I. Pendahuluan
Kejang berulang yang dialami oleh pasien pada kasus pemicu diduga
epilepsi. Gejala yang muncul yaitu kejang dengan gerakan di mulut,
tertarik ke sisi kanan, diikuti mata dan kepala menoleh ke kanan, lalu
kejang kaku kelojotan seluruh tubuh, setelah kejang bingung lalu tidak
kembali ke kesadaran semula. Kejang berulang tiga kali, tanpa diikuti
perbaikan kesadaran di antaranya. Lama kejang <2 menit. Dua hari yang
lalu, timbul gerakan menyentak terus menerus pada lengan dan kaki
bergantian. Pasien cenderung lebih diam dan tidak mau berbicara,
menolak makan atau beraktivitas lainnya. Pasien juga tampak
mempertahankan posisi tubuh tertentu dan tidak bergeming bila didekati.
Pada saat diperiksa dokter, pasien mengalami kejang dengan tangan
kanan tonik-klonik.
II. Isi
DEFINISI
● Kehilangan kesadaran
● Gerakan otot yang tidak terkontrol, sentakan otot (biasanya pada
lengan dan kaki), dan kehilangan tonus otot (otot kaku)
● Tatapan kosong atau tatapan "menatap ke langit".
● Kebingungan sementara
● Pikiran menjadi lambat, terdapat masalah pada bicara dan
pemahaman kata.
● Muncul gerakan berulang (gerakan bibir, gerakan mengunyah,
gerakan menggosok tangan, gerakan jari).
● Perubahan pendengaran, penglihatan, pengecapan, penciuman,
perasaan mati rasa atau kesemutan.
● Sakit perut, gelombang panas atau dingin, merinding.
● Gejala psikologis, seperti kecemasan, ketakutan, déjà vu.
● Denyut jantung dan / atau pernapasan lebih cepat.
KLASIFIKASI 1,2
A. Kejang Fokal
Kejang fokal adalah kejang yang disebabkan dari adanya aktivitas
abnormal hanya di satu area otak. Dibedakan menjadi :1,2
1. Kejang Fokal Tanpa Kehilangan Kesadaran (Kejang Parsial
Sederhana)
Kejang ini tidak menyebabkan hilangnya kesadaran. Gejala :
a. Perubahan indra (rasa, bau, suara)
b. Perubahan emosi
c. Beberapa orang mengalami deja vu
d. Sentakan otot yang tidak terkendali dan secara tidak sadar,
biasanya di lengan atau kaki.
e. Melihat lampu berkedip
f. Kepala pusing
g. Kesemutan.
2. Kejang Fokal Dengan Gangguan Kesadaran (Kejang Parsial
Kompleks)
Kejang ini menyebabkan penurunan atau hilangnya kesadaran.
Gejala :
a. Tatapan kosong atau "menatap ke langit"
b. Tidak merespons secara normal terhadap lingkungan
c. Melakukan gerakan berulang seperti menggosok tangan atau
gerakan jari, mengedipkan mata, menggerakan bibir atau
gerakan mengunyah, berjalan berputar-putar.
B. Kejang umum
Kejang umum adalah kejang yang disebabkan dari adanya aktivitas
abnormal di semua area otak. Dibedakan menjadi :1,2
1. Kejang Absen (Kejang Petit Mal)
Kejang yang sering terjadi pada anak-anak yang berlangsung hanya
beberapa detik (biasanya kurang dari 10 detik) dan sering dianggap
sebagai melamun. Cirinya yaitu penderita menatap kosong ke langit
dengan atau tanpa gerakan otot kecil seperti (mengedipkan mata,
gerakan bibir atau mengunyah, gerakan tangan atau jari
menggosok). Kejang ini dapat menyebabkan hilangnya kesadaran
secara singkat.
2. Kejang Atonik
Atonik berarti "tanpa tone”. Kejang ini menyebabkan hilangnya
kontrol otot atau otot menjadi lemah selama kejang, sehingga
penderita lebih sering terjatuh ke lantai. Oleh karena itu, jenis
kejang ini terkadang disebut "kejang jatuh" atau "serangan jatuh.”
Kejang ini berlangsung singkat (biasanya kurang dari 15 detik).
3. Kejang Tonik
Tonik berarti "dengan tonik". Kejang tonik berarti tonus otot yang
meningkat pesat. Kejang ini menyebabkan otot kaku atau tegang
dan biasanya mengenai daerah lengan, kaki, punggung, kaki.
Selama kejang ini, pasien mungkin sadar atau bisa juga mengalami
sedikit perubahan kesadaran. Kejang ini berlangsung singkat
(biasanya kurang dari 20 detik).
4. Kejang Klonik
"Clonus" berarti cepat, berulang kali, dan mengendurkan otot
("menyentak"). Kejang klonik terjadi ketika otot terus menerus
tersentak selama beberapa detik hingga satu menit atau otot
menjadi kaku diikuti dengan gerakan menyentak selama beberapa
detik hingga dua menit. Kejang ini lebih sering mempengaruhi
daerah wajah, leher, dan lengan.
5. Kejang Mioklonik
"myo" artinya otot, "clonus" artinya sentakan otot. Kejang ini biasa
muncul secara tiba-tiba sebagai sentakan atau kedutan otot yang
singkat. Kejang ini lebih sering mempengaruhi tubuh bagian atas,
lengan, dan kaki. Kejang mioklonik biasanya hanya berlangsung
selama beberapa detik.
6. Kejang Tonik-Klonik (Kejang Grand Mal)
Jenis kejang ini merupakan kombinasi dari kekakuan otot (tonik)
dan sentakan otot berirama berulang (klonik). Kejang ini adalah
jenis kejang epilepsi yang paling parah. Kejang ini dapat
menyebabkan hilangnya kesadaran secara tiba-tiba, otot kaku dan
tersentak selama satu sampai lima menit, gemetar, hilangnya
kontrol usus atau kandung kemih sehingga membuat penderitanya
buang air besar atau buang air kecil, penderita mungkin akan
menggigit lidah, dan bisa juga hingga jatuh ke tanah.
PENYEBAB 1,2,7
1. Pengaruh Genetik
Para peneliti telah menghubungkan beberapa jenis epilepsi pada
gen tertentu.1,2 Epilepsi karena genetik adalah epilepsi akibat
langsung dari perubahan genetik yang diketahui atau diduga yang
menimbulkan gejala kejang. Perubahan genetik meliputi mutasi,
delesi, dan perubahan jumlah salinan pada tingkat kromosom atau
gen. Epilepsi karena genetik yang menunjukkan pewarisan
autosomal dominan, seperti Autosomal Dominant Nocturnal Frontal
Lobe Epilepsy atau Familial Focal Epilepsy dengan Variable Foci.
Selain itu, terdapat beberapa sindrom epilepsi yang telah
diidentifikasi karena genetik seperti childhood absence epilepsy and
juvenile myoclonic epilepsy. Selain itu, pasien dengan mutasi pada
gen SCN1A memiliki gejala epilepsi yang paling parah yaitu Sindrom
Dravet. Sindrom Dravet ditandai dengan kejang berulang yang
berkepanjangan.7
Abnormalitas pada Kromosom dan Gen yang Berhubungan
dengan Kemunculan Epilepsi.7
2. Struktural
Penyebab epilepsi struktural mungkin bawaan (seperti displasia
kortikal, tuberous sclerosis) dan bisa juga didapat (seperti trauma,
stroke, infeksi, berbasis kekebalan).7 Epilepsi dianggap berasal dari
perubahan struktural apabila kelainan terlihat pada neuroimaging,
dan temuan semiologi kejang dan elektroensefalogram (EEG), dan
kelainan pemeriksaan neurologis.
3. Infeksi
Infeksi menjadi salah satu penyebab terpenting epilepsi di seluruh
dunia. Pasien dianggap memiliki etiologi infeksius apabila epilepsi
diakibatkan oleh infeksi yang memunculkan gejala kejang. Penyakit
infeksi penyebab epilepsi contohnya seperti neurocysticercosis,
tuberkulosis, HIV, malaria serebral, toksoplasmosis serebral,
meningitis, ensefalitis virus, abses otak, dan infeksi bawaan seperti
virus Zika dan cytomegalovirus.1,2,7
4. Gangguan Metabolik
Penyebab epilepsi karena metabolik didefinisikan ketika pasien
memiliki gangguan metabolisme yang terkait dengan peningkatan
risiko epilepsi yang substansial. Contohnya termasuk defisiensi
transporter glukosa, sindrom defisiensi kreatin, atau sitopati
mitokondria. Banyak dari kondisi ini yang diwariskan juga secara
genetik, sehingga etiologi metabolik-genetik kadang berhubungan.7
6. Tidak Diketahui
Epilepsi jenis ini masih belum diketahui penyebab yang
mendasarinya. Biasanya epilepsi muncul dengan pencitraan normal,
tidak ada bukti genetik, metabolik, imun, dan infeksi.7
7. Trauma Kepala
Trauma kepala akibat kecelakaan mobil atau cedera traumatis
lainnya dapat menyebabkan epilepsi.1,2
FAKTOR RISIKO 2
1. Usia
Epilepsi lebih sering mengenai anak-anak dan orang dewasa yang
lebih tua, tetapi hal ini tetap dapat terjadi pada semua usia.
2. Sejarah Keluarga
Seseorang yang memiliki riwayat keluarga epilepsi, berisiko lebih
tinggi mengalami gangguan kejang.
3. Cedera Kepala
Cedera kepala biasanya terlibat dalam beberapa kasus epilepsi.
4. Stroke dan Penyakit Pembuluh Darah Lainnya
Stroke dan penyakit pembuluh darah lainnya dapat menyebabkan
kerusakan otak yang memicu epilepsi.
5. Demensia
Demensia dapat meningkatkan risiko epilepsi pada orang dewasa
yang lebih tua.
6. Infeksi otak
Infeksi seperti meningitis, radang otak atau sumsum tulang
belakang dapat meningkatkan risiko epilepsi.
7. Alzheimer
Patologi yang mendasari penyakit Alzheimer terkait dengan
peningkatan risiko terhadap kejang. Ditemukan studi bahwa
terdapat peningkatan risiko 10 kali lipat untuk kejang tak beralasan
pada penyakit Alzheimer.7
8. Kondisi neurodegeneratif
Selain itu, kondisi neurodegeneratif menyumbang hampir 11%
pada gangguan epilepsi.7
III. Penutup
Kejang berulang yang dialami oleh pasien pada pemicu diduga epilepsi.
Epilepsi adalah penyakit neurologis kronis pada SSP karena sel-sel saraf
otak rusak sehingga mengakibatkan aktivitas atau sinyal listrik menjadi
abnormal dan akhirnya menyebabkan kejang, munculnya perilaku yang
tidak biasa, sensasi, hingga kehilangan kesadaran. Gejala yang muncul
pada kasus menandakan bahwa pasien menderita epilepsi jenis
tonik-klonik. Epilepsi yang dialami oleh pasien diduga disebabkan oleh
infeksi yang bermanifestasi pada perubahan perilaku.
Referensi