Anda di halaman 1dari 7

1.

Keadaan sosial indonesia pada masa jepang

Selama masa pendudukan Jepang, kehidupan sosial dan budaya masyarakat Indonesia sangat
memprihatinkan. Penderitaan rakyat bertambah karena segala kegiatan rakyat dicurahkan untuk
memenuhi kebutuhan perang Jepang dalam menghadapi musuh-musuhnya. Terlebih rakyat dijadikan
pekerja romusha (kerja paksa zaman Jepang) sehingga banyak jatuh korban akibat kelaparan dan
penyakit.
Kesulitan proses komunikasi antarpulau dan dunia luar karena semua saluran komunikasi
dikendalikan Jepang. Semua nama-nama kota yang menggunakan bahasa Belanda diganti Bahasa
Indonesia seperti Batavia menjadi Jakarta dan Buitenzorg menjadi Bogor. Kebijakan Kinrohoshi yaitu
tradisi kerja bakti secara massal pada masa pendudukan Jepang. Mendirikan pusat kebudayaan
Keimin Bunka Shidoso pada 1 April 1943 untuk mengawasi karya para seniman agar tidak
menyimpang dari tujuan Jepang.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Akibat Pendudukan Jepang di Bidang
Sosial Budaya", Klik untuk
baca: https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/26/200000469/akibat-pendudukan-
jepang-di-bidang-sosial-budaya?page=all.
Penulis : Arum Sutrisni Putri
Editor : Arum Sutrisni Putri

Kompascom+ baca berita tanpa iklan: https://kmp.im/plus6


Download aplikasi: https://kmp.im/app6

3.DEMOKRASI ATAU SISTEM PEMERINTAHAN YANG PERNAH BERLAKU DI INDONESIA

Kelebihan Demokrasi Pancasila

Berikut beberapa kelebihan dari Demokrasi Pancasila:


Menghargai dan Menjunjung Tinggi HAM 

Dalam Demokrasi Pancasila, rakyat diberikan kebebasan berpendapat, memiliki


kesempatan untuk berperan serta dalam Pemilihan Umum, dan memiliki perlindungan
hukum. 

Berpegang Teguh pada Negara Hukum

Dengan adanya hukum di negara ini, maka perilaku dan tindakan masyarakat lebih
terkontrol karena memiliki efek jera bagi siapa saja yang melanggarnya.

Mendahulukan Kepentingan Rakyat

Dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Itulah semboyan demokrasi. Sehingga
karena demokrasi menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia sehingga demokrasi juga
berperan dalam mendahulukan kepentingan rakyat.

Mementingkan Musyawarah untuk Mencapai Mufakat

Dengan adanya musyawarah, rakyat menjadi merasa dihargai karena suara atau
pendapat rakyat akan didengar. Selain itu, tujuannya adalah untuk meminimalisir
adanya konflik.

Mencapai Tujuan Bersama dengan Berlandaskan Kejujuran dan Keterbukaan

Adanya musyawarah akan membantu informasi dari pemerintah ke rakyat akan lebih
transparan dari dugaan penyelewengan hak dan wewenang. Selain itu, karena
demokrasi bersumber pada rakyat maka sudah seharunya pemerintah memiliki
keterbukaan kepada rakyat.

Berpartisipasi dalam Menjalankan Norma

Demokrasi Pancasila berperan sebagai pengendalian konflik sosial dimana


menggunakan norma-norma yang berkembang di masyarakat sebagai alat untuk
menyusun tujuan negara.

https://edukasi.okezone.com/read/2022/02/25/624/2553001/kelebihan-demokrasi-
pancasila-apa-saja

Kelebihan Demokrasi Liberal

Demokrasi liberal punya beberapa keunggulan atau kelebihan dari sistem


pemerintahan yang lain. Di antaranya sebagai berikut:
1. Rakyat berpengaruh Hak rakyat pada sistem demokrasi liberal diutamakan,
termasuk terkait suara atau pendapatnya. Dengan begitu, pada sistem ini rakyat punya
pengaruh penting yang tentunya harus didengar oleh para pejabat pemerintahan.
2. Pengawasan lebih baik Parlemen hadir sebagai wakil rakyat yang tentunya musti
mengawasi pemerintahan dengan baik. Dengan begitu, individu di negara bisa
terlindungi lantaran pengawasan selalu dilakukan.
3. Pembuatan kebijakan singkat Lembaga eksekutif dan legislatif negara bisa dengan
cepat merumuskan kebijakan. Penyebabnya, kedua belah pihak berada dalam
naungan koalisi atau bahkan satu partai politik.
4. Jelasnya tanggung jawab dan kebijakan Keterangan mengenai kinerja perlu
dipublikasi ketika sistem ini digunakan. Dengan begitu, tanggung jawab dalam
pelaksanaannya bisa dilihat publik.

Kekurangan Demokrasi Liberal Dibandingkan dengan kelebihannya,

kekurangan demokrasi liberal hanya mencakup tiga poin. Berikut ini daftar
kekurangannya tersebut:

1. Kabinet mudah bubar Peristiwa ini dilhat dari silih bergantinya kabinet mulai
tahun 1950 sampai 1959. Penyebabnya adalah rakyat yang dapat bebas bersuara,
termasuk terkait opininya mengenai ketidakpercayaan terhadap kabinet.

2. Sulit berhasil mencapai tujuan Keadaan yang meliputi demokrasi liberal adalah
munculnya banyak partai. Selain menguntungkan bagi peserta, persaingan ternyata
juga malah semain sulit. Bahkan, bisa saja terjadi senggolan-senggolan politik.

3. Parlemen disalahgunakan Selain dua poin di atas, demokrasi liberal punya


kekurangan lain ketika parlemen digunakan sebagai ajang kaderisasi. Riwayat
mereka yang pernah menjabat di sini nantinya disalahgunakan untuk melamar di
jabatan eksekutif lain, misalnya menteri.

Baca selengkapnya di artikel "Apa Kelebihan dan Kekurangan Demokrasi Liberal


atau Parlementer?", https://tirto.id/gxN1

4. PERRISTIWA SEKITAR PROKLAMASI (16,17,18 AGUSTUS 1945)

16 Agustsu 1945, Penculikan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok


Para pemuda yang merasa tidak puas dengan jawaban Hatta kembali ke markas dan
menyiapkan rencana baru, menculik Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Pukul
04.00 dinihari setelah sahur, tanggal 16 Agustus 1945, para pemuda dipimpin Sodancho
Singgih datang ke kediaman Soekarno meminta Soekarno dan Hatta mengikuti kemauan
pemuda untuk dibawa ke Rengasdengklok, Karawang.

Raibnya Soekarno dan Hatta membuat Jakarta panik. Apalagi, pada hari tersebut ada
rapat pertama PPKI. Soebardjo yang pada malam sebelumnya turut hadir dalam
perdebatan antara Golongan Muda dan Golongan Tua berupaya mencari Soekarno. Ia
berkeliling ke beberapa lokasi termasuk markas Jepang namun tidak ada. Dia curiga
para pemuda dibalik raibnya Soekarno dan Hatta. Segera ia menghubungi Wikana. Dari
Wikana, Soebardjo mendapat info bahwa Soekarno dan Hatta disekap di
Rangasdengklok. Pagi itu juga, Soebardjo menuju ke Rengasdengklok.

Pemuda bersikukuh tak mau melepaskan Soekarno-Hatta, kecuali ada jaminan


kemerdekaan. Soebardjo berkata, “Kalau Proklamasi tidak dilakukan, saya bersedia
ditembak mati”. Setelah hampir seharian disekap, pada pukul sepuluh malam Soekarno
dan Hatta tiba di Jakarta dan segera menggelar rapat di rumah Laksamana Tadashi
Maeda. Setelah melalui perdebatan, teks proklamasi akhirnya selesai dibuat habis
subuh. Proklamasi yang awalnya akan dilangsungkan di lapangan IKADA, namun
dengan pertimbangan keamanan maka diputuskan dibacakan di rumah Soekarno, jalan
pegangsaan Timur 56.

17 Agustus 1945, Proklamasi Kemerdekaan

Hingga pada 17 Agustus 1945, tepat 77 tahun silam, bangsa ini akhirnya berdaulat,
menyatakan kemerdekaannya dengan hingar bingar. Pagi itu, kediaman Soekarno
yang terletak di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta dipadati oleh sejumlah
pemuda. Mereka berbaris untuk menyaksikan pembacaan Proklamasi Kemerdekaan
sekaligus pengibaran bendera merah putih yang diiringi lagu Indonesia Raya dengan
khidmat.

Kabar terkait Proklamasi Kemerdekaan ini pun disiarkan di media massa dan radio,
serta dibagikan lewat surat selebaran. Hari itu, seluruh elemen masyarakat akhirnya
berhasil menghirup udara kemerdekaan.

18 Agustus 1945: Hari Konstitusi Indonesia

Hari Konstitusi Indonesia ditetapkan melalui Keppres nomor 18 tahun 2008 tentang
Hari Konstitusi.

Keppres tersebut ditandatangani oleh Presiden Indonesia ke-6 Susilo Bambang


Yudhoyono pada 10 September 2008.

Dalam keppres itu dijelaskan bahwa tanggal 18 Agustus ditetapkan sebagai Hari
Konstitusi.

Adapun Hari Konstitusi bukan merupakan hari libur.

Mengingat pada tanggal 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia


(PPKI) telah menetapkan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) sebagai
Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Penetapan Konstitusi tersebut merupakan suatu kesatuan dengan Kemerdekaan
Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Selain itu juga menjadi tonggak sejarah berdirinya Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Dikutip dari laman resmi Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, para pendiri
Negara Kesatuan Republik Indonesia telah sepakat untuk menyusun sebuah Undang-
Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis dengan segala arti dan fungsinya.

Tepat sehari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, konstitusi sebagai


sesuatu "revolusi grondwet" telah disahkan pada 18 Agustus 1945 oleh PPKI.

Konstitusi tersebut disahkan dalam sebuah naskah yang dinamakan Undang-Undang


Dasar Negara Republik Indonesia.

16 Agustus 1945: Dini hari, Soekarno dan Moh Hatta diculik oleh golongan muda ke
Rengasdengklok Karawang dan dipaksa segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
melalui radio.

16 Agustus 1945: Malam, Soekarno dan Moh Hatta kembali ke Jakarta. Di rumah Laksamana
Maeda Tadashi para tokoh nasional berkumpul untuk berunding tentang persiapan
Proklamasi Kemerdekaan RI.

16 Agustus 1945-17 Agustus 1945: Malam hingga pagi Soekarno dan Moh Hatta bersama
golongan muda dan golongan tua membahas perumusan naskah Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia.

17 Agustus 1945: Pada jam 10 pagi Soekarno dan Moh Hatta membacakan teks naskah
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur 56.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kronologi Peristiwa Sekitar Proklamasi
Kemerdekaan", Klik untuk
baca: https://www.kompas.com/skola/read/2020/08/15/140000969/kronologi-peristiwa-sekitar-
proklamasi-kemerdekaan?page=all.
Penulis : Arum Sutrisni Putri
Editor : Arum Sutrisni Putri

Kompascom+ baca berita tanpa iklan: https://kmp.im/plus6


Download aplikasi: https://kmp.im/app6

5. USAHA MEMPETAHANKAN KEMERDEKAAN

Perundingan Philip Christison


Perundingan Philip Christison adalah perundingan yang digagas oleh Philip Christison, panglima
perang Allied Forces Netherlands East Indies (ANFEI). Perjanjian antara Belanda dan Indonesia ini
dilaksanakan pada bulan Februari hingga Maret 1946. Saat itu, pihak Indonesia saat itu diwakili oleh
Sutan Sjahrir. Sedangkan Belanda diwakili oleh Hubertus Julius Van Mook. Dalam perundingan
tersebut, dibahas tentang bentuk negara dan daftar wilayah yang dapat dimasukkan ke dalam negara
Indonesia. Perundingan tersebut tidak mendapatkan hasil yang konkret. Hal itu disebabkan oleh
kurangnya persiapan dari pihak Indonesia maupun Belanda.
Perundigan Hooge-Veluwe Perundingan
Hooge-Veluwe merupakan perundingan antara Indonesia dengan Belanda yang berlangsung pada 14
hingga 24 April 1946 di Hooge-Veluwe, Belanda. Adapun perundingan ini digelar untuk membahas
status kenegaraan, kemerdekaan, dan wilayah Indonesia. Indonesia saat itu diwakili oleh W Soewandi,
Sudarsono, dan AK Pringgodigdo, sedangkan Belanda diwakili oleh Van Mook, Van Royen, Idenburg,
Van Asbeck, Sultan Hamid, Soeria Santoso dan Logeman. Ada juga Inggris yang menjadi pihak
penengah diwakili oleh Sir Archibald Clark Kerr. Meski sudah diselenggarakan, perundingan ini tidak
mendapatkan hasil apa-apa.

Perundingan Linggarjati
Perundingan Lingarjati dilaksanakan pada 11 November hingga 13 November 1946 di Desa
Linggarjati, Cilimus, Kuningan, Jawa Barat. Dalam perundingan ini, Indonesia diwakili oleh Sutan
Sjahrir, AK Gani, Susanto Tirtoprojo, dan Mohammad Roem. Sedangkan Belanda diwakili oleh Wim
Schermerhorn, Max Von Poll, Van Mook, dan F de Baer. Adapun Inggris selaku mediator diwakili oleh
Lord Killearn.

Perundingan Renville
Perundingan Renville dilaksanakan pada tahun 1948 sebagai salah satu peristiwa sejarah
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Adapun perundingan ini dilaksanakan di atas kapal perang
Amerika Serikat USS Renville yang berlabuh di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Dalam perundingan
Renville, Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri Amir Syarifuddin dan Belanda diwakili oleh R.
Abdulkadir Wijoyoatmojo.

Perundingan Roem-Royen
Perundigan Roem-Royen merupakan perjanjian yang dibuat Indonesia dengan Belanda. Tempat
perundingan Roem-Royen dilaksanakan di Hotel Des Indes Jakarta pada 17 April. Dalam perundingan
ini Indonesia diwakili oleh Mr Muhammad Roem dan Belanda diwakili oleh Dr JH Van Royen.

Perundingan Konferensi Meja Bundar (KMB)


Konferensi Meja Bundar merupakan perundingan di kota Den Haag, Belanda pada 23 Agustus hingga
2 November 1949. Perundingan ini dilakukan oleh Indonesia dan Belanda untuk mengakhiri
perselisihan Indonesia dengan Belanda.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "6 Contoh Perjuangan Secara Diplomasi", Klik
untuk baca: https://www.kompas.com/stori/read/2022/05/17/010000179/6-contoh-perjuangan-
secara-diplomasi?page=all.
Penulis : Lukman Hadi Subroto
Editor : Nibras Nada Nailufar

Kompascom+ baca berita tanpa iklan: https://kmp.im/plus6


Download aplikasi: https://kmp.im/app6

Pertempuran Surabaya

Pertempuran arek-arek Surabaya dengan pihak Sekutu bersama NICA diawali oleh insiden bendera di
Hotel Yamato, Surabaya, tanggal 19 September 1945. Salah seorang tentara Belanda menurunkan
bendera merah putih lalu menggantinya dengan bendera Belanda. Hal ini menimbulkan kemarahan
rakyat Surabaya. Arek-arek Surabaya menurunkan bendera Belanda dan merobek warna biru agar
menjadi warna bendera Indonesia.
Selain peristiwa perobekan bendera, kedatangan pasukan Sekutu ke Surabaya pada tanggal 25
Oktober 1945 yang dipimpin oleh Brigjen A.W.S. Mallaby memicu kemarahan arek-arek Surabaya. Hal
ini terjadi karena tentara Sekutu membebaskan tahanan di penjara di Kalisosok, menduduki
Pangkalan Udara Tanjung Perak, dan Gedung Internatio. Para pemuda pun melawan dan
menimbulkan pertempuran bersenjata yang menewaskan Brigjen A.W.S. Mallaby.
Peristiwa ini kemudian membuat hubungan Inggris dan Indonesia merenggang, sehingga Inggris
mengeluarkan ultimatum agar para pemuda menyerah paling lambat 10 November 1945 pukul 06.00.
Namun, para pemuda Surabaya tetap bertempur membela tanah kelahirannya. Tokoh yang sangat
berperan dalam membakar semangat pada pemuda saat itu adalah Bung Tomo. Hampir tiga minggu
para pemuda mempertahankan Surabaya hingga banyak korban jatuh akibat pertempuran ini. Untuk
mengenang peristiwa ini kemudian setiap tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Pertempuran Ambarawa

Pertempuran Ambarawa disebabkan karena adanya penindasan dan teror terhadap penduduk
Magelang yang menimbulkan perlawanan dari TKR. Perlawanan ini terjadi sejak 23 November 1945
hingga 12 Desember 1945, dengan dipimpin oleh Imam Adrongi dan Letkol M. Sarbini. Pertempuran
Ambarawa berhasil memukul mundur pasukan Sekutu dan NICA ke Ambarawa, lho! Letkol Isdiman,
Mayor Suharto, dan Kolonel Sudirman juga ikut terlibat dalam pertempuran Ambarawa. Pasukan
Sekutu dan NICA yang terdesak pada tanggal 15 Desember 1945 akhirnya meninggalkan daerah
Ambarawa dan menandai berakhirnya pertempuran Ambarawa. Untuk mengenang peristiwa ini
setiap tanggal 15 Desember diperingati sebagai Hari Infanteri.

Bandung Lautan Api

Pada bulan Oktober 1945, pasukan Sekutu dan NICA mulai datang serta melakukan pendudukan
terhadap kota Bandung. Pasukan Sekutu dan NICA segera mengeluarkan ultimatum kepada rakyat
Bandung untuk menyerahkan senjata milik mereka, sehingga memicu kemarahan. Pertempuran
bersenjata kemudian berlangsung selama kurun waktu November 1945-Maret 1946.
Puncak pertempuran terjadi ketika tanggal 23 Maret 1946, pihak Sekutu dan NICA mengeluarkan
ultimatum untuk mengosongkan kota Bandung. Komandan Divisi III Siliwangi A.H. Nasution bersama
pemuda mengambil inisiatif untuk mengosongkan kota Bandung dan membakar seluruh kota beserta
infrastruktur penting pemerintahan ataupun militer pada tanggal 24 Maret 1946. Salah satu tokoh
yang berperan dalam pertempuran ini adalah Moh. Toha yang harus gugur ketika berupaya
meledakkan gudang mesiu milik NICA di Bandung Selatan. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan
Peristiwa Bandung Lautan Api.

https://www.ruangguru.com/blog/perjuangan-bersenjata-untuk-mempertahankan-kemerdekaan-
indonesia

Anda mungkin juga menyukai