Anda di halaman 1dari 3

Nama : Luh Lita Ruwiasri

Nim : 2017041029

Kelas : 6C Manajemen SDM

PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN STRES KERJA TERHADAP TURNOVER PADA PT AIRLANGGA

Latar belakang

Dalam sebuah perusahaan SDM sangat penting perannya bagi keberlangsungan perusahaan,
apalagi dalam dunia era globalisasi manusia dituntut untuk melakukan perubahan dan meningkatkan
daya saing perusahaannya, agar terus tetap bertahan dan bersaing dengan perusahaan lainnya, sehingga
perusahaan harus mampu mengelola SDM nya dengan sangat baik namun tidak bisa dipungkiri kondisi
perusahaan saat ini mengalami kondisi yang kurang baik, hal ini karena tingginya tingkat turnover yang
tentu mempengaruhi keberlangsungan perusahaan. Menurut (wonowijoyo dan tanato, 2018)
menyatakan bahwa di dalam lingkungan kerja saat ini, pokok permasalahan turn over karyawan telah
meningkat luar biasa, hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil survey Riset “Global Leadership Study” yang
digagas Dale Carnegie memperlihatkan bahwa lebih dari 30 persen tenaga kerja di Indonesia akan
mencari pekerjaan baru dalam waktu dekat Sementara, hanya 28 persen karyawan di Indonesia yang
berniat bertahan dalam jangka waktu cukup panjang di perusahaannya

berdasarkan hasil survey tersebut tentunya menjadi masalah yang serius bagi banyak
perusahaan dimana turnover yang dilakukan akan memberikan dampak negatif bagi perusahaan yaitu
pada kualitas dan kemampuan menggantikan karyawan yang sebelumnya sudah memiliki potensi yang
bagus namun keluar dalam perusahaan selain itu dampak lainnya yaitu biaya yang harus dikeluarkan
lebih banyak untuk merekrut karyawan baru hal ini tentu berdampak pada kerugian yang dialami
perusahaan

Turnover itu sendiri merupakan tindakan pengunduran diri secara permanen yang dilakukan
oleh karyawan baik secara sukarela atau pun tidak secara sukarela. Turnover dapat berupa pengunduran
diri, perpindahan keluar unit organisasi, pemberhentian atau kematian anggota organisasi (Robbins dan
Judge (2009:38), turnover merupakan hal yang tidak bisa dihindari dilakukan oleh karyawan yang
disebabkan karena masalah kepuasan kerja dimana mempengaruhi pikiran seseorang untuk keluar dari
pekerjaannya untuk mencoba mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari sebelumnya (Ronald dan
Milkha (2014), seseorang merasa puas dengan pekerjaannya jika pekerjaan tersebut sesuai dengan
harapan mereka. Jika kepuasan kerja karyawan tinggi maka turnover karyawan cenderung lebih rendah,
sebaliknya jika kepuasaan kerja karyawan rendah maka turnover karyawan cenderung menjadi lebih
tinggi (Chen et al. (2010) hal ini didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh ( Azisah
Putri Ayu Ningtyas dkk) menyatakan bahwa kepuasan kerja berpengaruh negative signifikan terhadap
turnover intention dan juga penelitian yang dilakukan oleh (Agung AWS Waspodo dkk) yang menyatakan
bahwa Kepuasan kerja memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap turnover intention

Selain faktor masalah kepuasan kerja juga terdapat stres kerja yang mempengaruhi turnover pada
karyawan yang harus diperhatikan oleh perusahaan karna prilaku stres kerja tidak saja berdampak pada
individu karyawan tapi juga berdampak pada kinerja perusahaan, strees kerja yang dialami karyawan
juga menjadi alternatif karyawan untuk keluar dari perusahaan atau biasa disebut dengan turnover
Menurut King (dalam Asih, et al., 2018:2) “Stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang
menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berpikir,
dan kondisi seorang karyawan, timbulnya stres kerja di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
organisasi, faktor lingkungan, dan faktor individu. Dalam faktor organisasi terdapat faktor-faktor yang
berpengaruh pada tingkat stress karyawan, yaitu: tuntutan tugas, tuntutan peran, tuntutan antarpribadi,
dan struktur organisasi (Robbins, 2008). Pada tahap yang paling parah stres kerja bisa menyebabkan
seorang karyawan sakit atau mengundurkan diri dari pekerjaannya stres kerja dapat timbul dalam diri
karyawan yang akan memberikan pengaruh terhadap kepuasan karyawan dan tentunya akan
mempengaruhi kinerja karyawan, stres kerja yang meningkat akan berdampak pada tingginya keinginan
keluar pada karyawan .

Stres kerja berpengaruh positif terhadap turnover intention dimana dengan meningkatnya stres kerja
juga diikuti dengan meningkatnya turnover intention hal ini didukung oleh hasil penelitian terdahulu
yang dibuat oleh (Irfan Nasution) yang menyatakan bahwa stres kerja memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap turnover intention

Seperti pada kasus yang terjadi pada PT Airlangga yang bercabang di banyuning merupakan
perusahaan yang menjual buku pelajaran dimana perusahaan ini mengalami turnover yang cukup tinggi
hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada. Komang Rudy Kurniawan
sebagai staff marketing dimana masa kerjanya berkisar 2 - 3 tahun hasil wawancara menjelaskan
bahwa pekerjaan yang dilakukan terasa berat selain itu juga dijelaskan sistem kerja yang tidak disukai
karna menggunakan target selain itu karyawan juga merasa tekanan kerja yang semakin tinggi dimana
tidak diimbangi dengan gajih yang tinggi yang tentunya tidak memenuhi kebutuhan hidupnya ia juga
menjelaskan bahwa Hal tersebut yang menyebabkan turnover dari tahun ke tahun semakin meningkat
yang disebabkan karena masalah kepuasan kerja dan stres kerja yang dialami karyawan.

Permasalahan ini tentunya berdampak negatif pada perusahaan tersebut selain mengeluarkan biaya
lebih banyak perusahaan juga harus mampu mencari karyawan yang memiliki potensi tinggi untuk
keberlangsungan perusahaan, Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai "pengaruh kepuasan kerja dan stres kerja terhadap turnover pada PT
Airlangga "

Anda mungkin juga menyukai