Anda di halaman 1dari 54

KATALIS DAN KATALITIK REAKTOR

PENDAHULUAN

Definisi
Katalis :
Zat yang mempengaruhi laju reaksi tetapi tidak mengalami perubahan
Katalisis :
Studi penggunaan katalis dan proses katalitik.

Yield
Jumlah produk yang terbentuk per mole reaktan.
Selectivity :
Jumlah mole produk yang diinginkan per mole produk yang tidak diinginkan.

Katalis mengubah laju reaksi tetapi tidak mempengaruhi kesetimbangan.

Katalis Homogen :
Adalah katalis yang berada dalam larutan dengan salah satu reaktan.
Katalis Heterogen:
Katalis yang memiliki fasa berbeda dengan reaktan.
Contoh : katalis : padat
Reaktant / produk : padat atau gas
Contoh :
Pt pada

+ 3H2
Al2O3xH2O
Cyclohexane Benzene Hydrogen

Reaksi katalitik heterogen terjadi pada atau didekat permukaan /


Interface fluid solid. Interfacial area penting untuk meningkatkan laju
reaksi. Interfacial area dihasilkan oleh struktur berpori. Permukaan
pori-pori memberikan area yang dibutuhkan untuk laju reaksi yang
tinggi.
Contoh : Cracking Catalyst silica - alumina
volume pori = 0.6 cm3/g
jari-jari pori rata-rata = 4 nm
surface area = 300 m2/g

Porous catalyst :
Katalis yang memiliki area yang luas yang dihasilkan oleh pori-
pori
Contoh : Pt pada alumina untuk reforming petroleum naptha untuk
mendapatkan higher octane rating.
Molecular Sieves:
Material yang memiliki pori yang dapat
melewatkan molekul kecil tetapi tidak dapat
melewatkan molekul yang lebih besar.
Contoh Molecular Sieves :
Clay atau zeolite seperti ZSM-5 zeolite.

Konfigurasi molekul yang bereaksi dapat


dikendalikan oleh penempatan atom katalis pada
tempat tertentu dalam zeolit.
Contoh : Orientasi molekul butana dalam cincin
pada permukaan katalis membentuk benzene
Zeolite dapat membentuk molekul etana

Monolithic Catalysts :
Katalis yang tidak berpori.
Contoh: platinum gauze untuk oksidasi NH3 membentuk HNO3.
Monolithic catalyst banyak dipakai pada proses apabila ada pertimbangan
penyisihan panas.

Supported Catalyst :
Adalah katalist yang terdiri dari material aktif yang terdispersi pada zat
yang kurang aktif (support).
Contoh :
a. Automobile – muffler catalyst
b. Platinum – on- alumina catalyst pada petroleum reforming
Unsupported Catalyst :

Active ingredients merupakan jumlah yang lebih banyak


dari zat lain (promoter).
Contoh :
a. Platium gauze untuk oksidasi ammonia.
b. Promoted iron untuk sintesa ammonia.
c. Silica – alumina dehydrogenation catalyst.

Deaktivasi :
Penurunan aktivitas katalis yang disebabkan oleh:
a. Aging phenomenon seperti perubahan struktur kristal
permukaan.
b. Poisoning atau fouling, yaitu menempelnya zat asing pada
permukaan katalis yang aktif.
Reaksi Fasa Gas
Dengan katalis padat, reaksi fasa gas dapat berlangsung jika
satu atau semua reaktan menempel pada permukaan (Adsorpsi).

Physical Adsorption
Merupakan proses eksotermis, dan panas adsorpsi kecil 1-15
kcal/gmole.
Gaya tarik antara gas molekul dan permukaan padat lemah.

Gaya Vander Waals ini terdiri dari interaksi antara


a. permanent dipole
b. permanent dipole dan induced dipole
c. dan/atau diantara atom netral dan molekul

Jumlah gas yang teradsorpsi mengalami penurunan dengan kenaikan


temperatur, dan sedikit zat pada Tc
Chemisorption
Merupakan jenis adsorpsi yang mempengaruhi laju reaksi
kimia.
Atom / molekul yang teradsorpsi tertahan pada permukaan oleh
valence forces .
Chemisorption adalah proses eksothermis tetapi panas adsorpsi
= panas reaksi kimia ( 10 – 100 kcal/gmole).

Active site adalah :


Titik (point) pada permukaan katalis yang membentuk ikatan
kimia kuat dengan atom atau molekul yang teradsorpsi.

Turnover Frequency, N:
Jumlah molekul yang bereaksi per active site per detik.

Dispersion , D
Adalah fraksi atom logam yang menempel dan berada pada
permukaan.
Contoh:
Turnover frequency sintesa Fisher - Trops
CO + 3H2  CH4 + H2O
Pada sintesa Fisher Trops digunakan O.5 wt % Ru pada  Al2
O3
Persentase dispersi katalis dari atom yang terekspose ditentukan
dari chemsorpsi H2 sebesar 49 %. Pada 988 kPa dan 574 K, turn
over frequency metana = 0,1607 /det.
Berapa laju pembentukan methana dalam mol/s .g katalis ( logam
+ Support )
Penyelesaian :
 1  %Ru
- rA’ = NCH4 D  
 MwRu  100

0,1607molekul 1moleCH 4 0,49 permukaan.atom 6,02 x10 23 atomRu gatomRu 0,005gRu


 x x x x x
( permukaan.atom.Ru ).s 6,02 x10 23 molekul total.atom.Ru gatom(mole) Ru 101.1gRu gtotal

 3,89 x10 6 mole / s.gcat


Langkah-langkah Reaksi Katalitik

Langkah-langkah Reaksi Katalitik Heterogen untuk reaksi A  B:


1. Perpindahan massa (diffusi) reaktan (misalkan A) dari bulk fluid
ke permukaan eksternal catalyst pellet.
2. Diffusi Reaktan dari mulut pori-pori melalui pori-pori katalis ke
bagian terdekat permukaan katalis internal.
3. Adsorpsi reaktan A pada permukaan katalis.
4. Reaksi pada permukaan katalis ( A  B).
5. Desorpsi produk (misalkan B) dari permukaan katalis.
6. Difusi produk dari interior pellet katalis ke mulut pori pada
permukaan eksternal.
7. Mass transfer produk dari permukaan pellet eksternal ke bulk
fluid.
Laju overall reaksi sama dengan laju langkah yang paling lambat. Jika langkah difusi (1, 2, 6
dan 7) sangat cepat dibandingkan dengan langkah reaksi (3, 4 dan 5), maka konsentrasi pada
tempat yang dekat dari active site tidak berbeda dengan konsentrasi pada bulk fluid. Dalam
situasi ini langkah transport atau diffusi, tidak mempengaruhi laju overall reaksi. Jika langkah
reaksi sangat cepat dibandingkan dengan langkah diffusi, perpindahan massa mempengaruhi
laju reaksi
Pada sistem dimana diffusi dari bulk gas atau liquid ke permukaan katalis atau mulut
katalis yang berpori-pori mempengaruhi laju reaksi, perubahan kondisi aliran mempengaruhi
laju reaksi overall. Pada katalis berpori, diffusi dalam katalis berpori membatasi laju reaksi,
sehingga laju reaksi overall tidak dipengaruhi oleh external flow, walaupun diffusi
mempengaruhi laju reaksi overall.
Adsorption Isotherm
Adsorpsi A pada S
A + S A.S

A = atom, molekul atau kombinasi atom lain


S = active site
A.S = satu unit A teradsorpsi pada site S

Nomenklatur
Ct = total konsentrasi molar active site per unit massa katalis.
= jumlah aktive site per unit massa dibagi dengan bilangan
avogadro [mol/g cat].
CV = jumlah vacant site per unit massa katalis dibagi
dengan bilangan avogadro
Vacant site = non active site
Jika deaktivasi katalis diabaikan, Ct constant
Pi = tekanan parsil species i dalam fasa gas atm.
Ci.S = konsentrasi permukaan sites yang ditempati oleh
species i
[gmol/g.cat]
Sa = luas permukaan unit mass catalyst [m2/g.cat]
C’i.S = konsentrasi permukaan sites yang ditempati oleh
species i berdasarkan
surface area (gmol i/m2)

Ci.S
Ci'.S 
Sa
Site Balance
Vacant site
A B

Vacant & Site yang ditempati

Total consentrasi sites :


Ct = Cv + CA.S + CB.S
Adsopsi gas yang tidak bereaksi pada permukaan katalis. Data
adsorpsi dinyatakan dalam bentuk adsorption isotherm.

Isotherm menunjukkan jumlah gas yang terserap pada permukaan zat


padat pada tekanan yang berbeda dengan temperatur konstan.

Adsorpsi H2 pada powdered copper pada 25 oC ditampilkan pada


Tabel 1:
Tabel 1. Adsorpsi H2 pada Cu Powder pada 25 oC

Tekanan CH2.Sx102 Tekanan CH2.Sx102


Meningkat, PH2 (g mol/g Cu) Menurun, PH2 (g mol/g Cu)
(torr) (torr)
3.25 0.559 45.1 1.160
8.90 0.761 21.5 0.995
17.65 0.941 10.65 0.800
36.20 1.212 5.40 0.659
74.50 1.281 2.95 0.564
204.8 1.471 1.70 0.464

1 torr = 1 mmHg = 0.133 kPa = 0.00132 atm.


Dua model pendekatan digunakan untuk mengetahui model mana
yang memenuhi data adsorpsi H2:
a. H2 teradsorpsi sebagai molecule (H2) pada Cu powder
b. H2 teradsorpsi sebagai H pada Cu powder

Model H2 teradsorpsi sebagai H2


H2 tidak bereaksi setelah diadsorpsi :
kA
H2 + S H 2 . S (Adsorption process)
k-A
Laju attachment molekul H2 pada permukaan :
Rate of attachment = kA PH2 CV
Rate of detachment of H2 molecule dari permukaan
Rate of detachment = k-A CH2.S
The Net rate of Adsorption
rAD  k A PH 2 C v  k _ A C H 2 .S

kA
KA 
k _A
KA = Adsorption equilibrium constant
kA
k A  K A .k _ A  k  A 
KA

kA
rAD  k A PH 2 Cv  C H 2 .S
KA

 C H 2 .S 
rAD  kA PH 2 Cv  

 kA 
kA, k _ A & KA  f (T)
Site balance :
Ct = CV + CH2 . S

Pada kesetimbangan :
rAD  0

 C H 2 .S 
0  kA PH 2 Cv  

 kA 
C H 2 .S
PH 2 Cv 
KA

C H 2 . S  K A .PH 2 .CV

Cv  Ct  C H 2 . S

C H 2 . S  K A .PH 2 (Ct  C H 2 . S )

K A PH 2 Ct
C H 2 .S 
1  K A PH 2
Persamaan Isotherm Langmuir
PH 2 1 PH
  2
C H 2 .S K A Ct Ct

PH 2
Plot Vs PH 2  jika menghasilkan garis lurus, maka model benar.
C H 2 .S
Model ke 2 :
Isotherm untuk hydrogen yang teradsorpsi sebagai atom.

H2 + 2S 2H.S

Molekul terdisosiasi pada adsorpsi.


Net rate adsorption, rAD
rAD  k A p H 2 Cv 2  k _ AC H .S
2

C 2 H .S
rAD  k A ( PH 2 Cv 2  )
KA
Dimana :
kA
KA 
kA

Pada Kesetimbangan :
rAD  0  K A PH 2 Cv 2  C H
2
S

K A PH 2 
1/ 2
Cv  C H .S

Cv  Ct  C H .S

K PH 2 
1/ 2
Ct
C H .S 
A


1  K A .PH 2 
1/ 2

P  1/ 2
1 ( PH 2 )1 / 2
 
H2

C H .S Ct ( K A )1 / 2 Ct

Jika plot
P  H2
1/ 2

versus ( PH 2 ) menghasilkan garsi lurus maka model 2 benar.


CH .S
Dalam contoh ini model 2 benar
Jika lebih dari satu senyawa yang ada, misalnya adsorpsi A dengan hadirnya adsorbent B :
K A PACt
C A.S 
1  K A PA  K B PB

Jika adsorbsi pada A & B order 1, desorpsi juga order 1, dan A & B teradsorbsi sebagai
molecule.

Surface Reaction

Laju adsorpsi species A pada permukaan zat padat (katalis) dinyatakan dengan

persamaan:

 C . 
rAD  k A  PACv  A S 
 KA 

Reaktan yang terserap pada permukaan katalis bereaksi membentuk produk melalui 3

cara :

1. Single – Site Mechanism :

Molekul yang teradsorpsi bereaksi membentuk produk pada site yang sama

A B

A . S B . S
2. Dual Site Mechanism:
a. Molekul yang teradsopsi berinteraksi dengan site yang lain membentuk produk
B
A

A . S + S B . S + S

b. Dua molekul yang teradsopsi bereaksi menghasilkan produk

B A C D

A .S + B .S C .S + D.S

c. Dua molekul yang teradsorpsi bereaksi pada site yang berbeda :


C
B D
A

A .S + B . S’ C . S’ + D .S

Langmuir – Hinshelwood Kinetics


Mekanisme ketiga :
Reaksi molekul teradsorbsi dan molekul dalam fasa gas :
B A C D

A.S + B (g) C .S + D (g)

Eley – Rideal Mechanism

Desorpsi (Desorption)

Desorpsi adalah kebalikan adsorpsi. Produk dari reaksi permukaan yang teradsorpsi
pada permukaan katalasi terdesorpsi kedalam fasa gas.

A . S A + S

Fasa gas
Rate – Limiting Step
Jika reaksi heterogen berlangsung pada steady – state, laju setiap langkah reaksi
sama (adsorpsi, reaksi permukaan dan desorpsi). Rate-limiting menentukan laju reaksi.

 r ' A  rAD  rS  rD

Rate – limiting atau rate controlling (laju pengendali) diperoleh dari salah satu langkah
(adsropsi, reaksi permukaan dan desorpsi).

Algoritma menentukan Rate Limiting Steps :


1. Asumsi sequence langkah reaksi (adsorpsi molecule atau atom, dan single atau dual –
site reaction).
2. Rate law (laju persamaan reaksi) ditulis untuk masing-masing langkah dan asumsi
semua langkah reversible.
3. Rate – limiting steps dipostulasikan, dan yang bukan limiting step digunakan untuk
menghilangkan dependent terms.

Sintesa Rate Law, Mekanisme dan Rate Limiting Steps


Reaksi overall dekomposisi cumene membentuk benzene dan propylene.

C6 H 5CH (CH 3 ) 2  C6 H 6  C3 H 6
Mekanisme Dekomposisi Cumene
kA
C + S C .S Adsorpsi cumene pada
k_A permukaan

kS
Surface reaction
C . S B .S + P Benzene & propylene
k_S dalam fasa gas

kD
Desorpsi benzene dari
B . S B + S permukaan
k_D

I + S I .S Adsorpsi inhibitor
pada permukaan
Adsorpsi Cumene
rAD  k A PC Cv  k _ A CC .S

 C 
rAD  k A  PC Cv  C .S 
 KA 

rAD  mol / g.cat.h


CC .S  mol cumene.adsorbed / g.cat 

k A   kPa.s 1 atau atm.h 1


k   h
_A
1
atau s 1

 
K A    k A   kPa
1

 k _ A 
Surface Reaction :

C . S B . S + P (g)
k_S
rS  k S CC .S  k _ S PP C B.S

 PC 
rS  k S  CC .S  P B.S 
 KS 

kS
KS 
k_ S

KS = Surface reaction equilibrium constant


k S  s 1

KS = atm
C P. S  0
Laju Desorpsi Benzene :
rD  k D C B.S  k _ D PB CV

 PC 
rD  k D  CB.S  B V 
 KD 

kD
KD 
k_ D

 
k D & K D  s 1 dan kPA

Reaksi berlangsung pada steady state :


 rC '  rAD  rS  rD

Laju Adsorpsi Inhibitor :

 C 
rI  k I  PI CV  I .S 
 KI 

kI
KI 
k_ I

Apakah Adsorpsi Cumene adalah Rate – Limiting


Melalui asumsi ini,
k A  , k S & k D 

rS r r
dan  , A , D  .
kS kA kD

Laju Adsorpsi Cumene :


 C 
 rC '  rAD  k A  PC CV  C .S  (1)
 KA 
Surface Reaction Rate :
 C P 
rS  k S  CC .S  B.S P 
 KS 
rS C P
 CC . S  B.S P  0
kS KS

C B.S PP
CCS  (2)
KS
Laju Desorpsi :
 PC 
rD  k D  C B.S  B V 
 KD 
rD PC
 C B. S  B V  0
kD KD
PB CV
C B.S  (3)
KD
Subtitusi persamaan (3) ke persamaan (2)
PB PP CV
CC .S  (4)
KS KD
Subtitusi persamaan (4) ke persamaan (1)
 PB PP 
rAD  k A  PC  CV
 K S K D K A 

 PP 
rAD  k A  PC  B P CV (5)
 Ke 

rAD  0  K A K S K D  K e (6)

Ke = Konstanta kesetimbangan
Ke ditentukan dengan persamaan :

RT ln K  G o (7)

Dimana :
R = Ideal gas constant
T = Absolute temperature
Konsentrasi Total Site :
C t  total sites = vacant sites + occupied sites

Ct  CV  CC .S  C B.S  C I .S

PB PP CV PB CV
Ct  CV    PI K I CV
KD KS KD
Ct
CV  (8)
PB PP P
 B  PI K I  1
KDKS KD
Subtitusi persamaan (8) ke (5) :

 PP 
Ct k A  PC  P B 
 rC '  rAD   Ke 
PP P
1  P B  B  K I PI
KS K D kD (9)
Initial Rate
Pada kondisi awal, PP = PB = 0 (belum terbentuk produk), Persamaan (9) menjadi:
k A yCO PTO Ct
 r 'CO  rO ' 
1  y IO K I PTO

yCO PTO  PCO

y IO PTO  PIO

y CO = mole fraksi cumene awal

y IO = mole fraksi inert awal

PTO = tekanan total awal

Pada tekanan rendah :


y IO K I PTO  1
Laju awal naik secara linear dengan tekanan.
 r 'O  PTO

Pada Tekanan Tinggi


y IO K I PTO  1

Laju awal dipengaruhi oleh konsentrasi inert.

k A yCO Ct
 rO ' 
y IO k I
Gambar 6-10 untuk 80 % Cumene dan 20 % Inhibitor.
Jika inhibitor tidak ada, y IO  0 , yCO  1

 rO '  k A PTO Ct
2. Apakah Surface Reaction Rate – limiting ?
 PC 
rS  kS  CC .S  P B.S  (9B)
 KS 
k S , k A , k D 

Laju reaksi adsorpsi:


 C 
rAD  k A  PC CV  C .S 
 KA 

rAD C
 0  PC CV  C .S
kA KA
CC .S  K A .PC .CV (9C)

Laju reaksi desorpsi:


 PC 
rD  k D  C B.S  B V 
 KD 
rD PC
 0  C B. S  B V
kD KD

PB CV
C B.S  (9D)
KD
Substitusi Persamaan (9C) dan (9D) kedalam persamaan (9B)
 PP 
rS  k S  PC K A  B P CV
 KD KS 
 PB PP 
rS  kS K A  PC  CV
 K D K S K A 

Ke
 PP 
rS  k S K A  PC  B P CV (10)
 Ke 
Ct  CV  C B.S  CC .S  C I .S (11)

 C 
rI  k I  PI CV  I .S 
 KI 

C I .S  K I PI CV (untuk rI = 0)

Subtitusi ke persamaan (11)


Ct
CV  (12A)
P
1  B  K A PC  PI K I
KD
1
misalkan : K B  (12B)
KD

Subtitusi persamaan (12B) dan (12A) ke persamaan (10):


 PP 
k S C t K A  PC  P B 
 rC '  rS   Ke 
(13)
1  PB K B  K A PC  PI K I
Initial Rate
Untuk 50 % C & 50 % I, PP  PB  0
PC0 = yC0 . PT0
PC0 = 0,5 PT0
PI0 = 0,5 PT0
k S Ct K A (0.5PTO )
 rO ' 
1  0.5K A  0.5K I PTO
Untuk Cumene : 100 %, yC 0  1,0

k S Ct K A PTO kPTO
 rO '  
1  K A PTO 1  K A PTO
Reaksi desorpsi benzene dari permukaan:

kD
B.S ↔ B + S
k-D

Laju desorpsi dinyatakan dengan persamaan:

 PC 
rD  k D  C B.S  B   (14)
 KD 

Laju untuk reaksi permukaan membentuk benzene yang teradsorbsi dan propylene dalam fasa
gas:
 PC 
rS  kS  CC .S  P B.S  (15)
 KS 
rS ~
0
kS

Persamaan (15) menjadi:

C 
C BS  K S  CS  (16)
 P 

Laju adsorpsi cumene pada permukaan:

 C 
rAD  k A  PC CV  C .S  (17)
 KA 

rAD ~
0
kA

CCS  K A PC C (18)
Substitusi persamaan (18) ke persamaan (16):

K A K S PC C
C BS  (19)
P

Substitusi persamaan (19) ke persamaan (14) dihasilkan:


P P 
rD  k D K A K S  C   Cv (20)
 P K e 

Site balance:

Ct  CCS  CBS  CI S  C (21)

C I .S  K I PI CV (22)

Substitusi persamaan (16), (18) dan (22) ke persamaan (21) dihasilkan:

Cr
C  (23)
1  K A K S PC / P  K A PC  K I PI
Substitusi persamaan (23) ke persamaan (20):

 k

k D Ct K S K A PC  PB P / K e 
rD  (24)
P  PC K A K S  K A P PC  K I PI P

Dimana:
KA = Konstanta kesetimbangan adsorbsi
KS = Konstanta reaksi permukaan
Ke = Konstanta kesetimbangan fasa gas

Laju Awal
PP = PB = 0, Jika tanpa inhibitor PI = 0.

Persamaan (24) menjadi:


 r 0'  k D C t (25)

Jika desorpsi mengendalikan, laju awal tidak tergantung pada total tekanan.
Observasi experimental menunjukkan laju awal tergantung pada tekanan total awal dengan
demikian desorpsi bukan controlling step.

Gambar 6-14. Actual initial rate sbg fungsi total pressure

Untuk menentukan apakah Adsorpsi atau Reaksi Permukaan controlling step, digunakan
komponen murni atau umpan tanpa inhibitor. Adsorpsi bukan controlling step karena Gambar
6-11 tidak sama dengan Gambar 6-14. Dari uji coba laboratorium, Reaksi Permukaan
(Surface Reaction) adalah Controlling Step dengan persamaan laju reaksi:

k PC  P P / K e 
r C'  (26)
1  K  P  K A PC  K I PI
PERSAMAAN DESAIN
Laju pembentukan untuk reaksi heterogen merupakan perkalian laju reaksi dengan massa
katalis:

 mass of catalyst 
g mol
G r A' W 
time mass of cat 

Reaktor Ideal:
dX
N AO   r A' W (27)
dt
X dX
t  N AO  O r A' W
(28)

Reaktor Tubular:
dX
FAO  rA' (29)
dW

Penurunan Persamaan (29):


Generalized Mole Balance Species A pada massa katalis W :
Masuk - Keluar + Generasi = Akumulasi
FA W   FA W  W   rA' W  0 (30)

r W  timemoles
'
A
A
mass catalyst 
 mass catalyst  
moles A
time

Dengan membagi persamaan (30) dengan W dan mengambil limit W → 0 menghasilkan:


dFA
  rA' (31)
dW
FA  FA0 (1  X ) (32)

Dengan mendiferensialkan persamaan (32) dan disubstitusi ke persamaan (31) menghasilkan:


dX
FAO  rA' (33)
dW
Persamaan (33) diperoleh dengan mengabaikan pressure drop melalui reactor dan catalyst
decay. Integrasi persamaan (33) menghasilkan:

X dX
W  FAO  O r A'
(34)

Persamaan (34) adalah persamaan desain untuk menghitung massa katalis yang dibutuhkan.
Perfectly Mixed Fluidized Catalytic Reactor

Massa katalis dihitung dengan persamaan:


FAO X
W (35)
 rA'
Problem:

1. Pembentukan mono nitro benzene melalui reaksi Benzene dan Asam Nitrat dengan

katalis heterogen. Reaksi berlangsung dalam reaktor fixed bed dalam fasa uap.

Turunkan Laju adsorpsi, Laju reaksi permukaan dan Laju desorpsi.

2. Senyawa A (liquid) bereaksi dengan senyawa B (liquid) membentuk senyawa

C (liquid) dan senyawa D (liquid) secara katalitik dengan katalis padat. Reaksi

yang terjadi:

A (liquid) + B (liquid) → C (liquid) + D (liquid)

a. Turunkan persamaan laju adsorpsi, laju reaksi permukaan dan laju


desorpsi.
b. Jika laju reaksi permukaan sebagai rate limiting step, turunkan laju
reaksi yang diperlukan.

3. Pada reaktor fixed bed, senyawa A (vapor) bereaksi dengan senyawa B (gas)

membentuk senyawa C (vapor) dan senyawa D (gas) secara katalitik dengan katalis

padat. Reaksi yang terjadi:

A+B→C+D

Turunkan persamaan laju adsorpsi, laju reaksi permukaan dan laju desorpsi.

4. Jika laju reaksi permukaan sebagai rate limiting step dari soal No. 3, turunkan laju
reaksi yang diperlukan.

5. Turunkan persamaan: dNA/dz, dNB/dz, dNC/dz dan dND/dz dari reaksi pada soal No.
3 dengan reaktor fixed bed.
Dimana:

Anda mungkin juga menyukai