Anda di halaman 1dari 44

4.

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Data – Data Perencanaan Perkerasan Kaku


Dalam perencanaan perkerasan kaku ada banyak parameter –
parameter jalan yang dibutuhkan diantaranya adalah klasifikasi jalan, tipe
jalan, lebar jalan, umur rencana dan lain –lain yang diperoleh dari
pengamatan, perhitungan maupun survey lapangan. Berikut adalah data –
data perencanaan untuk perkerasan kaku :
1. Klasifikasi Jalan : Kolektor
2. Tipe Jalan : 1 jalur
Beton bersambung tanpa
3. Jenis Perkerasanp :
tulangan
4. Lebar Perkerasan : 2x4m
5. Panjang Jalan : 4.500 m
6. Umur Rencana : 20 tahun
7. Faktor Keamanan Beban : 1,1
8. CBR : 1,95 %
9. fc’ : 400 kg/m2
10. Dowel : Ada
11. Tiebar : Ada
12. Bahu Jalan : Ada

Data selanjutnya yang diperlukan dalam perencanaan jalan adalah data lalu
lintas harian rata – rata yang diperoleh dari pengamatan dan survey di
lapangan dengan angka dari pertumbuhan lalu lintas setiap tahunnya sebesar
5%. Data lalu lintas harian rata – rata Jalan Kembang - Tubanan tertuang
dalam tabel 4.1 berikut :

56
Tabel 4.1 Data Jumlah Kendaraan/Hari
Jumlah Kendaraan /Hari
No Jenis Kendaraan
Tahun 2018
1. Mobil Penumpang 755
2. Bus 8 Ton 5
3. Truk 2 As 10 Ton 258
4. Truk 2 As 13 Ton 5
5. Truk 3 As 13 Ton 2
6. Truk Gandeng 0
Sumber : Survey, 2018

4.2. Data Nilai CBR ( California Bearing Ratio)


Data – data nilai CBR diperoleh dari hasil survey dilapangan, dapat
dilihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.2 Data Nilai CBR ( California Bearing Ratio)


No STA CBR (%)
1. 0+000 2,0
2. 0+250 2,0
3. 0+500 1,6
4. 0+750 1,9
5. 1+000 2,0
6. 1+250 1,6
7. 1+500 1,6
8. 1+750 1,9
9. 2+000 1,3
10. 2+250 1,4
11. 2+500 2,0
12. 2+750 2,0
13. 3+000 1,9
14. 3+250 1,4
15. 3+500 1,6
16. 3+750 1,9
17. 4+000 1,9
18. 4+250 1,5
19 4+500 2,0
Sumber : Survey, 2018

57
Nilai CBR yang mewakili adalah yang diperoleh dari angka prosentase
90%, sesuai tabel berikut :

Tabel 4.3 Data CBR yang mewakili


Jumlah yang sama/lebih Prosentase (%) yang
CBR
besar sama/lebih besar
1,3 1 16,67
1,4 3 50,00
1,6 4 66,67
1,9 5 83,33
2,0 6 100,00
Sumber : Analisis, 2019

Gambar 4.1 Nilai CBR yang mewakili terhadap prosentase CBR


Sumber : Analisis, 2019

Dari hasil grafik di atas, nilai CBR yang mewakili adalah 1,95 %

4.3. Perhitungan Data Lalu Lintas


Perhitungan untuk data lalu lintas dalam umur rencana 20 tahun dapat
disajikan ke dalam tabel sebagai berikut :

58
Tabel 4.4 Perhitungan Data Lalu Lintas
Jenis Kendaraan
Truk 2 Truk 2 Truk 3 Total
Tahun Mobil Bus Truk
As As As Kendaraan
Penumpang 8 Ton Gandeng
10 Ton 13 Ton 13 Ton
1 2 3 4 5 6 7 8
i 5 5 5 5 5 5
2018 755 5 258 5 2 1 1026
2019 793 5 271 5 2 1 1077
2020 832 6 284 6 2 1 1131
2021 874 6 299 6 2 1 1188
2022 918 6 314 6 2 1 1247
2023 964 6 329 6 3 1 1309
2024 1012 7 346 7 3 1 1375
2025 1062 7 363 7 3 1 1444
2026 1115 7 381 7 3 1 1516
2027 1171 8 400 8 3 2 1592
2028 1230 8 420 8 3 2 1671
2029 1291 9 441 9 3 2 1755
2030 1356 9 463 9 4 2 1843
2031 1424 9 486 9 4 2 1935
2032 1495 10 511 10 4 2 2031
2033 1570 10 536 10 4 2 2133
2034 1648 11 563 11 4 2 2240
2035 1730 11 591 11 5 2 2352
2036 1817 12 621 12 5 2 2469
2037 1908 13 652 13 5 3 2593
2038 2003 13 685 13 5 3 2722
Sumber : Analisis, 2019

Keterangan pada Tabel. 4.4 Perhitungan Data Lalu Lintas kolom 2 – 7


diperoleh dari perhitugan jumlah lalu lintas tahun 2018 x (1+ i/100 ) dan
jumlah LHR pada tahun selanjutnya tinggal dihitung dengan menggunakan
LHR tahun sebelumnya dan seterusnya.

59
4.4. Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku
Perencanaan tebal perkerasan kaku dapat diuraikan ke dalam langkah – langkah perhitungan yang diawali dengan
perhitungan analisis lalu lintas yang terdiri dari beberapa jenis kendaran dari mobil penumpang, bus, truk dll. Perhitungan
analisis lalu lintas sebagai berikut :
4.4.1. Analisis Lalu Lintas
Perhitungan dari analisis lalu lintas dapat diuraikan ke dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.5 Perhitungan Analisis Lalu Lintas


Konf ig u rasi beban Jumlah STRT STRG STdRG
sumb u (ton ) Jumlah Jumlah
sumb u Per
Jenis kendaraan kend araan Sumb u
Kend araan
(bh) (bh) BS JS BS JS BS JS
RD RB RGD RGB (bh)
(ton) (ton) (ton) (ton) (ton) (ton)
MP 1 1 - - 2003 - - - - - - - -
Bus 3 4 - - 13 2 26 3 13 5 13 - -
2 685 - - - -
Truk 2 As Kecil 2 4 - - 685 2 1370
4 685 - - - -
Truck 2 As Besar 5 8 - - 13 2 26 5 13 8 13
Truck 3 As Td 6 14 - - 5 2 10 6 5 - - 14 5
6 3 - - 14 3
Truck Gandeng 6 14 5 5 3 4 12 5 3 - - - -
5 3 - - - -
Total 1444 - 1410 - 26 - 8
Sumber : Analisis, 2019

60
Keterangan Tabel 4.5.
RD = roda depan, RB = roda belakang, RGD = roda gandeng depan,
RGB = roda gandeng belakang, BS = beban sumbu, JS = jumlah
sumbu, STRT = sumbu tunggal roda tunggal, STRG = sumbu
tunggal roda ganda, STdRG = sumbu tandem roda ganda.

Jumlah perhitungan dari sumbu kendaraan niaga (JSKN) selama


umur rencana 20 tahun adalah sebagai berikut :
JSKN = 365 x JSKNH x R (R diambil dari Rumus 2.1)
= 365 x 1444 x 33,07
= 1,75 x 107
JSKN rencana = C ( Diambil dari tabel 2.1 ) x JSKN
= 0,7 x 1,75 x 107
= 1,23 x 107

4.4.2. Perhitungan Untuk Repetisi Sumbu


Perhitungan untuk repetisi sumbu harus dihitung dari beban sumbu
masing – masing kendaraan dari beban sumbu STRT, STRG dan
STdRG di bawah ini :

4.4.2.1. Perhitungan Proporsi Beban Sumbu


Perhitungan Proporsi Beban Sumbu terdiri dari 3
perhitungan beban sumbu yaitu sebagai berikut :
1. Proporsi Beban Sumbu STRT
a. Perhitungan beban sumbu 6 ton

x 100

x 100 = 0,99

b. Perhitungan beban sumbu 5 ton

x 100

61
x 100 = 0,92

c. Perhitungan beban sumbu 4 ton

x 100

x 100 = 48,58

d. Perhitungan beban sumbu 3 ton

x 100

x 100 = 0,92

e. Perhitungan beban sumbu 2 ton

x 100

x 100 = 48,58

2. Proporsi Beban Sumbu STRG


a. Perhitungan beban sumbu 5 ton

x 100

x 100 = 50

b. Perhitungan beban sumbu 8 ton

x 100

x 100 = 50

3. Proporsi Beban Sumbu STdRG


a. Perhitungan beban sumbu 14 ton

x 100

x 100 = 100

62
4.4.2.2. Perhitungan Proporsi Sumbu
Perhitungan Proporsi Sumbu juga terdiri dari 3
perhitungan beban sumbu yaitu sebagai berikut :
1. Proporsi Sumbu Sumbu STRT

x 100
.
x 100 = 97,65
.
2. Proporsi Sumbu Sumbu STRG

x 100

x 100 = 1,80
.
3. Proporsi Sumbu Sumbu STdRG

x 100

x 100 = 0,55
.

Tabel 4.6 Perhitungan Repetisi Sumbu


Beban Propor Propor Lalu Repetisi
Jenis Jumlah
Sumbu si si lintas yang
Sumbu Sumbu
(ton) Beban Sumbu rencana terjadi

a b c d e f g (dxexf)
6 14 0,99 97,65 1,23 x 107 11,8 x 108
5 13 0,92 97,65 1,23 x 107 11,0 x 108
STRT 4 685 48,58 97,65 1,23 x 107 583,5 x 108
3 13 0,92 97,65 1,23 x 107 11,0 x 108
2 685 48,58 97,65 1,23 x 107 583,5 x 108
Total 1410 100,00
8 13 50,00 1,80 1,23 x 107 11,0 x 108
STRG
5 13 50,00 1,80 1,23 x 107 11,0 x 108
Total 26 100,00

63
Beban Propor Propor Lalu Repetisi
Jenis Jumlah
Sumbu si si lintas yang
Sumbu Sumbu
(ton) Beban Sumbu rencana terjadi
a b c d e f g (dxexf)
STdRG 14 8 100,00 0,55 1,23 x 107 6,8 x 108
Total 8 100,00
1229,1 x
Komulatif
108
Sumber : Analisis, 2019

4.4.3. Perhitungan Tebal Plat Beton


Diketahui data – data sebagai berikut :
a. Jenis Perkerasan : BBTT (Beton Bersambung Tanpa
Tulangan)
b. Faktor Keamanan Beban : 1,1
c. JSKN : 1,23 x 107
d. Kuat tarik lentur beton umur 28 hari
Kuat tekan beton pada umur 28 hari yang dipakai adalah sebesar
2
400 kg/cm sehingga kuat tarik lentur dapat dirumuskan sebagai

berikut :
0,50
fcf = 3,13.K.(fc’)
0,50
= 3,13.0,75.(400)
3
= 46,95 Kg/cm atau 4,695 MPa

e. Jenis dan tebal pondasi : stabilisasi semen 15 cm

64
Gambar 4.2 Tebal pondasi bawah minimum untuk perkerasan
kaku
Sumber : Pd T-14-2003 perencanaan perkerasan jalan beton semen

Dari gambar grafik diatas dapat disimpulkan bahwa CBR tanah


dasar kurang dari 2% maka tebal pondasi menggunakan CBK
(campuran beton kurus) dengan tebal minimal adalah 15 cm.
f. CBR dari tanah dasar : 1,95 % ( kurang dari 2% )
g. CBR efektif : 5% (gambar 4.3)

65
Gambar 4.3 CBR tanah dasar efektif
Sumber : Pd T-14-2003 perencanaan perkerasan jalan beton semen

Dari gambar grafik di atas CBR tanah dasar efektif adalah sebesar
5 % dikarenakan CBR tanah dasarnya kurang dari 2%.
h. Tebal taksiran plat beton : 250 mm

66
Gambar 4.4 Grafik perencanaan, fcf = 4,25 MPa lalu lintas luar
kota tanpa ruji, dengan FKB =1,1
Sumber : Pd T-14-2003 perencanaan perkerasan jalan beton semen

67
4.4.4. Analisa Perhitungan Fatik Dan Erosi
Perhitungan analisa fatik dan erosi diuraikan ke dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4.7 Perhitungan analisa fatik dan erosi


Beban Analisa fatik Analisa Erosi
Beban Faktor
Jenis rencana Repetisi Persen Persen
Sumbu tegangan dan Repetisi Repetisi
Sumbu per roda yang terjadi Rusak Rusak
(ton) erosi ijin ijin
(kN) (%) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
STRT 6 (60) 33,0 11,8 x 108 TE = 0,65 TT 0 TT 0
5 (50) 27,5 11,0 x 108 FRT = 0,13 TT 0 TT 0
4 (40) 22,0 FE = 1,54 TT 0 TT 0
3 (30) 16,5 583,5 x 108 TT 0 TT 0
2 (20) 11,0 11,0 x 108 TT 0 TT 0
583,5 x 108
STRG 8 (80) 22,0 11,0 x 108 TE = 1,09 TT 0 TT 0
5 (50) 13,75 11,0 x 108 FRT = 0,23 TT 0 TT 0
FE = 2,14

STdRG 14 (140) 19,25 6,8 x 108 TE = 0,98 TT 0 TT 0


FRT = 0,21
FE = 2,32

Total 0 < 100% 0 < 100%


Sumber : Analisis, 2019

Berdasarkan perhitungan di atas rusak fatik (telah lebih kecil dari 100%) maka tebal pelat diambil 25 cm

68
Keterangan Pengisian Tabel 4.7 adalah sebagai berikut:
Kolom (1) : jenis sumbu (STRT, STRG, STdRG)
Kolom (2) : beban sumbu ton di ubah ke kN
Kolom (3) : beban rencana per roda (kN)
( )

Kolom (4) : repetisi yang terjadi (di ambil dari tabel 4.6
kolom g)
Kolom (5) : faktor tegangan dan erosi ( diambil dari tabel 4.8)
TE = tegangan ekivalen
FRT = faktor rasio tegangan

FE = faktor erosi
Kolom (6) : analisa fatik repitisi ijin (diambil dari gambar
(4.5;4.7;4.9;4.11;4.13;4.15;4.17;4.19)
TT = Tidak Terbatas

Kolom (7) : persentasi ijin (%) = 100%


Kolom (8) : analisa erosi repetisi ijin (diambil dari gambar
(4.6; 4.8; 4.10;4.12;4.14;4.16;4.18;4.20)

Kolom (9) : persentasi ijin (%) = _ 100%


TT = Tidak Terbatas

69
Tabel 4.8 Tegangan Ekuivalen Dan Faktor Erosi Dengan/Tanpa
Bahu Beton

Sumber : Pd T-14-2003 perencanaan perkerasan jalan beton semen

Diketahui : tebal slab = 250 mm


CBR efektif = 5%

70
Diketahui:STRT : beban per roda = 33; FRT = 0,13

Gambar 4.5 Nomogram Beban Repetisi Ijin Berdasarkan Ratio


Tegangan Dengan/Tanpa Bahu Dan Analisis Fatik
Sumber : Pd T-14-2003 perencanaan perkerasan jalan beton semen

Cara membaca grafik :


 Tarik garis yang mempertemukan nilai beban per roda pada
kelompok sumbu (kN) dengan faktor rasio tegangan.
● Baca nilai pada repetisi sumbu ijin jika garis itu menyentuh. Jika
tidak menggunakan TT (Tidak Terbatas).

71
Diketahui:STRT : beban per roda = 33; FE = 1,54

Gambar 4.6 Nomogram Beban Repetisi Ijin Berdasarkan Faktor


Erosi, Dengan Bahu Beton Dan Analisis Fatik
Sumber : Pd T-14-2003 perencanaan perkerasan jalan beton semen

Cara membaca grafik :


 Tarik garis yang mempertemukan nilai beban per roda pada
kelompok sumbu (kN) dengan faktor rasio tegangan.
● Baca nilai pada repetisi sumbu ijin jika garis itu menyentuh. Jika
tidak menggunakan TT (Tidak Terbatas)

72
Diketahui:STRT : beban per roda = 27,5; FRT = 0,13

Gambar 4.7 Nomogram Beban Repetisi Ijin Berdasarkan Ratio


Tegangan Dengan/Tanpa Bahu Dan Analisis Fatik
Sumber : Pd T-14-2003 perencanaan perkerasan jalan beton semen

Cara membaca grafik :


 Tarik garis yang mempertemukan nilai beban per roda pada
kelompok sumbu (kN) dengan faktor rasio tegangan.
● Baca nilai pada repetisi sumbu ijin jika garis itu menyentuh. Jika
tidak menggunakan TT (Tidak Terbatas).

73
Diketahui:STRT : beban per roda = 27,5; FE = 1,54

Gambar 4.8 Nomogram Beban Repetisi Ijin Berdasarkan Faktor


Erosi, Dengan Bahu Beton Dan Analisis Fatik
Sumber : Pd T-14-2003 perencanaan perkerasan jalan beton semen

Cara membaca grafik :


 Tarik garis yang mempertemukan nilai beban per roda pada
kelompok sumbu (kN) dengan faktor rasio tegangan.
● Baca nilai pada repetisi sumbu ijin jika garis itu menyentuh. Jika
tidak menggunakan TT (Tidak Terbatas).

74
Diketahui:STRT : beban per roda = 22; FRT = 0,13

Gambar 4.9 Nomogram Beban Repetisi Ijin Berdasarkan Ratio


Tegangan Dengan/Tanpa Bahu Dan Analisis Fatik
Sumber : Pd T-14-2003 perencanaan perkerasan jalan beton semen

Cara membaca grafik :


 Tarik garis yang mempertemukan nilai beban per roda pada
kelompok sumbu (kN) dengan faktor rasio tegangan.
● Baca nilai pada repetisi sumbu ijin jika garis itu menyentuh. Jika
tidak menggunakan TT (Tidak Terbatas).

75
Diketahui:STRT : beban per roda = 22; FE = 1,54

Gambar 4.10 Nomogram Beban Repetisi Ijin Berdasarkan Faktor


Erosi, Dengan Bahu Beton Dan Analisis Fatik
Sumber : Pd T-14-2003 perencanaan perkerasan jalan beton semen

Cara membaca grafik :


 Tarik garis yang mempertemukan nilai beban per roda pada
kelompok sumbu (kN) dengan faktor rasio tegangan.
● Baca nilai pada repetisi sumbu ijin jika garis itu menyentuh. Jika
tidak menggunakan TT (Tidak Terbatas).

76
Diketahui:STRT : beban per roda = 16,5; FRT = 0,13

Gambar 4.11 Nomogram Beban Repetisi Ijin Berdasarkan Ratio


Tegangan Dengan/Tanpa Bahu Dan Analisis Fatik
Sumber : Pd T-14-2003 perencanaan perkerasan jalan beton semen

Cara membaca grafik :


 Tarik garis yang mempertemukan nilai beban per roda pada
kelompok sumbu (kN) dengan faktor rasio tegangan.
● Baca nilai pada repetisi sumbu ijin jika garis itu menyentuh. Jika
tidak menggunakan TT (Tidak Terbatas).

77
Diketahui:STRT : beban per roda = 16,5; FE = 1,54

Gambar 4.12 Nomogram Beban Repetisi Ijin Berdasarkan Faktor


Erosi, Dengan Bahu Beton Dan Analisis Fatik
Sumber : Pd T-14-2003 perencanaan perkerasan jalan beton semen

Cara membaca grafik :


 Tarik garis yang mempertemukan nilai beban per roda pada
kelompok sumbu (kN) dengan faktor rasio tegangan.
● Baca nilai pada repetisi sumbu ijin jika garis itu menyentuh. Jika
tidak menggunakan TT (Tidak Terbatas).

78
Diketahui:STRT : beban per roda = 11; FRT = 0,13

Gambar 4.13 Nomogram Beban Repetisi Ijin Berdasarkan Ratio


Tegangan Dengan/Tanpa Bahu Dan Analisis Fatik
Sumber : Pd T-14-2003 perencanaan perkerasan jalan beton semen

Cara membaca grafik :


 Tarik garis yang mempertemukan nilai beban per roda pada
kelompok sumbu (kN) dengan faktor rasio tegangan.
● Baca nilai pada repetisi sumbu ijin jika garis itu menyentuh. Jika
tidak menggunakan TT (Tidak Terbatas).

79
Diketahui:STRT : beban per roda = 11; FE = 1,54

Gambar 4.14 Nomogram Beban Repetisi Ijin Berdasarkan Faktor


Erosi, Dengan Bahu Beton Dan Analisis Fatik
Sumber : Pd T-14-2003 perencanaan perkerasan jalan beton semen

Cara membaca grafik :


 Tarik garis yang mempertemukan nilai beban per roda pada
kelompok sumbu (kN) dengan faktor rasio tegangan.
● Baca nilai pada repetisi sumbu ijin jika garis itu menyentuh. Jika
tidak menggunakan TT (Tidak Terbatas).

80
Diketahui:STRG : beban per roda = 22; FRT = 0,23

Gambar 4.15 Nomogram Beban Repetisi Ijin Berdasarkan Ratio


Tegangan Dengan/Tanpa Bahu Dan Analisis Fatik
Sumber : Pd T-14-2003 perencanaan perkerasan jalan beton semen

Cara membaca grafik :


 Tarik garis yang mempertemukan nilai beban per roda pada
kelompok sumbu (kN) dengan faktor rasio tegangan.
● Baca nilai pada repetisi sumbu ijin jika garis itu menyentuh. Jika
tidak menggunakan TT (Tidak Terbatas).

81
Diketahui:STRG : beban per roda = 22; FE = 2,14

Gambar 4.16 Nomogram Beban Repetisi Ijin Berdasarkan Faktor


Erosi, Dengan Bahu Beton Dan Analisis Fatik
Sumber : Pd T-14-2003 perencanaan perkerasan jalan beton semen

Cara membaca grafik :


 Tarik garis yang mempertemukan nilai beban per roda pada
kelompok sumbu (kN) dengan faktor rasio tegangan.
● Baca nilai pada repetisi sumbu ijin jika garis itu menyentuh. Jika
tidak menggunakan TT (Tidak Terbatas).

82
Diketahui:STRG : beban per roda = 13,75; FRT = 0,23

Gambar 4.17 Nomogram Beban Repetisi Ijin Berdasarkan Ratio


Tegangan Dengan/Tanpa Bahu Dan Analisis Fatik
Sumber : Pd T-14-2003 perencanaan perkerasan jalan beton semen

Cara membaca grafik :


 Tarik garis yang mempertemukan nilai beban per roda pada
kelompok sumbu (kN) dengan faktor rasio tegangan.
● Baca nilai pada repetisi sumbu ijin jika garis itu menyentuh. Jika
tidak menggunakan TT (Tidak Terbatas).

83
Diketahui:STRG : beban per roda = 13,75; FE = 2,14

Gambar 4.18 Nomogram Beban Repetisi Ijin Berdasarkan Faktor


Erosi, Dengan Bahu Beton Dan Analisis Fatik
Sumber : Pd T-14-2003 perencanaan perkerasan jalan beton semen

Cara membaca grafik :


 Tarik garis yang mempertemukan nilai beban per roda pada
kelompok sumbu (kN) dengan faktor rasio tegangan.
● Baca nilai pada repetisi sumbu ijin jika garis itu menyentuh. Jika
tidak menggunakan TT (Tidak Terbatas).

84
Diketahui:STdRG : beban per roda = 19,25; FRT = 0,21

Gambar 4.19 Nomogram Beban Repetisi Ijin Berdasarkan Ratio


Tegangan Dengan/Tanpa Bahu Dan Analisis Fatik
Sumber : Pd T-14-2003 perencanaan perkerasan jalan beton semen

Cara membaca grafik :


 Tarik garis yang mempertemukan nilai beban per roda pada
kelompok sumbu (kN) dengan faktor rasio tegangan.
● Baca nilai pada repetisi sumbu ijin jika garis itu menyentuh. Jika
tidak menggunakan TT (Tidak Terbatas).

85
Diketahui:STRG : beban per roda = 19,25; FE = 2,32

Gambar 4.20 Nomogram Beban Repetisi Ijin Berdasarkan Faktor


Erosi, Dengan Bahu Beton Dan Analisis Fatik
Sumber : Pd T-14-2003 perencanaan perkerasan jalan beton semen

Cara membaca grafik :


 Tarik garis yang mempertemukan nilai beban per roda pada
kelompok sumbu (kN) dengan faktor rasio tegangan.
● Baca nilai pada repetisi sumbu ijin jika garis itu menyentuh. Jika
tidak menggunakan TT (Tidak Terbatas).

86
4.4.5. Perhitungan Tulangan
Diketahui sebagai berikut :
Jenis Perkerasan = beton bersambung tanpa tulangan
Tebal plat = 25 cm
Lebar plat = 2 x 4 meter
4.4.5.1. Tulangan Sambungan Untuk Arah Memanjang (tie
bar)
Sambungan untuk arah memanjang (tie bar) memakai
batang ulir yang memiliki berdiameter 16 mm dan jarak
yang digunakan adalah 60 cm. Untuk panjang batang
pengikat pada sambungan arah memanjang dihitungan
dengan rumus sbb :
I = (38,3 x Ø) + 60
I = (38,3 x 16) + 60
I = 672,8 mm ≈ 700 mm

4.4.5.2. Tulangan Sambungan Untuk Arah Melintang (Dowel)


Merujuk pada Principle of pavement design 2nd Ed
Yoder,W.M.Witczak tahun 1975 untuk sambungan arah
melintang memakai tulangan polos dengan panjang 45 cm
dan jarak antar ruji 30 cm, (lihat tabel 4.9). Sedangkan
untuk diameter rujinya sesuai pada tabel 4.8 yang
dipengaruhi oleh tebal plat beton.

Tabel 4.9 Diameter Ruji Arah Melintang/Dowel

No Tebal pelat beton , h (mm) Diam ter ruji (mm)

1 125<h<140 20
2 140<h<160 24
3 160<h<190 28
4 190 <h < 220 33
5 220 < h < 250 36
Sumber : Pd T-14-2003 Perencanaan perkerasan jalan beton semen

87
Sesuai pada tabel diatas ruji/dowel yang digunakan untuk
sambungan melintang dengan tebal 250 mm adalah diameter
36 mm.

Tabel 4.10 Ukuran Dan Jarak Dowel


Tebal plat Dowel
perkerasan Diameter Panjang Jarak

Inci mm Inci mm Inci mm Inci mm

6 150 ¾ 19 18 450 12 300

7 175 1 25 18 450 12 300

8 200 1 25 18 450 12 300

9 225 11/4 32 18 450 12 300

10 250 11/4 32 18 450 12 300

11 275 11/4 32 18 450 12 300

12 300 11/2 38 18 450 12 300

13 325 11/2 38 18 450 12 300

14 350 11/2 38 18 450 12 300


Sumber : Principle of pavement design 2nd Ed Yoder,W.M.Witczak,1975

Tabel diatas menunjukkan bahwa ruji/dowel untuk tebal plat


250 mm adalah berjarak 300 mm dan panjang 450 mm.

4.5. Perencanaan Perkerasan Lentur


Dalam perencanaan perkerasan lentur juga menggunkaan parameter –
parameter jalan yang digunakan dalam perencanaan perkerasan kaku.
Penjelasan lebih rinci dapat dijabarkan sebagai berikut :

4.5.1. Perhitungan Lalu Lintas Harian


Berdasarkan tabel 4.4 Perhitungan Data Lalu Lintas jumlah
komposisi kendaraan pada akhir umur rencana (20) tahun adalah
sebagai berikut:

88
Tabel 4.11 Perhitungan Data Lalu Lintas
Jenis Kend araan
Total
Mob il Truk 2 Truk 2 Truk 3 Truk
Tahun Bus Kend ar a
Penum As As As Gan
8 Ton an
pang 10 Ton 13 Ton 13 Ton deng
1 2 3 4 5 6 7 8
2038 2003 13 685 13 5 3 2722
Sumber : Analisis, 2019

4.5.2. Menentukan Angka Ekuivalen


Dalam menentukan Angka Ekuivalen tiap – tiap sumbu kendaraan
dapat dilihat ke dalam tabel sbb:

Tabel 4.12 Angka Ekuivalen


Beban Sumbu Angka Ekivalen
Kg Lb Sumbu Tunggal Sumbu Ganda
1000 2205 0,002 -
2000 4409 0,0036 0,0003
3000 6614 0,0183 0,0016
4000 8818 0,0577 0,0050
5000 11023 0,1410 0,0121
6000 13228 0,2923 0,0251
7000 15432 0,5415 0,0466
8000 17637 0,9238 0,0795
8160 18000 1,000 0,086
9000 19841 1,4798 0,1273
10000 22046 2,2555 0,1940
11000 24251 3,3022 0,2840
12000 26455 4,6770 0,4022
13000 28660 6,4419 0,5540
14000 30864 8,6647 0,7452
15000 33069 11,4184 0,9820
16000 35276 14,7815 1,2712
Sumber : Metode Analisa Komponen, DPU (1987)

89
Berdasarkan tabel di atas Angka Ekuivalen dari masing – masing
sumbu adalah sebagai berikut :
a. Mobil penumpang (1+1) = 0,0002 + 0,0002 = 0,0004
b. Bus 8 ton (3+5) = 0,0183 + 0,1410 = 0,1593
c. Truk 2 as 10 ton (4+6) = 0,0577 + 0,2923 = 0,3500
d. Truk 2 as 13 ton (5+8) = 0,1410 + 0,9238 = 1,0648
e. Truk 3 as 20 ton (6+7+7) = 0,2923 + 0,5415 + 0,5415 = 1,3753

4.5.3. Menentukan Angka LEP


Berdasarkan dari data – data yang diperoleh pada Tabel 4.4.
Perhitungan Data Lalu Lintas, Lintas Ekuivalen Permulaan pada
tahun 2018 dapat dihitung sebagai berikut :
a. Mobil penumpang (1+1) = 755 x 0,5 x 0,0004 = 0,151
b. Bus 8 ton (3+5) = 5 x 0,5 x 0,1593 = 0,398
c. Truk 2 as 10 ton (4+6) = 258 x 0,5 x 0,3500 = 45,150
d. Truk 2 as 13 ton (5+8) = 5 x 0,5 x 1,0648 = 2,662
e. Truk 3 as 20 ton (6+7+7) = 2 x 0,5 x 1,3753 = 0,688
+
LEP (a+b+c+d+e) = 49,049

4.5.4. Menentukan LEA


Menentukan LEA untuk 5 tahun pertama yaitu pada tahun 2023
sesuai perhitungan Tabel 4.4. Perhitungan Data Lalu Lintas, adalah
sebagai berikut:
a. Mobil penumpang (1+1) = 964 x 0,5 x 0,0004 = 0,193
b. Bus 8 ton (3+5) = 6 x 0,5 x 0,1593 = 0,478
c. Truk 2 as 10 ton (4+6) = 329 x 0,5 x 0,3500 = 57,575
d. Truk 2 as 13 ton (5+8) = 6 x 0,5 x 1,0648 = 3,194
e. Truk 3 as 20 ton (6+7+7) = 3 x 0,5 x 1,3753 = 2,063
LEA (a+b+c+d+e) = 63,503

90
Sedangkan perhitungan LEA pada15 tahun berikutnya ( Tabel 4.4.
Perhitungan Lalu Lintas) pada tahun 2038 adalah :
a. Mobil penumpang (1+1) = 2003 x 0,5 x 0,0004 = 0,401
b. Bus 8 ton (3+5) = 13 x 0,5 x 0,1593 = 1,035
c. Truk 2 as 10 ton (4+6) = 685 x 0,5 x 0,3500 = 119,875
d. Truk 2 as 13 ton (5+8) = 13 x 0,5 x 1,0648 = 6,921
e. Truk 3 as 20 ton (6+7+7) = 5 x 0,5 x 1,3753 = 3,438
+
LEA (a+b+c+d+e) = 131,670

4.5.5. Menentukan LET


Menghitunga LET adalah sebagai berikut :
LET = 0,5 X (LEP+LEA 2038)
LET = 0,5 X (49,049+131,670) = 90,359

4.5.6. Menentukan LER


Rumus untuk mencari LER adalah sebagai berikut :

LER = LET x UR= Umur Rencana

LER = 90,359 X

= 180,719
4.5.7. Menentukan Indeks Tebal Perkerasan
Berdasarkan data hasil CBR dilapangan didapatkan bahwa nilai CBR
yang mewakili adalah 1,95 sehingga kita dapat menentukan nilai
DDT menggunakan rumus sebagai berikut :
DDT = 1,6649 + 4,3592 log (CBR)
DDT = 1,6649 + 4,3592 log (1,95)
DDT = 2,93 ≈ 3

91
Selanjutnya adalah penentuan nilai FR ( Faktor Regional )
berdasarkan pengamatan curah hujan di lapangan dengan intensitas
curah hujan yang rendah dapat ditentukan dari Tabel berikut :

Tabel 4.13 Faktor Regional


Kelandaian I Kelandaian II Kelandaian III
(< 6%) (6 - 10%) (6 - 10%)
Curah
hujan % Kend. Berat % Kend. Berat % Kend. Berat

≤ 30% > 30% ≤ 30% > 30% ≤ 30% ≤ 30%

Iklim I
1,0-1,5
< 900 0,5 1,0 1,5-2,0 1,5 2,0-2,5
mm/th

Iklim II
> 900 1,5 2,0-2,5 2,0 2,5-3,0 2,5 3,0-3,5
mm/th
Sumber : (Bina Marga, 1987) SKBI-2.3.26.1987

Sesuai Tabel 4.13 FR (Faktor Regional ) yang dipakai adalah 1,0


Sedangkan Indeks Permukaan Akhir (IP) dapat dilihat dalam Tabel
di bawah ini :

Tabel 4.14 Indeks Permukaan Akhir ( IPt)


Klasifikasi Jalan
LER
Lokal Kolektor Arteri Tol
<10 1,0 – 1,5 1,5 1,5 – 2,0 -
10 – 100 1,5 1,5 – 2,0 2,0 -
100- 1000 1,5 – 2,0 2,0 2,0 -2,5 -
<1000 - 2,0 – 2,5 2,5 2,5
Sumber : (Bina Marga, 1987) SKBI-2.3.26.1987

Selanjutnya adalah Indek Permukaan Awal (IPo), dapat ditentukan


dalam tabel di bawah ini :

92
Tabel 4.15 Indeks Permukaan Awal ( IPo)

Jenis Lapis Permukaan IPo Roughness (mm/km)

≥4 ≤ 1000
Laston
3,9 – 3,5 < 1000

3,9 – 3,5 ≤ 2000


Lasbutag
3,4 – 3,0 >2000
3,9 – 3,5 ≤ 2000
HRA
3,4 – 3,0 >2000
Burda 3,9 – 3,5 ≤ 2000
Burtu 3,4 – 3,0 ≤ 2000
3,4 – 3,0 ≤ 3000
Lapen
2,9 - 2,5 >3000
Latasbum 2,9 - 2,5
Buras 2,9 - 2,5
Latasir 2,9 - 2,5
Jalan Tanah ≤ 2,4
Jalan Kerikil ≤ 2,4
Sumber : (Bina Marga, 1987) SKBI-2.3.26.1987

Selanjutnya adalah menentukan Indek Tebal Perkerasan (ITP)


dengan cara melakukan Penarikan garis pada nomogram 3 dari DDT
menuju LER dan ke garis ITP. Menggukan nomogram 3 karena IPt
nya 2,0 dan IPo = 4.

93
Gambar 4.21 Nomogram untuk IPt = 2 dan IPo ≥ 4
Sumber : (Bina Marga, 1987) SKBI-2.3.26.198

ITP sesuai gambar di atas didapatkan sebesar = 9,5


ITP = a1 x D1 + a2 x D2 + a3 x D3
Penentuan nilai a ( koefisien kekuatan relatif ) dapat dilihat dalam
tabel di bawah ini:

94
Tabel 4.16 Koefisien Kekuatan Relatif (a)
Koefisien Kekuatan
Kekuatan Bahan
Relatif
a1 Kt (Kg/ Jenis Bahan
MS CBR
a2 a3
(Kg) cm2) (%)
0,40 744
0,35 590
LASTON
0,32 454
0,30 340

0,35 744
0,31 590
LABUSTAG
0,28 454
0,26 340

0,30 HRA
0,26 340 Aspal Makadam
0,25 340 Lapen mekanis
0,20 Lapen Manual

0,28 590
0,26 454 LASTON ATAS
0,24 340

0,23 Lapen mekanis


0,19 Lapen Manual

0,15 22 Stabiltas tanah


013 18 dengan semen

0,15 22 Stabiltas tanah


013 18 dengan kapur

Batu Pecah Klas


0,14 100
A
Batu Pecah Klas
0,13 80
B
Batu Pecah Klas
0,12 60
C
0,13 70 Sirtu Klas A
0,12 50 Sirtu Klas B
0,11 30 Sirtu Klas C
Tanah
0,10 20 Lempung/kepasira
n
Sumber : (Bina Marga, 1987) SKBI-2.3.26.1987

95
Sesuai gambar di atas koefisien kekuatan relatifnya adalah :
a1 = 0,40; a2 = 0,14; a3 = 0,12
Batas – batas minimum untuk tebal lapis perkerasan sesuai pada
tabel di bawah ini :

Tabel 4.17 Batas Minimum Dari Tebal Lapis Perkerasan


Tebal
ITP Minimum Bahan
(cm)
< 3,00 5 Lapis pelindung (Buras/Burtu/Burda)
Laston/Aspal
3,00 – 6,70 5
Macadam/HRA/Lasbutag/Laston
Lapen/Aspal
6,71 – 7,49 7,5
Macadam/HRA/Lasbutag/Laston
7,5 – 9,99 7,5 Lasbutag/Laston
> 10,00 10 Laston
Sumber : (Bina Marga, 1987) SKBI-2.3.26.1987

Tabel 4.18 Batas Minimum Dari Tebal Lapis Pondasi


Tebal
ITP Minimum Bahan
(cm)
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
< 3,00 15
stabilisai tanah dengan kapur
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
3,00 – 7,49 20
stabilisai tanah dengan kapur
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
7,50 – 9,99 20 stabilisai tanah dengan kapur, pondasi
macadam
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
10,00 –
20 stabilisai tanah dengan kapur, pondasi
12,14
macadam,lapen, laston atas
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
> 12,25 25 stabilisai tanah dengan kapur, pondasi
macadam,lapen, laston atas
Sumber : (Bina Marga, 1987) SKBI-2.3.26.1987

Penentuan nilai D (Koefisien kekuatan relatif) dengan


mempergunakan tebal minimum :

96
D1 = 7,5
D2 = 20
D3 = ?
ITP = a1 x D1 + a2 x D2 + a3 x D3
9,5 = 0,40 x 7,5 + 0,14 x 20 + 0,12 x D3
9,5 = 3 + 2,8 + 0,12 D3
D3 = 9,5 – 5,8
0,12
D3 = 30,8 cm ≈ 31 cm

7,5cm Laston MS 744

20 cm Batu pecah Kelas A (CBR 100)

31 cm Sirtu kelas B (CBR 50)

Gambar 4.22 Susunan Perkerasan Lentur

4.6. Gambar Penampang Melintang Kedua Jenis Perkerasan Serta


Keuntungan/Kekurangan Dari Keduanya
Setelah diketahui perhitungan masing – masing tebal perkerasan
baik perkerasan kaku maupun lentur, maka perbedaan ketebalan dari kedua
jenis perkerasan dapat diketahui pada gambar penampang melintang kedua
jenis perkerasan tersebut di bawah ini :

97
Perkerasan kaku (fc'45 MPa), t = 25 cm
Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus (fc'10 MPa), t = 15 cm
Marka Jalan Termoplastik Lapis Pondasi Agregat Klas A
(putus-putus)

2% 2%

8.00
8,00 m

POTONGAN JALAN PERKERASAN KAKU


SKALA 1 : 50

Gambar 4.23 Potongan melintang perkerasan kaku

Laston Lapis Aus (AC-WC), t = 7,5 cm


Beton Mutu fc'25 MPa, t = 20 cm Lapis Perekat - Aspal Cair
Beton Mutu fc'10 MPa, t = 5 cm Penetrasi Macadam
Marka Jalan Termoplastik

2% 2%

8.00
8,00 m

POTONGAN JALAN PERKERASAN LENTUR


SKALA 1 : 50

Gambar 4.24 Potongan melintang perkerasan lentur

Setelah diketahui perbedaan dari masing – masing perkerasan maka


selanjutnya dapat diketahui kelebihan dan kekurangan dari kedua jenis
perkerasan sebagai berikut :

Tabel 4.19 Perbandingan Kelebihan dan Kekurangan Kedua Jenis


Perkerasan
No Perkerasan Kaku Perkerasan Lentur
Umur rencana relatif lebih lama Umur rencana lebih singkat ( 5 –
1
(15 – 40 tahun) 10 tahun)

Indeks pelayanan tetap baik Indeks pelayanan berkurang


2
pada umur yang direncanakan, seiring dengan berjalannya waktu

98
sehingga tidak diperlukan serta frekwensi beban lalu lintas,
perawatan. sehingga diperlukan adanya
perawatan berkala.
Kebanyakan digunakan pada
Pada umumnya digunakan untuk
3 jalan yang mempunyai volume
semua tingkat volume lalu lintas.
lalu lintas yang tinggi.
Secara teknis pendistribusian Secara teknis pendistribusian
beban hanya sampai pada plat beban tersebar dari lapis
4
beton saja (merata) perkerasan hingga mencapai tanah
dasar.
Biaya awal konstruksi lebih Biaya awal konstruksi relatif
5
mahal lebih murah.
Pelaksanaan pelapisan ulang Pelaksanaan
6 akan sulit dilakukan pemeliharaan/pelapisan ulang
lebih mudah dilakukan
Waktu pelaksanaan pekerjaan Waktu pelaksaan pekerjaan
sedikit lebih lama karena harus relatif lebih cepat karena tidak
7
mempertibangkan umur beton. memerlukan umur, jalan langsung
bisa dibuka.
Akibat dari repetisi beban, Akibat dari repetisi beban,
perkerasan kaku mengalami perkerasan lentur akan timbul
8
retak – retak pada bagian lendutan (rutting) di sepanjang
permukaannya jalur roda kendaraan
Jika temperatur udara berubah,
Jika temperatur udara berubah,
9 modulus kekakuan pada
modulus kekakuan ikut berubah
perkerasan kaku tidak berubah

4.7. Perencanaan Anggaran Biaya


Sebelum perencanan anggaran biaya, perlu adanya perhitungan
volume dan item pekerjaan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan
paket pekerjaan jalan yang terdiri dari :

99

Anda mungkin juga menyukai