Anda di halaman 1dari 11

Definisi, Etiologi, dan Faktor Risiko Kejang Berulang

Kasus Pemicu 4 : Perilaku tak bertujuan


Laki-laki berusia 21 tahun, dibawa ke IGD karena mengalami kejang
berulang. Kejang dimulai dengan gerakan di mulut, tertarik ke sisi kanan,
diikuti mata dan kepala menoleh ke kanan, lalu kejang kaku kelojotan
seluruh tubuh. Lama kejang <2 menit, setelah kejang bingung lalu tidak
kembali ke kesadaran semula. Kejang berulang tiga kali, tanpa diikuti
perbaikan kesadaran di antaranya. Dua hari yang lalu, timbul gerakan
menyentak terus menerus pada lengan dan kaki bergantian. Pasien
cenderung lebih diam dan tidak mau berbicara, menolak makan atau
beraktivitas lainnya. Pasien juga tampak mempertahankan posisi tubuh
tertentu dan tidak bergeming bila didekati. Pasien juga didapatkan demam
tinggi hingga 39oC. Riwayat promiskuitas, penggunaan narkoba suntik,
dan transfusi darah disangkal. Saat demam pasien sudah diberikan
paracetamol dan suhu tubuh sempat turun. Riwayat cacar pada saat kecil
ada, tidak ada riwayat kejang demam. Pasien juga tidak ada riwayat
perjalanan ke daerah endemik malaria, yang menjadi salah satu
kemungkinan penyebab perubahan perilaku disertai tanda infeksi pada
orang dewasa. Pada saat pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran dengan
Skala Koma Glasgow (SKG) E3M5V mutisme. Tanda vital 120/80 mmHg,
frekuensi nadi 100x/menit, frekuensi pernapasan 22x/ menit, suhu
38,10C. Pada saat diperiksa dokter, pasien mengalami kejang dengan
tangan kanan tonik-klonik. Dokter memberikan midazolam intramuskular

I. Pendahuluan

Kejang berulang yang dialami oleh pasien pada kasus pemicu diduga
epilepsi. Gejala yang muncul yaitu kejang dengan gerakan di mulut,
tertarik ke sisi kanan, diikuti mata dan kepala menoleh ke kanan, lalu
kejang kaku kelojotan seluruh tubuh, setelah kejang bingung lalu tidak
kembali ke kesadaran semula. Kejang berulang tiga kali, tanpa diikuti
perbaikan kesadaran di antaranya. Lama kejang <2 menit. Dua hari yang
lalu, timbul gerakan menyentak terus menerus pada lengan dan kaki
bergantian. Pasien cenderung lebih diam dan tidak mau berbicara,
menolak makan atau beraktivitas lainnya. Pasien juga tampak
mempertahankan posisi tubuh tertentu dan tidak bergeming bila didekati.
Pada saat diperiksa dokter, pasien mengalami kejang dengan tangan
kanan tonik-klonik.

II. Isi

DEFINISI

Kejang adalah munculnya aktivitas listrik yang tidak terkendali sehingga


berdampak pada perubahan perilaku, kesadaran, sensasi, dan gerakan
otot.1 Epilepsi adalah penyakit neurologis kronis pada SSP karena sel-sel
saraf otak rusak sehingga mengakibatkan aktivitas atau sinyal listrik
menjadi abnormal dan akhirnya menyebabkan kejang, munculnya perilaku
yang tidak biasa, sensasi, hingga kehilangan kesadaran.1,2

Epilepsi bersifat tidak menular dan mempengaruhi sekitar 50 juta orang di


seluruh dunia. Epilepsi ditandai dengan kejang berulang, yaitu episode
singkat gerakan tak sadar yang melibatkan sebagian tubuh atau bahkan
seluruh tubuh. Diperkirakan hampir 70% penderita epilepsi dapat hidup
bebas kejang apabila didiagnosis dan diobati dengan benar.3,4

Satu kejang tidak menandakan epilepsi.3 Menurut komisi epidemiologi


ILAE (Liga Internasional Melawan Epilepsi atau ILAE), epilepsi didefinisikan
sebagai munculnya 2 atau lebih kejang yang tidak beralasan yang terjadi
setidaknya 24 jam. Kejang tak beralasan adalah kejang yang terjadi tanpa
adanya faktor pemicu.5 Epilepsi didefinisikan oleh ILAE sebagai "penyakit"
dan bukan "gangguan".6

Gejala utama epilepsi adalah kejang berulang. Penderita epilepsi biasanya


mengalami jenis kejang yang sama, sehingga gejala yang muncul setiap
kali kejang juga sama.1

TANDA DAN GEJALA 1,2

● Kehilangan kesadaran
● Gerakan otot yang tidak terkontrol, sentakan otot (biasanya pada
lengan dan kaki), dan kehilangan tonus otot (otot kaku)
● Tatapan kosong atau tatapan "menatap ke langit".
● Kebingungan sementara
● Pikiran menjadi lambat, terdapat masalah pada bicara dan
pemahaman kata.
● Muncul gerakan berulang (gerakan bibir, gerakan mengunyah,
gerakan menggosok tangan, gerakan jari).
● Perubahan pendengaran, penglihatan, pengecapan, penciuman,
perasaan mati rasa atau kesemutan.
● Sakit perut, gelombang panas atau dingin, merinding.
● Gejala psikologis, seperti kecemasan, ketakutan, déjà vu.
● Denyut jantung dan / atau pernapasan lebih cepat.

KLASIFIKASI 1,2

Klasifikasi ILAE dari Kejang dan Epilepsi.7

A. Kejang Fokal
Kejang fokal adalah kejang yang disebabkan dari adanya aktivitas
abnormal hanya di satu area otak. Dibedakan menjadi :1,2
1. Kejang Fokal Tanpa Kehilangan Kesadaran (Kejang Parsial
Sederhana)
Kejang ini tidak menyebabkan hilangnya kesadaran. Gejala :
a. Perubahan indra (rasa, bau, suara)
b. Perubahan emosi
c. Beberapa orang mengalami deja vu
d. Sentakan otot yang tidak terkendali dan secara tidak sadar,
biasanya di lengan atau kaki.
e. Melihat lampu berkedip
f. Kepala pusing
g. Kesemutan.
2. Kejang Fokal Dengan Gangguan Kesadaran (Kejang Parsial
Kompleks)
Kejang ini menyebabkan penurunan atau hilangnya kesadaran.
Gejala :
a. Tatapan kosong atau "menatap ke langit"
b. Tidak merespons secara normal terhadap lingkungan
c. Melakukan gerakan berulang seperti menggosok tangan atau
gerakan jari, mengedipkan mata, menggerakan bibir atau
gerakan mengunyah, berjalan berputar-putar.

B. Kejang umum
Kejang umum adalah kejang yang disebabkan dari adanya aktivitas
abnormal di semua area otak. Dibedakan menjadi :1,2
1. Kejang Absen (Kejang Petit Mal)
Kejang yang sering terjadi pada anak-anak yang berlangsung hanya
beberapa detik (biasanya kurang dari 10 detik) dan sering dianggap
sebagai melamun. Cirinya yaitu penderita menatap kosong ke langit
dengan atau tanpa gerakan otot kecil seperti (mengedipkan mata,
gerakan bibir atau mengunyah, gerakan tangan atau jari
menggosok). Kejang ini dapat menyebabkan hilangnya kesadaran
secara singkat.
2. Kejang Atonik
Atonik berarti "tanpa tone”. Kejang ini menyebabkan hilangnya
kontrol otot atau otot menjadi lemah selama kejang, sehingga
penderita lebih sering terjatuh ke lantai. Oleh karena itu, jenis
kejang ini terkadang disebut "kejang jatuh" atau "serangan jatuh.”
Kejang ini berlangsung singkat (biasanya kurang dari 15 detik).
3. Kejang Tonik
Tonik berarti "dengan tonik". Kejang tonik berarti tonus otot yang
meningkat pesat. Kejang ini menyebabkan otot kaku atau tegang
dan biasanya mengenai daerah lengan, kaki, punggung, kaki.
Selama kejang ini, pasien mungkin sadar atau bisa juga mengalami
sedikit perubahan kesadaran. Kejang ini berlangsung singkat
(biasanya kurang dari 20 detik).
4. Kejang Klonik
"Clonus" berarti cepat, berulang kali, dan mengendurkan otot
("menyentak"). Kejang klonik terjadi ketika otot terus menerus
tersentak selama beberapa detik hingga satu menit atau otot
menjadi kaku diikuti dengan gerakan menyentak selama beberapa
detik hingga dua menit. Kejang ini lebih sering mempengaruhi
daerah wajah, leher, dan lengan.
5. Kejang Mioklonik
"myo" artinya otot, "clonus" artinya sentakan otot. Kejang ini biasa
muncul secara tiba-tiba sebagai sentakan atau kedutan otot yang
singkat. Kejang ini lebih sering mempengaruhi tubuh bagian atas,
lengan, dan kaki. Kejang mioklonik biasanya hanya berlangsung
selama beberapa detik.
6. Kejang Tonik-Klonik (Kejang Grand Mal)
Jenis kejang ini merupakan kombinasi dari kekakuan otot (tonik)
dan sentakan otot berirama berulang (klonik). Kejang ini adalah
jenis kejang epilepsi yang paling parah. Kejang ini dapat
menyebabkan hilangnya kesadaran secara tiba-tiba, otot kaku dan
tersentak selama satu sampai lima menit, gemetar, hilangnya
kontrol usus atau kandung kemih sehingga membuat penderitanya
buang air besar atau buang air kecil, penderita mungkin akan
menggigit lidah, dan bisa juga hingga jatuh ke tanah.

C. Kejang yang Tidak Diketahui 1,2

PENYEBAB 1,2,7

1. Pengaruh Genetik
Para peneliti telah menghubungkan beberapa jenis epilepsi pada
gen tertentu.1,2 Epilepsi karena genetik adalah epilepsi akibat
langsung dari perubahan genetik yang diketahui atau diduga yang
menimbulkan gejala kejang. Perubahan genetik meliputi mutasi,
delesi, dan perubahan jumlah salinan pada tingkat kromosom atau
gen. Epilepsi karena genetik yang menunjukkan pewarisan
autosomal dominan, seperti Autosomal Dominant Nocturnal Frontal
Lobe Epilepsy atau Familial Focal Epilepsy dengan Variable Foci.
Selain itu, terdapat beberapa sindrom epilepsi yang telah
diidentifikasi karena genetik seperti childhood absence epilepsy and
juvenile myoclonic epilepsy. Selain itu, pasien dengan mutasi pada
gen SCN1A memiliki gejala epilepsi yang paling parah yaitu Sindrom
Dravet. Sindrom Dravet ditandai dengan kejang berulang yang
berkepanjangan.7
Abnormalitas pada Kromosom dan Gen yang Berhubungan
dengan Kemunculan Epilepsi.7

2. Struktural
Penyebab epilepsi struktural mungkin bawaan (seperti displasia
kortikal, tuberous sclerosis) dan bisa juga didapat (seperti trauma,
stroke, infeksi, berbasis kekebalan).7 Epilepsi dianggap berasal dari
perubahan struktural apabila kelainan terlihat pada neuroimaging,
dan temuan semiologi kejang dan elektroensefalogram (EEG), dan
kelainan pemeriksaan neurologis.

Malformasi dari perkembangan kortikal adalah penyebab umum


epilepsi fokal dan dapat terjadi karena penyebab genetik (mutasi
LIS1, DCX, atau DEPDC5), infeksi intrauterin (cytomegalovirus),
gangguan metabolisme (gangguan peroksisomal), atau penyebab
yang tidak diketahui. Epilepsi karena malformasi perkembangan
kortikal melibatkan ketidakseimbangan antara neurotransmisi
rangsang dan penghambatan interaksi antara jenis sel.

Malformasi lokal dari korteks serebral adalah focal cortical dysplasia


(FCD). Sebagian besar pasien dengan epilepsi akibat FCD muncul
pada masa kanak-kanak (92,5% sebelum usia 16 tahun).
Selanjutnya, epilepsi lobus temporal (TLE) adalah bentuk paling
umum dari epilepsi fokal onset, terutama pada orang dewasa. TLE
dapat disebabkan oleh MTS dan ensefalokel lobus temporal.7
Focal Cortical Dysplasia.7

3. Infeksi
Infeksi menjadi salah satu penyebab terpenting epilepsi di seluruh
dunia. Pasien dianggap memiliki etiologi infeksius apabila epilepsi
diakibatkan oleh infeksi yang memunculkan gejala kejang. Penyakit
infeksi penyebab epilepsi contohnya seperti neurocysticercosis,
tuberkulosis, HIV, malaria serebral, toksoplasmosis serebral,
meningitis, ensefalitis virus, abses otak, dan infeksi bawaan seperti
virus Zika dan cytomegalovirus.1,2,7

Infeksi SSP, baik virus, bakteri, parasit, atau jamur, dapat


menyebabkan kejang simtomatik akut maupun epilepsi pasca
infeksi yang bermanifestasi berbulan-bulan atau bertahun-tahun
kemudian. Pada pasien dengan meningoencephalitis bakteri atau
virus akut, dilaporkan terdapat kemunculan kejang akut. Virus
herpes simpleks juga bermanifestasi pada kejang akut yang
kemungkinan terdapat keterlibatan preferensial dari struktur
temporal mesial oleh virus ini.

Pada penderita meningitis bakteri, virus dan ensefalitis, riwayat


kejang awal akut menjadi prediktor penting untuk perkembangan
lebih lanjut dari epilepsi. Infeksi parasit kronis seperti
neurocysticercosis, onchocerciasis, dan malaria biasanya
berhubungan dengan epilepsi. Neurocysticercosis dilaporkan telah
berperan pada kemunculan epilepsi. Infeksi merupakan penyebab
utama epilepsi yang kemungkinan dapat dicegah.7

4. Gangguan Metabolik
Penyebab epilepsi karena metabolik didefinisikan ketika pasien
memiliki gangguan metabolisme yang terkait dengan peningkatan
risiko epilepsi yang substansial. Contohnya termasuk defisiensi
transporter glukosa, sindrom defisiensi kreatin, atau sitopati
mitokondria. Banyak dari kondisi ini yang diwariskan juga secara
genetik, sehingga etiologi metabolik-genetik kadang berhubungan.7

Gangguan Metabolik yang Berhubungan dengan Epilepsi.7

5. Gangguan Sistem Imun


Penyakit autoimun dapat menyebabkan epilepsi karena sistem
kekebalan yang terganggu akan menyerang sel-sel otak.1,2 Epilepsi
karena gangguan imun biasanya terkait dengan perubahan
inflamasi pada cairan serebrospinal (CSF) atau pada MRI otak
terutama pada struktur temporal mesial. Selain itu, autoantibodi
spesifik biasanya dapat ditemukan pada pemeriksaan serum atau
CSF. Etiologi epilepsi karena imun umumnya terkait dengan epilepsi
parah dengan gangguan kognitif, perilaku atau gerakan tertentu.
Contoh etiologi epilepsi karena imun adalah Rasmussen
encephalitis, anti-N-methyl-D-aspartate (NMDA) receptor
encephalitis atau voltage-gated potassium channel complex
encephalitis.7

6. Tidak Diketahui
Epilepsi jenis ini masih belum diketahui penyebab yang
mendasarinya. Biasanya epilepsi muncul dengan pencitraan normal,
tidak ada bukti genetik, metabolik, imun, dan infeksi.7

7. Trauma Kepala
Trauma kepala akibat kecelakaan mobil atau cedera traumatis
lainnya dapat menyebabkan epilepsi.1,2

8. Sclerosis Temporal Mesial


Adalah bekas luka yang terbentuk di bagian dalam lobus temporal
yang dapat menimbulkan kejang fokal.1,2

FAKTOR RISIKO 2

1. Usia
Epilepsi lebih sering mengenai anak-anak dan orang dewasa yang
lebih tua, tetapi hal ini tetap dapat terjadi pada semua usia.
2. Sejarah Keluarga
Seseorang yang memiliki riwayat keluarga epilepsi, berisiko lebih
tinggi mengalami gangguan kejang.
3. Cedera Kepala
Cedera kepala biasanya terlibat dalam beberapa kasus epilepsi.
4. Stroke dan Penyakit Pembuluh Darah Lainnya
Stroke dan penyakit pembuluh darah lainnya dapat menyebabkan
kerusakan otak yang memicu epilepsi.
5. Demensia
Demensia dapat meningkatkan risiko epilepsi pada orang dewasa
yang lebih tua.
6. Infeksi otak
Infeksi seperti meningitis, radang otak atau sumsum tulang
belakang dapat meningkatkan risiko epilepsi.
7. Alzheimer
Patologi yang mendasari penyakit Alzheimer terkait dengan
peningkatan risiko terhadap kejang. Ditemukan studi bahwa
terdapat peningkatan risiko 10 kali lipat untuk kejang tak beralasan
pada penyakit Alzheimer.7
8. Kondisi neurodegeneratif
Selain itu, kondisi neurodegeneratif menyumbang hampir 11%
pada gangguan epilepsi.7

III. Penutup

Kejang berulang yang dialami oleh pasien pada pemicu diduga epilepsi.
Epilepsi adalah penyakit neurologis kronis pada SSP karena sel-sel saraf
otak rusak sehingga mengakibatkan aktivitas atau sinyal listrik menjadi
abnormal dan akhirnya menyebabkan kejang, munculnya perilaku yang
tidak biasa, sensasi, hingga kehilangan kesadaran. Gejala yang muncul
pada kasus menandakan bahwa pasien menderita epilepsi jenis
tonik-klonik. Epilepsi yang dialami oleh pasien diduga disebabkan oleh
infeksi yang bermanifestasi pada perubahan perilaku.
Referensi

1. Cleveland Clinic. Epilepsy [Internet]. Ohio: Cleveland Clinic; 2022


Nov 3 [cited 2023 Feb 28]. Available from:
https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17636-epilepsy
2. Mayo Clinic. Epilepsy [Internet]. [Place unknown]: Mayo Clinic;
2021 Oct 7 [cited 2023 Feb 28]. Available from:
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/epilepsy/symptoms
-causes/syc-20350093
3. World Health Organization. [Place unknown]: WHO; 2023 Feb 9
[cited 2023 Feb 28]. Available from:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/epilepsy
4. Better Health. Epilepsy and exercise [Internet]. Australia: Better
Health; 2020 Nov 3 [cited 2023 Feb 28]. Available from:
https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatment
s/epilepsy-and-exercise
5. Beghi E. The epidemiology of epilepsy [Internet].
Neuroepidemiology. 2020 [cited 2023 Feb 28];54:185-191.
Available from: https://www.karger.com/Article/Fulltext/503831
6. Falco-Walter JJ, Scheffer IE, Fisher RS. The new definition and
classification of seizures and epilepsy [Internet]. Epilepsy Research.
2018 [cited 2023 Feb 28]:73–9. Available from:
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0920121117303
819
7. Cascino GD, Sirven JI, Tatum WO. Epilepsy [Internet]. 2nd ed. UK:
John Wiley & Sons; 2021 Mar 5 [cited 2023 Mar 1].
doi:10.1002/9781119431893

Anda mungkin juga menyukai