosan jika belajar dengan durasi lebih dari 30
menit, dirumah juga begitu. Dari hasil wawancara dapat disimpulkan subjek
mengalami kejenuhan belajar disebabkan karena tidak terbiasa belajar dengan
durasi yang lama.
B. Upaya yang dilakukan subjek dalam mengatasi kejenuhan belajar
Pada saat di wawancara subjek mengatakan jika sudah mulai merasa
bosan, maka subjek akan keluar untuk membasuh muka, atau subjek
mengkonsumsi permen kopi untuk meningkatkan kefokusan dan menghilangkan
rasa jenuh yang dirasakan.
C. Layanan yang diberikan oleh teman sebaya terhadap subjek
Upaya yang berikan oleh teman sebaya adalah mengajak subjek untuk
melemaskan dan merileks kan otot-otot nya, karena duduk di kursi dalam durasi
yang lama dapat menyebabkan otot-otot di tubuh menjadi menegang. Teman
sebaya mengajak subjek untuk melakukan beberapa kegiatan sederhana yang
bisa melemaskan otot-otot diantaranya melakukan peregangan otot punggung
dengan cara mencondongkan tubuh ke belakang, peregangan otot sisi tubuh
denga cara memiringkan posisi tubuh ke kiri dan kanan, dan peregangan otot
pergelangan tangan karena otot pergelangan tangan lebih sering merasakan
penengangan karena kegiatan menulis dengan cara balik telapak tangan kanan
dan kiri lalu tarik kebelakang.
D. Bentuk perubahan yang dirasakan subjek setelah diberikan perlakuan oleh teman
sebaya
Subjek merasakan setelah melakukan relaksasi otot, yang awalnya subjek
ketika duduk belajar sekitar 30 menit sudah mulai merasakan jenuh, sekarang
walaupun hingga sesi perkuliahan selesai subjek merasa tidak begitu jenuh dan
penat. Subjek berpendapat jika badan nya merasa seperti system yang ke restart
setelah melemaskan otot nya.
4. Subjek kasus 4
A. Perilaku kejenuhan belajar yang Nampak
Hasil pengamatan pada subjek MEP, ketika perkuliahan berlangsung
terutama pada mata kuliah yang menurutnya berat, dia sering kali mengambil
duduk paling belakang,tidak focus saat jam pelajaaran berlangsung, cara duduk
berubah-rubah, mengusili teman di sampingnya apalagi di jam pagi subjek sering
mengeluh karena kuliah terlalu pagi,karena subjek sering telat datang. Menurut
wawancara yang peneliti lakukan kepada subjek, hal pertama yang membuat
subjek jenuh karena pada malam hari subjek sering tidur larut malam dan susah
untuk bangun pagi, walapun sudah menyalakan alarm tetapi subjek tetap susah
untuk bangun pagi.
5. Studi kasus 5
A. Perilaku kejenuhan belajar yang Nampak
Hasil pengamatan pada subjek MHF, ketika perkuliahan berlansung subjek
sering data terlambat, jarang dating tepat waktu hampir diseluruh mata kuliah,
subjek juga termasuk mahasiswa yang jarang masuk kuliah. Ketika jam
perkuliahan berlansung subjek selalu duduik di paling belakang dan jarang berbaur
dengan teman-teman kelas, lebih banyak diam. Berdasarkan data yang diperoleh
melalui wawancara hal utama yang menyebabkan subjek jenuh karena subjek
mengajar di sebuah pondok pesantren, hal tersebut lah yang membuat subjek
kurang bisa mengatur waktu dan tanggung jawab. Subjek juga sempat ingin
mengambil program kuliah jangka pendek.
Pembahasan
Bagian ini memaparkan hasil penelitian berdasarkan data observasi dan wawancara
yang telah dilakukan terhadap 5 subjek penelitian, gambaran yang ditampilkan mahasiswa
yang sedang mengalami kejenuhan dalam belajar adalah kurang nya konsentrasi dalam
memperhatikan materi yang diberikan, sering melihat atau membuka handphone walaupun
tidak ada hal yang penting, dan menganggu teman di sebelahnya. Hal ini memberikan
gambaran bahwa konsep teman sebaya menggunakan teknik relaksasi otot mampu
meminimalisir tingkat kejenuhan belajar yang dialami oleh subjek.
Universitas Islam Negeri Mataram merupakan salah satu Universitas Islam negeri
yang berada di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Universitas Islam Negeri Mataram memiliki
25 Jurusan atau Program Studi yang tersebar dalam 5 Fakultas. Adapun fakultas yang ada
di Universitas Islam Negeri Mataram yaitu: Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Fakultas
Syariah, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dan
Fakultas Usluhuddin dan Studi Agama. Adapun yang menjadi focus penelitian ini adalah
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam,
Semester 6, Kelas A, dengan total subjek 5 orang yaitu: MHF, MEP, RA, DHK dan LHF.
Adapun dampak yang ditimbulkan dari perilaku kejenuhan belajar pada mahasiswa
diantaranya; 1. Dapat menurunkan motivasi serta minat belajar, Kejenuhan dalam belajar
mengakibatkan mahasiswa cepat merasa bosan dan tidak berminat lagi untuk mempelajari
materi yang akan diberikan oleh dosen di dalam kelas. Sehingga motivasi dan minatnya
25
Dela Rukmala, dkk, “Penerapan…, hlm 4
dalam belajar akan menurun. 2. Menurunnya kualitas belajar mahasiswa, ketika merasa
jenuh dalam belajar, mahasiswa akan susah untuk berkonsentrasi dan memahami materi.
Dalam jangka panjang akan berpengaruh pada kualitas belajar dan pencapaian akademik
mahasiswa. 3. Kondisi kesehatan mental memburuk. Apabila kejenuhan belajar tidak diatasi
dengan baik dan cepat, maka akan memicu timbulnya stress, depresi, kecemasan dan
beberapa masalah kesehatan mental lain nya.
Secara khusus konseling sebaya tidak memfokuskan pada evaluasi isi, namun lebih
memfokuskan pada proses berfikir, proses perasaan dan proses pengambilan keputusan.
Dengan cara yang demikian, konseling sebaya memberikan kontribusi pada pengalaman
yang dimiliki, yang kuat serta yang dibutuhkan oleh para remaja yaitu respect. Menurut
Willis teman sebaya adalah kelompok yang terdiri dari anak-anak yang memiliki usia, kelas
dan motivasi bergaul yang sama atau hampir sama. Hal ini dinamakan peer group atau
kelompok teman sebaya dapat membantu proses penyesuaian diri yang baik. 26
Bentuk layanan yang diberikan oleh teman sebaya dalam meminimalisir kejenuhan
belajar adalah pemberian teknik relaksasi otot, efisiensi teknik yang diberikan dapat dilihat
dari wawancara yang dilakukan dengan subjek, dimana subjek mengatakan bahwa setelah
melakukan teknik relaksasi otot yang diberikan subjek merasakan kejenuhan belajar yang
dirasakan dapat terminimalisirkan, yang artinya kejenuhan belajar masih dialami oleh subjek
tetap dirasakan namun dalam intensitas yang berkurang.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti uraikan diatas,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut;
1. Ada beberapa factor yang dapat menyebabkan mengapa kejenuhan belajar dapat
dialami atau terjadi pada mahasiswa diantaranya; Tugas yang diberikan oleh dosen
datang secara bertubi-tubi dengan tenggat waktu yang berdekatan, Adanya tuntutan
yang mewajibkan mahasiswa untuk selalu mendapatkan nilai tertinggi di setiap tugas
26
Shofi Puji Astiti, “Efektifitas Konseling Sebaya (Peer Counseling) Dalam Menuntaskan Masalah Siswa”,
Indonesian Jurnal of Islamic Psychology, (Vol. 1, No. 2, Tahun 2019), hlm 249-250
ataupun ujian, Kurangnya minat mahasiswa terhadap mata kuliah atau materi yang
sedang diajarkan oleh dosen, Metode belajar yang kurang efektif juga dapat menjadi
salah satu factor mengapa kejenuhan belajar dapat dialami oleh mahasiswa, dan
Lingkungan belajar atau suasana belajar yang kurang kondusif juga dapat
mengakibatkan terjadinya kejenuhan belajar pada mahasiswa.
2. Adapun dampak yang terlihat pada subjek ketika subjek merasakan atau mengalami
kejenuhan belajar diantaranya; 1. Dapat menurunkan motivasi serta minat belajar,
Kejenuhan dalam belajar mengakibatkan mahasiswa cepat merasa bosan dan tidak
berminat lagi untuk mempelajari materi yang akan diberikan oleh dosen di dalam
kelas. Sehingga motivasi dan minatnya dalam belajar akan menurun. 2. Menurunnya
kualitas belajar mahasiswa, ketika merasa jenuh dalam belajar, mahasiswa akan
susah untuk berkonsentrasi dan memahami materi. Dalam jangka panjang akan
berpengaruh pada kualitas belajar dan pencapaian akademik mahasiswa. 3. Kondisi
kesehatan mental memburuk. Apabila kejenuhan belajar tidak diatasi dengan baik
dan cepat, maka akan memicu timbulnya stress, depresi, kecemasan dan beberapa
masalah kesehatan mental lain nya.
3. Bentuk layanan yang diberikan yang berkonsep teman sebaya ini adalah pemberian
layanan berupa pengarahan mengenai teknik relaksasi otot. Teknik relaksasi otot
merupakan turunan dari teknik relaksasi, dalam relaksasi otot ini individu dituntut secara
sistematis menegangkan serta merelaksasikan setiap kelompok otot yang ada dalam tubuh.
Dalam latihan ini individu diminta untuk menegangkan oto dengan batasan ketegangan
tertentu lalu diminta untuk melemaskannya. Akan tetapi sebelum dilemaskan, individu
diarahkan untuk bisa merasakan ketegangan tersebut, sehingga individu dapat membedakan
antara otot yang tegang dengan yang lemas.
Daftar Pustaka
Dela Rukmala, dkk, “Penerapan Teknik Relaksasi Untuk Mengurangi Kejenuhan Belajar
(Learning Burnout) Pelajar di SMA Negeri 1 Bulukumba”, Journal of Education, (Vol. 3, No.
1, Tahun 2022)
Hamzah, dkk, “Efektifitas Konseling Kelompok Dengan Teknik Relaksasi Religius Untuk
Mengurangi Kejenuhan Belajar Mahasiswa”, Jurnal Bimbingan Konseling, (Vol. 6, N0. 1,
Tahun 2017)
Ramadhani Oktavia Rahma, dkk, “Pengaruh Kejenuhan Terhadap Konsentrasi Belajar Dan
Cara Mengatasinya Pada Peserta Didik di SDN 1 Pandan”, Jurnal Pendidik Anak Cerdas
dan Pintar, (Vol. 6, NO. 2, Tahun 2022)
Ayunda Pininta Kasih, “Survei UNICEF: 66 Persen Siswa Mengaku Tak Nyaman Belajar di
Rumah”, Kompas.com, 24-06-2020, pada Survei UNICEF: 66 Persen Siswa Mengaku Tak
Nyaman Belajar di Rumah Halaman all - Kompas.com diakses pada 19-Maret-2023
Nihayah, “Pengaruh Bimbingan Belajar Terhadap Kejenuhan Dalam Belajar Pada Siswa
Kelas XI di SMAN 1 Gerung Kabupaten Lombok Barat”, Jurnal Kajian dan Penelitian
Pendidikan Islam, (Vol. 12, No. 1, Tahun 2018)
Rusnawati Ellis, dkk, “Efektivitas Model Konseling Teman Sebaya Untuk Mengurangi
Perilaku Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa”, Jurnal BImbingan dan Konseling
Terapan, (Vol. 4, No. 1, Tahun 2020)
Ita Vitasari, “Kejenuhan (Burnout) Belajar Ditinjau Dari Tingkat Kesepian Dan Kontrol Diri
Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta”, SKRIPSI, Universitas Negeri Yogyakarta,
2016
Poppy Agustina, dkk, “Analisis Factor Penyebab Terjaidnya Kejenuhan Belajar Pada Siswa
Dan Usaha Guru BK Untuk Mengatasinya”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan
Konseling, (Vol. 4, No. 1, Tahun 2019)
Fitri NIngsih, “Efektifitas Teknik Relaksasi Untuk Mengurangi Kejenuhan (Burnout) Belajar
Pada Siswa Kelas XI Di SMAN 6 Yogyakarta”, SKRIPSI, Universitas Negeri Yogyakarta,
Tahun 2016
Wa Ode Husniah, dkk, “Efektifitas Teknik Relaksasi Melalui Bimbingan Kelompok Dalam
Mengurangi Rasa Jenuh Belajar Daring”, Jurnal Ilmiah Universitas Muhammadiyah Buton,
(Vol. 8, No. 1, Tahun 2022)
Nur Afifah Hilmy, Dkk, “Teknik Self-Regulated Learning Untuk Mengurangi Kejenuhan
Belajar Siswa SMA”, Jurnal Psikoedukasi Dan Konseling, (Vol. 3, No. 2, Tahun 2019)
Zuchri Abdussamad, Metode penelitian kualitatif, (Bandung, Cv. Syakir Media Press, 2021)